BAB I
PENDAHULUAN
A.        
Latar
Belakang Masalah 
Salah satu masalah yang ditemukan di sekolah yaitu, banyaknya siswa SD
yang kurang berminat tehadap mata pelajaran IPA. Terbukti dari hasil belajar
mereka banyak  nilai  mata 
pelajaran  IPA  di 
bawah  rata-rata. Penyebabnya
antara lain siswa  tidak  suka 
dengan  metode  pembelajaran 
IPA  yang guru  terapkan. 
Hal tersebut terbukti  pada proses  pembelajaran 
di  sekolah  yang 
penulis  teliti  sebagian 
besar menggunakan  metode  ceramah 
dan  metode  itu 
sering  digunakan  dalam 
setiap kegiatan pembelajaran sehingga siswa merasa bosan dan jenuh.  
Dalam  proses  belajar 
siswa  yang  monoton 
atau  biasa-biasa  saja 
artinya  tidak ada motivasi untuk
lebih baik maka nilai  yang mereka
dapatkan juga biasa-biasa saja  dan  tidak 
ada  perubahan  dalam 
hasil  yang  mereka 
peroleh,  sedangkan penjelasan
mengenai proses belajar  adalah  suatu 
proses  di mana  suatu siswa 
berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Tugas  guru 
yang  utama  yaitu 
membelajarkan  diri  siswa 
ke arah yang diharapkan secara efektif, efisien dan optimal. Untuk itu,
selain siswa yang harus merubah perilaku atau kebiasaan dalam belajar, guru lebih
dominan untuk mengarahkan dan memfasilitasi siswa belajar lebih baik.  
Komunikasi  belajar  yang 
efektif  antara  guru 
dan  siswa  akan 
terjalin  demhan adanya  hubungan 
timbal  balik,  misalnya 
ketika  guru  bertanya 
siswa  mampu merespon  dengan 
jawaban  yang  relevan 
dan  begitu  juga 
sebaliknya.  Bagi  guru pertanyaan  dapat  di 
gunakan  untuk  menciptakan 
suasana  belajar  dan 
mengajar  yang  kondusif, 
mengarahkan  perhatian  siswa, 
memotivasi  siswa,  mengecek pemahaman siswa, cara berpikir siswa
dan menentukan permasalahan pembelajaran yang terjadi.
Proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan sehari-hari yang
biasa dilakukan oleh guru dan siswa dalam tempat tertentu. Dalam proses
pembelajaran ada anggapan yang mengatakan bahwa materi yang diajarkan oleh guru
semuanya dapat  diserap  oleh 
siswa.  Sebagai    seorang 
guru  IPA  tentu pernyataan tersebut tidak tepat.  karena banyak konsep-konsep abstrak dalam IPA
yang  cukup  sulit 
untuk  dipahami  oleh 
para  siswa  sekolah 
dasar.
Keberhasilan pembelajaran
ditunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran siswa. Tercapainya tujuan
pembelajaran siswa dapat diukur dengan tes hasil pembelajaran atau formatif. Temuan di lapangan,
di tempat peneliti bertugas menunjukkan adanya kesenjangan antar harapan dan
kenyataan. Pada studi awal pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi kenampakan bumi, hasil dari tes formatif pada test pendahuluan menunjukkan
rendahnya tingkat penguasaan materi yang diajarkan. Hal ini ditunjukkan hanya enam
siswa dari 31 siswa yang mengikuti tes formatif dapat mencapai tingkat penguasaan
materi 70% ke atas atau mendapat nilai di atas KKM sebesar 64, dengan perolehan
nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal sebesar 56,77 dan motivasi
belajar 41,94% atau 13  siswa dari 16
siswa yang mengikuti tes pada kegiatan awal proses perbaikan pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala
sekolah dan teman sejawat
untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan.
Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran
yaitu :
a.      
Rendahnya motivasi belajar siswa
b.     
Rendahnya minat belajar siswa
c.      
Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran  IPA yang berdampak hasil
belajar rendah
d.     
Model pembelajaran yang diambil tidak tepat
e.      
Penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya
model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
f.       Siswa tidak mencatat hal-hal penting
selama proses pembelajaran berlangsung.
Analisis masalah ditempuh dengan cara melakukan refleksi dari kinerja
yang telah dilakukan, mengkaji literatur serta diskusi dengan supervisor. Berdasarkan hasil analisis masalah
dapat diketahui bahwa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab rendahnya hasil
belajar, motivasi, dan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas, terjadi karena
hal-hal sebagai berikut:
a. Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran dan penemuan informasi
b.      Model pembelajaran yang digunakan guru
tidak sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar sehingga penguasaan
konsep materi pembelajaran menjadi kurang baik.
Dari  berbagai  permasalahan 
tersebut  peneliti  mencari 
solusi  untuk mengatasi rendahnya
hasil belajar siswa tersebut dengan 
cara  menerapkan penggunaan metode
eksperimen  untuk  menjelaskan 
konsep-konsep yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Dengan
menggunakan metode eksperimen  diharapkan
mereka  dapat  meningkatkan pemahaman  dalam 
mempelajari 
pelajaran-pelajaran 
khususnya  pelajaran  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selanjutnya siswa
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya.  
Berdasarkan  permasalahan  di atas, peneliti akan melaksanakan kegiatan
penelitian untuk meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi kenampakan bumi melalui metode eksperimen di kelas V SD Negeri ............
dengan melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas. 
B.        
Perumusan
Masalah 
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat disimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut  :
1.     
Apakah melalui penerapan metode eksperimen dapat  meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri ............ pada
pembelajaran IPA materi  aktivitas
alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi?
2.     
Apakah melalui penerapan metode eksperimen dapat  meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri ............ pada
pembelajaran IPA materi  aktivitas alam
yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi?
C.        
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan latar belakang di
atas, agar memiliki arah yag jelas maka ditetapkan tujuannya sebagai berikut :
1.      Untuk memperbaiki pembelajaran IPA
materi  aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi kenampakan bumi sehingga  motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri ............
meningkat melalui penerapan metode eksperimen.
2.      Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
V SD Negeri ............  pada
pembelajaran IPA materi  aktivitas alam
yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi melalui penerapan metode eksperimen.
D.        
Manfaat
Penelitian
Diharapkan dengan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis  :
- Manfaat Teoritis
Melalui  kegiatan 
penelitian  ini  diperoleh 
alat  dan  teknik 
penunjang  yang lebih realistis
dan aplikatif untuk keperluan optimalisasi penggunaan metode eksperimen pada kelas dan mata pelajaran yang
berbeda.
- Manfaat Praktis
a.       Siswa dapat meningkatkan aktivitas,
kreativitas, dan hasil belajar menjadi lebih baik daripada sebelumnya, serta
menumbuhkembangkan sikap kritisnya terhadap aktivitas, kreativitas, dan hasil
belajar yang telah diperolehnya. 
b.      Guru dapat memperbaiki kinerjanya secara
profesional, karena itu rasa percaya dirinya akan meningkat dan ikut serta
berperan aktif dalam rangka mengembangkan inovasi pembelajaran khususnya untuk
bidang studi IPA pada tingkat Sekolah Dasar.
c.       Membantu sekolah untuk terus berkembang
karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan siswa yang menunjukkan
lebih unggul baik dari segi kuantitas maupun kualitas dari sekolah lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   
Kerangka
Teori 
1.     
Pembelajaran 
Pembelajaran  merupakan  proses 
komunikasi  dua  arah 
antara  guru  dan peserta 
didik,  mengajar  dilakukan 
oleh  pihak  guru 
sebagai  pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa. 
Konsep  pembelajaran  menirut 
Corey  (1986:195)  dalam 
buku  Makna dan  Konsep  Pembelajaran  adalah 
suatu  proses  dimana 
lingkungan  seseorang secara  disengaja 
dikelola  untuk  memungkinkan 
ia  turut  serta 
dalam  tingkah laku tertentu dalam
kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. 
Selanjutnya  pembelajaran  menurut 
Dimyati  dan  Mudjiono 
(1999:297)  dalam  buku 
yang  sama  adalah 
adalah  kegiatan  guru 
secara  terprogram  dalam desain 
intruksional,  untuk  membuat 
siswa  belajar  secara 
aktif,  yang menekankan  pada 
penyediaan  sumber  belajar. 
Sedangkan  menurut  Fontana (1981:147),  pembelajaran 
merupakan  upaya  penataan 
lingkungan  yang memberi nuansa agar
program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. 
Dari  beberapa  pengertian 
pembelajaran,  dapat  disimpulkan 
bahwa pembelajaran  adalah  suatu 
proses  yang  terprogram 
yang  didalamnya  terdapat interaksi antara guru dan peserra
didik secara disengaja.  Dalam
pembelajaran terdapat dua karakteristik yaitu: a) dalam  proses 
pembelajaran  melibatkan  proses 
mental  siswa  secara maksimal,  bukan 
hanya  menuntut  siswa 
sekedar  mendengar,  mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas
siswa dalam berpikir, b) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan
proses tanya jawab terus  menerus  yang 
diarahkan  untuk  memperbaiki 
dan  meningkatkan kemampuan
berpikir siswa,  yang pada gilirannya
kemampuan berpikir itu dapat 
membantu  siswa  dalam 
memperoleh  pengetahuan  yang 
mereka peroleh. 
Dunkin  dan  Biddle 
(2001:98-101) mengatakan, 
proses  pembelajaran  akan 
berlangsung  dengan  baik, 
jika pendidik  mempunyai  kompetensi 
yaitu:  (1)  kompetensi 
substansi  materi pembelajaran
atau penguasaan materi (2) kompetensi metodologi. Kompetensi  di 
atas  bisa  diartikan, 
jika  seorang  guru 
menguasai  materi pelajaran,  maka 
diharuskannya  juga  menguasai 
metode  pengajaran  sesuai dengan 
materi  yang  akan 
diajarkan  juga  mengacu 
pada  prinsip  pedagogik, yaitu  memahami 
karakteristik  peserta  didik. 
Jika  seorang  guru 
tidak menguasai  metode  dalam 
pembelajaran,  maka  penyampaian 
materipun  tidak akan maksimal.
Kegiatan pembelajaran secara metodologis 
berakar  dari  pihak 
pendidik  yaitu  guru, 
dan  kegiatan  belajar secara pedagogis terjadi pada diri
peserta didik. Pembelajaran  tidak  terjadi 
seketika  saja,  melainkan 
sudah  melalui tahapan  perancangan 
pembalajaran.  Pembelajaran  lebih 
menekankan  pada cara-cara  untuk 
mencapai  tujuan  dan 
berkaitan  dengan  bagaimana 
cara mengorganisasikan 
materi  pelajaran,  menyampaikan 
materi  pelajaran  dan mengelola pembelajaran. Lindgren
(2002:78-79)  menyebutkan  bahwa 
fokus  sistem  pembalajaran 
mencakup tiga aspek yaitu: 
a.      
Siswa.  
Siswa  merupakan 
faktor  yang  paling 
penting  sebab  tanpa siswa tidak akan ada proses belajar. 
b.     
Proses 
belajar.  
Adalah apa  saja 
yang  dihayati  siswa apabila 
mereka  belajar,  bukan 
apa  saja  yang 
harus  dilakukan pendidik  untuk 
membelajarkan  materi  pelajaran melainkan apa yang akan dilakukan
siswa untuk mempelajarinya. 
c.      
Sistem belajar. 
Sistem belajar
adalah lingkungan tempat terjadinya proses 
belajar  dan  semua 
faktor  yang  mempengaruhi 
siswa  atau proses belajar seperti
pendidik, kelas dan interaksi didalamnya.
2.     
Pembelajaran IPA
a.      
Pengertian Pembelajaran IPA
Beberapa
ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya.
Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai
The activity of questioning and exploring
the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu
kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan
pengungkapan serangkaian rahasia alam.”Sains mengandung makna pengajuan
pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik
tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis
(Depdiknas,2002a: 1).
Dalam proses pendidikan, tidak terlepas
dari kata belajar mengajar. Keduanya merupakan komponen utama dalam pendidikan.
Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Menurut Ngalim
Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam
tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang
buruk.
Suatu proses pembelajarantiak luput dari
kata mengajar, guru sebagai tenaga pendidik memfasilitasi serta memberi
pengetatahuan terhadap peserta didik. Menurut Abu Ahmad (1997: 39) pembelajaran
adalah suatu proses penanaman pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam peserta
didik. Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, maka hendaknya guru
memberikan materi pelajaran secara bervarasi, dapat menggunakan media/alat
peraga sebagai alat bantu dalam mengajar serta menggunakan metode yang tepat.
Menurut Abu Ahmadi dkk, (1997: 52) metode mengajar adalah suatu pengetahuan
tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh seorang guru atau instruktur. Kata
‘media’ berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk dari kata ‘medium’ yang
secara harfiah berarti ‘perantara atau pengantar’. Dengan demikian, media merupakan
wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Djamarah (1997: 136).
Sedangkan menurut Hamalik (1989: 124) media pendidikan adalah cara atau proses
yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan
yang berlangsung dalam proses pendidikan.
Beberapa ilmuwan memberikan definisi IPA
sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan
science sebagai The activity of
questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden
order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam
semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”
IPA mengandung makna pengajuan pertanyaan,
pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala
maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis
(Depdiknas,2002a: 1). Belajar IPA tidak sekedar belajar informasi IPA tentang
fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi
belajar IPA juga belajar tentang cara memperoleh informasi IPA, cara IPA dan
teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan
bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Pernyataan di atas selaras dengan pendapat
Carin yang menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep,
prinsip, hukum-hukum dan teori IPA. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris
di dalam IPA dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan
kegiatan-kegiatan analisis di dalam IPA. Sebagai proses IPA dipandang sebagai kerja
atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses
ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain,
mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial,
mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional,
merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan
eksperimen. Sebagai sikap IPA dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa
ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan,
bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif.
b.     
Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam 
Menurut  Carin 
&  Sound  (1989) 
yang  dikutip  dalam 
Reni  dkk  (2004:6) menyatakan  bahwa  Ilmu 
Pengetahuan  Alam    adalah 
suatu  sistem  yang 
diperoleh dari observasi dan percobaan. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa IPA tidak hanya  merupakan  cara 
kerja,  cara  berpikir 
dan  cara  memecahkan 
masalah,  tetapi IPA  dapat 
dipandang  sebagai  suatu   
sikap,  proses,  produk, 
dan  aplikasi.  Sikap menunjukkan rasa ingin tahu tentang
benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat  yang menimbulkan masalah  baru 
yang dapat dipecahkan melalui 
prosedur  yang  benar.   
Proses  menunjukkan  proses 
pemecahan  masalah melalui metode
ilmiah yang meliputi penyusunan hipotesis, perancang eksperimen atau  percobaan, 
evaluasi,  pengukuran,  dan 
penarikan  kesimpulan.  Produk menunjukkan pada berupa fakta,
prinsip, teori dan hubungan. Aplikasi menunjuk pada penerapan metode ilmiah dan
konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.  
Dalam 
kurikulum tingkat satuan pendidikan 
( KTSP, 2006)  IPA  merupakan 
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai
pengetahuan, fakta-fakta, prinsip-prinsip, proses penemuan dan menumbuhkan
sikap ilmiah pada diri  siswa sesuai
dengan tuntutan dalam  kurikulum berbasis
kompetensi anak dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif. 
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan
sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui 
pengumpulan  data  eksperimen, 
pengamatan  dan  dedukasi 
untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat
dipercaya.  Ada tiga kemampuan dalam IPA
yaitu  1)   kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati,
2) kemampuan  untuk  memproduksi 
apa  yang  belum 
diamati  dan  kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil
eksperimen, dan 3) kemampuan mengembangkan sikap ilmiah. 
Kegiatan
pembelajaran  IPA mencakup pengembangan
kemampuan dalam mengajukan 
pertanyaan,  mencari  jawaban, 
memahami  jawaban, menyempurnakan  jawaban 
tentang  apa,  mengapa 
alam  sekitar  melalui 
cara-cara sistematis yang akan dterapkan dalam lingkungan. 
Dengan
demikian proses pembelajaran IPA dapat mengembangkan proses keterlibatan  fisik, 
mental,  maupun  emosional 
yang  tepat.  Oleh 
karena  itu pembelajaran IPA di
sekolah sebaiknya :  
1)   Memberikan  pengalaman 
pada  peserta  didik 
sehingga  mereka  kompeten melalui percobaan-percobaan.  
2)   Menanamkan  pada 
peserta  didik  pentingnya 
pengamatan  empiris  dalam menguji 
suatu  pernyataan  ilmiah 
hipotesis  ini  dapat 
berasal  dari  pengamatan kejadian sehari-hari yang
memerlukan pembuktian secara ilmiah.  
3) 
Memperkenalkan  dunia  teknologi 
melalui  kegiatan  kreatif 
dan  kegiatan perancangan  dan 
pembuatan  alat-alat  sederhana 
maupun  penjelasan  berbagai gejala dan  keampuhan 
IPA  dalam  menjawab 
berbagai  masalah  melalui pedoman membaca. 
c.      
Peranan Pembelajaran IPA di  SD 
IPA  secara 
sederhana  didefinisikan  sebagai 
ilmu  tentang  fenomena 
alam semesta.  Dalam  kurikulum 
pendidikan  dasar  terdahulu 
(1994)  dijelaskan pengertian  IPA 
(sains)  sebagai  hasil 
kegiatan  manusia  berupa 
pengetahun, gagasan,  dan  konsep 
yang  terorganisasi  tentang 
alam  sekitar  yang 
diperoleh  dari pengalaman  melalui 
serangkaian  proses  ilmiah 
antara  lain  penyelidikan, penyusunan dan pengujian
gagasan-gagasan dan menarik kesimpulan. Sedangkan dalam  kurikulum 
2006  sains  (IPA) 
diartikan  sebagai  cara 
mencari  tahu  secara sistematis tentang alam semesta.  
Menurut  Hendro 
dan  Jenny  (1993:3) 
mengutip  ucapan  Einstein: 
bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman
menjadi suatu  sistem  pola 
berpikir  yang  logis 
tertentu,  yang  dikenal 
dengan  istilah  pola berpikir 
ilmiah.  Dengan  kata 
lain,  pendidikan  IPA 
merupakan  suatu  proses 
dan sikap ilmiah untuk mendapatkan konsep-konsep ilmiah tentang alam
semesta. 
Dimensi
sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus  dipertahankan 
oleh  seorang  ilmuwan 
khususnya  ketika  mencari 
atau mengembangkan 
pengetahuan  baru.  Wynne 
Harlen  (1997:78)  dalam  Teaching 
and Learning  Premary  Science 
semenjelaskan  sembilan  sikap 
ilmiah  yang  harus dikembangkan  sejak 
dini  pada  siswa 
SD.  Pengembangan  sikap 
ilmiah  ini  bukan melalui ceramah melainkan dengan
memunculkannya ketika siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah.
Kesembilan sikap tersebut adalah:  
1)     
sikap ingin tahu 
2)     
sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru   
3)     
sikap kerja sama  
4)     
sikap tidak putus asa  
5)     
sikap terbuka untuk menerima   
6)     
sikap mawas diri  
7)     
sikap bertanggungjawab  
8)     
sikap berpikir bebas  
9)     
sikap kedisiplinan diri 
Penguasaan  konsep-konsep 
IPA  pun  berperan 
memberikan  kemampuan dasar  akademis 
bagi  siswa  untuk 
dapat  melanjutkan  ke 
jenjang  pendidikan  yang lebih tinggi adalah tugas utama
pendidikan (melalui kolaborasi guru-siswa) untuk mengembangkan  potensi 
sains  siswa  secara 
optimal  sejak  dini 
melalui  proses pembelajaran IPA
yang dikelola secara profesional. 
Selain  itu, 
dalam  konteks  era 
globalisasi  dan  informasi 
dengan  tuntutan keterampilan  hidup 
(life  skill)  yang 
semakin  tinggi  dan 
kompleks,  pembelajaran IPA  di  SD  merupakan 
wahana  untuk  membekali 
siswa  dengan  pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan di sekelilingnya. Para pakar IPA sepakat  bahwa 
dengan  melibatkan  siswa 
ke  dalam  kegiatan 
IPA  sejak  dini 
akanmenghasilkan  generasi  dewasa 
yang  melek  sains 
yang  dapat  menghadapi tantangan hidup dalam dunia yang
makin kompetitif.   
3.     
Pengertian Belajar
Menurut Gagne (1984:85 ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Darsono (2000:27) mengatakan belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan
informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman
sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar
apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut (1) belajar adalah perubahan
tingkah laku, (2) perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena
pertumbuhan, (3) perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk
waktu yang cukup lama. 
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku  manusia dan mencakup segala sesuatu yang
dipikirkan dan dikerjakan.  Belajar
memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan,
tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. 
Belajar menurut James O. Whittaker dalam Darsono (2000: 4) “Learning 
may be defined as the process by which behavior originates or is altered
through training or experience” belajar dapat didefinisikan sebagai proses
menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman. 
Menurut Wingkel dalam Darsono (2000: 4) belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. 
 Djamarah (2002:13) mengemukakan
bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Slameto dalam Djamarah (2002:13) merumuskan juga tentang pengertian
belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu  itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungan. 
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. timulus adalah apa saja yang
diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan
pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang
terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus
dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa
yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Dari beberapa pendapat di atas 
dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri
manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti  kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan,
dan daya pikir.
4.     
Hasil Belajar 
a.      
Pengertian Hasil Belajar
Pembelajaran    merupakan  suatu 
proses  yang  dilakukan 
individu  untuk memperoleh  suatu 
perubahan  perilaku  yang 
baru  secara  keseluruhan, 
sebagai hasil  dari  pengalaman 
individu  sendiri  dalam 
interaksi  dengan  lingkungannya. Gagne  (1992:97) 
pembelajaran  adalah  serangkaian 
aktivitas  atau  kegiatan 
yang difasilitasi  untuk  terjadinya 
perubahan  perilaku.  Hasil 
pembelajaran  adalah perubahan  perilaku 
yang  terjadi  pada 
peserta  didik  setelah 
menempuh  proses kegitan belajar
mengajar. Perubahan pada aspek apektif, kognitif dan psikomotor. Hasil  pembelajaran 
merupakan  serangkaian  data, 
kecakapan,  keterampilan,
kematangan,  pemahaman  dan 
kemampuan  yang  dimiliki 
oleh  seseorang  setelah melalui suatu proses belajar. Di
dalam penyelenggaraan pendidikan, suatu proses belajar  mengajar 
dapat  dilihat  dari 
terjadinya  perubahan  yang 
diharapkan  sesuai dengan  tujuan 
yang  telah  dirumuskan. Tujuan  yang 
dimaksud  tersebut  berupa hasil pembelajaran siswa.
Hilgard  (Sanjaya,  2006:110) 
menyatakan  bahwa  belajar 
adalah  proses perubahan  malalui 
kegiatan  atau  prosedur 
latihan,  baik  latihan 
di  dalam laboratorium  maupun 
dalam  lingkungan  rumah. 
Belajar  menurut  konsepsi modern  adalah 
suatu  proses  perubahan 
tingkah  laku  dalam 
arti  seluas-luasnya meliputi  pengamatan, 
pengenalan,  pengertian,  pengetahuan, 
perbuatan, keterapilan, perasaan, minat, penghargaan dan sikap. Rusyan,
(1993:9).
Bertitik  tolak  dari 
pendapat  di  atas, 
maka  dapat  disimpulkan 
bahwa  belajar merupakan proses
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang direfleksikan ke  dalam 
tiga  aspek  yaitu 
kognitif,  afektif  dan 
psikomotor.  Hasil  belajar  juga merupakan konsep yang bersifat umum,
didalamnya terdapat apa yang dinamakan prestasi 
belajar.  Untuk  mengetahui 
sejauh  mana  perubahan 
yang  dialami  oleh siswa 
dilakukan  kegiatan  penilaian, 
yaitu  kegiatan  atau 
tindakan  untuk  melihat sejauh  mana 
tujuan  pembelajaran  dapat 
dicapai  oleh  siswa 
dalam  bentuk  hasil pembelajaran yang diperoleh setelah
mereka menempuh proses belajar mengajar.  
Menurut Catharina Tri Anni (2002:4) hasil belajar merupakan  perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas  belajar.
Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa  setelah melalui kegiatan belajar (H. Nashar,
2004: 77). Hasil belajar adalah  terjadinya
perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan  harapan untuk berhasil dan masukan dari
lingkungan berupa rancangan  dan
pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terdadap besarnya usaha  yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai
tujuan belajar (Keller dalam H Nashar, 2004: 77). Seseorang dapat  dikatakan telah belajar  sesuatu  apabila dalam dirinya telah terjadi  suatu perubahan, akan tetapi tidak  semua perubahan yang terjadi. Jadi  hasil belajar merupakan pencapaian  tujuan belajar dan hasil belajar sebagai
produk dari proses belajar, maka  didapat
hasil belajar.
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan/ketrampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan guru. Hasil belajar merupakan hal yang penting
yang akan dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam belajar dan
sejauh mana sistem pembelajaran yang diberikan guru berhasil atau tidak. Suatu
proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila kompetensi dasar yang
diinginkan tercapai.
b.     
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar  
Banyak  faktor  yang 
mempengaruhi  belajar  siswa. 
Setiap  siswa  pada dasarnya mempunyai hasil atau prestasi
belajar yang berbeda sebab hasil belajar siswa 
dipengaruhi  oleh  berbagai 
faktor.  Adapun  faktor 
yang  mempengaruhi hasil  belajar 
siswa  menurut  Slameto 
(2003:54)  yaitu  “Faktor 
intern  dan  faktor ekstern.  Faktor 
intern  adalah  faktor 
yang  ada  dalam 
diri  individu  yang 
sedang belajar, sedangkan faktor eksten adalah faktor yang ada di luar
individu.” 
Faktor  yang  mempengaruhi 
hasil  belajar  siswa 
dikemukakan  pula  oleh Hamalik 
(2005:94)  yaitu  ”Perbedaan 
hasil  belajar  di 
kalangan  para  siswa disebabkan  oleh 
faktor-faktor  kematangan,  latar 
belakang  pribadi,  sikap 
dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yang diberikan. 
 Berdasarkan  hal-hal 
tersebut  di  atas, 
secara  umum  faktor 
yang mempengaruhi hasil belajar meliputi dua bagian yaitu faktor dari
dalam dan dari luar  individu.  Dari 
kedua  faktor  tersebut 
terdapat  faktor-faktor  lain 
yang mempunyai  kecenderungan  untuk 
mempengaruhi  keberhasilan  belajar 
siswa. Apabila dilihat dari faktor dalam dan luar, maka belajar siswa
dipengaruhi oleh berbagai  aspek  yang 
ada  hubungannya  dengan 
kegiatan  belajar.
c.      
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar 
Hal-hal  lain  yang 
harus  diperhatikan  guru 
sehubungan  dengan
meningkatkan  keberhasilan  siswa 
dalam  belajar  menurut 
Ali  (2002:7-9)  yaitu penguasaan materi pelajaran, kemampuan
menerapkan prinsip-prinsip psikolog, kemampuan  menyelenggarakan  proses 
belajar-mengajar,  dan  kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai
situasi baru. 
5.     
Motivasi
a.       Pengertian dan Jenis Motivasi 
Guru-guru  sangat 
menyadari  pentingnya  motivasi 
dalam  bimbingan  belajar 
siswa  berbagai  macam 
teknik  misalnya  penghargaan, 
pujian  dan  celaan  telah dipergunakan untuk mendorong para siswa
agar mau belajar. Seorang guru  dalam  proses 
belajar  mengajar  harus 
benar-benar  mengoptimalkan  dalam  memanfaatkan  atau 
menggunakan  sarana  dan 
prasarana  pendidikan  yang  telah
 tersedia.  Oleh 
karena  itu,  masalah 
memotivasi  siswa  dalam 
belajar,  merupakan masalah  yang 
sangat  kompleks.  Guru 
hendaknya  mengetahui  prinsip-prinsip  motivasi 
yang  dapat  membantu 
pelaksanaan  tugas  mengajar 
dan  dapat  membangkitkan 
motivasi  belajar  siswa, 
sehingga  mereka  dapat 
mencapai  hasil  belajar yang diharapkan. 
Motif  adalah 
dorongan  atau  kekuatan 
dari  dalam  diri 
seseorang  yang  mendorong 
orang  untuk  bertingkah 
laku  atau  berbuat 
sesuatu  untuk  mencapai 
suatu  tujuan  tertentu. 
Motif  dapat  berupa 
kebutuhan  dan  cita- cita. 
Motif  ini  merupakan 
tahap  awal  dari 
proses  motivasi,  sehingga  motif baru merupakan suatu kondisi intern atau
disposisi (kesiapsiagaan)  saja.  Sebab 
motif  tidak  selamanya 
aktif.  Motif  aktif 
pada  saat  tertentu  saja, 
yaitu  apabila  kebutuhan 
untuk  mencapai  tujuan 
sangat  mendesak.(Abdul Rahman
Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, 2004). Jadi, 
apabila  suatu  kebutuhan 
dirasakan  mendesak  untuk 
dipenuhi  maka  motif 
atau  daya  penggerak 
menjadi  aktif.  Motif 
atau  daya  penggerak 
yang  telah  menjadi aktif inilah yang disebut motivasi.
Menurut Alisuf Sabri, Motivasi adalah  segala  sesuatu 
yang  menjadi  pendorong 
tingkah  laku  yang 
menuntut/mendorong  orang untuk
memenuhi suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu  merupakan 
suatu  keputusan  yang 
telah  ditetapkan  individu 
sebagai  suatu  kebutuahan/tujuan  yang 
nyata  ingin  dicapai.( 
M.  Alisuf  Sabri,1993:128). 
Adapun  Jenis 
motivasi  dapat  dipandang 
dari  segi  sumber, 
maka  dapat  dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1)      Motivasi Intrinsik 
Motivasi intrinsik timbul
dari setiap individu seperti kebutuhan, bakat,  kemauan, 
minat  dan  harapan 
yang  terdapat  pada 
diri  seseorang.  Sebagai  misal, 
seseorang  yang  gemar 
membaca  tidak  memerlukan 
orang  lain  yang  memotivasinya  tetapi 
ia  sendiri  butuh, 
berminat  atau  berkemauan 
untuk  mencari sumber-sumber
bacaan dan rajin membacanya. 
2)      Motivasi Ekstrinsik 
Yaitu  motivasi 
yang  datang  dari 
luar  diri  seseorang, 
timbul  karena  adanya 
stimulus  (rangsangan)  dari 
luar  lingkungannya.  Sebagai 
contoh,  seseorang yang berlatih
atletik karena terangsang oleh gelar kejuaraan, hadiah,  dan meningkatkan nama baik organisasi olah
raga yang ia masuki.   Dengan 
demikian  bahwa  motivasi 
yang  berasal  dari 
diri  sendiri  (intrinsik) 
dan  motivasi  yang 
berasal  dari  luar 
diri  (ekstrinsik),  kedua-duanya  sangatlah 
berpengaruh  pada  tindakan 
seseorang.  Dengan  adanya 
kedua  motivasi  tersebut, 
maka  seseorang  dapat 
melakukan  tindakan-tindakan  atau 
perbuatan- perbuatan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. 
b.      Motivasi Sebagai Penunjang Belajar 
Thomas M. Risak (dalam Zakiah  Daradjat   
dkk,   1995 : 40). 
 yang mengemukakan tentang
motivasi sebagai berikut:  We may now
define motivation, in a pedagogical sense, as the conscious  effort on the part of the teacher to establish
in studens motives leading to  sustained
activity toward the learning goals dan 
diterjemahkan  oleh  Zakiah 
Daradjat,  dkk,  motivasi 
adalah  usaha  yang 
disadari  oleh  pihak 
guru  untuk  menimbulkan 
motif-motif  pada  diri 
murid yang  menunjang  kegiatan 
kearah  tujuan-tujuan  belajar. 
Pada dasarnya
perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sehari-hari banyak  yang didorong oleh motif-motif ekstrinsik,
tetapi banyak pula yang didorong oleh  motif-motif
intrinsik atau oleh kedua-duanya. Seperti halnya dalam dunia pendidikan,
khususnya  dalam proses belajar  mengajar 
untuk  menacapai  tujuan 
dan  hasil  belajar 
yang  optimal,  siswa 
banyak  terpengaruh oleh
motif-motif yang berasal dari luar dirinya maupun yang berasal  dari 
dalam  dirinya,  atau 
mungkin  dapat  terpengaruh 
secara  bersamaan  sesuai  dengan situasi yang berkembang.  
Di  antara 
motivasi  tersebut,  maka 
menurut  penulis  motivasi 
intrinsiklah  yang  jauh 
lebih  baik,  berkesan 
lama  serta  dapat 
memberikan  hasil  yang  memuaskan
pada diri seseorang, karena motivasi ini timbul atas dasar kesadaran  sendiri 
untuk  memperoleh  hasil 
yang  diinginkan,  tetapi 
tidak  dengan  mengesampingkan motivasi ekstrinsik.   Motivasi  ekstrinsik 
juga  sangatlah  berpengaruh 
pada  diri  seseorang,  karena 
manusia  adalah  makhluk 
sosial  yang  saling 
membutuhkan  serta  mempunyai 
lingkungan  disekitarnya,  baik 
lingkungan  sekolah,  keluarga 
dan  masyarakat. Apabila
lingkungan sekitarnya baik dan dapat memotivasi seseorang  untuk melakukan tindakan  yang baik, maka seseorang itu dapat mencapai
tujuan  yang diinginkan dan sebaliknya,
apabila lingkungan disekitarnya buruk dan malah  membuat seseorang melakukan tindakan yang
buruk, maka orang itu tidak dapat termotivasi dan tidak dapat mencapai tujuan
yang diinginkan.  Dengan demikian,
motivasi sangatlah penting baik motivasi yang berasal  dari dalam diri (intrinsik) maupun motivasi
yang berasal dari luar diri (ekstrinsik),  karena 
kedua-duanya  dapat  menjadi 
pendorong  untuk  belajar 
dan  agar  proses  belajar 
mengajar  dan  berjalan 
dengan  lancar,  aktifitas 
dalam  belajarnya  memberikan 
kepuasan/ganjaran  diakhir  kegiatan 
belajarnya  serta  sesuai 
dengan  tujuan yang diharapkan. 
c.       Peranan dan Fungsi Motivasi dalam Belajar 
Motivasi  sangat 
berperan  dalam  belajar. 
Dengan  motivasi  inilah 
siswa   menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan
motivasi itu pulalah kualitas hasil  belajar
siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan. 
Siswa  yang  dalam 
proses  belajar  mempunyai 
motivasi  yang    kuat 
dan jelas  pasti  akan 
tekun  dan  berhasil 
belajarnya.  Kepastian  itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga
fungsi motivasi sebagai berikut: 
1)      Pendorong orang untuk berbuat dalam
mencapai tujuan. 
2)      Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan
yang hendak dicapai. 
3)      Penseleksi 
perbuatan  sehingga  perbuatan 
orang  yang  mempunyai motivasi  senantiasa 
selektif  dan  tetap 
terarah  kepada  tujuan 
yang ingin dicapai. 
Motif  itu 
mendorong  manusia  untuk 
berbuat  atau  bertindak, 
motif  itu  berfungsi 
sebagai  penggerak  atau 
sabagai  motor  yang 
memberikan  energi  (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan
suatu tugas. Motif itu menentukan  arah  perbuatan, 
yakni  kearah  perwujudan 
suatu  tujuan  atau 
cita-cita.  Motivasi mencegah  penyelewengan  suatu 
tujuan  atau  cita-cita. 
Motivasi  mencegah penyelewengan
dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas  tujuan 
itu,  makin  jelas 
pula  terbentang  jalan 
yang  harus  ditempuh. Berdasarkan  arti 
dan  fungsi  motivasi 
di  atas  dapat 
disimpulkan  bahwa  motivasiitu bukan hanya berfungsi sebagai
penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil
perbuatan.  Motivasi  akan 
mendorong  untuk  bekerja 
atau  melakukan  sesuatu perbuatan  dengan 
sungguh-sungguh  (tekun)  dan 
selanjutnya  akan  menentukan pula hasil pekerjaannya. 
6.     
Metode Pembelajaran
Machfudz
(2000:12) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam Hurlock, 1981)
menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan
secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur.
Istilah ini lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam
pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan
secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian
pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Metode
pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran
yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh dalam menyajikan
materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai
hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
Model dapat dipahami
sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi  atau 
analogi  yang  dipergunakan 
untuk  membantu  proses visualisasi  sesuatu 
yang  tidak  dapat 
dengan  langsung  diamati;   
(3)  suatu sistem  asumsi-asumsi,  data-data,  dan 
inferensi-inferensi  yang  dipakai untuk 
menggambarkan  secara  matematis 
suatu  obyek  atau 
peristiwa;  (4) suatu  desain 
yang  disederhanakan  dari 
suatu  sistem  kerja, 
suatu terjemahan  realitas  yang 
disederhanakan;  (5)  suatu 
deskripsi  dari  suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan
(6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat
bentuk aslinya.  
Pembelajaran merupakan  suatu 
kegiatan  yang  melibatkan 
seseorang  dalam  upaya  memperoleh  pengetahuan, 
keterampilan  dan  nilai-nilai 
positif  dengan memanfaatkan  berbagai 
sumber    untuk  belajar. 
Pembelajaran  dapat melibatkan  dua 
pihak  yaitu  siswa 
sebagai  pembelajar  dan 
guru  sebagai fasilitator. Yang
terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process). 
Model pembelajaran adalah
suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk  membentuk 
kurikulum  (rencana  pembelajaran 
jangka  panjang), merancang
bahan-bahan  pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya
para guru boleh  memilih  model 
pembelajaran  yang  sesuai 
dan  efisien  untuk mencapai tujuan pendidikannya.
Model  pembelajaran  mempunyai 
makna  yang  lebih 
luas  dari  pada strategi,  metode 
atau  prosedur  pembelajaran. 
Istilah  model  pembelajaran mempunyai  4 
ciri  khusus  yang 
tidak  dipunyai  oleh 
strategi  atau  metode pembelajaran.
a.        
Rasional
teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik. 
b.        
Tujuan
pembelajaran yang akan dicapai 
c.        
Langkah-langkah    mengajar 
yang  diperlukan  agar 
model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal. 
d.       
Lingkungan  belajar 
yang  diperlukan  agar 
tujuan  pembelajaran dapat
dicapai. 
Menurut  Joyce 
&  Weil  (Susilana, 
2006:112)    model  pembelajaran memiliki lima unsur dasar, yaitu
: 
a.    Syntax, yaitu langkah-langkah operasional
pembelajaran,  
b.    Social  system, 
adalah  suasana  dan 
norma  yang  berlaku 
dalam pembelajaran,  
c.    Principles  of 
reaction,  menggambarkan 
bagaimana  seharusnya guru
memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, 
d.   Support
system, segala sarana,
bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan 
e.    Instructional  dan 
nurturant  effects—hasil 
belajar  yang  diperoleh langsung  berdasarkan 
tujuan  yang  disasar 
(instructional  effects) dan hasil
belajar di luar yang disasar (nurturant effects). 
Model  pembelajaran 
bukan  hanya  membahas 
mengenai  cara  guru mengajar,  tetapi 
juga  mengenai  bagaimana 
siswa  belajar.  Model pembelajaran  yang  digunakan  dalam 
suatu  kegiatan  pembelajaran dimaksudkan  untuk 
menciptakan  suasana  pembelajaran 
yang  efektif sehingga  dapat 
membantu  siswa  dalam   
membangun  keterampilan
intelektualnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.  
Adapun  ciri 
bahwa  suatu  pembelajaran 
disebut  efektif    (Wragg, 1997 dalam Rusmana, 2008) yaitu
sebagai berikut: 
a.        
Ciri  pertama 
adalah  bahwa  pembelajaran 
efektif  memudahkan murid  mempelajari 
sesuatu  yang  bermanfaat 
seperti  fakta,  keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana
hidup serasi dengan seksama, atau suatu hasil belajar  yang 
diinginkan.  
b.        
Ciri  kedua, 
pembelajaran  efektif  adalah 
bahwa keterampilan  tersebut  diakui 
oleh  mereka  yang 
berkompeten  menilai, sperti  guru-guru, 
pelatih  guru,  pengawas, 
pemilik  sekolah,  tutor 
dan  guru pemandu pelajaran atau
bahkan murid-murid sendiri. 
Dengan  demikian, 
pembelajaran  yang  efektif 
dapat  dicapai  jika siswa 
mempelajari  sesuatu  yang 
bermanfaat  dengan  mudah 
dan pembelajaran tersebut diakui oleh guru atau bahkan oleh siswanya
sendiri sebagai  suatu  keterampilan 
mengajar  yang  dapat 
memudahkan  siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.    
7.     
Metode Eksperimen 
Proses  belajar 
dan  mengajar  yang 
efektif  memerlukan  penggunaan strategi,  metode 
dan  media  pembelajaran 
yang  tepat.  "metode 
pembelajaran dapat  diartikan  sebagai 
cara-cara  yang  dilaksanakan 
untuk  mengadakan interaksi  belajar 
mengajar  dalam  rangka 
mencapai  tujuan  pembelajaran" (Suharjo, 2006 : 89).
Metode  pembelajaran  harus 
dipilih  dan  dikembangkan 
untuk meningkatkan  aktifitas  dan 
kreatifitas  peserta  didik. 
Di  dalam  pembelajaran IPA banyak  metode-metode 
yang  digunakan  salah 
satu  di  antaranya 
adalah metode eksperimen. Schonher 
(1996)  yang  dikutip 
oleh  Palendeng  (2003:81) 
menyatakan metode  eksperimen  adalah 
metode  yang  sesuai 
untuk  pembelajaran  IPA (Sains), karena metode eksperiemn mampu
memberikan kondisi belajar yang tepat 
mengemabngkan  kemampuan  berfikir  dan 
kreatifitas  secara  optimal. Siswa  diberi 
kesempatan  untuk  menyusun 
sendiri  konsep-konsep  dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat
diaplikasikan dalam kehidupannya. 
Berdasarkan  hasil 
penemuan  Dr.  Umar 
Fauzi,  metode  eksperimen dalam  pembelajaran 
IPA  mempunyai  3 
manfaat,  antara  lain 
:  1)  Mendorong siswa  untuk 
berfikir  kritis,  kreatif 
dan  inovatif  dengan 
bekal  konsep  yang sudah 
diajarkan.  2)  Menuntun 
siswa  melakukan  pengamatan, 
melakukan penafsiran dan dugaan terahdap data. 3) Memandu siswa
menemukan sendiri suatu kaidah, aturan atau hokum alam yang sering diapkai
dalam pembahasan IPA. (Herawati, 2006:11-12). 
Dalam proses
belajar mengajar dengan metode eksperimen (percobaan) ini siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses,
mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa
dituntut untuk mengalami sendiri, mencari tahu suatu  kebenaran, 
atau  mencoba  mencari 
data  baru  yang 
diperlukannya, mengolah 
sendiri,  membuktikan  suatu 
hokum  atau  aidil, 
dan  menarik kesimpulan atau
proses yang dialaminya. Ditinjau 
dari  teori  perkembangan 
kognitif  Piaget,  siswa 
berada  pada tahap
operasionalkonkret. Oleh karena itu siswa akan lebih mudah memahami
konsep-konsep melalui peristiwa nyata. Bruner menyatakan bahwa cara berfikir
kongkret akan membawa siswa ke arah 
berfikir  konseptual  dengan 
cara  yang  lebih 
mudah.  Artinya  melalui pengalaman langsung dan objek nyata
mempersiapkan siswa berfikir ke tahp yang 
lebih  tinggi  yakni 
tahap  symbol/pictorial.  
Penggunaan  metode 
ini  bertujuan  agar 
siswa  mampu  mencari   
dan menemukan  sendiri  berbagai 
jawaban  atau  persoalan-persoalan  yang dihadapinya  dengan 
mengadakan  eksperiemn  sendiri 
dan  juga  dapat 
terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah (Scientific Thinking).
Metode  eksperimen  diartikan 
sebagai  cara  belajar 
mengajar  yang
melibataktifkan  peserta  didik 
mengalami  dan  membuktikan 
sendiri  hasil percobaan itu. 
Dalam  melakukan 
eksperimen  dalam  pembelajaran 
IPA,  bahan-bahan yang digunakan
tidak harus terbuat dari bahan-bahan yang mahal, sebab IPA dipelajari dengan
memakai bahan-bahan sederhana yang biasa dijumpai anak dalam  kehidupan 
sehari-hari.  Dengan  alat 
dan  bahan  sederahana 
yang  telah mereka kenal pusat
perhatian siswa akan lebih terpusat obyek yang diselidiki. Dengan demikian
penggunaan alat dan bahan sederhana dalam kegiatan eksperimen  dapat 
memberikan  kesempatan  pada 
siswa  untuk mengembangkan
kemampuan befikir dalam memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan  uraian 
di  atas  dapat 
disimpulkan  bahwa  metode eksperimen  dalam 
pembelajaran  sangat  penting 
dilakukan  terutama  untuk menggali  dan 
mengembangkan  potensi  pserta 
didik.  Penggunaan  metode eksperimen  dalam 
pembelajaran  IPA  merupakan 
hal  yang  sangat 
tepat, sehingga  anak  terbiasa 
untuk  berfikir  dan 
memecahkan  masalahnya  sendiri melalui  kegiatan 
eksperimen  sehingga  pada 
akhirnya  tingkat  berfikir 
anak akan terlatih dan berkembang secara optimal. 
Martinus Yamin
(2006 : 154) menyatakan bahwa metode eksperimen  adalah metode pemberian
kesempatan kepada siswa perseorangan dan kelompok, untuk dilatih melakukan
suatu proses atau percobaan 
Metode  eksperimen 
adalah  salah  satu 
metode  yang  memberikan langsung  keterampilan 
proses,  siswa  dapat 
mengalami,  membuktikan,
menemukan,  menarik  kesimpulan, 
dan  memecahkan  masalah. 
Metode eksperimen  dialami  langsung 
oleh  siswa  sehingga 
siswa  akan  tertarik 
untuk belajar  secara  aktif. 
Metode  eksperimen  adalah 
cara  menyajikan  pelajaran melalui  percobaan-percobaan  untuk 
membuktikan  suatu  pertanyaan 
atau hipotesis tertentu (Rusyan, 1993 : 110). 
Penggunaan teknik
ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai
jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan
sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan
eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang
dipelajarinya. Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa
harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan
harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa
menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka
kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c)
dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses
percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan
pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen
adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas,
sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan,
juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek
eksperimen itu. 
Prosedur
eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada
siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan
dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat
serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus
dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c)
Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu
memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
(d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa,
mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Metode  eksperimen 
lebih  sesuai  untuk 
menyajikan  pembelajaran IPA,  namun 
seperti  metode  lainnya. 
Metode  eksperimen  juga 
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode eksperimen : 
1)     
Membuat 
peserta  didik  percaya 
pada  kebenaran  kesimpulan percobaannya sendiri dari pada
hanya menerima kata guru atau dari buku 
2)     
Peserta 
didik  aktif  terlibat 
mengumpulkan  fakta,  informasi 
atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan. 
3)     
Dapat 
menggunakan  dan  melaksanakan 
prosedur  metode  ilmiah dan berfikir ilmiah. 
4)     
Memperkaya  pengalaman 
dengan  hal-hal  yang 
bersifat  objektif, realistis dan
menghilangkan verbalisme. 
Selain  kelebihan 
tersebut,  metode  eksperimen 
juga  memiliki kelemahan, yaitu
sebagai berikut: 
1)     
Metode  ini  lebih 
sesuai  untuk  menyajikan 
bidang-bidang  IPA  dan teknologi. 
2)     
Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan
ketabahan. 
3)     
Setiap eksperiemen tidak selalu memberikan hasil yang
diharapkan. 
4)     
Dalam 
kehidupan  tidak  semua 
hal  dapat  dijadikan 
materi eksperimen.
Langkah-langkah  Pembelajaran 
dengan  metode  eksperimen 
tersebut meliputi:  
1)     
Kegiatan Persiapan 
a)     
Merumuskan 
tujuan  pembelajaran    yang 
ingin  dicapai  dengan metode eksperimen; 
b)     
Menyiapkan 
materi  pembelajaran    yang 
diajarkan  melalui eksperimen; 
c)     
Menyiapkan 
alat,  sarana  dan 
bahan  yang  diperlukan 
dalam eksperimen; 
d)    
Menyiapkan 
panduan  prosedur  pelaksanaan 
eksperimen,  termasuk Lembar Kerja
Siswa (LKS).  
2)     
Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen  
a)     
Kegiatan Pembukaan 
(1)  
Menanyakan 
materi  pembelajaran      yang 
telah  diajarkan  minggu lalu (apersepsi); 
(2)  
Memotivasi 
siswa  dengan  mengemukakan 
ceritera  anekdot  yang ada kaitannya dengan materi
pembelajaran  yang akan diajarkan;  
(3)  
Mengemukakan 
tujuan  pembelajaran    yang 
ingin  dicapai,  dan prosedur eksperimen yang akan dilakukan. 
b)     
Kegiatan Inti  
(1)  
Siswa 
diminta  membantu  menyiapkan 
alat  dan  bahan 
yang  akan dipakai dalam
eksperimen; 
(2)  
Siswa 
melaksanakan  eksperimen  berdasarkan 
panduan  dan  LKS yang telah disiapkan guru; 
(3)  
Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami
kesulitan; 
(4)  
Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan. 
c)     
Kegiatan Penutup 
(1)  
Guru meminta siswa untuk merangkum hasil
eksperimen;  
(2)  
Guru mengadakan evaluasi hasil dan alat
eksperimen;  
(3)  
Tindak 
lanjut,  yaitu  meminta 
siswa  yang  belum 
menguasai  materi eksperimen  untuk 
mengulang  lagi  eksperimennya,  dan 
bagi  yang sudah menguasai diberi
tugas untuk pendalaman.   
B.    
Hipotesis
Tindakan 
Dengan mempertimbangkan dan
merujuk pada beberapa pendapat ahli, disusunlah hipotesis tindakan sebagai
berikut :
a.       Penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran
IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri .............
b.      Penggunaan metode percobaan pada pembelajaran
IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi dapat  meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri .............
C.   
Indikator
dan Kriteria Keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar
ajar ketuntasan belajar siswa dalam mempelajari materi pembelajaran. Siswa
dinyatakan tuntas dengan kriteria mencapai penguasaan materi di atas KKM atau
mendapat nilai minimal 64. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur
peningkatan  motivasi belajar adalah
ketekunan menghadapi tugas selama mengikuti kegiatan pembelajaran dan keuletan
dalam menghadapi kesulitan. Siswa dinyatakan termotivasi belajarnya apabila
siswa menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah yang membutuhkan
pemecahan, siswa lebih senang bekerja mandiri, dan dapat mempertahankan
pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis dan dapat diterima secara ilmiah.
Kriteria keberhasilan yang digunakan untuk mengukur tingkat
keberhasilan proses pembelajaran melalui upaya perbaikan pembelajaran sebagai
berikut :
1.   
Siswa dinyatakan tuntas apabila menguasai 70% materi
pembelajaran atau mendapatkan nilai di atas KKM minimal 64..
2.   
Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan prestasi
belajar siswa) dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa tuntas dalam
belajar.
3.   
Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil
apabila 75% dari jumlah siswa mengalami peningkatan motivasi belajar selama
proses pembelajaran berlangsung.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
1.      Karakteristik Siswa
Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya
permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian
tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap
proses dan atau hasil belajar pserta didik, dan atau implementasi sesuatu
program sekolah.
Penelitian Tindakan Kelas memiliki karakteristik penting yaitu masalah
diteliti untuk dipecahkan harus berangkat dari persoalan praktik pembelajaran
yang dilakukan sehari-hari dikelas. Jadi, Penelitian Tindakan Kelas akan dapat
dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya masalah yang terkait
dengan proses dan hasil pembelajaran yang dihadapi di kelas dan harus
dipecahkan. Dengan kata lain Penelitian tindakan adalah penelitian kontekstual,
artinya praktis yang sesuai dengan problem yang muncul dilapangan. Penelitian
bukan menerapkan teori tetapi menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan
teori sebagai sandaran sekaligus teori dimodifikasi secara kontekstual. PTK ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri ............,
dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 19
siswa perempuan. 
Tabel  3.1    Usia
Siswa Kelas V SD Negeri ............ Berdasarkan Kelompok Umur
| 
No | 
Tahun | 
Siswa | 
Jumlah | 
Ket | ||
| 
Lahir | 
Usia | 
P | 
L | |||
| 
2 | 
1999 | 
13 | 
1 | 
4 | 
5 |  | 
| 
3 | 
2000 | 
12 | 
7 | 
14 | 
21 |  | 
| 
4 | 
2001 | 
11 | 
4 | 
2 | 
6 |  | 
| 
5 | 
2002 | 
10 | 
- | 
- | 
- |  | 
| 
5 | 
2003 | 
9 | 
- | 
- | 
- |  | 
| 
Jumlah | 
11 | 
20 | 
31 |  | ||
Berdasarkan jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri  ............ sebagian besar
didominasi  bekerja sebagai buruh dan
petani, hal tersebut didukung oleh kondisi geografis desa Salebu yang berada di
daerah pegunungan dan hanya sebagian kecil yang
bekerja di luar di sektor tersebut, misalnya bekerja di sektor jasa. Secara rinci
sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel  3.2    Daftar
Pekerjaan Orang Tua Siswa Kelas V SD Negeri ............
| 
No | 
Pekerjaan | 
Siswa | 
Jumlah | 
Keterangan | |
| 
Laki-laki | 
Perempuan | ||||
| 
1 | 
Buruh | 
2 | 
4 | 
6 |  | 
| 
2 | 
Tani | 
5 | 
12 | 
17 |  | 
| 
3 | 
Dagang | 
3 | 
2 | 
5 |  | 
| 
4 | 
Swasta | 
1 | 
- | 
1 |  | 
| 
5 | 
PNS | 
- | 
1 | 
1 |  | 
| 
6 | 
Sektor Lainnya | 
- | 
1 | 
1 |  | 
| 
Jumlah | 
11 | 
19 | 
31 |  | |
Lokasi sekolah SD Negeri ............
berada di daerah pegunungan di mana sarana transportasinya cukup sulit karena
kondisi prasarana jalan yang kurang memadai terutama kondisi sarana jalan yang
rusak, namun kondisi tersebut tidak mempengaruhi kinerja guru dan juga semangat
para siswa untuk menuntut ilmu. Keadaan ini dibuktikan dengan diraihnya
beberapa kejuaraan baik yang bersifat akademik maupun non akademik di tingkat
kecamatan bahkan ada yang sampai tingkat kabupaten.
2.      Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD
Negeri ............ yang berlokasi di Desa Salebu Kecamatan Majenang Kabupaten
Cilacap. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu dua bulan mulai dari bulan Maret
sampai dengan bulan April 2012 dengan rincian per siklusnya sebagai berikut :
a.       Siklus Pertama         :     Sabtu,     24 Maret 2012 
                                             Senin,
    26 Maret 2012
b.      Siklus Kedua            :     Kamis,    29 Maret 2012
                                             Jum’at,
  30 Maret 2012
3.      Materi Kajian 
Mata pelajaran yang menjadi
bahan kajian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas V semester
2 dengan spesifikasi sebagai berikut :
Standar Kompetensi               Memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya
alam
Kompetensi Dasar             :     Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia
yang dapat mengubah permukaan bumi 
Indikator                           :     Mengidentifikasi kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Materi pokok                     :     Menyebutkan aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi permukaan bumi.
Alokasi Waktu                  :     2 x 35 menit (2 x pertemuan)
B. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas
memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan MC Taggar,1992)
yaitu Planning (rencana), Action (tindakan), Observation
(pengamatan) dan Reflection (refleksi). Untuk lebih memperjelas mari
kita perhatikan tahapan-tahapan berikut:
 
 
Gambar 3.1. Tahapan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (Wardani, 2006 : 46)
1.     
Perencanaan 
Perencanaan selalu mengacu kepada
tindakan apa yang dilakukan, dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana
obyektif dan subyektif. Dalam perencanaan tersebut, perlu dipertimbangkan
tindakan khusus apa yang dilakukan, apa tujuannya. Mengenai apa, siapa
melakukan, bagaimana melakukan, dan apa hasil yang diharapkan. Setelah pertimbangan
itu dilakukan, maka selanjutnya disusun gagasan-gagasan dalam bentuk rencana
yang dirinci. Kemudian gagasan-gagasan itu diperhalus, hal-hal yang tidak
penting dihilangkan, pusatkan perhatian pada hal yang paling penting dan
bermanfaat bagi upaya perbaikan yang dipikirkan. Sebaiknya perencanaan tersebut
didiskusikan dengan guru yang lain untuk memperoleh masukan.
2.     
Pelaksanaan Tindakan
Jika perencanan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan
yang cukup matang, maka proses tindakan semata-mata merupakan pelaksanaan
perencanaan itu. Namun, kenyataan dalam praktik tidak sesederhana yang
dipikirkan. Oleh sebab itu, pelaksanaan tindakan boleh jadi berubah atau
dimodifikasi sesuai dengan keperluan di lapangan. Tetapi jangan sampai
modifikasi yang dilakukan terlalu jauh menyimpang. Jika perencanaan yang telah
dirumuskan tidak dilaksanakan, maka Guru hendaknya merumuskan perencanaan
kembali sesuai dengan fakta baru yang diperoleh.
3.     
Pengamatan
Hal yang tidak bisa dilupakan, bahwa sambil melakukan tindakan
hendaknya juga dilakukan pemantauan secara cermat tentang apa yang terjadi.
Dalam pemantauan itu, lakukan pencatatan-pencatatan sesuai dengan form yang
telah disiapkan. Catat pula gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang muncul, dan
segala sesuatu yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran. Secara teknis operasional, kegiatan
pemantauan dapat dilakukan oleh Guru lain. Di sinilah letak kerja kolaborasi
antar profesi. Namun, jika petugas pemantau itu bukan rekanan peneliti,
sebaiknya diadakan sosialisasi materi pemantauan untuk menjaga agar data yang
dikumpulkan tidak terpengaruh minat pribadinya. Untuk memperoleh data yang
lebih obyektif, Guru dapat menggunakan alat alat optik atau elektronik, seperti
kamera, perekam video, atau perekam suara. Pada setiap kali akan mengakhiri
penggalan kegiatan, lakukanlah evaluasi terhadap hal-hal yang telah
direncanakan. Jika observasi berfungsi untuk mengenali kualitas proses
tindakan, maka evaluasi berperan untuk mendeskripsikan hasil tindakan yang
secara optimis telah dirumuskan melalui tujuan tindakan.
4.     
Refleksi 
Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang
telah dihasilkan, atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas
dari langkah atau upaya yang telah dilakukan. Dengan perkataan lain, refleksi
merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan.
Untuk maksud ini, guru hendaknya terlebih dahulu menentukan kriteria
keberhasilan. 
Hasil refleksi terhadap
tindakan yang dilaksanakan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika
ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memecahkan masalah. 
|  | 
| 
 | 


 
                                                                                                                        
|  | 
Gambar
3.2. Daur PTK dalam Dua Siklus Perbaikan Pembelajaran
Setelah siklus ini
berlangsung beberapa kali barangkali perbaikan yang diinginkan telah terjadi,
maka kegiatan pembelajaran telah berakhir. Namun apabila muncul masalah baru
yang perlu diatasi, akan kembali dicari pemecahannya melalui daur PTK. Bagan
yang menggambarkan beberapa siklus kegiatan perbaikan pembelajaran seperti
berikut ini. Secara lebih terperinci, daur PTK dapat dilihat pada gambar 3.3.





|  | |||||||
|  | |||||||
|  | |||||||
|  | |||||||
|  | |||||||
 






Gambar
 3.3.   Diagram Siklus Perbaikan Pembelajaran
(dimodifikasi dari Rusna Ristasa, 2006 : 46)
Prosedur perbaikan pembelajaran
pada gambar di atas selanjutnya dirancang dalam urutan tahapan sebagai berikut:
1.   Mengidentifikasikan masalah, menganalisis dan
merumuskan masalah serta merumuskan hipotesis.
2.   Menemukan cara memecahkan masalah/ tindakan
perbaikan.
3.   Merancang skenario tindakan perbaikan yang
dikemas dalam Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP).
4.   Mendiskusikan aspek-aspek yang diamati dengan
teman sejawat yang ditugasi sebagai pengamat (observer).
5.   Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
skenario yang telah dirancang dan diamati oleh teman sejawat.
6.   Mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman
sejawat (observer).
7.   Melakukan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
8.   Konsultasi dengan supervisor.
9.   Merancang tindak lanjut.
10.
Re-planning, dan seterusnya; sampai ditetapkan.
C. Data, Teknik Pengumpulan, dan Analisis Data
1.      Sumber Data : Sumber Data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V SD Negeri ............
 dalam kegiatan belajar mengajar
2.     
Jenis Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan
kuantitatif yang terdiri atas :
a.      
Proses belajar mengajar
b.     
Data Hasil Belajar / tes formatif
c.       Data keterkaitan antara perencanaan dengan
pelaksanaan kegiatan
3.     
Cara Pengumpulan Data
a.   Data
Kuantitatif
1)   Data tentang hasil belajar siswa dengan
memberikan tes kepada siswa.
2)   Data tentang penilaian kegiatan siswa dengan
menggunakan lembar penilaian kegiatan siswa untuk setiap kelompok. 
b.   Data
Kualitatif
1)   Data tentang kemudahan siswa dalam memahami
materi setelah intervensi, dilakukan melalui wawancara dengan siswa.
2)   Data tentang kesungguhan belajar siswa,
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.
4.      Analisis Data
Analisis  dalam  penelitian 
kualitatif  dilakukan  sejak 
sebelum memasuki  lapangan,  Selama 
di  lapangan  dan 
setelah  selesai  di lapangan. 
Analisis  data  yang 
akan  dilakukan  secara 
kualitatif mengkategorikan 
dan  mengklraifikasi  berdasarkan 
analisis,  kemudian
ditafsirkan  dalam  konteks 
keseluruhan  permasalahan  penelitian. 
Adapun langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut: 
a.      
Kategorisasi 
dan  Kodifikasi.  Pada 
tahap  ini  data 
yang  telah terkumpul  kemudian 
diseleksi  dan  dihimpun 
dengan karakteristiknya.
b.     
Reduksi 
data.  Pada  tahap 
ini  data  yang 
terkumpul  di  lapangan, setelah  di 
kategorikan  kemudian  dikodefikasi 
lanjut  dan  di tuangkan dalam laporan 
c.       Klasifikasi  Data. Pada tahap ini data yang terkumpu
digunakan untuk  melihat  gambaran 
data  secara  keseluruhan atau bagian-bagian tertentu.
5.      Observer
Dalam pengumpulan data tersebut, peneliti dibantu oleh teman sejawat dengan identitas dan
tugas sebagai berikut: 
Nama            :     SRI
HARTINI, S.Pd.SD
NIP              :     19660610 198810 2 001
Pekerjaan      :     Guru Kelas 
Tugas            :     -     Mengobservasi pelaksanaan perbaikan
pembelajaran mulai siklus pertama sampai dengan selesai. 
                           -     Memberikan masukan tentang kekuatan dan
kelemahan-kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran. 
                           -     Ikut merencanakan proses dan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran.
D. Deskripsi per Siklus
1.      Siklus Pertama 
Kegiatan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, dengan penjelasan
kegiatan per pertemuan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Kelas/Semester                  :     V (lima) / 2
Mata Pelajaran                  :     Ilmu Pengetahuan Alam 
Standar Kompetensi               Memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya
alam
Kompetensi Dasar             :     Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia
yang dapat mengubah permukaan bumi 
Indikator                           :     Mengidentifikasi kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Materi pokok                     :     Menyebutkan aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi permukaan bumi
Waktu Pelaksanaan           :     24 Maret 2012 dan 26 Maret 2012
Alokasi Waktu                  :     2 x 35 menit (2 x pertemuan)
a.       Perencanaan 
Berdasarkan rumusan hipotesis
yang telah dibuat, peneliti menyiapkan dan menetapkan rencana perbaikan
pembelajaran  beserta skenario tindakan.
Skenario tindakan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan
siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan.
Terkait dengan rencana
perbaikan pembelajaran, peneliti perlu menyiapkan berbagai bahan yang
diperlukan sesuai dengan hipotesis yang dipilih seperti : lembar kerja, alat
bantu pembelajaran, lembar tes formatif dan lembar observasi.
Selanjutnya
peneliti bersama observer menyepakati fokus dan kriteria serta mensimulasikan
RPP dan skrenario pembelajaran bersama teman sejawab (observer) untuk
menghindari kegagalan dalam proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
dilakukan dalam dua kali pertemuan. 
b.      Pelaksanaan 
1)      Pertemuan Pertama
a)      Kegiatan Awal
Pembelajaran diawali peneliti
mengucapkan salam, mengabsen siswa dan menyiapkan alat pembelajaran. Siswa
duduk dengan tertib segera siap-siap mengikuti pelajaran. Peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan apersepsi untuk menguatkan motivasi belajar siswa
Sebagai apersepsi, peneliti
bertanya kepada siswa “Apakah ada diantara kalian yang pernah pergi ke
pantai?”, tanya peneliti.   Pipit Sutari
menjawab, “Pernah, Bu. Saya pernah ke pantai Teluk Penyu di Cilacap”. “Nah, apa
yang kamu lihat di sana ?”. “Ombak, serta pemandangan pantai serta pulau
Nusakambangan sangat indah, Bu Guru”, 
jawab Pipit Sutari lagi.  
“Baiklah, dari jawaban Pipit Sutari, Bu Guru ingin menanyakan sesuatu
yang berhubungan dengan menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
permukaan bumi“.  “Nah sekarang, Apa yang
dimaksud dengan ombak ?” “Gerakan air laut yang disebabkan oleh angin”, jawab
Tania Aurelia. “Bagaimana anak-anak !, apakah betul jawab dari Tania Aurelia?”
Anak-anak belum ada yang menjawab,…(agak
lama..)  “Betul …. Bu !” “ya bagus !”
jawab Bu Guru.  “Nah … anak-anak hari ini
kita akan belajar mengenai Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
permukaan bumi yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa alam, misalnya abrasi
ombak laut, peristiwa pasang surut dan lain sebagainya, apakah kalian siapa ?”,
tanya peneliti.   “Siap, Bu Guru !”,
siswa menjawab dengan serempak.
b)      Kegiatan Inti

 Pada kegiatan inti pertemuan pertama, 
peneliti mengawalinya dengan menjelaskan pengertian Menyebutkan
aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi, dan beberapa macam
Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi melalui
tampilan gambar yang ditempel di papan tulis. Anak-anak perhatikan gambar yang
terpasang di papan tulis, gambar apa ini? Peneliti menunjuk gambar yang depan
(paling kanan). “Anak-anak, gambar apakah ini ?”, tanya peneliti sambil
menunjuk gambar yang ada di kanan.
Pada kegiatan inti pertemuan pertama, 
peneliti mengawalinya dengan menjelaskan pengertian Menyebutkan
aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi, dan beberapa macam
Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi melalui
tampilan gambar yang ditempel di papan tulis. Anak-anak perhatikan gambar yang
terpasang di papan tulis, gambar apa ini? Peneliti menunjuk gambar yang depan
(paling kanan). “Anak-anak, gambar apakah ini ?”, tanya peneliti sambil
menunjuk gambar yang ada di kanan.
Gambar   3.4    Beberapa bentuk
aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi karena angin (sumber : Buku IPA V, Poppy K Devi, dkk, 2010 : 164-165
)
Secara serempak anak-anak
menjawab, “Peristiwa alam berupa badai, Bu Guru !.  Peneliti menjawab, “Ya kalian benar!, itu
adalah gambar peristiwa atau kejadian badai di laut”. “Sekarang coba kalian
jelaskan, apakah peristiwa alam apa yang dapat merubah kenampakan bumi akibat
peristiwa badai tersebut ?”.  Guru
menunjuk salah satu siswa yang bernama Farid Ghani untuk menjawab. “Ada, Bu
Guru. Angin dan ombak, yang berhembus kencang dapat merubah kenampakan bumi
berupa abrasi karang dan garis pantai”, jawab Farid Ghani. “Ya, betul !”. jawab
peneliti.
Kegiatan selanjutnya adalah
melaksanakan percobaan apakah angin dapat merubah kenampakan suatu tempat,  yang akan dilakukan di halaman sekolah.
Kemudian peneliti membagi siswa dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari
enam sampai dengan tujuh orang. Kepada masing-masing kelompok diberi lembar
kerja yang berisi soal pengerjaan dalam melakukan percobaan.  Semua siswa pergi ke halaman sekolah, dan
sebelum percobaan  dilakukan, peneliti
memberi penjelasan singkat tentang cara kerja atau petunjuk kerja, tidak lupa
peneliti mengecek peralatan dan kesiapan siswa. Setiap tugas harus dijawab
melalui proses belajar aktif yang melibatkan siswa untuk berpikir kreatif.
Siswa dibimbing untuk melaksanakan percobaan 
sehingga secara langsung mengamati peristiwa yang terjadi, mencari
keterangan, menganalisa data, mensintetis dan membuat kesimpulan.
Dengan berbekal lembar kerja,
siswa mulai melaksanakan percobaan, melakukan pengamatan, menganalisa data,
mensintesis dan membuat kesimpulan dari apa yang mereka amati. Peneliti
mengawasi proses kegiatan yang dilakukan tiap-tiap kelompok. Peneliti
membimbing kelompok yang membutuhkan bimbingan, sambil melakukan penilaian
pengamatan atau tes perbuatan. Setelah lembar kerja selesai dikerjakan,
semua  siswa kembali ke kelas dan
tiap-tiap kelompok diberi kesempatan untuk melaporkan hasil percobaan  serta pengamatan. Selanjutnya secara
bersama-sama siswa mengevaluasi hasil percobaan yang baru saja dilakukan.
Kemudian dengan bimbingan guru menyusun kesimpulan akhir kegiatan pembelajaran.
c)      Kegiatan Akhir
Siswa disuruh kembali ke
tempat duduknya masing-masing. Sedangkan lembar kerja dikumpulkan untuk
dinilai. Siswa mencatat rangkuman. Kegiatan ini sekaligus mengakhiri pelaksanaan
pertemuan pertama.
2)      Pertemuan Kedua 
a)      Kegiatan Awal
Pada pertemuan kedua,
pembelajaran diawali peneliti mengucapkan salam, mengabsen siswa dan menyiapkan
alat pembelajaran. Siswa duduk dengan tertib segera siap-siap mengikuti
pelajaran. 
Sebagai apersepsi, peneliti
kembali bertanya kepada siswa salah seorang siswa “Apa yang dimaksud dengan
abrasi?” “Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh air”, jawab Kartika
Sari. “Bagaimana anak-anak !, apakah betul jawab dari Kartika Sari ?”   “Betul …. Bu !”, jawab para siswa secara
serempak.  “Ya bagus !” jawab Bu
Guru.  “Nah … anak-anak hari ini kita
akan belajar mengenai peristiwa alam yang dapat merubah kenampakan bumi di
sekitar kita dengan melakukan beberapa percobaan, yang akan dipraktikan
langsung oleh kalian semua, apakah kalian sudah siap ?” tanya peneliti. “Siap,
Bu Guru !.
b)      Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan
kedua,  peneliti mengulang kegiatan
sebagaimana pertemuan pertama. Peneliti mengawalinya dengan menjelaskan
pengertian abrasi, erosi dan beberapa macam penyebab yang dapat merubah
kenampakan bumi di sekitar kira.  Untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, peneliti menyajikan
beberapa gambar yang berhubungan dengan materi pembelajaran.


Gambar   3.5    Beberapa bentuk Menyebutkan
aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi karena gelombang air laut
(sumber : Buku IPA 5, Poppy, dkk, 2010 : 166)
“Anak-anak perhatikan gambar
yang terpasang di papan tulis, gambar apa ini?, tanya peneliti sambil
menunjuk  gambar yang paling kanan.
Secara serempak anak-anak menjawab, “Keadaan di garis pantai, Bu Guru !.  Peneliti menjawab, “Ya kalian benar!, Ini
menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi karena angin
dan air laut yang terjadi di pantai”. “Sekarang coba kalian jelaskan, gambar
yang di bawahnya?”.  Guru menunjuk salah
satu siswa yang bernama Ilyas Bahtiar untuk menjawab. “Peristiwa abrasi oleh
ombak pada karang di laut”, jawab . “Ya, betul !”. jawab peneliti. “Dari
gambar-gambar yang disajikan, apakah kalian ada yang belum jelas ?”, tanya
peneliti. Hampir seluruh siswa menjawab, “Jelas semua, Bu Guru”. “Baiklah kalau
begitu, mari kita lanjutkan pelajarannya”, lanjut peneliti.
Kegiatan selanjutnya adalah
melaksanakan percobaan apakah air dapat menyebabkan aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi permukaan bumi ?,  yang akan
di lakukan di halaman sekolah. Kemudian peneliti membagi siswa dibagi menjadi
empat kelompok yang terdiri dari enam sampai dengan tujuh orang. Kepada
masing-masing kelompok diberi lembar kerja yang berisi soal pengerjaan dalam
melakukan percobaan. Semua siswa pergi ke halaman sekolah, dan sebelum
percobaan  dilakukan, peneliti memberi
penjelasan singkat tentang cara kerja atau petunjuk kerja, tidak lupa peneliti
mengecek peralatan dan kesiapan siswa. Setiap tugas harus dijawab melalui
proses belajar aktif yang melibatkan siswa untuk berpikir kreatif. Siswa
dibimbing untuk melaksanakan percobaan 
sehingga secara langsung mengamati peristiwa yang terjadi, mencari
keterangan, menganalisa data, mensintetis dan membuat kesimpulan. Dengan
berbekal lembar kerja, siswa mulai melaksanakan percobaan, melakukan
pengamatan, menganalisa data, mensintesis dan membuat kesimpulan dari apa yang
mereka amati. Peneliti mengawasi proses kegiatan yang dilakukan tiap-tiap
kelompok. Peneliti membimbing kelompok yang membutuhkan bimbingan, sambil
melakukan penilaian pengamatan atau tes perbuatan. Setelah lembar kerja selesai
dikerjakan, semua  siswa kembali ke kelas
dan tiap-tiap kelompok diberi kesempatan untuk melaporkan hasil percobaan  serta pengamatan. Selanjutnya secara
bersama-sama siswa mengevaluasi hasil percobaan yang baru saja dilakukan.
Kemudian dengan bimbingan guru menyusun kesimpulan. Siswa disuruh kembali ke
tempat duduknya masing-masing. Sedangkan lembar kerja dikumpulkan untuk
dinilai. Siswa mencatat rangkuman.
c)      Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, peneliti
membacakan kembali hasil kesimpulan dari kegiatan belajar yang dilaksanakan.
Siswa mencatat di buku masing-masing. Kemudian siswa menerima lembar soal tes
formatif supaya dikerjakan secara individu. Setelah selesai mengerjakan tes
formatif, peneliti menyuruh siswa untuk mengumpulkan lembar soal dan lembar
jawab untuk dinilai. Di akhir kegiatan peneliti memberikan saran dan tidak
lanjut untuk pembelajaran berikutnya.
c.       Observasi
Observasi dilakukan oleh
observer dengan lembar observasi yang telah disediakan. Hasil observasi
tersebut akan digunakan sebagai bahan diskusi untuk pelaksanaan perbaikan
pembelajaran pada pertemuan dan siklus selanjutnya. Dari hasil diskusi antara
observer dan peneliti disimpulkan kelemahan dan kekurangan pelaksanaan
pembelajaran, yaitu siswa nampak kurang aktif dalam melaksanakan kegiatan, hal
tersebut dikarenakan jumlah anggota kelompok yang terlaku banyak dan masih kurang
meratanya kemampuan antar individu dalam satu kelompok.
d.      Refleksi
Setelah  pelaksanaan  siklus 
I,  peneliti  bersama 
observer  mengadakan diskusi.  Berdasarkan 
data  yang  diperoleh 
dari  hasil  observasi, dan  hasil 
tes  kemampuan  siswa 
dalam  memahami  materi 
kenampakan  bumi, peneliti  bersama 
observer  mengadakan  diskusi 
mengenai  hal-hal  yang 
harus diperhatikan  atau  ditingkatkan. 
Dari  identifikasi  masalah 
dapat  disimpulkan bahwa proses
tindakan siklus I masih harus ditingkatkan, terutama motivasi siswa  pada 
saat  mengikuti  pembelajaran. 
Hal  ini  terbukti 
selama  proses  pembelajaran siswa  masih 
terlihat  pasif.    Siswa 
belum  berani  untuk 
menjawab  pertanyaan  dari guru, 
mengemukakan  pendapat  atau 
mengajukan  pertanyaan,  dan 
belum  berani tampil  di 
depan  kelas  mengerjakan 
hasil  penemuan.  Pada 
pertemuan  ini,  siswa masih banyak mengalami hambatan dalam
menemukan konsep kenampakan bumi. 
Dari  hasil  observasi 
menggambarkan,  peneliti  sudah 
jelas  dan  relevan dalam 
menerangkan  materi.  Hal 
ini  terjadi  karena 
dalam  kegiatan  pembelajaran kepada  siswa, 
peneliti  memberi  contoh 
kenampakan  bumi  seperti 
gunung  dan pesawahan. Selain itu,
peneliti sudah membimbing dan mengarahkan siswa dalam praktik menemukan
konsep  kenampakan bumi.  Sehubungan 
dengan  hal  tersebut, 
maka  pada  siklus 
II,  direncanakan kegiatan yang
lebih terfokus kepada kegiatan siswa dengan menggali pengalaman siswa  mengenai 
aktivitas  atau  pengalaman 
sehari-hari  yang  berkaitan 
dengan pemanfaatan 
kenampakan  bumi.  Selain 
itu,  pada  setiap 
kelompok  ditunjuk  tutor sebaya 
yakni siswa  yang sudah mencapai
ketuntasan untuk menjadi pembimbing temannya 
yang  mengalami  hambatan 
dalam  menemukan  konsep 
kenampakan bumi, dan dilakukan
percobaan lain yang lebih menarik, kemudian memaksimalkan pembimbingan agar
siswa mampu menemukan sendiri informasi dengan mengemas pembelajaran secara
menarik dan menciptakan iklim belajar yang kondusif. Selain itu jumlah anggota
masing-masing kelompok diperkecil.
2.      Siklus Kedua
Kegiatan pelaksanaan
perbaikan pembelajaran pada siklus kedua dilaksanakan dalam dua pertemuan
Adapun deskripsi kegiatan  dan penjelasan
kegiatan per pertemuan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Kelas/Semester                  :     V (lima) / 2
Mata Pelajaran                  :     Ilmu Pengetahuan Alam 
Standar Kompetensi               Memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya
alam
Kompetensi Dasar             :     Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia
yang dapat mengubah permukaan bumi 
Indikator                           :     Mengidentifikasi kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Materi pokok                     :     Menyebutkan aktivitas alam yang dapat
mempengaruhi permukaan bumi.
Waktu Pelaksanaan           :     29 Maret 2012 dan 20 Maret 2012
Alokasi Waktu                  :     2 x 35 menit (2 x pertemuan)
1)      Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi
dari siklus pertama, peneliti merevisi rencana perbaikan pembelajaran beserta
skenario tindakan. Terkait dengan revisi rencana perbaikan pembelajaran,
peneliti menyiapkan berbagai alat dan bahan yang diperlukan, meliputi : lembar
kerja siswa, lembar tes formatif dan lembar observasi, alat dan bahan
percobaan.
Selanjutnya
peneliti bersama observer menyepakati fokus dan kriteria serta mensimulasikan
RPP dan skrenario pembelajaran bersama teman sejawab (observer) untuk
menghindari kegagalan dalam proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang
dilakukan dalam dua kali pertemuan. 
2)      Pelaksanaan 
a.       Pertemuan Pertama
a)      Kegiatan Awal
Siswa berbaris di depan kelas
dan segera masuk dengan tertib. Setelah duduk, ketua kelas memimpin
teman-temannya untuk berdoa dilanjutkan memberi salam kepada peneliti.
Penelitipun menjawab salam serta mengabsen siswa.  Peneliti menyiapkan lembar kerja, lembar
observasi, lembar evaluasi, dan alat peraga berupa gambar tentang Menyebutkan
aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi, serta alat dan bahan
untuk melakukan percobaan berikutnya. Peneliti mengubah kelompok siswa dan
membagi siswa menjadi tujuh kelompok dengan jumlah empat orang. Peneliti
memerintahkan siswa berkelompok sesuai kelompok belajar masing-masing.
Peneliti melakukan apersepsi
melalui pertanyaan. “Coba sebutkan beberapa penyebab perubahan kenampakan yang
kalian ketahui ?”. Deviana menjawab “Air, Bu Guru, karena air dapat menyebabkan
banjir, karena banjir tersebut kenampakan bumi dapa berubah !”. “Angin, apalagi
kalau angin itu berupa angin puting beliung, Bu Guru !’, sahut Fatur At Taubah
“Kebakaran hutan, Bu Guru. Hutan bisa gundul apabila terjadi kebakaran hutan
!”, Seru Ragil Apriyanto.   Peneliti
menjawab, “Ya, betul sekali, semua jawaban kalian, kalian memang murid-murid
Ibu yang rajin dan pintar !”, puji peneliti.
b)      Kegiatan Inti
 Pada kegiatan inti pertemuan pertama,
peneliti menyiapkan lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi, dan alat
peraga berupa gambar tentang menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
permukaan bumi, serta alat dan bahan untuk melakukan percobaan berikutnya.
Peneliti mengubah kelompok siswa dan membagi siswa menjadi tujuh kelompok
dengan jumlah empat orang. Peneliti memerintahkan siswa berkelompok sesuai
kelompok belajar masing-masing. Peneliti melanjukan penjelasannya tentang
materi Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi dapat,
peneliti mendemonstrasikan sebuah percobaan terhadap peristiwa abrasi air laut
dengan menyiramkan air ke tumpukan pasir yang sudah ditata sedemikian rupa.
Percobaan ini sama dengan kondisi alamiah yang terjadi karena peristiwa abrasi
di pantai, seperti gambar ini di bawah ini :
Pada kegiatan inti pertemuan pertama,
peneliti menyiapkan lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi, dan alat
peraga berupa gambar tentang menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
permukaan bumi, serta alat dan bahan untuk melakukan percobaan berikutnya.
Peneliti mengubah kelompok siswa dan membagi siswa menjadi tujuh kelompok
dengan jumlah empat orang. Peneliti memerintahkan siswa berkelompok sesuai
kelompok belajar masing-masing. Peneliti melanjukan penjelasannya tentang
materi Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi dapat,
peneliti mendemonstrasikan sebuah percobaan terhadap peristiwa abrasi air laut
dengan menyiramkan air ke tumpukan pasir yang sudah ditata sedemikian rupa.
Percobaan ini sama dengan kondisi alamiah yang terjadi karena peristiwa abrasi
di pantai, seperti gambar ini di bawah ini : 
 
Gambar   3.6    Upaya mencegah asbrasi
di pantai akibat ombak laut  (sumber : Buku IPA V, Sularmi, dkk, 2010: 149)
Peneliti kemudian menjelaskan secara ringkas tentang gambar yang
disajikan. Abrasi disebabkan pengikisan pantai oleh gelombang air laut. Arah
gelombang air laut ditentukan oleh arah angin yang bergerak di permukaan laut
dan besarnya gelombang air laut bergantung pada kecepatan angin. Selain itu,
ada tidaknya pohon pelindung, jenis batuan, dan tanah di pantai juga
berpengaruh terhadap abrasi.Upaya yang dapat dilakukan manusia untuk mencegah
terjadinya abrasi, di antaranya 1) membuat tanggul, karena tTanggul di tepi
pantai berguna untuk menahan ombak yang menghantam pantai yang dapat
menyebabkan abrasi, 2) Membuat pemecah gelombang, karena gelombang laut yang
besar dapat dipecah menjadi lebih kecil dengan 
membuat beton yang dipasang di perairan pantai, dan 3) menanam pohon
bakau. Penanaman pohon bakau di pantai 
juga dapat mencegah abrasi. Pohon ini 
mempunyai akar tunjang yang banyak 
dan kuat sehingga mampu menahan 
ombak atau gelombang air laut.
Nah.. anak-anak untuk lebih
jelasnya kalian mencoba sendiri bersama kelompokmu dan amati apa yang terjadi,
setelah itu coba kamu lakukan dengan benda yang lain, lalu amati lagi dan
seterusnya. 
Kemudian peneliti membagi
lembar kerja untuk dibaca dulu dan dikerjakan sesuai dengan perintah yang sudah
dituliskan pada lembar kerja siswa. Peneliti memerintahkan kepada masing-masing
kelompok untuk mengecek dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk
percobaan. 
Kegiatan selanjutnya, siswa
melaksanakan kegiatan eksperimen tentang ketahanan dan kemiringan tanah
terhadap erosi maupaun abrasi.
c)      Kegiatan Akhir
Siswa segera berkelompok
mengerjakan lembar kerja untuk melakukan percobaan. Siswa melakukan percobaan,
pengamatan dan mengambil keputusan. Siswa mengisi lembar kerja dan menuliskan
kesimpulan. Sementara itu, peneliti membimbing siswa atau kelompok yang
mengalami kesulitan. Peneliti juga melaksanakan tes proses atau mengisi lembar
pengamatan cara kerja siswa. Setelah percobaan selesai, melaporkan hasil
percobaannya dan kembali duduk di bangku masing-masing untuk mencatat
rangkuman. Kegiatan ini sekaligus mengakhiri pelaksanaan pertemuan pertama.
b.      Pertemuan Pertama
1)      Kegiatan Awal
Sebagaimana pelaksanaan
pertemuan pertama, siswa berbaris di depan kelas dan segera masuk dengan
tertib. Setelah duduk, ketua kelas memimpin teman-temannya untuk berdoa
dilanjutkan memberi salam kepada peneliti. Penelitipun menjawab salam serta
mengabsen siswa.  Peneliti menyiapkan
lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi, dan alat peraga berupa gambar
tentang Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi,
serta alat dan bahan untuk melakukan percobaan berikutnya. Peneliti mengubah
kelompok siswa dan membagi siswa menjadi tujuh kelompok dengan jumlah empat
orang. Peneliti memerintahkan siswa berkelompok sesuai kelompok belajar
masing-masing.
2)      Kegiatan Inti
Pada pertemuan kedua,
peneliti melanjukan penjelasannya tentang materi “bahwa Menyebutkan aktivitas
alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi dapat mengubah gerak suatu benda”,
peneliti mendemonstrasikan sebuah peristiwa pasang dan surut dengan menggunakan
media air. Percobaan ini sama dengan kondisi alamiah yang dialami pasir di
gurun pasir seperti gambar ini (sambil menunjukkan gambar yang dimaksud)

Gambar   3.7    Peristiwa pasang surut
air laut  (sumber : Buku IPA 5, Hery, dkk, 2010: 143)
Peneliti kemudian menjelaskan
gambar. Bahwa selain menyebabkan banjir,pasang naik juga
mempengaruhipekerjaan nelayan mencari ikan di laut. Jika pasang naik,
perahu-perahu nelayan dapat berangkat dari dermaga yang dangkal dan berlayar
dengan mudah. Ikan-ikan di laut pun yang semula tinggal jauh di tengah pantai
kadangkala mendekat mengikuti air pasang. Nah, sebaliknya apa yang terjadi jika
pasang surut? Adanya pasang surut membuat air di sekitar dermaga menjadi
dangkal tidak dapat dilayari perahu dan kapal. Akibatnya kapal dan tidak dapat
sampai ke pantai.Nah.. anak-anak
untuk lebih jelasnya kalian mencoba sendiri bersama kelompokmu dan amati apa
yang terjadi, setelah itu coba kamu lakukan dengan benda yang lain, lalu amati
lagi dan seterusnya.  Kemudian peneliti
membagi lembar kerja untuk dibaca dulu dan dikerjakan sesuai dengan perintah
yang sudah dituliskan pada lembar kerja siswa. Peneliti memerintahkan kepada
masing-masing kelompok untuk mengecek dan mempersiapkan peralatan yang
dibutuhkan untuk percobaan.  Siswa segera
berkelompok mengerjakan lembar kerja untuk melakukan percobaan. Siswa melakukan
percobaan, pengamatan dan mengambil keputusan. Siswa mengisi lembar kerja dan
menuliskan kesimpulan. Sementara itu, peneliti membimbing siswa atau kelompok
yang mengalami kesulitan. Peneliti juga melaksanakan tes proses atau mengisi
lembar pengamatan cara kerja siswa.
3)      Kegiatan Akhir
Setelah percobaan selesai, melaporkan
hasil percobaannya dan kembali duduk di bangku masing-masing untuk mencatat
rangkuman. Peneliti membacakan kembali kesimpulan materi pelajaran. Siswa
mencatat di buku masing-masing. Siswa kemudian mengerjakan lembar tes formatif.
Selesai mengerjakan tes formatif, peneliti menyuruh siswa mengumpulkan lembar
soal dan lembar jawab untuk dinilai. 
3)      Observasi 
Observer
mengamati proses pembelajaran pada siklus kedua dengan menggunakan format
observasi yang telah disiapkan, hasil observasi menunjukkan peningkatan
pembelajaran yang baik, siswa aktif dan kreatif mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan
hasil pengamatan saat pelaksanaan kegiatan dan diskusi dengan observer dapat
dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran dinyatakan tuntas pada siklus kedua.
4)     
Refleksi
Dari hasil analisis data
diketahui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi menyebutkan aktivitas alam
yang dapat mempengaruhi permukaan bumi pada siklus kedua telah memenuhi
kriteria ketuntasan, demikian pula halnya dengan  peningkatan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran. Berdasarkan hasil intervensi tindakan yang sudah dicapai, serta
pelaksana  tindakan  pada 
pelaksanaan  tindakan  pada 
pelaksanaan  tindakan  pada 
proses  pembelajaran  sudah 
optimal  dilaksanakan,  maka 
peneliti  dan  observer  menyimpulkan 
bahwa  kegiatan  yang 
dilaksanakan  sudah  cukup 
dan dinyatakan selesai dan tuntas pada 
siklus II.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
E. Hasil Penelitian
Terkait dengan mutu
pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar sampai saat ini
masih jauh dan apa yang kita harapkan. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau prestasi
belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah menerapkan
metode eksperimen pada pembelajaran. Dengan penerapan metode eksperimen kepada
siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga
terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah
dengan harapan siswa mampu meningkatkan prestasi belajar atau prestasi siswa..
Hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan di
kelas V SDN ............ pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi dalam dua siklus dengan menggunakan metode eksperimen menunjukkan hasil yang
maksimal. Secara rinci dan jelas sebagaimana di bawah ini :
1.      Siklus I
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan peneliti 
Penjelasan guru
mengenai materi pembelajaran kurang bisa dipahami oleh para siswa dilanjutkan
dengan pelaksanaan kegiatan percobaan di luar kelas untuk meningkatkan  pemahaman siswa akan materi pembelajaran. Hal tersebut
sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
a)     
Data Hasil Perencanaan 
Pada tahap perencanaan, data yang
diperoleh berupa: rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di
dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan;
seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data; dan data
pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS).
b)     
Data Hasil Pelaksanaan Tindakan 
Data
hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan menerapkan metode eksperimen
pada pembelajaran  Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam materi Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
permukaan bumi sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel   4.1 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam Materi Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan
bumi
| 
No | 
Nama Siswa | 
Studi Awal (Nilai) | 
Nilai  | 
Kriteria Ketuntasan  | 
Ket | 
| 
Siklus I | |||||
| 
1 | 
Fatur
  At Taubah | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
2 | 
Addien
  Anugrah I | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
3 | 
Aji
  Permana Sukma | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
4 | 
Amanda
  Meirenza | 
70 | 
70 | 
T |  | 
| 
5 | 
Asfia
  Nanda | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
6 | 
Bagus
  Nurkholik | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
7 | 
Deviana | 
60 | 
60 | 
B |  | 
| 
8 | 
Erdin
  Ardiyansyah | 
60 | 
60 | 
B |  | 
| 
9 | 
Farid
  Ghani | 
70 | 
70 | 
T |  | 
| 
10 | 
Fitroh
  Ramdani | 
50 | 
50 | 
B |  | 
| 
11 | 
Gamas
  Irsa Ghatari | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
12 | 
Ilyas
  Bahtiar | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
13 | 
Indah
  Novitasari | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
14 | 
Isna
  Fitriana | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
15 | 
Iqbal
  Putra Pratama | 
70 | 
70 | 
T |  | 
| 
16 | 
Kartika
  Sari | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
17 | 
Luthfatul
  Laila | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
18 | 
Maida
  Listiani | 
70 | 
70 | 
T |  | 
| 
19 | 
Mila
  Nur Rahmi | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
20 | 
Nopiyanti | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
21 | 
Pipit
  Fitriana | 
70 | 
70 | 
T |  | 
| 
22 | 
Pipit
  Sekar Prastika | 
60 | 
60 | 
B |  | 
| 
23 | 
Ragil
  Apriyanto | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
24 | 
Rizka
  Amalia Putri | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
25 | 
Talenta
  Dinda Das | 
70 | 
70 | 
T |  | 
| 
26 | 
Tania
  Aurellia | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
27 | 
Vanessa
  Magdalena | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
28 | 
Wiko
  Nur Rahman | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
No | 
Nama Siswa | 
Studi Awal (Nilai) | 
Nilai  | 
Kriteria Ketuntasan  | 
Ket | 
| 
Siklus I | |||||
| 
29 | 
Intan
  Pandini | 
40 | 
50 | 
B |  | 
| 
30 | 
Sherlin
  Apriliana | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
31 | 
Pipit
  Sutari | 
50 | 
60 | 
B |  | 
|  | 
Jumlah | 
1.760 | 
1.970 | 
13 |  | 
|  | 
Rata-Rata | 
56,77 | 
63,55 | 
41,94 |  | 
Keterangan
:
B          :  BelumTuntas
T          :  Tuntas
KKM   :  64
Dari tabel 4.1 tentang Rekapitulasi Nilai
Tes Formatif Pembelajaran IPA Materi Aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
kenampakan bumi  di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a)   Sebelum perbaikan nilai rata-rata prestasi
belajar 56,77 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 63,55. Rata-rata
prestasi belajar naik 6,77.
b)   Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat
ketuntasan belajar 13 siswa (41,94%).
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II rata-rata prestasi
belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas KKM sebesar 64,00 sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dan tingkat ketuntasan belajar
mencapai angka di atas 75% dari jumlah seluruh siswa.
3)   Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai motivasi
siswa pada
pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi dengan menggunakan metode eksperimen pada studi
awal dan siklus pertama  dapat
diterangkan sebagai berikut :
Tabel   4.2
Rekapitulasi Motivasi Siswa Pembelajaran IPA Materi Aktivitas Alam yang dapat
Mempengaruhi Kenampakan Bumi
| 
No | 
Pembelajaran | 
Kenaikan Motivasi
  Siswa | 
Persentase | 
| 
1. | 
Studi Awal | 
13 | 
41,94 | 
| 
2. | 
Siklus I | 
18 | 
58,06 | 
Dari  data pada tabel 4.2 di atas dapat diperoleh
keterangan sebagai berikut :
a)   Sebelum
perbaikan, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi  siswa sebanyak  13 siswa atau 41,94%
b)   Pada siklus
ke I, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi  siswa sebanyak  18 siswa atau 58,06%
c)   Dari sebelum
perbaikan ke siklus I, tingkat motivasi 
siswa siswa meningkat sebesar 16,13%.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II motivasi belajar
siswa dapat mencapai perolehan di atas 75% sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan
4)   Data Hasil Refleksi 
Dari dua kali pertemuan yang
dilakukan, pembelajaran IPA materi  aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
kenampakan bumi dapat disimpulkan  belum
berhasil karena baru ada  18
orang siswa (58,06%) dari 31 orang siswa yang dinyatakan prestasi belajarnya
kurang memenuhi nilai standar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tes formatif
perbaikan pembelajaran siklus pertama kurang atau sama dengan KKM sebesar 64.
Sementara itu selebihnya dari mereka yakni 13 orang siswa (41,49%) prestasi
belajarnya dinyatakan sudah memenuhi nilai standar, yang ditunjukkan dengan
perolehan nilai tidak kurang dari nilai 64 atau lebih, sedangkan peningkatan
nilai rata-rata prestasi belajar mencapai 63,55 dari perolehan studi awal
sebesar 56,77. Adapun penjelasan mengenai tingkat motivasi belajar adalah
sebesar 58,06 atau sebanyak 18 siswa dari 31 siswa. Angka tersebut belum mencapai kriteria yang
ditetapkan.  Setelah peneliti dan observer mendiskusikan
hasil observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka
kelemahan siklus pertama akan ditanggulangi pada siklus kedua dengan menerapkan
:
a)      Memberikan 
bimbingan  yang  lebih 
intensif  dan  merata 
kepada  setiap kelompok pada saat
siswa melakukan percobaan atau eksperimen. 
b)      Mengatur peran dan tugas kepada masing-masing
siswa didalam kelompok lebih merata, sehingga kegiatan eksperimen efektif dan
efisien, serta tepat waktu. 
c)      Dalam 
pembuatan  petunjuk  lembar 
kerja  siswa  (LKS) 
sebagai  pedoman eksperimen
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa. 
d)     Penggunaan waktu dalam setiap langkah lebih
efektif.
e)      Melaksanakan diskusi kelas membahas hasil
kegiatan percobaan atau eksperimen. 
2.      Siklus II
Setelah
mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada siklus kedua
peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan
perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, hasil yang
diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan
pada penjelasan di bawah ini :
1)   Data Hasil Perencanaan 
Pada  siklus 
II  ini  peneliti 
mempersiapkan  rencana  berdasarkan 
hasil refleksi terhadap pembelajaran siklus I yang dituangkan dalam
bentuk rencana pelaksanaan 
pembelajaran  (RPP)  II 
yang  dilengkapi  dengan 
lembar  kerja siswa  dengan 
maksud  untuk  membantu 
siswa  dalam  tahap 
penyelidikan, dalam  rangka  pengumpulan 
data  maka  disusun 
aktivitas  guru  dan 
siswa, keterampilan eksperimen dan soal prestasi belajar pretes dan
postes II.
2)   Data Hasil Pelaksanaan Tindakan 
Dari
hasil pelaksanaan tindakan pada siklus kedua yang dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan dengan menerapkan metode eksperimen, hasil pelaksanaan tindakan dapat
dijelaskan sebagaimana di bawah ini :
Tabel   4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA
Materi Aktivitas Alam Yang Dapat Mempengaruhi Kenampakan Bumi
| 
No | 
Nama Siswa | 
Studi Awal (Nilai) | 
Siklus I | 
Nilai | 
Kriteria Ketuntasan  | 
Ket | 
| 
Siklus II | ||||||
| 
1 | 
Fatur At Taubah | 
50 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
2 | 
Addien Anugrah I | 
60 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
3 | 
Aji Permana S | 
50 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
4 | 
Amanda Meirenza | 
70 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
5 | 
Asfia Nanda | 
50 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
6 | 
Bagus Nurkholik | 
60 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
7 | 
Deviana | 
60 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
8 | 
Erdin A | 
60 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
9 | 
Farid Ghani | 
70 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
10 | 
Fitroh Ramdani | 
50 | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
11 | 
Gamas Irsa G | 
50 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
12 | 
Ilyas Bahtiar | 
60 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
13 | 
Indah Novitasari | 
50 | 
60 | 
60 | 
B |  | 
| 
14 | 
Isna Fitriana | 
60 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
15 | 
Iqbal Putra P | 
70 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
16 | 
Kartika Sari | 
50 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
17 | 
Luthfatul Laila | 
50 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
18 | 
Maida Listiani | 
70 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
19 | 
Mila Nur Rahmi | 
60 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
20 | 
Nopiyanti | 
50 | 
60 | 
60 | 
B |  | 
| 
21 | 
Pipit Fitriana | 
70 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
22 | 
Pipit Sekar P | 
60 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
23 | 
Ragil Apriyanto | 
50 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
24 | 
Rizka Amalia P | 
60 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
25 | 
Talenta Dinda Das | 
70 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
26 | 
Tania Aurellia | 
50 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
27 | 
Vanessa M | 
60 | 
70 | 
80 | 
T |  | 
| 
No | 
Nama Siswa | 
Studi Awal (Nilai) | 
Siklus I | 
Nilai | 
Kriteria Ketuntasan  | 
Ket | 
| 
Siklus II | ||||||
| 
28 | 
Wiko Nur R | 
50 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
29 | 
Intan Pandini | 
40 | 
50 | 
60 | 
B |  | 
| 
30 | 
Sherlin Apriliana | 
50 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
| 
31 | 
Pipit Sutari | 
50 | 
60 | 
70 | 
T |  | 
|  | 
Jumlah | 
1.760 | 
1.970 | 
2.260 | 
27 |  | 
|  | 
Rata-Rata | 
56,77 | 
63,55 | 
72,90 | 
87,10 |  | 
Keterangan
:
B          :  BelumTuntas
T          :  Tuntas
KKM   :  64
Dari tabel 4.3 tentang
Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi  aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
kenampakan bumi  di atas dapat diterangkan
sebagai berikut:
a)   Pada siklus I nilai rata-rata prestasi belajar
63,55 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 72,90. Rata-rata prestasi
belajar naik  9,35.
b) Jumlah siswa
yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 27 siswa atau (87,10%).
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi
belajar menunjukkan hasil 72,90. Hal ini menunjukkan bahwa tes prestasi belajar
sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena prestasi belajar berada di atas
angka kriteria minimal ketuntasan
(KKM) sebesar 64, dengan jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 27
siswa atau 87,10%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan
belajar juga telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 75% sehingga proses
perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus
II
3)   Data
Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai motivasi
siswa pada pembelajaran IPA Materi Aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
kenampakan bumi  di atas dapat
diterangkan sebagai berikut:
Tabel   4.4 Rekapitulasi Motivasi Siswa Pembelajaran
IPA Materi Aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi
| 
No | 
Pembelajaran | 
Kenaikan Motivasi
  Siswa | 
Persentase | 
| 
1. | 
Studi Awal | 
13 | 
41,94 | 
| 
2. | 
Siklus I | 
18 | 
58,06 | 
| 
3. | 
Siklus II | 
29 | 
93,55 | 
Dari  data pada tabel 4.4 di atas dapat diperoleh
keterangan sebagai berikut :
a)   Pada siklus
I, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi belajar sebanyak 18 siswa atau 58,06%
b)   Pada siklus
ke II, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi belajar  sebanyak 29 siswa atau 93,55%
c)   Dari siklus
I ke siklus II, tingkat peningkatan motivasi belajar meningkat sebesar 35,48 %
atau 11 siswa.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa motivasi belajar
mencapai angka 93,55%. Hal ini menunjukkan
bahwa motivasi belajar telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 75%
sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada
pelaksanaan siklus II
4)   Data Hasil Refleksi 
Pembelajaran IPA pada siklus kedua
ini sudah berhasil karena  sudah memenuhi
kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai
tes formatif mereka, 27 orang siswa (87,10%) dinyatakan tuntas belajar, dan 4
orang siswa (12,90%) dinyatakan belum tuntas belajarnya, sedangkan nilai rata-rata
prestasi belajar mencapai 72,90, dengan peningkatan motivasi belajar sebesar 93,55%
(29 siswa) pada akhir siklus kedua. Angka tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran telah memenuhi kriteria
keberhasilan proses perbaikan pembelajaran karena semua indikator keberhasilan
proses pembelajaran telah tercapai pada siklus kedua sehingga perbaikan
pembelajaran  yang dilaksanakan
dinyatakan berhasil dan tuntas sehingga proses pembelajaran dapat dilanjutkan
ke materi selanjutnya.
Setelah dilakukan analisa terhadap data yang
diperoleh, maka hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut :
a.   Prestasi belajar 
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh
dari tiga siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode ekseprimen pada pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang
dapat mempengaruhi kenampakan bumi menunjukkan peningkatan yang signifikan
terhadap hasil proses pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5
di bawah ini :
Tabel   4.5    Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa pada Pembelajaran
IPA  Aktivitas Alam yang dapat Mempengaruhi
Kenampakan Bumi
| 
No | 
Pembelajaran | 
Prestasi belajar Siswa | ||||
| 
Nilai Rata-rata prestasi
  belajar | 
Tuntas | 
% | 
Belum | 
% | ||
| 
1. | 
Studi Awal | 
56,77 | 
6 | 
19,35 | 
25 | 
80,65 | 
| 
2. | 
Siklus I | 
63,55 | 
13 | 
41,94 | 
18 | 
58,06 | 
| 
3. | 
Siklus II | 
72,90 | 
27 | 
87,10 | 
4 | 
12,90 | 
Dari
penjelasan pada tabel 4.5 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut :
1)     
Pada siklus I, angka ketuntasan belajar naik menjadi 41,94% (bertambah 7 siswa
atau 22,58% dari sebelum perbaikan)
2)     
Pada siklus II, angka ketuntasan belajar naik menjadi 87,10% (bertambah 14  atau 45,16% siswa dari siklus I)
3)     
Pada siklus I, nilai rata-rata prestasi belajar
mengalami kenaikan menjadi 63,55 atau mengalami kenaikan sebesar 6,77.
4)     
Pada siklus II, nilai rata-rata prestasi belajar mengalami
kenaikan menjadi 72,90 atau mengalami kenaikan 9,35 dari siklus I 
 Untuk lebih jelasnya 
peningkatan ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata prestasi
belajar siswa pada kegiatan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi  aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
kenampakan bumi dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :
Untuk lebih jelasnya 
peningkatan ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata prestasi
belajar siswa pada kegiatan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi  aktivitas alam yang dapat mempengaruhi
kenampakan bumi dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :
Gambar  4.1    Diagram Batang Perbandingan Angka Nilai
Rerata Ketuntasan Belajar, dan Ketuntasan Belajar pada Setiap Siklus Perbaikan
Pembelajaran
b.   Motivasi Belajar  
Dari hasil analisis peningkatan motivasi belajar siswa
pada setiap siklus perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dilihat pada
tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel   4.6    Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Belajar
Siswa pada Pembelajaran IPA Materi
Aktivitas Alam yang dapat Mempengaruhi Kenampakan Bumi
| 
No | 
Pembelajaran | 
Peningkatan Motivasi
  Siswa | 
Persentase | 
| 
1. | 
Studi Awal | 
13 | 
41,94 | 
| 
2. | 
Siklus I | 
18 | 
58,06 | 
| 
3. | 
Siklus II | 
29 | 
93,55 | 
Dari
penjelasan pada tabel 4.6 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut :
1)     
Pada sebelum perbaikan, siswa yang menunjukkan
peningkatan  motivasi siswa sebanyak  13 orang atau 41,94%
2)     
Pada siklus I, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi
siswa sebanyak 18 orang atau 58,06%
3)     
Pada siklus II, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi
siswa sebanyak 29 orang atau 93,55%
4)     
Pada sebelum perbaikan ke siklus I, motivasi siswa
mengalami kenaikan sebesar 16,13% atau sebanyak 5 orang siswa.
5)     
Pada siklus I ke siklus II, motivasi siswa mengalami
kenaikan sebesar 35,48% atau sebanyak 11 orang siswa.
Untuk lebih jelasnya 
peningkatan motivasi belajar dapat dilihat pada gambar diagram batang
berikut ini :

Gambar  4.2    Diagram Batang Peningkatan Keaktifan Belajar
pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran 
F. Pembahasan
Pada siklus pertama, dengan menggunakan metode eksperimen dengan
kelompok besar, belajar siswa kurang memuaskan,. Hal itu disebabkan
dengan kelompok yang terdiri dari 6-8 siswa ada siswa yang tidak termotivasi
dalam pelaksanaan kegiatan eksperimen, terutama siswa yang merasa tidak mampu
dan kurangnya motivasi belajar siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan.
1.      Motivasi Belajar 
Peningkatan motivasi belajar
cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada studi awal hanya 41,94% atau 13 siswa, meningkat menjadi 58,06% atau 18 siswa pada siklus pertama atau
mengalami kenaikan sebanyak 5 orang siswa (16,13%) dari studi awal.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II motivasi belajar
siswa dapat mencapai perolehan di atas 75% sesuai dengan kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan
2.      Prestasi belajar 
Sepertinya halnya
peningkatan motivasi belajar, prestasi belajarpun meningkat cukup baik, yaitu
dari nilai rata-rata kelas sebesar 56,77 pada studi awal, menjadi 63,55 pada siklus pertama atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 6,77 dari
studi awal, sedangkan tingkat ketuntasan belajar baru mencapai angka 13 siswa
atau 41,94%. Hal ini
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mengalami kenaikan 7 siswa atau 22,58%
dari studi awal.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II rata-rata prestasi
belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas KKM sebesar 64,00 sesuai dengan
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dan tingkat ketuntasan belajar
mencapai angka di atas 75% dari jumlah seluruh siswa.
Ketidakberhasilan pelaksanaan
perbaikan pada siklus pertama disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1)      Jumlah anggota kelompok masih terlalu
banyak, sehingga ada beberapa siswa yang nampak pasif dalam pelaksanaan kegiatan
eksperimen.
2)      Kurangnya minat belajar siswa terhadap
materi pembelajaran dan kegiatan eksperimen yang dilakukan.
3)      Tidak meratanya kemampuan siswa dalam satu
kelompok, yang berakibat pada rendahnya kerja sama antar kelompok.
Dari kenyataan temuan pada
saat pelaksanaan siklus pertama, maka peneliti bersama-sama dengan observer
memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus kedua dengan menerapkan :
1)      Mengatur posisi tempat duduk siswa
sedemikian rupa sehingga semua siswa dapat memperhatikan penjelasan materi oleh
guru.
2)      Membentuk kelompok dengan anggota 4-6 orang
untuk melaksanakan kegiatan eksperimen.
3)      Melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran
dengan tanya jawab mengenai materi pembelajaran pada saat proses pembelajaran
berlangsung dengan membentuk kelompok diskusi.
4)      Memperbanyak fasilitas referensi buku
sumber untuk mengembangkan materi pembelajaran misalnya dengan meminjam
buku-buku yang relevan dengan materi pembelajaran di perpustakaan sekolah dan
mempersilahkan siswa untuk bebas memilih sendiri buku-buku tersebut sesuai
dengan kebutuhannya masing-masing.
Pada siklus berikutnya,
yaitu siklus II, dengan melalukan eksperimen lain yang lebih menarik, kemudian
memaksimalkan pembimbingan agar siswa mampu menemukan sendiri informasi dengan
mengemas pembelajaran secara menarik dan menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Selain itu jumlah anggota masing-masing kelompok diperkecil. Tetapi secara
keseluruhan perbaikan pembelajaran dan peningkatan motivasi sudah mengalami
perubahan menuju lebih baik.
1.   Motivasi
Belajar 
Peningkatan motivasi belajar
cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada siklus pertama hanya 58,06% atau 18 siswa, meningkat menjadi 93,55% atau 29 siswa pada siklus kedua atau
mengalami kenaikan sebanyak 11 orang siswa (35,48%) dari pelaksanaan
pembelajaran pada siklus pertama.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa motivasi belajar
mencapai angka 93,55%. Hal ini
menunjukkan bahwa motivasi belajar telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar
75% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada
pelaksanaan siklus II
2.   Prestasi
belajar 
Sepertinya halnya
peningkatan motivasi belajar, prestasi belajarpun meningkat cukup baik, yaitu
dari nilai rata-rata kelas sebesar 63,55 pada siklus pertama, menjadi 72,90 pada siklus kedua atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 9,35 dari
siklus pertama, sedangkan tingkat ketuntasan belajar mencapai angka 27 siswa
atau 87,10%. Hal ini
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mengalami kenaikan 14 siswa atau 45,16%
dari siklus pertama.
Melihat hasil di atas maka
peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi
belajar menunjukkan hasil 72,90. Hal ini menunjukkan bahwa tes prestasi belajar
sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena prestasi belajar berada di atas angka
kriteria minimal ketuntasan (KKM) sebesar 64, dengan
jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 27 siswa atau 87,10%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar juga telah mencapai
kriteria keberhasilan sebesar 75% sehingga proses perbaikan pembelajaran
dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus II
Dari hasil analisis data
diketahui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi menyebutkan aktivitas alam
yang dapat mempengaruhi permukaan bumi pada siklus kedua telah memenuhi
kriteria ketuntasan, demikian pula halnya dengan  peningkatan motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan motivasi belajar dari 41,94% atau 13 siswa  pada studi awal menjadi, 58,06% atau 18 siswa, meningkat menjadi 93,55% atau 29 siswa pada akhir siklus kedua.
Kenyataan di atas didukung pula oleh peningkatan prestasi belajar siswa, di
mana nilai rata-rata kelas terus mengalami peningkatan dari 56,77 pada studi awal menjadi 63,55 pada siklus pertama, meningkat menjadi 71,90
dan pada akhir siklus kedua, dengan
tingkat ketuntasan belajar yang juga meningkat pada setiap siklusnya, yaitu 6
orang siswa (19,35%) pada
studi awal, menjadi 41,94%
atau 13 siswa, meningkat lagi menjadi  87,10% atau 27 siswa pada akhir siklus kedua, sehingga
masih terdapat empat siswa (12,90%) yang belum tuntas belajarnya, namun secara
klasikal hasil proses pembelajaran pada siklus kedua telah memenuhi kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga dapat ditentukan dan simpulkan
bahwa proses perbaikan pembelajaran dinyatatakan selesai dan berhasil pada
siklus kedua.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN  TINDAK
LANJUT
A.    Kesimpulan 
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan
yang diperoleh pada siklus pertama dan kedua dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1.      Penggunaan metode eksperimen dalam
pembelajaran IPA materi aktivitas
alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi mampu meningkatkan motivasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan
peningkatan peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini
dibuktikan dengan peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Hal
ini dibuktikan dengan peningkatan motivasi belajar dari 41,94% atau 13 siswa  pada studi awal menjadi, 58,06% atau 18 siswa, meningkat menjadi 93,55% atau 29 siswa pada akhir siklus kedua.
2.      Penggunaan metode eksperimen dalam
pembelajaran IPA materi aktivitas
alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi mampu meningkatkan prestasi belajar  siswa. Hal ini dibuktikan oleh nilai rata-rata
kelas terus mengalami peningkatan dari 56,77 pada studi awal menjadi 63,55 pada siklus pertama, meningkat menjadi 71,90
dan pada akhir siklus kedua, dengan
tingkat ketuntasan belajar  6 orang siswa
(19,35%) pada studi awal,
menjadi 41,94% atau 13 siswa,
meningkat lagi menjadi  87,10% atau 27 siswa pada akhir siklus kedua,
sehingga masih terdapat empat siswa (12,90%) yang belum tuntas belajarnya,
namun secara klasikal hasil proses pembelajaran pada siklus kedua telah
memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga dapat ditentukan
dan simpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran dinyatatakan selesai dan
berhasil pada siklus kedua
B.     Saran Tindak Lanjut
- Saran untuk penelitian lanjut
a.      
Guru harus menggunakan alat peraga konkret dalam
pembelajaran sehingga dapat membangkitkan minat belajar siswa.
b.     
Guru harus memperhatikan konsepsi awal siswa yang
diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar
mengajar.
c.      
Guru harus membimbing siswa dalam melaksanakan tugas
yang diberikan kepada siswa.
d.     
Guru harus membahas hasil kerja siswa dan
mengomentarinya untuk memberikan penguatan terhadap belajar siswa.
e.      
Guru menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran
materi sejenis, sehingga siswa menjadi lebih kritis dan aktif belajar.
- Saran untuk penerapan hasil penelitian
Perbaikan pembelajaran
berawal dari adanya masalah dalam kegiatan belajar mengajar dan guru berupaya
untuk memperbaikinya. Untuk mencegah timbulnya masalah yang sama, guru
sebaiknya selalu melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukannya dan
selalu berinovasi dalam pendekatan, strategi dan model pembelajaran. Hasil
penelitian proses pembelajaran melalui model pembelajaran perlu dilanjutkan dan
dikembangkan melalui Penelitian Tindakan Kelas. Guru harus selalu berkoodinasi
dengan kepala sekolah atau teman sejawat untuk mencari solusi dan pemecahan
masalah yang timbul melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang
dilakukan secara berkelanjutan. 
Dengan adanya penelitian
tindakan kelas yang peneliti lakukan di tempat bertugas diharapkan bermanfaat
untuk membantu menyelesaikan masalah pendidikan khususnya di sekolah dasar
tempat peneliti bertugas. Semakin banyak masalah dalam pelaksanaan pembelajaran
yang dihadapi guru dan dapat mencari solusi, akan meningkatkan kualitas
pembelajaran. Jika setiap guru menyadari akan pentingnya PTK di kelasnya, akan
meningkatkan pula kemampuan profesional guru, sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan prestasi siswa.           
 







0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih