Lencana Facebook

banner image

Tuesday 10 December 2013

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV



B A B    I

P E N D A H U L U A N

1. Latar Belakang
Tujuan pembelajaran matematika di jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efisien, dan efektif (Puskur, 2002). Di samping itu, siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika.
Selama ini kita mungkin menerima begitu saja pengajaran matematika di sekolah, tanpa mempertanyakan mengapa atau untuk apa matematika harus diajarkan. Tidak jarang muncul keluhan bahwa matematika cuma bikin pusing siswa (dan juga orang tuanya) bahkan dianggap sebagai momok yang menakutkan oleh sebagian siswa. Begitu beratnya gelar yang disandang matematika yang membuat kekawatiran pada prestasi belajar matematika siswa. Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi rasa bosan pada matematika adalah faktor penyampaian materi atau metode pembelajaran matematika yang monoton dan itu-itu saja.
Cooper dan Harries (2002) melaporkan hasil penelitian terhadap 121 anak-anak usia 11-12 tahun pada akhir tahun pertama mereka masuk di sekolah menengah yang berasal dari dua sekolah menengah di Inggris Utara. Hasilnya menunjukkan ketidakmampuan mereka menggunakan pertimbangan-pertimbangan realistis ketika memecahkan masalah-masalah realistik.
Sementara itu, tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan. Banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut. Hal ini jelas sangat berakibat buruk bagi perkembangan pendidikan matematika ke depan. Oleh karena itu, perubahan proses pembelajaran matematika yang menyenangkan harus menjadi prioritas utama. Hasil empiris di atas jelas merupakan suatu permasalahan yang merupakan faktor penting dalam mewujudkan tujuan pembelajaran matematika sesuai yang diamanatkan dalam kurikulum pendidikan matematika.
Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu dicari suatu pendekatan yang dapat mendukung proses pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bukan menyeramkan sehingga dapat meningkatkan motivasi sekaligus mempermudah pemahaman siswa dalam belajar matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang saat ini sedang dalam uji coba adalah pendekatan matematika realistik.  Pendekatan matematika realistik ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar ke paradigma belajar atau perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru ke paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini adalah salah satu upaya dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan matematika.
Berdasarkan tujuan/keinginan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika dan meminimalkan anggapan-anggapan negatif terhadap matematika yang membuat para ahli pendidikan matematika di Indonesia berupaya mencari terobosan baru menemukan metode pembelajaran matematika lain dengan mengacu pada pengalaman di negara lain dan dengan melihat karakteristik yang dimungkinkan dapat diujicobakan juga di Indonesia.
Salah satu faktor penyebab rendahnya pengertian siswa terhadap konsep-konsep matematika adalah pola pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Pembelajaran matematika di Indonesia dewasa ini, “dunia nyata” hanya digunakan untuk mengaplikasikan konsep dan kurang mematematisasi “dunia nyata”. Bila dalam pembelajaran di kelas, pengalaman anak sehari-hari dijadikan inspirasi penemuan dan pengkonstruksian konsep (pematematisasian pengalaman sehari-hari) dan mengaplikasikan kembali ke “dunia nyata” maka anak akan mengerti konsep dan dapat melihat manfaat matematika. (I Gusti Putu Suharta, 2001).
Yuwono dalam Sudarsiah (2005:1), mengemukakan bahwa sudah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya kualitas pendidikan matematika di Sekolah Dasar, namun belum menampakkan hasil yang memuaskan, baik ditinjau dari proses pembelajarannya maupun dari hasil prestasi belajar siswanya.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai sangat memegang peranan penting karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif, dan efisien. Oleh karena itu, pengetahuan matematika harus dikuasai sedini mungkin oleh para siswa.
Kebanyakan proses pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah pembelajaran konvensional yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Dalam hal ini, proses pembelajaran didominasi oleh guru. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran tersebut perlu segera dirubah.
Zamroni (2000) mengemukakan bahwa Orientasi pendidikan kita saat ini mempunyai ciri :
·   cenderung memperlakukan peserta didik berstatus sebagai obyek;
·   guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktriner;
·   materi bersifat subject-oriented; dan
·   manajemen bersifat sentralistis.
Orientasi pendidikan yang demikian menyebabkan praktik pendidikan kita mengisolir diri dari kehidupan riil yang ada di luar sekolah, kurang relevan antara apa yang diajarkan dengan kebutuhan pekerjaan, terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak berjalan dengan pengembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian.
Ditinjau dari perubahan kurikulum yang saat ini sedang diberlakukan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pendekatan matematika realistik (PMR) adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan perubahan tersebut. Berdasarkan amanah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.
Pada dasarnya, matematika adalah pemecahan masalah karena itu, matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada disekitar siswa dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang mungkin dimiliki siswa. Matematika diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.  (Puskur, 2008).  Oleh karena itu, pembelajarannya harus kontak dengan kehidupan nyata siswa.
Melalui PMR yang pengajarannya berangkat dari persoalan dalam dunia nyata, diharapkan pelajaran tersebut menjadi bermakna bagi siswa. Dengan demikian mereka termotivasi untuk terlibat dalam pelajaran. Untuk mendukung proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa diperlukan suatu pengembangan materi pelajaran matematika yang difokuskan kepada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa, serta penggunaan metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran.
Dalam pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) siswa didorong atau ditantang untuk aktif bekerja, bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang diperolehnya (Dalyana, 2003:17).
Soedjadi dalam Sudarsiah (2005 : 2) mengemukakan bahwa, di Negeri Belanda telah dikembangkan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR). Dalam pendekatan PMR, pembelajaran matematika lebih memusatkan kegiatan belajar pada siswa dan lingkungan serta bahan ajar yang disusun sedemikian sehingga siswa lebih aktif mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuan yang akan diperolehnya.
Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri.  Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator, motivator  dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.
Pada dasarnya, matematika adalah pemecahan masalah karena itu, matematika sebaiknya diajarkan melalui berbagai masalah yang ada disekitar siswa dengan memperhatikan usia dan pengalaman yang mungkin dimiliki siswa.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis mencoba melakukan penelitian yang berjudul: Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas  IV SDN Lempuyangan 3, Yogyakarta”.
2. Identifikasi Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang muncul, sebagai berikut :
1.      Pola pembelajaran di kelas masih belum maksimal, misalnya Ada kecenderungan guru menjadi penguasa pembelajaran di kelas (otoriter), sehingga siswa diperlakukan sebagai objek.
2.      Muncul keluhan bahwa matematika cuma bikin pusing siswa (dan juga orang tuanya), tidak sedikit siswa yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat membosankan, menyeramkan, bahkan menakutkan. Sehingga banyak siswa yang berusaha menghindari mata pelajaran tersebut.
3.      Pembelajaran yang digunakan oleh guru yang bersifat pembelajaran konvensional yakni ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas perlu digeser.
4.      Praktik pembelajaran di sekolah kurang relevan dengan kehidupan riil yang ada di luar sekolah.
3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas  IV SDN Lempuyangan 3 Yogyakarta Semester 2  Tahun Ajaran 2009/2010.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka Rumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana meningkatkan prestasi belajar matematika siswa Kelas IV SDN Lempuyangan 3 ?
2.      Apakah penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik (PMR)
lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas IV SDN Lempuyangan 3 ?
5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan  yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk:
1.      Menemukan pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pembelajaran Matematika siswa Kelas IV SDN Lempuyangan 3 Yogyakarta melalui pendekatan matematika realistik.
2.      Mengungkap sejauh mana pendekatan matematika realistik dapat menumbuhkembangkan sikap positif siswa dalam matematika yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam matematika.
6.  Manfaat Penelitian
               Manfaat yang ingin diraih melalui Penelitian ini ada tiga aspek, yakni :
1.      Bagi Guru:  Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.  Melalui Penelitian ini guru bidang studi matematika dapat mengetahui keefektifan mengajar dengan menggunakan pendekatan matematika realistik.
2.      Bagi siswa : hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai jalan  peningkatan hasil belajar siswa.
3.      Bagi Sekolah: hasil penelitian ini Sebagai bahan informasi bagi sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pendidikan matematika.

7.      Definisi Oprasional
1.      Efektivitas maksudnya: tepat guna atau sesuai untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai, dalam hal ini kesesuaian penggunaan pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.      Pendekatan Pembelajaran matematika realistik maksudnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kongret yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan tempat peserta didik berada baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang dapat dipahami peserta didik. Lingkungan dalam hal ini disebut juga kehidupan sehari-hari.
3.      Peningkatan prestasi belajar matematika maksudnya adalah peningkatan :
a.   Kemampuan memahami matematika dilihat dari ketepatan dan kecepatan mengerjakan soal bila dibandingkan sebelumnya.
b.   Menumbuhkan rasa senang siswa terhadap pelajaran matematika.


klik download