BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Maju mundurnya ataupun baik buruknya
dunia pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai tenaga pengajar. Hal ini
dikuatkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen, yang mendefinisikan bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Hal tersebut bertujuan untuk mengatur
kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai tenaga profesional
disini mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh
seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat
pendidikan sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan
tertentu. Dan yang lebih utama lagi adalah guru harus memperoleh penghasilan di
atas kebutuhan minimum sehingga memiliki kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya.
Selain sebagai tenaga pengajar, guru
juga berperan sebagai agen pembelajaran (learning
agent). Maksud dari agen pembelajaran adalah guru tidak hanya berperan
sebagai tenaga pengajar saja, tetapi guru juga harus bisa berperan sebagai
fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi
belajar bagi peserta didik. Sehingga guru benar-benar menjadi seseorang yang dapat digugu dan ditiru.
Pengakuan dari pemerintah tersebut setidaknya dapat
menjadi satu motivasi bagi guru untuk bekerja lebih giat dengan menunjukkan
kinerja yang lebih baik demi mempertanggungjawabkan kedudukannya sebagai tenaga
profesional. Seperti tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban
untuk: (a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk
meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan
kepadanya.
Guru yang
profesional diharapkan dapat mengantar siswa mempelajari ilmu pengetahuan dan
teknologi sehingga siswa mempunyai kompetensi dan mampu bersaing. Oleh karena
itu, hal tersebut perlu menjadi
perhatian dan pemikiran pemerintah, masyarakat dan sekolah (guru) untuk
bersama-sama menetapkan strategi dan konstribusi optimal terhadap pengembangan
profesionalisme guru. Selain itu, hal yang penting adalah dibentuknya segera
kesadaran bersama bahwa : (1) peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen
untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan
bangsa dan (2) pemerataan daya tampung pendidikan harus disertai pemerataan
mutu pendidikan, sehingga mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Kondisi di
SD Negeri ............ saat sekarang aktivitas guru dalam pembelajaran lebih
mendominasi, bahkan selama belajar pembelajaran guru cenderung tidak memberi
kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif.
Guru terjebak pada metode mengajar ceramah yang monoton, statis, tanpa
menggunakan metode variasi yang lainnya. Hal ini berarti merupakan kendala atau
hambatan yang dihadapi oleh guru. Akibatnya aktivitas dan perkembangan potensi
siswa dalam pembelajaran rendah dan tidak mencapai secara optimal. Agar
pembelajaran bisa mencapai tujuan secara optimal, maka guru berupaya dalam
peningkatan kualitas pendidikan dimulai dari peran guru sebagai nahkoda dan
yang akan menghantarkan siswa ke tempat tujuan. Melalui kegiatan belajar,
pembelajaran seorang guru perlu memilih strategi pembelajaran yang menarik.
Mutu
pendidikan yang rendah kadang-kadang ditimpakan kepada siswa dengan berbagai
alasan misalnya motivasi siswa rendah, input sekolah rendah, fasilitas tidak
memadai dan kurang adanya dana. Jika fenomena ini di cermati, maka
permasalahan-permasalahan yang muncul tersebut disebabkan oleh kemampuan guru
dalam pembelajaran. Pembelajaran selama ini belum baik dan menyenangkan. Guru belum memberdayakan semua potensi dalam
kelas untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran. Guru mengajar belum dengan penuh motivasi yang
tinggi. Guru mengajar belum mengoptimalkan
interaksi guru-siswa di kelas. Siswa dalam kegiatan belajar belum menggunakan
berbagai sumber belajar. Siswa dalam belajar belum menggunakan buku ajar. Guru mengajar belum menggunakan
media pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik pokok bahasan. Guru
dalam mengajar belum mempunyai strategi dan panduan pembelajaran. Guru belum mengimplementasikan
teknik mengajar yang tepat.
Untuk
mewujudkan pembelajaran yang bermutu, para guru dituntut supaya memiliki
kemampuan profesional yang memadai agar dapat melaksanakan pembelajaran secara
komunikatif dan terpadu, mengingat hasil belajar yang bermutu sangat ditentukan
oleh proses pembelajaran. Menurut Sudjarwo (2003) bahwa, mutu pembelajaran
bergantung pada tiga unsur yaitu: (1) tingkat partisipasi siswa dan jenis
kegiatan pembelajaran; (2) peran guru dalam pembelajaran dengan metode dan
teknik-teknik yang bervariasi; dan (3) pengorganisasian kelas.
Kenyataan
di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru saat ini dalam menyampaikan
mata pelajaran masih menggunakan strategi penyampaian dengan komunikasi satu
arah. Karena itu guru cenderung aktif dan siswa cenderung pasif. Disamping itu,
strategi penyampaian yang digunakan cenderung verbal (hanya dengan kata-kata).
Guru jarang menggunakan strategi penyampaian yang menekankan pada aktivitas
siswa. Kondisi tersebut memerlukan perhatian yang serius, dan akan membawa implikasi
usaha peningkatan kemampuan guru khususnya dalam merencanakan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Sejalan dengan itu, berdasarkan
analisis konseptual dan pembelajaran di SD Negeri ............, pembelajaran
masih kurang mengembangkan potensi siswa dan masih belum banyak guru
menyampaikan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran tertentu sehingga
proses pembelajaran kurang variatif dan masih bersifat transfer informasi.
Fenomena
rendahnya mutu prestasi belajar siswa dan layanan pembelajaran yang belum
mengoptimalkan kemampuan siswa itu merupakan tantangan yang perlu dihadapi.
Mutu proses pembelajaran dan hasil belajar siswa akan dapat distimulasi dan
dicapai jika guru dapat membangkitkan motivasi belajar, minat atau perhatian, keaktifan,
dan kemandirian siswa. Materi pelajaran akan lebih menarik jika dikaitkan
dengan kehidupan siswa sehari-hari serta pada kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu perlu dikembangkan dan diterapkan suatu model pembelajaran yang
dapat menjawab fenomena tersebut.
Berdasarkan
dari permasalahan tersebut di atas maka perlu adanya metode pebelajaran yang
menarik bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya melalui pembelajaran.
Adapun salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa yakni
dengan peningkatan mutu pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi
dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut serta mencermati
pentingnya kompotensi guru di SD Negeri ............, maka dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
- Kecenderungan guru yang mengajar di SD Negeri ............ tidak bekerja dengan sepenuh hati, mereka sering menunjukkan sikap yang tidak professional
- Guru kurang empati terhadap profesinya sebagai guru, tidak peduli dengan prestasi kerja, apalagi peduli terhadap hasil belajar siswa.
- Pemahaman guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang aktual seperti pendekatan kontekstual masih kurang.
- Proses pembelajaran yang dilaksanakan cenderung kurang memperhatikan pengalaman peserta didik.
- Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum memberikan ruang kepada peserta didik untuk meningkatkan kreativitasnya.
- Guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bermakna, hal ini mengakibatkan peserta didik tidak serius dalam mengikuti proses belajar mengajar.
C. Pembatasan masalah
Dari
beberapa identifikasi yang telah diuraikan tersebut, maka yang akan diteliti
adalah masalah yang berkaitan dengan peningkatan kompotensi guru. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan peningkatan melalaui pengetahuan guru tentang
metode pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL)
untuk mencapai pembelajaran
secara optimal. Dalam penelitian ini yang akan menjadi pelaku dari penelitian
adalah guru SD Negeri ............ sedang peneliti sebagai kolaborator.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
beberapa permasalahan yang muncul, penelitian merumuskan sebagai berikut
:”Apakah dengan peningkatan pengetahuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan kompotensi
guru SD Negeri ............?”
E. Pemecahan Masalah
Untuk
memecahkan masalah yang ditentunkan diatas yaitu untuk meningkatkan kompotensi
guru, maka akan dilakukan pendampingan
pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL)
pada guru.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
pada latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, maka
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan pengetahuan model
pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL),
dapat meningkatkan kompetensi guru-guru
SD Negeri .............
G. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian tindakan sekolah ini diharapkan akan bermanfaat bagi pengembangan
dan peningkatan kompotensi guru bagi :
1. Guru
Guru lebih
kompetensi, sehingga penyampaian
materi menjadi efektif dan lebih menarik
karena menggunakan model Contextual
Teaching and Learning (CTL). Di samping itu model pembelajaran
menjadi efektif tidak monoton dan didukung oleh media pembelajaran yang
dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan bagi guru untuk mengetahui masalah-masalah yang mungkin dan akan
dihadapinya.
2. Sekolah
Menambah nilai plus dalam beraktivitas dan
berkreativitasnya para guru melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran agar proses kegiatan
belajar pembelajaran lebih meningkat.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah
terkait untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru
sebagai tenaga profesional.
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian
ini dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan kompetensi
guru, khususnya pada guru yang mengajar di SD Negeri .............
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Sekolah
Sekolah Dasar Negeri ............ adalah salah satu
sekolah negeri yang berada di wilayah kerja UPT Dinas Pendidikan, Pemuda dan
Olahraga Kecamatan ............ Kabupaten ............. Letak geografis Sekolah Dasar Negeri ............ cukup
strategis karena berada di wilayah yang padat penduduknya dan mempunyai halaman dan lapangan olahraga
yang cukup luas dengan jumlah murid sebanyak 163, terdiri dari laki-laki
sebanyak 90 siswa dan perempuan sebanyak 73 siswa.
Sekolah Dasar Negeri ............
dikelola oleh seorang kepala sekolah berpendidikan diploma dua, dan dua guru
berstatus PNS dengan latar belakang pendidikan sarjana, empat orang guru PNS
dengan latar belakang sarjana muda pendidikan sekolah dasar serta dua orang
guru wiyata bakti dengan diploma dua dan satu orang penjaga.
B. Kerangka Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kerangka Teori
a. Kompetensi Guru
Robbins (1996) mengatakan bahwa kemampuan (kompetensi) adalah kepastian seorang
individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Individu
dibentuk dari dua perangkat faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan
fasik. Kemampuan intelektual adalah
kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan mental, sedangkan
kemampuan fasik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas
yang menuntu stamina, kecekatan, kekuatan dan ketrampilan.
Menurut Mitrani et.al, 1992; dalam (Widiyaningsih,
2009) kompetensi sebagai an underlying characteristic's of an individual
which is causally related to criterion-referenced effective and or superior
performance in a job or situasion. Atau karakteristik yang mendasari
seseorang dan berkaitan dengan efektifitas kinerja individu dalam
pekerjaannnya. Berangkat dari pengertian tersebut kompetensi seorang individu
merupakan sesuatu yang melekat dalam dirinya yang dapat digunakan untuk memprediksi
tingkat kinerjanya. Sesuatu yang dimaksud bisa menyangkut motif, konsep diri,
sifat, pengetahuan maupun kemampuan/keahlian. Kompetensi individu yang berupa
kemampuan dan pengetahuan bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pelatihan.
Sedangkan motif kompetensi dapat diperoleh pada saat proses seleksi.
Guru di dalam proses belajar mengajar haruslah
memiliki kompetensi yang tersendiri guna mencapai harapan yang dicita-citakan
di dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya serta pada proses belajar
mengajar pada khususnya. Dan untuk memiliki kompetensi yang diharapkan tersebut
seorang guru harus mampu membina dirinya sendiri secara baik dan dilanjutkan
dengan kemampuan untuk membinan peserta didiknya dengan baik pula. Karena pada
dasarnya fungsi guru adalah membina dan mengembangkan kemampuan peserta didik
secara profesional di dalam proses belajar mengajar.
Definisi di atas menyatakan bahwa konsep kompetensi
lebih ditekankan pada apa yang diharapkan oleh pekerja di tempat kerjanya dari
proses pembelajaran yang berlangsung serta kemampuan mentransfer dan
mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan ke dalam situasi dan lingkungan
yang baru. Ini adalah definisi yang luas, karena mencakup semua aspek dari
performance kerja dan tidak hanya pada keterampilan tugas dalam arti yang
sempit.
Dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dimana kompetensi
guru yang dimaksud tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
a.
Kompetensi pedagogik adalah
kemampuan untuk mengelola pembelajaran yang baik bagi peserta didik. Dengan
kata lain menguasai materi pelajaran yang akan diajarkannya dengan baik, mampu
memberikan pengertian yang jelas, serta mampu membawa suasana belajar yang
menyenangkan bagi peserta didik.
b.
Kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan bagi peserta didik. Dengan kata lain, guru harus memiliki
kepribadian yang patut diteladani, sehgga mampu melaksanakan kepemimpinan yang
dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara, yaitu ing
ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.
c.
Kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran luas dan mendalam. Guru harus memiliki
pengetahuan yang luas serta dalam dari subjek
matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologis
dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang
tepat serta mampu menggunakan berbagai metode dalam proses belajar mengajar.
d.
Kompetensi sosial adalah
kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien
baik dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
b. Pendekatan Kontekstual
1)
Konsep Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Dewasa ini pembelajaran ada kecenderungan untuk
kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan
diciptakan alamiah. Pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dalam Sungkowo ( 2003:1 ) dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan
dan guru ke siswa.
2)
Hakikat Pembelajaran
Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen utama pembelajaran efektif.
Sebuah kelas dikatakan menggunakan ketujuh komponen
tersebut dalam pembelajarannya. Penerapan CTL dalam kelas tersebut secara garis
besarnya adalah sebagai berikut: (Sungkowo, 2003: 10)
a)
Kembangkan pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b)
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan
inkuiri untuk semua topik.
c)
Kembangkan sifat ingin tahu
siswa dengan bertanya.
d)
Ciptakan masyarakat belajar
(belajar dalam kelompok-kelompok)
e)
Hadirkan model sebagai contoh
pembelajaran.
f)
Lakukan refleksi di akhir
pertemuan.
g)
Lakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara,
Dalam penelitian ini akan terfokus pada nomor empat
yakni menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
3)
Komponen Pembelajaran CTL
Menurut Nurhadi (2003: 33), Pendekatan CTL memiliki
tujuh komponen utama, yaitu:
1)
Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme (Constructivisim) merupakan
landasan berpikir pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning),
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru
tidak akan mampu memberikan seluruh pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dan teori
konstruktivitis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan
suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi
itu menjadi milik mereka sendiri.
2)
Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan. Adapun langkah-langkah
kegiatan menemukan (inquiry) adalah merumuskan masalah, mengamati atau
melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,
laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya; mengkomunikasikan atau menyajikan
hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain,
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap
untuk diambil dan diingat.
3)
Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula
dari bertanya. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama
pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan
apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif kegiatan
bertanya berguna untuk:
a)
Menggali informasi, baik
administrasi maupun akademis.
b)
Mengecek pemahaman siswa.
c)
Membangkitkan respon kepada
siswa
d)
Mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa.
e)
Mengetahui hal-hal yang sudah
diketahui siswa.
f)
Memfokuskan perhatian siswa
pada sesuatu yang dikehendaki guru.
g)
Untuk membangkitkan Iebih
banyak lagi pertanyaan dan siswa.
h)
Untuk menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.
Penerapan di kelas, hampir semua aktivitas belajar, questioning
dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara
siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.
Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam
kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati. Kegiatan-kegiatan itu
akan menumbuhkan dorongan untuk bertanya.
4)
Masyarakat Belajar (Learning
Community)
Konsep learning community menyarankan agar
hasil pembelajaran diperoleh dan kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar
diperoleh dan sharing antara yang tahu ke yang belum tahu. Dalam kelas CTL,
guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok
belajar.
5)
Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan tidak hanya
terfokus pada guru, namun bisa dirancang dengan melibatkan siswa. Secara
sederhana, model yang bisa ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih.
Dalam kasus ini guru menjadi model.
6)
Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di
masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan yang baru, merupakan pengayaan atau revisi dan pengetahuan
sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian aktivitas, atau
pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari
proses.
Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks
pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau orang
dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa
memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru
dipelajarinya.
7)
Penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assessment)
Assessment adalah
proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan
belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru
agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami
kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat
agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.
2. Hasil Penelitian yang Relevan
a.
Hafidh Mudhofar, Model
Pembelajaran Berbasis Contextual Teaching And Learning (Ctl) Untuk Peningkatan
Pemahaman Konsep Program Linear ( PTK Pembelajaran di Kelas X SMK Pertiwi
Kartasura ). Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan
menggunakan metode, dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang
diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya kemampuan bernalar siswa dalam
pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena dalam proses siswa kurang
dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cenderung berpusat
pada guru, dan klasikal. Selain itu siswa kurang dilatih untuk menganalisis
permasalahan matematika, jarang sekali siswa menyampaikan ide untuk menjawab
pertanyaan bagaimana proses penyelesaian soal yang dilontarkan guru
b. Tri Murtono, Keefektifan
Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Penalaran
Matematika Pada Materi Komposisi Fungsi Dan Invers Fungsi Pada Siswa Kelas XI
IA Sma Negeri 1 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Mengingat objek matematika
abstrak, maka dalam pembelajaran matematika dimulai dari objek yang konkret
sehingga konsep matematika dapat dipahami secara baik oleh peserta didik. Jika
dikaitkan dengan kemampuan peserta didik untuk menggunakan daya nalarnya dalam
memecahkan masalah yang ada, maka diharapkan peserta didik dapat memecahkan
permasalahan yang ada dalam kehidupan seharo-hari. Oleh karena itu dibutuhkan
suatu alternative untuk mengembangkan pembelajaran, salah satunya adalah dengan
menggunakan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning). Dari hal
tersebut muncul permasalahan lebih efektif mana antara pembelajaran menggunakan
model pembelajaran CTL dengan pembelajaran konvensional pada materi Komposisi
Fungsi dan Invers Fungsi
C. Usulan Penyelesaian Masalah
Dengan mempertimbangkan dan
merujuk pada beberapa pendapat ahli dan kenyataan yang ada di lapangan, maka
usaha penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Kepala sekolah dan guru bersepakat untuk
melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa
SD Negeri .............
2. Guru menerapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pelaksanaan proses pembelajaran di SD
Negeri .............
3. Diharapkan model Contextual Teaching and Learning (CTL) oleh guru dapat meningkatkan
hasil belajar di SD Negeri .............
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pentahapan Penelitian
Pelaksanaan
penelitian tindakan sekolah ini dilakukan dalam dua siklus. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada
siklus I dan II, peneliti melakukan observasi terhadap proses pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan Contextual Teaching And Learning (CTL)
yang dilaksanakan di kelas oleh guru-guru di SD Negeri ............. Pada tahap
ini, peneliti mengadakan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah disusun sebelumnya.
Tindakan
selanjutnya peneliti mendokumentasikan
hasil observasi, yaitu antara lain hasil observasi proses pembelajaran oleh
guru, data kegiatan siswa dalam kelas selama proses pembelajaran, isi ruangan
kelas, kegiatan di dalam kelas serta data-data yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan dalam dua siklus.
Kegiatan
akhir dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini adalah mengadakan
refleksi untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru dengan menentukan kriteria keberhasilan pelaksanaan
proses pembelajaran.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Tempat
pelaksanaan penelitian tindakan sekolah dilaksanakan di SD Negeri ............ Kecamatan
............ Kabupaten .............
2. Waktu Pelaksanaan
Penelitian
dilaksanakan selama satu bulan, yaitu pada bulan Oktober 2010 sedangkan per
siklusnya dapat dirinci sebagai berikut :
Siklus Pertama :
25, 27, 29 Oktober 2010
Siklus Kedua :
1, 3, 5 Nopember 2010
C. Subjek Penelitian
Pada
pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini yang menjadi subyek penelitian
adalah guru SD Negeri ............
Kecamatan ............ Kabupaten ............ dalam
melaksanakan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode drill.
D. Tindakan
Pelaksanaan
penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan dalam dua siklus, di mana uraian
tiap siklusnya adalah sebagai berikut :
1. Siklus I
Secara
terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus pertama diuraikan
sebagai berikut.
a. Perencanaan
Kegiatan
dalam tahap ini adalah membuat lembar observasi terhadap pelaksanaan proses
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
b. Pelaksanaan
Meminta guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode drill.
c. Pengamatan
Dalam tahap ini dilakukan pengamatan
jalannya proses pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan
hasil pengamatan yang diperoleh maka diadakan refleksi dari tindakan yang telah
dilakukan sehingga peneliti dapat merefleksikan diri tentang berhasil tidaknya
apa yang telah dilakukan dalam siklus I. Hasil dari siklus I digunakan untuk
menentukan tindakan pada siklus II.
2. Siklus II
Secara
terperinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus II diuraikan sebagai
berikut.
1. Perencanaan
Berdasarkan
refleksi siklus I baik yang berkaitan dengan guru, siswa ataupun perangkat, maka
diadakan perencanaan ulang terutama mengidentifikasi masalah. Masalah pokok
yang dihadapi dikaji dalam refleksi I, kemudian dievaluasi untuk mendapatkan
informasi pada bagian yang menjadi kelemahan sehingga pada siklus II dapat
direncanakan yang lebih baik lagi.
2. Pelaksanaan
Setelah
perencanaan ulang diambil, pelaksanaan dilaksanakan pada siklus II.
Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan tindakan ini, sama dengan
tindakan pada siklus I.
3. Pengamatan
Selama
pembelajaran berlangsung, peneliti diamati oleh peneliti dengan menggunakan
lembar observasi. Adapun poin untuk lembar pengamatan guru menyangkut tentang
hal-hal yang berkenaan dengan proses pembelajaran di kelas. Selain itu peneliti
sendiri juga melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa selama pembelajaran
guna mengetahui keaktifan siswa. Pengamatan terhadap siswa ini juga dilakukan
berdasarkan lembar observasi .
4. Refleksi
Peneliti
bersama guru menganalisa semua tindakan kelas pada siklus II sebagaimana yang
telah dilakukan pada siklus I dan menentukan keberhasilan proses pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan
dalam pengumpulan data merupakan syarat keberhasilan penelitian. Sedangkan
keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode observasi,
wawancara dan dokumentasi.
1.
Observasi
Observasi
adalah kegiatan mengamati sesuatu tanpa mempengaruhi dan secara simultan
mencatat atau merekamnya untuk bahan analisis. Observasi ini dilakukan pada
saat pelaksanaan proses pembelajaran dan dalam observasi ini kegiatan yang
dilakukan adalah mencermati kegiatan yang ada di kelas misalnya sarana dan
prasarana yang dimiliki, proses penyusunan RPP, kegiatan guru dalam
mengembangkan model pembelajaran, dan lain-lain.
2.
Wawancara
Wawancara
adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden
dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini
responden tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Wawancara
dilakukan untuk menggali persepsi responden terhadap model pembelajaran yang
digunakan dan proses pelaksanaan pembelajaran.
3.
Dokumentasi
Menurut
Guba dan Lincoln
(1981:226) dalam Moleong (2004:216), dokumen adalah setiap bahan tertulis
maupun film. Dokumen dalam penelitian digunakan sebagai sumber data karena
dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dalam
penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat pengumpulan data yang utama
karena pembuktian hipotesis yang dianjurkan secara logis dan rasional melalui
pendapat, teori atau badan hukum yang diterima baik mendukung atau menolak
hipotesis tersebut (Rahman, 1999:96). Dalam penelitian ini data-data yang akan
di dokumentasikan adalah berupa, kegiatan guru di dalam kelas, kegiatan guru
dalam mengembangkan silabus, kondisi siswa dan sebagainya.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen
yang akan digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
observasi, wawancara dan tes tertulis.
G. Teknik Analisa Data
Analisis
data menurut Patton dalam Moleong (2004:280) adalah proses mengatur data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar.
Sedangkan Bogdan dan Taylor
dalam Moleong (2004), mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci
usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti
yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema
pada hipotesis.
Analisis
data dilakukan secara induktif, yaitu dimulai dari lapangan atau fakta empiris
dengan cara terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan dan
menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan. Analisis data dalam
penelitian kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.
BAB IV
SIKLUS TINDAKAN
1. Siklus Pertama
Kegiatan
pelaksanaan penelitian tindakan sekolah dalam dua siklus penjelasan kegiatan sebagaimana diuraikan di
bawah ini :
a. Perencanaan
Penelitian
tindakan sekolah dilaksanakan di SD Negeri ............. Strategi peningkatan kompotensi guru dengan pendampingan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) digunakan pendekatan
keterampilan proses dan belajar aktif. Dalam pembelajaran guru mengoptimalkan
penggunaan berbagai media.
b. Pelaksanaan
Pada siklus pertama ini penelitian berkisar
pada pendampingan guru dalam memberikan materi pelajaran yang terdapat pada
kompetensi dasar. Pada siklus pertama ini kegiatan pembelajaran guru diawali
dengan memberikan rangsangan berpikir dan rasa keingintahuan guru dalam
menerapakan metode Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Setelah guru diberi bimbingan dalam melaksanakan metode Contextual Teaching and
Learning (CTL) dan guru ingin mengetahui kadar
tingkat pemahaman dalam materi serta diadakan pre test dilaksanakan setiap awal
pertemuan. Guru diberi penjelasan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yang
akan dilaksanakan dan membagi materi yang telah dipersiapkan dan disesuaikan
dengan topik, setelah selesai pembelajaran pada setiap pertemuan diadakan post
test dan prest test. Pelaksanaan post test pada siklus pertama ini
dilakukan setelah menggunakan guru dieri pendampingan untuk melaksankan
pembelajaran dengan model Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Kemudian nilai hasil pre test dan post test dianalisa berdasarkan
pedoman penilaian. Kemudian direfleksi, dan hasil refleksi pada siklus I
kemudian disusun data awal tentang kompotensi guru. Selanjutnya dari data awal
tersebut kemudian dijadikan bahan perencanaan dan pelaksanaan tindakan kelas
pada siklus II
c. Observasi
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh
data dilakukan menggunakan:
a.
Observasi, dengan cara mencatat
peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Data yang
diperoleh digunakan sebagai dasar untuk analisis guna menentukan
tindakan-tindakan yang akan dilakukan.
b.
Wawancara kepada guru, untuk
meperoleh data yang digunakan sebagai dasar pengelompokkan dalam diskusi.
c.
Angket untuk menilai metode metode
Contextual Teaching and Learning (CTL)
d.
Tes formatif, berupa soal-soal
yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pencapai metode metode Contextual Teaching and Learning (CTL)
d. Refleksi
Berdasarkan analisis data dari pengamatan dan penilaian, tindakan
refleksi yang akan dilakukan adalah:
1)
Perbaikan tindakan, dengan cara
membuat proses pembelajaran yang dilakukan lebih meningkatkan kompotensi guru,
misalnya dengan cara menambah motivasi yang sudah diberikan
2)
Perbaikan metode, misalanya
mengubah kelompok, dengan cara mengatur komposisi personal anggota kelompok
diskusi
3)
Perbaikan media, misalnya dengan
cara menambah informasi, mengubah tampilan, kompisisi warna, jenis, bentuk dan
ukuran font serta butir-butir soal.
2. Siklus Kedua
Kegiatan
pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus kedua sebagaimana diuraikan
di bawah ini :
1. Perencanaan
Peneliti
menyiapkan dan menetapkan lembar observasi. Lembar observasi mencakup
langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan
atau perbaikan. Terkait dengan rencana perbaikan pembelajaran, peneliti
mengecek kesiapan guru dalam menyiapkan
berbagai bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran seperti :
lembar kerja, alat bantu pembelajaran, lembar tes formatif dan lembar observasi
sebagaimana pelaksanaan siklus I.
2. Pelaksanaan
Berdasarkan
hasil observasi pada refleksi dan evaluasi pada siklus I, maka siklus II
merupakan kesinambungan dari siklus
I. Adapun pada kompetensi dasar pada
siklus II ini adalah kemampuan guru mendeskripsikan pembelajaran metode Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Pada siklus II ini akan memperbaiki kendala-kendala yang terjadi pada siklus
pertama. Pembelajaran dilakukan dengan model yang sama pada siklus I, namun
langkah-langkahnya ditambah dengan media pembelajaran berupa gambar yang
berbeda yakni disesuaikan dengan kompetensi dasar yang sesuai pada saat siklus
II. Peneliti bersama observer mengamati proses pembelajaran guru tersebut
dengan lembar observasi yang sudah disiapkan.
3. Observasi
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh
data dilakukan menggunakan:
a.
Melaksanakan kegiatan observasi
ulang, dengan cara mencatat peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran
berlangsung. Data yang diperoleh digunakan sebagai dasar untuk analisis guna
menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan.
b.
Wawancara kedua kepada guru,
untuk meperoleh data yang digunakan sebagai dasar pengelompokkan dalam diskusi.
c.
Menyebarkan angket untuk
menilai metode metode Contextual
Teaching and Learning (CTL)
d.
Melaksanakan kegiatan tes
formatif kedua, berupa soal-soal yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan
pencapai metode metode Contextual
Teaching and Learning (CTL)
4. Refleksi
Dari pembahasan siklus I dan II di atas
menunjukkan bahwa indikator keberhasilan tercapai, sehingga hipotesis
penelitian ini dapat diterima yang berarti ada peningkatan hasil belajar dan
aktivitas belajar siswa di SD Negeri ............Kecamatan ............ Kabupaten ............
pada pelaksanaan proses pembelajaran.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Model pembelajaran CTL adalah konsep
belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara peserta didik memperoleh pengetahuan
dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit dan dari
proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Perbedaan hasil belajar ini
disebabkan karena pada model pembelajaran CTL lebih ditekankan pada belajar
mandiri, bekerjasama dan presentasi sehingga berpegaruh terhadap penalaran
matematika pada peserta didik. Sedangkan pada metode konvensional peserta didik
hanya dituntut menyelesaikan masalah baik secara individu atau kelompok. Proses
pembelajaran ini lebih menitikberatkan guru sebagai motivator agar peserta
didik mau mengejakan tugasnya
B. Saran
Dengan
mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli dan kenyataan yang ada
di lapangan, maka usaha penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut :
- Hendaknya guru dapat menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran CTL serta mengembangkan berbagai aktivitas dan kreatifitas peserta didik dalam pembelajaran.
- Guru dapat memadukan model pembelajaran CTL dengan model pembelajaran lainnya sehingga diperoleh model pembelajaran yang lebih sesuai karakteristik pokok bahasan dan kondisi peserta didik.
- Perlu ditingkatkannya kreatifitas peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengkonstruksi persoalan yang ada dan mengahsilakan hasil karya yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,
Zaenal. 1991. Evaluasi Instruksional. Jakarta : Bina Aksara.
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono,
Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: CV.IKIP Semarang Press.
Depdiknas.
2002. Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning ). Jakarta: Dirjen, Didasmen,
Direktorat Sekolah Lanjutan Pertama
______.
2002. Manajemen Peningkatan mutu berbasis sekolah (Pembelajaran dan
Pengajaran Kontekstual). Jakarta.
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Pertama. Jakarta.
Nurhadi,
Yasin Burhan dan Gerrad Suduk Agus. 2004. Pembelajaran Kontekstual Dan
Penerapannya Dalam KBK. Malang
Poerwadarminta.
2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta :
Balai Pustaka.
Rianto, Yatim. 1996. Metodologi Penelitian pendidikan suatu
Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC Surabaya.
Undang-
Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih