PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
IPS MATERI KERJA SAMA DI LINGKUNGAN TETANGGA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELAS II
SD NEGERI .............. 03 KECAMATAN .............. KABUPATEN ..............
.............................................................
email
: ……………………..
ABSTRAK
Permasalahan
yang muncul pada awal pelaksanaan pembelajaran adalah rendahnya keaktifan dan
hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi pengalaman peran dalam anggota
keluarga. Upaya perbaikan yang dilakukan adalah dengan melaksanaan perbaikan
pembelajaran dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Tujuan adanya
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa di SD Negeri .............. 03
pada pembelajaran IPS materi pengalaman peran dalam anggota keluarga. Metode
yang digunakan peneliti adalah bermain peran yang diharapkan lebih dapat
diterima dan siswa dapat menyerap materi dengan baik. Penelitian tindakan kelas
ini dibagi menjadi tiga siklus dan setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan.
Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran
IPS materi kerja sama di lingkungan tetangga
mampu meningkatkan keaktifan
belajar dari 33,33% atau 6 siswa pada
studi awal menjadi, 50% atau 9 siswa, meningkat menjadi 77,78% atau 14 siswa
dan pada akhir siklus ketiga menjadi 100% atau semua siswa menyatakan terlibat
aktif pada pelaksanaan proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa, di
mana nilai rata-rata kelas terus mengalami peningkatan dari 63,89 pada studi
awal 70,56 pada siklus pertama, meningkat menjadi 78,89 dan pada akhir siklus
ketiga menjadi 87,22 dengan tingkat ketuntasan belajar yang juga meningkat pada
setiap siklusnya, yaitu 3 orang siswa (16,67%) pada studi awal, menjadi 38,89%
atau 7 siswa, meningkat lagi menjadi
61,11% atau 11 siswa dan pada siklus terakhir menjadi 100% atau 18 siswa
dari 18 siswa yang mengikuti pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Dari hasil
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan metode bermain peran dalam
pembelajaran IPS materi menceritakan pengalaman peran dalam anggota keluarga
terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci
: keaktifan, hasil belajar, bermain peran
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Identifikasi Masalah
Keberhasilan pembelajaran dapat
dilihat dari penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Tercapainya tujuan
pembelajaran tersebut dapat diukur dengan tes hasil belajar. Ternyata yang
terjadi di kelas II SD Negeri .............. 03 Kecamatan .............. tempat
peneliti mengajar, hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Siswa pasif, tidak berani bertanya, tidak berani menjawab pertanyaan dan hasil
yang dicapai rendah. Selama kegiatan pembelajaran peneliti rasakan siswa kurang
memahami materi yang diajarkan, siswa lebih banyak diam dan beberapa siswa suka
bercanda sendiri dengan temannya, mungkin karena karakteristik siswa kelas II
yang masih senang dengan bermain. Melalui hasil diskusi, diperoleh beberapa
masalah yang menjadi penyebab
ketidakberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu rendahnya tingkat
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan, siswa kurang terlibat
aktif dalam pembelajaran, siswa tidak mencatat hal-hal penting selama proses
pembelajaran berlangsung, tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang berdampak hasil belajar rendah, keaktifan siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran
kurang sesuai dengan harapan, dan ketidaktepatan penggunakan metode dan model
pembelajaran yang digunakan dengan karakteristik siswa secara keseluruhan.
Seperti yang dikemukakan
oleh Suharsimi Arikunto (1996 :
46) yang menyatakan
: ”keberhasilan seorang
guru di dalam menyelenggarakan proses
belajar mengajar sangat
ditentukan oleh keterampilan memilih metode mengajar sesuai bahan pengajaran yang akan
disampaikan”. Pengertian metode yang
sangat sederhana mengandung
makna cara (Kamus Besar
Bahasa Indonesia :
1989). Dan secara
terminologi adalah alat untuk
mencapai tujuan pengajaran
pendidikan. Dalam lingkungan
dunia pendidikan. metode itu
banyak macamnya seperi
metode ceramah. metode diskusi. metode
demonstrasi dan sebagainya.
Namun fungsinya tetaplah
sama sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran.
Analisis Masalah
Dalam
menganalisis masalah yang sedang terjadi, peneliti menempuh refleksi terhadap
kinerja yang telah dilakukan, mengkaji literatur, serta diskusi dengan
supervisor dan teman sejawat. Hasil analisis masalah yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab rendahnya hasil
belajar siswa dan aktivitas pembelajaran kurang kondusif adalah guru kurang
mampu memilih dan menggunakan teknik pembelajaran yang tepat, guru kurang mampu
mengelola kelas dan ini berdampak pada proses edukatif yang diharapkan kurang berhasil,
guru tidak melibatkan siswa secara aktif pada proses pembelajaran, dan guru
kurang mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan.
Alternatif Pemecahan Masalah
Dalam
proses pembelajaran ada
beberapa unsur yang
terlibat langsung, yaitu guru,
siswa, sarana dan prasarana serta lingkungan sekitar. Guru merupakan unsur yang
dapat menentukan keberhasilan
dalam proses pembelajaran.
Hal ini menyebabkan guru dituntut
harus cermat dan selektif dalam menentukan
strategi, pendekatan,
metode, media yang
digunakan dalam pembelajaran,
supaya dapat menarik minat siswa
dan ikut aktif selama pembelajaran. Metode
pembelajaran bermain peran
ini dianggap salah satu
metode pembelajaran yang
banyak digemari oleh
siswa. karena sangat menyenangkan. santai.
dan mudah diikuti
oleh semua siswa.
Ditetapkannya metode Bermain
peran ini dikarenakan
yang paling praktis
dan mudah untuk menyampaikan bahan pengajaran kepada
siswa. Sehingga materi pengajaran bisa
diserap dengan baik
oleh siswa salah
satunya pada Mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial. Menurut Shaftel (1967)
dalam Wahab (2007:110)
metode ini memiliki
beberapa manfaat, antara lain:
(1) Agar menghayati
sesuatu kejadian atau
hal yang sebenarnya dalam realitas
hidup, (2) Agar
memahami apa yang
mejadi sebab dari
sesuatu serta bagaimana akibatnya,
(3) Untuk mempelajari indra dan rasa siswa terhadap sesuatu, (4) Sebagai
penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan, (5) Sebagai alat
pendiagnosaan keadaan kemampuan siswa dan sebagainya, (6) Untuk memperoleh pemahaman
dalam nilai dan
rasa.
Perumusan Masalah
Berdasarkan analisi dari latar belakang masalah sebagaimana terurai di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalahnya, yaitu : Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas II SD Negeri .............. 03 Kecamatan .............. Tahun Pelajaran 2010/2011 pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial materi kerja sama di lingkungan tetangga melalui penerapan metode bermain peran?
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan belajar siswa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial materi pokok menceritakan pengalaman peran dalam anggota keluarga, serta meningkatkan hasil dan ketuntasan belajar siswa mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial materi pokok menceritakan pengalaman peran dalam anggota keluarga.
Manfaat Penelitian
Diharapkan
penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi siswa antara lain meningkatkan
keaktifan belajar siswadan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Bagi guru, memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya, dapat berkembang secara profesional dan
lebih percaya diri, mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan sendiri, dan untuk memperbaiki kinerja guru khususnya dalam kegiatan
pembelajaran. Bagi sekolah, sekolah mempunyai kesempatan yang besar untuk
berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan pendidikan di
sekolah dalam rangka pengembangan inovasi pembelajaran.
KAJIAN
PUSTAKA
Kajian Teori Pembelajaran IPS
Pembelajaran IPS
Secara
mendasar pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupann manusiaa yang melibatkan
segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia
menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materialnya, memenuhi kebutuhan budayanya,
kebutuhan jiwanya, pemanfaatan sumber daya yang ada di muka bumi, mengatur
kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta
mempertahankan kehidupan masyarakat. Pokoknya mempelajari-menelaah-mengkaji
sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini, itulah hakekat yang dipelajari
pada pembelajaran IPS (Nursid Sumaatmaja, 1980: 10-11). Pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap (Nasution dkk, 1997:37).
Pembelajaran merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar, untuk
mengerti suatu hal yang sebenarnya tidak diketahui. Seorang yang melakukan
kegiatan belajar dapat disebut telah mengerti suatu hal bila ia juga dapat
menerapkan apa yang telah ia pelajari.
Keaktifan Belajar
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26) keaktifan
adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatankegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Menurut Sanjaya
(2007:101-106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata,
tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan
emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa,
sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta
situasi belajar aktif. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keaktifan adalah
kegiatan (Poerwodarminto, 1992 : 17), sedang belajar merupakan proses perubahan
pada diri individu kearah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya
interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan individu
yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena
adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungan.
Hasil Belajar
Pendapat ini
berarti prestasi tidak akan pernah dihasilkan apabila seseorang tidak melakukan
kegiatan. Hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah
dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu prestasi
belajar bukan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar.
Keberhasilan seseorang dalam mengikuti program pembelajaran dapat dilihat dari
prestasi belajar seseorang tersebut. Menurut Gagne (1995:44), “prestasi belajar dapat dikelompokkan ke
dalam 5 (lima) kategori yaitu : 1) keterampilan intelektual, 2) informasi
verbal, 3) strategi kognitif, 4)
keterampilan motorik, dan 5) sikap”.
Metode Pembelajaran
Metode
pembelajaran menurut Joyce dan Weil (1996: 4) adalah suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
setting tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain. Saripuddin (1996: 78)
mengatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas
belajar mengajar.
Menurut Surakhmad (1984 : 19), Model
adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan,
berlaku baik bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Efektifitas
pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode
pembelajaran sesuai dengan materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi suatu model pembelajaran, diantaranya adalah
siswa, tujuan pembelajaran, situasi setempat, fasilitas yang terdapat dalam
kelas, dan profesionalisme guru.
Metode Bermain Peran
Menurut Drs.
H. Martinis Yamin (166 : 2007), Metode bermain peran adalah metode yang
melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau
situasi. Siswa melakukan peran masing sesuai dengan tokoh yang ia lakoni,
mereka berinteraksi sesama mereka melakukan peran terbuka. Metode ini dapat
dipergunakan di dalam mempraktikan isi pelajaran yang baru, mereka diberi
kesempatan seluas-luasnya untuk memerankan sehingga menemukan kemungkinan
masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan sesungguhnya. Metode ini
menuntutkan guru untuk mencermati kekurangan dari peran yang diperagakan siswa.
E. Mulyasa
(2003 : 161), mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : (1)
menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2) memilih peran; (3)
menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan pengamat;
(6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap
I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10)
membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.
Kerangka Berpikir
Keberhasilan
pembelajaran dapat dilihat dari penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran.
Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut dapat diukur dengan tes hasil belajar.
Ternyata yang terjadi di kelas II SD Negeri .............. 03 Kecamatan ..............
tempat peneliti mengajar, hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang
diharapkan karena rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa. Sebagai guru
yang bertanggung jawab pada tugasnya, peneliti berusaha melakukan perbaikan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti mencoba melakukan upaya
perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi kerja sama di lingkungan tetangga, siswa kelas
II SD Negeri .............. 03 Kecamatan .............. Tahun Pelajaran
2010/2011 dengan menerapkan metode bermain peran. Kondisi akhir yang diharapkan
adalah untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa sehingga hasil dan tingkat
ketuntasan belajar siswa dapat tercapai sesuai dengan harapan, yaitu minimal
85% dari jumlah siswa mengalami peningkatan hasil dan ketuntasan belajar baik
secara individual maupun secara klasikal, yaitu memperoleh nilai di atas
kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 80.
Hipotesis Tindakan
Dengan
pertimbangan dan merujuk kepada beberapa pendapat pakar di atas, disusunlah
hipotesis tindakan sebagai berikut Penerapan
model pembelajaran bermain peran dapat meningkatkan tingkat keaktifan dan hasil
belajar siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran ilmu pengetahuan sosial materi kerja
sama di lingkungan tetangga di kelas II SD Negeri .............. 03 Kecamatan ..............
Tahun Pelajaran 2010/2011.
METODE
PENELITIAN
Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
Subjek pelaksanaan perbaikan
pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SD
Negeri .............. 03 UPT Disdikpora Kecamatan .............. Kabupaten ...............
Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di SD Negeri .............. 03
UPT Disdikpora Kecamatan .............. Kabupaten ................ Penulis
mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan peneliti bekerja pada
sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang
luas dan subjek penelitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan April 2011 dengan rincian per
siklusnya sebagai berikut
Siklus Pertama : 12 April 2011 dan 13 April 2011
Siklus Kedua : 15 April 2011 dan 18 April 2011
Siklus Ketiga : 20 April 2011 dan 21 April 2011
Teknik Analisis Data
Analisis dilakukan dengan menggunakan hasil pengumpulan informasi yang
telah dilakukan dalam tahap pengumpulan data. Misalnya, dengan memutar kembali
hasil rekaman proses pembelajaran dengan video tape recorder guru mengamati
kegiatan mengajarnya dan membahas masalah-masalah yang menjadi perhatian
penelitian bersama dengan dosen. Pada proses analisis dibahas apa yang
diharapkan terjadi, apa yang kemudian terjadi, mengapa terjadi tidak seperti
yang diharapkan, apa penyebabnya atau ternyata sudah terjadi seperti yang
diharapkan, dan apakah perlu dilakukan tindaklanjut. Analisis data terhadap
hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut: Analisis data hasil penelitian
yang tergolong data kuantitatif berupa hasil belajar (pre test dan post test)
dengan cara persentase yaitu dengan menghitung peningkatan ketuntasan belajar
siswa secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 80 dan
ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 80 ini jumahnya sekitar
85% dari jumlah seluruh siswa. Data hasil pemahaman siswa terhadap soal-soal
LKS yang diterjemahkan menggunakan katagori baik (80-100%), cukup (56-79%),
kurang baik (40-55%) dan tidak baik (kurang dari 40%) (Arikunto, 1998). Data
kualitatif diperoleh dari penggunaan lembar observasi aktivitas dan respon
siswa serta guru selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara deskriptif.
Prosedur Penelitian
Siklus
I
Perencanaan Tindakan
Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut:
Membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran pada tiap
pertemuan, membentuk
kelompok belajar yang heterogen, menyiapkan
alat bantu pengajaran yang diperlukan, membuat lembar observasi untuk mengamati
kondisi pembelajaran ketika pelaksanaan tindakan sedang berlangsung, membuat
soal tes untuk melihat kemampuan siswa
Pelaksanaan Tindakan
Siklus I
dilakukan selama 2 kali pertemuan atau 4 jam pelajaran, sedangkan kegiatan
observasi dilakukan selama penelitian berlangsung. Adapun kegiatan yang
dilakukan yaitu mengamati setiap kegiatan siswa melalui lembar observasi.
Secara umum, implementasi yang dilakukan pada siklus I dijabarkan sebagai
berikut: Guru menyampaikan topik yang akan diajarkan dan menjelaskan rencana
kegiatan. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 8 orang.
Guru menjelaskan materi pokok secara klasikal dengan memberikan contoh dengan
gambar yang telah disediakan oleh guru.
Guru memberikan tugas secara berkelompok.
Guru membimbing dan mengawasi jalannya diskusi/kegiatan pada tiap
kelompok untuk menyusun naskah bermain peran. Setiap kelompok mempresentasikan
hasil kerja kelompoknya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi. Memantau keaktifan dan kesungguhan siswa dalam proses belajar
mengajar berdasarkan pedoman observasi. Guru memberikan tes untuk mengecek kemampuan siswa. Guru memberikan tes siklus I
Pengamatan/ Observasi
Observasi merupakan
salah satu alat
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. Observasi
dilakukan oleh peneliti dengan rekan sejawat.
Observasi ditujukan untuk
melihat aktivitas siswa
dalam pembelajaran di kelas
selama pelaksanaan tindakan.
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan
dengan pelaksanaan tindakan
dalam penelitian. Melalui kegiatan
observasi peneliti dapat mengetahui seberapa besar kinerja guru dan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran, serta untuk mengumpulkan atau merekam
data yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
Refleksi
Hasil
yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi, selanjutnya dikumpulkan dan
dianalisis. Refleksi yang dimaksudkan adalah mengoreksi atau mengkaji ulang
hal-hal yang sudah dicapai dan yang belum dicapai, apa kendalanya dan bagaimana
cara mengatasinya serta apa yang perlu dilaksanakan pada siklus berikutnya, sehingga
hasil yang dicapai pada siklus berikutnya sesuai dengan yang diharapkan dan
hendaknya lebih baik dari siklus sebelumnya.
Siklus II
Perencanaan Tindakan
Setelah
pelaksanaan siklus I ternyata hasilnya tidak sesuai dengan indikator
keberhasilan. Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II relatif sama
dengan perencanaan siklus I, namun pada beberapa langkah dilakukan perbaikan
dan penyempurnaan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai
berikut: Membuat rencana pembelajaran untuk
setiap pertemuan. Membentuk
kelompok-kelompok belajar yang heterogen
dengan anggota 4 orang. Membuat lembar
observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran ketika pelaksanaan tindakan sedang
berlangsung. Menyiapkan
alat bantu pengajaran yang diperlukan sebanyak jumlah kelompok. Membuat soal tes untuk
melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Pelaksanaan Tindakan
Siklus II dilakukan selama 2
kali pertemuan, sedangkan kegiatan observasi dilakukan selama penelitian
berlangsung. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu mengamati setiap kegiatan
siswa melalui lembar observasi. Secara umum, implementasi yang dilakukan pada
siklus II ini akan dijabarkan sebagai berikut:Guru mengelompokkan siswa ke
dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok beranggotakan 4 orang. Guru
menyampaikan topik yang akan diajarkan dan menjelaskan rencana kegiatan. Guru menjelaskan materi pokok
pembelajaran. Guru memberikan tugas kelompok untuk memerankan naskah yang telah
disusun di depan kelas. Guru membimbing jalannya pementasan tiap kelompok agar
tetap mengarah pada kegiatan yang berhubungan dengan topik pembelajaran. Memantau
keaktifan dan kesungguhan siswa dalam proses belajar mengajar berdasarkan
pedoman observasi. Guru memberikan kuis untuk mengecek kemampuan siswa dalam
menyerap materi pembelajaran. Guru memberikan tes siklus II.
Pengamatan/ Observasi
Kegiatan observasi
dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan dalam penelitian. Melalui kegiatan observasi
peneliti dan observer dapat mengetahui seberapa besar hasil yang telah dicapai
dalam pelaksanaan tindakan
penggunaan metode Bermain peran (role playing) dalam pembelajaran
IPS pada siklus
kedua ini, bagimana
kinerja guru dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran.
Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan refleksi dan pengkajian terhadap semua informasi yang diperoleh dari
pelaksanaan tindakan. Melalui refleksi, peneliti dapat
mengetahui apa yang
telah dicapai dan
apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu
diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya. Pada tahapan
ini, peneliti kembali
melakukan evaluasi tindakan
yang telah dilaksanakan, membahas
hasil evaluasi mengenai RPP, proses pembelajaran dan lain-lain.
Dari hasil refleksi
diharapkan dapat mengungkapkan
dan merumuskan kendala serta hasil yang telah dicapai. Apabila masih terdapat kekurangan maka akan
dilakukan tindak lanjut ke siklus berikutnya dengan tujuan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang
ada pada hasil
refleksi siklus ke dua.
Siklus III
Perencanaan Tindakan
Setelah
pelaksanaan siklus II ternyata hasilnya tidak sesuai dengan indikator
keberhasilan. Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus III relatif sama
dengan perencanaan siklus II, namun pada beberapa langkah dilakukan perbaikan
dan penyempurnaan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap
perencanaan ini adalah sebagai berikut: Membuat rencana pembelajaran
untuk setiap pertemuan. Membuat lembar
observasi untuk mengamati kondisi pembelajaran ketika pelaksanaan tindakan
sedang berlangsung. Menyiapkan alat bantu pengajaran yang diperlukan sebanyak
jumlah kelompok. Membuat soal tes untuk melihat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Pelaksanaan Tindakan
Siklus III dilakukan selama 2
kali pertemuan, sedangkan kegiatan observasi dilakukan selama penelitian
berlangsung. Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu mengamati setiap kegiatan
siswa melalui lembar observasi. Secara umum, implementasi yang dilakukan pada
siklus III ini akan dijabarkan sebagai berikut: Guru
menyampaikan topik yang akan diajarkan dan menjelaskan rencana kegiatan. Guru menjelaskan materi pokok
pembelajaran. Guru memberikan tugas kelompok untuk memerankan naskah yang telah
disusun di depan kelas. Guru membimbing jalannya pementasan tiap kelompok agar
tetap mengarah pada kegiatan yang berhubungan dengan topik pembelajaran. Memantau
keaktifan dan kesungguhan siswa dalam proses belajar mengajar berdasarkan pedoman
observasi. Guru memberikan kuis untuk mengecek kemampuan siswa dalam menyerap
materi pembelajaran. Guru memberikan tes siklus III
Pengamatan/ Observasi
Kegiatan observasi
dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan dalam penelitian. Melalui kegiatan observasi
peneliti dan observer dapat
mengetahui seberapa besar
hasil yang telah
dicapai pelaksanaan
tindakan dengan penggunaan
metode Bermain peran (role playing) pada siklus ketiga
ini, bagimana kinerja
guru dan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran
Refleksi
Pada tahap ini, peneliti melakukan refleksi dan pengkajian terhadap semua informasi
yang diperoleh dari
pelaksanaan tindakan siklus
tiga. Melalui refleksi,
peneliti merenungkan kembali
apa yang sudah
dilakukan dalam pelaksanaan PTK
dibandingkam dengan rencana
yang telah dibuat disamping itu
peneliti juga merenungkan
masukan-masukan dari observer. Melelui refleksi
peneliti dapat mengetahui
apa yang telah
dicapai dan apa yang
belum dicapai, serta
apa yang perlu
diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya.
Pada tahapan ini,
peneliti kembali melakukan evaluasi tindakan
yang telah dilaksanakan,
membahas hasil evaluasi mengenai RPP,
proses pembelajaran dan
lain-lain. Dari hasil
refleksi diharapkan dapat mengungkapkan dan merumuskan kendala serta
hasil yang telah dicapai.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Siklus I
Setelah
dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan pembentukan kelompok, belum
memperhatikan faktor-faktor kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, misalnya
kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal yang dapat memudahkan
komunikasi antar anggota kelompok sehingga diharapkan proses jalannya
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Hal tersebut
sebagaimana diuraikan pada penjelasan proses perbaikan pembelajaran seperti di
bawah ini :
Data Hasil Perencanaan
Pada tahap
perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan perbaikan
pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran
yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk
pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa
(LKS).
Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan
hasil nilai tes formatif pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Kerja sama
di lingkungan tetangga dapat
diterangkan bahwa pada nilai rata-rata
kelas 63,89 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 70,56.
Rata-rata kelas naik 6,67, dan jumlah siswa yang telah mencapai tingkat
ketuntasan belajar 7 siswa (38,89%).
Data Hasil Pengamatan
Pada
tahap pengamatan mengenai keaktifan siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Materi Kerja sama di lingkungan tetangga
di atas dapat diterangkan pada kondisi awal siswa yang menunjukkan
peningkatan keaktifan belajar siswa
sebanyak 6 siswa atau 33,33%. Pada siklus ke I, siswa yang menunjukkan
peningkatan keaktifan belajar siswa
sebanyak 9 siswa atau 50,00%, sehingga dapat disimpulkan bahwa dari sebelum
perbaikan ke siklus I, tingkat keaktifan belajar siswa siswa meningkat sebesar 16,67%.
Data Hasil Refleksi
Pada saat pembentukan
kelompok, belum memperhatikan faktor-faktor kedekatan antar anggota dalam
kelompoknya, misalnya kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal
yang dapat memudahkan komunikasi antar anggota kelompok, pemahaman terhadap
materi pembelajaran masih kurang, sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan
bermain peran masih banyak siswa yang kurang menghayati peran yang dimainkan, penyusunan
naskah masih belum menjurus pada pemahaman konsep pembelajaran sehingga hasil
yang diharapkan belum tercapai secara maksimal, dan kurangnya waktu pelaksanaan
kegiatan bermain peran.
Untuk meningkatkan pemahaman
terhadap konsep pembelajaran, peneliti dengan observer sepakat perlu
dilanjutkan kembali bermain peran pada siklus selanjutnya dengan lebih
menfokuskan pada penghayatan peran masing-masing tokoh oleh siswa. Pembelajaran
IPS kompetensi dasar kegiatan kerjasama di lingkungan tetangga pada siklus
pertama dianggap belum berhasil maka pada siklus kedua perlu
dilanjutkan kembali bermain peran, dengan melaksanakan pengulangan kegiatan
disertai bimbingan mengenai penghayatan peran
Siklus II
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus
pertama, maka pada siklus kedua peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan dengan membentuk kelompok dengan
memperhatikan faktor-faktor kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, misalnya
kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal yang dapat memudahkan
komunikasi antar anggota kelompok, hasil yang diharapkan dapat
tercapai secara maksimal. Hal
tersebut sebagaimana diuraikan pada
penjelasan di bawah ini :
Data Hasil Perencanaan
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa:
rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup
komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan
digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa lembar
kerja siswa (LKS) dengan penambahan inovasi-inovasi baru seputar pelaksanaan
pembelajaran.
Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Berdasarkan hasil nilai tes formatif pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial Materi
Kerja sama di lingkungan tetangga di
atas dapat diterangkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata kelas 62,17 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan
menjadi 70,43, sehingga rata-rata kelas naik 8,26, dan jumlah siswa yang telah
mencapai tingkat ketuntasan belajar 13 (56,52%).
Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai keaktifan siswa pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Kerja sama di lingkungan
tetangga di atas dapat diterangkan bahwa
pada siklus I, siswa yang menunjukkan peningkatan keaktifan belajar belajar
sebanyak 9 siswa atau 50,00%, pada siklus ke II, siswa yang menunjukkan
peningkatan keaktifan belajar belajar
sebanyak 14 siswa atau 77,78%, dan dari siklus I ke siklus II, tingkat
peningkatan keaktifan belajar belajar meningkat sebesar 27,78%.
Data Hasil Refleksi
Pembentukan kelompok dengan
memperhatikan faktor-faktor kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, misalnya
kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal yang dapat memudahkan
komunikasi antar anggota kelompok, upaya peneliti untuk menjelaskan kembali
materi pembelajaran agar pemahaman terhadap materi pembelajaran masih kurang,
sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan bermain peran masih ada siswa yang
kurang menghayati peran yang dimainkan, penyusunan naskah sedetil mungkin agar
menjurus pada pemahaman konsep pembelajaran sehingga hasil yang diharapkan
tercapai secara maksimal, pembatasan waktu
pelaksanaan kegiatan kegiatan bermain peran berjalan dengan baik, dimana
tiap kelompok dapat menyelesaikan pementasannya sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Hasil observasi dan tes formatif menunjukkan bahwa proses perbaikan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua belum berhasil karena belum ada
indikator pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang tercapai pada siklus kedua.
Dari hasil diskusi dengan supervisor dan observer kelemahan pada siklus kedua
ini akan ditanggulangi dengan kegiatan membuat karangan dengan tema peran atau
tugas dalam kegiatan kerjasama di lingkungan tetangga.
Siklus III
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus
kedua, maka pada siklus ketiga peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran. Setelah
dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan mengintensifkan upaya peneliti untuk
menjelaskan kembali materi pembelajaran agar pemahaman terhadap materi
pembelajaran masih kurang, sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan bermain
peran masih banyak siswa yang kurang menghayati peran yang dimainkan, hasil yang
diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan
pada penjelasan di bawah ini :
Data Hasil Perencanaan
Memeriksa kembali RPPP yang telah disusun, sambil
dibaca ulang RPPP, sekaligus mencermati kembali setiap butir yang akan
direncanakan, dilanjutkan memeriksa semua alat peraga dan sarana lainnya yang
akan digunakan, apakah sudah benar-benar tersedia. Pada siklus ini peneliti lebih mengintensifkan
upaya peneliti untuk menjelaskan kembali materi pembelajaran, menambah waktu
latihan bagi siswa sehingga pada saat pelaksanaan pentas, masih ada beberapa
siswa yang tampak grogi dan kurang bisa menghayati peran yang dimainkan serta
memberikan rambu-rambu pembatasan waktu
pelaksanaan kegiatan kegiatan bermain peran berjalan dengan baik, dimana
tiap kelompok dapat menyelesaikan. Berdasarkan hasil rekapitulasi nilai
tes formatif Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi kerja sama di
lingkungan tetangga di atas dapat
diterangkan bahwa pada siklus II nilai
rata-rata kelas 70,56 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 78,89.
Rata-rata kelas naik 8.83, dan jumlah siswa yang telah mencapai tingkat
ketuntasan belajar 11 siswa (61,11%).
Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai keaktifan siswa pada
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Kerja sama di lingkungan tetangga di atas dapat diterangkan bahwa pada siklus
II, siswa yang menunjukkan peningkatan keaktifan belajar sebanyak 14 siswa atau
77,78%, pada
siklus ke III, siswa yang menunjukkan p peningkatan keaktifan belajar sebanyak
18 siswa atau 100%, dan dari siklus II
ke siklus III, tingkat keaktifan belajar siswa meningkat sebesar 22,22%.
Data Hasil Refleksi
Hasil observasi dan tes formatif menunjukkan bahwa
dari 18 siswa yang mengikuti proses perbaikan pembelajaran pada siklus ketiga,
100% dinyatakan tuntas belajarnya, demikian pula dengan tingkat keaktifan yang
juga mencapai angka 100% dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar secara
klasikal sebesar 87,22. Angka tersebut menunjukkan bahwa kegiatan perbaikan
pembelajaran telah memenuhi kriteria keberhasilan sehingga pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dinyatakan selesai
pada siklus ketiga.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siklus I
Pada sebelum perbaikan dimana peneliti menggunakan metode
pembelajaran klasikal, ternyata hasil ketuntasan belajar sangat mengecewakan,
yaitu 3 siswa atau sebesar 16,67% yang tuntas belajar dari 18 orang siswa yang
mengikuti tes formatif dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar secara
klasikal sebesar 63,89 dan keaktifan belajar yang baru mencapai angka 33,33%
atau 6 orang siswa. Pada siklus I peneliti dalam pembentukan kelompok, belum
memperhatikan faktor-faktor kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, misalnya
kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal yang dapat memudahkan
komunikasi antar anggota kelompok ternyata hasil yang diharapkan belum tercapai
secara maksimal. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap konsep pembelajaran,
peneliti dengan observer sepakat perlu dilanjutkan kembali bermain peran pada
siklus selanjutnya dengan lebih menfokuskan pada penghayatan peran
masing-masing tokoh oleh siswa. Pembelajaran IPS kompetensi dasar kerja sama di
lingkungan tetangga pada siklus pertama dianggap belum
berhasil karena baru 7 dari 18 siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar atau
38,89% dan keterlibatan siswa secara aktif mencapai angka 50,00% atau 9 siswa
dari 18 siswa, dengan perolehan nilai rata-rata kelas sebesar 67,56, maka pada
siklus kedua perlu dilanjutkan kembali bermain peran, dengan melaksanakan
pengulangan kegiatan disertai bimbingan mengenai penghayatan peran. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar
diagram batang berikut ini :
Dari kenyataan temuan pada saat
pelaksanaan siklus pertama, maka peneliti bersama-sama dengan observer
memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus kedua dengan membentuk
kelompok dengan memperhatikan faktor-faktor kedekatan antar anggota dalam
kelompoknya, misalnya kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal
yang dapat memudahkan komunikasi antar anggota kelompok, menjelaskan kembali
materi pembelajaran agar pemahaman terhadap materi pembelajaran masih kurang,
sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan bermain peran masih banyak siswa yang
kurang menghayati peran yang dimainkan, menyusun naskah sedetil mungkin agar
menjurus pada pemahaman konsep pembelajaran sehingga hasil yang diharapkan
belum tercapai secara maksimal, dan mempersingkat waktu pelaksanaan kegiatan
kegiatan bermain peran.
Siklus II
Siklus II peneliti melakukan pembentukan kelompok dengan
memperhatikan faktor-faktor kedekatan antar anggota dalam kelompoknya, misalnya
kedekatan pertemanan dan kedekatan lokasi tempat tinggal yang dapat memudahkan
komunikasi antar anggota kelompok.Hasil observasi dan tes formatif menunjukkan
bahwa dari 18 siswa yang mengikuti proses perbaikan pembelajaran pada siklus
kedua, 11 orang (61,11%) dinyatakan tuntas belajarnya, sementara 7 orang siswa
(38,89%) dinyatakan belum tuntas belajarnya dan keterlibatan siswa secara aktif
mencapai angka 77,78% atau 14 siswa dari 18 siswa dengan perolehan nilai
rata-rata hasil belajar secara klasikal meningkat menajdi 78,89 atau bertambah
8,33 dari siklus pertama sebesar 70,56. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram batang
berikut ini :
Dari hasil diskusi dengan supervisor
dan observer kelemahan pada siklus kedua ini akan ditanggulangi dengan kegiatan
membuat karangan dengan tema peran atau tugas dalam kerja sama di lingkungan
tetangga. Dari kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus kedua maka
peneliti bersama-sama dengan observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan
pada siklus ketiga dengan mengintensifkan upaya peneliti untuk menjelaskan
kembali materi pembelajaran agar pemahaman terhadap materi pembelajaran masih
kurang, sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan bermain peran masih banyak
siswa yang kurang menghayati peran yang dimainkan, kurangnya waktu latihan bagi
siswa sehingga pada saat pelaksanaan pentas, masih ada beberapa siswa yang
tampak grogi dan kurang bisa menghayati peran yang dimainkan, pembatasan waktu pelaksanaan kegiatan kegiatan bermain peran
berjalan dengan baik, dimana tiap kelompok dapat menyelesaikan pementasannya
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Siklus III
Siklus III peneliti
lebih mengintensifkan upaya untuk menjelaskan kembali materi pembelajaran agar
pemahaman terhadap materi pembelajaran masih kurang, menambah waktu latihan
bagi siswa sehingga pada saat pelaksanaan pentas, masih ada beberapa siswa yang
tampak grogi dan kurang bisa menghayati peran yang dimainkan, serta memberikan
rambu-rambu pembatasan waktu pelaksanaan
kegiatan kegiatan bermain peran berjalan dengan baik, dimana tiap kelompok
dapat menyelesaikan. Hampir semua tujuan telah tercapai sesuai dengan kriteria
keberhasilan yang ditentukan.Berdasarkan hasil pengolahan data-data dan hasil
observasi dilakukan analisis dan dapat diketahui bahwa semua tujuan telah
tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal ini dapat
dibuktikan dengan pembelajaran berlangsung sangat kondusif dan
interaktif. Siswa tampak senang belajar. Hal ini tampak dari kesungguhan siswa
dalam melaksanakan tugas berupa kegiatan bermain peran yang diberikan guru, siswa
nampak antusias dan bersemangat dalam pelaksanaan kegiatan bermain peran, hal
ini dibuktikan dengan tingkat penghayatan peran yang semakin baik, jumlah siswa
yang tuntas sudah jauh melampuai kriteria yang ditetapkan. Hasil observasi dan tes formatif
menunjukkan bahwa dari 18 siswa yang mengikuti proses perbaikan pembelajaran
pada siklus ketiga, 18 orang (100%) dinyatakan tuntas belajarnya. Angka tersebut menunjukkan
bahwa kegiatan perbaikan pembelajaran telah memenuhi kriteria ketuntasan,
demikian pula halnya dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran
yang mencapai angka 100%, dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar secara
klasikal sebesar 87,22 sehingga pelaksanaan perbaikan pembelajaran dinyatakan
selesai pada siklus ketiga karena semua
indikator keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran telah tercapai pada
siklus ketiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran
tuntas dan berhasil pada siklus ketiga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram batang
berikut ini :
Antar Siklus
Setelah dilakukan analisa terhadap data yang
diperoleh, maka hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut :
Hasil Belajar
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh
dari tiga siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode inqiuri pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Materi
Kerja sama di lingkungan tetangga menunjukkan peningkatan yang signifikan
terhadap hasil proses pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat pada di bawah
ini :
No
|
Pembelajaran
|
Hasil Belajar Siswa
|
||||
Nilai Rata2
|
Tuntas
|
%
|
Belum
|
%
|
||
1.
|
Kondisi Awal
|
63,89
|
3
|
16,67
|
15
|
83,33
|
2.
|
Siklus I
|
70,56
|
7
|
38,89
|
11
|
61,11
|
3.
|
Siklus II
|
78,89
|
11
|
61,11
|
7
|
38,89
|
4.
|
Siklus III
|
87,22
|
18
|
100,00
|
0
|
0,00
|
Untuk lebih jelasnya peningkatan prestasi belajar siswa dan nilai
rata-rata kelas dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :
Keaktifan
Belajar
Dari hasil analisis peningkatan keaktifan belajar
siswa pada setiap siklus perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dilihat
pada di bawah ini :
No
|
Pembelajaran
|
Peningkatan Keaktifan
belajar Siswa
|
Persentase
|
1.
|
Kondisi Awal
|
6
|
33,33
|
2.
|
Siklus I
|
9
|
50,00
|
3.
|
Siklus II
|
14
|
77,78
|
4.
|
Siklus III
|
18
|
100,00
|
Untuk lebih jelasnya peningkatan prestasi belajar dapat dilihat
pada gambar diagram batang berikut ini :
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data dan temuan yang diperoleh pada siklus I, II dan III dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :penggunaan metode bermain peran dalam
pembelajaran IPS materi kerja sama di lingkungan tetangga mampu meningkatkan keaktifan belajar dari 33,33% atau 6 siswa pada studi awal menjadi, 50% atau 9 siswa,
meningkat menjadi 77,78% atau 14 siswa dan pada akhir siklus ketiga menjadi
100% atau semua siswa menyatakan terlibat aktif pada pelaksanaan proses pembelajaran. Penggunaan
metode bermain peran dalam pembelajaran
IPS materi kerja sama di lingkungan tetangga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini didukung pula oleh peningkatan hasil belajar siswa,
di mana nilai rata-rata kelas terus mengalami peningkatan dari 63,89 pada studi
awal 70,56 pada siklus pertama, meningkat menjadi 78,89 dan pada akhir siklus
ketiga menjadi 87,22 dengan tingkat ketuntasan belajar yang juga meningkat pada
setiap siklusnya, yaitu 3 orang siswa (16,67%) pada studi awal, menjadi 38,89%
atau 7 siswa, meningkat lagi menjadi
61,11% atau 11 siswa dan pada siklus terakhir menjadi 100% atau 18 siswa
dari 18 siswa yang mengikuti pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Dari perolehan
angka-angka di atas dapat disimpulan bahwa pada siklus ketiga, proses
pelaksanaan perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil karena semua kriteria
keberhasilan proses perbaikan pembelajaran telah tercapai pada siklus ketiga.
Saran Tindak Lanjut
Sesuai kesimpulan di atas beberapa hal dapat dilakukan
seorang guru demi peningkatan hasil pembelajaran adalah sebagai berikut :
Saran untuk penelitian lanjut
Guru
harus menghindari kecenderungan mengejar target pencapaian kurikulum, karena
muatan kurikulum sudah diperhitungkan berdasarkan alokasi waktu dan hari
efektif. Kecenderungan ini menyebabkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
menjadi monoton sehingga membosankan siswa. Siswa perlu dilibatkan secara aktif
dengan dukungan alat peraga, media pembelajaran dan metode yang mengaktifkan
siswa. Guru dituntut lebih kreatif mengembangkan model pembelajaran serta
mencari informasi-informasi terkini yang berkaitan dengan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Saran untuk penerapan hasil
penelitian
Berdasarkan hasil analisis data dan hasil temua dan telah terbukti
penggunaan metode bermain peran (role
playing) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu, bagi guru yang
mengalami masalah yang sama dengan materi sejenis, gunakanlah metode bermain
peran (role playing) pada kegiatan
pembelajarannya. Untuk meningkatkan profesionalisme guru, salah satu upaya yang
dapat ditempuh adalah melalui upaya perbaikan pembelajaran atau penelitian
tindakan kelas (PTK). Dalam melaksanakan PTK hendaknya guru berkolaborasi
dengan kepala sekolah, teman sejawat, dan ahli yang siap membantu pemikiran,
tenaga, dan segala hal yang dibutuhkan
demi terselenggaranya PTK secara lancar dan berhasil mencapai tujuan yang
diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
1996. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Balai Pustaka. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Penyusun
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta. 1090 hal. ; 25 cm. (Seri BP no.
3658).
Gagne .1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston: Little Brown.
Joyce, Bruce and Marsha Weil.
1996. Models of teaching (5th ed).
Boston: Allyn and Bacon
Mulyasa, E
2003. Menjadi Guru Profesional :
Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mulyono, Anton M. 2001, Kamus Besar Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka
Nasution. 1997. Berbagai
Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi aksara
Purwodarminto,
1992. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PU. Balai Pustaka
Sanjaya, Wina. 2007, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses
Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prima
Saripuddin 1996. Belajar Keterampilan, Pengantar
Teori dan Metode.
Jakarta : Depdikbud Dikti Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan.
Sumaatmaja, Nursid.
1980. Pembelajaran IPS. Jakarta :
Deparlemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Surakhmad,
Winarno. 1984. Psikologi Pendidikan. Bandung. Tarsito.
Wahab,
IGK. 2007. Model Bermain
Peran dalam Pembelajaran, Bandung :
Sinar Baru Algensido Offset
Yamin,
Martinis. 2007. Desain Penelitian
Berbasis KTSP. 2006. Jakarta : GP Press
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih