Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Wednesday, 25 December 2013

PTS : MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SD NEGERI ............. MELALUI PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Maju mundurnya ataupun baik buruknya dunia pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai tenaga pengajar. Hal ini dikuatkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mendefinisikan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Hal tersebut bertujuan untuk mengatur kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai tenaga profesional disini mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidikan sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dan yang lebih utama lagi adalah guru harus memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum sehingga memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Selain sebagai tenaga pengajar, guru juga berperan sebagai agen pembelajaran (learning agent). Maksud dari agen pembelajaran adalah guru tidak hanya berperan sebagai tenaga pengajar saja, tetapi guru juga harus bisa berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Sehingga guru benar-benar menjadi seseorang yang dapat digugu dan ditiru.
Pengakuan dari pemerintah tersebut setidaknya dapat menjadi satu motivasi bagi guru untuk bekerja lebih giat dengan menunjukkan kinerja yang lebih baik demi mempertanggungjawabkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. Seperti tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk: (a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Guru yang profesional diharapkan dapat mengantar siswa mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga siswa mempunyai kompetensi dan mampu bersaing. Oleh karena itu, hal tersebut perlu menjadi  perhatian dan pemikiran pemerintah, masyarakat dan sekolah (guru) untuk bersama-sama menetapkan strategi dan konstribusi optimal terhadap pengembangan profesionalisme guru.  Selain itu,  hal yang penting adalah dibentuknya segera kesadaran bersama bahwa : (1) peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan bangsa dan (2) pemerataan daya tampung pendidikan harus disertai pemerataan mutu pendidikan, sehingga mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat.           
Kondisi di SD Negeri ............ saat sekarang aktivitas guru dalam pembelajaran lebih mendominasi, bahkan selama belajar pembelajaran guru cenderung tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif.  Guru terjebak pada metode mengajar ceramah yang monoton, statis, tanpa menggunakan metode variasi yang lainnya. Hal ini berarti merupakan kendala atau hambatan yang dihadapi oleh guru. Akibatnya aktivitas dan perkembangan potensi siswa dalam pembelajaran rendah dan tidak mencapai secara optimal. Agar pembelajaran bisa mencapai tujuan secara optimal, maka guru berupaya dalam peningkatan kualitas pendidikan dimulai dari peran guru sebagai nahkoda dan yang akan menghantarkan siswa ke tempat tujuan. Melalui kegiatan belajar, pembelajaran seorang guru perlu memilih strategi pembelajaran yang menarik.
Mutu pendidikan yang rendah kadang-kadang ditimpakan kepada siswa dengan berbagai alasan misalnya motivasi siswa rendah, input sekolah rendah, fasilitas tidak memadai dan kurang adanya dana. Jika fenomena ini di cermati, maka permasalahan-permasalahan yang muncul tersebut disebabkan oleh kemampuan guru dalam pembelajaran. Pembelajaran  selama  ini belum baik dan   menyenangkan.  Guru belum memberdayakan semua potensi dalam kelas untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.  Guru mengajar belum dengan penuh motivasi yang tinggi.  Guru mengajar belum mengoptimalkan interaksi guru-siswa di kelas. Siswa dalam kegiatan belajar belum menggunakan berbagai sumber belajar. Siswa dalam belajar belum menggunakan  buku ajar. Guru mengajar belum menggunakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik pokok bahasan. Guru dalam mengajar belum mempunyai strategi dan panduan pembelajaran. Guru belum mengimplementasikan teknik mengajar yang tepat.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang bermutu, para guru dituntut supaya memiliki kemampuan profesional yang memadai agar dapat melaksanakan pembelajaran secara komunikatif dan terpadu, mengingat hasil belajar yang bermutu sangat ditentukan oleh proses pembelajaran. Menurut Sudjarwo (2003) bahwa, mutu pembelajaran bergantung pada tiga unsur yaitu: (1) tingkat partisipasi siswa dan jenis kegiatan pembelajaran; (2) peran guru dalam pembelajaran dengan metode dan teknik-teknik yang bervariasi; dan (3) pengorganisasian kelas.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru saat ini dalam menyampaikan mata pelajaran masih menggunakan strategi penyampaian dengan komunikasi satu arah. Karena itu guru cenderung aktif dan siswa cenderung pasif. Disamping itu, strategi penyampaian yang digunakan cenderung verbal (hanya dengan kata-kata). Guru jarang menggunakan strategi penyampaian yang menekankan pada aktivitas siswa. Kondisi tersebut memerlukan perhatian yang serius, dan akan membawa implikasi usaha peningkatan kemampuan guru khususnya dalam merencanakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Sejalan dengan itu, berdasarkan analisis konseptual dan pembelajaran di SD Negeri ............, pembelajaran masih kurang mengembangkan potensi siswa dan masih belum banyak guru menyampaikan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran tertentu sehingga proses pembelajaran kurang variatif dan masih bersifat transfer informasi.
Fenomena rendahnya mutu prestasi belajar siswa dan layanan pembelajaran yang belum mengoptimalkan kemampuan siswa itu merupakan tantangan yang perlu dihadapi. Mutu proses pembelajaran dan hasil belajar siswa akan dapat distimulasi dan dicapai jika guru dapat membangkitkan motivasi belajar, minat atau perhatian, keaktifan, dan kemandirian siswa. Materi pelajaran akan lebih menarik jika dikaitkan dengan kehidupan siswa sehari-hari serta pada kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat menjawab fenomena tersebut.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas maka perlu adanya metode pebelajaran yang menarik bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya melalui pembelajaran. Adapun salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa yakni dengan peningkatan mutu pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut serta mencermati pentingnya kompotensi guru di SD Negeri ............, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
  1. Kecenderungan guru yang mengajar di SD Negeri ............ tidak bekerja dengan sepenuh hati, mereka sering menunjukkan sikap yang tidak professional
  2. Guru kurang empati terhadap profesinya sebagai guru, tidak peduli dengan prestasi kerja, apalagi peduli terhadap hasil belajar siswa.
  3. Pemahaman guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang aktual seperti pendekatan kontekstual masih kurang.
  4. Proses pembelajaran yang dilaksanakan cenderung kurang memperhatikan pengalaman peserta didik.
  5. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum memberikan ruang kepada peserta didik untuk meningkatkan kreativitasnya.
  6. Guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bermakna, hal ini mengakibatkan peserta didik tidak serius dalam mengikuti proses belajar mengajar.

C.    Pembatasan masalah
Dari beberapa identifikasi yang telah diuraikan tersebut, maka yang akan diteliti adalah masalah yang berkaitan dengan peningkatan kompotensi guru. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan peningkatan melalaui pengetahuan guru tentang metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mencapai pembelajaran secara optimal. Dalam penelitian ini yang akan menjadi pelaku dari penelitian adalah guru SD Negeri ............ sedang peneliti sebagai kolaborator.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan yang muncul, penelitian merumuskan sebagai berikut :”Apakah dengan peningkatan pengetahuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan kompotensi guru SD Negeri ............?”

E.     Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang ditentunkan diatas yaitu untuk meningkatkan kompotensi guru, maka akan  dilakukan pendampingan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada guru.


F.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan pengetahuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat  meningkatkan kompetensi guru-guru SD Negeri .............

G.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan sekolah ini diharapkan akan bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan kompotensi guru bagi :
1.      Guru
Guru lebih kompetensi, sehingga           penyampaian materi  menjadi efektif dan lebih menarik karena menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Di samping itu model pembelajaran menjadi efektif tidak monoton dan didukung oleh media pembelajaran yang dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru untuk mengetahui masalah-masalah yang mungkin dan akan dihadapinya.
2.      Sekolah
   Menambah nilai plus dalam beraktivitas dan berkreativitasnya para guru melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran agar proses kegiatan belajar pembelajaran lebih meningkat.         Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah terkait untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai tenaga profesional.
3.      Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan kompetensi guru, khususnya pada guru yang mengajar di SD Negeri .............


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

 

A.    Deskripsi Sekolah

Sekolah Dasar Negeri ............ adalah salah satu sekolah negeri yang berada di wilayah kerja UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kecamatan ............ Kabupaten ............. Letak geografis Sekolah Dasar Negeri ............ cukup strategis karena berada di wilayah yang padat penduduknya  dan mempunyai halaman dan lapangan olahraga yang cukup luas dengan jumlah murid sebanyak 163, terdiri dari laki-laki sebanyak 90 siswa dan perempuan sebanyak 73 siswa.
Sekolah Dasar Negeri ............ dikelola oleh seorang kepala sekolah berpendidikan diploma dua, dan dua guru berstatus PNS dengan latar belakang pendidikan sarjana, empat orang guru PNS dengan latar belakang sarjana muda pendidikan sekolah dasar serta dua orang guru wiyata bakti dengan diploma dua dan satu orang penjaga.

B.     Kerangka Teori  dan Hasil Penelitian yang Relevan

1.   Kerangka Teori  
a.   Kompetensi Guru
Robbins (1996) mengatakan bahwa kemampuan (kompetensi) adalah kepastian seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Individu dibentuk dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fasik. Kemampuan intelektual adalah  kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan mental, sedangkan kemampuan fasik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntu stamina, kecekatan, kekuatan dan ketrampilan.
Menurut Mitrani et.al, 1992; dalam (Widiyaningsih, 2009) kompetensi sebagai an underlying characteristic's of an individual which is causally related to criterion-referenced effective and or superior performance in a job or situasion. Atau karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam pekerjaannnya. Berangkat dari pengertian tersebut kompetensi seorang individu merupakan sesuatu yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kinerjanya. Sesuatu yang dimaksud bisa menyangkut motif, konsep diri, sifat, pengetahuan maupun kemampuan/keahlian. Kompetensi individu yang berupa kemampuan dan pengetahuan bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan. Sedangkan motif kompetensi dapat diperoleh pada saat proses seleksi.
Guru di dalam proses belajar mengajar haruslah memiliki kompetensi yang tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan di dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya serta pada proses belajar mengajar pada khususnya. Dan untuk memiliki kompetensi yang diharapkan tersebut seorang guru harus mampu membina dirinya sendiri secara baik dan dilanjutkan dengan kemampuan untuk membinan peserta didiknya dengan baik pula. Karena pada dasarnya fungsi guru adalah membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik secara profesional di dalam proses belajar mengajar.
Definisi di atas menyatakan bahwa konsep kompetensi lebih ditekankan pada apa yang diharapkan oleh pekerja di tempat kerjanya dari proses pembelajaran yang berlangsung serta kemampuan mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan ke dalam situasi dan lingkungan yang baru. Ini adalah definisi yang luas, karena mencakup semua aspek dari performance kerja dan tidak hanya pada keterampilan tugas dalam arti yang sempit.
Dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dimana kompetensi guru yang dimaksud tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
a.       Kompetensi pedagogik adalah kemampuan untuk mengelola pembelajaran yang baik bagi peserta didik. Dengan kata lain menguasai materi pelajaran yang akan diajarkannya dengan baik, mampu memberikan pengertian yang jelas, serta mampu membawa suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik.
b.      Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik. Dengan kata lain, guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani, sehgga mampu melaksanakan kepemimpinan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara, yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.
c.       Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran luas dan mendalam. Guru harus memiliki pengetahuan yang luas serta dalam dari subjek matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat serta mampu menggunakan berbagai metode dalam proses belajar mengajar.
d.      Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien baik dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
b.   Pendekatan Kontekstual
1)      Konsep Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
Dewasa ini pembelajaran ada kecenderungan untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam Sungkowo ( 2003:1 ) dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dan guru ke siswa.
2)      Hakikat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Penerapan CTL dalam kelas tersebut secara garis besarnya adalah sebagai berikut: (Sungkowo, 2003: 10)
a)      Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b)      Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c)      Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d)     Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
e)      Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f)       Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g)      Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara,
Dalam penelitian ini akan terfokus pada nomor empat yakni menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
3)      Komponen Pembelajaran CTL
Menurut Nurhadi (2003: 33), Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu:
1)      Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivisim) merupakan landasan berpikir pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan seluruh pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dan teori konstruktivitis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
2)      Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Adapun langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) adalah merumuskan masalah, mengamati atau melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya; mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain, Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
3)      Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya berguna untuk:
a)      Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis.
b)      Mengecek pemahaman siswa.
c)      Membangkitkan respon kepada siswa
d)     Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa.
e)      Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
f)       Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
g)      Untuk membangkitkan Iebih banyak lagi pertanyaan dan siswa.
h)      Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Penerapan di kelas, hampir semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati. Kegiatan-kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk bertanya.
4)      Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dan kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dan sharing antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
5)      Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan tidak hanya terfokus pada guru, namun bisa dirancang dengan melibatkan siswa. Secara sederhana, model yang bisa ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih. Dalam kasus ini guru menjadi model.
6)      Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, merupakan pengayaan atau revisi dan pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses.
Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.
7)      Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
            Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.

2.   Hasil Penelitian yang Relevan
a.       Hafidh Mudhofar, Model Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching And Learning (Ctl) Untuk Peningkatan Pemahaman Konsep  Program Linear  ( PTK Pembelajaran di Kelas X SMK Pertiwi Kartasura ).  Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya kemampuan bernalar siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena dalam proses siswa kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat pada guru, dan klasikal. Selain itu siswa kurang dilatih untuk menganalisis permasalahan matematika, jarang sekali siswa menyampaikan ide untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses penyelesaian soal yang dilontarkan guru
b.      Tri Murtono, Keefektifan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Penalaran Matematika Pada Materi Komposisi Fungsi Dan Invers Fungsi Pada Siswa Kelas XI IA Sma Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Mengingat objek matematika abstrak, maka dalam pembelajaran matematika dimulai dari objek yang konkret sehingga konsep matematika dapat dipahami secara baik oleh peserta didik. Jika dikaitkan dengan kemampuan peserta didik untuk menggunakan daya nalarnya dalam memecahkan masalah yang ada, maka diharapkan peserta didik dapat memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan seharo-hari. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alternative untuk mengembangkan pembelajaran, salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning). Dari hal tersebut muncul permasalahan lebih efektif mana antara pembelajaran menggunakan model pembelajaran CTL dengan pembelajaran konvensional pada materi Komposisi Fungsi dan Invers Fungsi

C.    Usulan Penyelesaian Masalah

Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli dan kenyataan yang ada di lapangan, maka usaha penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Kepala sekolah dan guru bersepakat untuk melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri .............
2.      Guru menerapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pelaksanaan proses pembelajaran di  SD Negeri .............
3.      Diharapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL) oleh guru  dapat meningkatkan hasil belajar di SD Negeri .............
 
BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Pentahapan Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam dua siklus.  Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II, peneliti melakukan observasi terhadap proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Contextual Teaching And Learning (CTL) yang dilaksanakan di kelas oleh guru-guru di SD Negeri ............. Pada tahap ini, peneliti mengadakan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun sebelumnya.
Tindakan selanjutnya  peneliti mendokumentasikan hasil observasi, yaitu antara lain hasil observasi proses pembelajaran oleh guru, data kegiatan siswa dalam kelas selama proses pembelajaran, isi ruangan kelas, kegiatan di dalam kelas serta data-data yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dalam dua siklus.
Kegiatan akhir dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini adalah mengadakan refleksi untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menentukan kriteria keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.

B.     Lokasi dan Waktu Penelitian

1.      Lokasi Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian tindakan sekolah dilaksanakan di SD Negeri ............ Kecamatan ............  Kabupaten .............
2.      Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Oktober 2010 sedangkan per siklusnya dapat dirinci sebagai berikut :
Siklus Pertama                  :     25, 27, 29 Oktober 2010
Siklus Kedua                     :     1, 3, 5 Nopember 2010

C.    Subjek Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini yang menjadi subyek penelitian adalah guru SD Negeri ............ Kecamatan ............ Kabupaten ............ dalam melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode drill.

D.    Tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam dua siklus, di mana uraian tiap siklusnya adalah sebagai berikut :
1.      Siklus I
Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus pertama diuraikan sebagai berikut.
a.   Perencanaan
Kegiatan dalam tahap ini adalah membuat lembar observasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
b.   Pelaksanaan
      Meminta guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode drill.
c.   Pengamatan
Dalam tahap ini dilakukan pengamatan jalannya proses pembelajaran.
d.   Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan sehingga peneliti dapat merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya apa yang telah dilakukan dalam siklus I. Hasil dari siklus I digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus II.
2.      Siklus II
Secara terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus II diuraikan sebagai berikut.
1.   Perencanaan
Berdasarkan refleksi siklus I baik yang berkaitan dengan guru, siswa ataupun perangkat, maka diadakan perencanaan ulang terutama mengidentifikasi masalah. Masalah pokok yang dihadapi dikaji dalam refleksi I, kemudian dievaluasi untuk mendapatkan informasi pada bagian yang menjadi kelemahan sehingga pada siklus II dapat direncanakan yang lebih baik lagi.
2.   Pelaksanaan
Setelah perencanaan ulang diambil, pelaksanaan dilaksanakan pada siklus II. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan ini, sama dengan tindakan pada siklus I.
3.   Pengamatan
Selama pembelajaran berlangsung, peneliti diamati oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi. Adapun poin untuk lembar pengamatan guru menyangkut tentang hal-hal yang berkenaan dengan proses pembelajaran di kelas. Selain itu peneliti sendiri juga melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa selama pembelajaran guna mengetahui keaktifan siswa. Pengamatan terhadap siswa ini juga dilakukan berdasarkan lembar observasi .
4.   Refleksi
Peneliti bersama guru menganalisa semua tindakan kelas pada siklus II sebagaimana yang telah dilakukan pada siklus I dan menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

E.     Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat keberhasilan penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
1.   Observasi
Observasi adalah kegiatan mengamati sesuatu tanpa mempengaruhi dan secara simultan mencatat atau merekamnya untuk bahan analisis. Observasi ini dilakukan pada saat pelaksanaan proses pembelajaran dan dalam observasi ini kegiatan yang dilakukan adalah mencermati kegiatan yang ada di kelas misalnya sarana dan prasarana yang dimiliki, proses penyusunan RPP, kegiatan guru dalam mengembangkan model pembelajaran, dan lain-lain.
2.   Wawancara
Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Wawancara dilakukan untuk menggali persepsi responden terhadap model pembelajaran yang digunakan dan proses pelaksanaan pembelajaran.
3.   Dokumentasi
Menurut Guba dan Lincoln (1981:226) dalam Moleong (2004:216), dokumen adalah setiap bahan tertulis maupun film. Dokumen dalam penelitian digunakan sebagai sumber data karena dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dalam penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat pengumpulan data yang utama karena pembuktian hipotesis yang dianjurkan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori atau badan hukum yang diterima baik mendukung atau menolak hipotesis tersebut (Rahman, 1999:96). Dalam penelitian ini data-data yang akan di dokumentasikan adalah berupa, kegiatan guru di dalam kelas, kegiatan guru dalam mengembangkan silabus, kondisi siswa dan sebagainya.

F.     Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan observasi, wawancara dan tes tertulis.

G.    Teknik Analisa Data

Analisis data menurut Patton dalam Moleong (2004:280) adalah proses mengatur data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar. Sedangkan Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2004), mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis.
Analisis data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.

BAB IV
SIKLUS TINDAKAN

1.      Siklus Pertama
Kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan sekolah dalam dua siklus  penjelasan kegiatan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
a.       Perencanaan
Penelitian tindakan sekolah dilaksanakan di SD Negeri ............. Strategi peningkatan kompotensi guru dengan pendampingan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) digunakan pendekatan keterampilan proses dan belajar aktif. Dalam pembelajaran guru mengoptimalkan penggunaan berbagai media.
b.      Pelaksanaan
Pada siklus pertama ini penelitian berkisar pada pendampingan guru dalam memberikan materi pelajaran yang terdapat pada kompetensi dasar. Pada siklus pertama ini kegiatan pembelajaran guru diawali dengan memberikan rangsangan berpikir dan rasa keingintahuan guru dalam menerapakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Setelah guru diberi bimbingan dalam melaksanakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dan guru ingin mengetahui kadar tingkat pemahaman dalam materi serta diadakan pre test dilaksanakan setiap awal pertemuan. Guru diberi penjelasan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dan membagi materi yang telah dipersiapkan dan disesuaikan dengan topik, setelah selesai pembelajaran pada setiap pertemuan diadakan post test dan prest test. Pelaksanaan post test pada siklus pertama ini dilakukan setelah menggunakan guru dieri pendampingan untuk melaksankan pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Kemudian nilai hasil pre test dan post test dianalisa berdasarkan pedoman penilaian. Kemudian direfleksi, dan hasil refleksi pada siklus I kemudian disusun data awal tentang kompotensi guru. Selanjutnya dari data awal tersebut kemudian dijadikan bahan perencanaan dan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II
c.       Observasi
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data dilakukan menggunakan:
a.       Observasi, dengan cara mencatat peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar untuk analisis guna menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan.
b.      Wawancara kepada guru, untuk meperoleh data yang digunakan sebagai dasar pengelompokkan dalam diskusi.
c.       Angket untuk menilai metode metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
d.      Tes formatif, berupa soal-soal yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pencapai metode metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
d.      Refleksi
Berdasarkan analisis data dari pengamatan dan penilaian, tindakan refleksi yang akan dilakukan adalah:
1)      Perbaikan tindakan, dengan cara membuat proses pembelajaran yang dilakukan lebih meningkatkan kompotensi guru, misalnya dengan cara menambah motivasi yang sudah diberikan
2)      Perbaikan metode, misalanya mengubah kelompok, dengan cara mengatur komposisi personal anggota kelompok diskusi
3)      Perbaikan media, misalnya dengan cara menambah informasi, mengubah tampilan, kompisisi warna, jenis, bentuk dan ukuran font serta butir-butir soal.

2.      Siklus Kedua
Kegiatan pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus kedua sebagaimana diuraikan di bawah ini :
1.      Perencanaan
Peneliti menyiapkan dan menetapkan lembar observasi. Lembar observasi mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan. Terkait dengan rencana perbaikan pembelajaran, peneliti mengecek kesiapan  guru dalam menyiapkan berbagai bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran seperti : lembar kerja, alat bantu pembelajaran, lembar tes formatif dan lembar observasi sebagaimana pelaksanaan siklus I.
2.      Pelaksanaan
Berdasarkan hasil observasi pada refleksi dan evaluasi pada siklus I, maka siklus II merupakan kesinambungan dari siklus I. Adapun pada kompetensi dasar pada siklus II ini adalah kemampuan guru mendeskripsikan pembelajaran metode  Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada siklus II ini akan memperbaiki kendala-kendala yang terjadi pada siklus pertama. Pembelajaran dilakukan dengan model yang sama pada siklus I, namun langkah-langkahnya ditambah dengan media pembelajaran berupa gambar yang berbeda yakni disesuaikan dengan kompetensi dasar yang sesuai pada saat siklus II. Peneliti bersama observer mengamati proses pembelajaran guru tersebut dengan lembar observasi yang sudah disiapkan.
3.      Observasi
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data dilakukan menggunakan:
a.       Melaksanakan kegiatan observasi ulang, dengan cara mencatat peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar untuk analisis guna menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan.
b.      Wawancara kedua kepada guru, untuk meperoleh data yang digunakan sebagai dasar pengelompokkan dalam diskusi.
c.       Menyebarkan angket untuk menilai metode metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
d.      Melaksanakan kegiatan tes formatif kedua, berupa soal-soal yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pencapai metode metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
4.      Refleksi
Dari pembahasan siklus I dan II di atas menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tercapai, sehingga hipotesis penelitian ini dapat diterima yang berarti ada peningkatan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa di  SD Negeri ............Kecamatan ............ Kabupaten ............ pada pelaksanaan proses pembelajaran.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.     Kesimpulan

Model pembelajaran CTL adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Perbedaan hasil belajar ini disebabkan karena pada model pembelajaran CTL lebih ditekankan pada belajar mandiri, bekerjasama dan presentasi sehingga berpegaruh terhadap penalaran matematika pada peserta didik. Sedangkan pada metode konvensional peserta didik hanya dituntut menyelesaikan masalah baik secara individu atau kelompok. Proses pembelajaran ini lebih menitikberatkan guru sebagai motivator agar peserta didik mau mengejakan tugasnya

B.     Saran

Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli dan kenyataan yang ada di lapangan, maka usaha penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut :
  1. Hendaknya guru dapat menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran CTL serta mengembangkan berbagai aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam pembelajaran.
  2. Guru dapat memadukan model pembelajaran CTL dengan model pembelajaran lainnya sehingga diperoleh model pembelajaran yang lebih sesuai karakteristik pokok bahasan dan kondisi peserta didik.
  3. Perlu ditingkatkannya kreatifitas peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengkonstruksi persoalan yang ada dan mengahsilakan hasil karya yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksional. Jakarta : Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV.IKIP Semarang Press.

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ). Jakarta: Dirjen, Didasmen, Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama

______. 2002. Manajemen Peningkatan mutu berbasis sekolah (Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual). Jakarta. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pertama. Jakarta.

Nurhadi, Yasin Burhan dan Gerrad Suduk Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang

Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Rianto, Yatim. 1996. Metodologi Penelitian pendidikan suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC Surabaya.

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih