Lencana Facebook

banner image

Wednesday 4 December 2013

MAKALAH ATLETIK



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Atletik adalah salah satu cabang olahraga tertua yang di lakukan semenjak zaman purba. Gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga atletik seperti: berjalan, berlari, melompat dan melempar adalah gerakan yang di lakukan oleh manusia di dalam kehidupan sehari hari. (Aip Syarifudin.1992 :1).
Atletik dewasa ini merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di kalangan masyarakat kita, hal ini dibuktikan dengan antusiasme masyarakat dalam mengikuti perlombaan yang sering diadakan ditingkat daerah maupun nasional. Mereka berpartisipasi sebagai peserta perlombaan atletik diberbagai nomor maupun sebagai penonton perlombaan. Sebagai peserta perlombaan, mereka yang mempunyai motivasi berbeda. Ada yang mempunyai motivasi untuk prestasi olahraga, ada juga yang mempunyai motivasi untuk menyalurkan hobi ataupun hanya ikut serta memeriahkan perlombaan atletik tersebut, sebagai penonton mereka memberikan semangat dan dukungan moral.
Perkembangan atletik di tanah air juga ditandai dengan semakin banyaknya klub-klub atletik di bawah naungan PASI. Klub-klub tersebut saling bersaing dalam membina atletnya untuk berprestasi dalam bidang olahraga khususnya atletik.
Atletik adalah olahraga yang dalam setiap gerakanya menggunakan aktivitas fisik atau jasmani, dimana dalam melakukanya seluruh anggota tubuh akan ikut bergerak, baik itu kaki, tangan atau anggota tubuh yang lain Perlombaan atletik banyak diadakan diberbagai tempat diseluruh dunia, event-event bertaraf internasional seperti Olimpiade, Asian Games, Sea Games, ditingkat nasional ada PON, Kejurnas, PORDA, Kejurda dan sebagainya. Khusus untuk nomor lari yang dilombakan dalam event nasional maupun internasional terdiri dari nomor : 1) lari jarak pendek, 2) lari jarak menengah dan, 3) lari jarak jauh. (Aip Syaifudin, 1992:10).
Untuk nomor lari jarak pendek ada yang dilakukan tanpa rintangan dan ada yang melalui rintangan, serta ada yang di lakukan dengan cara bersambung atau estafet. Nomor-nomor lari jarak pendek tersebut, rincianya adalah sebagai berikut:
a)   Nomor-nomor lari jarak pendek tanpa rintangan: 100 m, 200 m, dan 400 m
b)   Nomor-nomor lari jarak pendek dengan melalui rintangan: 100 m gawang, 110 m gawang, 200 m gawang, dan 400 m gawang.
c)  Lari estafet dengan 4 orang pelari yaitu: 4x100 m, 4x200 m,4x400 m, namun yang umum dilombakan adalah nomor 4x400 m.
Untuk menjadi atlet lari jarak pendek 100 meter yang berprestasi ada beberapa aspek yang harus dikembangkan melalui latihan, aspek-aspek tersebut adalah 1) persiapan fisik, 2) persiapan taktik, 3) persiapan teknik dan, 4) persiapan mental (Bompa, 1994:49). Dan aspek kemampuan biomotor yang meliputi kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelentukan dan koordinasi juga harus dilatihkan dan dikembangkan, terutama pada atlet muda.
Dalam lari jarak pendek 100 meter kemampuan biomotor yang paling dominan dan sangat penting adalah kecepatan, dapat dilihat dari segi mekanika kecepatan adalah perbandingan antara jarak dan waktu. Latihan kecepatan sangat penting untuk diberikan pada atlet lari jarak pendek khususnya lari jarak 100 meter, karena untuk menjadi juara dalam lomba lari jarak pendek tersebut, diperlukan kecepatan yang maksimal dalam berlari, siapa yang tercepat maka dialah yang akan memenangkan perlombaan tersebut.
Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam lari 100 meter di perlukan penguasaan teknik start teknik lari, teknik melewati garis finish (Aip Syaifudin, 1992:41). Dalam melakukan gerakan lari 100 meter, yang terkait dengan gerakan utama adalah: panjang tungkai, panjang lengan, panjang togok, yang secara bersama-sama berperan terhadap hasil lari 100 meter. Tapi hal tersebut tidak akan lepas dari latihan yang baik dan teratur, jika ingin mencapai hasil yang maksimal. Panjang tungkai adalah komponen kondisi fisik yang tedapat pada paha, betis dan kaki. Jadi, seorang pelari yang punya panjang tungkai yang panjang akan memiliki kecepatan linier yang lebih besar. Kecepatan angulernya dibuat konstan maka panjang radius makin besar daripada kecepatan liniernya, jadi lebih menguntungkan jika digunakan panjang tungkai yang panjang.
Panjang lengan adalah komponen kondisi fisik yang terdapat pada anggota badan yang terdiri dari pergelangan tangan sampai bahu terhadap hasil lari 100 meter. Gerakan pada lengan mengayun memberi keseimbangan pada gerakan kedua tungkai. Jadi bila lengan itu semakin panjang menimbulkan gerakan yang cepat dan luas, sehingga kecepatan liniernya semakin besar. Sehingga mendukung gerakan kedepan saat belari.
Panjang togok adalah komponen kondisi fisik yang terdapat pada anggota badan terhadap hasil lari 100 meter. Peranan togok di sini adalah memberi keseimbangan gerakan pada saat berlari, karena bagian tubuh ini merupakan asal dari semua gerakan atau penghubung yang menstabilkan semua gerakan yang melaluinya.
Dalam usaha untuk meningkatkan prestasi harus mengacu pada prinsip latihan, pada prinsip latihan yang terpenting diantaranya adalah prinsip overload atau prinsip beban berlebih, dan prinsip progresiveload atau prinsip beban meningkat bertahap (Sajoto, 1995:30). Meskipun latihan dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang atau dilakukan sistimatis sekalipun, akan tetapi jika tidak dibarengi dengan penambahan beban secara overload dan progresiveload maka prestasinya tidak akan meningkat. Dengan penambahan beban maka secara otomatis otot akan beradaptasi sehingga akan menimbulkan efek dari latihan yang dilakukan tersebut, adapun penambahan beban tersebut ditentukan berdasarkan pada intensitas dan volume (Bompa, 1994:46).

B.  Rumusan Masalah
Permasalahan yang diambil dalam penulisan karya ilmiah ini adalah bagaimana teknik dan pengelolaan pembelajaran lari sprint 100 meter secara optimal dan berhasil guna di SD Negeri Cibalung 02 UPT Disdikpora Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap

C. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan agar memperoleh gambaran jelas dan bermanfaat bagi yang menggunakanya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1.   Mengetahui kemampuan siswa SD Negeri Cibalung 02 dalam pembelajaran atletik khususnya lari sprint 100 meter.
2.   Untuk meningkatkan prestasi olahraga siswa SD Negeri Cibalung 02 dalam pembelajaran atletik khususnya lari sprint 100 meter.

D. Manfaat penelitian
  1. Dalam upaya peningkatan peningkatan cabang olahraga atletik khususnya lari 100 meter SD Negeri Cibalung 02 diharapkan akan memperoleh hasil dan mempunyai nilai guna.
  2. Sebagai masukan bagi olahragawan, pelatih dan pembina olahraga dalam upaya peningkatan cabang olahraga atletik pada umumnya dan lari 100 meter pada khususnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Gerak Tubuh
Di dalam berolahraga tidak terlepas dari gerak. Ada beberapa istilah yang sebelumnya sering di gunakan pada studi tentang gerak manusia (Human Movement). Istilah tersebut adalah ilmu gerak, kinesologi, performant manusia, dan pendidikan jasmani. Untuk dapat meningkatkan ketrampilan individu diperlukan prilaku gerak manusia (Human Behavior). Perilaku gerak (Motor Behavior) dapat di bagi dalam tiga bagian :
1.   Teori gerak (Motor Control).
Teori gerak adalah studi mengenai faktor-faktor fungsi syaraf yang mempengaruhi gerak manusia. Sistim syaraf merupakan bagian penting dalam memproduksi gerak manusia sebab sel-sel syaraf merangsang otot untuk memproduksi gerak manusia yang diinginkan.
2.   Belajar gerak (Motor Learning).
Belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan ketrampilan gerak (Motor Skill). Sebab ketrampilan gerak sangat terikat dengan latihan dan pengalaman individu bersangkutan. Belajar gerak khusus di pengarui oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman, atau situasi belajar pada gerak manusia.
3.   Perkembangan gerak (Motor Development).
Perkembangan gerak merupakan sebuah bidang studi dalam gerak manusia. Perkembangan gerak sebagai perubahan dalam prilaku gerak yang merefleksikan intraksi kematangan organisme dan lingkunganya. Ada dua paham yang terlingkup dalam perkembangan gerak yaitu yang memandang perkembangan gerak sebagai produk gerak dan perkembangan gerak sebagai proses gerak.

B. Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan organisme atlet dalam melakukan gerakangerakan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. (Suharno HP, 1993:26). Menurut Harsono (1988:216) kecepatan sebagai kemampuan melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesimgkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Sedangkan menurut M.Sajoto (1995:19) kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan yang berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yan sesingkat singkatnya. Kecepatan juga sebagai jarak persatuan waktu, juga diartikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan gerak, proses sistim gerak dan perangkat otot untuk melakukan gerak dalam satuan waktu tertentu. Kecepatan adalah hasilkerja suatu tenaga pada suatu masa (Jonath. U, F Haag, R. Krenpel; 1987:20-21).
Kecepatan merupakan komponen yang penting dalam olahraga dan merupakan komponen yang utama bagi pelari cepat. Yang dimaksud dengan kecepatan dalam penulisan ini adalah kecepatan melakukan lari 100 meter. Sedangkan kecepatan itu sendiri dibedakan menjadi 3, yaitu :
1.   Kecepatan sprint (Sprinting speed)
Kecepatan sprint adalah adalah kemampuan organisme atlet dengan kekuatan dan kecepatan maksimal untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya, misal : sprint 100 meter, 200 meter dan lain-lain (Suharno HP, 1993 : 27). Yang dimaksud kecepatan dalam penelitian ini adalah kecepatan berlari secara maksimal untuk menempuh jarak 100 meter.
2.   Kecepatan Reaksi (Reaction Speed)
Suharno HP. (1993 : 27) menyebutkan kecepatan reaksi adalah kemempuan organisme atlet untuk menjawab rangsang secepat mungkin dalam mencapai hasil sebaik baiknya. Waktu reaksi adalah kemampuan antara pemberian rangsang dengan gerak pertama. Dalam penelitian ini waktu reaksi terjadi pada waktu melakukan start lari 100 meter, yaitu pada saat aba-aba “ya” maka akan terjadi perjalanan gelombang suara memasuki telinga dan kemudian gelombang suara tersebut oleh syaraf akan teruskan ke pusat syaraf gerak dan menjadi suatu gerakan.
2.   Kecepatan Bergerak (Speed Of Movement)
Kecepatan bergerak adalah kemampuan atlet untuk bergerak secepat mungkin dalam suatu gerakan yang tidak terputus putus contoh : gerakan salto, melempar, melompat (Suharno, 1993 : 27) Kecepatan gerak (Speed Of Movement) adalah waktu antara permulaan dan akhir suatu gerakan (Harsono, 1988 : 217).
Dalam lari cepat 100 meter kecepatan gerak terjadi saat gerakan kaki melangkah dan langkah kaki selanjutnya karena pada hakekatnya berlari adalah gerakan melompat berulang ulang. Sedangkan menurut pembagian gerak kecepatan di bedakan menjadi dua yaitu :
1.   Kecepatan gerak siklis
Kecepatan ini adalah produk yang dihitung frekwensi gerak atau frekwensi langkah dan amplitudo gerak atau panjang langkah, bila gerak siklis mulai dari kecepatan 0 (nol) pada pemberian isyarat mulai dan jika waktunya dihitung dari pemberian isyarat seperti halnya pada lari cepat jarak pendek maka dapat dibedakan faktor-faktor sebagai berikut : kecepatan reaksi (pada start), percepatan gerakan (pada meter-meter pertama), kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal maupun stamina keepatan (Jonath. U, E. Haag, R. Krempel; 1987 : 20).
2.   Kecepatan gerak Asiklis
Kecepatan ini dibatasi oleh faktor yang mengenai kecepatan gerak masingmasing otot, terutama tenaga statis ini dan kecepatan kontraksilah yang menentukan cepatnya gerakan kedua faktor tersebut selanjutnya tergantung pada viskositas dan  tonus otot, selain itu juga faktor-faktor luar yang memegang peran kerja antagonis otot dan pemelaranya sehubungan dengan hal itu pangkal dan permulaan kerja otot panjang tuas dan masa yang digerakan (perbandingan beban tenaga) (Jonath.U, E. Haag, R. Krempel; 1987 : 20-21).

C. Faktor Penentu Kecepatan Secara Umum
Secara umum kecepatan ditentukan oleh macam fibril otot yang dibawa sejak lahir (pembawaan), fibril berwarna putih baik untuk kecepatan, pengaturan nervous sistem kekuatan otot, kemampuan relaksasi dan elastisitas otot, kemampuan dan disiplin individu atlet (Suharno HP. (1993 : 26).
Faktor yang mempengaruhi sifat motoris kecepatan dan menjadi para meter prestasi sektor yang dilihat dari pandangan kesehatan olahraga dan membatasi prestasi lari cepat (Sprint) yaitu : tenaga otot, kecepatan kontraksi, kecepatan reaksi pada start, stamina dan anaerob umum, ciri antropometris, koordinasi, viskositas otot (Jonath. U, E. Haag, R. Krempel; 1987 : 56).

D. Faktor penentu kecepatan secara khusus
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kecepatan dibedakan menjadi 3 macam diantaranya sebagai berikut :

1.   Faktor penentu kecepatan sprint
2.   Kecepatan sprint ditentukan oleh otot yang bekerja, panjang tungkai atas, frekwensi gerakan, teknik lari yang sempurna (Suharno HP. 1993 : 26). Dengan kecepatan dan kekuatan otot tungkai serta frekwensi gerakan kaki yang banyak dan jarak langkah yang sesuai akan mendapatkan kecepatan yang optimal.
3.   Faktor penentu kecepatan reaksi Kecepatan reaksi bergantung pada iritabilita susunan syaraf, daya orientasi yang dihadapi atlet, ketajaman panca indra dalam menerima rangsangan, kecepatan gerak dan daya ledak otot (Suharno HP, 1993 : 26). Dengan daya yang peka dari indra pendengar maka akan mempengaruhi dengan cepat gerakan untuk melakukan start dengan cepat.
4.   Faktor penentu kecepatan bergerak Kecepatan reaksi bergantung dari otot, baik tidaknya power, daya koordinasi dan kesinambungan, penguasaan teknik yang sempurna (Suharno HP, 1993 : 27).





















BAB III
PEMBAHASAN

A.  Tehnik lari 100 meter
Di dalam lari sprint 100 meter ada 3 hal penting yang harus di kuasai oleh setiap pelari yaitu: teknik start, teknik lari dan teknik finish.
1.   Teknik Start
Start yang baik sangat diperlukan dalam lomba lari 100 meter, karena dengan start yang baik dan benar akan dapat menghindari diskualifikasi dalam perlombaan lari, selain itu dengan menguasai teknik start yang baik akan dapat menambah kepercayaan diri yang tinggi sehingga dapat berkonsentrasi dalam melakukan lari jarak pendek 100 meter.
Lari cepat biasanya dimenangkan kurang dari satu meter atau sepersepuluh detik, maka dari itu penting sekali menguasai start yang baik, banyak kekalahan dalam perlombaan terjadi pada permulaan start, bukan ditempat lain, seperti yang dikatakan Don Conhan bahwa start yang benar adalah salah satu dari dasar-dasar paling penting dari lari jarak pendek yang baik. Hasil perlombaan kerap kali oleh beberapa inci keuntungan atau kerugian pada waktu start (1966:60).
Kevin O’Donnell berpendapat bahwa start adalah suatu seri dari ketangkasan gerak yang sulit, yang bila dilakukan dengan sempurna akan menghasilkan daya yang memungkinkan atlet mengatasi kelambatan/inertia dan mulai dengan gerak percepatan. Sering terjadi dalam tempo kurang dari satu detik.
Start ini meliputi waktu reaksi, penerapan (aplikasi) daya dan dua langkah lari pertama (1995:5). Jadi jelaslah bahwa sangat penting bagi pelari untuk menguasai teknik start yang baik dan benar.
Dalam perlombaan lari dikenal 3 macam start, yaitu start jongkok (crouching start) digunakan pada lari jarak pendek, start berdiri (standing start) di gunakan pada lari jarak menengah, jarak jauh dan marathon. Start melayang (flying start) digunakan lari sambung atau estafet oleh pelari kedua dan pelari berikutnya. Teknik start jongkok mempunyai 3 macam posisi start yang dilakukan pada block start, yaitu:
a.   Short startbunc start (start pendek),
Posisi start ini diukur 16 inci dari garis start sampai dengan block start depan. Saat jongkok lutut kaki belakang berada di depan ujung kaki yang lain. Apabila berdiri, ujung kaki belakang akan terletak kira-kira disamping tumit. Start ini dapat menghasilkan kecepatan yang tinggi, tetapi bagi anak-anak start ini kurang sesuai karena dengan posisi kaki yang berdekatan, peranan kedua tangan akan terasa lebih berat, maka start pendek ini akan sesuai dipakai pada atlet yang sudah terlatih.
b.   Medium start (start menengah)
Posisi start ini diukur 21 inci dari garis start sampai dengan block start depan, Saat berjongkok lutut kaki belakang kira-kira berada di samping lekukan telapak kaki depan. Start ini juga biasa menghasilkan kecepatan yang tinggi. Pada posisi ini atlet dapat mengeluarkan tenaga yang besar untuk melesat dari block start, dengan kecepatan yang tinggi, sehingga posisi start ini banyak digunakan oleh para atlet.
c.   Long start (start panjang)
Posisi start ini diukur 21 inci dari garis start sampai block start depan, dengan jarak 26 inci diantara block. Saat berjongkok lutut kaki belakang berada disamping atau kira-kira segaris dengan tumit kaki depan atau letak lutut lebih mundur lagi, kedua telapak kaki saling berjauhan. Start ini kurang menguntungkan. Pelari yang berkaki panjang biasanya sesuai dalam memakai start ini.(Tamsir Riyadi,1985 :24 –25).
Posisi start yang ideal adalah posisi medium start atau start menengah, karena dengan start ini atlet dapat melesat dengan tenaga yang besar sehingga dapat menambah laju akselarasi atlet yang bersangkutan. Hal tersebut diatas juga diperkuat oleh pendapat dari Doherty yaitu posisi start dengan jarak kaki kekaki 16 inci dan 21 inci adalah yang paling baik, dan posisi bunch dengan jarak antara kaki 11 inci adalah posisi yang paling buruk dan tidak menguntungkan bagi sebagian atlet, walaupun dengan menggunakan posisi ini pelari dapat melesat dari block start dengan cepat namun akan menjadi lebih pelan setelah meninggalkanya dan tak pernah menutup keterlambatanya tersebut. (1955:54).

B.  Uraian Tehnik lari 100 meter
Adapun gerakan aba-aba “Siap” lari jarak pendek 100 meter adalah:
1.   Pada aba-aba “bersedia” atlet mulai menempatkan diri pada block start, dengan kedua kaki bertumpu pada block start, dan lutut kaki belakang diletakan di tanah, pada saat yang sama tangan diletakan dibelakang garis start, kurang lebih selebar bahu, dengan ujung-ujung jari menyentuh tanah, antara ibu jari dan telunjuk membentuk seperti huruf V, kepala relak dengan pandangan mata kedepan (Yusuf Adisasmita, 1992:64).
2.   Pada aba-aba “siap” lutut diangkat dari tanah sedemikian rupa sehingga kedua kaki sama-sama menjadi sedikit bengkok, untuk idealnya menurut Vern Gambetta, lutut depan membentuk sudut 90 derajat, dan lutut belakang membentuk sudut antara110 sampai 120 derajat (1992:59). Dan kaki kaki tersebut menekan pada balok, pinggul menjadi naik sedemikian rupa sehingga lebih tinggi dari bahu yang letaknya berada diatas tangan, lengan di pertahankan lurus dengan berat badan dibebankan merata kepada semua titik tumpu, punggung tidak boleh tinggi dari bahu dan dicari posisi mana yang paling enak untuk dapat melesat secepatnya dari balok start dan pandangan mata melihat kedepan, kurang lebih 1,5meter didepan garis start.
3.   Pada saat pistol bunyi atau aba-aba “ya”, si atlet dengan reaksi yang cepat bertolak dari balok start, pada saat yang sama mengangkat tangan dari tanah, yang mengakibatkan ketidakseimbangan badan sebagai tahap awal dari gerakan start, kaki belakang dalam keadaan bengkok bergerak maju, kaki yang lain diluruskan dengan kuat untuk memberikan daya dorong kedepan, kedua lengan memberikan imbangan gerak terhadap kedua kaki dan membantu memberikan daya selama gerakan lari. Selama langkah pertama, tubuh bergerak kedepan seperti “anak panah yang lepas dari busur” (dengan sudut 45 derajat) dan langkah itu pendek, cepat dan rendah, dengan pergerakan kaki yang lincah ditanah, tetapi secara tidak sengaja diperpendek, sedikit demi sedikit tubuh akan tegak, sedangkan langkah kaki sedikit lebih panjang sampai posisi lari yang wajar tercapai (Yusuf Adisasmita, 1992:65).
Dalam melakukan start kadang-kadang sering terjadi kesalahan diantaranya adalah : Laher terlalu tegang karena terlalu jauh memandang ke muka. Pada waktu meluncur kedepan terlalu cepat tegak. Ini akan mengurangi lajunya kecepatan start. Jangan membiasakan diri dalam latihan mencuri start, sebab ini merupakan kebiasaan yang kurang baik. Latihan dengan memusatkan perhatian pada aba-aba untuk mempertahankan reaksi start.
Suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian atlet sebelum melakukan start ialah :Kerjakan terlebih dahulu pemanasan dengan sebaik-baiknya dengan senam pelemasan dan pengaluran di tambah beberapa kali melakukan “staigerungslauf” (lari yang makin di percepat). Sebab gerakan start adalah gerakan tyang dilakukan dengan eksplosif, dimana otot-otot harus melakukan kontraksi secara mendadak dengan kekuatan penuh. Ini dilakukan bertujuan untuk menghindari cidera pada atlet.

C. Teknik lari jarak pendek 100 meter.
Pada teknik lari jarak pendek ada 3 macam bagian yang harus diperhatikan, yaitu : langkah kaki, ayunan lengan serta kecondongan badan.
1.   Langkah kaki
Gerakan melangkah pada lari berbeda gerakan melangkah pada jalan, perbedaan tersebut adalah pada lari ada saat kedua kaki melayang, sedangkan pada saat berjalan tidak ada gerakan saat kaki melayang . Gerakan lari secara keseluruhan dimulai dengan tanah kembali, siklus keseluruhan dimulai saat dimana satu kaki melangkah menyentuh tanah, dan sampai kemudian menyentuh lagi, jadi terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a.   Tahap melangkah (drive)
Mata kaki dan lutut diangkat pada saat titik berat badan bergerak didepan kaki yang menumpu, dan mendorong pinggul kedepan. Kaki yang melangkah ditekuk dan bergerak kedepan dan keatas, ekstensi maksimum dari kaki yang melangkah bersamaan dengan gerak mengangkat paha dari kiri, ekstensi tersebut kedepan sampai kejari jari kaki.
Kedua lengan mengayun memberi imbangan gerak terhadap kedua kaki, titik maksimum gerakan ini bersamaan pula dengan gerak dorong akhir, sehingga bila siku berada dititik jauh dibelakang, lutut yang satunya akan mencapai tinggi maksimum didepan badan, ayunan tangan kedepan kearah hidung serta ayunan ke belakang agak keluar dengan siku ditekuk membuat sudut kira-kira 90 derajat
2.   Kontak (contact)
Kontak dengan tanah untuk lari jarak pendek khususnya lari jarak 100 meter berbeda dengan lari jarak jauh dan menengah. Pada lari jarak jauh dan menengah kontak terjadi saat telapak kaki menyentuh tanah, sedangkan kontak pada saat lari jarak 100 meter terjadi pada saat bola kaki menyentuh tanah.
3.   Support
Pada saat yang sama lutut sedikit dibengkokan sebagai persiapan untuk melangkah, sedangkan lutut yang lainya ketika bergerak kedepan terus dibengkokan (jaga keseimbangan dengan kecepatan) sampai ini menjadi kaki tumpu (dibawah titik berat badan), dan diteruskan bersama dengan pinggul bergerak kedepan pada saat rilek pada saat kaki tumpu menjadi kaki dorong. Ayunan kedua tangan tetap kearah hidung.
4.   Tahap pemulihan (recovery)
Sekali gerak melangkah itu selesai, sentuhan pada tanah yang dibuat oleh tungkai selesai juga, dan titik pusat berat badan tetap diproyeksikan pada satu garis lurus kedepan (bukan parabola), tungkai yang telah melangkah secara otomatis akan terangkat kebelakang, sedangkan tungkai yang lain kedepan dan mulailah terbentuk tarikan yang aktif ketika tungkai mulai menyentuh tanah. Tungkai belakang membuat gerakan rotasi yang berulang ulang dan lengan berayun dengan arah yang berlawanan. Siklus ini dapat disebut suatu gerakan rilek dalam saaat melayang atau tahap pemulihan.
2.   Ayunan lengan
Ayunan lengan pada lari jarak pendek gerakannya lebih keras dibandingkan dengan lari jarak menengah dan jauh karena dipengaruhi oleh kecepatan yang tinggi, sehingga secara otomatis ayunan lengan akan lebih keras dan lebih tinggi juga frekwensinya dan lebih banyak di bandingkan dengan lari jarak menengah dan jauh. Ayunan tangan harus kuat agar keseimbangan titik terganggu, ayunan tangan ini mengarah kedepan hidung serta ayunan ke belakang agar keluar dengan siku ditekuk membentuk sudut 90 derajat.
3.   Kecondongan badan
Pada lari jarak pendek posisi badan condong kedepan, tidak membungkuk dan juga tidak membusungkan dada, pandangan tidak terlalu jauh ke depan, sebaiknya kurang lebih 5 sampai 10 meter kedepan (Yusuf Adisasmita, 1992:40) Namun pada kenyataannya pada atlet kelas dunia, seperti Carl Lewis dan Ben Johnson, posisi badan tidak condong kedepan, namun cenderung hampir tegak, hal ini bisa terjadi karena dipengaruhi oleh kecepatan lari yang sangat tinggi, sehingga secara otomatis badan akan tegak dalam melakukan lari jarak pendek 100 meter tersebut.



D. Teknik finish
Menguasai teknis finish juga penting bagi atlet lari jarak pendek, Karena banyak atlet mengalami banyak kekalahan atau gagal mencapai standart kualifikassi dikarenakan kesalahan teknis finish. Menyempurnakan kacakapan lari digaris finish yang baik akan mempertajam secara dramatis catatan waktu prestasi.
Menurut Yusuf Adi Sasmita, ada beberapa cara yang dapat dilakukan pelari pada waktu melewati garis Finish, diantaranya:
a)   Lari terus tanpa mengubah sikap lari
b)   Dada dicondongkan kedepan, tangan kedua-duanya diayunkan ke bawah belakang, di Amerika lazim disebut “the lunge” atau merobohkan diri.
c)  Dada diputar dengan ayunan tangan kedepan atas, sehingga bahu sebelah maju kedepan yang lazim disebut “the shang” (1992:42)
Cara yang paling baik untuk memasuki garis finish adalah dengan cara dada dicondongkan kedepan, tangan diayunkan kebelakang, karena cara ini paling efektif dan biasa dilakukan oleh atlet-atlet lari jarak pendek 100 meter. Jarak 20 meter terakhir dari garis finish adalah merupakan perjuangan untuk mencapai kemenangan dalam suatu perlombaan lari, kalah atau menang ditentukan di sini. Maka perlu di perhatikan hal hal sebagai berikut :
a)   Percepat dan lebarkan langkah, tapi harus tetap relaks
b)   Pusatkan pikiran untuk mencapai finish
c)   Jangan melakukan secara bernafsu sehingga menimbulkan ketegangan, sebab ketegangan akan mengurangi lebar langkah yang berakibat mengurangi kecepatan
d)   Jangan menengok lawan.
e)   Jangan melompat.
f)   Jangan memperlambat langkah sebelum melewati garis finsh. Sprinter harus menggunakan kekuatan dan tenaganya seefisien dan seekonomis mungkin dalam usaha mencapai kecepatan maksimum.

E. Tahapan-tahapan lari dalam lari jarak pendek 100 meter.
Perlu diketahui bahwa dalam lari 100 meter ada tahapan penting yang harus di kuasai oleh setiap atlet untuk memperoleh catatan waktu yang baik, tahapan tersebut adalah:


1.   Tahapan akselerasi/percepatan
Tahapan percepatan ini dimulai dua langkah pertama antara gerakan permulaan start dan tahap kecepatan maksimum (Kevin O’Donnell, 1995:5), pernyataan tersebut di perkuat oleh Vern Gambetta yang berpendapat bahwa percepatan dimulai dari posisi start sampai kecepatan maksimum (1992:55), namun pendapat para ahli mengenai akselerasi ini banyak yang berlainan, menurut Kevin O’Donnell jarak akselerasi setelah start sampai 40 meter (1995:5), sedangkan Bompa berpendapat jarak akselerasi dari start sampai 30 meter (1994:310).
2.   Tahapan maxsimum speed
Tahapan ini di tandai dengan frekwensi langkah lari yang paling tinggi dan panjang langkah lari yang paling optimal, komponen ini sering kurang dari waktu 2-3 detik. Pelari yang baik melihat masuk kedalam tahap ini kurang lebih 40 meter didalam lomba lari sprint (Kevin O’Donnell, 1995:5). Menurut Tudor O Bompa, Tahapan maximum speed seorang pelari tidak dapat dicapai sebelum melewati tahapan akselerasi kurang lebih 30 meter. Speedogram memperlihatkan bahwa maximum speed dapat dicapai setelah jarak40 meter atau 5 detik setelah start dan dicapai sampi batas 80 meter (1994:310).
Sedangkan menurut John Unitas, Tahapan Maximum Speed ini tercapai setelah melewati tahap akselerasi 0 – 60 meter, dan tahapan ini tercapai pada jarak 60 –80 meter (1993:238).
3.   Tahapan decreasing speed
Tahapan decreasing speed adalah kemampuan lari dimana terjadi penurunan kerja syaraf otot atau penururnan frekwensi langkah kaki dalam lari atau terjadi perlambatan (Vern Gambetta, 1992:55).









BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Salah satu cabang olahraga yang sering dilombakan adalah Atletik mulai dari tingkat daerah sampai ke tingkat internasional. Cabang olahraga Atletik mempunyai banyak nomor perlombaan, diantaranya adalah: 1) Nomor lari, 2) Nomor lompat, 3) Nomor lempar, 4) Nomor jalan. Selain nomor tersebut masih sering ditambah dengan event gabungan.
Cabang olahraga lari mempunyai beberapa nomor di antaranya adalah lari jarak pendek 100 meter (sprint). Lari jarak pendek adalah lari yang dilakukan dengan kecepatan penuh (sprint) atau kecepatan maksimal, sepanjang yang harus di tempuh sampai jarak 400 meter, sehingga lari 100 meter termasuk lari jarak pendek.
Untuk dapat berprestasi dalam lari 100 meter (sprint) di perlukan banyak unsur, pada dasarnya ada dua unsur yang melandasi yaitu unsur pokok dan penunjang. Unsur pokok adalah tehnik, sedangkan unsur penunjangnya adalah :1) Pengembangan fisik (physical build-up), 2) pengembangan mental (mental buildup), 3) kematangan juara.

B.     Saran 
Berdasarkan uraian diatas, agar dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap hasil lari 100 meter, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1.      Berdasarkan dengan hal tersebut, maka disarankan bagi guru pendidikan jasmani, para pelatih dan pembina olahraga atletik pada umumnya, dan guru pendidikan jasmani  pada khususnya, dapat memilih pelari pada lari 100 meter secara tepat.
2.      Pengusaan guru olahraga terhadap teknik pembelajaran pada lari 100 meter diharapkan dapat menelorkan bibit-bibit  pelari yang berbobot dan berprestasi.






DAFTAR PUSTAKA


Aip syarifuddin, 1992. Atletik. Jakarta :Depdikbud.

Harsono. 1989. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching, Jakarta. Depdikbud.

M. Sajoto, 1988. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize.

Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta : Depdiknas

Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan Penerapannya. Jakarta : Depdiknas

PASI, 1994: Pengenalan Teori Melatih Atletik, Jakarta: PB PASI

Poerwadarminta, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Roji. 2004. Pendidikan Jasmani untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga

Sudarminto, 1992, Kinesiologi, Jakarta: Depdikbud Dikti P2TK

Suderajat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pembaharuan Pendidikan dalam Undang-undang Sisdiknas 2003. Bandung : CV Cipta CekasGrafika

Suharno HP.1985. Ilmu Choaching Umum. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta

Suherman, Adang. 2001. Asesmen Balajar dalam Pendidikan Jasmani Evaluasi Alternatif untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta : Depdiknas

Syarifudin. 1998. Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud

Yusuf Adisasmita, 1992: Olahraga Pilihan Atletik, Jakarta: Depdikbud

Untuk mendapatkan file silahkan klik : Download