BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Atletik
adalah salah satu cabang olahraga tertua yang di lakukan semenjak zaman purba.
Gerakan-gerakan yang terdapat dalam cabang olahraga atletik seperti: berjalan,
berlari, melompat dan melempar adalah gerakan yang di lakukan oleh manusia di
dalam kehidupan sehari hari. (Aip Syarifudin.1992 :1).
Atletik
dewasa ini merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup populer di kalangan
masyarakat kita, hal ini dibuktikan dengan antusiasme masyarakat dalam mengikuti
perlombaan yang sering diadakan ditingkat daerah maupun nasional. Mereka
berpartisipasi sebagai peserta perlombaan atletik diberbagai nomor maupun
sebagai penonton perlombaan. Sebagai peserta perlombaan, mereka yang mempunyai
motivasi berbeda. Ada
yang mempunyai motivasi untuk prestasi olahraga, ada juga yang mempunyai
motivasi untuk menyalurkan hobi ataupun hanya ikut serta memeriahkan perlombaan
atletik tersebut, sebagai penonton mereka memberikan semangat dan dukungan
moral.
Perkembangan
atletik di tanah air juga ditandai dengan semakin banyaknya klub-klub atletik
di bawah naungan PASI. Klub-klub tersebut saling bersaing dalam membina
atletnya untuk berprestasi dalam bidang olahraga khususnya atletik.
Atletik
adalah olahraga yang dalam setiap gerakanya menggunakan aktivitas fisik atau
jasmani, dimana dalam melakukanya seluruh anggota tubuh akan ikut bergerak,
baik itu kaki, tangan atau anggota tubuh yang lain Perlombaan atletik banyak
diadakan diberbagai tempat diseluruh dunia, event-event bertaraf internasional
seperti Olimpiade, Asian Games, Sea Games, ditingkat nasional ada PON,
Kejurnas, PORDA, Kejurda dan sebagainya. Khusus untuk nomor lari yang
dilombakan dalam event nasional maupun internasional terdiri dari nomor : 1)
lari jarak pendek, 2) lari jarak menengah dan, 3) lari jarak jauh. (Aip
Syaifudin, 1992:10).
Untuk
nomor lari jarak pendek ada yang dilakukan tanpa rintangan dan ada yang melalui
rintangan, serta ada yang di lakukan dengan cara bersambung atau estafet.
Nomor-nomor lari jarak pendek tersebut, rincianya adalah sebagai berikut:
a) Nomor-nomor lari jarak pendek tanpa rintangan:
100 m, 200 m, dan 400 m
b) Nomor-nomor lari jarak pendek dengan melalui
rintangan: 100 m gawang, 110 m gawang, 200 m gawang, dan 400 m gawang.
c) Lari estafet dengan 4 orang pelari yaitu:
4x100 m, 4x200 m,4x400 m, namun yang umum dilombakan adalah nomor 4x400 m.
Untuk
menjadi atlet lari jarak pendek 100 meter yang berprestasi ada beberapa aspek
yang harus dikembangkan melalui latihan, aspek-aspek tersebut adalah 1)
persiapan fisik, 2) persiapan taktik, 3) persiapan teknik dan, 4) persiapan mental
(Bompa, 1994:49). Dan aspek kemampuan biomotor yang meliputi kekuatan,
kecepatan, daya tahan, kelentukan dan koordinasi juga harus dilatihkan dan
dikembangkan, terutama pada atlet muda.
Dalam
lari jarak pendek 100 meter kemampuan biomotor yang paling dominan dan sangat
penting adalah kecepatan, dapat dilihat dari segi mekanika kecepatan adalah
perbandingan antara jarak dan waktu. Latihan kecepatan sangat penting untuk
diberikan pada atlet lari jarak pendek khususnya lari jarak 100 meter, karena
untuk menjadi juara dalam lomba lari jarak pendek tersebut, diperlukan
kecepatan yang maksimal dalam berlari, siapa yang tercepat maka dialah yang
akan memenangkan perlombaan tersebut.
Untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam lari 100 meter di perlukan penguasaan teknik
start teknik lari, teknik melewati garis finish (Aip Syaifudin, 1992:41). Dalam
melakukan gerakan lari 100 meter, yang terkait dengan gerakan utama adalah:
panjang tungkai, panjang lengan, panjang togok, yang secara bersama-sama
berperan terhadap hasil lari 100 meter. Tapi hal tersebut tidak akan lepas dari
latihan yang baik dan teratur, jika ingin mencapai hasil yang maksimal. Panjang tungkai adalah komponen kondisi
fisik yang tedapat pada paha, betis dan kaki. Jadi, seorang pelari yang punya
panjang tungkai yang panjang akan memiliki kecepatan linier yang lebih besar.
Kecepatan angulernya dibuat konstan maka panjang radius makin besar daripada
kecepatan liniernya, jadi lebih menguntungkan jika digunakan panjang tungkai
yang panjang.
Panjang lengan adalah komponen kondisi
fisik yang terdapat pada anggota badan yang terdiri dari pergelangan tangan
sampai bahu terhadap hasil lari 100 meter. Gerakan pada lengan mengayun memberi
keseimbangan pada gerakan kedua tungkai. Jadi bila lengan itu semakin panjang
menimbulkan gerakan yang cepat dan luas, sehingga kecepatan liniernya semakin
besar. Sehingga mendukung gerakan kedepan saat belari.
Panjang togok adalah komponen kondisi fisik
yang terdapat pada anggota badan terhadap hasil lari 100 meter. Peranan togok
di sini adalah memberi keseimbangan gerakan pada saat berlari, karena bagian
tubuh ini merupakan asal dari semua gerakan atau penghubung yang menstabilkan
semua gerakan yang melaluinya.
Dalam usaha untuk meningkatkan prestasi
harus mengacu pada prinsip latihan, pada prinsip latihan yang terpenting
diantaranya adalah prinsip overload atau prinsip beban berlebih, dan
prinsip progresiveload atau prinsip beban meningkat bertahap (Sajoto,
1995:30). Meskipun latihan dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang
atau dilakukan sistimatis sekalipun, akan tetapi jika tidak dibarengi dengan
penambahan beban secara overload dan progresiveload maka
prestasinya tidak akan meningkat. Dengan penambahan beban maka secara otomatis
otot akan beradaptasi sehingga akan menimbulkan efek dari latihan yang
dilakukan tersebut, adapun penambahan beban tersebut ditentukan berdasarkan
pada intensitas dan volume (Bompa, 1994:46).
B. Rumusan
Masalah
Permasalahan yang diambil dalam penulisan
karya ilmiah ini adalah bagaimana teknik dan pengelolaan pembelajaran lari
sprint 100 meter secara optimal dan berhasil guna di SD Negeri Cibalung 02 UPT
Disdikpora Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap
C. Tujuan Penelitian
Pada
dasarnya setiap penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan agar memperoleh
gambaran jelas dan bermanfaat bagi yang menggunakanya. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kemampuan siswa SD Negeri Cibalung
02 dalam pembelajaran atletik khususnya lari sprint 100 meter.
2. Untuk meningkatkan prestasi olahraga siswa SD
Negeri Cibalung 02 dalam pembelajaran atletik khususnya lari sprint 100
meter.
D. Manfaat penelitian
- Dalam upaya peningkatan peningkatan cabang olahraga atletik khususnya lari 100 meter SD Negeri Cibalung 02 diharapkan akan memperoleh hasil dan mempunyai nilai guna.
- Sebagai masukan bagi olahragawan, pelatih dan pembina olahraga dalam upaya peningkatan cabang olahraga atletik pada umumnya dan lari 100 meter pada khususnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Teori Gerak Tubuh
Di dalam berolahraga tidak terlepas dari
gerak. Ada beberapa istilah yang sebelumnya sering di gunakan pada studi
tentang gerak manusia (Human Movement).
Istilah tersebut adalah ilmu gerak, kinesologi, performant manusia, dan
pendidikan jasmani. Untuk dapat meningkatkan ketrampilan individu diperlukan
prilaku gerak manusia (Human Behavior).
Perilaku gerak (Motor Behavior) dapat
di bagi dalam tiga bagian :
1. Teori gerak (Motor Control).
Teori gerak adalah studi mengenai
faktor-faktor fungsi syaraf yang mempengaruhi gerak manusia. Sistim syaraf
merupakan bagian penting dalam memproduksi gerak manusia sebab sel-sel syaraf
merangsang otot untuk memproduksi gerak manusia yang diinginkan.
2. Belajar gerak (Motor Learning).
Belajar gerak merupakan studi tentang
proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan ketrampilan gerak
(Motor Skill). Sebab ketrampilan gerak sangat terikat dengan latihan dan
pengalaman individu bersangkutan. Belajar gerak khusus di pengarui oleh
berbagai bentuk latihan, pengalaman, atau situasi belajar pada gerak manusia.
3. Perkembangan gerak (Motor Development).
Perkembangan gerak merupakan sebuah bidang
studi dalam gerak manusia. Perkembangan gerak sebagai perubahan dalam prilaku
gerak yang merefleksikan intraksi kematangan organisme dan lingkunganya. Ada
dua paham yang terlingkup dalam perkembangan gerak yaitu yang memandang
perkembangan gerak sebagai produk gerak dan perkembangan gerak sebagai proses
gerak.
B. Kecepatan
Kecepatan
adalah kemampuan organisme atlet dalam melakukan gerakangerakan dengan waktu
yang sesingkat-singkatnya untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
(Suharno HP, 1993:26). Menurut Harsono (1988:216) kecepatan sebagai kemampuan
melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang
sesimgkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Sedangkan
menurut M.Sajoto (1995:19) kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk
mengerjakan gerakan yang berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu
yan sesingkat singkatnya. Kecepatan juga sebagai jarak persatuan waktu, juga
diartikan sebagai kemampuan berdasarkan kemudahan gerak, proses sistim gerak
dan perangkat otot untuk melakukan gerak dalam satuan waktu tertentu. Kecepatan
adalah hasilkerja suatu tenaga pada suatu masa (Jonath. U, F Haag, R. Krenpel;
1987:20-21).
Kecepatan merupakan komponen yang penting
dalam olahraga dan merupakan komponen yang utama bagi pelari cepat. Yang
dimaksud dengan kecepatan dalam penulisan ini adalah kecepatan melakukan lari
100 meter. Sedangkan kecepatan itu sendiri dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Kecepatan
sprint (Sprinting speed)
Kecepatan
sprint adalah adalah kemampuan organisme atlet dengan kekuatan dan
kecepatan maksimal untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya, misal : sprint 100
meter, 200 meter dan lain-lain (Suharno HP, 1993 : 27). Yang dimaksud kecepatan
dalam penelitian ini adalah kecepatan berlari secara maksimal untuk menempuh
jarak 100 meter.
2. Kecepatan Reaksi (Reaction Speed)
Suharno
HP. (1993 : 27) menyebutkan kecepatan reaksi adalah kemempuan organisme atlet
untuk menjawab rangsang secepat mungkin dalam mencapai hasil sebaik baiknya.
Waktu reaksi adalah kemampuan antara pemberian rangsang dengan gerak pertama.
Dalam penelitian ini waktu reaksi terjadi pada waktu melakukan start lari 100
meter, yaitu pada saat aba-aba “ya” maka akan terjadi perjalanan gelombang
suara memasuki telinga dan kemudian gelombang suara tersebut oleh syaraf akan
teruskan ke pusat syaraf gerak dan menjadi suatu gerakan.
2. Kecepatan Bergerak (Speed Of Movement)
Kecepatan
bergerak adalah kemampuan atlet untuk bergerak secepat mungkin dalam suatu
gerakan yang tidak terputus putus contoh : gerakan salto, melempar, melompat
(Suharno, 1993 : 27) Kecepatan gerak (Speed Of Movement) adalah waktu
antara permulaan dan akhir suatu gerakan (Harsono, 1988 : 217).
Dalam
lari cepat 100 meter kecepatan gerak terjadi saat gerakan kaki melangkah dan
langkah kaki selanjutnya karena pada hakekatnya berlari adalah gerakan melompat
berulang ulang. Sedangkan menurut pembagian gerak kecepatan di bedakan menjadi
dua yaitu :
1. Kecepatan gerak siklis
Kecepatan
ini adalah produk yang dihitung frekwensi gerak atau frekwensi langkah dan
amplitudo gerak atau panjang langkah, bila gerak siklis mulai dari kecepatan
0 (nol) pada pemberian isyarat mulai dan jika waktunya dihitung dari pemberian
isyarat seperti halnya pada lari cepat jarak pendek maka dapat dibedakan
faktor-faktor sebagai berikut : kecepatan reaksi (pada start), percepatan gerakan
(pada meter-meter pertama), kecepatan dasar sebagai kecepatan maksimal maupun
stamina keepatan (Jonath. U, E. Haag, R.
Krempel; 1987 : 20).
2. Kecepatan gerak Asiklis
Kecepatan
ini dibatasi oleh faktor yang mengenai kecepatan gerak masingmasing otot,
terutama tenaga statis ini dan kecepatan kontraksilah yang menentukan cepatnya
gerakan kedua faktor tersebut selanjutnya tergantung pada viskositas dan tonus otot, selain itu juga faktor-faktor luar
yang memegang peran kerja antagonis otot dan pemelaranya sehubungan dengan hal
itu pangkal dan permulaan kerja otot panjang tuas dan masa yang digerakan
(perbandingan beban tenaga) (Jonath.U, E. Haag, R. Krempel; 1987 : 20-21).
C. Faktor Penentu Kecepatan
Secara Umum
Secara umum
kecepatan ditentukan oleh macam fibril otot yang dibawa sejak lahir
(pembawaan), fibril berwarna putih baik untuk kecepatan, pengaturan nervous sistem
kekuatan otot, kemampuan relaksasi dan elastisitas otot, kemampuan dan disiplin
individu atlet (Suharno HP. (1993 : 26).
Faktor
yang mempengaruhi sifat motoris kecepatan dan menjadi para meter prestasi
sektor yang dilihat dari pandangan kesehatan olahraga dan membatasi prestasi
lari cepat (Sprint) yaitu : tenaga otot, kecepatan kontraksi, kecepatan
reaksi pada start, stamina dan anaerob umum, ciri antropometris, koordinasi,
viskositas otot (Jonath. U, E. Haag,
R. Krempel; 1987 : 56).
D. Faktor penentu kecepatan secara khusus
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
kecepatan dibedakan menjadi 3 macam diantaranya sebagai berikut :
1. Faktor penentu kecepatan sprint
2. Kecepatan sprint ditentukan oleh otot yang
bekerja, panjang tungkai atas, frekwensi gerakan, teknik lari yang sempurna
(Suharno HP. 1993 : 26). Dengan kecepatan dan kekuatan otot tungkai serta
frekwensi gerakan kaki yang banyak dan jarak langkah yang sesuai akan
mendapatkan kecepatan yang optimal.
3. Faktor penentu
kecepatan reaksi Kecepatan reaksi bergantung pada iritabilita susunan syaraf,
daya orientasi yang dihadapi atlet, ketajaman panca indra dalam menerima
rangsangan, kecepatan gerak dan daya ledak otot (Suharno HP, 1993 : 26). Dengan daya yang peka dari indra pendengar
maka akan mempengaruhi dengan cepat gerakan untuk melakukan start dengan cepat.
4. Faktor penentu kecepatan bergerak Kecepatan
reaksi bergantung dari otot, baik tidaknya power, daya koordinasi dan
kesinambungan, penguasaan teknik yang sempurna (Suharno HP, 1993 : 27).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Tehnik
lari 100 meter
Di dalam lari sprint 100 meter ada
3 hal penting yang harus di kuasai oleh setiap pelari yaitu: teknik start,
teknik lari dan teknik finish.
1. Teknik
Start
Start
yang baik sangat diperlukan dalam lomba lari 100 meter, karena dengan start
yang baik dan benar akan dapat menghindari diskualifikasi dalam perlombaan
lari, selain itu dengan menguasai teknik start yang baik akan dapat menambah kepercayaan
diri yang tinggi sehingga dapat berkonsentrasi dalam melakukan lari jarak
pendek 100 meter.
Lari
cepat biasanya dimenangkan kurang dari satu meter atau sepersepuluh detik, maka
dari itu penting sekali menguasai start yang baik, banyak kekalahan dalam
perlombaan terjadi pada permulaan start, bukan ditempat lain, seperti yang dikatakan
Don Conhan bahwa start yang benar adalah salah satu dari dasar-dasar paling
penting dari lari jarak pendek yang baik. Hasil perlombaan kerap kali oleh beberapa
inci keuntungan atau kerugian pada waktu start (1966:60).
Kevin
O’Donnell berpendapat bahwa start adalah suatu seri dari ketangkasan gerak yang
sulit, yang bila dilakukan dengan sempurna akan menghasilkan daya yang
memungkinkan atlet mengatasi kelambatan/inertia dan mulai dengan gerak
percepatan. Sering terjadi dalam tempo kurang dari satu detik.
Start
ini meliputi waktu reaksi, penerapan (aplikasi) daya dan dua langkah lari pertama
(1995:5). Jadi jelaslah bahwa sangat penting bagi pelari untuk menguasai teknik
start yang baik dan benar.
Dalam
perlombaan lari dikenal 3 macam start, yaitu start jongkok (crouching start) digunakan pada lari
jarak pendek, start berdiri (standing start) di gunakan pada lari jarak
menengah, jarak jauh dan marathon. Start melayang (flying start) digunakan lari sambung atau estafet oleh pelari kedua
dan pelari berikutnya. Teknik start jongkok mempunyai 3 macam posisi start yang
dilakukan pada block start, yaitu:
a. Short
startbunc start (start pendek),
Posisi
start ini diukur 16 inci dari garis start sampai dengan block start depan. Saat
jongkok lutut kaki belakang berada di depan ujung kaki yang lain. Apabila
berdiri, ujung kaki belakang akan terletak kira-kira disamping tumit. Start ini
dapat menghasilkan kecepatan yang tinggi, tetapi bagi anak-anak start ini kurang
sesuai karena dengan posisi kaki yang berdekatan, peranan kedua tangan akan
terasa lebih berat, maka start pendek ini akan sesuai dipakai pada atlet yang sudah
terlatih.
b. Medium
start (start menengah)
Posisi
start ini diukur 21 inci dari garis start sampai dengan block start depan, Saat
berjongkok lutut kaki belakang kira-kira berada di samping lekukan telapak kaki
depan. Start ini juga biasa menghasilkan kecepatan yang tinggi. Pada posisi ini
atlet dapat mengeluarkan tenaga yang besar untuk melesat dari block start,
dengan kecepatan yang tinggi, sehingga posisi start ini banyak digunakan oleh
para atlet.
c. Long
start (start panjang)
Posisi
start ini diukur 21 inci dari garis start sampai block start depan, dengan jarak
26 inci diantara block. Saat berjongkok lutut kaki belakang berada disamping
atau kira-kira segaris dengan tumit kaki depan atau letak lutut lebih mundur
lagi, kedua telapak kaki saling berjauhan. Start ini kurang menguntungkan.
Pelari yang berkaki panjang biasanya sesuai dalam memakai start ini.(Tamsir
Riyadi,1985 :24 –25).
Posisi
start yang ideal adalah posisi medium start atau start menengah, karena
dengan start ini atlet dapat melesat dengan tenaga yang besar sehingga dapat
menambah laju akselarasi atlet yang bersangkutan. Hal tersebut diatas juga diperkuat
oleh pendapat dari Doherty yaitu posisi start dengan jarak kaki kekaki 16 inci
dan 21 inci adalah yang paling baik, dan posisi bunch dengan jarak
antara kaki 11 inci adalah posisi yang paling buruk dan tidak menguntungkan
bagi sebagian atlet, walaupun dengan menggunakan posisi ini pelari dapat
melesat dari block start dengan cepat namun akan menjadi lebih pelan setelah
meninggalkanya dan tak pernah menutup keterlambatanya tersebut. (1955:54).
B. Uraian Tehnik lari 100 meter
Adapun
gerakan aba-aba “Siap” lari jarak pendek 100 meter adalah:
1. Pada aba-aba
“bersedia” atlet mulai menempatkan diri pada block start, dengan kedua kaki
bertumpu pada block start, dan lutut kaki belakang diletakan di tanah, pada
saat yang sama tangan diletakan dibelakang garis start, kurang lebih selebar
bahu, dengan ujung-ujung jari menyentuh tanah, antara ibu jari dan telunjuk membentuk
seperti huruf V, kepala relak dengan pandangan mata kedepan (Yusuf Adisasmita,
1992:64).
2. Pada aba-aba
“siap” lutut diangkat dari tanah sedemikian rupa sehingga kedua kaki sama-sama
menjadi sedikit bengkok, untuk idealnya menurut Vern Gambetta, lutut depan
membentuk sudut 90 derajat, dan lutut belakang membentuk sudut antara110 sampai
120 derajat (1992:59). Dan kaki kaki tersebut menekan pada balok, pinggul
menjadi naik sedemikian rupa sehingga lebih tinggi dari bahu yang letaknya
berada diatas tangan, lengan di pertahankan lurus dengan berat badan dibebankan
merata kepada semua titik tumpu, punggung tidak boleh tinggi dari bahu dan
dicari posisi mana yang paling enak untuk dapat melesat secepatnya dari balok
start dan pandangan mata melihat kedepan, kurang lebih 1,5meter didepan garis start.
3. Pada saat pistol
bunyi atau aba-aba “ya”, si atlet dengan reaksi yang cepat bertolak dari balok
start, pada saat yang sama mengangkat tangan dari tanah, yang mengakibatkan
ketidakseimbangan badan sebagai tahap awal dari gerakan start, kaki belakang
dalam keadaan bengkok bergerak maju, kaki yang lain diluruskan dengan kuat
untuk memberikan daya dorong kedepan, kedua lengan memberikan imbangan gerak
terhadap kedua kaki dan membantu memberikan daya selama gerakan lari. Selama
langkah pertama, tubuh bergerak kedepan seperti “anak panah yang lepas dari busur”
(dengan sudut 45 derajat) dan langkah itu pendek, cepat dan rendah, dengan
pergerakan kaki yang lincah ditanah, tetapi secara tidak sengaja diperpendek,
sedikit demi sedikit tubuh akan tegak, sedangkan langkah kaki sedikit lebih
panjang sampai posisi lari yang wajar tercapai (Yusuf Adisasmita, 1992:65).
Dalam
melakukan start kadang-kadang sering terjadi kesalahan diantaranya adalah :
Laher terlalu tegang karena terlalu jauh memandang ke muka. Pada waktu meluncur
kedepan terlalu cepat tegak. Ini akan mengurangi lajunya kecepatan start.
Jangan membiasakan diri dalam latihan mencuri start, sebab ini merupakan
kebiasaan yang kurang baik. Latihan
dengan memusatkan perhatian pada aba-aba untuk mempertahankan reaksi start.
Suatu hal yang perlu mendapatkan perhatian
atlet sebelum melakukan start ialah :Kerjakan terlebih dahulu pemanasan dengan
sebaik-baiknya dengan senam pelemasan dan pengaluran di tambah beberapa kali melakukan
“staigerungslauf” (lari yang makin di percepat). Sebab gerakan start adalah
gerakan tyang dilakukan dengan eksplosif, dimana otot-otot harus melakukan
kontraksi secara mendadak dengan kekuatan penuh. Ini dilakukan bertujuan untuk menghindari cidera
pada atlet.
C. Teknik
lari jarak pendek 100 meter.
Pada
teknik lari jarak pendek ada 3 macam bagian yang harus diperhatikan, yaitu :
langkah kaki, ayunan lengan serta kecondongan badan.
1. Langkah kaki
Gerakan melangkah pada
lari berbeda gerakan melangkah pada jalan, perbedaan tersebut adalah pada lari
ada saat kedua kaki melayang, sedangkan pada saat berjalan tidak ada gerakan
saat kaki melayang . Gerakan lari secara keseluruhan dimulai dengan tanah
kembali, siklus keseluruhan dimulai saat dimana satu kaki melangkah menyentuh
tanah, dan sampai kemudian menyentuh lagi, jadi terdiri dari beberapa tahap,
yaitu:
a. Tahap melangkah (drive)
Mata
kaki dan lutut diangkat pada saat titik berat badan bergerak didepan kaki yang
menumpu, dan mendorong pinggul kedepan. Kaki yang melangkah ditekuk dan
bergerak kedepan dan keatas, ekstensi maksimum dari kaki yang melangkah
bersamaan dengan gerak mengangkat paha dari kiri, ekstensi tersebut kedepan
sampai kejari jari kaki.
Kedua
lengan mengayun memberi imbangan gerak terhadap kedua kaki, titik maksimum
gerakan ini bersamaan pula dengan gerak dorong akhir, sehingga bila siku berada
dititik jauh dibelakang, lutut yang satunya akan mencapai tinggi maksimum
didepan badan, ayunan tangan kedepan kearah hidung serta ayunan ke belakang
agak keluar dengan siku ditekuk membuat sudut kira-kira 90 derajat
2. Kontak (contact)
Kontak
dengan tanah untuk lari jarak pendek khususnya lari jarak 100 meter berbeda
dengan lari jarak jauh dan menengah. Pada lari jarak jauh dan menengah kontak
terjadi saat telapak kaki menyentuh tanah, sedangkan kontak pada saat lari
jarak 100 meter terjadi pada saat bola kaki menyentuh tanah.
3. Support
Pada
saat yang sama lutut sedikit dibengkokan sebagai persiapan untuk melangkah,
sedangkan lutut yang lainya ketika bergerak kedepan terus dibengkokan (jaga
keseimbangan dengan kecepatan) sampai ini menjadi kaki tumpu (dibawah titik
berat badan), dan diteruskan bersama dengan pinggul bergerak kedepan pada saat
rilek pada saat kaki tumpu menjadi kaki dorong. Ayunan kedua tangan tetap
kearah hidung.
4. Tahap pemulihan (recovery)
Sekali
gerak melangkah itu selesai, sentuhan pada tanah yang dibuat oleh tungkai
selesai juga, dan titik pusat berat badan tetap diproyeksikan pada satu garis
lurus kedepan (bukan parabola), tungkai yang telah melangkah secara otomatis
akan terangkat kebelakang, sedangkan tungkai yang lain kedepan dan mulailah
terbentuk tarikan yang aktif ketika tungkai mulai menyentuh tanah. Tungkai belakang
membuat gerakan rotasi yang berulang ulang dan lengan berayun dengan arah yang
berlawanan. Siklus ini dapat disebut suatu gerakan rilek dalam saaat melayang
atau tahap pemulihan.
2. Ayunan lengan
Ayunan
lengan pada lari jarak pendek gerakannya lebih keras dibandingkan dengan lari
jarak menengah dan jauh karena dipengaruhi oleh kecepatan yang tinggi, sehingga
secara otomatis ayunan lengan akan lebih keras dan lebih tinggi juga
frekwensinya dan lebih banyak di bandingkan dengan lari jarak menengah dan
jauh. Ayunan tangan harus kuat agar keseimbangan titik terganggu, ayunan tangan
ini mengarah kedepan hidung serta ayunan ke belakang agar keluar dengan siku
ditekuk membentuk sudut 90 derajat.
3. Kecondongan
badan
Pada
lari jarak pendek posisi badan condong kedepan, tidak membungkuk dan juga tidak
membusungkan dada, pandangan tidak terlalu jauh ke depan, sebaiknya kurang
lebih 5 sampai 10 meter kedepan (Yusuf Adisasmita, 1992:40) Namun pada
kenyataannya pada atlet kelas dunia, seperti Carl Lewis dan Ben Johnson, posisi
badan tidak condong kedepan, namun cenderung hampir tegak, hal ini bisa terjadi
karena dipengaruhi oleh kecepatan lari yang sangat tinggi, sehingga secara otomatis
badan akan tegak dalam melakukan lari jarak pendek 100 meter tersebut.
D. Teknik finish
Menguasai
teknis finish juga penting bagi atlet lari jarak pendek, Karena banyak atlet
mengalami banyak kekalahan atau gagal mencapai standart kualifikassi
dikarenakan kesalahan teknis finish. Menyempurnakan kacakapan lari digaris
finish yang baik akan mempertajam secara dramatis catatan waktu prestasi.
Menurut
Yusuf Adi Sasmita, ada beberapa cara yang dapat dilakukan pelari pada waktu
melewati garis Finish, diantaranya:
a) Lari terus tanpa
mengubah sikap lari
b) Dada
dicondongkan kedepan, tangan kedua-duanya diayunkan ke bawah belakang, di
Amerika lazim disebut “the lunge” atau merobohkan diri.
c) Dada
diputar dengan ayunan tangan kedepan atas, sehingga bahu sebelah maju kedepan
yang lazim disebut “the shang” (1992:42)
Cara
yang paling baik untuk memasuki garis finish adalah dengan cara dada
dicondongkan kedepan, tangan diayunkan kebelakang, karena cara ini paling efektif
dan biasa dilakukan oleh atlet-atlet lari jarak pendek 100 meter. Jarak 20
meter terakhir dari garis finish adalah merupakan perjuangan untuk mencapai
kemenangan dalam suatu perlombaan lari, kalah atau menang ditentukan di sini.
Maka perlu di perhatikan hal hal sebagai berikut :
a) Percepat dan
lebarkan langkah, tapi harus tetap relaks
b) Pusatkan pikiran untuk mencapai finish
c) Jangan melakukan secara bernafsu sehingga
menimbulkan ketegangan, sebab ketegangan akan mengurangi lebar langkah yang
berakibat mengurangi kecepatan
d) Jangan menengok lawan.
e) Jangan melompat.
f) Jangan memperlambat langkah sebelum melewati
garis finsh. Sprinter harus menggunakan kekuatan dan tenaganya seefisien dan seekonomis
mungkin dalam usaha mencapai kecepatan maksimum.
E. Tahapan-tahapan
lari dalam lari jarak pendek 100 meter.
Perlu diketahui bahwa dalam lari 100 meter
ada tahapan penting yang harus di kuasai oleh setiap atlet untuk memperoleh
catatan waktu yang baik, tahapan tersebut adalah:
1. Tahapan akselerasi/percepatan
Tahapan percepatan ini dimulai dua langkah
pertama antara gerakan permulaan start dan tahap kecepatan maksimum (Kevin
O’Donnell, 1995:5), pernyataan tersebut di perkuat oleh Vern Gambetta yang
berpendapat bahwa percepatan dimulai dari posisi start sampai kecepatan
maksimum (1992:55), namun pendapat para ahli mengenai akselerasi ini banyak
yang berlainan, menurut Kevin O’Donnell jarak akselerasi setelah start sampai
40 meter (1995:5), sedangkan Bompa berpendapat jarak akselerasi dari start
sampai 30 meter (1994:310).
2. Tahapan maxsimum speed
Tahapan ini di tandai dengan frekwensi
langkah lari yang paling tinggi dan panjang langkah lari yang paling optimal,
komponen ini sering kurang dari waktu 2-3 detik. Pelari yang baik melihat masuk
kedalam tahap ini kurang lebih 40 meter didalam lomba lari sprint (Kevin
O’Donnell, 1995:5). Menurut Tudor O Bompa, Tahapan maximum speed seorang
pelari tidak dapat dicapai sebelum melewati tahapan akselerasi kurang lebih 30
meter. Speedogram memperlihatkan bahwa maximum speed dapat
dicapai setelah jarak40 meter atau 5 detik setelah start dan dicapai sampi
batas 80 meter (1994:310).
Sedangkan menurut John Unitas, Tahapan Maximum
Speed ini tercapai setelah melewati tahap akselerasi 0 – 60 meter, dan
tahapan ini tercapai pada jarak 60 –80 meter (1993:238).
3. Tahapan decreasing speed
Tahapan decreasing speed adalah
kemampuan lari dimana terjadi penurunan kerja syaraf otot atau penururnan
frekwensi langkah kaki dalam lari atau terjadi perlambatan (Vern Gambetta,
1992:55).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah
satu cabang olahraga yang sering dilombakan adalah Atletik mulai dari tingkat
daerah sampai ke tingkat internasional. Cabang olahraga Atletik mempunyai
banyak nomor perlombaan, diantaranya adalah: 1) Nomor lari, 2) Nomor lompat, 3)
Nomor lempar, 4) Nomor jalan. Selain nomor tersebut masih sering ditambah
dengan event gabungan.
Cabang
olahraga lari mempunyai beberapa nomor di antaranya adalah lari jarak pendek
100 meter (sprint). Lari jarak pendek adalah lari yang dilakukan dengan
kecepatan penuh (sprint) atau kecepatan maksimal, sepanjang yang harus di
tempuh sampai jarak 400 meter, sehingga lari 100 meter termasuk lari jarak pendek.
Untuk
dapat berprestasi dalam lari 100 meter (sprint) di perlukan banyak unsur, pada
dasarnya ada dua unsur yang melandasi yaitu unsur pokok dan penunjang. Unsur
pokok adalah tehnik, sedangkan unsur penunjangnya adalah :1) Pengembangan fisik
(physical build-up), 2) pengembangan
mental (mental buildup), 3) kematangan
juara.
B. Saran
Berdasarkan
uraian diatas, agar dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap hasil lari
100 meter, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Berdasarkan
dengan hal tersebut, maka disarankan bagi guru pendidikan jasmani, para pelatih
dan pembina olahraga atletik pada umumnya, dan guru pendidikan jasmani pada khususnya, dapat memilih pelari pada
lari 100 meter secara tepat.
2. Pengusaan
guru olahraga terhadap teknik pembelajaran pada lari 100 meter diharapkan dapat
menelorkan bibit-bibit pelari yang
berbobot dan berprestasi.
DAFTAR PUSTAKA
Aip syarifuddin, 1992. Atletik. Jakarta :Depdikbud.
Harsono. 1989. Coaching dan
Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching, Jakarta. Depdikbud.
M. Sajoto, 1988. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam
Olahraga. Semarang:
Dahara Prize.
Nurhadi. 2002.
Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta : Depdiknas
Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran dalam
Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan Penerapannya. Jakarta : Depdiknas
PASI, 1994: Pengenalan Teori Melatih Atletik,
Jakarta: PB PASI
Poerwadarminta, 2001. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Roji. 2004. Pendidikan Jasmani untuk SMP Kelas
VII. Jakarta : Erlangga
Sudarminto, 1992, Kinesiologi, Jakarta: Depdikbud Dikti
P2TK
Suderajat, Hari. 2004. Implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pembaharuan Pendidikan dalam Undang-undang Sisdiknas
2003. Bandung : CV Cipta CekasGrafika
Suharno HP.1985. Ilmu Choaching
Umum. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta
Suherman, Adang. 2001. Asesmen Balajar dalam
Pendidikan Jasmani Evaluasi Alternatif untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
Jakarta : Depdiknas
Syarifudin. 1998. Pokok-Pokok Pengembangan Program
Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta
: Depdikbud
Yusuf Adisasmita, 1992:
Olahraga
Pilihan Atletik, Jakarta: Depdikbud
Untuk mendapatkan file silahkan klik : Download
Untuk mendapatkan file silahkan klik : Download
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih