Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Saturday, 21 December 2013

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENULIS PUISI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Usia lahir sampai dengan akan memasuki pendidikan dasar merupakan masa-masa keemasan sekaligus masa-masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya masa ini merupakan masa yang tepat untuk melestarikan dasar-dasar pengembangan-pengembangan kemampuan fisik, bahasa, sosial, emosional, konsep diri, seni, moral dan nilai-nilai agama. Sehingga sehingga untuk pengembangan seluruh potensi anak usia dini harus dimulai agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Hal ini sesuai dengan hak anak, sebagaimana diatur dalam Undang –Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat ke manusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu implementasi dan hak ini, setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Layanan pendidikan bagi anak usia dini merupakan bagian dan pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia ndonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap uhan Yang maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehhatan jasmani dan rohani, keperibbadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
Agar pelayanan hak-hak anak dioptimalkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Dan kurikulum yang ada sekarang ini hendaknya dikaji lagi disesuaikan dengan perkembangan globalisasi saat ini tapi tidak merubah sifat-sifat dasar anak pada usia dini.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Saat ini bidang ilmu pendidikan, psikologi, kedokteran, psikiatri, berkembang dengan sangat pesat. Keadaan itu telah membuka wawasan baru terhadap pemahaman mengenai anak dan mengubah cara perawatan dan pendidikan anak. Setiap anak mempunyai banyak bentuk kecerdasan (Multiple Intelligences) yang menurut Howard Gardner terdapat delapan domain kecerdasan atau intelegensi yang dimiliki semua orang, termasuk anak. Kedelapan domain itu yaitu inteligensi music, kinestetik tubuh, logika matematik, linguistik (verbal), spasial, naturalis, interpersonal dan intrapersonal.
Multiple Intelligences ini perlu digali dan ditumbuh kembangkan dengan cara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan secara optimal potensi-potensi yang dimiliki atas upayanya sendiri (Tientje, 2000)
Permasalahan utama yang yang dihadapi pada Taman Kanak-Kanak itu adalah kurangnya variasi metode pengajaran dalam menumbuhkembangkan kualitas anak atau murid, dalam hal ini dengan pelatihan pembuatan keterampilan melipat. Dengan adanya pelatihan pembuatan keterampilan melipat ini seorang murid diharapkan akan memacu kemampuan psikomotrik halus dan merangsang tumbuhnya motivasi, kreativitas, serta melatih ketekunan anak, karena disini seorang anak akan langsung terlibat dan mampu melakukan pembuatan keterampilan melipat ini.
Keterampilan melipat adalah kesenian melipat kertas yang diperkenalkan sejak kertas pertama kali ditemukan di Cina pada 105 A.D. oleh seorang Cina yang bernama Ts’ai Lun. Contoh-contoh awal keterampilan melipat yang berasal dari Cina adalah perahu Cina dan kotak. Pada abad ke enam, cara pembuatan kertas kemudian dibawa ke Spanyol oleh para Saudagar Arab; dan juga ke Jepang (610 A.D.) oleh seorang biksu Buddha bernama Dokyo yang juga merupakan dokter pribadi Ratu Shotoku.
Sejak itu Keterampilan melipat menjadi populer dikalangan orang Jepang sejak turun-temurun. Keterampilan melipat menjadi satu kebudayaan orang Jepang dalam keagamaan Shinto. Kertas persegi dipotong dan dilipat menjadi lambang Dewa dan digantung di kota Jingu (Kuil Agung Imperial) di Ise sebagai bahan sembahan.
Di Spanyol, orang-orang Arab Moor menggunakan Keterampilan melipat untuk mempelajari bentuk geometri yang terdapat pada kertas. Bentuk hewan tidak dipopulerkan karena Islam melarang pembuatan patung-patung. Dibandingkan dengan orang-orang Moor, orang Barat mengetahui bagaimana cara membuatan kertas dan juga tentang keterampilan melipat. Setelah orang-orang Arab Moor keluar dari Spanyol, Papiroflexia (istilah Spanyol untuk keterampilan melipat) mulai dikembangkan meliputi bentuk hewan seperti pajarita (burung kecil) yang berasal dari cerita rakyat Spanyol. Papiroflexia berkembang dengan pesat di Spanyol dan Argentina.
Keberhasilan dalam melaksanakan tugas mengajar tentu menjadi harapan semua guru. Kenyataan yang dijumpai malah sebaliknya, siswa terlihat pasif tidak semangat, hasil yang dicapai rendah, dan masih banyak lagi kekurangan yang ditemui pada kemampuan siswa kemampuan motorik terutama dalam keterampilan melipat.
Dari 19 siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran, ketika dilaksanakan uji keterampilan melipat ternyata hanya 9 orang  siswa (47,36%) yang mampu melaksanakan kegiatan melipat dengan benar, sementara sisanya sebanyak 10 orang siswa (52,64%) dinyatakan belum mampu melaksanakan kegiatan melipat dengan benar.  Melihat kenyataan dan kondisi tersebut, maka penulis merasa bertanggung jawab untuk meningkatkan kemampuan keterampilan melipat siswa dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan dan dapat disimpulkan beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu :
1.      Siswa kurang menguasai konsep keterampilan melipat
2.      Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
3.      Kurangnya alat peraga yang digunakan
4.      Kurangnya motivasi belajar siswa
Setelah berdiskusi dengan pembimbing dan teman sejawat maka berdasarkan hasil identifikasi masalah peneliti akan memprioritaskan masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1.      Rendahnya kemampuan keterampilan melipat pada anak didik.
2.      Kurangnya penggunaan alat bantu dalam pembelajaran kemampuan melipat.
Melihat kondisi awal sebagaimana tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga kemampuan anak didik dapat tercapai dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran kemampuan melipat dengan alat bantu pembelajaran berupa kertas koran bekas.
Adapun prioritas masalah yang menjadi tujuan perbaikan proses pembelajaran adalah memperbaiki pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan alat bantu pembelajaran berupa kertas koran bekas pada peningkatan kemampuan melipat pada siswa.
Adapun kondisi ideal yang diharapkan adalah untuk meningkatkan kemampuan melipat  siswa sehingga diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran dan memberikan  pengalaman nyata kepada siswa  tentang keterampilan melipat  yang diterimanya sehingga proses  pembelajaran dapat berjalan dengan baik serta tercapainya tujuan pelaksanaan proses pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut peneliti mencoba melakukan upaya perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan melipat dengan kertas koran bekas pada siswa di Kelas TK Negeri Pembina .........  Tahun Pelajaran 2010/2011.
B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas dapat disimpulkan rumusan masalahnya, yaitu apakah penggunaan kertas koran bekas dapat meningkatkan kemampuan melipat siswa kelas B1 TK Negeri Pembina ......... Tahun Pelajaran 2010/2011?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.      Meningkatkan kemampuan melipat siswa kelas B1 TK Negeri Pembina ......... Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.      Meningkatkan penggunaan alat bantu pembelajaran kertas koran bekas sebagai upaya peningkatan kemampuan melipat siswa kelas B1 TK Negeri Pembina ......... Tahun Pelajaran 2010/2011.
D.    Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi berupa peningkatan kompetensi ilmiah bagi :
  1. Guru
a.       Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya
b.      Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sendiri
  1. Siswa
a.       Memperbaiki kekurangan siswa dalam keterampilan melipat.
b.      Meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan melipat
c.       Menjadi model bagi siswa untuk menyikapi kinerjanya
  1. Sekolah
a.       Mengembangkan mutu dan hasil belajarnya
b.      Meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa
c.       Mempunyai kesempatan untuk berkembang pesat
d.      Menciptakan hubungan koleginal yang sehat
e.       Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif
f.       Mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh

Untuk mendapatkan file silahkan klik : Download 

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih