Lencana Facebook

banner image

Wednesday 25 December 2013

PTS : PELAKSANAAN SUPERVISI DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS IV, V DAN VI DALAM MEMBERDAYAKAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan tercermin dari kondisi lingkungan disekitar yang telah mengalami kerusakan alam dan pencemaran lingkungan. Untuk lebih meningkatkan rasa kesadaran, tanggung jawab serta kepedulian terhadap lingkungan, perlu ditanamkan pendidikan lingkungan sejak dini, yaitu melalui pendidikan berbudaya lingkungan di Sekolah Dasar. Gagasan pemerintah untuk menerapkan Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai muatan lokal ditingkat SD hingga SMA merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
Oleh sebab itu telah dilakukan penelitian deskriptif yang terdiri dari 2 tahap yaitu analisa kurikulum dan, observasi lapangan untuk memperoleh data yang meliputi model pembelajaran, media pembelajaran, kendala pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup, dan fasilitas sekolah yang menunjang pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup belum terlaksana secara maksimal karena beberapa permasakahan yang dialami oleh para guru sekolah dasar. Agar pembelajaran lingkungan hidup dapat terlaksana secara maksimal, maka sebagai tindak lanjut dilakukan kegiatan sosialisasi dan lokakarya terhadap guru-guru sekolah dasar dalam meningkatkan proses pembelajaran lingkungan hidup serta pemberdayaan sumber daya manusia.
Sebagai contoh, sebagian siswa SLTP dan SMU yang menggemari petualangan melakukan kegiatan pendakian di berbagai gunung, kemudian menorehkan identitas mereka di pohon-pohon dengan menggunakan pisau, menyemprotkan cat (pilox) di bebatuan dan gua-gua; kemudian membawa pulang beberapa tangkai edelwise sebagai persembangan kepada teman-teman "dekat". Sebagian lagi memodifikasi knalpot sepeda motor yang dikendarai sehingga terdengar raungan yang memekakkan telinga dan mengepulkan asap yang memedihkan mata. Berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan semestinya dapat dikendalikan karena mereka telah memperoleh materi lingkungan, yang terintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Di jenjang sekolah dasar, materi lingkungan terintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPA dan IPS; demikian juga di jenjang SLTP, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran IPA-Biologi, IPA-Fisika, IPA-Geografl, dan IPS-Ekonomi; sedangkan di jenjang SMU, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran Biologi dan Sosiologi.
Dalam era globalisasi sekarang ini negara mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai bidang. Antara lain dalam bidang perniagaan, industri, ilmu pendidikan dan berbagai dimensi lain, baik pembangunan fisik maupun pembangunan sepiritual. Dalam upaya menjawab tantangan ini perkembangan sumber daya diproritaskan. Perkembangan sumber daya yang diprioritasakan adalah perkembangan sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan sumberdaya manusia dapat melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan besama-sama membangun bangsa. Disamping itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak hanya cukup tumbuh dan berkembang dengan dorongan insting saja, melainkan perlu bimbingan dan dorongan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia purna. Menurut undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal 1 menyatakan;
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, Masyarakat maupun bangsa dan negara, sebagai wujud perhatian negara Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat pembangunan bangsa akan menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan antara lain: peningkatan mutu para guru, pembaharuan kurikulum, penambahan berbagai fasilitas belajar, dan sebagainya. Meskipun usaha-usaha tersebut telah dilakukan tetapi masih banyak sekolah-sekolah yang menghasilkan lulusan yang kurang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat, orangtua, guru, dan siswa itu sendiri.
Menurut Ngalim Purwanto (1988: 148) lingkungan pendidikan atau lingkungan belajar dibedakan menjadi 3 golongan. antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkuangan masyarakat. Lingkungan belajar tersebut mendukung dan berperan besar dalam keberhasilan perestasi belajar anak didik. Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 81) Lingkungan keluarga terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor Orangtua, suasana rumah tangga atau keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Anak lahir dalam lingkungan keluarga dan dalam pemeliharaan Orangtua. Orangtua disini memikul tugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pengasuh bagi Anak-anaknya. Orangtua merupakan contoh terdekat bagi anaknya. Segala perbuatan yang dilakukan tanpa disadari akan ditiru anaknya, untuk itu sikap Orangtua yang bermasalah harus dihindari. Orangtua harus memperhatikan pendidikan, dan perkembangan belajar anaknya. Disamping itu hubungan Orangtua dengan anak sangat berpengaruh dalam kemajuan belajar anak. Yang dimaksud perhatian disini adalah kasih sayang yang penuh perhatian atau kebencian. Kasih sayang, perhatian atau penghargaan kepada anak akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak-anaknya.Suasana rumah adalah keadaan lingkungan fisik maupun nonfisik dalam rumah. Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik, anak akan terganggu konsenterasinya sehingga sulit untuk belajar.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Dikatakan sebagai lembaga pendidikan formal karena diadakan di sekolah atau tempat tertentu dan mempunyai jenjang mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab VI pasal 14. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam lingkungan masyarakat. Dan sekaligus mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ketingkat menengah. Pendidikan dasar ini diselengarakan selama 9 tahun, yang dilaksanakan 6 tahun di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta 3 tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat.
Secara hakikat, hasil sebuah pembelajaran adalah adanya perubahan perilaku. Berbagai fakta menunjukkan, berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan masih mudah ditemukan. Dengan kata lain, kesadaran lingkungan siswa masih perlu ditingkatkan. Selain itu, permasalahan yang sering ditemukan di sekolah adalah kurangnya persiapan Guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang masih monoton. Dan dari data yang ada, hanya sekitar 30 % guru yang memiliki kemampuan dalam pemberdayaan lingkungan sekolah, sehingga dampak dari kegiatan proses belajar mengajar di kelas menjadi tidak  menarik dan tidak memotivasi siswa. Permasalahan tersebut timbul dikarenakan minimnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam  pemberdayaan lingkungan sekolah sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak dipersiapkan dan dirancang dengan baik.
Melalui PTS ini diharapkan guru-guru dapat lebih melatih diri dan meningkatkan kemampuan dalam memberdayakan lingkungan sekolah dengan maksimal sehingga secara otomatis jika proses pembelajaran dapat dirancang dengan baik, maka akan menciptakan suasana kelas yang kondusif dan dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah dan menyenangkan.

B.   Identifikasi Masalah
         Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
  1. Guru belum maksimal dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar;
  2. Kurangnya supervisi kepala sekolah terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
  3. Rendahnya motivasi dan kreatifitas guru dalam melaksanakan tugas mengajar;

C. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi seperti disebutkan di atas, maka masalah penelitian dibatasi pada masalah kurangnya kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:  “Apakah dengan pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar?”

E.   Tujuan Penelitian
            Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk:
(1)        Meningkatkan kemampuan guru IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar;
(2)        Meningkatkan motivasi, inovasi dan kreatifitas guru melaksanakan tugas mengajar;
(3)        Meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

F.   Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi kepala sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga menjadi lebih profesional, meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja dan mutu sekolah secara keseluruhan.
Di samping itu langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan menggunakan pemberdayaan lingkungan sekolah dapat menjadi acuan dalam menyeselaikan masalah yang sama bagi peneliti lain.

G.  Definisi Istilah
1.   Lingkungan Sekolah sebagai sumber belajar
Keadaan-keadaan di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran.
2.   Supervisi
Serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
3.   Kemampuan
Adalah apasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan
4.   Guru
Guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kondisi Sekolah
Sekolah Dasar Negeri ............ 02 adalah salah satu sekolah negeri yang berada di wilayah kerja UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kecamatan ............ Kabupaten ............. Letak geografis Sekolah Dasar Negeri ............ 02 berada di Desa ............ Kecamatan ............. Kondisi fisik bangunan ruang kelas dan jumlah siswa cukup memadai sehingga diharapkan dapat mendukung pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif walaupun letak SD Negeri ............ 02 berada di daerah pegunungan yang cukup sulit transportasinya.

B.   Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1.   Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar
Menurut Gage (1984, dalam Dahar, 1991), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu prows dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman yang diperolehnya. Sedangkan menurut Rosser (1984, dalam Dahar, 1991), prows belajar dapat pula diartikan sebagai proses perolehan pengetahuan yang merupakan suatu prows interaktif. Orang yang belajar akan berinteraksi dengan lingkungan secara aktif.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar (di dalam atau diluar) organisme yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme. Lingkungan tertentu mempunyai fenomena, keunikan, dan batas-batas sendiri. Pengenalan dari fenomena, keunikan dan batas-batas ini akan memberi rasa aman dan tenteram pada siswa. Dengan bertambahnya pengetahuan tentang berbagai keadaan, tempat, serta peranannya secara keseluruhan dalam suatu lingkungan, akan membuat siswa memperoleh kecakapan dan kesanggupan bare dalam menghadapi dunia nyata (Poerbakawatja, 1982). Hal ini sesuai dengan salah satu tugas sekolah sebagai tempat persiapan untuk terjun dalam kehidupan di masyarakat. Lingkungan memberi bahan­bahan kongkrit mengenai kehidupan sehari-hari untuk dijadikan bahan pelajaran. Contoh lingkungan yang dapat digunakan sebagai sumber belajar misalnya halaman sekolah; sawah, sungai, kolam, atau kebun di sekitar sekolah; pasar, super market, pusat kota, dan jalan raya; musium; kebun binatang; pabrik-pabrik; tempat pembuangan sampan akhir (TPA); instalasi pengolahan air limbah; instalasi pengolahan air minum dan kebun raya.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar diantaranya kurikulum, guru, sesama siswa, lingkungan dan media (sumber) belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang digunakan untuk membantu proses belajar. Staton (1978) mengemukakan bahwa dengan penggunaan yang tepat sumber belajar dapat meningkatkan pemahaman siswa dan mempercepat seluruh proses latihan. Lingkungan dapat digunakan sebagai sumber belajar. Pernyataan ini diperkuat oleh Sukarno (1981), bahwa pendidikan di luar kelas memperkaya anak akan pengalaman pertama, bukan pengalaman tangan kedua, pengalaman yang disampaikan gurunya, atau oleh buku. Pelaksanaannya dapat merupakan pendahuluan sebelum anak belajar di dalam kelas, atau merupakan kelanjutan dari proses belajar mengajar di dalam kelas. John (1976, dalam Staton, 1978) menyatakan bahwa laboratorium di luar kelas (lingkungan) adalah ruang kelas tempat anak belajar sesuatu dengan efektif tentang akar kegiatan dan proses belajar.
Relevansi penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dikemukakan oleh Driver (1994, dalam Nirwana 1996) bahwa reaksi siswa cukup baik terhadap lingkungan belajar yang terbuka. Partisifasi siswa melalui pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar lebih aktif dibandingkan pengajaran biasa. Pendapat ini didukung oleh Balding dkk., (1989, dalam Nirwana 1996) yang mengemukakan bahwa cara mengajar menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar adalah dengan memanfaatkan bahan, alat, serta fenomena yang ada di lingkungan. Pendapat lain dikemukakan oleh Kentish (1994), bahwa dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar kita dapat menciptakan dan meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan. Makin tinggi kesadaran seseorang terhadap lingkungan makin terwujud dalam tingkah laku. Sedangkan Bochrer dan Linsky (1990, dalam Braus 1993), menyatakan bahwa jika siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah dan jawaban sendiri, maka siswa akan termotivasi berpikir kritis, bertanggung jawab, dan mengembangkan berbagai keterampilan dalam pembelajaran.
Menurut Owen (1980), sikap menghargai, rasa bangga, dan memahami sumber daya alam seperti cahaya matahari, tanah, air, udara, dan makhluk hidup lain merupakan sikap yang perlu ditanamkan sejak dini. Anak sekolah adalah sasaran penting dalam pendidikan lingkungan karena merekalah yang kelak akan menjadi pemimpin (pengambil keputusan) dan pengguna sumber daya alam. Dalam beberapa hal mereka dapat mempengaruhi orangtua dan masyarakat di sekitarnya. Menurut Braus (1993) para sukarelawan dan pendidik yang bekerja di sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan lainnya dapat memberikan pengaruh yang kuat kepada siswa. Mulai dari peningkatan kesadaran dan pengetahuan dalam membentuk sikap dan mempermudah program pendidikan lingkungan. Disinger (1994), mengemukakan bahwa yang menjadi tantangan adalah menyiapkan materi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat agar dapat memecahkan masalah lingkungan yang sedang terjadi.
2.       Supervisi
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai berikut : “Supervision is assistance in the devolepment of a better teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih baik. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment). Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Konsep supervisi tidak bisa disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu ( semantik).
1)   Etimologi
Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.
2)  Morfologis
Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata.Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya.
3)   Semantik
Pada hakekatnya isi yang terandung dalam definisi yang rumusanya tentang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikan. Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi sebagai bantuan pengembangan situasi mengajar belajar agar lebih baik. Adam dan Dickey merumuskan supervisi sebagai pelayanan khususnya menyangkut perbaikan proses belajar mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut : “ Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik “. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal (aspek) yang perlu diperhatikan :
a.   Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
b.   Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar mengajar
Karena aspek utama adalah guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki yakni : 1) kemampuan personal, 2) kemampuan profesional 3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan sebagai berikut “ serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada pembinaan guru tersebut pula “Pembinaan profesional guru“ yakni pembinaan yang lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional guru.
Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru.[1]
3.       Supervisi Kelas
Supervisi kelas adalah serangkaian kegiatan yang akan dilakukan oleh pengawas untuk mengawasi tentang: setumpuk pembuatan administrasi kelas, akan diawasi dan dilihat kelemahan-kelemahannya selama mengajar, setelah itu akan menerima banyak nasehat yang berkaitan dengan tugas mengajar maupun perilaku guru pada umumnya. Kehadiran pengawas atau Kepala Sekolah yang akan melakukan supervise kelas merupakan hantu yang sangat menakutkan bagi guru selama ini. Dalam hati para guru mengatakan, “Memang saya sudah lama mengajar di depan kelas, namun demikian saya akui memang banyak hal yang seharusnya saya lakukan tetapi belum dapat saya lakukan dengan maksimal. Sebenarnya saya malu jika harus dilihat kekurangan-kekurangan saya saat mengajar”. Demikian kira-kirang yang dirasakan para guru selama ini.
Di sisi lain, para pengawas atau Kepala Sekolah untuk kegiatan supervisi kelas juga merupakan kegiatan yang dirasakan sangat membingungkan. Perasaan canggung atau sungkan muncul ketika mengamati para guru di dalam kelas saat mengajar. Perasaan itu muncul dikarenakan Pengawas atau Kepala Sekolah sudah tahu dengan pasti situasi hati para gurunya saat di awasi dalam mengajar. Atau mungkin ada beberapa pengawas atau Kepala Sekolah justru sebenarnya tidak begitu memahami berbagai permasalahan yang mungkin muncul saat melakukan supervise kelas, sehingga takut melakukannya. Atau bahkan sebenarnya beberapa Pengawas atau Kepala Sekolah tidak lebih mampu dibanding para guru dalam hal proses belajar mengajar.
Dua permasalahan besar tersebut selalu muncul di sekolah-sekolah. Namun sayang masing-masing pihak tidak berusaha untuk mengurai permsalahan tersebut. Guru di satu sisi malu untuk mengungkapkan apa sebenarnya yang menjadi kendala dalam dirinya saat dilakukan supervise kelas. Di sisi lain Pengawas atau Kepala Sekolah juga seakan menjaga jarak agar nampak lebih wibawa.
4.       Guru
Adalah semua orang yang mempunyai wewenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina siswa baik secara individu maupun klasikal yang diselenggarakan dalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah dan bertanggung jawab mendidik siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu dan mengupayakan siswa untuk menjadi manusia yang dewasa. Seorang guru adalah merupakan seorang sosok panutan bagi masyarakat, bukan saja bagi murid-muridnya, namun juga bagi rekan seprofesi, lingkungan maupun bagi bangsa ini. seorang guru adalah contoh dan suri tauladan yang baik yang merupakan pengambaran kehidupan sosial kemasyarakatan. masyarakat akan dipandang beradab bisa dilihat dari sosok guru sebagai pendidik masyarakat.
Peran dan tanggung jawab kelas / guru dalam penyusunan program semester yaitu pertama, menganalisis rancangan kompetensi dan indikator kompetensi serta materi standar. Kedua, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, mengembangkan strategi pembelajaran. Keempat mengembangkan media dan metode pembelajaran. (E. Mulyasa, 2006:196-201). Pembentukan tim pengembang program semester tersebut perlu dilakukan terlebih dahulu untuk memenuhi kriteria mutu program semester yang dapat dipertanggung jawabkan, dimana anggota tim dipilih berdasarkan pada kriteria dan tes tertentu yang dibuat secara khusus untuk menjaring orang yang memiliki kemampuan menjadi penyusun program semester. Semua anggota tim tersebut bertanggung jawab kepada dinas pendidikan kabupaten / kota / sekolah sesuai dengan mekanisme kerja yang berlaku di daerah masing-masing.
2.   Hasil Penelitian yang Relevan
a. Asmin Daud, Pemberdayaan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Berbahasa Indonesia Siswa Kelas 4 SD Laboratorium Upi Kampus Cibiru. Prosedur penelitian secara umum mengacu kepada alur kegiatan penelitian kelas sebagaimana Model Lewin’s (Elliot, 1991), dan secara khusus mengembangkan langkah-langkah PTK adaptasi dari Hopkins, 1993), yang langkah-langkahnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sejalan dengan langkah-langkah tersebut, penelitian ini dikembangakn dalam tiga siklus, yang masing-masing siklua mengembangkan tema yang berbeda. Seperti siklus 1 mengembangkan tema tentang surat kabar, yang dikembangkan ke dalam tiga tindakan. Siklus kedua mengembangkan tema tanaman hias, yang dikembangkan menjadi tiga tindakan, dan siklus ketiga mengembangkan tema perpustakaan sekolah yang dikembangkan menjadi dua tindakan. Setiap tindakan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar ini, fokus pembelajarannya adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam penggunaan bahasa secara komunikatif.
2.   Yeni Hendriani, Manfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Relevansi penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dikemukakan oleh Driver (1994, dalam Nirwana 1996) bahwa reaksi siswa cukup baik terhadap lingkungan belajar yang terbuka. Partisifasi siswa melalui pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar lebih aktif dibandingkan pengajaran biasa. Pendapat ini didukung oleh Balding dkk., (1989, dalam Nirwana 1996) yang mengemukakan bahwa cara mengajar menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar adalah dengan memanfaatkan bahan, alat, serta fenomena yang ada di lingkungan.

C. Upaya-upaya Pemecahan Masalah  
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli dan kenyataan yang ada di lapangan, maka usaha penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Kepala sekolah dan guru bersepakat untuk melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan kemampuan memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di di SD Negeri ............ 02 Kecamatan ............ Kabupaten .............
2.      Kepala sekolah melaksanakan kegiatan supervisi untuk meningkatkan kemampuan memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
3.      Diharapkan dengan pelaksanaan supervisi akademik  oleh kepala sekolah  meningkatkan kemampuan memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di SD Negeri ............ 02 Kecamatan ............ Kabupaten .............