BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan mutu sumber daya
manusia. Pendidikan merupakan proses sistematis yang bertahap dan berkelanjutan
dimana setiap waktu dapat terjadi perubahan dan
perkembangan yang baru sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan adalah dengan digantinya Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) atau kurikulum 2004 dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) atau kurilulum 2006.
Kurikulum 2006
adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Kurikulum 2006 sebagai perwujudan dari kurikulum dasar dan
menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok/satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah. Pendidikan dasar berada di bawah
koordinasi dan supervisi dinas pendidikan kabupaten, sedangkan pendidikan
menengah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan provinsi (Depdiknas,
Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang, 2006 : hal. 20)
Dalam penerapan
KTSP ini, sekolah diberi wewenang untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri
sehingga dalam pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan keadaan sekolah. Sekolah
memberikan wewenang kepada setiap guru untuk mengembangkan kurikulum mata
pelajaran. Dengan demikian guru diberi kebebasan untuk mengembangkan
komponen-komponen pembelajarannya agar berjalan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Kebebasan tersebut
tidak hanya ditujukan kepada sekolah umum tapi juga sekolah yang berciri khas
Islam (negeri/swasta). Sekolah yang berciri khas Islam adalah sekolah yang
mempunyai corak Islam dan dalam setiap kurikulumnya terdapat mata pelajaran
yang berciri khas Islam dimana salah satunya adalah MI. Di sekolah yang berciri
khas Islam, kurikulum sekolah memberikan kesempatan belajar agama Islam dengan
diperinci dalam beberapa sub mata pelajaran, yaitu Akidah Akhlak, Fikih,
Al-Qur'an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Dengan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diperinci menjadi beberapa sub mata
pelajaran maka dalam penelitian ini dipilih pembelajaran Al-Qur'an Hadits
karena mempelajari Al-Qur'an Hadist adalah kewajiban bagi setiap muslim, karena
keduanya adalah sumber hukum Islam sebagai pedoman dan pegangan agar manusia
tidak sesat menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-
Ahzab ayat 36
وَمَا
كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ
يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا
Artinya : ”Dan
tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa
mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata.” (Departemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahnya (Jakarta
: Bumi restu, 1990 : hal. 424)
Dan sebagaimana
dengan sabda Rasulullah SAW:
عَنْ
كَثيْر بْن عَبْد الله عَنْ أَبيْه عَنْ حَدّه رَضيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُـوْلُ الله صَلََّ اللهُ عَلَيْه وَسَلّمَ : تَرَكْتُ فيْكُمْ اَمْرَيْن لَنْ
تَضاّوْا مَا تَمْسَكْتُمْ بهمَا كتَابَ الله وَ سُنَّةَ نَبيه {
رَوَاهُ أبْن عَبْد الْبَرّ }
Artinya : “Dari
katsir bin abdillah, dari ayahnya dari kakeknya r.a; beliau berkata: Rasulullah SAW, bersabda: saya telah
meninggalkan pada kalian dua perkara yang tidak akan sesat, selama kalian
berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah Nabi-Nya” (H.R. Ibnu
Abdil Barri) (Abubakar Muhammad, Hadits
Tarbawy, Surabaya: Karya Abditama, 1997 : hal. xii – xiv)
Berkaitan dengan
pembelajaran Al-Qur'an Hadits, MI Islamiyah Babakan Karangpucung Kabupaten
Cilacap merupakan sekolah yang siswa-siswanya heterogen. Ada yang berasal dari sekolah umum (TK) dan
ada yang berasal dari sekolah Islam (RA). Pada kenyataan tersebut timbul
masalah dalam proses belajar mengajarnya yang sepenuhnya belum tuntas ditangani
oleh pihak madrasah misalnya masih kurangnya kemampuan membaca huruf Al-Qur'an
sehingga siswa kurang memahami materi pelajaran Al-Qur’an Hadits .
Berkenaan dengan hal itu peneliti menyadari
sepenuhnya masalah-masalah yang selalu muncul dalam kegiatan pembelajaran.
Seringkali guru merasa bingung menentukan model pembelajaran atau metode
mengajar apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Gambaran ideal
tentang siswa yang cerdas, aktif, kreatif dan mempunyai minat yang besar dalam
mempelajari materi pembelajaran, serta hasil yang memuaskan dalam setiap tes
yang dilakukan tidak terwujud. Kenyataan yang dijumpai malah sebaliknya, siswa
kurang aktif dalam kegiatan, tidak berani bertanya, kurang percaya diri dalam
menjawab pertanyaan guru, kurang bersemangat dalam mempelajari materi
pembelajaran serta hasil tes yang dicapai rendah, dan masih banyak lagi
kekurangan yang ditemui pada perilaku siswa yang mencerminkan keberhasilan
pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila guru dalam menyampaikan
setiap pembelajaran dapat dipahami dan dikuasai oleh siswa. Tingkat penguasaan
siswa terhadap materi pelajaran dilihat dari hasil nilai tes yang dilakukan.
Jika hasil nilai rendah berarti pembelajaran yang berlangsung bisa dikatakan
kurang berhasil. Oleh karena itu guru sangat dituntut tidak hanya menguasai
materi pelajaran tetapi juga dituntut untuk mampu menilai kinerjanya sendiri.
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh
barbagai faktor, salah satunya adalah faktor metode. Dalam pemilihan metode,
guru harus memperhatikan faktor siswa sebagai subjek belajar. Dalam satu kelas siswa memiliki
karakteristik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini akan menyebabkan
kemampuan berpikir, mencerna dan menguasai materi pelajaran, serta
kesulitan-kesulitan dalam belajar menjadi berbeda pula.
Dengan melihat MI Islamiyah Babakan Karangpucung
Kabupaten Cilacap dengan siswa-siswanya yang heterogen, secara nyata telah
melaksanakan proses belajar mengajar pada umumnya. Sayangnya hasil yang dicapai
belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan; khususnya dalam bidang studi
Al-Qur'an Hadist. Yaitu dengan ditemukannya siswa yang belum menguasai baca tulis Al-Quran maupun pada kesulitan
tentang pemahaman hadist. Perihal tersebut adalah suatu permasalahan yang perlu
dipecahkan. Bagaimana mengelola siswa-siswa yang heterogen dalam pembelajaran
Al-Qur'an Hadits, sehingga Islam dengan segala nilai-nilai yang dimilikinya
sebagai pedoman dan petunjuk kehidupan seorang muslim benar-benar tertanam oleh
setiap siswa yang telah mempelajarinya secara nyata dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan bermasyarakat.
Salah satu
metode yang dipandang dapat mengaktifkan siswa sesuai dengan anjuran KTSP
adalah metode peer lesson (pelajaran teman sebaya). Peer lesson
merupakan salah satu metode pembelajaran dari active learning yaitu
siswa melakukan kerjasama (kooperatif) dalam satu kelompok kemudian mengajarkan
kepada yang lain.
Metode peer lesson menekankan pada kegiatan
kelompok. Siswa secara aktif melakukan kerjasama dan saling membantu untuk
memastikan bahwa setiap anggota kelompoknya telah menguasai materi dan
kemudian mengajarkannya kepada sisa
kelas (Syaiful Bahri Djamarah, Strategi
Belajar Mengajar, Rineka Cipta, 1996 : 198). Melalui peer lesson
siswa berlatih untuk mengembangkan keterampilan dalam mengemukakan pemahamannya
terhadap apa yang telah dipelajari kepada orang lain sehingga diperoleh rasa
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dengan demikian hal ini dapat menumbuhkan rasa
saling menghargai dan mengerti dibina antara siswa.
Dalam penelitian ini dipilih pengelolaan kelas
dengan menerapkan metode pembelajaran peer leson untuk mata pelajaran
Al-Qur'an Hadist, karena metode ini membentuk siswa untuk belajar dalam suatu
kelompok, mengajak siswa untuk aktif,
belajar mengeluarkan pendapat, mengajarkan ilmu kepada orang lain serta dapat
melatih komunikasi dengan baik
Ciri khusus dari metode peer lesson adalah
belajar kelompok dan mengajarkan ilmu kepada orang lain. Siswa yang memiliki
kemampuan pemahaman materi pelajaran yang lebih baik mengajarkan kepada siswa
yang kurang memiliki pemahaman materi pelajaran.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas
peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Efektifitas Pengelolaan Kelas
dengan Penerapan Metode Peer Lesson dalam Pembelajaran Al-Quran/Hadis di MI Islamiyah
Babakan Karangpucung Kabupaten Cilacap Tahun Ajaran 2010/2011”.
B.
Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami
judul penelitian di atas maka perlu kiranya penulis memperjelas istilah-istilah yang ada pada judul yaitu sebagai
berikut :
1.
Efektifitas
Adalah membawa pengaruh, ada pengaruh hasil,
berhasil guna sebagai akibat suatu tindakan (Alfandi : 138)
2.
Pengelolaan
Kelas
Pengelolaan ialah
penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan
dengan lancar, efektif dan efisien. Kelas yaitu sekelompok siswa, yang pada
waktu yang sama menerima pelajaran yag sama dari guru yang sama (Arikunto : 8).
Pengelolaan kelas dimaksud disini
adalah pengurusan sekelompok siswa pada saat menerima pelajaran.
3.
Penerapan
Kata penerapan berarti
mengenakan, mempraktekkan (Alfandi, 2005 : 610)
4.
Metode Perlesson
Kata metode Perlesson terdiri dari kata metode
yang berarti cara untuk mencapai sesuatu maksud atau tujuan yang ingin dicapai
dan perlesson adalah metode pembelajarn dengan menggunakan teman sebaya.
5.
Pembelajaran
Al-Quran/ Hadist
Pembelajaran adalah proses yang
diselenggarakan oleh seorang pendidik untuk membelajarkan siswanya dalam belajar bagaimana belajar memperoleh
dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Dimyati dan Mudjiono,
2002:157 ). Sedangkan Al-Quran dan Hadist adalah suatu tuntunan atau panutan
yang wajib diteladani dan menjadi titik tolak ukur dari kehidupan manusia.
6.
MI
Islamiyah Babakan Karangpucung
Sebuah lembaga pendidikan formal setingkat
bernuansa agama Islam di desa Babakan Kecamatan Karangpucung Kabupaten Cilacap.
Efektifitas
Pengelolaan Kelas dengan Penerapan Metode Perlesson dalam Pembelajaran
Al-Quran/Hadis di MI Islamiyah Babakan Karangpucung dapat diambil maksud adalah
menerapkan cara metode pembelajaran dengan menggunakan teman sebaya dengan
materi yang terdapat dalam Al-Quran/Hadist di sebuah lembaga bernuansa agama
Islam di desa Babakan Karangpucung.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah pokoknya adalah Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah pokoknya adalah:
1.
Bagaimana
pengelolaan kelas di Mi Islamiyah Babakan Karangpucung ?
2.
Bagaimana
efektivitas pengelolaan kelas dengan penerapan metode peer lesson dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MI Islamiyah Babakan ?
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pengelolaan
kelas dengan menggunakan metode peer lesson dalam pembelajaran Al-Qur'an
Hadits siswa kelas VI semester 1 MI Babakan Karangpucung ahun ajaran 2010/2011.
E.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1.
Siswa, untuk melatih agar dapat belajar secara aktif
dan bermakna, belajar mengeluarkan
pendapat, mengajarkan ilmu kepada orang lain, serta dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa setelah mengikuti pengelolaan kelas dengan menggunakan metode peer
lesson.
2.
Guru, sebagai bahan pertimbangan sebagai salah satu
alternatif pemecahan masalah dalam pengelolaan kelas serta sebagai salah satu
pilihan metode dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits.
3.
Untuk menambah wawasan keilmuwan bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.
4.
Secara akademik penelitian ini merupakan tugas akhir
untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program S1.
F.
Telaah Pustaka
Telaah pustaka
merupakan kerangka teori yang mengemukakan teori yang relevan dengan masalah
penelitian. Membicarakan tentang pembelajaran maka tidak akan terlepas dari
pengertian belajar mengajar. Menurut Prof. Dr. S. Nasution, belajar adalah
suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara
bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Menurut Witherington,
belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai
pola-pola respons yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan (Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi
Proses Pendidikan ,Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005 : 155). Dari
kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan,
setiap orang yang mengalami proses belajar akan mengalami perubahan dalam
dirinya dalam bentuk tingkah laku yang berupa ketrampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan berkat pengalaman dan latihan.
Abdul Majid dalam
bukunya Perencanaan pembelajaran
mengungkapkan bahwa siswa merupakan "produsen" artinya siswa
sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu
kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam: pandai, sedang, dan kurang. Karenanya, guru perlu mengatur kapan siswa
bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok atau klasikal. Jika berkelompok,
kapan siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan sehingga ia dapat
berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan siswa dikelompokkan secara
campuran sebagai kemampuan sehingga menjadi tutor sebaya.
Tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman
sebaya atau antar peserta didik, hal ini biasa terjadi ketika peserta didik
yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu
peserta didik yang kurang mampu.
Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus di
alokasikan agar peserta didik saling
membantu belajar baik satu-satu atau dalam kelompok kecil. Ketika mereka
belajar dengan "tutor sebaya", peserta didik juga mengembangkan
kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa
yang dipelajari dengan cara bermakna. Penjelasan tutor sebaya kepada temannya
lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah
dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan
bahasa yang lebih akrab.
Wina Sanjaya, dalam bukunya yang berjudul Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, mengungkap pelaksanaan
metode peer lesson adalah belajar dalam kelompok atau yang lebih dikenal
dengan model pembelajaran kelompok (strategi pembelajaran kooperatif), yang
kedua adalah mengajarkan kepada sisa kelas. Hal ini berorientasi pada
pendekatan active learning karena siswa berpartisipasi secara aktif
bekerja sama belajar dalam satu kelompok setelah itu mengajarkan kepada yang
lain.
Model pembelajaran kelompok (SPK) adalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Sedangkan keunggulan dan keterbatasan strategi
pembelajaran kooperatif (SPK) adalah :
1. Keunggulan
a.
Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,
menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b.
SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide
atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide
orang lain.
c.
SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d.
SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang
lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif
terhadap sekolah.
e.
Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
f.
SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
g.
Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna
untuk proses pendidikan jangka panjang.
2.
Keterbatasan
strategi pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK
memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara
otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning.
Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa
terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya,
keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
b. Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa
saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif,
maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara
belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah
dicapai oleh siswa.
c.
Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada
hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya
hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d.
Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran.
Dan, hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau
sekali-kali penerapan strategi ini.
e.
Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan
yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas secara
individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja
sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk
mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah.
G.
Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang
pembahasan judul tersebut di atas, maka perlu dijelaskan sistematika penulisan
skripsi ini yang terbagi menjadi lima bab yaitu :
BAB I :
Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II : Kajian
Teori berisi strategi perlesson dalam pembelajaran Al-Quran/Hadist. Dalam bab ini dipaparkan masalah metode
pembelajaran dengan perlesson dan penerapannya.
BAB III : Metode
Penelitian berisi tentang, metode penelitian yang digunakan.
BAB IV : Laporan
Hasil Penelitian berisi tentang Gambaran
Umum MI Islamiyah Babakan Karangpucung
Kabupaten Cilacap dan analisis
data.
BAB V : Kesimpulan dan Saran dalam bagian ini
peneliti menyimpulkan hasil penelitian dan memberikan saran yang operasional
berdasarkan hasil temuan peneliti.
Untuk mendapatkan file silahkan klik : Download
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih