BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengetahuan
seorang anak merupakan hasil dari tahu tentang sesuatu. Hal ini terjadi setelah
seorang anak melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan
ini sebenarnya menjadi ranah yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengertian sikap berbeda dengan pengetahuan. Sikap berarti cara
bereaksi seorang anak secara spontan terhadap rangsangan. Sehingga
konsekuensinya, sikap ini tentu tidak dapat dilihat secara sesaat, tetapi hanya
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sedangkan menyangkut
pembentukan sikap seorang anak sendiri dapat dipengaruhi oleh bakat, minat,
pengetahuan, pengalaman, emosional, dan situasi lingkungan.
Batasan
tindakan juga berbeda dengan pengetahuan maupun sikap. Tindakan seorang anak
merupakan terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata yang didukung oleh
kondisi yang memungkinkan munculnya suatu tindakan tertentu. Salah satunya
adalah fasilitas yang disediakan orang tua pada anaknya. Jadi, perilaku seorang
anak dapat terwujud melalui perpaduan ketiga ranah tersebut. Selain itu
dipengaruhi pula oleh latar belakang keluarga, kepercayaan, kesiapan mental,
sarana dan faktor pembimbing (pencetus) dalam suatu lingkungan di mana kita
tinggal.
Selain
tentunya, adanya kesenjangan budaya antara orang tua dan generasi muda, juga
kurangnya pendidikan, penghayatan dan pengamalan agamanya. Sebagai contoh yang
banyak kita temui, orang tua memaksakan anaknya mengikuti pendidikan agama,
tapi (dirinya) tidak memberi contoh yang baik dengan alasan sibuk. Hal ini
menandakan belum dipahaminya peran dari ketiga ranah tersebut.
Anak
sebagai makhluk susila harus dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk;
membedakan yang terpuji dan terkutuk, mana yang hak dan bathil ; iapun memiliki
potensi untuk berbuat baik dan buruk Anak dengan sifat keanakannya, ia
mengharapkan bantuan dan pertolongan untuk tumbuh dan berkembang.Dasar
kebahagiaan hidup seorang anak dari pengalaman masa dini dalam keluarga, yaitu
orang tua yang sabar, humor, memahami dan mencintai anak melalui ungkapan dan
cara perlakuan orang tua sehari-hari
Pembentukan
perilaku anak dalam keluarga sebagai upaya orang tua untuk keutamaan bertingkah
laku yang wajib dilakukan sejak dini merupakan dasar pendidikan Pembentukan
perilaku sebagai dasar pendidikan merupakan manifestasi pembentukan kepribadian
anak terutama pada usia 4- 6 tahun sebagai masa peka. Masa peka merupakan masa
terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi
yang diberikan oleh lingkungannya.
Orang tua yang dapat diamati anak dalam kehidupan
sehari-hari. Sikap orang tua dalam memandang anak sebagai titipan yang harus
ditumbuh kembangkan dan dapat dipertanggung jawabkan pada pemilikNya, merupakan
dasar dalam memperlakukan anak.Sebagai orang tua tentang strategi yang dapat
digunakan untuk membentuk perilaku anak, harus dapat menimbulkan limpahan
penyebab bagi anak untuk percaya dan merasa aman dalam asuhan orang tua.
Anak ditumbuh kembangkan didasari agama sebagai
sumber nilai yang menuntut keutamaan dan kemuliaan berperilaku..Agama yang
dianut orang tua sebagai pengalaman tentang ke Tuhanan yang disertai keimanan
dan peribadatan. Kata “Tuhan”
sebagai sesuatu yang dirasakannya sebagai supernatural, supersensible atau
kekuatan yang berada di atas manusia.Keimanan memberikan makna pada kehidupan
yang berdimensi spiritual. Dimensi spiritual orang tua nampak pada komitmen
sistem nilai yang amat pribadi dalam kehidupan yang sangat penting.Pemeliharaan
dan peningkatan keimanan orang tua dapat diamati anak dari ibadat yang
dilakukan sehari-hari.Ibadat sebagai dialog dengan Tuhan.dalam bentuk
menundukkan hati, mengucapkan kalimat suci disertai pengakuan dan harapan dan
ketaqwaan sambil menghayati kehadiranNya.
Karunia Tuhan
berupa kenikmatan dan ujian.Kenikmatan adalah manifestasi kasih saying kepada
manusia dan ujian adalah pendewasaan spiritual manusia. Manifestasi dari
kesadaran beragama adalah tingkah laku sebagai orang yang beragama.Agama tidak
lain adalah merupakan sumber nilai..Kita sebagai orang tua harus mengajarkan
nilai kepada anak karena inilah amal yang paling nyata dan paling efektif yang
dapat kita perbuat untuk kebahagiaan mereka. Sebagai orang yang beragama, orang
tua perlu membentuk perilaku beragama pada generasi penerus, baik sebagai
pribadi orang tua maupun pendidik.Perilaku orang tua yang didasari agama akan
dapat menuntun anak menjadi mausia yang bermoral, manusia yang berbudi luhur,
manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, manusia yang mengamalkan
segala ajaran agama.Ajaran agama memberi tuntunan hidup kepada yang
diperbolehkan dan dianjurkan, serta menjauhi jalan hidup yang dilarang Perilaku
baik merupakan salah satu karakteristik yang sangat fundamental dalam
kehidupan. yang didasari ajaran agama merupakan dasar bagi semua pendidikan
yang lain.
Oleh karena
itu maka melalui pendidikan dalam keluarga orang tua perlu menghindarkan anak
dari empat gejala, yaitu : berdusta, mencuri, mengupat atau mencerca juga
melakukan penyimpangan dari norma-norma..Anak perlu dihindarkan dari berdusta ,
dalam bentuk ucapan maupun perbuatan yang tidak sesuai dengan keaadaan
sebenarnya.. Anak dibiasakan harus berterus terang , berbicara atau berbuat
jujur.Anak perlu dihindarkan dari kegiatan mencuri, yaitu mengambil barang
milik orang lain. Oleh karena itu anak perlu dibiasakan untuk menyisihkan uang
jajannya atau miliknya untuk didermakan kepada orang lain, dalam melatih anak
tidak kikir. Anak dibiasakan untuk menghormati milik orang lain, misalnya tidak
mengambil mainan teman, tidak membiarkan anak untuk menyimpan barang orang
lain. Anak memerlukan pengawasan mengenai barang yang dimilikinya.
Orang tua
sebagai sebagai pendidik pertama dalam keluarga sebagai lingkungan pertama bagi
anak perlu mengajarkan nilai.nilai agama. Salah satu contoh dari nilai agama
yang perlu diajarkan pada anak yang dapat diterima masyarakat adalah nilai yang
menghasilkan perilaku yang berdampak positif baik bagi anak maupun masyarakat.
Nilai yang dapat diajarkan pada anak adalah nilai nurani yang dapat menentukan
perilaku. Nilai Nurani yang dapat diajarkan pada anak berupa : kejujuran,
keberanian, cinta damai, keandalan diri dan potensi, disiplin diri dan tahu
batas, kemurnian dan kesucian.
Pembentukan
perilaku sejak dini yang berada pada perkembangan tahap awal ini dapat
dilakukan oleh orang tua atau pembimbing yang berwibawa. Kewibawaan dalam
pendidikan ialah pengakuan dan penerimaan secara suka rela terhadap pengaruh
atau anjuran yang datang dari orang tua atau pembimbing tersebut. Pengakuan dan
penerimaan pengaruh atau anjuran tersebut itu atas dasar keikhlasan, atas dasar
kepercayaan penuh, bukan didasarkan atas rasa terpaksa,takut.Anak mengaku dan
menerima kewibawaan yang ada pada pembimbing itu. Pembimbing yang dapat
memberikan teladan, menjauhkan diri dari sikap dusta atau bohong. Pembentukan
perilaku selain tauladan juga dapat menunjukkan nilai-nilai dan tingkah laku
yang dapat diadopsi anak.. Orang tua dapat menjelaskan dan menafsirkan
nilai-nilai di samping menjadi pendengar yang baik juga memberikan bimbingan
melalui nasihat, ajuran, ajakan, dorongan, larangan dan bila perlu hukuman.
Perilaku agama dari orang tua cerminan dari perilaku agama anak-anaknya
merupakan wujud tanggungjawab yang tidak bisa dipungkiri lagi. Atas dasar itulah
penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul Perilaku Agama Orang Tua Model Utama
Perilaku Agama Anak.
B.
Definisi Operasional
Untuk lebih
mempermudah dalam pemahaman suatu kalimat maka perlu diuraikan
pengertian-pengertian kata-kata tersebut sehingga tidak terjadi tumpang tindih
arti atau makna. Dari judul penelitian di atas dapat diuraikan makna yang
terkadung yaitu :
1. Perilaku Agama Orang Tua
Terdiri dari tiga kata,
perilaku
Perilaku
berasal dari kata "peri" dan "laku". Peri artinya "cara
berbuat" (Setiadarma : 874). Laku artinya "perbuatan, kelakuan, cara
rnenjalankan atau perbuatan" (Setiadarma : 650). Perilaku dapat diartikan
"sebagai tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan
(sikap), tidak saja atau badan (Moeliono, 1990
: 299)
Agama
Agama berarti
"kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian yang bertalian dengan
kepercayaan itu" (Jalaludin, : 9).
Orang
Tua yang dimaksud disini adalah ayah dan ibu kandung yang mempunyai fungsi
sebagai penanggung jawab pertama dan utama bagi anak. Karena anak merupakan
amanat Allah atas orang tua yang harus dibina dan didik sehingga menjadi insan
yang sholeh dan sholehah, dan sesuai kodratnya oarng tua merupakan pendidik
pertama dan utama dalam kehidupan anak, yang bertanggung jawab atas fitrah yang
dibawa anak ketika lahir..
2. Model Utama
Terdiri dari dua suku kata
model dan utama. Model dapat diambil arti yaitu : pola (contoh, acuan, ragam, )
dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (Poerwadarminta : 56). Utama
adalah terpenting, terbaik ; nomor satu; amat baik; lebih baik dari yg
lain-lain. Jadi model utama dapat diambil maksud contoh yang menjadi panutan
terbaik.
3.
Perilaku Agama Anak
Perilaku
Perilaku berasal dari kata
"peri" dan "laku". Peri artinya "cara berbuat" (Setiadarma
: 874). Laku artinya "perbuatan, kelakuan, cara
rnenjalankan atau perbuatan" (Setiadarma : 650). Perilaku dapat diartikan
"sebagai tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan
(sikap), tidak saja atau badan (Moeliono : 299).
Agama
Agama berarti
"kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran yang bertalian dengan kepercayaan
itu" (Jalaludin, : 9).
Anak
"Anak berarti keturunan yang
kedua" (Poerwadarminta : 35). Sedangkan masa anak yaitu: "usia 7-14
tahun, masa ini adalah masa belajar atau masa sekolah rendah" (Kartono :
27).
Jadi perilaku keagamaan anak berarti tingkah laku
yang didasarkan kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran yang bertalian pada
kepercayaan itu pada anak usia belajar.
Perilaku agama orang tua model utama perilaku
agama anak dapat dikandung arti bahwa tingkah laku dari ayah dan ibu yang
didasarkan pada kepercayaan kepada Tuhan sebagai panutan atau contoh terbaik
dari tingkah laku kepercayaan yang didasarkan kepada Tuhan dengan ajaran yang
bertalian pada kepercayaan itu pada anak.
C.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang
telah diuraikan di atas penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti
yaitu mengapa perilaku agama orang tua merupakan model utama perilaku agama
anak ?
D.
Tujuan Penelitian
Untuk
mengetahui perilaku agama orang tua sebagai model utama perilaku agama anak.
E.
Manfaat Penelitian
1. Menambah pengetahuan para orang tua dalam
membina perilaku agama anak-anaknya.
2. Sebagai acuan pengetahuan dalam pembinaan
agama para orang tua.
3. Menambah wawasan penulis dalam memperdalam
pengetahuan keagamaan
F.
Telaah Pustaka
Sebelum menganalisa lebih lanjut, penulis akan menelaah
karya-karya yang ada kaitannya dengan permasalahan ini, baik dari permasalahan
dalam pandangan Islam maupun secara umum . Di antara buku-buku dan literatur yang
ada kaitannya dengan permasalahan yang dikaji dalam penyusunan skripsi ini
adalah :
1. Persepsi Orang Tua Membentuk Perilaku Anak
Karya Monly P. Satiadarma dicetak oleh Pustaka Populer Obor Jakarta tahun 2007
mengupas tentang persepsi mendorong seseorang untuk memperoleh apa yang
dipersepsikan. Jika orang tua
mernpersepsikan anaknya berkembang dengan baik, maka si anak akan berkembang
dengan baik pula.
2. Mendidik Anak Secara Islami karya Jaudah
Muhammad Awwad berisi tentang perkembangan psikologis anak, perkembangan emosi
anak dan alternatif cara mengenalkan Islam.
3. Pendidikan dalam Keluarga karya DR. M.I
Soelaeman membahas tentang peranan keluarga dalam pendidikan, peranan keluarga
dan tanggung jawab keluarga dalam pendidikan anak-anaknya.
4. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan)
Karya Dr. Kartini Kartono diterbitkan oleh CV Mandar Maju Bandung tahun 2007
mengupas tentang kedudukan ilmu jiwa anak dan sejarahnya, memasuki dunia
anak-anak, pertumbuhan, perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
pembagian fase-fase perkembangan dan prinsip-prinsip perkembangan.
5. Psikologi agama (memahami perilaku
keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi) Karya Prof, Dr. H.
Jalaludin diterbitkan oleh PT. Raja Grafindo Persada Jakarta tahun 2007
mengupas tentang psikologi agama sebagai disiplin ilmu, perkembangan psikologi
agama, perkembangan jiwa keagamaan pada anak dan remaja, perkembangan jiwa
keagamaan pada orang dewasa dan usia lanjut, agama dan kesehatan mental.
6. Berbakti kepada Ibu Bapak, Karya Suad Muhammad
Faraj mengupas tentang berbuat baik kepada orang tua adalah perkara yang agung
dan mengutamakan keduanya memang merupakan hal yang seharusnya. Hubungan antara
anak dan orang tua senantiasa dapat dilakukan walaupun kedua orang tua telah
wafat, yaitu dengan memohonkan bagi mereka rahmat dan ampunan dari Alloh SWT,
melaksanakan janji mereka, menghormati sahabat mereka dan tetap menyambung
silaturahmi yang telah mereka jalin sebelum wafat.
7. Skripsi yang membahas tentang perilaku agama juga dibuat oleh saudara Agus
Riyanto dari STAIN Purwokerto, 2005 dengan judulnya adalah perilaku agama
dilingkungan pedagang kaki lima. Skripsi tersebut dibuat denga metode
penelitian lapangan. Skripsi saudara Wartas dari WAN Bandung, dengan judul
perilaku agama dilingkungan prostitusi. Skripsi ini menggunakan metode
lapangan. Pada skripsi Agus Riyanto membahas bagaimana perilaku agama para
pedagang kaki lima dalam menjalankannya seperti Sholat, Puasa. Begitu pula
skripsi suadara Wartas membahas tentang bagaimana para pelaku di lingkungan
prostitusi dalam menjalankan perilaku agama seperti sholat dan puasa. Perbedaan
kedua skripsi tersebut dengan skripsi penulis terletak pada subjek penelitian,
yaitu orang tua dan anak. Dimana perilaku agama orang tua akan dijadikan model
atau contoh bagi anaknya. Skripsi
penulis menggunakan metode kepustakaan atau penelitian buku-buku yang merujuk
ke judul.
G.
Sistematika Penulisan
Penulisan
skripsi tersusun dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian utama dan bagian
akhir. Pada bagian awal berisi halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
Bagian utama dari penulisan skripsi berisi lima bab
pokok yang terdiri dari :
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, definisi
operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, dan sistematika penulisan
skripsi.
BAB II : Kajian Teori tentang perilaku
keagamaan orang tua dan anak terdiri
dari pengertian dan hal-hal yang mempengaruhi perilaku keagamaan seseorang.
BAB III : Metode Penelitian
BAB IV : Hasil penelitian dan analisis
BAB V : Merupakan bagian akhir dari
bagian utama yang berisi penutup. Pada bab ini diuraikan kesimpulan, saran dan
kata penutup.
Bagian akhir penulisan skripsi
ini adalah daftar pustaka dan lampiran.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih