BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan
adalah pilar utama dalam pembentukan mental/ karakter seorang siswa. Pendidikan
yang baik akan membentuk mental atau karakter siswa yang lurus dan terarah.
Pembinaan mental yang baik pada akhirnya akan bermuara pada kebaikan di
kehidupan yang akan datang. Kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang penuh
dengan persoalan-persoalan yang rumit. Dengan berbekal pendidikan yang baik,
maka siswa akan mempunyai mental/ karakter yang kuat, dan mempunyai pengetahuan
yang luas. Pengetahuan yang luas bisa diperoleh dari bangku sekolah. Di sekolah
anak-anak akan memperoleh ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru-guru
mereka. Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada
berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang
menyangkut hubungan social.
Pemecahan
masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi
kelas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri. Guru
yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak
terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang
sesuai.
Bermain
peran merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh. Hasil penelitian
dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran
merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam
pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran (role playing) diarahkan pada
pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang
menyangkut kehidupan peserta didik.
Manusia
merupakan makhluk social dan individual, yang dalam hidupnya senantiasa
berhadapan dengan manusia lain atau situasi di sekelilingnya. Mereka
berinteraksi, berinterdepedensi dan pengaruh mempengaruhi. Sebagai individu
manusia memiliki pola yang unik dalam berhubungan dengan manusia lain. Ia
memiliki rasa senang, tidak senang, percaya, curiga, dan ragu terhadap orang
lain. Namun perasaan tersebut diarahkan juga pada dirinya. Perasaan dan sikap
terhadap orang lain dan dirinya itu mempengaruhi pola respon individu terhadap
individu lain atau situasi di luar dirinya. Karena senang dan penasaran ia
cenderung mendekat. Karena tidak senang dan curiga ia cenderung menjauh.
Manipestasi tersebut disebut peran.
Peran
dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan,
sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap
individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya dipengaruhi oleh
persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh sebab itu,
untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap peran pribadi
dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan, tetapi pada
factor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Bermain peran berusaha
membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan
orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dan nilai yang mendasarinya.
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
Pada
pembelajaran bermain peran, pemeranan tidak dilakukan secara tuntas sampai
masalah dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengundang rasa kepenasaran
peserta didik yang menjadi pengamat agar turut aktif mendiskusikan dan mencari
jalan ke luar. Dengan demikian, diskusi setelah bermain peran akan berlangsung
hidup dan menggairahkan peserta didik. Hakekat pembelajaran bermain peran
terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah
yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan
para peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaannya; (2) memperoleh wawasan
tentang sikap, nilai, dan persepsinya; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap
dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan (4) mengeksplorasi inti
permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.
Pembelajaran
partisipatif memiliki prinsip tersendiri dalam kegiatan belajar dan kegiatan
pembelajaran. Prinsip dalam kegiatan belajar adalah bahwa peserta didik
memiliki kebutuhan belajar, memahami teknik belajar, dan berperilaku belajar.
Prinsip dalam kegiatan membelajarkan bahwa pendidik menguasai metode dan teknik
pembelajaran, memaham materi atau bahan belajar yang cocok dengan kebutuhan
belajar, dan berperilaku membelajarkan peserta didik. Prinsip-prinsip tersebut
dijabarkan dalam langkah operasional kegiatan pembelajaran, sebagai wujud
interaksi dukasi antara pendidik dengan peserta didik dan/atau antar peserta
didik. Pendidik berperan untuk memotivasi, menunjukkan, dan membimbing peserta
didik supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar. Seangkan peserta didik
berperan untuk mempelajari, mempelajari kembali, memecahkan masalah guna
meningkatkan taraf hidup dengan berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap
dunia kehidupannya.
Penerapan
pembelajaran partisipatif mensyaratkan tersedianya berbagai metode dan teknik
pembelajaran yang cocok untuk itu. Metode pembelajaran adalah kegiatan atau
cara umum penggolongan peserta didik, sedangkan teknik pembelajaran adalah
langkah atau cara khusus yang digunakan pendidik dalam masing-masing metode
pembelajaran. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif
ternyata bermacam ragam, yang dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu
metode pembelajaran perorangan (individual methods), metode pembelajaran
kelompok (group methods), dan metode pembelajaran missal atau pembangunan
masyarakat (community methods) (Verne dan Knowles, 1977:13). Teknik-teknik
pembelajaran partisipatif, berdasarkan pengelompokan metode, beraneka ragam
pula. Dalam metode pembelajaran perorangan dikenal teknik pembelajaran yaitu
tutorial, bimbingan perorangan, pembelajaran individual, magang, sorogan. Dalam
metode pembelajaran kelompok terdapat teknik diskusi, demontrasi, simulasi,
kerja kelompok, situasi hiptetis, pemecaham masalah kritis, bermain peran dan
sebagainya. Ke dalam metode pembelajaran masal atau pembangunan masyarakat,
termasuk teknik kontak social, ‘’paksaan sosial’’ (social pressure), demontrasi
proses dan/atau demontrasi hasil, aksi partisipasi. Teknik-teknik pembelajaran
dalam setiap metode itu tidak dapat dipisahkan secara mutlak, karena suatu
teknik dapat pula digunakan dalam metode yang berbeda, seperti metode
demonstrasi yang digunakan dalam metode pembelajaran kelompok dapat digunakan
pula dalam metode pembelajaran missal/pembangunan masyarakat atau dalam metode
pembelajaran perorangan.
Dalam
bermain drama, memerlukan cara/ strategi untuk mengajarkan. Strategi yang cocok
untuk meningkatkan keterampilan bermain drama adalah strategi bermain peran (role
playing).Pada pelaksanaan studi awal pembelajaran mata pelajaran PKn di seluruh
kelas menunjukkan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dari enam kelas yang
mengikuti tes formatif menunjukkan bahwa
pelaksanaan pembelajaran PKn yang memperoleh rata-rata paling rendah yaitu kelas
VI, sehingga fokus pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini ditetapkan pada
kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun
Pelajaran 2010/2011.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian
sebagaimana latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah yang
muncul dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut adalah penggunaan model
pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran belum tepat.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan
indentifikasi masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti membatasi
masalah yang akan dibahas pada pelaksanaan penelitian
tindakan sekolah ini yaitu penggunaan metode bermain peran oleh guru dalam upaya peningkatan hasil belajar mata
pelajaran PKN di Kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten
Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Rumusan Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang masalah
dan melalui refleksi diri serta diskusi dengan teman sejawat, dapat
disimpulkan rumusan masalahnya, yaitu
apakah penggunaan metode bermain peran oleh guru dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VI SDN Cibalung 02
Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap pada pembelajaran PKN?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang
menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian
tindakan sekolah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dampak penggunaan metode bermain peran pada pembelajaran PKN di kelas VI SD Negeri Cibalung
02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa setelah menggunakan metode bermain peran pada pembelajaran PKN di kelas VI
SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun Pelajaran
2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
- Bagi Siswa
a. Meningkatkan hasil belajar siswa
b. Meningkatkan minat belajar siswa
c. Melalui pembelajaran aktif, menjadikan
pembelajaran menjadi menyenangkan dan memudahkan siswa memahami dan mencapai
kompetensi pembelajaran PKN.
- Bagi Guru
a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b. Meningkatkan profesionalisme pembelajaran guru
c. Memberi kesempatan untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
- Bagi Sekolah
Pihak sekolah
dengan sendirinya akan mengalami peningkatkan kualitas dengan ditandai oleh
lulusan yang baik, kualitas dan variasi pembelajaran guru dan membaiknya
motivasi siswa serta prestasi hasil belajar siswa pada pelajaran PKN khususnya dan mata pelajaran lain pada
umumnya.
Untuk mendapatkan file silahkan klik : Download
Untuk mendapatkan file silahkan klik : Download
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih