BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Salah satu masalah yang ditemukan di sekolah yaitu, banyaknya siswa SD
yang kurang berminat tehadap mata pelajaran IPA. Terbukti dari hasil belajar
mereka banyak nilai mata
pelajaran IPA di
bawah rata-rata. Penyebabnya
antara lain siswa tidak suka
dengan metode pembelajaran
IPA yang guru terapkan.
Hal tersebut terbukti pada proses pembelajaran
di sekolah yang
penulis teliti sebagian
besar menggunakan metode ceramah
dan metode itu
sering digunakan dalam
setiap kegiatan pembelajaran sehingga siswa merasa bosan dan jenuh.
Dalam proses belajar
siswa yang monoton
atau biasa-biasa saja
artinya tidak ada motivasi untuk
lebih baik maka nilai yang mereka
dapatkan juga biasa-biasa saja dan tidak
ada perubahan dalam
hasil yang mereka
peroleh, sedangkan penjelasan
mengenai proses belajar adalah suatu
proses di mana suatu siswa
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Tugas guru
yang utama yaitu
membelajarkan diri siswa
ke arah yang diharapkan secara efektif, efisien dan optimal. Untuk itu,
selain siswa yang harus merubah perilaku atau kebiasaan dalam belajar, guru lebih
dominan untuk mengarahkan dan memfasilitasi siswa belajar lebih baik.
Komunikasi belajar yang
efektif antara guru
dan siswa akan
terjalin demhan adanya hubungan
timbal balik, misalnya
ketika guru bertanya
siswa mampu merespon dengan
jawaban yang relevan
dan begitu juga
sebaliknya. Bagi guru pertanyaan dapat di
gunakan untuk menciptakan
suasana belajar dan
mengajar yang kondusif,
mengarahkan perhatian siswa,
memotivasi siswa, mengecek pemahaman siswa, cara berpikir siswa
dan menentukan permasalahan pembelajaran yang terjadi.
Proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan sehari-hari yang
biasa dilakukan oleh guru dan siswa dalam tempat tertentu. Dalam proses
pembelajaran ada anggapan yang mengatakan bahwa materi yang diajarkan oleh guru
semuanya dapat diserap oleh
siswa. Sebagai seorang
guru IPA tentu pernyataan tersebut tidak tepat. karena banyak konsep-konsep abstrak dalam IPA
yang cukup sulit
untuk dipahami oleh
para siswa sekolah
dasar.
Keberhasilan pembelajaran
ditunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran siswa. Tercapainya tujuan
pembelajaran siswa dapat diukur dengan tes hasil pembelajaran atau formatif. Temuan di lapangan,
di tempat peneliti bertugas menunjukkan adanya kesenjangan antar harapan dan
kenyataan. Pada studi awal pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi kenampakan bumi, hasil dari tes formatif pada test pendahuluan menunjukkan
rendahnya tingkat penguasaan materi yang diajarkan. Hal ini ditunjukkan hanya enam
siswa dari 31 siswa yang mengikuti tes formatif dapat mencapai tingkat penguasaan
materi 70% ke atas atau mendapat nilai di atas KKM sebesar 64, dengan perolehan
nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal sebesar 56,77 dan motivasi
belajar 41,94% atau 13 siswa dari 16
siswa yang mengikuti tes pada kegiatan awal proses perbaikan pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala
sekolah dan teman sejawat
untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan.
Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran
yaitu :
a.
Rendahnya motivasi belajar siswa
b.
Rendahnya minat belajar siswa
c.
Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran IPA yang berdampak hasil
belajar rendah
d.
Model pembelajaran yang diambil tidak tepat
e.
Penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya
model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
f. Siswa tidak mencatat hal-hal penting
selama proses pembelajaran berlangsung.
Analisis masalah ditempuh dengan cara melakukan refleksi dari kinerja
yang telah dilakukan, mengkaji literatur serta diskusi dengan supervisor. Berdasarkan hasil analisis masalah
dapat diketahui bahwa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab rendahnya hasil
belajar, motivasi, dan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas, terjadi karena
hal-hal sebagai berikut:
a. Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran dan penemuan informasi
b. Model pembelajaran yang digunakan guru
tidak sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar sehingga penguasaan
konsep materi pembelajaran menjadi kurang baik.
Dari berbagai permasalahan
tersebut peneliti mencari
solusi untuk mengatasi rendahnya
hasil belajar siswa tersebut dengan
cara menerapkan penggunaan metode
eksperimen untuk menjelaskan
konsep-konsep yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Dengan
menggunakan metode eksperimen diharapkan
mereka dapat meningkatkan pemahaman dalam
mempelajari
pelajaran-pelajaran
khususnya pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selanjutnya siswa
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti akan melaksanakan kegiatan
penelitian untuk meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi kenampakan bumi melalui metode eksperimen di kelas V SD Negeri ............
dengan melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat disimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apakah melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri ............ pada
pembelajaran IPA materi aktivitas
alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi?
2.
Apakah melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri ............ pada
pembelajaran IPA materi aktivitas alam
yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan latar belakang di
atas, agar memiliki arah yag jelas maka ditetapkan tujuannya sebagai berikut :
1. Untuk memperbaiki pembelajaran IPA
materi aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi kenampakan bumi sehingga motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri ............
meningkat melalui penerapan metode eksperimen.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
V SD Negeri ............ pada
pembelajaran IPA materi aktivitas alam
yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi melalui penerapan metode eksperimen.
D.
Manfaat
Penelitian
Diharapkan dengan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis :
- Manfaat Teoritis
Melalui kegiatan
penelitian ini diperoleh
alat dan teknik
penunjang yang lebih realistis
dan aplikatif untuk keperluan optimalisasi penggunaan metode eksperimen pada kelas dan mata pelajaran yang
berbeda.
- Manfaat Praktis
a. Siswa dapat meningkatkan aktivitas,
kreativitas, dan hasil belajar menjadi lebih baik daripada sebelumnya, serta
menumbuhkembangkan sikap kritisnya terhadap aktivitas, kreativitas, dan hasil
belajar yang telah diperolehnya.
b. Guru dapat memperbaiki kinerjanya secara
profesional, karena itu rasa percaya dirinya akan meningkat dan ikut serta
berperan aktif dalam rangka mengembangkan inovasi pembelajaran khususnya untuk
bidang studi IPA pada tingkat Sekolah Dasar.
c. Membantu sekolah untuk terus berkembang
karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan siswa yang menunjukkan
lebih unggul baik dari segi kuantitas maupun kualitas dari sekolah lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kerangka
Teori
1.
Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah
antara guru dan peserta
didik, mengajar dilakukan
oleh pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa.
Konsep pembelajaran menirut
Corey (1986:195) dalam
buku Makna dan Konsep Pembelajaran adalah
suatu proses dimana
lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan
ia turut serta
dalam tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Selanjutnya pembelajaran menurut
Dimyati dan Mudjiono
(1999:297) dalam buku
yang sama adalah
adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain
intruksional, untuk membuat
siswa belajar secara
aktif, yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar.
Sedangkan menurut Fontana (1981:147), pembelajaran
merupakan upaya penataan
lingkungan yang memberi nuansa agar
program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dari beberapa pengertian
pembelajaran, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran adalah suatu
proses yang terprogram
yang didalamnya terdapat interaksi antara guru dan peserra
didik secara disengaja. Dalam
pembelajaran terdapat dua karakteristik yaitu: a) dalam proses
pembelajaran melibatkan proses
mental siswa secara maksimal, bukan
hanya menuntut siswa
sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas
siswa dalam berpikir, b) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan
proses tanya jawab terus menerus yang
diarahkan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, yang pada gilirannya
kemampuan berpikir itu dapat
membantu siswa dalam
memperoleh pengetahuan yang
mereka peroleh.
Dunkin dan Biddle
(2001:98-101) mengatakan,
proses pembelajaran akan
berlangsung dengan baik,
jika pendidik mempunyai kompetensi
yaitu: (1) kompetensi
substansi materi pembelajaran
atau penguasaan materi (2) kompetensi metodologi. Kompetensi di
atas bisa diartikan,
jika seorang guru
menguasai materi pelajaran, maka
diharuskannya juga menguasai
metode pengajaran sesuai dengan
materi yang akan
diajarkan juga mengacu
pada prinsip pedagogik, yaitu memahami
karakteristik peserta didik.
Jika seorang guru
tidak menguasai metode dalam
pembelajaran, maka penyampaian
materipun tidak akan maksimal.
Kegiatan pembelajaran secara metodologis
berakar dari pihak
pendidik yaitu guru,
dan kegiatan belajar secara pedagogis terjadi pada diri
peserta didik. Pembelajaran tidak terjadi
seketika saja, melainkan
sudah melalui tahapan perancangan
pembalajaran. Pembelajaran lebih
menekankan pada cara-cara untuk
mencapai tujuan dan
berkaitan dengan bagaimana
cara mengorganisasikan
materi pelajaran, menyampaikan
materi pelajaran dan mengelola pembelajaran. Lindgren
(2002:78-79) menyebutkan bahwa
fokus sistem pembalajaran
mencakup tiga aspek yaitu:
a.
Siswa.
Siswa merupakan
faktor yang paling
penting sebab tanpa siswa tidak akan ada proses belajar.
b.
Proses
belajar.
Adalah apa saja
yang dihayati siswa apabila
mereka belajar, bukan
apa saja yang
harus dilakukan pendidik untuk
membelajarkan materi pelajaran melainkan apa yang akan dilakukan
siswa untuk mempelajarinya.
c.
Sistem belajar.
Sistem belajar
adalah lingkungan tempat terjadinya proses
belajar dan semua
faktor yang mempengaruhi
siswa atau proses belajar seperti
pendidik, kelas dan interaksi didalamnya.
2.
Pembelajaran IPA
a.
Pengertian Pembelajaran IPA
Beberapa
ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya.
Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai
The activity of questioning and exploring
the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu
kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan
pengungkapan serangkaian rahasia alam.”Sains mengandung makna pengajuan
pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik
tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis
(Depdiknas,2002a: 1).
Dalam proses pendidikan, tidak terlepas
dari kata belajar mengajar. Keduanya merupakan komponen utama dalam pendidikan.
Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Menurut Ngalim
Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam
tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang
buruk.
Suatu proses pembelajarantiak luput dari
kata mengajar, guru sebagai tenaga pendidik memfasilitasi serta memberi
pengetatahuan terhadap peserta didik. Menurut Abu Ahmad (1997: 39) pembelajaran
adalah suatu proses penanaman pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam peserta
didik. Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, maka hendaknya guru
memberikan materi pelajaran secara bervarasi, dapat menggunakan media/alat
peraga sebagai alat bantu dalam mengajar serta menggunakan metode yang tepat.
Menurut Abu Ahmadi dkk, (1997: 52) metode mengajar adalah suatu pengetahuan
tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh seorang guru atau instruktur. Kata
‘media’ berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk dari kata ‘medium’ yang
secara harfiah berarti ‘perantara atau pengantar’. Dengan demikian, media merupakan
wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Djamarah (1997: 136).
Sedangkan menurut Hamalik (1989: 124) media pendidikan adalah cara atau proses
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan
yang berlangsung dalam proses pendidikan.
Beberapa ilmuwan memberikan definisi IPA
sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan
science sebagai The activity of
questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden
order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam
semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”
IPA mengandung makna pengajuan pertanyaan,
pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala
maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis
(Depdiknas,2002a: 1). Belajar IPA tidak sekedar belajar informasi IPA tentang
fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi
belajar IPA juga belajar tentang cara memperoleh informasi IPA, cara IPA dan
teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan
bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Pernyataan di atas selaras dengan pendapat
Carin yang menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep,
prinsip, hukum-hukum dan teori IPA. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris
di dalam IPA dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan
kegiatan-kegiatan analisis di dalam IPA. Sebagai proses IPA dipandang sebagai kerja
atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses
ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain,
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial,
mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional,
merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan
eksperimen. Sebagai sikap IPA dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa
ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan,
bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif.
b.
Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut Carin
& Sound (1989)
yang dikutip dalam
Reni dkk (2004:6) menyatakan bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam adalah
suatu sistem yang
diperoleh dari observasi dan percobaan. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa IPA tidak hanya merupakan cara
kerja, cara berpikir
dan cara memecahkan
masalah, tetapi IPA dapat
dipandang sebagai suatu
sikap, proses, produk,
dan aplikasi. Sikap menunjukkan rasa ingin tahu tentang
benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru
yang dapat dipecahkan melalui
prosedur yang benar.
Proses menunjukkan proses
pemecahan masalah melalui metode
ilmiah yang meliputi penyusunan hipotesis, perancang eksperimen atau percobaan,
evaluasi, pengukuran, dan
penarikan kesimpulan. Produk menunjukkan pada berupa fakta,
prinsip, teori dan hubungan. Aplikasi menunjuk pada penerapan metode ilmiah dan
konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan
( KTSP, 2006) IPA merupakan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai
pengetahuan, fakta-fakta, prinsip-prinsip, proses penemuan dan menumbuhkan
sikap ilmiah pada diri siswa sesuai
dengan tuntutan dalam kurikulum berbasis
kompetensi anak dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif.
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan
sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui
pengumpulan data eksperimen,
pengamatan dan dedukasi
untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat
dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA
yaitu 1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati,
2) kemampuan untuk memproduksi
apa yang belum
diamati dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil
eksperimen, dan 3) kemampuan mengembangkan sikap ilmiah.
Kegiatan
pembelajaran IPA mencakup pengembangan
kemampuan dalam mengajukan
pertanyaan, mencari jawaban,
memahami jawaban, menyempurnakan jawaban
tentang apa, mengapa
alam sekitar melalui
cara-cara sistematis yang akan dterapkan dalam lingkungan.
Dengan
demikian proses pembelajaran IPA dapat mengembangkan proses keterlibatan fisik,
mental, maupun emosional
yang tepat. Oleh
karena itu pembelajaran IPA di
sekolah sebaiknya :
1) Memberikan pengalaman
pada peserta didik
sehingga mereka kompeten melalui percobaan-percobaan.
2) Menanamkan pada
peserta didik pentingnya
pengamatan empiris dalam menguji
suatu pernyataan ilmiah
hipotesis ini dapat
berasal dari pengamatan kejadian sehari-hari yang
memerlukan pembuktian secara ilmiah.
3)
Memperkenalkan dunia teknologi
melalui kegiatan kreatif
dan kegiatan perancangan dan
pembuatan alat-alat sederhana
maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan
IPA dalam menjawab
berbagai masalah melalui pedoman membaca.
c.
Peranan Pembelajaran IPA di SD
IPA secara
sederhana didefinisikan sebagai
ilmu tentang fenomena
alam semesta. Dalam kurikulum
pendidikan dasar terdahulu
(1994) dijelaskan pengertian IPA
(sains) sebagai hasil
kegiatan manusia berupa
pengetahun, gagasan, dan konsep
yang terorganisasi tentang
alam sekitar yang
diperoleh dari pengalaman melalui
serangkaian proses ilmiah
antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian
gagasan-gagasan dan menarik kesimpulan. Sedangkan dalam kurikulum
2006 sains (IPA)
diartikan sebagai cara
mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta.
Menurut Hendro
dan Jenny (1993:3)
mengutip ucapan Einstein:
bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman
menjadi suatu sistem pola
berpikir yang logis
tertentu, yang dikenal
dengan istilah pola berpikir
ilmiah. Dengan kata
lain, pendidikan IPA
merupakan suatu proses
dan sikap ilmiah untuk mendapatkan konsep-konsep ilmiah tentang alam
semesta.
Dimensi
sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan
oleh seorang ilmuwan
khususnya ketika mencari
atau mengembangkan
pengetahuan baru. Wynne
Harlen (1997:78) dalam Teaching
and Learning Premary Science
semenjelaskan sembilan sikap
ilmiah yang harus dikembangkan sejak
dini pada siswa
SD. Pengembangan sikap
ilmiah ini bukan melalui ceramah melainkan dengan
memunculkannya ketika siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah.
Kesembilan sikap tersebut adalah:
1)
sikap ingin tahu
2)
sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
3)
sikap kerja sama
4)
sikap tidak putus asa
5)
sikap terbuka untuk menerima
6)
sikap mawas diri
7)
sikap bertanggungjawab
8)
sikap berpikir bebas
9)
sikap kedisiplinan diri
Penguasaan konsep-konsep
IPA pun berperan
memberikan kemampuan dasar akademis
bagi siswa untuk
dapat melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi adalah tugas utama
pendidikan (melalui kolaborasi guru-siswa) untuk mengembangkan potensi
sains siswa secara
optimal sejak dini
melalui proses pembelajaran IPA
yang dikelola secara profesional.
Selain itu,
dalam konteks era
globalisasi dan informasi
dengan tuntutan keterampilan hidup
(life skill) yang
semakin tinggi dan
kompleks, pembelajaran IPA di SD merupakan
wahana untuk membekali
siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan di sekelilingnya. Para pakar IPA sepakat bahwa
dengan melibatkan siswa
ke dalam kegiatan
IPA sejak dini
akanmenghasilkan generasi dewasa
yang melek sains
yang dapat menghadapi tantangan hidup dalam dunia yang
makin kompetitif.
3.
Pengertian Belajar
Menurut Gagne (1984:85 ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Darsono (2000:27) mengatakan belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar
apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut (1) belajar adalah perubahan
tingkah laku, (2) perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena
pertumbuhan, (3) perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk
waktu yang cukup lama.
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang
dipikirkan dan dikerjakan. Belajar
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.
Belajar menurut James O. Whittaker dalam Darsono (2000: 4) “Learning
may be defined as the process by which behavior originates or is altered
through training or experience” belajar dapat didefinisikan sebagai proses
menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Wingkel dalam Darsono (2000: 4) belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
Djamarah (2002:13) mengemukakan
bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Slameto dalam Djamarah (2002:13) merumuskan juga tentang pengertian
belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. timulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang
terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri
manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan,
dan daya pikir.
4.
Hasil Belajar
a.
Pengertian Hasil Belajar
Pembelajaran merupakan suatu
proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang
baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman
individu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Gagne (1992:97)
pembelajaran adalah serangkaian
aktivitas atau kegiatan
yang difasilitasi untuk terjadinya
perubahan perilaku. Hasil
pembelajaran adalah perubahan perilaku
yang terjadi pada
peserta didik setelah
menempuh proses kegitan belajar
mengajar. Perubahan pada aspek apektif, kognitif dan psikomotor. Hasil pembelajaran
merupakan serangkaian data,
kecakapan, keterampilan,
kematangan, pemahaman dan
kemampuan yang dimiliki
oleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar. Di
dalam penyelenggaraan pendidikan, suatu proses belajar mengajar
dapat dilihat dari
terjadinya perubahan yang
diharapkan sesuai dengan tujuan
yang telah dirumuskan. Tujuan yang
dimaksud tersebut berupa hasil pembelajaran siswa.
Hilgard (Sanjaya, 2006:110)
menyatakan bahwa belajar
adalah proses perubahan malalui
kegiatan atau prosedur
latihan, baik latihan
di dalam laboratorium maupun
dalam lingkungan rumah.
Belajar menurut konsepsi modern adalah
suatu proses perubahan
tingkah laku dalam
arti seluas-luasnya meliputi pengamatan,
pengenalan, pengertian, pengetahuan,
perbuatan, keterapilan, perasaan, minat, penghargaan dan sikap. Rusyan,
(1993:9).
Bertitik tolak dari
pendapat di atas,
maka dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang direfleksikan ke dalam
tiga aspek yaitu
kognitif, afektif dan
psikomotor. Hasil belajar juga merupakan konsep yang bersifat umum,
didalamnya terdapat apa yang dinamakan prestasi
belajar. Untuk mengetahui
sejauh mana perubahan
yang dialami oleh siswa
dilakukan kegiatan penilaian,
yaitu kegiatan atau
tindakan untuk melihat sejauh mana
tujuan pembelajaran dapat
dicapai oleh siswa
dalam bentuk hasil pembelajaran yang diperoleh setelah
mereka menempuh proses belajar mengajar.
Menurut Catharina Tri Anni (2002:4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar.
Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar (H. Nashar,
2004: 77). Hasil belajar adalah terjadinya
perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari
lingkungan berupa rancangan dan
pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terdadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai
tujuan belajar (Keller dalam H Nashar, 2004: 77). Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Jadi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai
produk dari proses belajar, maka didapat
hasil belajar.
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan/ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan guru. Hasil belajar merupakan hal yang penting
yang akan dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam belajar dan
sejauh mana sistem pembelajaran yang diberikan guru berhasil atau tidak. Suatu
proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila kompetensi dasar yang
diinginkan tercapai.
b.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Banyak faktor yang
mempengaruhi belajar siswa.
Setiap siswa pada dasarnya mempunyai hasil atau prestasi
belajar yang berbeda sebab hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Adapun faktor
yang mempengaruhi hasil belajar
siswa menurut Slameto
(2003:54) yaitu “Faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor
intern adalah faktor
yang ada dalam
diri individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor eksten adalah faktor yang ada di luar
individu.”
Faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa
dikemukakan pula oleh Hamalik
(2005:94) yaitu ”Perbedaan
hasil belajar di
kalangan para siswa disebabkan oleh
faktor-faktor kematangan, latar
belakang pribadi, sikap
dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yang diberikan.
Berdasarkan hal-hal
tersebut di atas,
secara umum faktor
yang mempengaruhi hasil belajar meliputi dua bagian yaitu faktor dari
dalam dan dari luar individu. Dari
kedua faktor tersebut
terdapat faktor-faktor lain
yang mempunyai kecenderungan untuk
mempengaruhi keberhasilan belajar
siswa. Apabila dilihat dari faktor dalam dan luar, maka belajar siswa
dipengaruhi oleh berbagai aspek yang
ada hubungannya dengan
kegiatan belajar.
c.
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Hal-hal lain yang
harus diperhatikan guru
sehubungan dengan
meningkatkan keberhasilan siswa
dalam belajar menurut
Ali (2002:7-9) yaitu penguasaan materi pelajaran, kemampuan
menerapkan prinsip-prinsip psikolog, kemampuan menyelenggarakan proses
belajar-mengajar, dan kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai
situasi baru.
5.
Motivasi
a. Pengertian dan Jenis Motivasi
Guru-guru sangat
menyadari pentingnya motivasi
dalam bimbingan belajar
siswa berbagai macam
teknik misalnya penghargaan,
pujian dan celaan telah dipergunakan untuk mendorong para siswa
agar mau belajar. Seorang guru dalam proses
belajar mengajar harus
benar-benar mengoptimalkan dalam memanfaatkan atau
menggunakan sarana dan
prasarana pendidikan yang telah
tersedia. Oleh
karena itu, masalah
memotivasi siswa dalam
belajar, merupakan masalah yang
sangat kompleks. Guru
hendaknya mengetahui prinsip-prinsip motivasi
yang dapat membantu
pelaksanaan tugas mengajar
dan dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa,
sehingga mereka dapat
mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Motif adalah
dorongan atau kekuatan
dari dalam diri
seseorang yang mendorong
orang untuk bertingkah
laku atau berbuat
sesuatu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Motif dapat berupa
kebutuhan dan cita- cita.
Motif ini merupakan
tahap awal dari
proses motivasi, sehingga motif baru merupakan suatu kondisi intern atau
disposisi (kesiapsiagaan) saja. Sebab
motif tidak selamanya
aktif. Motif aktif
pada saat tertentu saja,
yaitu apabila kebutuhan
untuk mencapai tujuan
sangat mendesak.(Abdul Rahman
Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, 2004). Jadi,
apabila suatu kebutuhan
dirasakan mendesak untuk
dipenuhi maka motif
atau daya penggerak
menjadi aktif. Motif
atau daya penggerak
yang telah menjadi aktif inilah yang disebut motivasi.
Menurut Alisuf Sabri, Motivasi adalah segala sesuatu
yang menjadi pendorong
tingkah laku yang
menuntut/mendorong orang untuk
memenuhi suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan
suatu keputusan yang
telah ditetapkan individu
sebagai suatu kebutuahan/tujuan yang
nyata ingin dicapai.(
M. Alisuf Sabri,1993:128).
Adapun Jenis
motivasi dapat dipandang
dari segi sumber,
maka dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik timbul
dari setiap individu seperti kebutuhan, bakat, kemauan,
minat dan harapan
yang terdapat pada
diri seseorang. Sebagai misal,
seseorang yang gemar
membaca tidak memerlukan
orang lain yang memotivasinya tetapi
ia sendiri butuh,
berminat atau berkemauan
untuk mencari sumber-sumber
bacaan dan rajin membacanya.
2) Motivasi Ekstrinsik
Yaitu motivasi
yang datang dari
luar diri seseorang,
timbul karena adanya
stimulus (rangsangan) dari
luar lingkungannya. Sebagai
contoh, seseorang yang berlatih
atletik karena terangsang oleh gelar kejuaraan, hadiah, dan meningkatkan nama baik organisasi olah
raga yang ia masuki. Dengan
demikian bahwa motivasi
yang berasal dari
diri sendiri (intrinsik)
dan motivasi yang
berasal dari luar
diri (ekstrinsik), kedua-duanya sangatlah
berpengaruh pada tindakan
seseorang. Dengan adanya
kedua motivasi tersebut,
maka seseorang dapat
melakukan tindakan-tindakan atau
perbuatan- perbuatan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
b. Motivasi Sebagai Penunjang Belajar
Thomas M. Risak (dalam Zakiah Daradjat
dkk, 1995 : 40).
yang mengemukakan tentang
motivasi sebagai berikut: We may now
define motivation, in a pedagogical sense, as the conscious effort on the part of the teacher to establish
in studens motives leading to sustained
activity toward the learning goals dan
diterjemahkan oleh Zakiah
Daradjat, dkk, motivasi
adalah usaha yang
disadari oleh pihak
guru untuk menimbulkan
motif-motif pada diri
murid yang menunjang kegiatan
kearah tujuan-tujuan belajar.
Pada dasarnya
perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sehari-hari banyak yang didorong oleh motif-motif ekstrinsik,
tetapi banyak pula yang didorong oleh motif-motif
intrinsik atau oleh kedua-duanya. Seperti halnya dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam proses belajar mengajar
untuk menacapai tujuan
dan hasil belajar
yang optimal, siswa
banyak terpengaruh oleh
motif-motif yang berasal dari luar dirinya maupun yang berasal dari
dalam dirinya, atau
mungkin dapat terpengaruh
secara bersamaan sesuai dengan situasi yang berkembang.
Di antara
motivasi tersebut, maka
menurut penulis motivasi
intrinsiklah yang jauh
lebih baik, berkesan
lama serta dapat
memberikan hasil yang memuaskan
pada diri seseorang, karena motivasi ini timbul atas dasar kesadaran sendiri
untuk memperoleh hasil
yang diinginkan, tetapi
tidak dengan mengesampingkan motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik
juga sangatlah berpengaruh
pada diri seseorang, karena
manusia adalah makhluk
sosial yang saling
membutuhkan serta mempunyai
lingkungan disekitarnya, baik
lingkungan sekolah, keluarga
dan masyarakat. Apabila
lingkungan sekitarnya baik dan dapat memotivasi seseorang untuk melakukan tindakan yang baik, maka seseorang itu dapat mencapai
tujuan yang diinginkan dan sebaliknya,
apabila lingkungan disekitarnya buruk dan malah membuat seseorang melakukan tindakan yang
buruk, maka orang itu tidak dapat termotivasi dan tidak dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Dengan demikian,
motivasi sangatlah penting baik motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) maupun motivasi
yang berasal dari luar diri (ekstrinsik), karena
kedua-duanya dapat menjadi
pendorong untuk belajar
dan agar proses belajar
mengajar dan berjalan
dengan lancar, aktifitas
dalam belajarnya memberikan
kepuasan/ganjaran diakhir kegiatan
belajarnya serta sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
c. Peranan dan Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi sangat
berperan dalam belajar.
Dengan motivasi inilah
siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan
motivasi itu pulalah kualitas hasil belajar
siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan.
Siswa yang dalam
proses belajar mempunyai
motivasi yang kuat
dan jelas pasti akan
tekun dan berhasil
belajarnya. Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga
fungsi motivasi sebagai berikut:
1) Pendorong orang untuk berbuat dalam
mencapai tujuan.
2) Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan
yang hendak dicapai.
3) Penseleksi
perbuatan sehingga perbuatan
orang yang mempunyai motivasi senantiasa
selektif dan tetap
terarah kepada tujuan
yang ingin dicapai.
Motif itu
mendorong manusia untuk
berbuat atau bertindak,
motif itu berfungsi
sebagai penggerak atau
sabagai motor yang
memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan
suatu tugas. Motif itu menentukan arah perbuatan,
yakni kearah perwujudan
suatu tujuan atau
cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan suatu
tujuan atau cita-cita.
Motivasi mencegah penyelewengan
dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan
itu, makin jelas
pula terbentang jalan
yang harus ditempuh. Berdasarkan arti
dan fungsi motivasi
di atas dapat
disimpulkan bahwa motivasiitu bukan hanya berfungsi sebagai
penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil
perbuatan. Motivasi akan
mendorong untuk bekerja
atau melakukan sesuatu perbuatan dengan
sungguh-sungguh (tekun) dan
selanjutnya akan menentukan pula hasil pekerjaannya.
6.
Metode Pembelajaran
Machfudz
(2000:12) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam Hurlock, 1981)
menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan
secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur.
Istilah ini lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam
pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan
secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian
pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Metode
pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran
yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh dalam menyajikan
materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai
hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
Model dapat dipahami
sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi atau
analogi yang dipergunakan
untuk membantu proses visualisasi sesuatu
yang tidak dapat
dengan langsung diamati;
(3) suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan
inferensi-inferensi yang dipakai untuk
menggambarkan secara matematis
suatu obyek atau
peristiwa; (4) suatu desain
yang disederhanakan dari
suatu sistem kerja,
suatu terjemahan realitas yang
disederhanakan; (5) suatu
deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan
(6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat
bentuk aslinya.
Pembelajaran merupakan suatu
kegiatan yang melibatkan
seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai
positif dengan memanfaatkan berbagai
sumber untuk belajar.
Pembelajaran dapat melibatkan dua
pihak yaitu siswa
sebagai pembelajar dan
guru sebagai fasilitator. Yang
terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process).
Model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum (rencana pembelajaran
jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya
para guru boleh memilih model
pembelajaran yang sesuai
dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Model pembelajaran mempunyai
makna yang lebih
luas dari pada strategi, metode
atau prosedur pembelajaran.
Istilah model pembelajaran mempunyai 4
ciri khusus yang
tidak dipunyai oleh
strategi atau metode pembelajaran.
a.
Rasional
teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik.
b.
Tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
c.
Langkah-langkah mengajar
yang diperlukan agar
model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal.
d.
Lingkungan belajar
yang diperlukan agar
tujuan pembelajaran dapat
dicapai.
Menurut Joyce
& Weil (Susilana,
2006:112) model pembelajaran memiliki lima unsur dasar, yaitu
:
a. Syntax, yaitu langkah-langkah operasional
pembelajaran,
b. Social system,
adalah suasana dan
norma yang berlaku
dalam pembelajaran,
c. Principles of
reaction, menggambarkan
bagaimana seharusnya guru
memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,
d. Support
system, segala sarana,
bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan
e. Instructional dan
nurturant effects—hasil
belajar yang diperoleh langsung berdasarkan
tujuan yang disasar
(instructional effects) dan hasil
belajar di luar yang disasar (nurturant effects).
Model pembelajaran
bukan hanya membahas
mengenai cara guru mengajar, tetapi
juga mengenai bagaimana
siswa belajar. Model pembelajaran yang digunakan dalam
suatu kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk
menciptakan suasana pembelajaran
yang efektif sehingga dapat
membantu siswa dalam
membangun keterampilan
intelektualnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Adapun ciri
bahwa suatu pembelajaran
disebut efektif (Wragg, 1997 dalam Rusmana, 2008) yaitu
sebagai berikut:
a.
Ciri pertama
adalah bahwa pembelajaran
efektif memudahkan murid mempelajari
sesuatu yang bermanfaat
seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana
hidup serasi dengan seksama, atau suatu hasil belajar yang
diinginkan.
b.
Ciri kedua,
pembelajaran efektif adalah
bahwa keterampilan tersebut diakui
oleh mereka yang
berkompeten menilai, sperti guru-guru,
pelatih guru, pengawas,
pemilik sekolah, tutor
dan guru pemandu pelajaran atau
bahkan murid-murid sendiri.
Dengan demikian,
pembelajaran yang efektif
dapat dicapai jika siswa
mempelajari sesuatu yang
bermanfaat dengan mudah
dan pembelajaran tersebut diakui oleh guru atau bahkan oleh siswanya
sendiri sebagai suatu keterampilan
mengajar yang dapat
memudahkan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
7.
Metode Eksperimen
Proses belajar
dan mengajar yang
efektif memerlukan penggunaan strategi, metode
dan media pembelajaran
yang tepat. "metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara-cara yang dilaksanakan
untuk mengadakan interaksi belajar
mengajar dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran" (Suharjo, 2006 : 89).
Metode pembelajaran harus
dipilih dan dikembangkan
untuk meningkatkan aktifitas dan
kreatifitas peserta didik.
Di dalam pembelajaran IPA banyak metode-metode
yang digunakan salah
satu di antaranya
adalah metode eksperimen. Schonher
(1996) yang dikutip
oleh Palendeng (2003:81)
menyatakan metode eksperimen adalah
metode yang sesuai
untuk pembelajaran IPA (Sains), karena metode eksperiemn mampu
memberikan kondisi belajar yang tepat
mengemabngkan kemampuan berfikir dan
kreatifitas secara optimal. Siswa diberi
kesempatan untuk menyusun
sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat
diaplikasikan dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil
penemuan Dr. Umar
Fauzi, metode eksperimen dalam pembelajaran
IPA mempunyai 3
manfaat, antara lain
: 1) Mendorong siswa untuk
berfikir kritis, kreatif
dan inovatif dengan
bekal konsep yang sudah
diajarkan. 2) Menuntun
siswa melakukan pengamatan,
melakukan penafsiran dan dugaan terahdap data. 3) Memandu siswa
menemukan sendiri suatu kaidah, aturan atau hokum alam yang sering diapkai
dalam pembahasan IPA. (Herawati, 2006:11-12).
Dalam proses
belajar mengajar dengan metode eksperimen (percobaan) ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,
mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa
dituntut untuk mengalami sendiri, mencari tahu suatu kebenaran,
atau mencoba mencari
data baru yang
diperlukannya, mengolah
sendiri, membuktikan suatu
hokum atau aidil,
dan menarik kesimpulan atau
proses yang dialaminya. Ditinjau
dari teori perkembangan
kognitif Piaget, siswa
berada pada tahap
operasionalkonkret. Oleh karena itu siswa akan lebih mudah memahami
konsep-konsep melalui peristiwa nyata. Bruner menyatakan bahwa cara berfikir
kongkret akan membawa siswa ke arah
berfikir konseptual dengan
cara yang lebih
mudah. Artinya melalui pengalaman langsung dan objek nyata
mempersiapkan siswa berfikir ke tahp yang
lebih tinggi yakni
tahap symbol/pictorial.
Penggunaan metode
ini bertujuan agar
siswa mampu mencari
dan menemukan sendiri berbagai
jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan
mengadakan eksperiemn sendiri
dan juga dapat
terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah (Scientific Thinking).
Metode eksperimen diartikan
sebagai cara belajar
mengajar yang
melibataktifkan peserta didik
mengalami dan membuktikan
sendiri hasil percobaan itu.
Dalam melakukan
eksperimen dalam pembelajaran
IPA, bahan-bahan yang digunakan
tidak harus terbuat dari bahan-bahan yang mahal, sebab IPA dipelajari dengan
memakai bahan-bahan sederhana yang biasa dijumpai anak dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan alat
dan bahan sederahana
yang telah mereka kenal pusat
perhatian siswa akan lebih terpusat obyek yang diselidiki. Dengan demikian
penggunaan alat dan bahan sederhana dalam kegiatan eksperimen dapat
memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengembangkan
kemampuan befikir dalam memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan uraian
di atas dapat
disimpulkan bahwa metode eksperimen dalam
pembelajaran sangat penting
dilakukan terutama untuk menggali dan
mengembangkan potensi pserta
didik. Penggunaan metode eksperimen dalam
pembelajaran IPA merupakan
hal yang sangat
tepat, sehingga anak terbiasa
untuk berfikir dan
memecahkan masalahnya sendiri melalui kegiatan
eksperimen sehingga pada
akhirnya tingkat berfikir
anak akan terlatih dan berkembang secara optimal.
Martinus Yamin
(2006 : 154) menyatakan bahwa metode eksperimen adalah metode pemberian
kesempatan kepada siswa perseorangan dan kelompok, untuk dilatih melakukan
suatu proses atau percobaan
Metode eksperimen
adalah salah satu
metode yang memberikan langsung keterampilan
proses, siswa dapat
mengalami, membuktikan,
menemukan, menarik kesimpulan,
dan memecahkan masalah.
Metode eksperimen dialami langsung
oleh siswa sehingga
siswa akan tertarik
untuk belajar secara aktif.
Metode eksperimen adalah
cara menyajikan pelajaran melalui percobaan-percobaan untuk
membuktikan suatu pertanyaan
atau hipotesis tertentu (Rusyan, 1993 : 110).
Penggunaan teknik
ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai
jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan
sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan
eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang
dipelajarinya. Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa
harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan
harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa
menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka
kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c)
dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses
percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan
pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen
adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas,
sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan,
juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek
eksperimen itu.
Prosedur
eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada
siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan
dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat
serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus
dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c)
Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu
memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
(d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,
mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Metode eksperimen
lebih sesuai untuk
menyajikan pembelajaran IPA, namun
seperti metode lainnya.
Metode eksperimen juga
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode eksperimen :
1)
Membuat
peserta didik percaya
pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri dari pada
hanya menerima kata guru atau dari buku
2)
Peserta
didik aktif terlibat
mengumpulkan fakta, informasi
atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan.
3)
Dapat
menggunakan dan melaksanakan
prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah.
4)
Memperkaya pengalaman
dengan hal-hal yang
bersifat objektif, realistis dan
menghilangkan verbalisme.
Selain kelebihan
tersebut, metode eksperimen
juga memiliki kelemahan, yaitu
sebagai berikut:
1)
Metode ini lebih
sesuai untuk menyajikan
bidang-bidang IPA dan teknologi.
2)
Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan
ketabahan.
3)
Setiap eksperiemen tidak selalu memberikan hasil yang
diharapkan.
4)
Dalam
kehidupan tidak semua
hal dapat dijadikan
materi eksperimen.
Langkah-langkah Pembelajaran
dengan metode eksperimen
tersebut meliputi:
1)
Kegiatan Persiapan
a)
Merumuskan
tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai dengan metode eksperimen;
b)
Menyiapkan
materi pembelajaran yang
diajarkan melalui eksperimen;
c)
Menyiapkan
alat, sarana dan
bahan yang diperlukan
dalam eksperimen;
d)
Menyiapkan
panduan prosedur pelaksanaan
eksperimen, termasuk Lembar Kerja
Siswa (LKS).
2)
Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
a)
Kegiatan Pembukaan
(1)
Menanyakan
materi pembelajaran yang
telah diajarkan minggu lalu (apersepsi);
(2)
Memotivasi
siswa dengan mengemukakan
ceritera anekdot yang ada kaitannya dengan materi
pembelajaran yang akan diajarkan;
(3)
Mengemukakan
tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai, dan prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b)
Kegiatan Inti
(1)
Siswa
diminta membantu menyiapkan
alat dan bahan
yang akan dipakai dalam
eksperimen;
(2)
Siswa
melaksanakan eksperimen berdasarkan
panduan dan LKS yang telah disiapkan guru;
(3)
Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan;
(4)
Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.
c)
Kegiatan Penutup
(1)
Guru meminta siswa untuk merangkum hasil
eksperimen;
(2)
Guru mengadakan evaluasi hasil dan alat
eksperimen;
(3)
Tindak
lanjut, yaitu meminta
siswa yang belum
menguasai materi eksperimen untuk
mengulang lagi eksperimennya, dan
bagi yang sudah menguasai diberi
tugas untuk pendalaman.
B.
Hipotesis
Tindakan
Dengan mempertimbangkan dan
merujuk pada beberapa pendapat ahli, disusunlah hipotesis tindakan sebagai
berikut :
a. Penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran
IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri .............
b. Penggunaan metode percobaan pada pembelajaran
IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri .............
C.
Indikator
dan Kriteria Keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar
ajar ketuntasan belajar siswa dalam mempelajari materi pembelajaran. Siswa
dinyatakan tuntas dengan kriteria mencapai penguasaan materi di atas KKM atau
mendapat nilai minimal 64. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur
peningkatan motivasi belajar adalah
ketekunan menghadapi tugas selama mengikuti kegiatan pembelajaran dan keuletan
dalam menghadapi kesulitan. Siswa dinyatakan termotivasi belajarnya apabila
siswa menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah yang membutuhkan
pemecahan, siswa lebih senang bekerja mandiri, dan dapat mempertahankan
pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis dan dapat diterima secara ilmiah.
Kriteria keberhasilan yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan proses pembelajaran melalui upaya perbaikan pembelajaran sebagai
berikut :
1.
Siswa dinyatakan tuntas apabila menguasai 70% materi
pembelajaran atau mendapatkan nilai di atas KKM minimal 64..
2.
Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan prestasi
belajar siswa) dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa tuntas dalam
belajar.
3.
Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil
apabila 75% dari jumlah siswa mengalami peningkatan motivasi belajar selama
proses pembelajaran berlangsung.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
1. Karakteristik Siswa
Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya
permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian
tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap
proses dan atau hasil belajar pserta didik, dan atau implementasi sesuatu
program sekolah.
Penelitian Tindakan Kelas memiliki karakteristik penting yaitu masalah
diteliti untuk dipecahkan harus berangkat dari persoalan praktik pembelajaran
yang dilakukan sehari-hari dikelas. Jadi, Penelitian Tindakan Kelas akan dapat
dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya masalah yang terkait
dengan proses dan hasil pembelajaran yang dihadapi di kelas dan harus
dipecahkan. Dengan kata lain Penelitian tindakan adalah penelitian kontekstual,
artinya praktis yang sesuai dengan problem yang muncul dilapangan. Penelitian
bukan menerapkan teori tetapi menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan
teori sebagai sandaran sekaligus teori dimodifikasi secara kontekstual. PTK ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri ............,
dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 19
siswa perempuan.
Tabel 3.1 Usia
Siswa Kelas V SD Negeri ............ Berdasarkan Kelompok Umur
No
|
Tahun
|
Siswa
|
Jumlah
|
Ket
|
||
Lahir
|
Usia
|
P
|
L
|
|||
2
|
1999
|
13
|
1
|
4
|
5
|
|
3
|
2000
|
12
|
7
|
14
|
21
|
|
4
|
2001
|
11
|
4
|
2
|
6
|
|
5
|
2002
|
10
|
-
|
-
|
-
|
|
5
|
2003
|
9
|
-
|
-
|
-
|
|
Jumlah
|
11
|
20
|
31
|
|
Berdasarkan jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri ............ sebagian besar
didominasi bekerja sebagai buruh dan
petani, hal tersebut didukung oleh kondisi geografis desa Salebu yang berada di
daerah pegunungan dan hanya sebagian kecil yang
bekerja di luar di sektor tersebut, misalnya bekerja di sektor jasa. Secara rinci
sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 3.2 Daftar
Pekerjaan Orang Tua Siswa Kelas V SD Negeri ............
No
|
Pekerjaan
|
Siswa
|
Jumlah
|
Keterangan
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
||||
1
|
Buruh
|
2
|
4
|
6
|
|
2
|
Tani
|
5
|
12
|
17
|
|
3
|
Dagang
|
3
|
2
|
5
|
|
4
|
Swasta
|
1
|
-
|
1
|
|
5
|
PNS
|
-
|
1
|
1
|
|
6
|
Sektor Lainnya
|
-
|
1
|
1
|
|
Jumlah
|
11
|
19
|
31
|
|
Lokasi sekolah SD Negeri ............
berada di daerah pegunungan di mana sarana transportasinya cukup sulit karena
kondisi prasarana jalan yang kurang memadai terutama kondisi sarana jalan yang
rusak, namun kondisi tersebut tidak mempengaruhi kinerja guru dan juga semangat
para siswa untuk menuntut ilmu. Keadaan ini dibuktikan dengan diraihnya
beberapa kejuaraan baik yang bersifat akademik maupun non akademik di tingkat
kecamatan bahkan ada yang sampai tingkat kabupaten.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri ............ yang berlokasi di Desa Salebu Kecamatan Majenang Kabupaten
Cilacap. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu dua bulan mulai dari bulan Maret
sampai dengan bulan April 2012 dengan rincian per siklusnya sebagai berikut :
a. Siklus Pertama : Sabtu, 24 Maret 2012
Senin,
26 Maret 2012
b. Siklus Kedua : Kamis, 29 Maret 2012
Jum’at,
30 Maret 2012
3. Materi Kajian
Mata pelajaran yang menjadi
bahan kajian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas V semester
2 dengan spesifikasi sebagai berikut :
Standar Kompetensi Memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya
alam
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia
yang dapat mengubah permukaan bumi
Indikator : Mengidentifikasi kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Materi pokok : Menyebutkan aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi permukaan bumi.
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 x pertemuan)
B. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas
memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan MC Taggar,1992)
yaitu Planning (rencana), Action (tindakan), Observation
(pengamatan) dan Reflection (refleksi). Untuk lebih memperjelas mari
kita perhatikan tahapan-tahapan berikut:
Gambar 3.1. Tahapan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (Wardani, 2006 : 46)
1.
Perencanaan
Perencanaan selalu mengacu kepada
tindakan apa yang dilakukan, dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana
obyektif dan subyektif. Dalam perencanaan tersebut, perlu dipertimbangkan
tindakan khusus apa yang dilakukan, apa tujuannya. Mengenai apa, siapa
melakukan, bagaimana melakukan, dan apa hasil yang diharapkan. Setelah pertimbangan
itu dilakukan, maka selanjutnya disusun gagasan-gagasan dalam bentuk rencana
yang dirinci. Kemudian gagasan-gagasan itu diperhalus, hal-hal yang tidak
penting dihilangkan, pusatkan perhatian pada hal yang paling penting dan
bermanfaat bagi upaya perbaikan yang dipikirkan. Sebaiknya perencanaan tersebut
didiskusikan dengan guru yang lain untuk memperoleh masukan.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Jika perencanan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan
yang cukup matang, maka proses tindakan semata-mata merupakan pelaksanaan
perencanaan itu. Namun, kenyataan dalam praktik tidak sesederhana yang
dipikirkan. Oleh sebab itu, pelaksanaan tindakan boleh jadi berubah atau
dimodifikasi sesuai dengan keperluan di lapangan. Tetapi jangan sampai
modifikasi yang dilakukan terlalu jauh menyimpang. Jika perencanaan yang telah
dirumuskan tidak dilaksanakan, maka Guru hendaknya merumuskan perencanaan
kembali sesuai dengan fakta baru yang diperoleh.
3.
Pengamatan
Hal yang tidak bisa dilupakan, bahwa sambil melakukan tindakan
hendaknya juga dilakukan pemantauan secara cermat tentang apa yang terjadi.
Dalam pemantauan itu, lakukan pencatatan-pencatatan sesuai dengan form yang
telah disiapkan. Catat pula gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang muncul, dan
segala sesuatu yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran. Secara teknis operasional, kegiatan
pemantauan dapat dilakukan oleh Guru lain. Di sinilah letak kerja kolaborasi
antar profesi. Namun, jika petugas pemantau itu bukan rekanan peneliti,
sebaiknya diadakan sosialisasi materi pemantauan untuk menjaga agar data yang
dikumpulkan tidak terpengaruh minat pribadinya. Untuk memperoleh data yang
lebih obyektif, Guru dapat menggunakan alat alat optik atau elektronik, seperti
kamera, perekam video, atau perekam suara. Pada setiap kali akan mengakhiri
penggalan kegiatan, lakukanlah evaluasi terhadap hal-hal yang telah
direncanakan. Jika observasi berfungsi untuk mengenali kualitas proses
tindakan, maka evaluasi berperan untuk mendeskripsikan hasil tindakan yang
secara optimis telah dirumuskan melalui tujuan tindakan.
4.
Refleksi
Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang
telah dihasilkan, atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas
dari langkah atau upaya yang telah dilakukan. Dengan perkataan lain, refleksi
merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan.
Untuk maksud ini, guru hendaknya terlebih dahulu menentukan kriteria
keberhasilan.
Hasil refleksi terhadap
tindakan yang dilaksanakan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika
ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memecahkan masalah.
|
Gambar
3.2. Daur PTK dalam Dua Siklus Perbaikan Pembelajaran
Setelah siklus ini
berlangsung beberapa kali barangkali perbaikan yang diinginkan telah terjadi,
maka kegiatan pembelajaran telah berakhir. Namun apabila muncul masalah baru
yang perlu diatasi, akan kembali dicari pemecahannya melalui daur PTK. Bagan
yang menggambarkan beberapa siklus kegiatan perbaikan pembelajaran seperti
berikut ini. Secara lebih terperinci, daur PTK dapat dilihat pada gambar 3.3.
Gambar
3.3. Diagram Siklus Perbaikan Pembelajaran
(dimodifikasi dari Rusna Ristasa, 2006 : 46)
Prosedur perbaikan pembelajaran
pada gambar di atas selanjutnya dirancang dalam urutan tahapan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasikan masalah, menganalisis dan
merumuskan masalah serta merumuskan hipotesis.
2. Menemukan cara memecahkan masalah/ tindakan
perbaikan.
3. Merancang skenario tindakan perbaikan yang
dikemas dalam Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP).
4. Mendiskusikan aspek-aspek yang diamati dengan
teman sejawat yang ditugasi sebagai pengamat (observer).
5. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
skenario yang telah dirancang dan diamati oleh teman sejawat.
6. Mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman
sejawat (observer).
7. Melakukan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
8. Konsultasi dengan supervisor.
9. Merancang tindak lanjut.
10.
Re-planning, dan seterusnya; sampai ditetapkan.
C. Data, Teknik Pengumpulan, dan Analisis Data
1. Sumber Data : Sumber Data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V SD Negeri ............
dalam kegiatan belajar mengajar
2.
Jenis Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan
kuantitatif yang terdiri atas :
a.
Proses belajar mengajar
b.
Data Hasil Belajar / tes formatif
c. Data keterkaitan antara perencanaan dengan
pelaksanaan kegiatan
3.
Cara Pengumpulan Data
a. Data
Kuantitatif
1) Data tentang hasil belajar siswa dengan
memberikan tes kepada siswa.
2) Data tentang penilaian kegiatan siswa dengan
menggunakan lembar penilaian kegiatan siswa untuk setiap kelompok.
b. Data
Kualitatif
1) Data tentang kemudahan siswa dalam memahami
materi setelah intervensi, dilakukan melalui wawancara dengan siswa.
2) Data tentang kesungguhan belajar siswa,
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.
4. Analisis Data
Analisis dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak
sebelum memasuki lapangan, Selama
di lapangan dan
setelah selesai di lapangan.
Analisis data yang
akan dilakukan secara
kualitatif mengkategorikan
dan mengklraifikasi berdasarkan
analisis, kemudian
ditafsirkan dalam konteks
keseluruhan permasalahan penelitian.
Adapun langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:
a.
Kategorisasi
dan Kodifikasi. Pada
tahap ini data
yang telah terkumpul kemudian
diseleksi dan dihimpun
dengan karakteristiknya.
b.
Reduksi
data. Pada tahap
ini data yang
terkumpul di lapangan, setelah di
kategorikan kemudian dikodefikasi
lanjut dan di tuangkan dalam laporan
c. Klasifikasi Data. Pada tahap ini data yang terkumpu
digunakan untuk melihat gambaran
data secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu.
5. Observer
Dalam pengumpulan data tersebut, peneliti dibantu oleh teman sejawat dengan identitas dan
tugas sebagai berikut:
Nama : SRI
HARTINI, S.Pd.SD
NIP : 19660610 198810 2 001
Pekerjaan : Guru Kelas
Tugas : - Mengobservasi pelaksanaan perbaikan
pembelajaran mulai siklus pertama sampai dengan selesai.
- Memberikan masukan tentang kekuatan dan
kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran.
- Ikut merencanakan proses dan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran.
D. Deskripsi per Siklus
1. Siklus Pertama
Kegiatan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, dengan penjelasan
kegiatan per pertemuan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Kelas/Semester : V (lima) / 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Standar Kompetensi Memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya
alam
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia
yang dapat mengubah permukaan bumi
Indikator : Mengidentifikasi kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Materi pokok : Menyebutkan aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi permukaan bumi
Waktu Pelaksanaan : 24 Maret 2012 dan 26 Maret 2012
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 x pertemuan)
a. Perencanaan
Berdasarkan rumusan hipotesis
yang telah dibuat, peneliti menyiapkan dan menetapkan rencana perbaikan
pembelajaran beserta skenario tindakan.
Skenario tindakan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan
siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan.
Terkait dengan rencana
perbaikan pembelajaran, peneliti perlu menyiapkan berbagai bahan yang
diperlukan sesuai dengan hipotesis yang dipilih seperti : lembar kerja, alat
bantu pembelajaran, lembar tes formatif dan lembar observasi.
Selanjutnya
peneliti bersama observer menyepakati fokus dan kriteria serta mensimulasikan
RPP dan skrenario pembelajaran bersama teman sejawab (observer) untuk
menghindari kegagalan dalam proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
dilakukan dalam dua kali pertemuan.
b. Pelaksanaan
1) Pertemuan Pertama
a) Kegiatan Awal
Pembelajaran diawali peneliti
mengucapkan salam, mengabsen siswa dan menyiapkan alat pembelajaran. Siswa
duduk dengan tertib segera siap-siap mengikuti pelajaran. Peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan apersepsi untuk menguatkan motivasi belajar siswa
Sebagai apersepsi, peneliti
bertanya kepada siswa “Apakah ada diantara kalian yang pernah pergi ke
pantai?”, tanya peneliti. Pipit Sutari
menjawab, “Pernah, Bu. Saya pernah ke pantai Teluk Penyu di Cilacap”. “Nah, apa
yang kamu lihat di sana ?”. “Ombak, serta pemandangan pantai serta pulau
Nusakambangan sangat indah, Bu Guru”,
jawab Pipit Sutari lagi.
“Baiklah, dari jawaban Pipit Sutari, Bu Guru ingin menanyakan sesuatu
yang berhubungan dengan menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
permukaan bumi“. “Nah sekarang, Apa yang
dimaksud dengan ombak ?” “Gerakan air laut yang disebabkan oleh angin”, jawab
Tania Aurelia. “Bagaimana anak-anak !, apakah betul jawab dari Tania Aurelia?”
Anak-anak belum ada yang menjawab,…(agak
lama..) “Betul …. Bu !” “ya bagus !”
jawab Bu Guru. “Nah … anak-anak hari ini
kita akan belajar mengenai Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
permukaan bumi yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa alam, misalnya abrasi
ombak laut, peristiwa pasang surut dan lain sebagainya, apakah kalian siapa ?”,
tanya peneliti. “Siap, Bu Guru !”,
siswa menjawab dengan serempak.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan pertama,
peneliti mengawalinya dengan menjelaskan pengertian Menyebutkan
aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi, dan beberapa macam
Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi melalui
tampilan gambar yang ditempel di papan tulis. Anak-anak perhatikan gambar yang
terpasang di papan tulis, gambar apa ini? Peneliti menunjuk gambar yang depan
(paling kanan). “Anak-anak, gambar apakah ini ?”, tanya peneliti sambil
menunjuk gambar yang ada di kanan.
Gambar 3.4 Beberapa bentuk
aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi karena angin (sumber : Buku IPA V, Poppy K Devi, dkk, 2010 : 164-165
)
Secara serempak anak-anak
menjawab, “Peristiwa alam berupa badai, Bu Guru !. Peneliti menjawab, “Ya kalian benar!, itu
adalah gambar peristiwa atau kejadian badai di laut”. “Sekarang coba kalian
jelaskan, apakah peristiwa alam apa yang dapat merubah kenampakan bumi akibat
peristiwa badai tersebut ?”. Guru
menunjuk salah satu siswa yang bernama Farid Ghani untuk menjawab. “Ada, Bu
Guru. Angin dan ombak, yang berhembus kencang dapat merubah kenampakan bumi
berupa abrasi karang dan garis pantai”, jawab Farid Ghani. “Ya, betul !”. jawab
peneliti.
Kegiatan selanjutnya adalah
melaksanakan percobaan apakah angin dapat merubah kenampakan suatu tempat, yang akan dilakukan di halaman sekolah.
Kemudian peneliti membagi siswa dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari
enam sampai dengan tujuh orang. Kepada masing-masing kelompok diberi lembar
kerja yang berisi soal pengerjaan dalam melakukan percobaan. Semua siswa pergi ke halaman sekolah, dan
sebelum percobaan dilakukan, peneliti
memberi penjelasan singkat tentang cara kerja atau petunjuk kerja, tidak lupa
peneliti mengecek peralatan dan kesiapan siswa. Setiap tugas harus dijawab
melalui proses belajar aktif yang melibatkan siswa untuk berpikir kreatif.
Siswa dibimbing untuk melaksanakan percobaan
sehingga secara langsung mengamati peristiwa yang terjadi, mencari
keterangan, menganalisa data, mensintetis dan membuat kesimpulan.
Dengan berbekal lembar kerja,
siswa mulai melaksanakan percobaan, melakukan pengamatan, menganalisa data,
mensintesis dan membuat kesimpulan dari apa yang mereka amati. Peneliti
mengawasi proses kegiatan yang dilakukan tiap-tiap kelompok. Peneliti
membimbing kelompok yang membutuhkan bimbingan, sambil melakukan penilaian
pengamatan atau tes perbuatan. Setelah lembar kerja selesai dikerjakan,
semua siswa kembali ke kelas dan
tiap-tiap kelompok diberi kesempatan untuk melaporkan hasil percobaan serta pengamatan. Selanjutnya secara
bersama-sama siswa mengevaluasi hasil percobaan yang baru saja dilakukan.
Kemudian dengan bimbingan guru menyusun kesimpulan akhir kegiatan pembelajaran.
c) Kegiatan Akhir
Siswa disuruh kembali ke
tempat duduknya masing-masing. Sedangkan lembar kerja dikumpulkan untuk
dinilai. Siswa mencatat rangkuman. Kegiatan ini sekaligus mengakhiri pelaksanaan
pertemuan pertama.
2) Pertemuan Kedua
a) Kegiatan Awal
Pada pertemuan kedua,
pembelajaran diawali peneliti mengucapkan salam, mengabsen siswa dan menyiapkan
alat pembelajaran. Siswa duduk dengan tertib segera siap-siap mengikuti
pelajaran.
Sebagai apersepsi, peneliti
kembali bertanya kepada siswa salah seorang siswa “Apa yang dimaksud dengan
abrasi?” “Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh air”, jawab Kartika
Sari. “Bagaimana anak-anak !, apakah betul jawab dari Kartika Sari ?” “Betul …. Bu !”, jawab para siswa secara
serempak. “Ya bagus !” jawab Bu
Guru. “Nah … anak-anak hari ini kita
akan belajar mengenai peristiwa alam yang dapat merubah kenampakan bumi di
sekitar kita dengan melakukan beberapa percobaan, yang akan dipraktikan
langsung oleh kalian semua, apakah kalian sudah siap ?” tanya peneliti. “Siap,
Bu Guru !.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan
kedua, peneliti mengulang kegiatan
sebagaimana pertemuan pertama. Peneliti mengawalinya dengan menjelaskan
pengertian abrasi, erosi dan beberapa macam penyebab yang dapat merubah
kenampakan bumi di sekitar kira. Untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, peneliti menyajikan
beberapa gambar yang berhubungan dengan materi pembelajaran.
Gambar 3.5 Beberapa bentuk Menyebutkan
aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi karena gelombang air laut
(sumber : Buku IPA 5, Poppy, dkk, 2010 : 166)
“Anak-anak perhatikan gambar
yang terpasang di papan tulis, gambar apa ini?, tanya peneliti sambil
menunjuk gambar yang paling kanan.
Secara serempak anak-anak menjawab, “Keadaan di garis pantai, Bu Guru !. Peneliti menjawab, “Ya kalian benar!, Ini
menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi karena angin
dan air laut yang terjadi di pantai”. “Sekarang coba kalian jelaskan, gambar
yang di bawahnya?”. Guru menunjuk salah
satu siswa yang bernama Ilyas Bahtiar untuk menjawab. “Peristiwa abrasi oleh
ombak pada karang di laut”, jawab . “Ya, betul !”. jawab peneliti. “Dari
gambar-gambar yang disajikan, apakah kalian ada yang belum jelas ?”, tanya
peneliti. Hampir seluruh siswa menjawab, “Jelas semua, Bu Guru”. “Baiklah kalau
begitu, mari kita lanjutkan pelajarannya”, lanjut peneliti.
Kegiatan selanjutnya adalah
melaksanakan percobaan apakah air dapat menyebabkan aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi permukaan bumi ?, yang akan
di lakukan di halaman sekolah. Kemudian peneliti membagi siswa dibagi menjadi
empat kelompok yang terdiri dari enam sampai dengan tujuh orang. Kepada
masing-masing kelompok diberi lembar kerja yang berisi soal pengerjaan dalam
melakukan percobaan. Semua siswa pergi ke halaman sekolah, dan sebelum
percobaan dilakukan, peneliti memberi
penjelasan singkat tentang cara kerja atau petunjuk kerja, tidak lupa peneliti
mengecek peralatan dan kesiapan siswa. Setiap tugas harus dijawab melalui
proses belajar aktif yang melibatkan siswa untuk berpikir kreatif. Siswa
dibimbing untuk melaksanakan percobaan
sehingga secara langsung mengamati peristiwa yang terjadi, mencari
keterangan, menganalisa data, mensintetis dan membuat kesimpulan. Dengan
berbekal lembar kerja, siswa mulai melaksanakan percobaan, melakukan
pengamatan, menganalisa data, mensintesis dan membuat kesimpulan dari apa yang
mereka amati. Peneliti mengawasi proses kegiatan yang dilakukan tiap-tiap
kelompok. Peneliti membimbing kelompok yang membutuhkan bimbingan, sambil
melakukan penilaian pengamatan atau tes perbuatan. Setelah lembar kerja selesai
dikerjakan, semua siswa kembali ke kelas
dan tiap-tiap kelompok diberi kesempatan untuk melaporkan hasil percobaan serta pengamatan. Selanjutnya secara
bersama-sama siswa mengevaluasi hasil percobaan yang baru saja dilakukan.
Kemudian dengan bimbingan guru menyusun kesimpulan. Siswa disuruh kembali ke
tempat duduknya masing-masing. Sedangkan lembar kerja dikumpulkan untuk
dinilai. Siswa mencatat rangkuman.
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, peneliti
membacakan kembali hasil kesimpulan dari kegiatan belajar yang dilaksanakan.
Siswa mencatat di buku masing-masing. Kemudian siswa menerima lembar soal tes
formatif supaya dikerjakan secara individu. Setelah selesai mengerjakan tes
formatif, peneliti menyuruh siswa untuk mengumpulkan lembar soal dan lembar
jawab untuk dinilai. Di akhir kegiatan peneliti memberikan saran dan tidak
lanjut untuk pembelajaran berikutnya.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh
observer dengan lembar observasi yang telah disediakan. Hasil observasi
tersebut akan digunakan sebagai bahan diskusi untuk pelaksanaan perbaikan
pembelajaran pada pertemuan dan siklus selanjutnya. Dari hasil diskusi antara
observer dan peneliti disimpulkan kelemahan dan kekurangan pelaksanaan
pembelajaran, yaitu siswa nampak kurang aktif dalam melaksanakan kegiatan, hal
tersebut dikarenakan jumlah anggota kelompok yang terlaku banyak dan masih kurang
meratanya kemampuan antar individu dalam satu kelompok.
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan siklus
I, peneliti bersama
observer mengadakan diskusi. Berdasarkan
data yang diperoleh
dari hasil observasi, dan hasil
tes kemampuan siswa
dalam memahami materi
kenampakan bumi, peneliti bersama
observer mengadakan diskusi
mengenai hal-hal yang
harus diperhatikan atau ditingkatkan.
Dari identifikasi masalah
dapat disimpulkan bahwa proses
tindakan siklus I masih harus ditingkatkan, terutama motivasi siswa pada
saat mengikuti pembelajaran.
Hal ini terbukti
selama proses pembelajaran siswa masih
terlihat pasif. Siswa
belum berani untuk
menjawab pertanyaan dari guru,
mengemukakan pendapat atau
mengajukan pertanyaan, dan
belum berani tampil di
depan kelas mengerjakan
hasil penemuan. Pada
pertemuan ini, siswa masih banyak mengalami hambatan dalam
menemukan konsep kenampakan bumi.
Dari hasil observasi
menggambarkan, peneliti sudah
jelas dan relevan dalam
menerangkan materi. Hal
ini terjadi karena
dalam kegiatan pembelajaran kepada siswa,
peneliti memberi contoh
kenampakan bumi seperti
gunung dan pesawahan. Selain itu,
peneliti sudah membimbing dan mengarahkan siswa dalam praktik menemukan
konsep kenampakan bumi. Sehubungan
dengan hal tersebut,
maka pada siklus
II, direncanakan kegiatan yang
lebih terfokus kepada kegiatan siswa dengan menggali pengalaman siswa mengenai
aktivitas atau pengalaman
sehari-hari yang berkaitan
dengan pemanfaatan
kenampakan bumi. Selain
itu, pada setiap
kelompok ditunjuk tutor sebaya
yakni siswa yang sudah mencapai
ketuntasan untuk menjadi pembimbing temannya
yang mengalami hambatan
dalam menemukan konsep
kenampakan bumi, dan dilakukan
percobaan lain yang lebih menarik, kemudian memaksimalkan pembimbingan agar
siswa mampu menemukan sendiri informasi dengan mengemas pembelajaran secara
menarik dan menciptakan iklim belajar yang kondusif. Selain itu jumlah anggota
masing-masing kelompok diperkecil.
2. Siklus Kedua
Kegiatan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran pada siklus kedua dilaksanakan dalam dua pertemuan
Adapun deskripsi kegiatan dan penjelasan
kegiatan per pertemuan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Kelas/Semester : V (lima) / 2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Standar Kompetensi Memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya
alam
Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia
yang dapat mengubah permukaan bumi
Indikator : Mengidentifikasi kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Materi pokok : Menyebutkan aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi permukaan bumi.
Waktu Pelaksanaan : 29 Maret 2012 dan 20 Maret 2012
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (2 x pertemuan)
1) Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi
dari siklus pertama, peneliti merevisi rencana perbaikan pembelajaran beserta
skenario tindakan. Terkait dengan revisi rencana perbaikan pembelajaran,
peneliti menyiapkan berbagai alat dan bahan yang diperlukan, meliputi : lembar
kerja siswa, lembar tes formatif dan lembar observasi, alat dan bahan
percobaan.
Selanjutnya
peneliti bersama observer menyepakati fokus dan kriteria serta mensimulasikan
RPP dan skrenario pembelajaran bersama teman sejawab (observer) untuk
menghindari kegagalan dalam proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
dilakukan dalam dua kali pertemuan.
2) Pelaksanaan
a. Pertemuan Pertama
a) Kegiatan Awal
Siswa berbaris di depan kelas
dan segera masuk dengan tertib. Setelah duduk, ketua kelas memimpin
teman-temannya untuk berdoa dilanjutkan memberi salam kepada peneliti.
Penelitipun menjawab salam serta mengabsen siswa. Peneliti menyiapkan lembar kerja, lembar
observasi, lembar evaluasi, dan alat peraga berupa gambar tentang Menyebutkan
aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi, serta alat dan bahan
untuk melakukan percobaan berikutnya. Peneliti mengubah kelompok siswa dan
membagi siswa menjadi tujuh kelompok dengan jumlah empat orang. Peneliti
memerintahkan siswa berkelompok sesuai kelompok belajar masing-masing.
Peneliti melakukan apersepsi
melalui pertanyaan. “Coba sebutkan beberapa penyebab perubahan kenampakan yang
kalian ketahui ?”. Deviana menjawab “Air, Bu Guru, karena air dapat menyebabkan
banjir, karena banjir tersebut kenampakan bumi dapa berubah !”. “Angin, apalagi
kalau angin itu berupa angin puting beliung, Bu Guru !’, sahut Fatur At Taubah
“Kebakaran hutan, Bu Guru. Hutan bisa gundul apabila terjadi kebakaran hutan
!”, Seru Ragil Apriyanto. Peneliti
menjawab, “Ya, betul sekali, semua jawaban kalian, kalian memang murid-murid
Ibu yang rajin dan pintar !”, puji peneliti.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan pertama,
peneliti menyiapkan lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi, dan alat
peraga berupa gambar tentang menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
permukaan bumi, serta alat dan bahan untuk melakukan percobaan berikutnya.
Peneliti mengubah kelompok siswa dan membagi siswa menjadi tujuh kelompok
dengan jumlah empat orang. Peneliti memerintahkan siswa berkelompok sesuai
kelompok belajar masing-masing. Peneliti melanjukan penjelasannya tentang
materi Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi dapat,
peneliti mendemonstrasikan sebuah percobaan terhadap peristiwa abrasi air laut
dengan menyiramkan air ke tumpukan pasir yang sudah ditata sedemikian rupa.
Percobaan ini sama dengan kondisi alamiah yang terjadi karena peristiwa abrasi
di pantai, seperti gambar ini di bawah ini :
Gambar 3.6 Upaya mencegah asbrasi
di pantai akibat ombak laut (sumber : Buku IPA V, Sularmi, dkk, 2010: 149)
Peneliti kemudian menjelaskan secara ringkas tentang gambar yang
disajikan. Abrasi disebabkan pengikisan pantai oleh gelombang air laut. Arah
gelombang air laut ditentukan oleh arah angin yang bergerak di permukaan laut
dan besarnya gelombang air laut bergantung pada kecepatan angin. Selain itu,
ada tidaknya pohon pelindung, jenis batuan, dan tanah di pantai juga
berpengaruh terhadap abrasi.Upaya yang dapat dilakukan manusia untuk mencegah
terjadinya abrasi, di antaranya 1) membuat tanggul, karena tTanggul di tepi
pantai berguna untuk menahan ombak yang menghantam pantai yang dapat
menyebabkan abrasi, 2) Membuat pemecah gelombang, karena gelombang laut yang
besar dapat dipecah menjadi lebih kecil dengan
membuat beton yang dipasang di perairan pantai, dan 3) menanam pohon
bakau. Penanaman pohon bakau di pantai
juga dapat mencegah abrasi. Pohon ini
mempunyai akar tunjang yang banyak
dan kuat sehingga mampu menahan
ombak atau gelombang air laut.
Nah.. anak-anak untuk lebih
jelasnya kalian mencoba sendiri bersama kelompokmu dan amati apa yang terjadi,
setelah itu coba kamu lakukan dengan benda yang lain, lalu amati lagi dan
seterusnya.
Kemudian peneliti membagi
lembar kerja untuk dibaca dulu dan dikerjakan sesuai dengan perintah yang sudah
dituliskan pada lembar kerja siswa. Peneliti memerintahkan kepada masing-masing
kelompok untuk mengecek dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk
percobaan.
Kegiatan selanjutnya, siswa
melaksanakan kegiatan eksperimen tentang ketahanan dan kemiringan tanah
terhadap erosi maupaun abrasi.
c) Kegiatan Akhir
Siswa segera berkelompok
mengerjakan lembar kerja untuk melakukan percobaan. Siswa melakukan percobaan,
pengamatan dan mengambil keputusan. Siswa mengisi lembar kerja dan menuliskan
kesimpulan. Sementara itu, peneliti membimbing siswa atau kelompok yang
mengalami kesulitan. Peneliti juga melaksanakan tes proses atau mengisi lembar
pengamatan cara kerja siswa. Setelah percobaan selesai, melaporkan hasil
percobaannya dan kembali duduk di bangku masing-masing untuk mencatat
rangkuman. Kegiatan ini sekaligus mengakhiri pelaksanaan pertemuan pertama.
b. Pertemuan Pertama
1) Kegiatan Awal
Sebagaimana pelaksanaan
pertemuan pertama, siswa berbaris di depan kelas dan segera masuk dengan
tertib. Setelah duduk, ketua kelas memimpin teman-temannya untuk berdoa
dilanjutkan memberi salam kepada peneliti. Penelitipun menjawab salam serta
mengabsen siswa. Peneliti menyiapkan
lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi, dan alat peraga berupa gambar
tentang Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi,
serta alat dan bahan untuk melakukan percobaan berikutnya. Peneliti mengubah
kelompok siswa dan membagi siswa menjadi tujuh kelompok dengan jumlah empat
orang. Peneliti memerintahkan siswa berkelompok sesuai kelompok belajar
masing-masing.
2) Kegiatan Inti
Pada pertemuan kedua,
peneliti melanjukan penjelasannya tentang materi “bahwa Menyebutkan aktivitas
alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi dapat mengubah gerak suatu benda”,
peneliti mendemonstrasikan sebuah peristiwa pasang dan surut dengan menggunakan
media air. Percobaan ini sama dengan kondisi alamiah yang dialami pasir di
gurun pasir seperti gambar ini (sambil menunjukkan gambar yang dimaksud)
Gambar 3.7 Peristiwa pasang surut
air laut (sumber : Buku IPA 5, Hery, dkk, 2010: 143)
Peneliti kemudian menjelaskan
gambar. Bahwa selain menyebabkan banjir,pasang naik juga
mempengaruhipekerjaan nelayan mencari ikan di laut. Jika pasang naik,
perahu-perahu nelayan dapat berangkat dari dermaga yang dangkal dan berlayar
dengan mudah. Ikan-ikan di laut pun yang semula tinggal jauh di tengah pantai
kadangkala mendekat mengikuti air pasang. Nah, sebaliknya apa yang terjadi jika
pasang surut? Adanya pasang surut membuat air di sekitar dermaga menjadi
dangkal tidak dapat dilayari perahu dan kapal. Akibatnya kapal dan tidak dapat
sampai ke pantai.Nah.. anak-anak
untuk lebih jelasnya kalian mencoba sendiri bersama kelompokmu dan amati apa
yang terjadi, setelah itu coba kamu lakukan dengan benda yang lain, lalu amati
lagi dan seterusnya. Kemudian peneliti
membagi lembar kerja untuk dibaca dulu dan dikerjakan sesuai dengan perintah
yang sudah dituliskan pada lembar kerja siswa. Peneliti memerintahkan kepada
masing-masing kelompok untuk mengecek dan mempersiapkan peralatan yang
dibutuhkan untuk percobaan. Siswa segera
berkelompok mengerjakan lembar kerja untuk melakukan percobaan. Siswa melakukan
percobaan, pengamatan dan mengambil keputusan. Siswa mengisi lembar kerja dan
menuliskan kesimpulan. Sementara itu, peneliti membimbing siswa atau kelompok
yang mengalami kesulitan. Peneliti juga melaksanakan tes proses atau mengisi
lembar pengamatan cara kerja siswa.
3) Kegiatan Akhir
Setelah percobaan selesai, melaporkan
hasil percobaannya dan kembali duduk di bangku masing-masing untuk mencatat
rangkuman. Peneliti membacakan kembali kesimpulan materi pelajaran. Siswa
mencatat di buku masing-masing. Siswa kemudian mengerjakan lembar tes formatif.
Selesai mengerjakan tes formatif, peneliti menyuruh siswa mengumpulkan lembar
soal dan lembar jawab untuk dinilai.
3) Observasi
Observer
mengamati proses pembelajaran pada siklus kedua dengan menggunakan format
observasi yang telah disiapkan, hasil observasi menunjukkan peningkatan
pembelajaran yang baik, siswa aktif dan kreatif mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan
hasil pengamatan saat pelaksanaan kegiatan dan diskusi dengan observer dapat
dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran dinyatakan tuntas pada siklus kedua.
4)
Refleksi
Dari hasil analisis data
diketahui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi menyebutkan aktivitas alam
yang dapat mempengaruhi permukaan bumi pada siklus kedua telah memenuhi
kriteria ketuntasan, demikian pula halnya dengan peningkatan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran. Berdasarkan hasil intervensi tindakan yang sudah dicapai, serta
pelaksana tindakan pada
pelaksanaan tindakan pada
pelaksanaan tindakan pada
proses pembelajaran sudah
optimal dilaksanakan, maka
peneliti dan observer menyimpulkan
bahwa kegiatan yang
dilaksanakan sudah cukup
dan dinyatakan selesai dan tuntas pada
siklus II.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
E. Hasil Penelitian
Terkait dengan mutu
pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar sampai saat ini
masih jauh dan apa yang kita harapkan. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau prestasi
belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah menerapkan
metode eksperimen pada pembelajaran. Dengan penerapan metode eksperimen kepada
siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga
terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah
dengan harapan siswa mampu meningkatkan prestasi belajar atau prestasi siswa..
Hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan di
kelas V SDN ............ pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi dalam dua siklus dengan menggunakan metode eksperimen menunjukkan hasil yang
maksimal. Secara rinci dan jelas sebagaimana di bawah ini :
1. Siklus I
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan peneliti
Penjelasan guru
mengenai materi pembelajaran kurang bisa dipahami oleh para siswa dilanjutkan
dengan pelaksanaan kegiatan percobaan di luar kelas untuk meningkatkan pemahaman siswa akan materi pembelajaran. Hal tersebut
sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
a)
Data Hasil Perencanaan
Pada tahap perencanaan, data yang
diperoleh berupa: rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di
dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan;
seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data; dan data
pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS).
b)
Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Data
hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan menerapkan metode eksperimen
pada pembelajaran Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
permukaan bumi sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Materi Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan
bumi
No
|
Nama Siswa
|
Studi Awal (Nilai)
|
Nilai
|
Kriteria Ketuntasan
|
Ket
|
Siklus I
|
|||||
1
|
Fatur
At Taubah
|
50
|
60
|
B
|
|
2
|
Addien
Anugrah I
|
60
|
70
|
T
|
|
3
|
Aji
Permana Sukma
|
50
|
60
|
B
|
|
4
|
Amanda
Meirenza
|
70
|
70
|
T
|
|
5
|
Asfia
Nanda
|
50
|
60
|
B
|
|
6
|
Bagus
Nurkholik
|
60
|
70
|
T
|
|
7
|
Deviana
|
60
|
60
|
B
|
|
8
|
Erdin
Ardiyansyah
|
60
|
60
|
B
|
|
9
|
Farid
Ghani
|
70
|
70
|
T
|
|
10
|
Fitroh
Ramdani
|
50
|
50
|
B
|
|
11
|
Gamas
Irsa Ghatari
|
50
|
60
|
B
|
|
12
|
Ilyas
Bahtiar
|
60
|
70
|
T
|
|
13
|
Indah
Novitasari
|
50
|
60
|
B
|
|
14
|
Isna
Fitriana
|
60
|
70
|
T
|
|
15
|
Iqbal
Putra Pratama
|
70
|
70
|
T
|
|
16
|
Kartika
Sari
|
50
|
60
|
B
|
|
17
|
Luthfatul
Laila
|
50
|
60
|
B
|
|
18
|
Maida
Listiani
|
70
|
70
|
T
|
|
19
|
Mila
Nur Rahmi
|
60
|
70
|
T
|
|
20
|
Nopiyanti
|
50
|
60
|
B
|
|
21
|
Pipit
Fitriana
|
70
|
70
|
T
|
|
22
|
Pipit
Sekar Prastika
|
60
|
60
|
B
|
|
23
|
Ragil
Apriyanto
|
50
|
60
|
B
|
|
24
|
Rizka
Amalia Putri
|
60
|
70
|
T
|
|
25
|
Talenta
Dinda Das
|
70
|
70
|
T
|
|
26
|
Tania
Aurellia
|
50
|
60
|
B
|
|
27
|
Vanessa
Magdalena
|
60
|
70
|
T
|
|
28
|
Wiko
Nur Rahman
|
50
|
60
|
B
|
|
No
|
Nama Siswa
|
Studi Awal (Nilai)
|
Nilai
|
Kriteria Ketuntasan
|
Ket
|
Siklus I
|
|||||
29
|
Intan
Pandini
|
40
|
50
|
B
|
|
30
|
Sherlin
Apriliana
|
50
|
60
|
B
|
|
31
|
Pipit
Sutari
|
50
|
60
|
B
|
|
|
Jumlah
|
1.760
|
1.970
|
13
|
|
|
Rata-Rata
|
56,77
|
63,55
|
41,94
|
|
Keterangan
:
B : BelumTuntas
T : Tuntas
KKM : 64
Dari tabel 4.1 tentang Rekapitulasi Nilai
Tes Formatif Pembelajaran IPA Materi Aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
kenampakan bumi di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a) Sebelum perbaikan nilai rata-rata prestasi
belajar 56,77 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 63,55. Rata-rata
prestasi belajar naik 6,77.
b) Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat
ketuntasan belajar 13 siswa (41,94%).
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II rata-rata prestasi
belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas KKM sebesar 64,00 sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dan tingkat ketuntasan belajar
mencapai angka di atas 75% dari jumlah seluruh siswa.
3) Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai motivasi
siswa pada
pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi dengan menggunakan metode eksperimen pada studi
awal dan siklus pertama dapat
diterangkan sebagai berikut :
Tabel 4.2
Rekapitulasi Motivasi Siswa Pembelajaran IPA Materi Aktivitas Alam yang dapat
Mempengaruhi Kenampakan Bumi
No
|
Pembelajaran
|
Kenaikan Motivasi
Siswa
|
Persentase
|
1.
|
Studi Awal
|
13
|
41,94
|
2.
|
Siklus I
|
18
|
58,06
|
Dari data pada tabel 4.2 di atas dapat diperoleh
keterangan sebagai berikut :
a) Sebelum
perbaikan, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi siswa sebanyak 13 siswa atau 41,94%
b) Pada siklus
ke I, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi siswa sebanyak 18 siswa atau 58,06%
c) Dari sebelum
perbaikan ke siklus I, tingkat motivasi
siswa siswa meningkat sebesar 16,13%.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II motivasi belajar
siswa dapat mencapai perolehan di atas 75% sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan
4) Data Hasil Refleksi
Dari dua kali pertemuan yang
dilakukan, pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
kenampakan bumi dapat disimpulkan belum
berhasil karena baru ada 18
orang siswa (58,06%) dari 31 orang siswa yang dinyatakan prestasi belajarnya
kurang memenuhi nilai standar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tes formatif
perbaikan pembelajaran siklus pertama kurang atau sama dengan KKM sebesar 64.
Sementara itu selebihnya dari mereka yakni 13 orang siswa (41,49%) prestasi
belajarnya dinyatakan sudah memenuhi nilai standar, yang ditunjukkan dengan
perolehan nilai tidak kurang dari nilai 64 atau lebih, sedangkan peningkatan
nilai rata-rata prestasi belajar mencapai 63,55 dari perolehan studi awal
sebesar 56,77. Adapun penjelasan mengenai tingkat motivasi belajar adalah
sebesar 58,06 atau sebanyak 18 siswa dari 31 siswa. Angka tersebut belum mencapai kriteria yang
ditetapkan. Setelah peneliti dan observer mendiskusikan
hasil observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka
kelemahan siklus pertama akan ditanggulangi pada siklus kedua dengan menerapkan
:
a) Memberikan
bimbingan yang lebih
intensif dan merata
kepada setiap kelompok pada saat
siswa melakukan percobaan atau eksperimen.
b) Mengatur peran dan tugas kepada masing-masing
siswa didalam kelompok lebih merata, sehingga kegiatan eksperimen efektif dan
efisien, serta tepat waktu.
c) Dalam
pembuatan petunjuk lembar
kerja siswa (LKS)
sebagai pedoman eksperimen
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.
d) Penggunaan waktu dalam setiap langkah lebih
efektif.
e) Melaksanakan diskusi kelas membahas hasil
kegiatan percobaan atau eksperimen.
2. Siklus II
Setelah
mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada siklus kedua
peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, hasil yang
diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan
pada penjelasan di bawah ini :
1) Data Hasil Perencanaan
Pada siklus
II ini peneliti
mempersiapkan rencana berdasarkan
hasil refleksi terhadap pembelajaran siklus I yang dituangkan dalam
bentuk rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) II
yang dilengkapi dengan
lembar kerja siswa dengan
maksud untuk membantu
siswa dalam tahap
penyelidikan, dalam rangka pengumpulan
data maka disusun
aktivitas guru dan
siswa, keterampilan eksperimen dan soal prestasi belajar pretes dan
postes II.
2) Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Dari
hasil pelaksanaan tindakan pada siklus kedua yang dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan dengan menerapkan metode eksperimen, hasil pelaksanaan tindakan dapat
dijelaskan sebagaimana di bawah ini :
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA
Materi Aktivitas Alam Yang Dapat Mempengaruhi Kenampakan Bumi
No
|
Nama Siswa
|
Studi Awal (Nilai)
|
Siklus I
|
Nilai
|
Kriteria Ketuntasan
|
Ket
|
Siklus II
|
||||||
1
|
Fatur At Taubah
|
50
|
60
|
70
|
T
|
|
2
|
Addien Anugrah I
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
3
|
Aji Permana S
|
50
|
60
|
70
|
T
|
|
4
|
Amanda Meirenza
|
70
|
70
|
80
|
T
|
|
5
|
Asfia Nanda
|
50
|
60
|
70
|
T
|
|
6
|
Bagus Nurkholik
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
7
|
Deviana
|
60
|
60
|
70
|
T
|
|
8
|
Erdin A
|
60
|
60
|
70
|
T
|
|
9
|
Farid Ghani
|
70
|
70
|
80
|
T
|
|
10
|
Fitroh Ramdani
|
50
|
50
|
60
|
B
|
|
11
|
Gamas Irsa G
|
50
|
60
|
70
|
T
|
|
12
|
Ilyas Bahtiar
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
13
|
Indah Novitasari
|
50
|
60
|
60
|
B
|
|
14
|
Isna Fitriana
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
15
|
Iqbal Putra P
|
70
|
70
|
80
|
T
|
|
16
|
Kartika Sari
|
50
|
60
|
70
|
T
|
|
17
|
Luthfatul Laila
|
50
|
60
|
70
|
T
|
|
18
|
Maida Listiani
|
70
|
70
|
80
|
T
|
|
19
|
Mila Nur Rahmi
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
20
|
Nopiyanti
|
50
|
60
|
60
|
B
|
|
21
|
Pipit Fitriana
|
70
|
70
|
80
|
T
|
|
22
|
Pipit Sekar P
|
60
|
60
|
70
|
T
|
|
23
|
Ragil Apriyanto
|
50
|
60
|
70
|
T
|
|
24
|
Rizka Amalia P
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
25
|
Talenta Dinda Das
|
70
|
70
|
80
|
T
|
|
26
|
Tania Aurellia
|
50
|
60
|
70
|
T
|
|
27
|
Vanessa M
|
60
|
70
|
80
|
T
|
|
No
|
Nama Siswa
|
Studi Awal (Nilai)
|
Siklus I
|
Nilai
|
Kriteria Ketuntasan
|
Ket
|
Siklus II
|
||||||
28
|
Wiko Nur R
|
50
|
60
|
70
|
T
|
|
29
|
Intan Pandini
|
40
|
50
|
60
|
B
|
|
30
|
Sherlin Apriliana
|
50
|
60
|
70
|
T
|
|
31
|
Pipit Sutari
|
50
|
60
|
70
|
T
|
|
|
Jumlah
|
1.760
|
1.970
|
2.260
|
27
|
|
|
Rata-Rata
|
56,77
|
63,55
|
72,90
|
87,10
|
|
Keterangan
:
B : BelumTuntas
T : Tuntas
KKM : 64
Dari tabel 4.3 tentang
Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
kenampakan bumi di atas dapat diterangkan
sebagai berikut:
a) Pada siklus I nilai rata-rata prestasi belajar
63,55 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 72,90. Rata-rata prestasi
belajar naik 9,35.
b) Jumlah siswa
yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 27 siswa atau (87,10%).
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi
belajar menunjukkan hasil 72,90. Hal ini menunjukkan bahwa tes prestasi belajar
sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena prestasi belajar berada di atas
angka kriteria minimal ketuntasan
(KKM) sebesar 64, dengan jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 27
siswa atau 87,10%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan
belajar juga telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 75% sehingga proses
perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus
II
3) Data
Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai motivasi
siswa pada pembelajaran IPA Materi Aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
kenampakan bumi di atas dapat
diterangkan sebagai berikut:
Tabel 4.4 Rekapitulasi Motivasi Siswa Pembelajaran
IPA Materi Aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi
No
|
Pembelajaran
|
Kenaikan Motivasi
Siswa
|
Persentase
|
1.
|
Studi Awal
|
13
|
41,94
|
2.
|
Siklus I
|
18
|
58,06
|
3.
|
Siklus II
|
29
|
93,55
|
Dari data pada tabel 4.4 di atas dapat diperoleh
keterangan sebagai berikut :
a) Pada siklus
I, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi belajar sebanyak 18 siswa atau 58,06%
b) Pada siklus
ke II, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi belajar sebanyak 29 siswa atau 93,55%
c) Dari siklus
I ke siklus II, tingkat peningkatan motivasi belajar meningkat sebesar 35,48 %
atau 11 siswa.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa motivasi belajar
mencapai angka 93,55%. Hal ini menunjukkan
bahwa motivasi belajar telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 75%
sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada
pelaksanaan siklus II
4) Data Hasil Refleksi
Pembelajaran IPA pada siklus kedua
ini sudah berhasil karena sudah memenuhi
kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai
tes formatif mereka, 27 orang siswa (87,10%) dinyatakan tuntas belajar, dan 4
orang siswa (12,90%) dinyatakan belum tuntas belajarnya, sedangkan nilai rata-rata
prestasi belajar mencapai 72,90, dengan peningkatan motivasi belajar sebesar 93,55%
(29 siswa) pada akhir siklus kedua. Angka tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran telah memenuhi kriteria
keberhasilan proses perbaikan pembelajaran karena semua indikator keberhasilan
proses pembelajaran telah tercapai pada siklus kedua sehingga perbaikan
pembelajaran yang dilaksanakan
dinyatakan berhasil dan tuntas sehingga proses pembelajaran dapat dilanjutkan
ke materi selanjutnya.
Setelah dilakukan analisa terhadap data yang
diperoleh, maka hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut :
a. Prestasi belajar
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh
dari tiga siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode ekseprimen pada pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang
dapat mempengaruhi kenampakan bumi menunjukkan peningkatan yang signifikan
terhadap hasil proses pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5
di bawah ini :
Tabel 4.5 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa pada Pembelajaran
IPA Aktivitas Alam yang dapat Mempengaruhi
Kenampakan Bumi
No
|
Pembelajaran
|
Prestasi belajar Siswa
|
||||
Nilai Rata-rata prestasi
belajar
|
Tuntas
|
%
|
Belum
|
%
|
||
1.
|
Studi Awal
|
56,77
|
6
|
19,35
|
25
|
80,65
|
2.
|
Siklus I
|
63,55
|
13
|
41,94
|
18
|
58,06
|
3.
|
Siklus II
|
72,90
|
27
|
87,10
|
4
|
12,90
|
Dari
penjelasan pada tabel 4.5 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut :
1)
Pada siklus I, angka ketuntasan belajar naik menjadi 41,94% (bertambah 7 siswa
atau 22,58% dari sebelum perbaikan)
2)
Pada siklus II, angka ketuntasan belajar naik menjadi 87,10% (bertambah 14 atau 45,16% siswa dari siklus I)
3)
Pada siklus I, nilai rata-rata prestasi belajar
mengalami kenaikan menjadi 63,55 atau mengalami kenaikan sebesar 6,77.
4)
Pada siklus II, nilai rata-rata prestasi belajar mengalami
kenaikan menjadi 72,90 atau mengalami kenaikan 9,35 dari siklus I
Untuk lebih jelasnya
peningkatan ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata prestasi
belajar siswa pada kegiatan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
kenampakan bumi dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :
Gambar 4.1 Diagram Batang Perbandingan Angka Nilai
Rerata Ketuntasan Belajar, dan Ketuntasan Belajar pada Setiap Siklus Perbaikan
Pembelajaran
b. Motivasi Belajar
Dari hasil analisis peningkatan motivasi belajar siswa
pada setiap siklus perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dilihat pada
tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6 Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Belajar
Siswa pada Pembelajaran IPA Materi
Aktivitas Alam yang dapat Mempengaruhi Kenampakan Bumi
No
|
Pembelajaran
|
Peningkatan Motivasi
Siswa
|
Persentase
|
1.
|
Studi Awal
|
13
|
41,94
|
2.
|
Siklus I
|
18
|
58,06
|
3.
|
Siklus II
|
29
|
93,55
|
Dari
penjelasan pada tabel 4.6 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut :
1)
Pada sebelum perbaikan, siswa yang menunjukkan
peningkatan motivasi siswa sebanyak 13 orang atau 41,94%
2)
Pada siklus I, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi
siswa sebanyak 18 orang atau 58,06%
3)
Pada siklus II, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi
siswa sebanyak 29 orang atau 93,55%
4)
Pada sebelum perbaikan ke siklus I, motivasi siswa
mengalami kenaikan sebesar 16,13% atau sebanyak 5 orang siswa.
5)
Pada siklus I ke siklus II, motivasi siswa mengalami
kenaikan sebesar 35,48% atau sebanyak 11 orang siswa.
Untuk lebih jelasnya
peningkatan motivasi belajar dapat dilihat pada gambar diagram batang
berikut ini :
Gambar 4.2 Diagram Batang Peningkatan Keaktifan Belajar
pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran
F. Pembahasan
Pada siklus pertama, dengan menggunakan metode eksperimen dengan
kelompok besar, belajar siswa kurang memuaskan,. Hal itu disebabkan
dengan kelompok yang terdiri dari 6-8 siswa ada siswa yang tidak termotivasi
dalam pelaksanaan kegiatan eksperimen, terutama siswa yang merasa tidak mampu
dan kurangnya motivasi belajar siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan.
1. Motivasi Belajar
Peningkatan motivasi belajar
cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada studi awal hanya 41,94% atau 13 siswa, meningkat menjadi 58,06% atau 18 siswa pada siklus pertama atau
mengalami kenaikan sebanyak 5 orang siswa (16,13%) dari studi awal.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II motivasi belajar
siswa dapat mencapai perolehan di atas 75% sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan
2. Prestasi belajar
Sepertinya halnya
peningkatan motivasi belajar, prestasi belajarpun meningkat cukup baik, yaitu
dari nilai rata-rata kelas sebesar 56,77 pada studi awal, menjadi 63,55 pada siklus pertama atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 6,77 dari
studi awal, sedangkan tingkat ketuntasan belajar baru mencapai angka 13 siswa
atau 41,94%. Hal ini
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mengalami kenaikan 7 siswa atau 22,58%
dari studi awal.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II rata-rata prestasi
belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas KKM sebesar 64,00 sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dan tingkat ketuntasan belajar
mencapai angka di atas 75% dari jumlah seluruh siswa.
Ketidakberhasilan pelaksanaan
perbaikan pada siklus pertama disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1) Jumlah anggota kelompok masih terlalu
banyak, sehingga ada beberapa siswa yang nampak pasif dalam pelaksanaan kegiatan
eksperimen.
2) Kurangnya minat belajar siswa terhadap
materi pembelajaran dan kegiatan eksperimen yang dilakukan.
3) Tidak meratanya kemampuan siswa dalam satu
kelompok, yang berakibat pada rendahnya kerja sama antar kelompok.
Dari kenyataan temuan pada
saat pelaksanaan siklus pertama, maka peneliti bersama-sama dengan observer
memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus kedua dengan menerapkan :
1) Mengatur posisi tempat duduk siswa
sedemikian rupa sehingga semua siswa dapat memperhatikan penjelasan materi oleh
guru.
2) Membentuk kelompok dengan anggota 4-6 orang
untuk melaksanakan kegiatan eksperimen.
3) Melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran
dengan tanya jawab mengenai materi pembelajaran pada saat proses pembelajaran
berlangsung dengan membentuk kelompok diskusi.
4) Memperbanyak fasilitas referensi buku
sumber untuk mengembangkan materi pembelajaran misalnya dengan meminjam
buku-buku yang relevan dengan materi pembelajaran di perpustakaan sekolah dan
mempersilahkan siswa untuk bebas memilih sendiri buku-buku tersebut sesuai
dengan kebutuhannya masing-masing.
Pada siklus berikutnya,
yaitu siklus II, dengan melalukan eksperimen lain yang lebih menarik, kemudian
memaksimalkan pembimbingan agar siswa mampu menemukan sendiri informasi dengan
mengemas pembelajaran secara menarik dan menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Selain itu jumlah anggota masing-masing kelompok diperkecil. Tetapi secara
keseluruhan perbaikan pembelajaran dan peningkatan motivasi sudah mengalami
perubahan menuju lebih baik.
1. Motivasi
Belajar
Peningkatan motivasi belajar
cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada siklus pertama hanya 58,06% atau 18 siswa, meningkat menjadi 93,55% atau 29 siswa pada siklus kedua atau
mengalami kenaikan sebanyak 11 orang siswa (35,48%) dari pelaksanaan
pembelajaran pada siklus pertama.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa motivasi belajar
mencapai angka 93,55%. Hal ini
menunjukkan bahwa motivasi belajar telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar
75% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada
pelaksanaan siklus II
2. Prestasi
belajar
Sepertinya halnya
peningkatan motivasi belajar, prestasi belajarpun meningkat cukup baik, yaitu
dari nilai rata-rata kelas sebesar 63,55 pada siklus pertama, menjadi 72,90 pada siklus kedua atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 9,35 dari
siklus pertama, sedangkan tingkat ketuntasan belajar mencapai angka 27 siswa
atau 87,10%. Hal ini
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mengalami kenaikan 14 siswa atau 45,16%
dari siklus pertama.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi
belajar menunjukkan hasil 72,90. Hal ini menunjukkan bahwa tes prestasi belajar
sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena prestasi belajar berada di atas angka
kriteria minimal ketuntasan (KKM) sebesar 64, dengan
jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 27 siswa atau 87,10%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar juga telah mencapai
kriteria keberhasilan sebesar 75% sehingga proses perbaikan pembelajaran
dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus II
Dari hasil analisis data
diketahui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi menyebutkan aktivitas alam
yang dapat mempengaruhi permukaan bumi pada siklus kedua telah memenuhi
kriteria ketuntasan, demikian pula halnya dengan peningkatan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan motivasi belajar dari 41,94% atau 13 siswa pada studi awal menjadi, 58,06% atau 18 siswa, meningkat menjadi 93,55% atau 29 siswa pada akhir siklus kedua.
Kenyataan di atas didukung pula oleh peningkatan prestasi belajar siswa, di
mana nilai rata-rata kelas terus mengalami peningkatan dari 56,77 pada studi awal menjadi 63,55 pada siklus pertama, meningkat menjadi 71,90
dan pada akhir siklus kedua, dengan
tingkat ketuntasan belajar yang juga meningkat pada setiap siklusnya, yaitu 6
orang siswa (19,35%) pada
studi awal, menjadi 41,94%
atau 13 siswa, meningkat lagi menjadi 87,10% atau 27 siswa pada akhir siklus kedua, sehingga
masih terdapat empat siswa (12,90%) yang belum tuntas belajarnya, namun secara
klasikal hasil proses pembelajaran pada siklus kedua telah memenuhi kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga dapat ditentukan dan simpulkan
bahwa proses perbaikan pembelajaran dinyatatakan selesai dan berhasil pada
siklus kedua.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK
LANJUT
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan
yang diperoleh pada siklus pertama dan kedua dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Penggunaan metode eksperimen dalam
pembelajaran IPA materi aktivitas
alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi mampu meningkatkan motivasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan
peningkatan peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini
dibuktikan dengan peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Hal
ini dibuktikan dengan peningkatan motivasi belajar dari 41,94% atau 13 siswa pada studi awal menjadi, 58,06% atau 18 siswa, meningkat menjadi 93,55% atau 29 siswa pada akhir siklus kedua.
2. Penggunaan metode eksperimen dalam
pembelajaran IPA materi aktivitas
alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan oleh nilai rata-rata
kelas terus mengalami peningkatan dari 56,77 pada studi awal menjadi 63,55 pada siklus pertama, meningkat menjadi 71,90
dan pada akhir siklus kedua, dengan
tingkat ketuntasan belajar 6 orang siswa
(19,35%) pada studi awal,
menjadi 41,94% atau 13 siswa,
meningkat lagi menjadi 87,10% atau 27 siswa pada akhir siklus kedua,
sehingga masih terdapat empat siswa (12,90%) yang belum tuntas belajarnya,
namun secara klasikal hasil proses pembelajaran pada siklus kedua telah
memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga dapat ditentukan
dan simpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran dinyatatakan selesai dan
berhasil pada siklus kedua
B. Saran Tindak Lanjut
- Saran untuk penelitian lanjut
a.
Guru harus menggunakan alat peraga konkret dalam
pembelajaran sehingga dapat membangkitkan minat belajar siswa.
b.
Guru harus memperhatikan konsepsi awal siswa yang
diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar
mengajar.
c.
Guru harus membimbing siswa dalam melaksanakan tugas
yang diberikan kepada siswa.
d.
Guru harus membahas hasil kerja siswa dan
mengomentarinya untuk memberikan penguatan terhadap belajar siswa.
e.
Guru menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran
materi sejenis, sehingga siswa menjadi lebih kritis dan aktif belajar.
- Saran untuk penerapan hasil penelitian
Perbaikan pembelajaran
berawal dari adanya masalah dalam kegiatan belajar mengajar dan guru berupaya
untuk memperbaikinya. Untuk mencegah timbulnya masalah yang sama, guru
sebaiknya selalu melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukannya dan
selalu berinovasi dalam pendekatan, strategi dan model pembelajaran. Hasil
penelitian proses pembelajaran melalui model pembelajaran perlu dilanjutkan dan
dikembangkan melalui Penelitian Tindakan Kelas. Guru harus selalu berkoodinasi
dengan kepala sekolah atau teman sejawat untuk mencari solusi dan pemecahan
masalah yang timbul melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan secara berkelanjutan.
Dengan adanya penelitian
tindakan kelas yang peneliti lakukan di tempat bertugas diharapkan bermanfaat
untuk membantu menyelesaikan masalah pendidikan khususnya di sekolah dasar
tempat peneliti bertugas. Semakin banyak masalah dalam pelaksanaan pembelajaran
yang dihadapi guru dan dapat mencari solusi, akan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Jika setiap guru menyadari akan pentingnya PTK di kelasnya, akan
meningkatkan pula kemampuan profesional guru, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan prestasi siswa.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih