Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Wednesday, 4 December 2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEMANGAT KERJA GURU DAN PEGAWAI SMK N ....................



 


I.         PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang Masalah

Memasuki abad  XX, abad informasi, teknologi dan globalisasi dimana persaingan antar bangsa semakin ketat, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya agar menjadi bangsa yang mandiri dan madani sesuai dengan pandangan ataupun tujuan bangsa masing-masing.
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah yang memiliki semangat kerja tinggi, tangguh dan mampu mengatasi segala kesukaran baik secara pribadi maupun di dalam organisasi. Sumber daya manusia Indonesia sebagai aset pembangunan bangsa perlu terus menerus ditingkatkan kualitas maupun peran sertanya dalam pembangunan agar hasil-hasilnya senantiasa meningkat seperti yang diharapkan.
Aparatur Pemerintah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat dituntut untuk memberikan motivasi kepada masyarakat, agar ikut berpartisipasi membangun dan memelihara pembangunan serta mengembangkannya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Kemampuan masyarakat yang masih terbatas, kompleksnya permasalahan yang dihadapi masyarakat seperti masih adanya masalah kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan kehidupan, serta masalah-masalah sosial lainnya.
Agar pembangunan berkualitas diperlukan pegawai negeri yang berpengetahuan, berkemampuan dan berwawasan luas dalam semua aspek pembangunan. Sumber daya alam yang banyak akan sia-sia jika dikelola oleh orang-orang yang kurang berpengetahuan dan tidak memiliki kemampuan.
Untuk membuat suatu kebijaksanaan pembangunan diperlukan kepemimpinan yang dapat menjabarkan, memotivasi, mengawasi dan memelihara / menjaga kondisi fisik tempat kerja, agar pelaksanaan pembangunan dapat menyentuh kepentingan rakyat. Seperti halnya pembangunan di bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh SMKN  1 ............., dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun manusia seutuhnya, memerlukan guru dan pegawai yang berkualitas.
Dalam pembangunan pendidikan, diperlukan dedikasi, loyalitas yang tinggi, latar belakang pendidikan, pengetahuan dan berwawasan luas serta berkepribadian luhur.
Kepemimpinan yang dapat memotivasi, mengawasi dan menjaga lingkungan kerjanya yang juga biasa disebut pemimpin yang demokratis, harus mampu mengayomi bawahannya sehingga bawahan bersemangat untuk mengerjakan pekerjaannya.
Kepemimpinan pada SMKN  1 ..........., merupakan kepemimpinan yang dapat dijadikan panutan, memotivasi, mengawasi semua pekerjaan, memelihara lingkungan kerja dengan sebaik-baiknya, memberikan peluang untuk maju dan memberikan kondisi yang dapat memuaskan guru dan pegawai.
Motivasi yang diberikan oleh pimpinan dan motivasi yang tumbuh dari dalam diri setiap pegawai, perlu terus ditingkatkan agar pegawai dapat bekerja dengan baik, sehingga pimpinan dapat memberikan penilaian kepada pegawai, mana yang mampu berprestasi dan mana yang masih belum mampu. Bagi yang mampu akan berpeluang untuk dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi agar dapat lebih berprestasi  dan memotivasi teman sekerja untuk maju.
Kepemimpinan yang mampu meningkatkan prestasi bawahannya akan menjadi idola pegawainya (lingkungannya) serta dapat memberikan suasana lingkungan kerja yang memberikan nuansa kerja dan semangat kerja.
Lingkungan kerja yang tertata dengan rapi seperti ruang kerja, fasilitas kerja yang ada, ventilasi, penerangan ruangan, perlengkapan dan peralatan yang ada serta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya akan berdampak pada semangat pegawai untuk bekerja lebih baik.
Peluang-peluang untuk maju yang diberikan kepada pegawai yang memiliki kemampuan dan keterampilan, tidaklah mudah karena peluangnya sedikit sedangkan yang akan dipromosikan cukup banyak, terlebih lagi peluang jabatan yang akan diisi, diprioritaskan kepada orang-­orang tertentu.
Walaupun kemampuan dan pengetahuan serta persyaratan -persyaratan telah dipenuhi jika peluang hanya untuk orang-orang tertentu mustahil pegawai akan memperoleh kepuasan kerja, apalagi akan meningkatkan semangat kerja pegawai.
Banyak faktor yang dapat meningkatkan semangat kerja pegawai diantaranya kepemimpinan, diklat, pengalaman, motivasi kerja, disiplin kerja, lingkungan kerja, keterampilan manajerial, peluang jabatan, kepuasan kerja dan lain-lain.
Permasalahan yang perlu segera diatasi dan diberikan jalan keluarnya antara lain, adanya lingkungan kerja, kompetisi yang tidak sehat dalam peluang jabatan, kepuasan kerja yang menurun serta tidak adanya semangat kerja.
Hal tersebut apabila terus dibiarkan akan berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil kerja yang menurun, turunnya semangat kerja yang akhimya menurunkan kredibilitas SMKN  1 Cilacap.
Penulis merasa tertarik, melihat diantara permasalahan tersebut untuk dilakukan penelitian lebih lanjut dengan judul "Analisis Faktor Semangat Kerja Guru dan Pegawai SMKN  1 Cilacap. "

1.2     Identifikasi dan Perumusan Masalah

1.2.1        Identifikasi Masalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 633) “ Masalah berarti sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan)”. Sedangkan menurut Maman Rachman (1993 : 33) mengatakan “Permasalahan dapat diartikan sebagai pernyataan mengenai populasi yang menunjukkan adanya jarak antara rencana dan pelaksanaan, antara aspirasi dan kenyataan, antara harapan dan capaian, antara das sollen dan das sein”. Masalah – masalah yang ada banyak sekali dalam hubungannya dengan faktor semangat kerja guru dan pegawai faktor-faktor yang berpengaruh antara lain :
1.2.1.1              Kesejahteraan guru yang rendah
1.2.1.2              Iklim sekolah yang tidak kondusif
1.2.1.3              Pemberian motivasi kepala sekolah kepada guru
1.2.1.4              Manajemen sekolah yang tidak kondusif.
Berdasarkan identifikasi masalah-masalah  yang ada, peneliti membatasi pada masalah semangat kerja guru dan pegawai. Hal ini sangat berarti untuk kemajuan peserta didik karena hubungannya dengan proses belajar mengajar.
1.2.2        Perumusan Masalah
Berkaitan dengan identifikasi permasalahan yang dihadapi, maka diajukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut  :
1.2.2.1           Apakah faktor-faktor Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Pengawasan  berpengaruh terhadap semangat kerja Guru dan Pegawai SMKN  1 Cilacap.
1.2.2.2           Apakah faktor Motivasi Kerja paling dominan berpengaruh jika dibandingkan dengan faktor-faktor Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Pengawasan terhadap semangat kerja Guru dan Pegawai SMKN  1 Cilacap.

1.3      Tujuan Penelitian

Penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja guru dan pegawai bertujuan :
1.3.1        Untuk mengetahui pengaruh Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Pengawasan terhadap semangat kerja Guru dan Pegawai SMKN  1 Cilacap.
1.3.2        Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel Motivasi Kerja yang memberikan pengaruh dominan terbesar terhadap semangat kerja Guru dan Pegawai SMKN  1 Cilacap.

1.4      Kegunaan penelitian ini adalah :

1.4.1   Dengan diketahuinya hubungan dan pengaruh antara semangat kerja dengan Kepemimpinan, Motivasi Kerja dan Pengawasan maka pengambilan keputusan dalam rangka peningkatan semangat kerja pegawai dapat dilakukan.
1.4.2   Sebagai referensi bagi peneliti, terutama yang ada hubungannya dengan penelitian ini, dan pengembangan serta peningkatan semangat kerja pegawai di masa yang akan datang.

II.      KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN  DAN HIPOTESIS

2.1              Kajian Pustaka

Hasil penelitian sebelumnya telah dilakukan antara lain oleh  Didi Ramyadi (2002), dengan judul “Analisis Faktor Semangat Kerja Pegawai Dinas Cipta Karya Kabupaten Kutai, Kartanegara dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa kepemimpinan, motivasi kerja, pendidikan dan pelatihan dan kondisi fisik tempat kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap semangat kerja,
A. Taufik (1984), meneliti mengenai semangat kerja, hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa semangat kerja dipengaruhi oleh  Motivasi, Kepemimpinan, Komunikasi dan Kondisi Fisik Tempat Kerja.
Riyanto, (2001), dengan judul penelitian “Pengaruh Faktor-faktor Pengalaman Kerja, Motivasi dan Kepemimpinan Situasional Terhadap Semangat Kerja, Pegawai Taman Budaya Samarinda.
Hasil penelitian Riyanto menunjukkan bahwa semangat kerja dipengaruhi pengalaman kerja, motivasi dan kepemimpinan situasional.
Penelitian semangat kerja menurut penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa,semangat kerja dipengaruhi oleh kepemimpinan, motivasi kerja, dan lingkungan kerja dan pendidikan.
2.1.1.                  Semangat Kerja
Menurut George D. Halsey  dalam terjemahan Anaf S. Bagindo (1965), mengatakan bahwa semangat kerja adalah setiap kesediaan perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan kerja lebih banyak dan lebih baik.
Selanjutnya menurut Keith Davis, memberikan definisi semangat kerja sebagai berikut :
 “Morale mean the attitude of individuals and group toward their work environment and toward valuntary cooperation to the full extent of their ability in the best interest of the business (1962 : 130).

Yang artinya lebih kurang, bahwa semangat kerja adalah sikap mental seseorang atau grup terhadap kondisi lingkungan kerja, dan kerjasama dengan rekan sekerja secara optimal untuk kepentingan dan kemajuan perusahaan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semangat kerja adalah kekuatan yang timbul / tumbuh dari setiap individu untuk melakukan sesuatu pekerjaan secara sukarela, tanpa pamrih, karena yang bersangkutan merasa apa yang dikerjakannya memberikan manfaat pada dirinya maupun keluarganya.
I.G. Wuryanto Harjosumarto mengatakan bahwa, Morale dapat diartikan sebagai semangat kerja serta kemauan untuk menghasilkan. Akan tetapi morale tidak cukup diartikan dengan kata-kata, semangat kerja dan kemauan kerja seseorang, moral itu adalah suatu keadaan yang memang berhubungan dengan aspek moral atau mental seseorang. Jika keadaan seseorang itu mempunyai morale yang tinggi, itu berarti bahwa ia berada dalam keadaan yang mentalnya sesuai dengan syarat-syarat yang dituntut darinya.” (Zainun : dalam Wuryanto, 1985).
Selanjutnya sejalan dengan hal tersebut di atas, Ranupandoyo mengatakan bahwa : “Morale adalah suatu kondisi mental individu dan group yang menentukan semangat kerja; jadi berkenaan dengan kerajinan, spirit, penghargaan, kepercayaan dan sebagainya.” (Ranupandoyo : dalam Wuryanto, 1985)
Jadi, morale adalah suatu kondisi moral atau mental yang terdapat pada seseorang (individu) atau kelompok (group) yang dapat memberikan dorongan terhadap kemauan dan kemampuan kerja.
Morale yang baik akan menimbulkan semangat kerja yang tinggi, adanya rasa kesetiaan, disiplin yang tinggi, kreativitas dan inisiatif yang tinggi, moral yang tinggi, dan loyalitas yang tinggi
Sebaliknya, dalam organisasi terdapat morale yang rendah antara lain :Adanya kejenuhan kerja dari pegawai, banyak pegawai yang sering tidak masuk kerja atau membolos, banyak pegawai mengajukan berhenti atau pindah ke instansi lain, keterlambatan pegawai masuk kerja, adanya pemogokan, sering terjadi kerusakan-kerusakan mesin pabrik, produksi, baik kualitas maupun kuantitas merosot, dan ketidaksukaan terhadap pekerjaan dan perusakan
Konsepsi  pembangunan morale dapat dikemukakan sebagai berikut  :
 “Pengertian Morale (semangat kerja) dapat berupa morale individu atau morale kelompok (group). Morale individu adalah kemauan atau semangat seseorang untuk mengembangkan tenaga atau pikiran dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Morale kelompok (morale group) adalah kemauan atau semangat kerja setiap kelompok (orang-orang) secara bersama untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya guna mencapai tujuan bersama. Untuk memberikan dorongan agar orang-orang itu mau bekerja dengan sungguh-sungguh, dapat bersifat materiil (phisis) ataupun bersifat non materiil (pemuasan phycis)” (Ranupandoyo, 1985 : 38).

Faktor pimpinan yang memperhatikan hal-hal yang ditemukan hasil riset. Hasil suatu riset ini antara lain : menampakkan bahwa upah bukanlah satu-satunya faktor yang pokok untuk membangun moral pegawai, tetapi jenis perangsang yang bersifat non-material dianggap lebih penting bagi pegawai. Misalnya :
1)      diperlakukan sebagai manusia yang layak, ingin dipuji (tanda-tanda jasa), suasana kerja dalam kelompok dan kesatuan kerja.
2)      Pimpinan harus lebih employed oriented daripada production centered, yang berarti pimpinan lebih memusatkan perhatian kepada pegawai daripada mengejar produksi semata.
3)      Adanya koreksi antara productions dan espirit de corps.
4)      Jenis pekerjaan apapun sifatnya, sederhana atau memadukan kecakapan khusus.
5)      Besar kecilnya kelompok kesatuan kerja. Makin kecil jumlah anggotanya lebih mudah untuk meninggikan moral.
6)      Tugas dan keputusan terlalu dipusatkan dapat mematikan inisiatif.
Dari tiga konsepsi yang dikemukakan oleh Alexander Lenghton. O Glen Stahl dan ME. Demock & GO. Demock tersebut jelas bahwa untuk membangun moral yang tinggi, semangat kerja dapat bersifat material dan nonmaterial.
Tentang semangat kerja, Melayu S.P. Hasibuan menyatakan :
 “Semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaannya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal. Semangat kerja ini akan merangsang seseorang untuk berkarya dan berkreatifitas dalam pekerjaannya.” (Melayu, SP Hasibuan, 1990 : 105).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang semangat kerja yang telah dikemukakan di atas, maka semangat kerja pegawai mempunyai indikator-indikator sebagai berikut :
1. Absensi
2. Kerjasama
3. Kepuasan
4. Disiplin
ad. 1.   Absensi
Menurut Senior E. Watins, Cs dalam buku A. Taufik (1987) “Absensi menunjukkan ketidakhadiran dalam tugasnya. Hal ini termasuk  waktu yang hilang sebab sakit, kecelakaan dan pergi meninggalkan pekerjaan karena alasan-alasan pribadi, baik diberi wewenang atau tidak. Yang tidak diperhitungkan dalam absensi adalah diberhentikan sementara, tidak ada pekerjaan, cuti yang syah, periode lembur dan pemberhentian bekerja.
Ad. 2.  Kerjasama
Kerjasama didefinisikan sebagai tindakan kolektif seseorang dengan orang lain (Winardi, Organisasi Perkantoran dan Motivasi, 1971 : 51)
Kerjasama dapat dilihat dari :
a.       Kesediaan para karyawan untuk bekerjasama dengan pekerja maupun dengan atasan mereka yang didasarkan untuk mencapai tujuan bersama.
b.       Kesediaan untuk saling membantu di antara teman-teman sekerja sehubungan dengan tugas-tugasnya.
c.       Adanya keaktifan di dalam kegiatan-kegiatan organisasi.
Ad.3    Kepuasan
Untuk mengukur kepuasan, William G. Scott mengemukakan sebagai berikut : “Studi yang dilakukan oleh Zaternik dan kawan-kawan menunjukkan bahwa pekerja merupakan anggota kelompok yang diatur oleh peraturan keanggotaannya, menunjukkan tingkat kepuasannya yang tinggi, apabila pekerja tersebut taat pada peraturan keanggotaan dan menunjukkan kepuasan yang rendah apabila pimpinan tidak memperhatikan mereka.” (William G. Scott. Human Relation in Management a Behavioral Science Approach, terjemahan A. Taufik, 1987 : 160).
Perhatian pimpinan terhadap tugas pekerjaan mereka dan jaminan yang diberikan pada mereka adalah sangat penting, agar mereka mendapatkan kepuasan terhadap tugasnya, terhadap jaminan-jaminan yang diberikan.
Ad. 4.  Disiplin
IG. Wuryanto mengatakan : “Disiplin adalah suatu peraturan tata tertib dan teratur yang bersifat memaksa dalam arti di dalamnya mengandung sanksi. Tujuan disiplin adalah untuk meningkatkan produktivitas secara efisien. Oleh karena itu, disiplin pribadi harus dimiliki oleh setiap pegawai. Pendisiplinan pegawai dapat dilakukan dengan dua cara sebagai berikut :
a.       Tindakan yang bersifat negatif. Tindakan ini sifatnya tidak persuasif dan tidak edukatif.
b.       Tindakan yang bersifat positif, yaitu dengan memberikan pengertian, pengarahan, bimbingan dan dorongan pada pegawai.
Dalam rangka mendisiplinkan pegawai ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu :
a.       Hendaknya pendisiplinan dilakukan secara pribadi.
b.       Hendaknya bersifat membangun.
c.       Hendaknya dilakukan segera.
d.      Keputusan betul-betul dilaksanakan dengan penuh kebijaksanaan.
e.       Setelah pelaksanaan hukuman setiap pimpinan tetap.
 (Pokok-pokok Penerapan human relation dalam Manajemen, 1985 : 33-34)

Sedangkan Tjing Bing Tie menerangkan :
“Pada umumnya disiplin yang baik apabila pegawai datang ke kantor atau perusahaan dengan teratur dan tepat pada waktunya, apabila mereka berpakaian serba baik pada tempat pekerjaannya, apabila menggunakan bahan-bahan dan perlengkapan dengan hati-hati, apabila mereka menghasilkan jumlah dan kualitet pekerjaan yang memuaskan dan mengikuti cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan, dan apabila menyelesaikan dengan cara baik”. (Tjing bing Tie, Organisasi Pokok Dasar pimpinan, dalam buku, Korelasi dan Analisis regresi ganda, terjemahan oleh R. Taufik, 1987 : 164).

Jadi menurut penulis, pendisiplinan yang sejati adalah berawal dari dalam diri pegawai masing-masing dengan cara bertahap dan dibentuk oleh pimpinan yang bersifat bijaksana dengan memberikan bimbingan yang positif.
Semangat kerja dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kinerja organisasi, Davis (dalam Flippo, 1971) mengatakan bahwa pengaruh positif dari semangat kerja yang tinggi adalah sebagai berikut :
a.        Kemauan untuk bekerja sama demi tercapainya tujuan organisasi
b.       Kesetiaan pada organisasi dan pimpinan
c.        Disiplin yang baik atau bersedia bekerja sesuai dengan aturan organisasi.
d.       Stamina organisasi yang kuat
e.        Minat yang tinggi pada pekerjaan dan organisasi
f.        Menunjukkan inisiatif
g.       Rasa bangga pada organisasi
Semangat kerja tidak muncul dengan sendirinya, tetapi banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut menurut Zainun (1984) antara lain :
a.       Faktor hubungan kerja antara pimpinan dengan bawahan
b.       Faktor kepuasan kerja
c.       Faktor iklim kerja
d.      Faktor rasa manfaat bagi tercapainya tujuan organisasi
e.       Faktor ekonomis
f.        Faktor ketenangan jiwa, keamanan dan pengembangan karier
Jadi penulis mengambil kesimpulan bahwa semangat kerja adalah melaksanakan pekerjaan secara lebih giat dan lebih baik, sehingga dapat menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dari tiap guru dan pegawai yang secara keseluruhan berguna bagi tercapainya tujuan organisasi.
Semangat kerja (performance) dapat diartikan sebagai suatu pencapaian hasil kerja sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku pada masing-masing organisasi kerja. Simamora (1995) mengatakan bahwa : semangat kerja merupakan suatu pencapaian persyaratan-persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari keluaran (output) yang dihasilkan, baik jumlah maupun kualitasnya. Output yang dihasilkan dapat berupa fisik maupun non fisik. Hal ini berkaitan dengan apa yang dikemukakan oleh Nawami (1997) dimana disebutkan bahwa : Output kerja yaitu suatu hasil pelaksanaan pekerjaan, baik yang berupa fisik/material maupun non fisik/non material. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa prestasi kerja merupakan sejumlah output atau outcome yang dihasilkan oleh seseorang atau kelompok (organisasi) tertentu, baik yang berbentuk kuantitatif (materi) maupun kualitatif (non materi) dalam suatu periode tertentu.
Untuk menghasilkan suatu semangat kerja diperlukan adanya penilaian-penilaian yang jelas sebagaimana  yang dikemukakan oleh Rasul (1997) bahwa penilaian atau pengukuran semangat kerja dapat berguna   untuk :
a.       Mendorong orang agar berperilaku positif atau memperbaiki indikator tindakan mereka yang dibawah sadar ( to encourage good behavior to correct and discourage bellow standard performance).
b.       Sebagai bahan  penilaian bagi manajemen apakah mereka telah bekerja dengan baik (to satisfy them about weel they are doing).
c.       Memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan kebijakan untuk kebijakan organisasi (to provide a firm foundation for later judgments that concern on the organizations improvement).

2.   Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi orang lain untuk berbuat guna mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan, M. Manullang dan Marihot Manullang, (2001 : 14)
Menurut Wahjosumidjo, kepemimpinan adalah proses dalam mempengaruhi kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan didalam situasi tertentu. Kepemimpinan akan terjadi apabila di dalam situasi tertentu seseorang mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perseorangan atau kelompok (1994 : 25).
Kepemimpinan adalah menyangkut sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang disengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas serta hubungan-hubungan di dalam sebuah kelompok atau organisasi.
Menurut Robbins (1996 : 39), kepemimpinan adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Parmudji (1989 : 22), menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan dan mengarahkan orang-orang ke tujuan yang dikehendaki oleh pemimpin. Sedangkan Sutarto (1998 : 25), menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari pendapat tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor kepemimpinan itu adalah merupakan faktor utama yang sangat penting dalam melakukan segala usaha dan tindakan kearah tercapainya apa yang menjadi tujuan sebelumnya. Jadi pemimpin merupakan pendorong segala halangan dari rintangan, termasuk di dalamnya sebagai pengubah sikap mental para pegawai yang menjadi bawahannya.
Penelitian terhadap perilaku yang dilakukan oleh Universitas Michigan tahun 1974 (Gibson dan Uvancevich, 1985) telah berhasil mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan yang berorientasi pekerjaan (job centered) dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan (employee centered). Pemimpin yang berorientasi pada pekerjaan mempraktekkan pengawasan yang ketat, sehingga bawahan diminta melaksanakan tugas sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan secara jelas. Meskipun pemimpin yang berorientasi pekerjaan menganggap perhatian pada karyawan juga penting, tetapi tidak dapat diberikan oleh seorang pemimpin. Pemimpin yang berorientasi pada karyawan, menaruh perhatian akan kemajuan pribadi, pertumbuhan dan prestasi kerja karyawan. Tindakan ini dianggap kondusif untuk menumbuhkan dukungan dan pengembangan kelompok.
Dari hasil penelitian tersebut, teori perilaku pribadi mencoba untuk memisahkan dimensi perilaku pemimpin secara luas, akan tetapi dimensi ini justru mengaburkan tafsiran tentang perilaku kepemimpinan itu sendiri. Teori perilaku pribadi belum menunjukkan secara jelas kaitan antara kepemimpinan dan indikator prestasi yang penting seperti : Kepuasan, efisiensi, dan kinerja secara meyakinkan.

3.   Motivasi Kerja
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli namun tujuan dan maksudnya adalah sama tergantung dari sudut mana ia memandangnya, pengertian-pengertian tersebut dikemukakan sebagai berikut :
Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Dan motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan oleh faktor didalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor diluar diri yang disebut faktor ekstrinsik (Wahjo Sumidjo : 1994 : 174).
Menurut Sunarto dan Jajuk Herawati (2002 : 149) motivasi merupakan sesuatu yang mendorong seseorang bertindak atau berprilaku tertentu. Motivasi membuat seseorang memulai, melaksanakan dan mempertahankan kegiatan tertentu.
Motivasi adalah fungsi, kegiatan dan juga alat pimpinan untuk menggerakkan kemauan kerja bawahan agar bekerja dengan lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan organisasi (Sarwoto : 1986 : 151).
Menurut Susilo Martoyo (1998), motivasi adalah faktor yang mendorong seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dapat pula diartikan merupakan kondisi mental yang mendorong untuk dilakukannya suatu tindakan dan memberikan kekuatan yang mengarah pada pencapaian tujuan, sehingga motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk bekerja dengan baik.
Dengan terpenuhinya ketiga faktor tersebut diatas seseorang akan merasa terdorong dan berkeinginan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan dengan memberikan yang terbaik dari dirinya dengan cara berpartisipasi dan berprestasi dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Jadi untuk memotivasi individu seharusnya diketahui terlebih dahulu kebutuhan-kebutuhannya. Kebutuhan hidup masing-masing orang tidak sama ini dikarenakan adanya perbedaan di dalam cara berpikir, cara bertindak, situasi dan lingkungan tempat tinggal berbeda. Teori motivasi ini dikemukakan oleh Abraham H. Maslow yang dikenal dengan Teori Motivasi Kebutuhan,mengemukakan Lima Jenjang Kebutuhan sebagai   berikut :
1)      Faali (fisiologis) : antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan perumahan), seks dan kebutuhan ragawi lain.
2)      Keamanan : antara lain keamanan dan perlindungan terhadap kerugian fisik, dan emosional.
3)      Sosial : mencakup kasih sayang, rasa memiliki, diterima baik dan persahabatan.
4)      Penghargaan : mencakup faktor rasa hormat internal seperti harga diri, otonomi dan prestasi; dan faktor hormat eksternal seperti misalnya status, pengakuan dan perhatian.
5)      Aktualisasi diri : dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu menjadi, mencakup pertumbuhan, mencapai potensial dan pemenuhan diri.
Sedangkan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan khusus oleh pegawai,  sebagaimana penjelasan Sutarto (1991 : 27), dari pendapat beberapa ahli menyebutkan sebagai berikut :
Menurut Terry
1)        Kepastian mengenai pekerjaan.
2)        Kesempatan berpendapat.
3)        Kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.
4)        Diberikannya keterangan-keterangan mengenai perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi mereka.
5)        Upah yang adil.
6)        Diberikannya bantuan pribadi jika dibutuhkan.
7)        Penghargaan terhadap prestasi.
8)        Perilaku yang layak sebagai manusia.
9)        Supervisi yang layak sebagai manusia.
Teori yang motivasi yang dikemukakan oleh McClelland yang terkenal dengan gagasannya tentang masyarakat berprestasi (the achieving society). Untuk mewujudkan masyarakat berprestasi maka dibutuhkan motivasi berprestasi (need for achievement – nAch). Telaah tentang nAch dalam pelaksanaan tugas pekerjaan pada umumnya atau aktivitas belajar yakni menyangkut etos kerja atau aktivitas kerja.
Dari berbagai pengalaman ternyata seorang yang memiliki motivasi berprestasi (nAch) tinggi, bila dihadapkan pada tugas-tugas yang kompleks cenderung melakukannya dengan semakin baik begitu mereka berhasil. Mereka menjadi semakin antusias untuk menyelesaikan tugas dengan makin baik, serta mempelajari cara mengerjakan tugas yang lebih baik lagi untuk penyelesaian tugas-tugas berikut.  Orang-orang unggul ternyata akan selalu mengerjakan tugas apapun dengan lebih baik dalam kondisi yang bagaimanapun. Seluruh kenyataan tersebut menunjukkan bahwa nAch  yang tinggi akan membawa seseorang ke arah prestasi yang  lebih baik, jika prestasi nyata itu adalah mungkin untuk diraih dan mempunyai arti prestasi bagi mereka (McClelland, 1987 : 31-32).
Pada bagian lain, McClelland seperti dikutip Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra (1996) menyebutkan bahwa seseorang mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk berprestasi. Motivasi di sini merupakan fungsi dari tiga variabel, yaitu : (a) harapan untuk melakukan tugas dengan berhasil, (b) persepsi tentang nilai tugas tersebut, dan (c) kebutuhan untuk keberhasilan atau sukses.
Douglas McGregor dikenal melalui teori yang dikemukakannya yang dikenal dengan Teori X  dan Teori Y. dalam teorinya ia mengemukakan bahwa tindakan seseorang dipengaruhi oleh sifat manusia pada umumnya. Teroi X mengasumsikan bahwa pada dasarnya setiap orang tidak suka untuk bekerja, oleh karenanya perlu dipaksa, diawasi dan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Hampir semua orang lebih suka diperlakukan seperti itu, sehingga dapat menghindari tanggung jawab. Sementara itu Teori Y, menyatakan bahwa komitmen terhadap tujuan telah memberi tekanan hasrat instrinsik seseorang pada pekerjaannya, keinginannya untuk mandiri dan memikul tanggung jawab, serta kreatif dalam memecahkan masalah pekerjaan.
Teori Frederick  Herzberg mengemukakan teori motivasi yang terkait dengan kepuasan kerja (job satisfaction) yang terkenal dengan teori higiene-motivator. Ia berpendapat bahwa motivasi merupakan sebuah dampak langsung dari kepuasan kerja. Dalam penelitiannya, Herzberg menyelidiki faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab adanya kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja. Herzberg menemukan kelompok faktor yang menyebabkan kepuasan kerja dan kelompok faktor yang menyebabkan ketidakpuasan kerja. Kepuasan kerja lebih sering terkait dengan : pengakuan, tanggung jawab, rasa berprestasi, prestise, kenyamanan dalam interaksi sosial, stimulasi dan tantangan. Semua ini terkait dengan substansi dari pekerjaan. Herzberg menamakan kelompok faktor ini dengan motivator-motivator. Adanya motivator-motivator tersebut dapat menyebabkan seseorang yang semula mengalami ketidakpuasan beralih ke dalam situasi yang mendatangkan kepuasan.
Sejalan dengan teori Herzberg, mengutip Hackman dan Lawler, Beck (1990:349) mengemukakan ada enam sifat pekerjaan yang berkaitan erat dengan kepuasan kerja.
1)      variasi pekerjaan
2)      otonomi dalam melakukan kerja dan pengambilan keputusan
3)      identitas tugas : masing-masing bagian dari tugas dapat diidentifikasikan secara jelas sebagai hasil usaha tidak individu.
4)      adanya umpan balik mengenai keberhasilan atau kekurangan dalam pelaksanaan tugas
5)      memperlakukan orang-orang lain
6)      kesempatan menjalin persaudaraan di tempat kerja.
Dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan khususnya oleh pegawai, maka para pegawai akan lebih menyenangi lingkungan kerjanya, melaksanakan tugas dengan sukarela, bersemangat dan gairah kerja akan meningkat.
Dari uraian terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan yang menggerakkan pegawai untuk bekerja dengan baik dalam mencapai tujuan organisasi yang tergambar dalam visi dan misi organisasi.
Dengan demikian motivasi kerja Guru dan Pegawai SMKN  1 Cilacap Kabupaten Cilacap sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan Semangat Kerja, tanpa adanya motivasi kerja dalam diri para Guru dan Pegawai sudah barang tentu akan mengakibatkan perilaku Guru dan Pegawai tidak sesuai atau menyimpang dari semangat kerja yang telah ditetapkan.

4.  Pengawasan         
Dalam suatu organisasi, pengawasan merupakan bagian dari system organisasi dan bagian dari kegiatan organisasi. Pengawasan kerja sangat dibutuhkan oleh suatu organisasi, agar semua rencana kerja/pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan aturan/norma/kriteria-kriteria yang telah disepakati bersama di setiap manajemen suatu organisasi.
Pengawasan yang dilakukan pada organisasi pemerintahan dilakukan secara berjenjang hingga ke tingkat pusat. Jika pengawasan tidak dilakukan, dikhawatirkan rencana yang telah disepakati dan disusun tidak terlaksana secara efektif dan efisien.
Pengawasan adalah suatu kegiatan/proses untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan untuk diperbaiki kemudian, mencegah terulang kembali kesalahan-kesalahan itu, sehingga pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang telah ditetapkan (Abdurrachman (1973).
Sarwoto (1979), memberikan pendapat bahwa pengawasan dapat meningkatkan kinerja secara kontinue produktivitas kerja dari objek yang diawasi.
Jadi pengawasan sangat diperlukan oleh manajemen suatu organisasi untuk mencegah dan menghindari kemungkinan terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan penyalahgunaan dari suatu perencanaan kerja yang ada.
Sistem pegawasan dimaksudkan bukanlah untuk mencari kesalahan terhadap pelaksanaannya, akan tetapi justru dilaksanakan untuk menciptakan kebenaran terhadap hasil dari pada suatu tugas/ pekerjaan yang telah ditetapkan sebagai beban dari tanggung jawab.
Pengawasan dalam hal ini merupakan salah satu fungsi dari seorang pemimpin. Dengan demikian maka seorang pemimpin dituntut untuk mampu mengoperasikan sistem pengawasan dalam rangka menjamin atau mengusahakan terselenggaranya suatu perencanaan.
Siagian (1995) mengemukakan bahwa : “Pengawasan adalah sebagai suatu proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya.  Pendapat ini diperkuat oleh Winardi (1974) yang menyebutkan bahwa : “Controlling adalah sebagai proses untuk mendeterminir apa yang dilaksanakan, artinya standar apa yang  sedang dilaksanakan atau dengan kata lain mengevaluasi pelaksanaan bilamana perlu menerapkan tindakan-tindakan korelatif sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana.
Dengan demikian pada hakekatnya pengawasan merupakan suatu langkah atau proses yang harus dilakukan oleh manajemen suatu organisasi pada berbagai tingkatan untuk dievaluasi dan dianalisa setiap rencana pekerjaan yang telah selesai agar segera diketahui, penyimpangan dan penyalahgunaan semua aset pemerintah secara lebih awal, guna perbaikan dan pengklarifikasian penyimpangan yang telah dilakukan oleh setiap pegawai.

2.2               Kerangka Pemikiran

A. A. Gondokusumo mengemukakan pendapatnya, tentang hubungan kepemimpinan dengan semangat kerja, sebagai berikut :


Semangat kerja atau moril adalah refleksi dari sikap pribadi maupun dari sikap kelompok terhadap kerja dan kerjasama. Seperti sikap pada setiap karyawan, semangat kerja juga sedikit banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas dari pihak pimpinan, terutama oleh kebijaksanaan kepemimpinan. Semangat merupakan pengaruh utama pada sumbangan karyawan, membuat karyawan mencapai hasil yang tinggi (1980).

Semangat kerja merupakan hal yang utama, untuk mencapai tujuan organisasi, semangat kerja yang tinggi tergantung pada kepemimpinan yang ada jadi jelas bahwa kepemimpinan ada hubungan dan pengaruhnya terhadap semangat kerja pegawai.


















Gambar   2. Hubungan Antara Semangat Kerja, dengan Faktor-Faktor  yang Mempengaruhinya
 
 






2.3  Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan landasan teori yang dipergunakan, maka hipotesisnya dijelaskan sebagai berikut :
Sutrisno Hadi (1982 : 63), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah dan akan ditolak jika salah dan diterima jika fakta-fakta akan membenarkannya.
Penolakan dan penerimaan hipotesis dengan begitu sangat tergantung pada hasil-hasil penyelidikan terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan. Hipotesis dapat juga dipandang sebagai konklusi yang sifatnya sangat sementara. Secara umum dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan hipotesis adalah merupakan jawaban sementara yang mungkin benar atau salah, untuk itu perlu dibuktikan melalui penelitian.
Berdasarkan pengertian di atas dan sesuai dengan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan landasan teori yang digunakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2.3.1             Diduga bahwa faktor-faktor kepemimpinan, motivasi kerja, dan pengawasan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap semangat kerja Guru dan Pegawai SMKN  1 Cilacap.
2.3.2             Diduga bahwa faktor motivasi kerja mempunyai pengaruh yang dominan terhadap semangat kerja Guru dan Pegawai SMKN  1 Cilacap.

III.      OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1         Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah motifasi  atau semangat  kinerja guru dan pegawai
3.2         Metode dan Desain Penelitian
3.2.1        Metode Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode angket atau kuisioner.
3.2.2        Desain penelitian












Survey Observasi
 







IV.      LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

4.1        Persiapan
Tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam persiapan meliputi :
4.1.1        Observasi
4.1.2        Survei
4.2        Pelaksanaan
Tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan meliputi :
4.2.1    Pengumpulan data
4.2.2    Klasifikasi data
4.2.3    Pengolahan data
4.2.4    Menarik kesimpulan
4.3        Penyelesaian
Tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan meliputi :
4.3.1 Penyusunan hasil penelitian
4.3.2 Penggandaan

V.         SUMBER DATA DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

5.1    Sumber data
Sumber data diperoleh dari angket yang telah diisi oleh sejumlah guru dan pegawai di SMKN I Cilacap. Dari sejumlah guru dan pegawai yang ada diambil beberapa sampel yang mewakili sekolah tersebut. Besaran sampel mengacu pada aturan Paul Leedy adalah 20% dari populasi (Arikunto, 2006 : 136).
5.2    Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data berupa angket

VI.      TEKNIK PENGUMPULAN DATA

6.1    Persiapan
6.1.1    Mengecek nama dan identitas pengisi
6.1.2    Mengecek kelengkapan data
6.1.3    Mengecek macam isi data
6.2    Tabulasi
6.2.1    Memberikan skoring pada item-item yang perlu di beri skor
6.2.2    Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor
6.2.3    Mengubah jenis data
6.2.4    Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian



      
Identifikasi Variabel
Variabel yang diteliti terdiri dari dua jenis yakni variabel bebas meliputi : Kepemimpinan (X1), Motivasi Kerja (X2), dan Pengawasan (X3), variabel terikat adalah : Semangat Kerja Guru dan Pegawai SMKN  1 Cilacap (Y).
Metoda yang dipergunakan dalam penulisan thesis ini adalah metoda penelitian survey, sebagaimana yang dikutip oleh Sugiyono, 1977 (menurut Klinger), bahwa penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi yang ada, sehingga ditemukan kejadian yang relatif sama.

G.   Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh guru dan pegawai SMKN  1 Cilacap. Ida Bagoes Mantra dan Kastro mengemukakan bahwa metode pengambilan sampel yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a.       Dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi.
b.       Dapat menentukan presisi (tingkat ketepatan) dari hasil penelitian dengan menentukan penyimpangan baku (standar) dari taksiran yang diperoleh.
c.       Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan.
d.      Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya serendah-rendahnya.
Jumlah sampel yang diambil untuk mendapatkan data yang representatif, beberapa peneliti menyatakan bahwa besarnya sampel yang tidak boleh kurang dari 10 % dan ada pula yang menyatakan besarnya sampel minimal 5 % (Mantra dan Kastro, 1987: 105).
Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada SMKN  1 Cilacap, Pemerintah Kabupaten Cilacap. Atas dasar pertimbangkan faktor waktu, tenaga dan biaya, maka diambil seluruh anggota populasi yang ada untuk dijadikan responden.
Jumlah responden semuanya adalah pegawai negeri sebanyak 40 responden, yang bekerja pada SMKN  1 Cilacap, Pemerintah Kabupaten Cilacap. Oleh karena jumlah populasi di bawah 100 maka seluruh populasi dijadikan sampel (sampel jenuh) sejumlah 40 orang.

C.   Metode Pengumpulan Data

1.       Wawancara
Peneliti mengadakan wawancara atau tanya jawab dengan pegawai di lingkungan guru dan pegawai SMKN  1 Cilacap, Pemerintah Kabupaten Cilacap.
2.       Kuesioner
Pengumpulan data melalui beberapa pertanyaan yang telah disusun secara sistematika dan diajukan kepada responden.
3.       Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan data yang berasal dari buku-buku, catatan-catatan dan laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
4.       Sumber Data
a)       Data Primer, data yang diperoleh secara langsung melalui daftar pertanyaan
b)      Data Sekunder, data yang diperoleh dari studi pustaka dan penelitian sebelumnya, yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1.   Semangat Kerja
Semangat kerja (Y), adalah sikap kesediaan guru dan pegawai untuk melaksanakan tugas pekerjaan yang tercermin dengan adanya dorongan terhadap pekerjaan yang dilakukan dan adanya kerja sama diantara guru dan pegawai dalam lingkungan kerja pada suatu organisasi sekolah.
Indikator yang dapat diukur dalam semangat kerja adalah  :
a.         Waktu tiba di tempat kerja.
b.         Sering tidaknya guru dan pegawai tidak masuk kerja tanpa ijin.
c.         Ketaatan guru dan pegawai  terhadap peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan.
d.        Kesediaan guru dan pegawai untuk membantu pekerjaan serta kesulitan teman.
e.         Kesediaan untuk menghargai pendapat teman.
f.          Adanya rasa senang terhadap pekerjaan.
g.         Tidak adanya rasa bosan terhadap pekerjaan.
h.         Tidak adanya keluhan dari pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya.

2.   Kepemimpinan
Kepemimpinan (X1); merupakan perilaku individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok pegawai untuk mendapat tujuan yang telah ditetapkan dalam visi dan misi organisasi dengan aktivitas yang terjabar dalam uraian tugas masing-masing.
a.       Kemampuan mengarahkan tujuan secara efektif dan efisien.
b.       Kemampuan untuk mendorong karyawan untuk mentaati ketentuan.
c.       Kemampuan untuk memotivasi karyawan dalarn meningkatkan produktivitas kerja.
Kepemimpinan dapat diukur antara lain dari :
a.         Penilaian bawahan terhadap sikap pimpinan dalam memberikan penjelasan.
b.         Penilaian bawahan terhadap sikap pimpinan dalam mempengaruhi bawahan.
c.         Penilaian terhadap ide / prakarsa
d.        Penilaian bawahan terhadap sikap pimpinan dalam memberikan pendelegasian
e.         Penilaian terhadap kewibawaan dan kehormatan
f.          Kesempatan partisipasi yang diberikan
g.         Gaya kepemimpinan yang dilakukan
h.         Perlakukan pimpinan terhadap bawahan.

3.               Motivasi Kerja
Motivasi Kerja (X2) adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan yang menggerakkan guru dan pegawai untuk bekerja dengan baik dalam mencapai tujuan organisasi sekolah.
Sedangkan indikator yang digunakan untuk mengukur motivasi kerja adalah  :
a.    Tingkat upah gaji yang memadai guru dan pegawai
b.    Fasilitas yang tersedia bagi guru dan pegawai
c.    Tingkat kesempatan untuk maju dan berkembang bagi guru dan pegawai
d.   Tingkat penghargaan yang diterima guru dan pegawai yang berprestasi
e.    Tingkat keterlibatan guru dan pegawai dalam pekerjaan
f.     Tingkat pemberian perhatian kepada guru dan pegawai
g.    Jaminan keamanan dan keselamatan kerja
h.    Tingkat antusias guru dan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan

4.               Pengawasan
Pengawasan Kerja (X3) merupakan suatu langkah atau proses yang harus dilakukan oleh manajemen organisasi pada berbagai tingkatan untuk dievaluasi dan dianalisa setiap rencana pekerjaan yang telah selesai agar segera diketahui, penyimpangan dan penyalahgunaan semua aset Pemerintah secara lebih awal, guna perbaikan dan pengklarifikasian penyimpangan yang telah dilakukan oleh setiap pegawai.
Pengawasan dapat diukur antara lain dengan :
a)      Hubungan pimpinan dan bawahan
b)      Pengaruh pimpinan
c)      Kepuasan kerja
d)     Pemberian tugas.
e)      Pengarahan dan tanggungjawab
f)       Kepatuhan
g)      Penciptaan suasana kerja
h)      Lingkungan kerja

E.   Metode Analisis

Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik. Yang meliputi analisis data dan analisis hubungan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
1.         Untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai valid digunakan analisis product moment dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono : 1999) :


 




Keterangan :
r        = Koefisien Korelasi
N       = Jumlah Responden
X       = Skor Pernyataan (butir)
Y       = Skor Total (faktor)
XY    = Skor Pernyataan dikalikan Skor Total
2.         Untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai reliabel digunakan analisis Alfa Cronbach dengan rumus sebagai berikut  (Sugiyono : 1999) :


 


Keterangan :
ri       = Realibilitas instrumen
k        = Mean kuadrat antara subyek
St2     = Varians total 

3.         Untuk mengetahui hubungan pengaruh variabel kepemimpinan, motivasi kerja dan pengawasan terhadap variabel semangat kerja digunakan alat analisis Regresi Berganda,  menurut Kerlinger terjemahan Taufik (1987) halaman 66 dikemukakan formuIasinya sebagai berikut :
Y =  a + b1 X1 + b2X2 + b3X3 +........ + e
Dimana :
Y                              =    Semangat Kerja
Xi                             =    Kepemimpinan
X2       =          Motivasi
X3                            =    Pengawasan
b1, b2, b3,                =    Koefisien regresi parsial
a                               =    Konstanta (intersep), nilai Y yang tidak dipengaruhi oleh variabel bebas (X)
e                               =    Faktor Pengganggu
4.         Untuk menguji signifikansi pengaruh kepemimpinan, motivasi kerja dan pengawasan secara bersama-sama terhadap semangat kerja digunakan uji f dengan rumus sebagai berikut  (Sugiyono, 1999) :
                                 R2 / k
      F   =   ¾¾¾¾¾¾¾¾¾¾
                     (1 – R2 ) / ( n – k – 1 )
Keterangan :
F      =  Nilai F hitung
R2     = Koefisien determinasi
n       = Jumlah sampel
k       = Jumlah variabel independen
Dengan tingkat keyakinan sebesar 95 persen atau a = 0,05 dan derajat kebebasan (df) (k-1) serta (n – k) maka  :
Ho:Bj=0,   berarti kepemimpinan, motivasi kerja dan pengawasan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap semangat kerja pegawai.
Ho:Bj¹0,   berati kepemimpinan motivasi kerja dan pengawasan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap semangat kerja pegawai.

Kriteria  :

Hi   =   ditolak apabila F hitung < F tabel
Hi   =   diterima apabila F hitung > F tabel
Untuk megetahui besaran pengaruh secara bersama sama variabel independen terhadap variabel dependen digunakan angka koefisien determinasi (r-square), yang  merupakan ukuran besarnya proporsi dari variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas, dan rumusnya sebagai berikut :

                                SSE                   S e2 i
            R2  =  1  -  ¾¾¾  =   1  -   ¾¾¾  
                                SST                   S y2 i
5.         Untuk menguji pengaruh kepemimpinan, motivasi kerja dan pengawasan terhadap semangat kerja pegawai secara parsial  digunakan  t. test sebagai berikut  :

I.      


 

II.     


Keterangan                   :    t hit        =   t hitung
                            bj           =   koefisien regresi
                            Sbj         =   Standart error of regression coefisient
Kriteria  :
Hi diterima bila t hitung > t tabel dan – t hitung < - t tabel
Atau significant –t < significant level (tingkat keyakinan = 5%)
6.         Untuk mengetahui varibel yang paling berpengaruh terhadap semangat kerja digunakan analisis elastisitas sebagai berikut  (Algifari : 1997) :


 
Keterangan :
Ei      = Elastisitas
bi       = Koefisien regresi variabel ke i
ci       = Nilai rata-rata variabel ke i
ý        = Nilai rata-rata variabel y

Kriteria :
Jika elastisitas (X1) £  elastisitas (X2) dan (X3), maka hipotesis kerja (Hi) kedua ditolak.
Jika elastisitas (X1) > elastisitas (X2) dan (X3), maka hipotesis kerja (Hi) kedua diterima.




Anonim, 1999, Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

Anonim, 1987, Peraturan Daerah tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Cabang Dipenda Propinsi Kalimantan Timur.

Davis Keith dan John W. Newstrom, 1994, Perilaku dalam Organisasi, Erlangga, Jakarta.

Didi Ramyadi, 2002, Analisis Semangat Kerja Pegawai Dinas Cipta Karya, Kabupaten Kutai Kartanegara Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,  Thesis.

Gujarati, D. 1979. Basic Enocometrics. Tokyo, Japan Kasaido Printing Co, Ltd International Student Edition.

Handoko, T. Hani. 1997. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE, Yogyakarta

Hasan, M. Igbal. 1999. Pokok-Pokok Metode Statistik 2 (Statistik Inferensi). Bumi Aksara, Jakarta.

Martoyo, Susilo. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. BPFE, Yogyakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 1998. Pengembangan Sumber Daya Manusia.            PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Rasul, Sjahruddin. 1997. Pengukuran Kinerja Dalam Laporan Akuntabilitas. Deputy Bidang Pengawasan Penerimaan Pusat Dan Daerah. BPKP, Jakarta.

Robbins, Stephen P. 1991. Organizational Behavior, Concept, Controversies And Applications, Fifth Editions, Prentince Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

Ryaas Rasyid, Muhammad. 1997. Makna Pemerintahan - Tinjauan Dari Segi Etika Kepemimpinan, MIPI, PT.  Yarsif Watampone, Jakarta.

Saksono, Slamet. 1997. Administrasi Kepegawaian. Alfabeta, Bandung.

Saydam, Gouzali. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Djambatan, Jakarta.

Singarimbun, Masri Dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES, Jakarta.

Sinungan, Muchdarsyah, 2000, Produktivitas, Apa dan Bagaimana, Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiyono. 1997. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta, Bandung.

Suparmoko, M. 1998. Metode Penelitian Praktis. BPFE, Yogyakarta.

Thoha, Miftah. 1998. Perilaku Organisasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Umar, Husein. 1998. Riset Sumber Daya Manusia. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wahjosumidjo, 1994, Kepemimpinan dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Yukl, Garry, 1998, Kepemimpinan dalam Organisasi, Victory Jaya Abadi, Jakarta.

Zakiah Derajat, 1995, Metodik Kusus Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara, Jakarta.

Zainun, Buchori. 1989. Manajemen Dan Motivasi. Balai Aksara, Jakarta.

¾¾¾¾¾. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia Indonesia. PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.



0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih