BAB I
Kegiatan penelitian ilmiah (scientific research ) dibangun
atas dasar kepercayaan (trust ). Para ilmuwan percaya bahwa hasil
penelitian yang dilaporkan oleh peneliti lainnya adalah benar (valid ).
masyarakat percaya bahwa hasil-hasil penelitian menampilkan kejujuran pada
ilmuwan dalam upaya untuk menjelaskan dunia dan permasalahannya secara cermat (accurate
) dan tanpa prasangka (bias ). Kepercayaan ini akan terus berlanjut
hanya jika masyarakat ilmiah juga mencurahkan perhatiannya untuk menunjukkan
dan meneruskan nilai-nilai (values ) tersebut yang dihubungkan dengan
perilaku etika ilmiah (CSEPP, 1995).[1]
Perkembangan ilmu pengetahuan terjadi melalui kreativitas dan
skeptisisme, keterbukaan pada kontribusi ilmu baru, serta kegigihan dalam
mempertanyakan kontribusi yang diberikan dan konsensus keilmuan yang berlaku.
Perkembangan teknologi tentunya juga mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan
secara berarti.
Keberhasilan suatu penelitian tidak hanya merupakan keberhasilan individu
peneliti, tetapi juga merupakan keberhasilan komunitas ilmiah. Hal ini karena
keberhasilan suatu penelitian dilandasi oleh obeservasi dan gagasan baru
peneliti, yang juga memanfaatkan hasil-hasil peneliti sebelumnya.
Praktek ilmiah merupakan kegiatan yang melibatkan banyak hal.
Peneliti mengumpulkan dan menganalisis data, mengembangkan hipotesis,
mengulangi dan mengembangkan hasil penelitian sebelumnya, mengkomunikasikan
hasil penelitian pada peneliti lainnya, mengulas dan mengkritik hasil penelitian
peneliti lainnya, melatih dan membimbing mahasiswa dan peneliti muda, serta
mengikatkan diri pada kehidupan komunitas ilmiah.
Masuknya hasil penelitian yang merupakan pengetahuan individu ke
dalam lingkup pengetahuan ilmiah, terjadi setelah hasil penelitian
dipresentasikan atau dikomunikasikan dengan cara tertentu sehingga dapat
dinilai kebenarannya. Melalui cara ini, gagasan individu dinilai dan digunakan
secara kolektif sehingga secara bertahap akan menjadi pengetahuan ilmiah. Cara
yang efektif dan dijadikan standar dalam mempresentasikan dan mengkomunikasikan
hasil penelitian adalah dengan cara ditulis dalam bentuk tulisan (paper
) ilmiah, dan dipublikasikan pada majalah / jurnal ilmiah yang di-review.
1.
Apa pengertian dari tulisan
ilmiah?
2.
Apa tujuan dan fungsi dari
menulis tulisan?
3.
Apa saja ciri-ciri tulisan
ilmiah?
4.
Bagaimana cara penulisan tulisan
ilmiah?
5.
Bagaimana teknik utama
penulisan tulisan ilmiah?
1.
Untuk mengetahui pengertian tulisan
ilmiah.
2.
Untuk mengetahui tujuan dan
fungsi penulisan tulisan ilmiah.
3.
Untuk mengetahui ciri-ciri tulisan
ilmiah.
4.
Untuk memahami cara penulisan
dan faktor penting.
5.
Untuk memahami teknik utama
dalam penulisan tulisan ilmiah.
BAB
II
Suatu tulisan (essay) merupakan suatu usaha untuk
mengkomunikasikan informasi, opini atau perasaan (feeling ), dan
biasanya juga menampilkan argumen tentang topik tertentu (UVic, 1995). Salah
satu jenis tulisan tersebut adalah tulisan ilmiah.
Istilah tulisan ilmiah, tulisan akademis, dan tulisan penelitian
seringkali memiliki makna yang sama walaupun berbeda dalam bentuk fisik dan
peruntukannya. Universitas Wisconsin membagi tulisan ilmiah menjadi (UW, 1997)
: tulisan sastra, tulisan penelitian, tulisan ilmiah, laporan laboratorium, dan
tulisan disertasi. Bentuk fisik tulisan ilmiah dapat berupa : buku ilmiah,
laporan ilmiah, dan tulisan (paper ) ilmiah. Dilihat dari peruntukkannya,
tulisan ilmiah dapat berupa : peruntukan spesifik, misalnya untuk mata kuliah,
laboratorium, jurusan, universitas, institusi ilmiah, perusahaan, dan
peruntukan yang lebih luas (masyarakat ilmiah), misalkan buku dan majalan yang
diterbitkan.[2]
Peran tulisan ilmiah sangat tergantung dari peruntukannya, yaitu
untuk melaporkan (to report ), mengartikan (to interpret )
atau untuk menganalisis (to analyze ) sumber-sumber yang dimiliki. Namun
seringkali ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Secara lebih spesifik,
suatu tulisan ilmiah harus memiliki ciri-ciri berikut (UNBC, 2001) :
1.
Merupakan sintesa temuan-temuan
tentang suatu topik dan pendapat penulis.
2.
Merupakan pekerjaan yang
memperlihatkan keaslian (originality ) penulis.
3.
Merupakan pengakuan /
pernyataan / jawaban terhadap semua sumber yang digunakan.
4.
Memperlihatkan bahwa penulis
merupakan bagian dari suatu komunitas akademis.
Sehingga secara formal, pengertian tulisan ilmiah adalah tulisan
yang unik dan terintegrasi dari fakta (bukti) yang ada diluar penulis dan
pengetian personal yang dihasilkan dari pemikiran penulisnya (Hamid, 2001)[3].
Berdasarkan hal-hal di atas, maka suatu tulisan tidak dapat
dikategorikan tulisan ilmiah jika (UNBC, 2001) : hanya merupakan ringkasan
suatu tulisan atau buku, gagasan orang lain yang diulang tanpa adanya kritik, kumpulan
cuplikan, opini personal yang belum terbukti, dan menyalin atau menerima
gagasan pekerjaan orang lain tanpa menyatakan sumbernya. Dengan demikian, suatu
tulisan ilmiah adalah suatu tulisan tentang topik tertentu, yang dilandasi oleh
hasil dan pemikiran peneliti sebelumnya, yang menyertakan hasil dan gagasan
penulisnya, sehingga menjadi hasil dan gagasan yang baru.
Tujuan penulisan karya ilmiah, antara lain untuk menyampaikan
gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu
pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan/hasil
penelitian. Karya ilmiah dapat berfungsi sebagai rujukan, untuk meningkatkan
wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya
ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih
mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis,
memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang
terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.
C.
Ciri-ciri Tulisan Ilmiah
Ciri-ciri
sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu:
1. Struktur
sajian
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat,
biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok
pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian
inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang
dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan
simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut
gagasan tersebut.
2.
Komponen dan
substansi
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan
jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti,
penutup, dan daftar pustaka. Tulisan ilmiah yang dimuat dalam jurnal
mempersyaratkan adanya abstrak.
3. Sikap
penulis
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif,
yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak
menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau
kedua.
4. Penggunaan
Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah
bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang
efektif dengan struktur yang baku.
Apapun bentuk fisik dan peruntukannya, tulisan ilmiah/tulisan
ilmiah dapat dikelompokkan menjadi dua jenis utama, yaitu (Hamid, 2001) :[4]
1.
Tulisan Analitik
Tulisan analitik merupakan hasil penelitian tentang suatu topik
tertentu, yang merestrukturisasi dan menyajikan bagian-bagian dari topik
tersebut dilihat dari sudut pandang penelitinya. Tulisan analitik diawali oleh
suatu pertanyaan penelitian (research question).
Peneliti melakukan tahap pencarian tentang topik spesifik tertentu,
dimana peneliti belum mengambil kesimpulan apapun. Peneliti melakukan pencarian
informasi dan meneliti hal-hal yang ada pada lingkup topik yang dipilih, apakah
sebelum atau sesudah peneliti akrab dengan topik tersebut. Peneliti melakukan
penelusuran dan pemikiran kritis berikut evaluasi terhadap sumber-sumber yang
dimilikinya. Pada akhir tulisan, peneliti mengkontribusikan pemikirannya
sebagai bahan diskusi akademis. Kontribusi ini merupakan hasil analisis yang
dinyatakan dalam pernyataan kesimpulan.
2.
Tulisan
Argumentatif (Persuasif)
Tulisan argumentatif merupakan hasil penelitian tentang suatu topik
tertentu, yang memposisikan terhadap suatu permasalahan tertentu, dan dengan
menggunakan bukti / fakta yang diperoleh menyatakan sikap penelitiannya. Tulisan
argumentatif diawali oleh suatu tesis penelitian. Pengertian tesis di sini
adalah pernyataan yang didukung oleh argumen-argumen untuk dikemukakan.
Biasanya tesis tersebut sudah dinyatakan pada suatu paragraf pada bagian
pendahuluan tulisan.
Berangkat dari tesis, peneliti melakukan pembuktian atau
penunjukkan fakta dan menghubungkannya satu sama lain dalam kerangka yang
logis, sehingga diperoleh suatu konklusi yang dapat dipertanggungjawakan.
Konklusi dari penelitian ini biasanya berupa suatu generalisasi atau proposisi.
Kebanyakan tulisan ilmiah berupa tulisan argumentatif.
Berdasarkan kedua hal di atas, maka tulisan ilmiah, apakah dalam
bentuk buku, laporan, ataupun tulisan ilmiah pada dasarnya dapat dikelompokkan
menjadi tulisan analitik atau tulisan argumentatif.
1.
Tulisan Ilmiah Populer
Berbeda dengan tulisan ilmiah, tulisan ilmiah popular tidak terikat
secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat
umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena
ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau pembaca
khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Tulisan
ilmiah popular biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Tulisan dibuat
berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau gabungan keduanya yang bisa
‘dibungkus’ dengan opini penulis.
2.
Tulisan Ilmiah
Tulisan ilmiah, bisa ditulis secara khusus, bisa pula ditulis
berdasarkan hasil penelitian semisal skripsi, tesis, disertasi, atau penelitian
lainnya dalam bentuk lebih praktis. Tulisan ilmiah dimuat pada jurnal-jurnal
ilmiah. Kekhasan tulisan ilmiah adalah pada penyajiannya yang tidak panjang
lebar tetapi tidak megurangi nilai keilmiahannya. Tulisan ilmiah bukan
sembarangan tulisan, dan karena itu, jurnal-jurnal ilmiah mensyaratkan aturan
sangat ketat sebelum sebuah tulisan dapat dimuat. Pada setiap komponen tulisan
ilmiah ada pehitungan bobot. Karena itu, jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan
terkemuka yang ahli dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah terakredetasi sangat
menjaga pemuatan tulisan. Akredetasi jurnal mulai dari D, C, B, dan A, dan atau
bertaraf internasional. Bagi ilmuwan, apabila tulisan ilmiahnya ditebitkan pada
jurnal internasional, pertanda keilmuawannya ‘diakui’.
3.
Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah predikat Doktor. Gelar
Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah mempertahankan disertasi
dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri dari profesor atau Doktor
dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan)
orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan
fakta valid dengan analisis terinci.
Disertasi atau Ph.D Thesis ditulis berdasarkan metodolologi
penelitian yang mengandung filosofi keilmuan yang tinggi. Mahahisiswa (S3)
harus mampu (tanpa bimbingan) menentukan masalah, berkemampuan berpikikir
abstrak serta menyelesaikan masalah praktis. Disertasi memuat penemuan-penemuan
baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu
sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.
4.
Tesis
Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam
dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan
pascasarjana. Mahasiswa melakukan penelitian mandiri, menguji satu atau lebih
hipotesis dalam mengungkapkan ‘pengetahuan baru’. Tesis atau Master Thesis
ditulis bersandar pada metodologi; metodologi penelitian dan metodologi
penulisan. Standarnya digantungkan pada institusi, terutama pembimbing. Dengan
bantuan pembimbing, mahasiswa merencanakan (masalah), melaksanakan; menggunakan
instrumen, mengumpulkan dan menjajikan data, menganalisis, sampai mengambil
kesimpulan dan rekomendasi. Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam
menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai
bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri —sekalipun dipandu dosen pembimbing— menjadi
hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih
dalam, tajam, dan dilakukan mandiri.
5.
Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi
syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6 satuan kredit semster (SKS)
dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing. Dosen pembimbing berperan
‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa mampu mengerjakan dan
mempertahankannya pada ujian skripsi. Skripsi ditulis berdasarkan pendapat
(teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif,
baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapanagn atau penelitian di
laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis
hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru.
6.
Kertas Kerja
Kerja Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan makalah. Kertas
kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas kerja ditulis untuk
dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya dihadiri oleh
ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan acuan untuk
tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena lemah, baik dari
susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis, kesimpulan, atau
kemanfaatannya.
7.
Makalah
Lazimnya, makalah dibuat melalui kedua cara berpikir tersebut.
Tetapi, tidak menjadi soal manakala disajikan berbasis berpikir deduktif atau
induktif yang penting, tidak berdasar opini belaka. Makalah, dalam tradisi
akademik, adalah karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari
jenis karya ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya,
adakalanya lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding
skripsi mahasiswa. Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas
pekuliahan. Karena itu, aturannya tidak seketad makalah para ahli. Bisa jadi
dibuat berdasarkan hasil bacaan tanpa menandemnya dengan kenyataan lapangan.
Makalah lazim dibuat berdasrakan kenyatan dan kemudian ditandemkan dengan
tarikan teoritis; mengabungkan cara pikir deduktif-induktif atau sebaliknya.
Makalah adalah karya tulis (ilmiah) paling sederhana.
Seperti telah disampaikan sebelumnya, bahwa kegiatan penelitian
ilmiah (scientific research) dibangun atas dasar kepercayaan (trust),
baik kepercayaan dari para peneliti maupun kepercayaan dari masyarakat.
Kepercayaan ini akan terpelihara jika perilaku komunitas ilmiah atas nilai
tersebut mengikuti etika ilmiah yang berlaku dan tercermin dalam tulisan
ilmiahnya. Sebagai pegangan dalam mengikuti etika ilmiah ini setiap bidang
ilmiah, profesi, bahkan publikasi penelitian mengeluarkan peeraturan / petunjuk
etika ilmiah / profesi/publikasi (sebagai contoh, lihat lampiran, Code of Ethics
of Engineers).
Dalam melaksanakan penelitian, permasalahan etika penelitian yang
sering muncul adalah hal yang berhubungan dengan pembagian penghargaan yang
tidak adil diantara anggota tim peneliti. Pembagian penghargaan ini meliputi :
tanggung jawab penyerahan atau pembahasan permohonan dana, tanggung jawab
penggarapan penelitian, dan penyertaan nama penulis tulisan / tulisan ilmiah.
Hal lainnya selain yang menyangkut integritas penelitian tersebut adalah yang
menyangkut penggunaan subyek penelitian (manusia atau binatang) dan keselamatan
laboratorium (Whitbeck, 1998).
Pengertian yang lebih sempit tentang permasalahan etika ilmiah /
penelitian adalah apa yang dikategorikan sebagai kejahatan penelitian (research
misconduct). Tiga hal yang secara nyata dikategorikan kejahatan penelitian
adalah fabrikasi (fabrication), falsifikasi (falsification), dan
plagiarisme (plagiarism). Dalam etika penelitian, pengertian fabrikasi
adalah mengarang (making up) data, eksperimen, atau informasi yang
signifikan dalam mengusulkan, melakukan, atau melaporkan penelitian. Sedangkan
pengertian falsifikasi adalah mengubah atau mengaburkan data atau
eksperimen, atau mengaburkan sesuatu yang signifikan. Plagiarisme adalah
menyalin sesuatu, atau menampilkan grafik atau gagasan orang lain, yang
dinyatakan atau terkesan sebagai hasil dirinya. Plagiarisme ini termasuk
kategori pelanggaran kepemilikian intelektual (ABET, 2001a, Whitbeck, 1998).[6]
Dari ketiga hal yang secara nyata dikategorikan sebagai kejahatan
penelitaian tersebut, hal yang kritis yang dapat secara tidak sadar terjebak
pada kategori ini adalah plagiarisme. Oleh karena itu penulis tulisan ilmiah
harus secara sadar dan jelas menyatakan menggunakan sumber atau hasil
penelitian orang lain, serta harus mengikuti tata-cara dan aturan penulisan
cuplikan atau acuan (citation) suatu tulisan/tulisan ilmiah yang
berlaku. Pernyataan atau acuan dalam suatu tulisan/tulisan ilmiah merupakan
bentuk penghargaan pada peneliti lain.
Sebagai referensi, untuk etika penulisan tulisan ilmiah pada
jurnal, berikut disajikan kewajiban etika bagi penulis dari American
Chemical Society (ACS, 1996) :[7]
a.
Kewajiban utama penulis adalah
mempresentasikan hasil penelitiannya secara akurat dan secara objektif membahas
hasil penelitian tersebut.
b.
Penulis harus menyadari bahwa
setiap halaman jurnal merupakan suatu sumber penting dan memerlukan biaya. Oleh
karenanya, penulis wajib untuk menggunakan jumlah halaman secara bijak dan
ekonomis.
c.
Laporan utama suatu penelitian
harus ditulis secara rinci dan menyertakan referensi tentang informasi yang
diambil dari sumber umum (public reference) sehingga dapat ditelusuri
kembali oleh peneliti lain.
d.
Penulis harus merujuk
hasil-hasil penelitian lainnya yang mempengaruhi wujud penelitian yang
dilakukan, sehingga memudahkan pembaca dalam menelusuri penelitian sebelumnya
yang secara esensial mempengaruhi pemahaman penelitian yang dilakukan.
e.
Suatu yang membahayakan
seperti peralatan, material, atau prosedur yang digunakan dalam penelitian
harus dinyatakan secara jelas dalam laporan penelitian.
f.
Pemecahan laporan penelitian
harus dihindari. Seorang peneliti yang telah melakukan penelitian secara
mendalam harus mengorganisir laporannya agar dipublikasikan secara lengkap di
jurnal yang memiliki lingkup penelitian yang sama. Pembaca akan mendapatkan
kemudahan jika penelitian yang saling terkait dipublikasikan dalam satu atau
hanya beberapa jurnal.
g.
Saat mengajukan sebuah
manuskrip untuk dipublikasi, penulis harus menyampaikan ke pihak editor jika
ada manuskrip lain yang berkaitan sedang direvisi atau diproses oleh editor
lain. Copy dari manuskrip tersebut beserta penjelasan korelasi antara
kedua manuskrip harus dikirimkan kepada editor.
h.
Penulis tidak dibenarkan
mengajukan manuskrip yang esensinya sama ke beberapa jurnal yang berbeda. Secara
umum, diperbolehkan untuk mengajukan kembali manuskrip yang sama jika manuskrip
tersebut merupakan keterangan yang lebih rinci dari manuskrip sebelumnya yang
masih singkat, atau manuskrip tersebut telah ditolak untuk dipublikasikan oleh
editor sebelumnya.
i.
Penulis harus menyatakan
sumber dari setiap informasi yang dikutip, kecual informasi yang telah menjadi
pengetahuan umum (common knowledge ). Informasi yang diperoleh secara
tertutup, seperti halnya dalam pembicaraan, korespondensi, atau diskusi dengan
pihak ketiga, hanya digunakan dalam laporan penelitian apabila ada izin
eksplisit dari penelitinya.
j.
Sebuah penelitian atau
eksperiman adakalanya menjadi pijakan untuk mengkritik penelitian lainnya. Jika
dipandang perlu, kritik tersebut dapat dipublikasikan dalam suatu laporan
penelitian. Namun, kritik yang bersifat pribadi (personal) tidak dapat
dibenarkan.
k.
Penulis pendamping dalam suatu
laporan penelitian adalah orang-orang yang telah memberikan kontribusi ilmiah
secara signifikan, serta turut bertanggung jawab atas hasi penelitian yang
dilaporkan. Kontribusi dalam bentuk lain harus dinyatakan dalam catatan kaki (footnote
) atau bagian ucapan terima kasih (acknowledgement ). Seorang yang
berkontribusi secara administratif tidak dapat dinyatakan sebagai penulis
pendamping. Penulis pendamping
yang telah meninggal dunia tetap dicantumkan namanya sebagai penulis pendamping dengan tambahan catatan kaki tanggal meninggalnya penulis pendamping tersebut. Penulis yang mengirimkan manuskrip berkewajiban meminta persetujuan kepada penulis pendamping dan memberikan draft copy manuskrip tersebut.
yang telah meninggal dunia tetap dicantumkan namanya sebagai penulis pendamping dengan tambahan catatan kaki tanggal meninggalnya penulis pendamping tersebut. Penulis yang mengirimkan manuskrip berkewajiban meminta persetujuan kepada penulis pendamping dan memberikan draft copy manuskrip tersebut.
l.
Penulis harus menyampaikan
kepada pihak editor jika manuskrip tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan, misalnya : penulis sedang
memberikan konsultasi atau menerima bantuan finansial dari sebuah perusahaan
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian yang akan dipublikasikan. Penulis
harus menjamin tidak ada suatu ikatan kontrak atau perjanjian yang mempengaruhi
informasi yang terkandung dalam manuskrip.
Struktur suatu tulisan ilmiah akan dipengaruhi oleh bentuk fisik,
peruntukan, serta jenis tulisan ilmiahnya. Namun demikian, secara garis besar
suatu tulisan ilmiah akan terdiri dari : judul dan abstrak; isi yang terdiri
dari pengantar, metoda, hasil, diskusi atau analisis, kesimpulan; serta daftar
pustaka. Khusus untuk tulisan ilmiah yang akan dipiblikasikan pada prosiding
atau jurnal tertentu, tentunya perlu mengikuti ketentuan penulisan (termasuk
format) dari penerbitnya.
1) Judul
Judul menjelaskan isi tulisan secara ringkas, jelas, dan tepat,
sehingga pembaca dapat segera memutuskan apakah akan membacanya atau tidak.
Selain itu, judul juga merupakan kata-kata kunci yang biasanya digunakan untuk
daftar indeks penelitian. Dalam membuat judul, hindari kata-kata yang tidak
perlu, misalnya : "studi tentang" atau "suatu penelitian
tentang", dan sejenisnya. Hindari penggunaan singkatan dan jargon, serta
hindari judul yang mempunyai kesan "aneh".
2) Abstrak
Abstrak berisi laporan keseluruhan secara ringkas, tanpa adanya
suatu tambahan di luar tulisan/tulisan dan tanpa adanya kerincian tertentu,
misalnya menunjuk pada gambar, tabel atau sumber tertentu. Abstrak berisi
pernyataan tujuan utama penelitian, metoda yang digunakan, ringkasan hasil yang
terpenting, serta pernyataan kesimpulan yang utama dan yang paling signifikan.
Abstrak dibatasi oleh jumlah kata yang biasanya sekitar 50 sampai 300 kata.
Proses penyusunan abstrak dapat dilakukan dengan cara menyarikan hal-hal pokok
dari setiap bagian tulisan, yang kemudian dipadatkan menjadi suatu kesatuan
tulisan.
3) Pengantar
Pengantar berisi tentang persoalan yang dibahas yang meliputi
persoalan yang diteliti, ringkasan penelitian sebelumnya yang relevan, dan
konsep yang melandasi penelitian yang akan dilakukan; pentingnya persoalan;
serta tujuan penelitian yang berupa upaya untuk menjawab hipotesis, pertanyaan
penelitian, atau penggunaan/perbaikan metoda. Proses penulisan pengantar ini
dimulai dari pernyataan yang bersifat umum menuju ke pernyataan yang spesifik.
Dalam hal ini dapat berupa persoalan dalam dunia nyata atau studi literatur
menuju ke eksperimen atau pengembangan yang dilakukan.
4) Metode
Metode menguraikan bagaimana persoalan dipelajari dan diselesaikan.
Di sini diuraikan secara rinci percobaan, prosedur atau pengembangan yang
dilakukan. Material dan peralatan serta teknik/metoda apa yang digunakan. Atau
data dan teknik serta metoda apa yang digunakan sebagai dasar pengembangan, dan
bagaimana mengembangkannya.
Proses penulisan metoda menjelaskan tahapan yang dilakukan secara
rinci, sehingga memungkinkan dilakukan pengulangan. Dalam penulisan metoda,
digunakan bentuk lampau (menceritakan /past tense), serta menggunakan
ukuran-ukuran kuantitatif yang tegas. Pada bagian ini tidak perlu menyertakan
prosedur statistik umum yang rinci dan tidak mencampur-adukkan antara prosedur
dan hasil.
5) Hasil
Hasil berisi hasil dari setiap percobaan atau prosedur yang
dilakukan dan/atau diobesevasi. Selain itu juga disampaikan hasil utama yang
didukung oleh data terpilih, apakah merupakan data yang umum atau data yang
ideal atau data kekecualian. Penulisan hasil disusun secara logis dimulai dari
yang paling penting ke yang kurang penting, atau dari yang sederhana ke yang
kompleks. Dalam penulisan hasil digunakan bentuk lampau (menceritakan /past
tense), tidak menginterpretasikan hasil, serta menggunakan kalimat yang
ringkas.
6) Diskusi/Analisis
Diskusi/analisis berisi tentang hasil dari metoda, yang menjelaskan
temuan-temuan yang terpenting dengan memperhatikan kesimpulan awal yang dapat
diambil yang berupa pola, prinsip, atau hubungan; kaitan dengan penelitian
sebelumnya yang dicuplik atau dijadikan basis penelitian. Pada bagian ini juga
berisi penjelasan tentang hasil atau temuan-temuan tersebut.
7) Kesimpulan
Bagian ini berisi penjelasan tentang bagaimana hasil yang diperoleh
menjawab tujuan penelitian serta persoalan yang lebih luas, yang berupa
implikasi teoritik, aplikasi praktis, atau generalisasi pada situasi yang
berbeda. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan sehingga tidak terkesan spekulatif dan melakukan generalisasi yang
berlebihan. Selain itu, bagian ini dapat berisi penelitian lanjut untuk
menjawab kontradiksi yang terjadi atau untuk menjelaskan kekecualian yang
terjadi.
Dua aspek yang menentukan dalam teknik penulisan ilmiah adalah gaya
penulisan dan teknik notasi (Suriasumantri, 1984). Gaya penulisan
menentukan dalam pembuatan pernyataan ilmiah. Gaya penulisan dalam upaya
mengkomunikasikan hasil penelitian harus bersifat jelas dan tepat, sehingga
proses penyampaian pesannya bersifat reproduktif dan impersonal.
Gaya penulisan ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya
penerima pesan mendapatkan pesan yang benar-benar sama dengan yang disampaikan.
Dalam hal ini tidak boleh terdapat penafsiran yang lain selain dari isi yang
terkandung dalam pesan tersebut. Hal ini diperlukan oleh karena komunikasi
ilmiah ditujukan untuk penalaran. Pernyataan yang tidak jelas dan bermakna
jamak harus dihindarkan. Pernyataan ilmiah (proposisi ilmiah) harus berisi
salah satu penilaian benar atau salah, dan tidak dapat keduanya. Demikian juga
bentuk pernyataan yang mempunyai konotasi emosional harus dihindarkan.
Gaya penulisan ilmiah harus bersifat impersonal, artinya
tidak menggunakan kata ganti perorangan, tetapi menggunakan kata ganti
universal. Sehingga bentuk kalimat ilmiah berbentuk pasif. Bentuk lainnya
adalah gabungan kalimat pasif dan kalimat aktif.
Teknik notasi merupakan teknik
penulisan sumber kepustakaan yang mengidentifikasi suatu pernyataan ilmiah
dalam bentuk tulisan. Dalam suatu pernyataan ilmiah harus teridentifikasi tiga
hal, yaitu : orang yang membuat pernyataan, media komunikasi ilmiah (misalnya
jurnal, prosiding, buku), serta penerbit, tempat, dan saat penerbitan.
BAB
III
Kegiatan penelitian ilmiah dibangun atas dasar kepercayaan, baik
kepercayaan dari para peneliti maupun kepercayaan dari masyarakat. Kepercayaan
ini akan terpelihara jika perilaku komunitas ilmiah atas nilai tersebut
mengikuti etika ilmiah yang berlaku. Masuknya hasil penelitian yang merupakan
pengetahuan individu ke dalam lingkup pengetahuan ilmiah, terjadi setelah hasil
penelitian diperesentasikan atau dikomunikasikan sehingga dapat dinilai kebenarannya.
Melalui cara ini, gagasan individu dinilai dan digunakan secara kolektif
sehingga secara bertahap akan menjadi pengetahuan ilmiah. Cara yang efektif dan
dijadikan standar dalam mempresentasikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian
adalah dalam bentuk tulisan ilmiah, dan dipublikasikan pada jurnal ilmiah yang
direview. Dalam tulisan ilmiah ini tercermin norma dan perilaku etika
ilmiahnya.
Suatu tulisan ilmiah adalah suatu tulisan tentang topik tertentu,
yang dilandasi oleh hasil dan pemikiran peneliti sebelumnya, yang menyertakan
hasil dan gagasan penulisnya, sehingga menjadi hasil dan gagasan yang baru.
Komponen utama suatu tulisan ilmiah terdiri dari judul, abstrak, isi, dan
daftar pustaka. Sedangkan aspek teknik penulisan harus mempertimbangkan gaya
penulisan yang bersifat reproduktif dan impersonal, serta teknik notasi.
Bentuk penghargaan yang digunakan dalam komunitas ilmiah berupa
pernyataan nama-nama peneliti/penulis, ucapan terima kasih, dan
acuan/rujukan/kepustakaan. Bentuk pelanggaran yang secara nyata dikategorikan
pelanggaran etika ilmiah adalah fabrikasi, falsifikasi, dan plagiarisme.
Semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi yang membaca.
Dan dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Anonymous, 2013, http://skinhead4life-carigaragara.blogspot.com/2010/03/hakikat-
karya-ilmiah-ciri-ciri-karya.html, di akses 29 Nopember 2013.
Anonymous, 29 Nopember 2013, http://skinhead4life-carigaragara.blogspot.com/2010/03/hakikat-
karya-ilmiah-ciri-ciri-karya.html, di akses 29 Nopember 2013.
ABET, 2001a, Glossary,http://www.abet.org/glossary,
di akses 29 Nopember 2013.
ABET, 2001b, Code of Ethics of Engineers, http://abet.org/Code_of_Ethics_of Engineers.html, di akses 29 Nopember 2013.
ACS, 1996, ACS Ethical Guidelines, http://www.onlineethics.org/Ethics/ethics.html, di akses 2 Nopember 2013.
CSEPP, 1995, On being a scientist : Responsible conduct in
research, Second edition, National Academy Press, Washington.
Hamid,S., 2001, Writing a research paper, http://www.owl.english.purdue.edu/w, di akses 29 Nopember 2013.
Schrag, B.S., 2001, Research Ethics : Cases and Commentares,
http://www.wisc.edu/
writing/ Handbook/ AcademicWriting.html, di akses 29 Nopember 2013.
Suriasumantri, J.S., 1984, Filsafat ilmu : Sebuah Pengantar
Populer, Penerbit Sinar Harapan, Jakarta.
UNBC, 2001, What is a research paper ? ,http://quarless.unbc.edu/
lsc. rpwhatis. html, di akses 29 Nopember 2013.
UVic, 1995, The Uvic Writer’s Guide, http://www.clearcf.uvic.ca/
writersguide/ Pages/ ResearchEssayType.html, di akses 29 Nopember 2013.
UW, 1997, Writer’s Handbook : Academic Writing, http://www/wisc.edu/
writing/ Handbook/AcademikWriting.html, di akses 29 Nopember 2013.
Whitback, C., 1998, Ethics in engineering practice and research,
Cambridge University Press, Cambridge.
[1] Anonymous, 2013, http://skinhead4life-carigaragara.blogspot.com/2010/03/hakikat-
karya-ilmiah-ciri-ciri-karya.html, di akses 29 Nopember 2013
[2] Suriasumantri,
J.S., 1984, Filsafat ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Penerbit Sinar
Harapan, Jakarta, hal.15
[3] Hamid,S.,
2001, Writing a research paper, http://www.owl.english.purdue.edu/w, di akses 29 Nopember 2013
[4] Hamid,S.,
2001, Writing a research paper, http://www.owl.english.purdue.edu/w, di akses 29 Nopember 2013
[5] Whitback,
C., 1998, Ethics in engineering practice and research, Cambridge
University Press, Cambridge, p.77
[6] ABET,
2001a, Glossary,http://www.abet.org/glossary,
di akses 29 Nopember 2013
[7] ACS,
1996, ACS Ethical Guidelines, http://www.onlineethics.org/Ethics/ethics.html, di akses 2 Nopember 2013
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih