BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sangat
besar pengaruhnya terhadap perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian
dan kehidupannya. Manusia tumbuh dan berkembang melalui belajar. Dalam kegiatan
belajar mengajar banyak faktor yang menentukan keberhasilan belajar.
Persoalan
pendidikan adalah persoalan yang menyangkut hidup dan kehidupan manusia yang
senantiasa terus berproses dalam perkembangan kehidupannya. Diantara persoalan
pendidikan yang cukup penting dan mendasar adalah mengenai tujuan pendidikan.(Moh. Shofan, 2005: 55) Tujuan pendidikan termasuk masalah
sentral dalam pendidikan, sebab tanpa perumusan tujuan pendidikan yang baik
maka perbuatan mendidik bisa menjadi tidak jelas, tanpa arah dan bahkan bisa
tersesat atau salah langkah. Oleh karenanya, masalah tujuan pendidikan menjadi
inti dan sangat penting dalam menentukan isi dan arah pendidikan yang
diberikan.
Keberhasilan
dalam melaksanakan tugas mengajar tentu menjadi harapan semua guru. Berkenaan
dengan hal itu penulis menyadari sepenuhnya akan masalah-masalah yang selalu
muncul dalam kegiatan belajar mengajar. Seringkali guru risau bahkan kadang
merasa putus asa menghadapi kenyataan yang dijumpai. Gambaran ideal tentang
siswa yang cerdas, mandiri dan aktif serta hasil yang memuaskan dalam setiap
tes jarang sekali terjadi. Kenyataan yang dijumpai malah sebaliknya, siswa
pasif dalam pertanyaan, suasana terasa kurang tepat untuk belajar, hasil
belajar yang dicapai rendah, bahkan mungkin sarana dan prasarana tidak
mendukung dan masih banyak lagi.
Mengacu
dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian
kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif baik
fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru seperti
yang terjadi pada kelas VII di SMP Negeri 3 ........... guru lebih mementingkan
pada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam
menciptakan suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam
pembelajaran yakni dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dapat membantu guru
dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran ide dari suatu materi.
Mutu
pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi
perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran tersebut, tentu
banyak tantangan yang dihadapi. Sementara ini masih banyak orang beranggapan
bahwa IPA dan IPA merupakan pelajaran yang sulit, serta kurang menarik minat
baik di kalangan siswa maupun guru (Joyonegoro, Dedikasi Vol. 02 Tahun 1993),
hal tersebut mungkin karena dalam materi IPA banyak sekali menggunakan
rumus-rumus, dan hitungan yang cukup sulit dimengerti oleh siswa.
Permasalahan
yang dihadapi siswa di SMP adalah hasil belajar IPA yang belum tuntas yakni
belum mencapai angka minimal daya serap 85% yang telah ditentukan. Melalui
refleksi, salah satu faktor dalam pembelajaran IPA guru lebih banyak
berceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar
IPA rendah. Guru belum menghayati hakekat IPA karena pembelajaran di sekolah
baru menekankan produk saja. Hal itu ditambah dengan pendapat siswa
bahwa pelajaran IPA dianggap sulit, sehingga tidak menarik untuk belajar, dan
berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.
Hal tersebut, diperkirakan karena kurangnya pemahaman
siswa terhadap konsep pembelajaran IPA. Mereka menganggap pelajaran IPA sulit
dipahami. Untuk anak-anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat
konkret, maka semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar, dan
dikecap akan kurang berkesan kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka
belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat
pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna
bahan pengajaran berbeda.
Berdasarkan pengamatan awal di kelas VII SMP Negeri 3 ...........
dengan jumlah siswa 34 anak yang terdiri dari 16 anak laki-laki dan 18 anak
perempuan. Dalam proses pembelajaran IPA (Biologi) kurang adanya penggunaan
pendekatan, media dan metode yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan
siswa pasif. Pada saat diadakan
ulangan hanya 9 siswa dari 34 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 26%,
seadangkan 74% yang lain belum tuntas belajar. Jumlah tersebut kurang
dari kriteria ketuntasan belajar yang harus mencapai 85%, sehingga dapat
dikatakan pembelajaran belum berhasil. Dengan melihat keadaan tersebut peneliti
akan mengadakan penelitian guna memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
Untuk itu
dalam pembelajaran IPA diperlukan metode yang sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa. Dengan demikian pemilihan metode yang tepat dan efektif
sangat diperlukan. Sebagaimana pendapat Sudjana (1987:76), bahwa peranan metode
mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar.
Metode eksperimen
merupakan salah satu cara membelajarkan siswa dengan mengajak mereka belajar
dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih
bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.
Dengan
metode ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan
dengan kegiatan belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif.
Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan
siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan
berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru.
Dengan
menerapkan, Metode eksperimen maka dalam mengusahakan pembelajaran yang
menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada pendidikan
dapat tercapai. Selain itu juga dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini
dan meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Berdasarkan hasil identifikasi
masalah di atas, peneliti berdiskusi dengan teman sejawat untuk memprioritaskan
permasalahan yang akan ditindak adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya partisipasi belajar IPA materi
organ tumbuhan pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 ............
2. Rendahnya prestasi belajar IPA materi
organ tumbuhan pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 ............
Dengan
mempertimbangkan faktor-faktor di atas berdiskusi dengan teman sejawat maka
perbaikan pembelajaran IPA materi organ pada tumbuhan perlu ditindak
menggunakan metode pembelajaran yang menumbuhkan kebermaknaan yaitu melalui
metode eksperimen agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga lebih
bermakna dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala sekolah dan teman sejawat
untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan.
Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran
yaitu :
1.
Rendahnya minat belajar IPA
2.
Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
3.
Kurangnya kesempatan siswa untuk memberi makna.
4.
Kurangnya alternatif pemecahan masalah.
5.
Kurangnya penguatan.
6.
Kurangnya kepercayaan diri siswa.
7.
Kurangnya komunikasi dalam pembelajaran.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan
identifikasi dan analisis masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalahnya
sebagai berikut; Apakah melalui metode observasi dapat meningkatkan partisipasi
siswa dalam pembelajaran IPA materi organ pada tumbuhan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah di
atas peneliti menetapkan tujuan dari perbaikan pembelajaran. Adapun
tujuan dari penelitian ini antara lain :
1.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui peningkatan
partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA materi organ pada tumbuhan melalui metode
observasi.
2.
Tujuan Umum
a.
Untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan pangkat dari
IV/a ke IVb
b.
Ikut aktif dalam mengembangkan inovatif pembelajaran,
khususnya untuk mata pelajaran IPA.
c.
Untuk memperbaiki profesionalisme guru.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Setelah
diadakan penelitian ini dan berhasil maka dapat memberikan
manfaat bagi siswa dan guru.
1.
Manfaat bagi guru
a.
Untuk memperbaiki pembelajaran guru.
b. Menanamkan kreatifitas dalam usaha
pembenahan pembelajaran IPA.
c. Meningkatkan profesionalitas pembelajaran
guru secara lebih variatif.
d. Untuk mendapatkan kesempatan berperan
aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
2.
Manfaat bagi siswa
a.
Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran
IPA.
b. Meningkatkan minat dan ketertarikan siswa
pada IPA.
c.
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
d.
Dapat menumbuhkan semangat untuk belajar.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih