BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan tercermin dari
kondisi lingkungan disekitar yang telah mengalami kerusakan alam dan pencemaran
lingkungan. Untuk lebih meningkatkan rasa kesadaran, tanggung jawab serta
kepedulian terhadap lingkungan, perlu ditanamkan pendidikan lingkungan sejak
dini, yaitu melalui pendidikan berbudaya lingkungan di Sekolah Dasar. Gagasan
pemerintah untuk menerapkan Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai muatan lokal
ditingkat SD hingga SMA merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan
kepedulian terhadap lingkungan.
Oleh sebab itu telah dilakukan penelitian deskriptif yang terdiri dari
2 tahap yaitu analisa kurikulum dan, observasi lapangan untuk memperoleh data
yang meliputi model pembelajaran, media pembelajaran, kendala pelaksanaan
pembelajaran lingkungan hidup, dan fasilitas sekolah yang menunjang
pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
lingkungan hidup belum terlaksana secara maksimal karena beberapa permasakahan
yang dialami oleh para guru sekolah dasar. Agar pembelajaran lingkungan hidup
dapat terlaksana secara maksimal, maka sebagai tindak lanjut dilakukan kegiatan
sosialisasi dan lokakarya terhadap guru-guru sekolah dasar dalam meningkatkan proses
pembelajaran lingkungan hidup serta pemberdayaan sumber daya manusia.
Sebagai contoh, sebagian siswa SLTP dan SMU yang menggemari
petualangan melakukan kegiatan pendakian di berbagai gunung, kemudian
menorehkan identitas mereka di pohon-pohon dengan menggunakan pisau,
menyemprotkan cat (pilox) di bebatuan dan gua-gua; kemudian membawa pulang
beberapa tangkai edelwise sebagai persembangan kepada teman-teman
"dekat". Sebagian lagi memodifikasi knalpot sepeda motor yang
dikendarai sehingga terdengar raungan yang memekakkan telinga dan mengepulkan
asap yang memedihkan mata. Berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan
lingkungan semestinya dapat dikendalikan karena mereka telah memperoleh materi
lingkungan, yang terintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Di jenjang
sekolah dasar, materi lingkungan terintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPA
dan IPS; demikian juga di jenjang SLTP, materi lingkungan terintegrasi ke dalam
mata pelajaran IPA-Biologi, IPA-Fisika, IPA-Geografl, dan IPS-Ekonomi; sedangkan
di jenjang SMU, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran Biologi
dan Sosiologi.
Dalam era globalisasi sekarang ini negara mengalami persaingan yang
luar biasa dalam berbagai bidang. Antara lain dalam bidang perniagaan,
industri, ilmu pendidikan dan berbagai dimensi lain, baik pembangunan fisik
maupun pembangunan sepiritual. Dalam upaya menjawab tantangan ini perkembangan
sumber daya diproritaskan. Perkembangan sumber daya yang diprioritasakan adalah
perkembangan sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan sumberdaya
manusia dapat melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan besama-sama membangun bangsa. Disamping itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak hanya cukup tumbuh dan berkembang dengan dorongan insting saja, melainkan perlu bimbingan dan dorongan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia purna. Menurut undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal 1 menyatakan;
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, Masyarakat maupun bangsa dan negara, sebagai wujud perhatian negara Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat pembangunan bangsa akan menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan besama-sama membangun bangsa. Disamping itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak hanya cukup tumbuh dan berkembang dengan dorongan insting saja, melainkan perlu bimbingan dan dorongan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia purna. Menurut undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal 1 menyatakan;
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, Masyarakat maupun bangsa dan negara, sebagai wujud perhatian negara Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat pembangunan bangsa akan menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan
antara lain: peningkatan mutu para guru, pembaharuan kurikulum, penambahan
berbagai fasilitas belajar, dan sebagainya. Meskipun usaha-usaha tersebut telah
dilakukan tetapi masih banyak sekolah-sekolah yang menghasilkan lulusan yang
kurang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat, orangtua, guru,
dan siswa itu sendiri.
Menurut Ngalim Purwanto (1988: 148) lingkungan pendidikan atau lingkungan belajar dibedakan menjadi 3 golongan. antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkuangan masyarakat. Lingkungan belajar tersebut mendukung dan berperan besar dalam keberhasilan perestasi belajar anak didik. Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 81) Lingkungan keluarga terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor Orangtua, suasana rumah tangga atau keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Anak lahir dalam lingkungan keluarga dan dalam pemeliharaan Orangtua. Orangtua disini memikul tugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pengasuh bagi Anak-anaknya. Orangtua merupakan contoh terdekat bagi anaknya. Segala perbuatan yang dilakukan tanpa disadari akan ditiru anaknya, untuk itu sikap Orangtua yang bermasalah harus dihindari. Orangtua harus memperhatikan pendidikan, dan perkembangan belajar anaknya. Disamping itu hubungan Orangtua dengan anak sangat berpengaruh dalam kemajuan belajar anak. Yang dimaksud perhatian disini adalah kasih sayang yang penuh perhatian atau kebencian. Kasih sayang, perhatian atau penghargaan kepada anak akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak-anaknya.Suasana rumah adalah keadaan lingkungan fisik maupun nonfisik dalam rumah. Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik, anak akan terganggu konsenterasinya sehingga sulit untuk belajar.
Menurut Ngalim Purwanto (1988: 148) lingkungan pendidikan atau lingkungan belajar dibedakan menjadi 3 golongan. antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkuangan masyarakat. Lingkungan belajar tersebut mendukung dan berperan besar dalam keberhasilan perestasi belajar anak didik. Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 81) Lingkungan keluarga terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor Orangtua, suasana rumah tangga atau keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Anak lahir dalam lingkungan keluarga dan dalam pemeliharaan Orangtua. Orangtua disini memikul tugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pengasuh bagi Anak-anaknya. Orangtua merupakan contoh terdekat bagi anaknya. Segala perbuatan yang dilakukan tanpa disadari akan ditiru anaknya, untuk itu sikap Orangtua yang bermasalah harus dihindari. Orangtua harus memperhatikan pendidikan, dan perkembangan belajar anaknya. Disamping itu hubungan Orangtua dengan anak sangat berpengaruh dalam kemajuan belajar anak. Yang dimaksud perhatian disini adalah kasih sayang yang penuh perhatian atau kebencian. Kasih sayang, perhatian atau penghargaan kepada anak akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak-anaknya.Suasana rumah adalah keadaan lingkungan fisik maupun nonfisik dalam rumah. Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik, anak akan terganggu konsenterasinya sehingga sulit untuk belajar.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memungkinkan
seseorang meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya.
Dikatakan sebagai lembaga pendidikan formal karena diadakan di sekolah atau
tempat tertentu dan mempunyai jenjang mulai dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab VI pasal 14.
Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan sikap
dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan untuk hidup dalam lingkungan masyarakat. Dan sekaligus mempersiapkan
peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ketingkat menengah. Pendidikan dasar
ini diselengarakan selama 9 tahun, yang dilaksanakan 6 tahun di Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibtidaiah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta 3 tahun
di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau
bentuk lain yang sederajat.
Secara hakikat, hasil sebuah pembelajaran adalah adanya perubahan
perilaku. Berbagai fakta menunjukkan, berbagai perilaku siswa yang mengarah
pada perusakan lingkungan masih mudah ditemukan. Dengan kata lain, kesadaran
lingkungan siswa masih perlu ditingkatkan. Selain itu, permasalahan yang sering ditemukan di sekolah adalah kurangnya
persiapan Guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang masih monoton. Dan
dari data yang ada, hanya sekitar 30 % guru yang memiliki kemampuan dalam pemberdayaan
lingkungan sekolah, sehingga dampak dari kegiatan proses belajar mengajar di
kelas menjadi tidak menarik dan tidak
memotivasi siswa. Permasalahan tersebut timbul dikarenakan minimnya pengetahuan
dan kemampuan guru dalam pemberdayaan
lingkungan sekolah sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak
dipersiapkan dan dirancang dengan baik.
Melalui PTS ini diharapkan
guru-guru dapat lebih melatih diri dan meningkatkan kemampuan dalam memberdayakan
lingkungan sekolah dengan maksimal sehingga secara otomatis jika proses
pembelajaran dapat dirancang dengan baik, maka akan menciptakan suasana kelas
yang kondusif dan dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah
dan menyenangkan.
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang muncul
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
- Guru belum maksimal dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar;
- Kurangnya supervisi kepala sekolah terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
- Rendahnya motivasi dan kreatifitas guru dalam melaksanakan tugas mengajar;
C. Pembatasan
Masalah
Dari masalah-masalah yang
telah teridentifikasi seperti disebutkan di atas, maka masalah penelitian
dibatasi pada masalah kurangnya kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan
di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: “Apakah dengan pelaksanaan supervisi
dapat meningkatkan kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar?”
E. Tujuan
Penelitian
Penelitian tindakan
sekolah ini bertujuan untuk:
(1)
Meningkatkan
kemampuan guru IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar;
(2)
Meningkatkan
motivasi, inovasi dan kreatifitas guru melaksanakan tugas mengajar;
(3)
Meningkatkan
semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
kepala sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan motivasi guru dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sehingga menjadi lebih profesional, meningkatkan
prestasi siswa dalam pembelajaran, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja dan
mutu sekolah secara keseluruhan.
Di samping itu langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kemampuan
guru dalam menyusun dan menggunakan pemberdayaan lingkungan sekolah dapat
menjadi acuan dalam menyeselaikan masalah yang sama bagi peneliti lain.
G. Definisi Istilah
1. Lingkungan Sekolah sebagai sumber
belajar
Keadaan-keadaan di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana
pembelajaran.
2. Supervisi
Serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Kemampuan
Adalah apasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan
4. Guru
Guru
umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kondisi Sekolah
Sekolah Dasar Negeri ............
02 adalah salah satu sekolah negeri yang berada di wilayah kerja UPT Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kecamatan ............ Kabupaten ............. Letak
geografis Sekolah Dasar
Negeri ............ 02 berada di Desa ............ Kecamatan .............
Kondisi fisik bangunan ruang kelas dan jumlah siswa cukup memadai sehingga
diharapkan dapat mendukung pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif
walaupun letak SD Negeri ............ 02 berada di daerah pegunungan yang cukup
sulit transportasinya.
B. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang
Relevan
1. Lingkungan Sekolah sebagai Sumber Belajar
Menurut Gage (1984, dalam Dahar, 1991), belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu prows dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman yang diperolehnya. Sedangkan menurut Rosser (1984, dalam Dahar,
1991), prows belajar dapat pula diartikan sebagai proses perolehan pengetahuan
yang merupakan suatu prows interaktif. Orang yang belajar akan berinteraksi
dengan lingkungan secara aktif.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar (di dalam atau
diluar) organisme yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku organisme.
Lingkungan tertentu mempunyai fenomena, keunikan, dan batas-batas sendiri.
Pengenalan dari fenomena, keunikan dan batas-batas ini akan memberi rasa aman
dan tenteram pada siswa. Dengan bertambahnya pengetahuan tentang berbagai
keadaan, tempat, serta peranannya secara keseluruhan dalam suatu lingkungan,
akan membuat siswa memperoleh kecakapan dan kesanggupan bare dalam menghadapi
dunia nyata (Poerbakawatja, 1982). Hal ini sesuai dengan salah satu tugas
sekolah sebagai tempat persiapan untuk terjun dalam kehidupan di masyarakat.
Lingkungan memberi bahanbahan kongkrit mengenai kehidupan sehari-hari untuk
dijadikan bahan pelajaran. Contoh lingkungan yang dapat digunakan sebagai
sumber belajar misalnya halaman sekolah; sawah, sungai, kolam, atau kebun di
sekitar sekolah; pasar, super market, pusat kota, dan jalan raya; musium; kebun
binatang; pabrik-pabrik; tempat pembuangan sampan akhir (TPA); instalasi
pengolahan air limbah; instalasi pengolahan air minum dan kebun raya.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar diantaranya kurikulum,
guru, sesama siswa, lingkungan dan media (sumber) belajar. Sumber belajar
adalah segala sesuatu yang digunakan untuk membantu proses belajar. Staton
(1978) mengemukakan bahwa dengan penggunaan yang tepat sumber belajar dapat
meningkatkan pemahaman siswa dan mempercepat seluruh proses latihan. Lingkungan
dapat digunakan sebagai sumber belajar. Pernyataan ini diperkuat oleh Sukarno
(1981), bahwa pendidikan di luar kelas memperkaya anak akan pengalaman pertama,
bukan pengalaman tangan kedua, pengalaman yang disampaikan gurunya, atau oleh
buku. Pelaksanaannya dapat merupakan pendahuluan sebelum anak belajar di dalam
kelas, atau merupakan kelanjutan dari proses belajar mengajar di dalam kelas.
John (1976, dalam Staton, 1978) menyatakan bahwa laboratorium di luar kelas
(lingkungan) adalah ruang kelas tempat anak belajar sesuatu dengan efektif
tentang akar kegiatan dan proses belajar.
Relevansi penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dikemukakan oleh
Driver (1994, dalam Nirwana 1996) bahwa reaksi siswa cukup baik terhadap
lingkungan belajar yang terbuka. Partisifasi siswa melalui pembelajaran
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar lebih aktif dibandingkan
pengajaran biasa. Pendapat ini didukung oleh Balding dkk., (1989, dalam Nirwana
1996) yang mengemukakan bahwa cara mengajar menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar adalah dengan memanfaatkan bahan, alat, serta fenomena yang ada
di lingkungan. Pendapat lain dikemukakan oleh Kentish (1994), bahwa dengan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar kita dapat menciptakan dan
meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan. Makin tinggi kesadaran
seseorang terhadap lingkungan makin terwujud dalam tingkah laku. Sedangkan
Bochrer dan Linsky (1990, dalam Braus 1993), menyatakan bahwa jika siswa diberi
kesempatan untuk menemukan masalah dan jawaban sendiri, maka siswa akan
termotivasi berpikir kritis, bertanggung jawab, dan mengembangkan berbagai
keterampilan dalam pembelajaran.
Menurut Owen (1980), sikap menghargai, rasa bangga, dan memahami sumber
daya alam seperti cahaya matahari, tanah, air, udara, dan makhluk hidup lain
merupakan sikap yang perlu ditanamkan sejak dini. Anak sekolah adalah sasaran
penting dalam pendidikan lingkungan karena merekalah yang kelak akan menjadi
pemimpin (pengambil keputusan) dan pengguna sumber daya alam. Dalam beberapa
hal mereka dapat mempengaruhi orangtua dan masyarakat di sekitarnya. Menurut
Braus (1993) para sukarelawan dan pendidik yang bekerja di sekolah-sekolah atau
lembaga pendidikan lainnya dapat memberikan pengaruh yang kuat kepada siswa.
Mulai dari peningkatan kesadaran dan pengetahuan dalam membentuk sikap dan
mempermudah program pendidikan lingkungan. Disinger (1994), mengemukakan bahwa
yang menjadi tantangan adalah menyiapkan materi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat agar dapat memecahkan masalah lingkungan yang sedang terjadi.
2.
Supervisi
Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) sebagai
berikut : “Supervision is assistance in the devolepment of a better
teaching learning situation”. Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi pembelajaran yang lebih
baik. Rumusan ini
mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar
mengajar (goal, material, technique, method, teacher, student, an envirovment).
Situasi belajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui
layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup
seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.
Konsep supervisi tidak bisa
disamakan dengan inspeksi, inspeksi lebih menekankan kepada kekuasaan dan
bersifat otoriter, sedangkan supervisi lebih menekankan kepada persahabatan
yang dilandasi oleh pemberian pelayanan dan kerjasama yang lebih baik diantara
guru-guru, karena bersifat demokratis. Istilah supervisi pendidikan dapat
dijelaskan baik menurut asal usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi),
maupun isi yang terkandung dalam perkataan itu ( semantik).
1) Etimologi
Istilah supervisi diambil dalam perkataan bahasa
Inggris “ Supervision” artinya pengawasan di bidang pendidikan. Orang yang
melakukan supervisi disebut supervisor.
2) Morfologis
Supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk
perkataannya. Supervisi terdiri dari dua kata.Super berarti
atas, lebih. Visi berarti lihat, tilik, awasi. Seorang
supervisor memang mempunyai posisi diatas atau mempunyai kedudukan yang lebih
dari orang yang disupervisinya.
3) Semantik
Pada hakekatnya isi yang
terandung dalam definisi yang rumusanya tentang sesuatu tergantung dari orang
yang mendefinisikan. Wiles secara singkat telah merumuskan bahwa supervisi
sebagai bantuan pengembangan situasi mengajar belajar agar lebih baik. Adam dan
Dickey merumuskan supervisi sebagai pelayanan khususnya menyangkut perbaikan
proses belajar mengajar. Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai
berikut : “ Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka
dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang
lebih baik “. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau
pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik. Untuk itu ada dua hal
(aspek) yang perlu diperhatikan :
a. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
b. Hal-hal yang menunjang kegiatan belajar
mengajar
Karena aspek utama adalah
guru, maka layanan dan aktivitas kesupervisian harus lebih diarahkan kepada
upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
belajar mengajar. Untuk itu guru harus memiliki yakni : 1) kemampuan personal,
2) kemampuan profesional 3) kemampuan sosial (Depdiknas, 1982).
Atas dasar uraian diatas, maka pengertian supervisi dapat dirumuskan
sebagai berikut “ serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk
layanan profesional yang diberikan oleh supervisor ( Pengawas sekolah, kepala
sekolah, dan pembina lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar
mengajar. Karena supervisi atau pembinaan guru tersebut lebih menekankan pada
pembinaan guru tersebut pula “Pembinaan profesional guru“ yakni pembinaan yang
lebih diarahkan pada upaya memperbaiki dan meningkatkan kemampuan profesional
guru.
Supervisi dapat kita artikan
sebagai pembinaan. Sedangkan sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala
sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun yang menjadi sasaran supervisi
diartikan pula pembinaan guru.[1]
3.
Supervisi Kelas
Supervisi
kelas adalah serangkaian kegiatan yang akan dilakukan oleh pengawas untuk
mengawasi tentang: setumpuk pembuatan administrasi kelas, akan diawasi dan
dilihat kelemahan-kelemahannya selama mengajar, setelah itu akan menerima
banyak nasehat yang berkaitan dengan tugas mengajar maupun perilaku guru pada
umumnya. Kehadiran pengawas atau Kepala Sekolah yang akan melakukan supervise
kelas merupakan hantu yang sangat menakutkan bagi guru selama ini. Dalam hati
para guru mengatakan, “Memang saya sudah lama mengajar di depan kelas, namun
demikian saya akui memang banyak hal yang seharusnya saya lakukan tetapi belum
dapat saya lakukan dengan maksimal. Sebenarnya saya malu jika harus dilihat
kekurangan-kekurangan saya saat mengajar”. Demikian kira-kirang yang dirasakan
para guru selama ini.
Di sisi
lain, para pengawas atau Kepala Sekolah untuk kegiatan supervisi kelas juga
merupakan kegiatan yang dirasakan sangat membingungkan. Perasaan canggung atau
sungkan muncul ketika mengamati para guru di dalam kelas saat mengajar.
Perasaan itu muncul dikarenakan Pengawas atau Kepala Sekolah sudah tahu dengan
pasti situasi hati para gurunya saat di awasi dalam mengajar. Atau mungkin ada
beberapa pengawas atau Kepala Sekolah justru sebenarnya tidak begitu memahami
berbagai permasalahan yang mungkin muncul saat melakukan supervise kelas,
sehingga takut melakukannya. Atau bahkan sebenarnya beberapa Pengawas atau
Kepala Sekolah tidak lebih mampu dibanding para guru dalam hal proses belajar
mengajar.
Dua
permasalahan besar tersebut selalu muncul di sekolah-sekolah. Namun sayang
masing-masing pihak tidak berusaha untuk mengurai permsalahan tersebut. Guru di
satu sisi malu untuk mengungkapkan apa sebenarnya yang menjadi kendala dalam
dirinya saat dilakukan supervise kelas. Di sisi lain Pengawas atau Kepala
Sekolah juga seakan menjaga jarak agar nampak lebih wibawa.
4.
Guru
Adalah
semua orang yang mempunyai wewenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan
membina siswa baik secara individu maupun klasikal yang diselenggarakan dalam
lingkungan sekolah maupun diluar sekolah dan bertanggung jawab mendidik siswa
dari yang tidak tahu menjadi tahu dan mengupayakan siswa untuk menjadi manusia
yang dewasa. Seorang guru adalah merupakan seorang sosok panutan bagi
masyarakat, bukan saja bagi murid-muridnya, namun juga bagi rekan seprofesi,
lingkungan maupun bagi bangsa ini. seorang guru adalah contoh dan suri tauladan
yang baik yang merupakan pengambaran kehidupan sosial kemasyarakatan.
masyarakat akan dipandang beradab bisa dilihat dari sosok guru sebagai pendidik
masyarakat.
Peran dan
tanggung jawab kelas / guru dalam penyusunan program semester yaitu pertama,
menganalisis rancangan kompetensi dan indikator kompetensi serta materi standar.
Kedua, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Ketiga, mengembangkan
strategi pembelajaran. Keempat mengembangkan media dan metode pembelajaran. (E.
Mulyasa, 2006:196-201). Pembentukan tim pengembang program semester tersebut
perlu dilakukan terlebih dahulu untuk memenuhi kriteria mutu program semester
yang dapat dipertanggung jawabkan, dimana anggota tim dipilih berdasarkan pada
kriteria dan tes tertentu yang dibuat secara khusus untuk menjaring orang yang
memiliki kemampuan menjadi penyusun program semester. Semua anggota tim
tersebut bertanggung jawab kepada dinas pendidikan kabupaten / kota / sekolah
sesuai dengan mekanisme kerja yang berlaku di daerah masing-masing.
2. Hasil Penelitian yang Relevan
a. Asmin Daud, Pemberdayaan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Dalam Upaya Meningkatkan
Kompetensi Berbahasa Indonesia Siswa Kelas 4 SD Laboratorium Upi Kampus Cibiru.
Prosedur penelitian secara umum mengacu kepada alur
kegiatan penelitian kelas sebagaimana Model Lewin’s (Elliot, 1991), dan secara khusus
mengembangkan langkah-langkah PTK adaptasi dari Hopkins, 1993), yang langkah-langkahnya
meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sejalan dengan
langkah-langkah tersebut, penelitian ini dikembangakn dalam tiga siklus, yang
masing-masing siklua mengembangkan tema yang berbeda. Seperti siklus 1
mengembangkan tema tentang surat
kabar, yang dikembangkan ke dalam tiga tindakan. Siklus kedua mengembangkan
tema tanaman hias, yang dikembangkan menjadi tiga tindakan, dan siklus ketiga
mengembangkan tema perpustakaan sekolah yang dikembangkan menjadi dua tindakan.
Setiap tindakan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar ini, fokus
pembelajarannya adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi secara aktif dalam penggunaan bahasa secara komunikatif.
2. Yeni Hendriani, Manfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar. Relevansi
penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dikemukakan oleh Driver (1994,
dalam Nirwana 1996) bahwa reaksi siswa cukup baik terhadap lingkungan belajar
yang terbuka. Partisifasi siswa melalui pembelajaran menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar lebih aktif dibandingkan pengajaran biasa. Pendapat ini
didukung oleh Balding dkk., (1989, dalam Nirwana 1996) yang mengemukakan bahwa
cara mengajar menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar adalah dengan
memanfaatkan bahan, alat, serta fenomena yang ada di lingkungan.
C. Upaya-upaya Pemecahan Masalah
Dengan mempertimbangkan dan
merujuk pada beberapa pendapat ahli dan kenyataan yang ada di lapangan, maka
usaha penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Kepala sekolah dan guru bersepakat untuk
melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan kemampuan memberdayakan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar di di SD Negeri ............ 02
Kecamatan ............ Kabupaten .............
2. Kepala sekolah melaksanakan kegiatan
supervisi untuk meningkatkan kemampuan memberdayakan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar.
3. Diharapkan dengan pelaksanaan supervisi
akademik oleh kepala sekolah meningkatkan kemampuan memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar di SD Negeri ............ 02 Kecamatan ............ Kabupaten .............
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih