B A B
I
P E N D A H U L
U A N
1. Latar Belakang
Tujuan pembelajaran matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi
perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang
melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis,
cermat, jujur, efisien, dan efektif (Puskur, 2002). Di samping itu, siswa
diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan
sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika.
Selama
ini kita mungkin menerima begitu saja pengajaran matematika di sekolah, tanpa
mempertanyakan mengapa atau untuk apa matematika harus diajarkan. Tidak jarang
muncul keluhan bahwa matematika cuma bikin pusing siswa (dan juga orang tuanya)
bahkan dianggap sebagai momok yang menakutkan oleh sebagian siswa. Begitu
beratnya gelar yang disandang matematika yang membuat kekawatiran pada prestasi
belajar matematika siswa. Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi rasa bosan
pada matematika adalah faktor penyampaian materi atau metode pembelajaran
matematika yang monoton dan itu-itu saja.
Cooper
dan Harries (2002) melaporkan hasil penelitian terhadap 121 anak-anak usia
11-12 tahun pada akhir tahun pertama mereka masuk di sekolah menengah yang
berasal dari dua sekolah menengah di Inggris Utara. Hasilnya menunjukkan
ketidakmampuan mereka menggunakan pertimbangan-pertimbangan realistis ketika
memecahkan masalah-masalah realistik.
Sementara
itu, tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran
yang sangat membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan. Banyak siswa yang
berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Hal ini jelas sangat berakibat
buruk bagi perkembangan pendidikan matematika ke depan. Oleh karena itu,
perubahan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan harus menjadi
prioritas utama. Hasil empiris di atas jelas merupakan suatu permasalahan yang
merupakan faktor penting dalam mewujudkan tujuan pembelajaran matematika sesuai
yang diamanatkan dalam kurikulum pendidikan matematika.
Untuk
mengatasi permasalahan di atas perlu dicari suatu pendekatan yang dapat
mendukung proses pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bukan
menyeramkan sehingga dapat meningkatkan motivasi sekaligus mempermudah
pemahaman siswa dalam belajar matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran
matematika yang saat ini sedang dalam uji coba adalah pendekatan matematika
realistik. Pendekatan matematika
realistik ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran, yaitu dari
paradigma mengajar ke paradigma belajar atau perubahan paradigma pembelajaran
yang berpusat pada guru ke paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal
ini adalah salah satu upaya dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan
matematika.
Berdasarkan tujuan/keinginan untuk meningkatkan pemahaman siswa
terhadap matematika dan meminimalkan anggapan-anggapan negatif terhadap
matematika yang membuat para ahli pendidikan matematika di Indonesia berupaya
mencari terobosan baru menemukan metode pembelajaran matematika lain dengan mengacu
pada pengalaman di negara lain dan dengan melihat karakteristik yang
dimungkinkan dapat diujicobakan juga di Indonesia.
Salah
satu faktor penyebab rendahnya pengertian siswa terhadap konsep-konsep
matematika adalah pola pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pembelajaran
matematika di Indonesia dewasa ini, “dunia nyata” hanya digunakan untuk
mengaplikasikan konsep dan kurang mematematisasi “dunia nyata”. Bila dalam
pembelajaran di kelas, pengalaman anak sehari-hari dijadikan inspirasi penemuan
dan pengkonstruksian konsep (pematematisasian pengalaman sehari-hari) dan
mengaplikasikan kembali ke “dunia nyata” maka anak akan mengerti konsep dan
dapat melihat manfaat matematika. (I Gusti Putu Suharta, 2001).
Yuwono
dalam Sudarsiah (2005:1), mengemukakan bahwa sudah banyak usaha yang dilakukan
oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya
kualitas pendidikan matematika di Sekolah Dasar, namun belum menampakkan hasil
yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil
prestasi belajar siswanya.
Matematika
sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat memegang peranan
penting karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir
secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien. Oleh karena itu,
pengetahuan matematika harus dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.
Kebanyakan
proses pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah pembelajaran konvensional
yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Dalam hal ini, proses pembelajaran
didominasi oleh guru. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran tersebut perlu
segera dirubah.
Zamroni (2000) mengemukakan
bahwa Orientasi pendidikan kita saat ini mempunyai ciri :
· cenderung memperlakukan peserta didik
berstatus sebagai obyek;
· guru berfungsi sebagai pemegang otoritas
tertinggi keilmuan dan indoktriner;
· materi bersifat subject-oriented;
dan
· manajemen bersifat sentralistis.
Orientasi pendidikan yang demikian menyebabkan praktik pendidikan kita
mengisolir diri dari kehidupan riil yang ada di luar sekolah, kurang relevan
antara apa yang diajarkan dengan kebutuhan pekerjaan, terlalu terkonsentrasi
pada pengembangan intelektual yang tidak berjalan dengan pengembangan individu
sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian.
Ditinjau dari perubahan kurikulum yang saat ini sedang diberlakukan, yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pendekatan matematika realistik (PMR)
adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan perubahan
tersebut. Berdasarkan amanah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa
setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses
pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif
dan berkembang.
Pada dasarnya,
matematika adalah pemecahan masalah karena itu, matematika sebaiknya diajarkan
melalui berbagai masalah yang ada disekitar siswa dengan memperhatikan usia dan
pengalaman yang mungkin dimiliki siswa. Matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. (Puskur, 2008). Oleh karena itu, pembelajarannya harus kontak
dengan kehidupan nyata siswa.
Melalui PMR yang pengajarannya
berangkat dari persoalan dalam dunia nyata, diharapkan pelajaran tersebut
menjadi bermakna bagi siswa. Dengan demikian mereka termotivasi untuk terlibat
dalam pelajaran. Untuk mendukung proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa
diperlukan suatu pengembangan materi pelajaran matematika yang difokuskan
kepada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan disesuaikan
dengan tingkat kognitif siswa, serta penggunaan metode evaluasi yang
terintegrasi pada proses pembelajaran.
Dalam pendekatan Pembelajaran
Matematika Realistik (PMR) siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja,
bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang
diperolehnya (Dalyana, 2003:17).
Soedjadi dalam Sudarsiah (2005 : 2)
mengemukakan bahwa, di Negeri Belanda telah dikembangkan Pembelajaran
Matematika Realistik (PMR). Dalam pendekatan PMR, pembelajaran matematika lebih
memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan lingkungan serta bahan ajar yang
disusun sedemikian sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi atau membangun
sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya.
Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses
pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya
sendiri. Pembelajaran
yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman
yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang
diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam
konteks ini Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya
untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai
fasilitator, motivator dan moderator
dalam proses pembelajaran tersebut.
Pada dasarnya, matematika adalah
pemecahan masalah karena itu, matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai
masalah yang ada disekitar siswa dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang
mungkin dimiliki siswa.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka
penulis mencoba melakukan penelitian yang berjudul: “Efektivitas
Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN Lempuyangan
3, Yogyakarta”.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang muncul, sebagai berikut
:
1. Pola pembelajaran di kelas masih belum
maksimal, misalnya Ada kecenderungan guru menjadi penguasa pembelajaran di
kelas (otoriter), sehingga siswa diperlakukan sebagai objek.
2. Muncul
keluhan bahwa matematika cuma bikin pusing siswa (dan juga orang tuanya), tidak
sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang
sangat membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan. Sehingga banyak siswa yang
berusaha menghindari mata pelajaran tersebut.
3. Pembelajaran
yang digunakan oleh guru yang bersifat pembelajaran konvensional yakni ceramah,
tanya jawab dan pemberian tugas perlu digeser.
4. Praktik pembelajaran di sekolah kurang
relevan dengan kehidupan riil yang ada di luar sekolah.
3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas,
maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Pendekatan Pembelajaran
Matematika Realistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas IV SDN Lempuyangan 3 Yogyakarta
Semester 2 Tahun Ajaran 2009/2010.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas
maka Rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Bagaimana meningkatkan prestasi belajar matematika siswa
Kelas IV SDN Lempuyangan 3 ?
2. Apakah
penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR)
lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IV SDN Lempuyangan 3 ?
lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IV SDN Lempuyangan 3 ?
5. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah
di atas, tujuan yang ingin dicapai
melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk:
1. Menemukan pembelajaran yang efektif dan
efisien dalam pembelajaran Matematika siswa Kelas IV SDN Lempuyangan 3
Yogyakarta melalui pendekatan matematika realistik.
2. Mengungkap
sejauh mana pendekatan matematika realistik dapat menumbuhkembangkan sikap
positif siswa dalam matematika yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam matematika.
6.
Manfaat Penelitian
Manfaat
yang ingin diraih melalui Penelitian ini ada tiga aspek, yakni :
1. Bagi Guru: Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan
mutu pendidikan di kelasnya. Melalui Penelitian
ini guru bidang studi matematika dapat mengetahui keefektifan mengajar dengan menggunakan
pendekatan matematika realistik.
2. Bagi siswa : hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai jalan
peningkatan hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah: hasil penelitian ini Sebagai
bahan informasi bagi sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya
pendidikan matematika.
7.
Definisi Oprasional
1.
Efektivitas maksudnya: tepat guna atau sesuai untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai, dalam hal ini kesesuaian penggunaan
pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.
Pendekatan Pembelajaran matematika realistik maksudnya
adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk
memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan
pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud
dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat diamati atau
dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan
lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan
sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik.
Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.
3.
Peningkatan prestasi belajar matematika maksudnya
adalah peningkatan :
a. Kemampuan
memahami matematika dilihat dari ketepatan dan kecepatan mengerjakan soal bila
dibandingkan sebelumnya.
b. Menumbuhkan
rasa senang siswa terhadap pelajaran matematika.
klik download
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih