Lencana Facebook

banner image

Monday 16 November 2020

PTK SMPLB

 

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

 

 

 

 

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERMAIN KELERENG MELALUI PENERAPAN  METODE  DEMONTRASI  

SISWA KELAS VII C  SLBN PEMBINA ......................  

SEMESTER 2  TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

 

 

 

Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Kenaikan Pangkat Golongan dari ........ ke ..........

 

 

 

 

 

Oleh

 

........................

NIP. ........................

 

 

 

 

 

 

 

SLBN PEMBINA ......................

Jl. ……………….. Kecamatan ……………..  Kabupaten ......................

Kode Pos …………….

2020

 

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSSROOM ACTION RESEARCH)

 

 

1.   a.  Judul Penelitian         :    Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Bermain Kelereng melalui Penerapan  Metode Demontrasi  Siswa Kelas VII C   SLBN Pembina ......................  Semester 2  Tahun Pelajaran 2019/2020

       b. Kategori Penelitian     :    Penelitian Tindakan Kelas

2.    Identitas Peneliti

            a.                                 Nama Lengkap            :           ........................

            b.                                 NIP      :           ........................

            c.                                 Pangkat / Golongan     :           ........................

            d.                                Jabatan             :           Guru Mata Pelajaran

            e.                                 Sekolah            :           SLBN Pembina ......................

3.     Jumlah peneliti               :    1 orang

4.     Lokasi                             :    Kelas VII C SLBN Pembina ......................

5.     Jangka waktu                 :    3 (tiga) bulan

                                                    (Bulan Januari 2020 s.d Maret 2020)

 

 

 

                        Mengetahui                                  ......................,    Maret 2020

                     Kepala Sekolah                                                Peneliti

 

 

 

 

               ………………………                                    ........................

            NIP. …………………….                             NIP. ........................

 

Mengesahkan

Pengawas Sekolah 

 

 

 

 

………………………

NIP. ………………………

 

 

 

 

ABSTRAK

 

 

Penelitian ini tentang penerapan metode demontrasi pada pembelajaran  tentang bermain kelereng untuk meningkatkan proses pembelajaran, aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas VII C SLBN Pembina ......................  Kabupaten ...................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan menggunakan model Kemmis dan Mc, Taggart. Model ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.  Subjek penelitian siswa kelas VII C SLBN Pembina ......................  Kabupaten ...................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020 berjumlah 4 siswa. Instrumen pengumpulan data yaitu, lembar observasi dan soal tes.  Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, tes dan dokumentasi. Validasi data mengunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Metode analisis  data  dalam  penelitian  ini  menggunakan  analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perencanaan Pembelajaran (RPP) pada pembelajran  tema bermain kelereng dengan penerapan metode demonstrasi cukup efektif dan berhasil sehingga pelaksanaan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi membawa dampak yang positip dalam pelaksanaan pembelajaran terutama pada peningkatan aktivitas belajar siswa terbukti dari tiap siklusnya terdapat peningkatan.  Pada sebelum perbaikan hanya terdapat 0 siswa atau 0,00% yang dinyatakan tuntas, pada siklus pertama meningkat menjadi 2 siswa atau 50,00% dan pada siklus II menjadi 100% atau 4 siswa dinyatakan meningkat aktivitas belajarnya. Penerapan metode demontrasi pada pembelajaran  dapat meningkatkan hasil belajar siswa ini dapat dilihat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal.  Dimana pada kondisi awal hanya 50,00 meningkat menjadi 60,00 pada siklus pertama dan 72,50 pada siklus kedua dengan ketuntasan belajar dari 0 siswa atau 0,00%  pada sebelum perbaikan menjadi 1 siswa atau 25,00% pada siklus pertama dan 4 siswa atau 100% pada siklus kedua. Hal ini terbukti bahwa penerapan metode demontrasi dapat meningkatkan proses, aktivitas dan hasil belajar siswa secara signifikan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan  metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa VI SLBN Pembina ......................  Kabupaten ...................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020.

 

Kata Kunci : demonstrasi, aktivitas, hasil belajar

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

 

Peneliti bersyukur kepada  Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian sampai penyusunan laporan berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Bermain Kelereng melalui Penerapan  Metode Demontrasi  Siswa Kelas VII C   SLBN Pembina ......................  Semester 2  Tahun Pelajaran 2019/2020” dapat terselesaikan. Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan dari …… ke ……….

Peneliti menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan laporan penelitian tindakan kelas ini, oleh sebab itu kepada pembaca diharapkan untuk memberi sumbang saran maupun kritik yang bersifat membangun ke arah perbaikan. Pada kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan guru yang telah membantu sampai selesainya penyusunan laporan penelitian tindakan kelas ini dan semua pihak yang tidak sempat peneliti sebut namanya satu persatu atas segala bantuannya dalam penyusunan laporan penelitian tindakan kelas ini.

Peneliti berharap semoga Allah Swt. memberikan balasan yang berlipat ganda kepada mereka yang telah membantu. Akhir kata peneliti mengharapkan kepada yang membaca agar bersedia memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan dan peningkatan mutu laporan hasil penelitian tindakan kelas ini serta mudah-mudahan bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya. Amin Yarobal Alamin.

 

......................,        Maret 2020

Peneliti

 

 

                                               

 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..........................................................................................      i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................     ii

ABSTRAK..........................................................................................................    iii

KATA PENGANTAR........................................................................................    iv

DAFTAR ISI.......................................................................................................     v

DAFTAR TABEL...............................................................................................    vi

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................   vii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii

 

BAB    I     PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah ..............................................................     1

B.  Identifikasi Masalah ....................................................................     3

C.  Rumusan Masalah .......................................................................     3

D.  Tujuan Penelitian .........................................................................     4

E.   Manfaat Penelitian ......................................................................     4

 

BAB    II   LANDASAN TEORI

A.  Kajian Teori.................................................................................     6

B.  Kerangka Pikir Penelitian............................................................   20

C.  Hipotesis Tindakan......................................................................   22

 

BAB    III METODE PENELITIAN         

A.  Setting Penelitian.........................................................................   23

B.  Metode dan Rancangan Penelitian .............................................   23

C.  Subjek Penelitian..........................................................................   25

D.  Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...........................................   25

E.   Validasi Data...............................................................................   26

F.   Teknik Analisa Data.....................................................................   27

G.  Prosedur Penelitian .....................................................................   29

H.  Indikator dan Kriteria Keberhasilan ...........................................   33

 

BAB    IV  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Deskripsi Data.............................................................................   34

B.  Hasil Penelitian............................................................................   45

C.  Pembahasan.................................................................................   48

 

BAB    V   SIMPULAN DAN SARAN                  

A.  Simpulan .....................................................................................   52

B.  Saran ...........................................................................................   52

 

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 

 

DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                                           Halaman

Tabel      3.1     Kriteria Penilaian Aktivitas Belajar Siswa................................      28

Tabel      4.1     Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran  bermain kelerang  pada Kondisi Awal          .................................................................................................. 35

Tabel      4.2     Tabel Aktivitas Siswa Pembelajaran  Materi Gaya Magnet pada Kondisi Awal                    36

Tabel      4.3     Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran  bermain kelerang  pada Siklus I                    39

Tabel      4.5     Rekapitulasi Aktivitas Siswa Pembelajaran  bermain kelerang pada Siklus I             40

Tabel      4.6     Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran  bermain kelerang pada Siklus II                   43

Tabel      4.7     Rekapitulasi Aktivitas Siswa Pembelajaran  bermain kelerang pada Siklus II                       44

Tabel      4.8     Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa pada Pembelajaran Bermain Kelerang pada Sebelum Perbaikan, Siklus I dan Siklus II...............................................      46

Tabel      4.9     Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran  bermain kelerang pada Sebelum Perbaikan, Siklus I dan Siklus II................................      47

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR GAMBAR

 

GAMBAR                                                                                                  Halaman

 

Gambar    2.1  Kerangka Berpikir  Penelitian Tindakan Kelas.........................      21

Gambar    3.1 Langkah-langkah PTS (Arikunto, 2010:16)..............................      26

Gambar    4.1 Diagram Batang Peningkatan Angka Nilai Rerata Hasil Belajar dan Ketuntasan Siswa pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ......................................      46

Gambar    4.2 Diagram Batang Peningkatan Aktivitas Belajar pada Sebelum Perbaikan, Siklus I dan Siklus II..................................................................................................      47

 

                

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR LAMPIRAN

 

Lampiran 

                                                                                                                                   

Lampiran    1     :    Surat Ijin Penelitian

Lampiran    2     :    Jurnal Kegiatan Penelitian

Lampiran    3     :    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

Lampiran    4     :    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

Lampiran    5     :    Instrumen Pengumpulan Data

Lampiran    6.a  :    Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II  

Lampiran    6.b  :    Lembar Observasi Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran      Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Lampiran    7     :    Daftar Hadir Siswa

Lampiran    8     :    Contoh Hasil Pekerjaan Siswa

Lampiran    9     :    Dokumentasi  Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan
tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak
normal pada umumnya. Salah satunya yaitu anak yang mengalami hambatan
atau retardasi mental dan biasa disebut dengan anak tunagrahita. Anak
tunagrahita adalah anak yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan
normal dan membutuhkan layanan, perawatan, supervisi, kontrol dan
dukungan dari pihak luar (Mumpuniarti, 2007: 17). Klasifikasi anak
tunagrahita meliputi anak tunagrahita ringan, sedang dan berat. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah dalam memberikan penanganan kepada anak
agar mendapatkan layanan yang sesuai terutama dalam layanan
pendidikannya. Subjek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita sedang.

Sri Rumini (1987: 42) menyatakan ciri-ciri anak tunagrahita sedang,
mempunyai IQ antara 20/25-50/55, tidak dapat berkonsentrasi atau lekas
bosan, terkadang gerakannya kaku dan tidak bertujuan. Anak tunagrahita
sedang masih mempunyai potensi untuk dilatih menahan diri dan beberapa
pekerjaan yang memerlukan latihan secara mekanis. Kemampuan yang dapat
dikembangkan yaitu diberikan sedikit pelajaran menghitung, menulis, dan
membaca yang fungsional untuk kehidupan sehari-hari sebagai bekal
mengenal lingkungannya, serta latihan-latihan memelihara diri dan beberapa
keterampilan sederhana.

Pendapat yang disampaikan di atas, mengacu pada sebuah konsep
bahwasannya anak tunagrahita sedang merupakan anak yang mempunyai
kecerdasan intelektual di bawah rata-rata dan memerlukan suatu pembelajaran
khusus. Pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan anak
agar dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan kondisi anak.
Anak tunagrahita sedang mempunyai kemampuan berpikir yang rendah,
perhatian dan daya ingat yang lemah, konsentrasi yang mudah beralih, sukar
berpikir abstrak dan berbelit-belit, cenderung dengan hal yang konkrit, serta
sikap yang mudah bosan yang dialami anak tunagrahita sedang menyebabkan
anak mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran atau mengikuti
pembelajaran yang diberikan guru. Anak mempunyai perkembangan yang
lambat dan tidak dapat dipaksakan untuk mencapai target sesuai dengan
kurikulum anak normal, namun anak dapat mempelajari kecakapan dasar yang
dibutuhkan seperti membaca, menulis dan menghitung.

Sebagai  tolak  ukur  dalam  mengevaluasi  keberhasilan  pembelajaran  pada materi bermain kelereng adalah nilai KKM di kelas VII C SLBN Pembina ......................  yaitu 70. Setelah  dilakukan  analisis  terhadap  hasil  belajar  siswa  dalam  tes studi awal ternyata  dari  4 orang  siswa  kelas  VII  SLBN Pembina ...................... sebanyak  4 orang  siswa atau sebesar 100% memperoleh nilai di bawah KKM, dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai ≥ KKM (70) dengan perolehan nilai rata-rata secara klasikal mencapai angka 50,00.

Dari hasil identifikasi masalah sebagaimana tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran. Adapun prioritas masalah yang menjadi tujuan perbaikan proses pembelajaran adalah memperbaiki proses pelaksanaan  pembelajaran yang akan dilaksanakan  dengan penerapan metode demonstrasi  dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran  materi  bermain kelereng.

Metode  demontrasi  merupakan  metode  yang  dimana  guru  memperlihatkan  proses terjadinya  sesuatu  melalui  alat  peraga  sehingga  anak  dapat  memahami  konsep  dari suatu  materi  yang  diajarkan.  Selain  itu  anak  juga  akan  lebih  termotivasi  untuk melakukan  pembelajaran  karena  timbulnya  rasa  aingin  tahu  terhadap  apa  yang  di ajarkan oleh guru. Dengan metode demontrasi ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif.  Dalam  interaksi  ini  guru  berperan  sebagai  penggerak  atau  pembimbing, sedangkan  siswa  berperan  sebagai  penerima  atau  yang  dibimbing. 

Proses  interaksi  ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru. Penyampaian materi pelajaran  perlu dirancang suatu strategi pembelajaran yang tepat, yakni anak akan mendapatkan pengalaman baru dalam belajarnya, selain itu siswa akan merasa nyaman. Strategi  pembelajaran  harus  dirancang  sedemikian  rupa  dengan mempertimbangkan  kemajuan  Ilmu  Pengetahuan  dan  Teknologi  di  samping  harus bertumpu pada pengalaman indera menuju terbentuknya pengalaman kesimpulan yang logis.

Metode  Demontrasi  sebagai  salah  satu  alternatif  dalam  pembelajaran    yang membawa  siswa  belajar  dalam  suasana  yang  lebih  aktif  nyaman  dan menyenangkan. Siswa  akan  lebih  bebas  dalam  menemukan  berbagai  pengalaman  baru  dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. 

B.     Identifikasi  Masalah

Dari penjelasan pada latar belakang di atas maka dapat teridentifikasi beberapa permasalahan pembelajaran yang muncul, diantaranya :

  1. Proses  pembelajaran  kurang  memberikan  kesempatan  kepada siswa  untuk  aktif  berinteraksi  dengan  guru  dan  materi  pelajaran  sehingga  siswa cenderung  pasif  sementara  gurunyalah  yang  aktif  (teacher  centered)
  2. Siswa menerima materi secara pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa diikutsertakan dalam pembelajaran;
  3. Sebagian siswa tidak ada yang berani bertanya tentang materi yang belum dipahami

C.    Rumusan Masalah

Agar penelitian memiliki arah yang jelas, maka diperlukan suatu rumusan masalah yang dijadikan penuntun terhadap pelaksanaan penelitian. Adapun rumusan masalahnya adalah :

1.      Bagaimana penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa  kelas VII C SLBN Pembina ......................  dalam pembelajaran  materi bermain kelereng?

2.      Bagaimana penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa  kelas VII C SLBN Pembina ......................  dalam pembelajaran  materi bermain kelereng?

D.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka ditetapkan tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk :

  1. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa  siswa kelas VII C SLBN Pembina ...................... dalam pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran  materi bermain kelereng.
  2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII C SLBN Pembina ......................  setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran  materi bermain kelereng.

E.     Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis

1)      Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran  khususnya pada materi bermain kelereng.

2)      Menambah khasanah pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaran  khususnya pada materi bermain kelereng dengan menggunakan metode demonstrasi.

2.      Manfaat Praktis

a.       Bagi siswa

1)      Aktivitas siswa dalam pembelajaran  materi bermain kelereng meningkat.

2)      Hasil belajar siswa meningkat pada pembelajaran  materi bermain kelereng.

3)      Siswa lebih dapat mencintai alam sekitar.

 

b.      Bagi Guru

1)      Menambah  pengetahuan  tentang  penerapan  metode  demontrasi  sebagai metode pembelajaran.

2)      Guru  lebih  termotivasi  untuk  melakukan  penelitian  tindakan  kelas  yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.

3)      Guru  lebih  termotivasi  untuk  menerapkan  strategi  pembelajaran  yang  lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.

c.       Bagi sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.  Kajian Teori

1.      Aktivitas Belajar Siswa

Istilah aktivitas sering dikenal dalam kehidupan sehari-hari yang bermakna kegiatan. dijelaskan bahwa "Activity is being active or lively, when a man is over seventy last time of full us usually past,"   Artinya: Aktivitas mengerjakan sesuatu kegiatan dengan aktif, di mana seseorang mempergunakan waktunya semuanya selalu berhasil, Sedangkan belajar atau  learning dapat didefenisikan : "Learning Is a relatively permanent change In behavioral tendency and is the result of reinforced practice," (John P. De Cacco, 1996:243)  Yang bermaksud: Belajar adalah perubahan yang relatif tetap dalam  kecenderungan berpusat dan ia membawa hasil kenyataan yang kuat.  Pendapat lain tentang belajar berbunyi :"Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian (M.Ngalim Purwanto, 1985: 81) 

Dalam proses pembelajaran, aktivitas merupakan salah satu faktor penting, karena  aktivitas  merupakan  proses  pergerakan  secara  berkala  dan  tidak  akan tercapainya  proses  pembelajaran  yang  efektif  apabila  tidak  adanya  aktivitas. Seperti  yang  diungkapkan  oleh  Dave  Meiner  (dalam Iis  Indraeni  2009:10)  bahwa “belajar berdasar aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin, sehingga dapat membuat seluruh tubuh dan fikiran terlibat dalam proses belajar mengajar”

Berdasarkan  penjelasan  di atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  aktivitas  belajar siswa  adalah  bergerak  aktif  secara  berkala  yang  melibatkan  fisik,  fikiran  dan semua  indera  yang  berhubungan  dengan  proses  pembelajaran.  Tidak  ada  belajar kalau  tidak  ada  aktivitas.  Oeh  sebab  itulah  aktivitas  dikatakan  asas  yang  snagt penting dalam pembelajaran.

Bila pengertian aktivitas dikaitkan dengan pengertian belajar dapat dimaksudkan : Aktivitas adalah melakukan  suatu perbuatan yang dapat merubah kepribadian seseorang dengan aktif, dimana seseorang mempergunakan waktunya, kecakapannya sehingga menghasilkan kecakapan baru yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kapandaian dan pengertian. Dengan kata la­in aktivitas belajar adalah kegiatan yang aktif dilakukan oleh seseorang untuk membawanya pada perubahan tingkah  laku yang baru dan dicerminkan  dalam kepribadiannya.

Menurut  Usman  ( dalam Iis  Indraeni  2009:11)  mengemukakan  bahwa  aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:

a.       Aktivitas  visual  (Visual  activities)  meliputi  membaca,  menulis, melakukan eksperimen dan demontrasi.

b.      Aktivitas  lisan  (Oral  activities)  meliputi  bercerita,  membaca  sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi.

c.       Aktivitas  mendengarkan  (Listening  activities)  meliputi  mendengarkan penjelasan  dari  guru,  mendengarkan  ceramah,  mendengarkan pengarahan.

d.      Aktivitas gerak (Motor actifities) meliputi senam, atletik, menari.

e.       Aktivitas  menulis  (Writing  activities)  meliputi  mengarang,  menulis surat, membuat makalah.

2.      Hasil Belajar

Pengertian  hasil  belajar  menurut  Sudjana  (2005:19)  adalah  “Suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes  yang  disusun  secara  terencana,  baik  tes  tertulis,  tes  lisan  maupun  tes perbuatan.”. Nasution (2000:35), mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah suatu  perubahan  pada  individu  yang  belajar,  tidak  hanya  mengenai pengetahuan,  tetapi  membentuk  kecakapan  dan  pengahayatan  dalam  diri pribadi individu yang belajar.”.

Hasil belajar adalah kemampuan  yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman  belajarnya.  Hasil  belajar  mempunyai  peranan  penting  dalam  proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada  guru  tentang  kemajuan  siswa  dalam  upaya  mencapai  tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2007:213) mengungkap bahwa  hasil belajar merupakan hal  yang dapat dipandang dari dua sisi  yaitu sisi siswa  dan  dari  sisi  guru.  Dari  sisi  siswa,  hasil  belajar  merupakan  tingkat  perkembangan  mental  yang  lebih  baik  bila  dibandingkan  pada  saat  sebelum  belajar.

Prestasi  adalah  hasil  yang  telah  dicapai  seseorang  dalam  melakukan  kegiatan.  menurut  Bloom  dalam  Suharsimi  Arikunto  (1990:  110)  bahwa  hasil  belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.   Oemar  Hamalik  (2000:67) mengatakan  bahwa  “hasil  belajar  adalah  bila  seseorang telah  belajar  akan  terjadi  perubahan  tingkah  laku  pada  orang  tersebut,  misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.”

Hasil  belajar  merupakan  hal  yang  tidak  dapat  dipisahkan  dari  kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan  prestasi merupakan hasil dari proses belajar.  Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : Keterampilan dan  kebiasaan,  pengetahuan  dan  pengertian,  sikap  dan  cita-cita  yang  masing-masing  golongan  dapat  diisi  dengan  bahan  yang  ada pada  kurikulum  sekolah (Nana Sudjana, 2004:22).

Berdasarkan  pengertian  tersebut  maka  hasil  belajar  merupakan  tingkat keberhasilan  siswa  setelah  mengikuti  satu  kegiatan  pembelajaran  yang ditunjukkan  dalam  beberapa  bentuk  perubahan  tingkah  laku.  Perubahan tingkah  laku  tersebut  berupa  pengetahuan  (kognitif),  sikap  (afektif)  dan keterampilan (psikomotor). Hal ini sesuai dengan pendapat Benyamin Bloom (2007:85) yang mengemukakan bahwa yang diukur dalam penilaian hasil belajar adalah:

a.       Aspek  kognitif  mencakup  :  pengetahuan  (recaling)  kemampuan mengingat, pemahaman (comprehention) kemampuan memahami, aplikasi (application)  kemampuan  penerapan,  analisi  (anazlysis)  kemampuan menganalisa  informasi  yang  luas  menjadi  bagian-bagian  yang  kecil, sintesis  (syntesis)  kemampuan  menggabungkan  beberapa  informasi menjadi  suatu  kesimpulan,  evaluasi  (evaluating)  kemampuan mempertimbangkan  mana  yang  baik  dan  mana  yang  buruk memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu.

b.      Aspek  afektif  mencakup  :  menerima  (receiving)  termasuk  kesadaran keinginan  untuk  menerima  stimulus,  respon,  kontrol  dan  seleksi  gejala atau  rangsangan  dari  luar,  menanggapi  (responding)  reaksi      yang diberikan  ketepatan  aksi,  perasaan,  kepuasan  dan  lain-lain,  menilai (evaluating )  kesadaran  menerima  norma,  sistem  nilai  dan  lain-lain, mengorganisasi  (organization),  membentuk  watak  (characterization) sistem  nilai  yang  terbentuk  mempengaruhi  pola  kepribadian  dan  tingkah laku.

c.       Aspek  psikomotor  mencakup  :  meniru  (perception),  menyusun (manipulating),  melakukan  dengan  prosedur  (precision),  melakukan dengan  baik  dan  tepat  (articulating),  melakukan  tindakan  secara  alami (naturalization).

 

Keberhasilan  suatu  pembelajaran  dilihat  dari  perubahan  perilaku  siswa sebagai  hasil  belajar.  Faktor  yang  mempengaruhi  keberhasilan  belajar  siswa antara lain :

a.       Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan  pembelajaran.  Kegiatan  proses  pembelajaran  dapat  berhasil berpangkal dari jelas tidaknya perumusan tujuan pembelajaran.

b.      Guru

Guru adalah tenaga pengajar  yang memberi atau mentransfer ilmu pengetahuan  serta  mendidik  dan  membimbing  anak  didiknya  di  sekolah. Guru  adalah  orang  yang  berpengalaman  dalam  bidang  profesinya  dengan keilmuan  yang  dimilikinya  akan  menentukan  keberhasilan  suatu  proses pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa yaitu hasil belajar.

 

c.       Anak didik (siswa)

Anak  didik  (siswa)  adalah  orang  yang  sengaja  datang  ke  sekolah dengan  tujuan  untuk  belajar  agar  menjadi  orang  yang  berilmu  dan  pintar sebagai  bekal  dikemudian  hari.  Faktor  dari  dalam  diri  siswalah  yang menentukan dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

d.      Kegiatan pembelajaran

Kegiatan proses belajar mengajar adalah terjadinya interaksi antara guru  dengan  siswa,  siswa  dengan  siswa  untuk  mencapai  tujuan pembelajaran  yang  diharapkan.  Guru  harus  dapat  menciptakan  suasana belajar  yang  kondusif  sehingga  siswa  merasa  senang  dan  berminat  untuk belajar. Penggunaan metode, teknik dan strategi mengajar yang tepat akan mempengaruhi  keberhasilan  proses  pembelajaran  sehingga  hasil  belajar yang diharapkan dari siswa akan dicapai.

e.       Bahan dan alat evaluasi

Bahan  evaluasi  adalah  suatu  bahan  atau  materi  yang   terdapat di dalam kurikulum yang akan dipelajari oleh siswa. Suatu materi pelajaran harus dikemas sedemikian rupa agar siswa tertarik untuk mempelajarinya. Alat  evaluasi  adalah  alat  yang  digunakan  untuk  mengukur  keberhasilan belajar siswa baik berupa tes atau non tes

3.      Hakikat Bermain dan Permainan

Bermain adalah kegiatan atau pekerjaan yang anak-anak lakukan sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup anak dan hidupan anak anak adalah bermain. Pada saat anak usia dini tidak dapat membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun ketika mereka memiliki kesempatan. Bermain sendiri terdapat suatu kegitan yang serius, tetapi mengasikkan.

Bermain yaitu sarana untuk merangsang aktifitas anak. Anak akan menyerap dan mempelajari segala sesuatu yang terjadi pada lingkungannya ketika anak melakukan aktivitas bermain. Sebuah permainan harus bernilai positif karena anak akan mengambil manfaat dan menyimpan segala sesuatu yang terjadi sebagai pembelajaran. Bermain juga dilakukan secara suka rela atau volunter dan biasanya muncul dari motivasi internal (Sudono, 2006:2). Kegiatan bermain biasanya bersifat simbolik atau pura-pura karena tidak terjadi secara nyata. Bermain memiliki arti yang penting bagi anak, meskipun kegiatan bermain ini tidak terjadi nyata.

Menurut Tedjasaputra (2001:12), bermain adalah memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan (stimulasi), baik dari dunia luar maupun dari dalam yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman. Bermain adalah suatu kebutuhan dan hak yang perlu untuk anak usia dini, dengan bermain anak akan tercapai keinginan dan kebutuhan perkembangannya, seperti motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, sosial, nilai, dan sikap hidup. Bermain juga memberikan kesempatan yang luas untuk anak dapat bergerak, pengalaman belajar untuk mengasah, aktivitas sensori motor, yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan konsep motorik.

4.      Macam Permainan

Macam–macam permaian ada dua yaitu permainan modern dan permainan tradisional

a.    Permainan Modern

Teknologi diciptakan untuk kesejahteraan manusia. Permainan modern merupakan permainan yang dilakukan dengan mengunakan alat alat teknologi yang sudah berkembang dimasyarakat dan dimainkan kurang lebih dari dua orang bahkan bisa dilakukan sendirian tanpa adanya teman untuk bermain seperti permainan modern yang lebih berkembang pesat di masyarakat seperti play station, game on line. Model-model permainan baru selalu dikeluarkan oleh perusahaan permainan untuk menarik para pecinta permainan modern dari perusahan yang memproduksi play station pun sudah mengeluarkan banyak model dengan tampilan yang berbeda. Play station sampai saat ini sudah mengeluarkan empat play station dengan keluaran teknologi yang saat ini berupa virtual game. Permainan dunia maya ini dapat membuat pemainnya seolah-olah hidup di dunia nyata (Husnan, 2009:6).  Masyarakat dikalangan pedesaan dulunya sangat sulit untuk menjumpai permainan modern karena belum berkembangnya teknologi. dengan perkembangan zaman teknologi pun sekarang semakin berkembang, pertumbuhan perokonomian masyarakat desa juga ikut berkembang. Masyarakat desa mulai mengenal dengan dunia teknologi terutama pada anak-anak karena sifat keinginan untuk mengetahui lebih tinggi dari pada orang dewasa, play station merupakan salah satu permainan modern sangatlah menarik bagi anak-anak karena banyak menyediakan menu permainan yang dapat dipilih dan dimainkan mulai dari Super Mario, Metal Sluk, Wining Eleven, dan pes/bola.

b.    Permainan Tradisional

Masyarakat pedesaan mempunyai salah satu budaya kebangsaan yang banyak tersebar di penjuru nusantara yaitu permainan tradisional. Permainan tradisional sangat digemari karna kesulitan untuk menemukan permainan modern di masyarakat pedesaan. Tetapi kini setelah berkembangnya zaman permainan modern menjadikan pilihan pertama dibandingkan permainan tradisional yang sudah jarang dimainkan atau hampir punah. Permainan tradisional sebaiknya diperkenalkan dan dilestarikan oleh orang tua atau orang dewasa yang pernah mengalami masa bermain, karena permainan tradisional mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak. Permainan yang tumbuh dan berkembang pada masa lalu yang sering dimainkan oleh orang pedesaan sering disebut sebagai permainan rakyat merupakan sebutan lain dari permainan tradisional. Permainan tradisional dipengaruhi oleh alam sekitar karena permainan tradisional tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat, oleh karena itu permainan tradisional selalu menarik, menghibur sesuai dengan kondisi saat itu (Arista, 2012:53). Permainan tradisional sangat cocok untuk anak usia dini karena dapat menghibur dan menyenangkan hati anak. Usia 3-5 tahun merupakan masa permainan. Media yang digunakan untuk bermain memiliki nilai praktis dalam menggunakannya untuk kegiatan permainan. Bermain pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang memiliki karakteristik aktif dan menyenangkan. Bermain juga dilakukan secara suka rela dan biasanya muncul dari motivasi internal. Simbolik atau pura-pura dalam suatu kegiatan bermain merupakan sifat bermain karna tidak bersifat secara nyata.

Bermain memiliki arti yang penting bagi anak, meskipun kegiatan bermain ini tidak terjadi nyata, mainan mempunyai manfaat antara lain untuk: (a) mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak; (b) memenuhi kebutuhan emosi anak; (c) mengembangkan kreatifitas dan kemampuan kognitif dan bahasa anak; (d) membantu proses sosialisasi anak. Mengembangkan aspek perkembangan anak adalah fungsi dari bermain, antara lain untuk mengembangkan kemampuan motorik, kognitif, afektif, bahasa serta aspek sosial (Arista, 2012:56).

5.      Bermain Kelereng  

Kelereng merupakan benda kecil hasil pabrik. Sebagai alat permainan untuk masyarakat pedesaan yang jauh dari perkotaan, pada beberapa tahun yang lalu. Daerah yang jauh dari perkotaan fungsi kelereng banyak yang diganti dengan biji bijian seperti telah diuraikan terdahulu. Permainan tradisional kelereng adalah permainan kecil yang berbentuk bulat yang terbuat dari kaca (Rudiana, 2016:657).  Permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki maupun perempuan.Permainan kelereng termasuk salah satu permainan rakyat yang sangat populer.

Permainan kelereng disukai banyak anak pada zaman dahulu. Kelereng dibuat dari adonan semen dan kapur dan dibentuk bulat sebesar ibu jari kaki atau terbuat dari batu wali yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai kelereng yang sebenarnya. Permainan ini sangat membutuhkan keahlian. Adapun cara untuk melakukan permainan kelereng ini adalah sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.1 teknik melakukan permainan kelereng

a. Cobalah jari tengah dan telunjuk ditekan dengan ibu jari sehingga membentuk angka nol.

b. Letakkan kelereng di antara pertemuan jari telunjuk dan ibu jari.

c. Lalu tekan dan dorong kelereng itu kuat-kuat dengan bantuan ibu jari kemudian lepaskan.

Peraturan dalam memainkan permainan ini yaitu pada intinya tergantung dari pemain bagaimana jotosan atau lemparan kelereng lewat jari supaya mengenai kelereng lain. Nama permainan kelereng di antaranya disebut pot-potan, ban-banan atau jarum jam.

Bermain kelereng mempunyai banyak variasi. Pada saat ini penulis menuliskan 2 jenis permainan.

a.    Jenis pertama

1)   Terlebih dahulu menggambar sebuah bangun di tanah kemudian masing masing pemain meletakkan beberapa kelerengnya di atas gambar, untuk dipertaruhkan dengan anak yang lainnya.

2)   Jumlah kelereng yang dipertaruhkan tersebut disesuaikan dengan kesepakatan bersama.

3)   Pemain dalam permainan kelereng jenis pertama ini tergantung jumlah. Biasanya paling sedikit 3 pemain atau paling banyak ideal 6 pemain, atau biasanya juga lebih dari itu, sesuai dengan kesempatankatan bersama.

4)   Pemain bersiap-siap menunggu giliran menggunakan sebuah kelereng induk sebagai “gacoannya” (kelereng jagoan setiap anak) lalu melempar buah pasangan tersebut dari jarak 2 atau 3 meter, sesuai dengan kesepakatan, biasanya dibatasi garis.

5)   Pemain secara bergantian melempar sesuai dengan urutan berdasarkan hasil undian dengan hompimpa atau adu suit tangan. Pelempar gaco dilakukan dengan membidik dan melempar keras dengan maksud mengenai kelereng yang di taruhkan atau agar hasil lemparan mendarat di lapangan permainan terjauh.

6)   Selanjutnya yang mengawali permainan adalah pemain yang mengenai kelereng yang dipertaruhkan dalam lingkaran, dialah mendapat giliran pertama. Jika tidak ada yang mengenai maka yang akan mulai bermain adalah anak yang kelerengnya terjauh.

7)   Pemain harus berusaha menghabiskan kelereng yang dipertaruhkan pada saat giliran bermain. Ada yang giliran main sudah mampu menghabiskan semua buah pasangan. Tandanya, ia adalah pemain yang terampil berbagai teknik dan taktik dilakukan agar menang.

b.    Jenis kedua

Permainan kedua tidak ada kelereng dipertaruhkan. Tetapi yang mengumpulkan poin terbanyak itulah yang menjadi pemenang. Poin pertama didapat, ketik anak berhasil memasukkan kelereng ke dalam lubang, lalu poin selanjutnya didapat dalam proses permainan tersebut ketika mengenai kelereng lawan dan masuk lubang. Cara bermainnya seperti berikut:

1)   Terlebih dahulu anak membuat sebuah lubang sebagai pusat permulaan.

2)   Satu persatu anak melempar kelereng ke dalam lubang . ketika semua anak sudah melempar kelereng, maka yang terjauh dari lubang yang memulai permainan.

3)   Hal pertama yang harus dilakukan anak dalam permainan ini adalah harus memasukkan kelereng ke dalam lubang, mulai dari 1, 2, 3 dan seterusnya, sampai dengan angka yang ditentukan. Permainan selesai ketika ada anak yang mencapai angka yang ditentukan.

4)   Jika anak belum bisa memasukkan ke dalam lubang, maka anak tersebut belum bisa bermain atau memainkan kelereng milik temannya untuk mendapat poin.

6.      Metode Demonstrasi

1)        Pengertian Metode Demontrasi

Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan” (Muhibbin Syah, 2000:22).

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa “metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran”.

Menurut Syaiful (2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.

2)      Tahapan Metode Demontrasi

a)      Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan ada beberapa hal yang harus dilakukan:

(1)   Merumuskan  tujuan  yang  harus  dicapai  oleh  siswa  setelah  proses demonstrasi berakhir.

(2)   Mempersiapkan  garis  besar  langkah-langkah  demonstrasi  yang  akan dilakukan.

(3)   Melakukan  uji  coba  demonstrasi  yang  akan  dilaksananakan  sebelum melaksanakannya  di  kelas,  agar  tidak  terjadi  kekeliruan  berkaitan  dengan materi pembelajaran dan juga tujuan dari demontrasi yang dilakukan.

b)      Tahap Pelaksanaan

(1)   Langkah pembukaan.

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya :

·         Mengatur  tempat  duduk  yang  memungkinkan  semua  siswa  dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

·         Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.

·         Mengemukakan  tugas-tugas  apa  yang  harus  dilakukan  oleh  siswa, misalnya  siswa  ditugaskan  untuk  mencatat  hal-hal  yang  dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.

(2)   Langkah pelaksanaan demonstrasi.

·         Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk  berpikir,  misalnya  melalui  pertanyaan-pertanyaan  yang mengandung  teka-teki  sehingga  mendorong  siswa  untuk  tertarik memperhatikan demonstrasi.

·         Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.

·         Yakinkan  bahwa  semua  siswa  mengikuti  jalannya  demonstrasi  dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.

·         Berikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  secara  aktif  memikirkan  lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

(3)   Langkah mengakhiri demonstrasi.

Apabila  demonstrasi  selesai  dilakukan,  proses  pembelajaran  perlu  diakhiri dengan  memberikan  tugas-tugas  tertentu  yang  ada  kaitannya  dengan pelaksanaan  demonstrasi  dan  proses  pencapaian  tujuan  pembelajaran.  Hal ini  diperlukan  untuk  meyakinkan  apakah  siswa  memahami  proses demonstrasi  itu  atau  tidak.  Selain  memberikan  tugas  yang  relevan,  ada baiknya  guru  dan  siswa  melakukan  evaluasi  bersama  tentang  jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

c)      Tindak Lanjut

Di  ahir  pembelajaran  setelah  siswa  diberi  tugas,  peneliti  memeriksa  hasil pekerjan siswa untuk dapat menyimpulkan sejauh mana tujuan yang di tentukan dapat tercapai.

3)      Kelebihan dan Kekurangan Metode Demontrasi

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:211) kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :

a)      Kelebihan metode demonstrasi 

(1)   Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya.

(2)   Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

(3)   Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.

(4)   Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya.

(5)   Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banysk

(6)   Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.

b)      Kekurangan metode demonstrasi

(1)   Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol.

(2)   Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.

(3)   Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta didik.

(4)   Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas.

(5)   Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum.

(6)   Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.

(7)   Agar demonstrasi mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan kesabaran.

 

Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secra mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.

Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proes mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. 

B.     Kerangka Berpikir

Pelaksanaan pembelajaran  masih bersifat konvensional karena siswa diminta membaca soal kemudian menjawab pertanyaan, serta minimnya penggunaan alat peraga dan pemilihan metode mengajar yang kurang sesuai dengan karakteristik siswa,  akibatnya aktivitas siswa menjadi kurang yang berujung pada rendahnya hasil belajar. Hal tersebut juga terjadi pada pembelajaran  materi bermain kelereng siswa kelas VII C SLBN Pembina ...................... . Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu solusi sebagai upaya perbaikan terhadap proses dan hasil pembelajaran adalah dengan menerapkan metode demonstrasi. Kondisi akhir yang ingin dicapai dalam penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran  materi bermain kelereng siswa kelas VII C SLBN Pembina ......................  adalah meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa.

Penerapan metode demonstrasi sangat cocok digunakan untuk menyampaikan informasi tentang konsep-konsep . Penerapan metode demonstrasi dalam mata pelajaran  akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika dalam proses penerapan metode demonstrasi betul-betul dapat diterapkan sesuai dengan langkah langkah dari penerapan masing-masing metode tersebut.

Untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai alur berpikir dari permasalahan dan solusi tindakan serta hasil yang diharapkan dengan penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran  materi bermain kelereng siswa kelas VII C SLBN Pembina ......................  sebagaimana dijelaskan pada bagan kerangka berpikir  di bawah ini :




Gambar 2.1. Kerangka Berpikir  Penelitian Tindakan Kelas

 

C.    Hipotesis Tindakan

Berdasarkan paradigma dari kerangka pikir di atas, dapat diturunkan hipotesis tindakan sebagai berikut: Diduga penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan proses, aktivitas dan hasil  pembelajaran  materi bermain kelerengnya pada siswa  kelas VII C SLBN Pembina ...................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020.

 

 

 

Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan :
klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 - 081327789201 terima kasih