Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Wednesday, 4 December 2013

KONSEP PENDIDIKAN BUDI PEKERTI MENURUT KI HAJAR DEWANTARA DAN PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan budi pekerti pada akhir-akhir ini sedang mendapat perhatian seluruh masyarakat, tidak hanya di Indonesia, namun di seluruh dunia. Hal ini akibat masyarakat dunia tengah dilanda krisis, ialah krisis yang paling menakutkan, yakni krisis nilai-nilai moral. Hampir semua negara di dunia sedang berupaya membangkitkan kembali Pendidikan karakter atau pendidikan budi pekerti. Di negara maju sekalipun, yang telah mengalami industrialisasi ternyata pendidikan karakter tetap diperlukan. Justru akibat dari industrialisasi itulah maka pendidikan karakter merupakan kebutuhan yang sangat mendesak.
Industri  modem ternyata telah berdampak pada semua negara di dunia ini, baik itu negara yang telah tergolong sebagai negara industri modem ataupun negara yang baru dalam proses modernisasi. Sedikitnya ada tiga dampak yang ditimbulkan oleh masyarakat industri modern yang ternyata sangat berpengaruh terhadap longgarnyaa ikatan moral, ialah (1) longgarnya ikatan keluarga, (2) kecenderungan negatif dalam kehidupan lingkungan pemuda, dan (3) lunturnya sikap dan perilaku etik (Sugeng Subagja, Menemukan Kembali Budi Pekerti Luhur, Majelis Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta, hlm : 6)
Masyarakat industri modern seperti inilah yang membawa dampak
terhadap longgarnya ikatan moral. Keluarga sebagai tempat pertama dan utama untuk pendidikan anak ternyata telah bergeser fungsinya. Sebab ada kecenderungan fungsi­-fungsi utama keluarga telah digantikan oleh lembaga selain keluarga. Jika sebelumnya keluarga adalah tempat yang paling arnan dan nyaman bagi kehidupan anak-anak, temyata dalam masyarakat industri modern keluarga tidak lebih sebagai terminal sementara untuk ak-tifitas industrialisasi. Keamanan diserahkan kepada pihak berwajib, sedangkan kenyamanan ditinggalkan begitu saja. Demikianlah halnya fungsi-fungsi yang lainnya.
Lingkungan pergaulan ternyata tidak lagi kondunsif untuk tumbuh dan berkembangnya moralitas yang baik, Terjadinya tawuran pelajar, tawuran mahasiswa bahkann tawuran antar kampung adalah merupakan kelainan jika tidak boleh disebut sebagai masyarakat yang sakit. Pemimpin yang hidup bergelimang korupsi, kolusi dan nepotisme merupakan contoh lain tidak sehatnya lingkungan pergaulan anak-anak kita. Itulah sebagian kecil dari contoh sedang sakitnya lingkungan pergaulan anak-anak kita. Maka tidaklah mengherankan apabila kemudian anak-anak kita mencari caranya sendiri untuk mengadopsi sakitnya lingkungan pergaulannya. Kasus penyalah gunaan narkoba, hamil di luar nikah bahkan kriminalitas menjadi konsumsi anak-anak kita sehari-hari.
Berbagai hal tersebut ternyata diperparah oleh telah lunturnya penghayatan dan pengamalan nilai-nilai etika. Menipisnya sikap penghormatan anak-anak kepada para orangtuanya, kepada guru, kepada pemimpinnya atau kepada siapapun, ternyata sangat merisaukan. Melakukan perbuatan yang melanggar norms masyarakat, norms hukum dan norms agama seperti sebagai hal yang lumrah dan tanpa perasaan bersalah adalah indikasi telah hilangnya kepedulian dan kepatuhan terhadap tatanam kehidupan. Mencelakakan orang lain, memfitnah bahkan membunuh dianggapnya hal yang wajar. Sifat rakus dan suka berbuat di luar Batas adalah syah-syah saja asal tujuan tercapai. Inilah potret buruk yang lain dari kondisi masyarakat kits.
Hal yang demikian tidak boleh dibiarkan, semua pihak harus merasa bertanggungjawab atas hal itu dan kemudian mencari jalan keluar terbaik untuk memperbaikinya. Dalam hal ini para guru dan kepala sekolah mempunyai tanggungjawab untuk memberikan kontribusi agar pendidikan budi pekerti dapat dibangkitkan kembali di lingkungan sekolah.
Pendidik sebagai model ialah yang dapat menjadi teladan bagi anak didiknya. Hal ini sangat dianjurkan oleh Ki Hadjar Dewantara, sebab salah satu dari trilogi kepemimpinan pendidikan Tamansiswa ialah "ing ngarsa asung tuladha ", artinya didepan menjadi contoh. Tanpa dapat menjadi teladan, sulitlah kiranya dapat diwujudkan suatu pranata pendidikan (sekolah) sebagai pusat kebudayaan. Maka seharusnyalah sekolah dan kampus sebagai pusat pengembangan nilai-nilai kebudayaan utamanya nilai moral.
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh yang amat lekat dengan pendidikan budi pekerti semboyan-semboyan hidupnya tentang kehidupan dan pendidikan kiranya dapat menjadi teladan bagi kita semua.
Dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk lebih mendalami kembali tentang budi pekerti yang selama ini penulis rasa sudah mulai dilupakan dengan judul Konsep Pendidikan Budi Pekerti Menurut Ki Hajar Dewantara dan Pendidikan Akhlak Menurut Islam.

B.     Definisi Operasional
1.      Konsep Pendidikan
Konsep berarti rancangan, sedangkan menurut kata dasar berarti pokok atau pangkal suatu pendapat (ajaran atau aturan). Sedangkan pendidikan dalam Kamus Bahasa Indonesia, (1991:232), Pendidikan berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya memelihara dan memberi latihan. (WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, hlm : 232)
2.      Budi Pekerti
Dapat diartikan sebagai tingkah laku yang didasarkan pada sikap yang dilandasai dengan moral atau akhlak yang baik (Sugeng Subagja, Menemukan Kembali Budi Pekerti Luhur ( Majelis Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta) hlm : 42)
3.      Ki Hajar Dewantara
Beliau adalah seorang tokoh dalam dunia pendidikan, perintis perjuangan kemerdekaan lewat karya-karya tulisannya. Tokoh yang berani dan tegas dan sebagai pendiri Taman Siswa.
4.      Pendidikan Ahlak Menurut Islam
Terdiri dari dua kata yang tersusun adalah pendidikan dan akhlak. Pendidikan adalah cara mendidik atau membimbing. Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku dan tabiat. Secara terminologi, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran Islam..
Konsep Pendidikan Budi Pekerti Menurut Ki Hajar Dewantara dan Pendidikan Akhlak Menurut Islam dapat dikandung maksud bahwa suatu pokok rancangan pendapat mengenai tingkah laku seseorang yang baik menurut seorang tokoh dalam dunia pendidikan (Ki Hajar Dewantara) serta pengajaran mengenai tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas pokok permasalahan yang diambil oleh penulis adalah
1.      Bagaimana konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hajar Dewantara?
2.      Bagaimana konsep pendidikan budi pekerti menurut Islam ?
3.      Bagaimana Persamaan dan perbedaan budi pekerti menurut Ki Hajar Dewantara dan menurut konsep Islam ?

D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.      Tujuan Penelitian
a.       Untuk mengetahui konsep pendidikan budi pekerti menurut Ki Hajar Dewantara
b.      Untuk mengetahui konsep pendidikan budi pekerti dan akhlak menurut Islam.
c.       Untuk mengetahu perbedaan dan persamaan konsep budi pekerti menurut Ki Hajar Dewantara dan menurut konsep Islam.
2.      Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diambil adalah:
a.       Diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang pendidikan budi pekerti yang baik dan benar.
b.      Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dunia pendidikan tentang budi pekerti yang sudah mulai hilang.

E.     Telaah Pustaka
Buku-buku yang dijadikan referensi dari penelitian ini mengenai konsep pendidikan budi pekerti selain buku utama dari karya Ki Hajar Dewantara yang berjudul Karya Ki Hajar Dewantara juga buku-buku pendukung lainnya diantaranya adalah :
1.      Menemukan Kembali Mutiara Budi Pekerti Luhur Karya Sugeng Subagya membahas tentang pendidikan budi pekerti luhur di sekolah, konsepsi dasar budi pekerti, aspek-aspek budi pekerti dan kebangkitan budi pekerti disekolah.
2.      Akhlak Tasawuf (Manusia, Etika dan Makna Hidup) karangan DR. M Solihin berisikan tentang pengertian dan hubungan akhlak, etika dan susila, akhlak atau etika dalam persepektif Islam, ruang lingkup bahasan akhlak dan hubungan ilmu akhlak dan ilmu lainnya.
3.      Pendidikan dalam Keluarga karya DR. M.I Soelaeman membahas tentang peranan keluarga dalam pendidikan, peranan keluarga dan tanggung jawab keluarga dalam pendidikan anak-anaknya.
4.      Mendidik Anak Secara Islami karya Jaudah Muhammad Awwad berisi tentang perkembangan psikologis anak, perkembangan emosi anak dan alternatif cara mengenalkan Islam.
5.      Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat karya Abdurrahman An Nahlawi berisi tentang pentingnya pendidikan dan pendidikan tidak hanya di bangku sekolah saja namun juga di dalam masyarakat.

F.     Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi tersusun dalam tiga bagian yaitu bagian awal, bagian utama dan bagian akhir. Pada bagian awal berisi halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar dan daftar isi.
Bagian  utama dari penulisan skripsi berisi empat bab pokok yang terdiri dari :
BAB I       :  Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,  telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II      : Kajian Teori
BAB III    :  Konsep budi pekerti menurut Ki Hajar Dewantara
BAB IV    : Merupakan bagian akhir dari bagian utama yang berisi penutup. Pada bab ini diuraikan kesimpulan, saran dan kata penutup.
Bagian akhir penulisan skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran.


Untuk mendapatkan file silahkan klik : Download

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih