Lencana Facebook

banner image

Wednesday 4 December 2013

EFEKTIFITAS PENGELOLAAN KELAS DENGAN PENERAPAN STRATEGI PERLESSON DALAM PEMBELAJARAN AL-QURAN/HADIST DI MI ISLAMIYAH BABAKAN KARANGPUCUNG KABUPATEN CILACAP TAHUN AJARAN 2010/2011



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan mutu sumber daya manusia. Pendidikan merupakan proses sistematis yang bertahap dan berkelanjutan dimana setiap waktu dapat terjadi perubahan dan  perkembangan yang baru sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan adalah dengan digantinya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau kurikulum 2004 dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurilulum 2006.
Kurikulum 2006 adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum 2006 sebagai perwujudan dari kurikulum dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok/satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah. Pendidikan dasar berada di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan kabupaten, sedangkan pendidikan menengah di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan provinsi (Depdiknas, Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang, 2006 : hal. 20)
Dalam penerapan KTSP ini, sekolah diberi wewenang untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri sehingga dalam pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan keadaan sekolah. Sekolah memberikan wewenang kepada setiap guru untuk mengembangkan kurikulum mata pelajaran. Dengan demikian guru diberi kebebasan untuk mengembangkan komponen-komponen pembelajarannya agar berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kebebasan tersebut tidak hanya ditujukan kepada sekolah umum tapi juga sekolah yang berciri khas Islam (negeri/swasta). Sekolah yang berciri khas Islam adalah sekolah yang mempunyai corak Islam dan dalam setiap kurikulumnya terdapat mata pelajaran yang berciri khas Islam dimana salah satunya adalah MI. Di sekolah yang berciri khas Islam, kurikulum sekolah memberikan kesempatan belajar agama Islam dengan diperinci dalam beberapa sub mata pelajaran, yaitu Akidah Akhlak, Fikih, Al-Qur'an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam.
Dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang diperinci menjadi beberapa sub mata pelajaran maka dalam penelitian ini dipilih pembelajaran Al-Qur'an Hadits karena mempelajari Al-Qur'an Hadist adalah kewajiban bagi setiap muslim, karena keduanya adalah sumber hukum Islam sebagai pedoman dan pegangan agar manusia tidak sesat menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.  Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al- Ahzab ayat 36

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا

Artinya   :     ”Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta : Bumi restu, 1990 : hal. 424)

Dan sebagaimana dengan sabda Rasulullah SAW:

عَنْ كَثيْر بْن عَبْد الله عَنْ أَبيْه عَنْ حَدّه رَضيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُـوْلُ الله صَلََّ اللهُ عَلَيْه وَسَلّمَ : تَرَكْتُ فيْكُمْ اَمْرَيْن لَنْ تَضاّوْا مَا تَمْسَكْتُمْ بهمَا كتَابَ الله وَ سُنَّةَ نَبيه { رَوَاهُ أبْن عَبْد الْبَرّ }

Artinya   :     “Dari katsir bin abdillah, dari ayahnya dari kakeknya r.a; beliau  berkata: Rasulullah SAW, bersabda: saya telah meninggalkan pada kalian dua perkara yang tidak akan sesat, selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah Nabi-Nya” (H.R. Ibnu Abdil Barri) (Abubakar Muhammad, Hadits Tarbawy, Surabaya: Karya Abditama, 1997 : hal. xii – xiv)

Berkaitan dengan pembelajaran Al-Qur'an Hadits, MI Islamiyah Babakan Karangpucung Kabupaten Cilacap merupakan sekolah yang siswa-siswanya heterogen. Ada yang berasal dari sekolah umum (TK) dan ada yang berasal dari sekolah Islam (RA). Pada kenyataan tersebut timbul masalah dalam proses belajar mengajarnya yang sepenuhnya belum tuntas ditangani oleh pihak madrasah misalnya masih kurangnya kemampuan membaca huruf Al-Qur'an sehingga siswa kurang memahami materi pelajaran Al-Qur’an Hadits .
Berkenaan dengan hal itu peneliti menyadari sepenuhnya masalah-masalah yang selalu muncul dalam kegiatan pembelajaran. Seringkali guru merasa bingung menentukan model pembelajaran atau metode mengajar apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Gambaran ideal tentang siswa yang cerdas, aktif, kreatif dan mempunyai minat yang besar dalam mempelajari materi pembelajaran, serta hasil yang memuaskan dalam setiap tes yang dilakukan tidak terwujud. Kenyataan yang dijumpai malah sebaliknya, siswa kurang aktif dalam kegiatan, tidak berani bertanya, kurang percaya diri dalam menjawab pertanyaan guru, kurang bersemangat dalam mempelajari materi pembelajaran serta hasil tes yang dicapai rendah, dan masih banyak lagi kekurangan yang ditemui pada perilaku siswa yang mencerminkan keberhasilan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila guru dalam menyampaikan setiap pembelajaran dapat dipahami dan dikuasai oleh siswa. Tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dilihat dari hasil nilai tes yang dilakukan. Jika hasil nilai rendah berarti pembelajaran yang berlangsung bisa dikatakan kurang berhasil. Oleh karena itu guru sangat dituntut tidak hanya menguasai materi pelajaran tetapi juga dituntut untuk mampu menilai kinerjanya sendiri.
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh barbagai faktor, salah satunya adalah faktor metode. Dalam pemilihan metode, guru harus memperhatikan faktor siswa sebagai subjek belajar. Dalam satu kelas siswa memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini akan menyebabkan kemampuan berpikir, mencerna dan menguasai materi pelajaran, serta kesulitan-kesulitan dalam belajar menjadi berbeda pula.
Dengan melihat MI Islamiyah Babakan Karangpucung Kabupaten Cilacap dengan siswa-siswanya yang heterogen, secara nyata telah melaksanakan proses belajar mengajar pada umumnya. Sayangnya hasil yang dicapai belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan; khususnya dalam bidang studi Al-Qur'an Hadist. Yaitu dengan ditemukannya siswa yang belum menguasai  baca tulis Al-Quran maupun pada kesulitan tentang pemahaman hadist. Perihal tersebut adalah suatu permasalahan yang perlu dipecahkan. Bagaimana mengelola siswa-siswa yang heterogen dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits, sehingga Islam dengan segala nilai-nilai yang dimilikinya sebagai pedoman dan petunjuk kehidupan seorang muslim benar-benar tertanam oleh setiap siswa yang telah mempelajarinya secara nyata dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.
 Salah satu metode yang dipandang dapat mengaktifkan siswa sesuai dengan anjuran KTSP adalah metode peer lesson (pelajaran teman sebaya). Peer lesson merupakan salah satu metode pembelajaran dari active learning yaitu siswa melakukan kerjasama (kooperatif) dalam satu kelompok kemudian mengajarkan kepada yang lain.
Metode peer lesson menekankan pada kegiatan kelompok. Siswa secara aktif melakukan kerjasama dan saling membantu untuk memastikan bahwa setiap anggota kelompoknya telah menguasai materi dan kemudian  mengajarkannya kepada sisa kelas (Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, 1996 : 198). Melalui peer lesson siswa berlatih untuk mengembangkan keterampilan dalam mengemukakan pemahamannya terhadap apa yang telah dipelajari kepada orang lain sehingga diperoleh rasa tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dengan demikian hal ini dapat menumbuhkan rasa saling menghargai dan mengerti dibina antara siswa.
Dalam penelitian ini dipilih pengelolaan kelas dengan menerapkan metode pembelajaran peer leson untuk mata pelajaran Al-Qur'an Hadist, karena metode ini membentuk siswa untuk belajar dalam suatu kelompok,  mengajak siswa untuk aktif, belajar mengeluarkan pendapat, mengajarkan ilmu kepada orang lain serta dapat melatih komunikasi dengan baik
Ciri khusus dari metode peer lesson adalah belajar kelompok dan mengajarkan ilmu kepada orang lain. Siswa yang memiliki kemampuan pemahaman materi pelajaran yang lebih baik mengajarkan kepada siswa yang kurang memiliki pemahaman materi pelajaran.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Efektifitas Pengelolaan Kelas dengan Penerapan Metode Peer Lesson dalam Pembelajaran Al-Quran/Hadis di MI Islamiyah Babakan Karangpucung Kabupaten Cilacap Tahun Ajaran 2010/2011”.

B.     Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian di atas maka perlu kiranya penulis memperjelas istilah-istilah yang ada pada judul yaitu sebagai berikut :
1.      Efektifitas
Adalah membawa pengaruh, ada pengaruh hasil, berhasil guna sebagai akibat suatu tindakan (Alfandi : 138)
2.      Pengelolaan Kelas
Pengelolaan ialah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Kelas yaitu sekelompok siswa, yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yag sama dari guru yang sama (Arikunto : 8). Pengelolaan kelas dimaksud disini adalah pengurusan sekelompok siswa pada saat menerima pelajaran.
3.      Penerapan
Kata penerapan berarti mengenakan, mempraktekkan (Alfandi, 2005 : 610)
4.      Metode  Perlesson
Kata metode Perlesson terdiri dari kata metode yang berarti cara untuk mencapai sesuatu maksud atau tujuan yang ingin dicapai dan perlesson adalah metode pembelajarn dengan menggunakan teman sebaya.
5.      Pembelajaran Al-Quran/ Hadist
Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh seorang pendidik untuk membelajarkan siswanya dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Dimyati dan Mudjiono, 2002:157 ). Sedangkan Al-Quran dan Hadist adalah suatu tuntunan atau panutan yang wajib diteladani dan menjadi titik tolak ukur dari kehidupan manusia.
6.      MI Islamiyah Babakan Karangpucung

Sebuah  lembaga pendidikan formal setingkat bernuansa agama Islam di desa Babakan Kecamatan Karangpucung Kabupaten Cilacap.
Efektifitas Pengelolaan Kelas dengan Penerapan Metode Perlesson dalam Pembelajaran Al-Quran/Hadis di MI Islamiyah Babakan Karangpucung dapat diambil maksud adalah menerapkan cara metode pembelajaran dengan menggunakan teman sebaya dengan materi yang terdapat dalam Al-Quran/Hadist di sebuah lembaga bernuansa agama Islam di desa Babakan Karangpucung.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah pokoknya adalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah pokoknya adalah:
1.      Bagaimana pengelolaan kelas di Mi Islamiyah Babakan Karangpucung ?
2.      Bagaimana efektivitas pengelolaan kelas dengan penerapan metode peer lesson dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MI Islamiyah Babakan ?

D.    Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pengelolaan kelas dengan menggunakan metode peer lesson dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits siswa kelas VI semester 1 MI Babakan Karangpucung ahun ajaran 2010/2011.

E.     Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:
1.      Siswa, untuk melatih agar dapat belajar secara aktif dan bermakna,  belajar mengeluarkan pendapat, mengajarkan ilmu kepada orang lain, serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa setelah mengikuti pengelolaan kelas dengan menggunakan metode peer lesson.
2.      Guru, sebagai bahan pertimbangan sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah dalam pengelolaan kelas serta sebagai salah satu pilihan metode dalam pembelajaran Al-Qur'an Hadits.
3.      Untuk menambah wawasan keilmuwan bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
4.      Secara akademik penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi persyaratan penyelesaian program S1.

F.     Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan kerangka teori yang mengemukakan teori yang relevan dengan masalah penelitian. Membicarakan tentang pembelajaran maka tidak akan terlepas dari pengertian belajar mengajar. Menurut Prof. Dr. S. Nasution, belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Menurut Witherington, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan (Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan ,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 : 155).  Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan, setiap orang yang mengalami proses belajar akan mengalami perubahan dalam dirinya dalam bentuk tingkah laku yang berupa ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan berkat pengalaman dan latihan.
Abdul Majid dalam bukunya Perencanaan pembelajaran mengungkapkan bahwa siswa merupakan "produsen" artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya. Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam: pandai, sedang, dan kurang. Karenanya, guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok atau klasikal. Jika berkelompok, kapan siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan sehingga ia dapat berkonsentrasi membantu yang kurang, dan kapan siswa dikelompokkan secara campuran sebagai kemampuan sehingga menjadi tutor sebaya.
Tutor sebaya dikenal dengan pembelajaran teman sebaya atau antar peserta didik, hal ini biasa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu menyelesaikan pekerjaannya sendiri dan kemudian membantu peserta didik yang kurang mampu.
Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus di alokasikan  agar peserta didik saling membantu belajar baik satu-satu atau dalam kelompok kecil. Ketika mereka belajar dengan "tutor sebaya", peserta didik juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi, dan memahami apa yang dipelajari dengan cara bermakna. Penjelasan tutor sebaya kepada temannya lebih memungkinkan berhasil dibandingkan guru. Peserta didik melihat masalah dengan cara yang berbeda dibandingkan orang dewasa dan mereka menggunakan bahasa yang lebih akrab.
Wina Sanjaya, dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, mengungkap pelaksanaan metode peer lesson adalah belajar dalam kelompok atau yang lebih dikenal dengan model pembelajaran kelompok (strategi pembelajaran kooperatif), yang kedua adalah mengajarkan kepada sisa kelas. Hal ini berorientasi pada pendekatan active learning karena siswa berpartisipasi secara aktif bekerja sama belajar dalam satu kelompok setelah itu mengajarkan kepada yang lain.
Model pembelajaran kelompok (SPK) adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Sedangkan keunggulan dan keterbatasan strategi pembelajaran kooperatif (SPK) adalah :
1.      Keunggulan
a.       Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b.      SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c.       SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
d.      SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
e.       Melalui SPK dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
f.       SPK dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
g.      Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
2.      Keterbatasan strategi pembelajaran kooperatif diantaranya adalah :
a.       Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerjasama dalam kelompok.
b.      Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
c.       Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
d.      Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran. Dan, hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini.
e.       Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah.

G.    Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pembahasan judul tersebut di atas, maka perlu dijelaskan sistematika penulisan skripsi ini yang terbagi menjadi lima bab yaitu :
BAB    I        : Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka dan sistematika penulisan.
BAB    II      :     Kajian Teori berisi strategi perlesson dalam pembelajaran Al-Quran/Hadist. Dalam bab ini dipaparkan masalah metode pembelajaran dengan perlesson dan penerapannya.
BAB    III     :     Metode Penelitian berisi tentang, metode penelitian yang digunakan. 
BAB    IV     :     Laporan Hasil Penelitian berisi tentang  Gambaran Umum MI Islamiyah Babakan Karangpucung  Kabupaten Cilacap dan  analisis data.
BAB    V      :     Kesimpulan dan Saran dalam bagian ini peneliti menyimpulkan hasil penelitian dan memberikan saran yang operasional berdasarkan hasil temuan peneliti.

Untuk mendapatkan file silahkan klik : Download