Lencana Facebook

banner image

Wednesday 25 December 2013

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MATERI AKTIVITAS ALAM YANG DAPAT MEMPENGARUHI KENAMPAKAN BUMI PADA SISWA KELAS V



BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang ditemukan di sekolah yaitu, banyaknya siswa SD yang kurang berminat tehadap mata pelajaran IPA. Terbukti dari hasil belajar mereka banyak  nilai  mata  pelajaran  IPA  di  bawah  rata-rata. Penyebabnya antara lain siswa  tidak  suka  dengan  metode  pembelajaran  IPA  yang guru  terapkan.  Hal tersebut terbukti  pada proses  pembelajaran  di  sekolah  yang  penulis  teliti  sebagian  besar menggunakan  metode  ceramah  dan  metode  itu  sering  digunakan  dalam  setiap kegiatan pembelajaran sehingga siswa merasa bosan dan jenuh. 
Dalam  proses  belajar  siswa  yang  monoton  atau  biasa-biasa  saja  artinya  tidak ada motivasi untuk lebih baik maka nilai  yang mereka dapatkan juga biasa-biasa saja  dan  tidak  ada  perubahan  dalam  hasil  yang  mereka  peroleh,  sedangkan penjelasan mengenai proses belajar  adalah  suatu  proses  di mana  suatu siswa  berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Tugas  guru  yang  utama  yaitu  membelajarkan  diri  siswa  ke arah yang diharapkan secara efektif, efisien dan optimal. Untuk itu, selain siswa yang harus merubah perilaku atau kebiasaan dalam belajar, guru lebih dominan untuk mengarahkan dan memfasilitasi siswa belajar lebih baik. 
Komunikasi  belajar  yang  efektif  antara  guru  dan  siswa  akan  terjalin  demhan adanya  hubungan  timbal  balik,  misalnya  ketika  guru  bertanya  siswa  mampu merespon  dengan  jawaban  yang  relevan  dan  begitu  juga  sebaliknya.  Bagi  guru pertanyaan  dapat  di  gunakan  untuk  menciptakan  suasana  belajar  dan  mengajar  yang  kondusif,  mengarahkan  perhatian  siswa,  memotivasi  siswa,  mengecek pemahaman siswa, cara berpikir siswa dan menentukan permasalahan pembelajaran yang terjadi.
Proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh guru dan siswa dalam tempat tertentu. Dalam proses pembelajaran ada anggapan yang mengatakan bahwa materi yang diajarkan oleh guru semuanya dapat  diserap  oleh  siswa.  Sebagai    seorang  guru  IPA  tentu pernyataan tersebut tidak tepat.  karena banyak konsep-konsep abstrak dalam IPA yang  cukup  sulit  untuk  dipahami  oleh  para  siswa  sekolah  dasar.
Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran siswa. Tercapainya tujuan pembelajaran siswa dapat diukur dengan tes hasil pembelajaran atau formatif. Temuan di lapangan, di tempat peneliti bertugas menunjukkan adanya kesenjangan antar harapan dan kenyataan. Pada studi awal pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi, hasil dari tes formatif pada test pendahuluan menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan materi yang diajarkan. Hal ini ditunjukkan hanya enam siswa dari 31 siswa yang mengikuti tes formatif dapat mencapai tingkat penguasaan materi 70% ke atas atau mendapat nilai di atas KKM sebesar 64, dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal sebesar 56,77 dan motivasi belajar 41,94% atau 13  siswa dari 16 siswa yang mengikuti tes pada kegiatan awal proses perbaikan pembelajaran.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala sekolah dan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
a.       Rendahnya motivasi belajar siswa
b.      Rendahnya minat belajar siswa
c.       Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran  IPA yang berdampak hasil belajar rendah
d.      Model pembelajaran yang diambil tidak tepat
e.       Penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
f.       Siswa tidak mencatat hal-hal penting selama proses pembelajaran berlangsung.
Analisis masalah ditempuh dengan cara melakukan refleksi dari kinerja yang telah dilakukan, mengkaji literatur serta diskusi dengan supervisor. Berdasarkan hasil analisis masalah dapat diketahui bahwa kemungkinan yang menjadi faktor penyebab rendahnya hasil belajar, motivasi, dan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas, terjadi karena hal-hal sebagai berikut:
a. Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan penemuan informasi
b.      Model pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar sehingga penguasaan konsep materi pembelajaran menjadi kurang baik.
Dari  berbagai  permasalahan  tersebut  peneliti  mencari  solusi  untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa tersebut dengan  cara  menerapkan penggunaan metode eksperimen  untuk  menjelaskan  konsep-konsep yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Dengan menggunakan metode eksperimen  diharapkan mereka  dapat  meningkatkan pemahaman  dalam  mempelajari  pelajaran-pelajaran  khususnya  pelajaran  Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) selanjutnya siswa dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya.  
Berdasarkan  permasalahan  di atas, peneliti akan melaksanakan kegiatan penelitian untuk meningkatkan motivasi dan hasil pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi melalui metode eksperimen di kelas V SD Negeri ............ dengan melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas.


B.         Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut  :
1.      Apakah melalui penerapan metode eksperimen dapat  meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri ............ pada pembelajaran IPA materi  aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi?
2.      Apakah melalui penerapan metode eksperimen dapat  meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri ............ pada pembelajaran IPA materi  aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi?
C.         Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, agar memiliki arah yag jelas maka ditetapkan tujuannya sebagai berikut :
1.      Untuk memperbaiki pembelajaran IPA materi  aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi sehingga  motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri ............ meningkat melalui penerapan metode eksperimen.
2.      Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri ............  pada pembelajaran IPA materi  aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi melalui penerapan metode eksperimen.

D.         Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis  :
  1. Manfaat Teoritis
Melalui  kegiatan  penelitian  ini  diperoleh  alat  dan  teknik  penunjang  yang lebih realistis dan aplikatif untuk keperluan optimalisasi penggunaan metode eksperimen pada kelas dan mata pelajaran yang berbeda.
  1. Manfaat Praktis
a.       Siswa dapat meningkatkan aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar menjadi lebih baik daripada sebelumnya, serta menumbuhkembangkan sikap kritisnya terhadap aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar yang telah diperolehnya.
b.      Guru dapat memperbaiki kinerjanya secara profesional, karena itu rasa percaya dirinya akan meningkat dan ikut serta berperan aktif dalam rangka mengembangkan inovasi pembelajaran khususnya untuk bidang studi IPA pada tingkat Sekolah Dasar.
c.       Membantu sekolah untuk terus berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan siswa yang menunjukkan lebih unggul baik dari segi kuantitas maupun kualitas dari sekolah lain.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kerangka Teori
1.      Pembelajaran
Pembelajaran  merupakan  proses  komunikasi  dua  arah  antara  guru  dan peserta  didik,  mengajar  dilakukan  oleh  pihak  guru  sebagai  pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa.
Konsep  pembelajaran  menirut  Corey  (1986:195)  dalam  buku  Makna dan  Konsep  Pembelajaran  adalah  suatu  proses  dimana  lingkungan  seseorang secara  disengaja  dikelola  untuk  memungkinkan  ia  turut  serta  dalam  tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Selanjutnya  pembelajaran  menurut  Dimyati  dan  Mudjiono  (1999:297)  dalam  buku  yang  sama  adalah  adalah  kegiatan  guru  secara  terprogram  dalam desain  intruksional,  untuk  membuat  siswa  belajar  secara  aktif,  yang menekankan  pada  penyediaan  sumber  belajar.  Sedangkan  menurut  Fontana (1981:147),  pembelajaran  merupakan  upaya  penataan  lingkungan  yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dari  beberapa  pengertian  pembelajaran,  dapat  disimpulkan  bahwa pembelajaran  adalah  suatu  proses  yang  terprogram  yang  didalamnya  terdapat interaksi antara guru dan peserra didik secara disengaja.  Dalam pembelajaran terdapat dua karakteristik yaitu: a) dalam  proses  pembelajaran  melibatkan  proses  mental  siswa  secara maksimal,  bukan  hanya  menuntut  siswa  sekedar  mendengar,  mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam berpikir, b) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus  menerus  yang  diarahkan  untuk  memperbaiki  dan  meningkatkan kemampuan berpikir siswa,  yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat  membantu  siswa  dalam  memperoleh  pengetahuan  yang  mereka peroleh.
Dunkin  dan  Biddle  (2001:98-101) mengatakan,  proses  pembelajaran  akan  berlangsung  dengan  baik,  jika pendidik  mempunyai  kompetensi  yaitu:  (1)  kompetensi  substansi  materi pembelajaran atau penguasaan materi (2) kompetensi metodologi. Kompetensi  di  atas  bisa  diartikan,  jika  seorang  guru  menguasai  materi pelajaran,  maka  diharuskannya  juga  menguasai  metode  pengajaran  sesuai dengan  materi  yang  akan  diajarkan  juga  mengacu  pada  prinsip  pedagogik, yaitu  memahami  karakteristik  peserta  didik.  Jika  seorang  guru  tidak menguasai  metode  dalam  pembelajaran,  maka  penyampaian  materipun  tidak akan maksimal. Kegiatan pembelajaran secara metodologis  berakar  dari  pihak  pendidik  yaitu  guru,  dan  kegiatan  belajar secara pedagogis terjadi pada diri peserta didik. Pembelajaran  tidak  terjadi  seketika  saja,  melainkan  sudah  melalui tahapan  perancangan  pembalajaran.  Pembelajaran  lebih  menekankan  pada cara-cara  untuk  mencapai  tujuan  dan  berkaitan  dengan  bagaimana  cara mengorganisasikan  materi  pelajaran,  menyampaikan  materi  pelajaran  dan mengelola pembelajaran. Lindgren (2002:78-79)  menyebutkan  bahwa  fokus  sistem  pembalajaran  mencakup tiga aspek yaitu:
a.       Siswa. 
Siswa  merupakan  faktor  yang  paling  penting  sebab  tanpa siswa tidak akan ada proses belajar.
b.      Proses  belajar. 
Adalah apa  saja  yang  dihayati  siswa apabila  mereka  belajar,  bukan  apa  saja  yang  harus  dilakukan pendidik  untuk  membelajarkan  materi  pelajaran melainkan apa yang akan dilakukan siswa untuk mempelajarinya.
c.       Sistem belajar.
Sistem belajar adalah lingkungan tempat terjadinya proses  belajar  dan  semua  faktor  yang  mempengaruhi  siswa  atau proses belajar seperti pendidik, kelas dan interaksi didalamnya.

2.      Pembelajaran IPA
a.       Pengertian Pembelajaran IPA
Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1).
Dalam proses pendidikan, tidak terlepas dari kata belajar mengajar. Keduanya merupakan komponen utama dalam pendidikan. Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Menurut Ngalim Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang buruk.
Suatu proses pembelajarantiak luput dari kata mengajar, guru sebagai tenaga pendidik memfasilitasi serta memberi pengetatahuan terhadap peserta didik. Menurut Abu Ahmad (1997: 39) pembelajaran adalah suatu proses penanaman pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam peserta didik. Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik, maka hendaknya guru memberikan materi pelajaran secara bervarasi, dapat menggunakan media/alat peraga sebagai alat bantu dalam mengajar serta menggunakan metode yang tepat. Menurut Abu Ahmadi dkk, (1997: 52) metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh seorang guru atau instruktur. Kata ‘media’ berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk dari kata ‘medium’ yang secara harfiah berarti ‘perantara atau pengantar’. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Djamarah (1997: 136). Sedangkan menurut Hamalik (1989: 124) media pendidikan adalah cara atau proses yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yang berlangsung dalam proses pendidikan.
Beberapa ilmuwan memberikan definisi IPA sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.”
IPA mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1). Belajar IPA tidak sekedar belajar informasi IPA tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar IPA juga belajar tentang cara memperoleh informasi IPA, cara IPA dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Pernyataan di atas selaras dengan pendapat Carin yang menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori IPA. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam IPA dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis di dalam IPA. Sebagai proses IPA dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan eksperimen. Sebagai sikap IPA dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif.
b.      Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam
Menurut  Carin  &  Sound  (1989)  yang  dikutip  dalam  Reni  dkk  (2004:6) menyatakan  bahwa  Ilmu  Pengetahuan  Alam    adalah  suatu  sistem  yang  diperoleh dari observasi dan percobaan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa IPA tidak hanya  merupakan  cara  kerja,  cara  berpikir  dan  cara  memecahkan  masalah,  tetapi IPA  dapat  dipandang  sebagai  suatu    sikap,  proses,  produk,  dan  aplikasi.  Sikap menunjukkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat  yang menimbulkan masalah  baru  yang dapat dipecahkan melalui  prosedur  yang  benar.    Proses  menunjukkan  proses  pemecahan  masalah melalui metode ilmiah yang meliputi penyusunan hipotesis, perancang eksperimen atau  percobaan,  evaluasi,  pengukuran,  dan  penarikan  kesimpulan.  Produk menunjukkan pada berupa fakta, prinsip, teori dan hubungan. Aplikasi menunjuk pada penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. 
Dalam  kurikulum tingkat satuan pendidikan  ( KTSP, 2006)  IPA  merupakan  cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, prinsip-prinsip, proses penemuan dan menumbuhkan sikap ilmiah pada diri  siswa sesuai dengan tuntutan dalam  kurikulum berbasis kompetensi anak dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif.
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui  pengumpulan  data  eksperimen,  pengamatan  dan  dedukasi  untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.  Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu  1)   kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, 2) kemampuan  untuk  memproduksi  apa  yang  belum  diamati  dan  kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, dan 3) kemampuan mengembangkan sikap ilmiah.
Kegiatan pembelajaran  IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan  pertanyaan,  mencari  jawaban,  memahami  jawaban, menyempurnakan  jawaban  tentang  apa,  mengapa  alam  sekitar  melalui  cara-cara sistematis yang akan dterapkan dalam lingkungan.
Dengan demikian proses pembelajaran IPA dapat mengembangkan proses keterlibatan  fisik,  mental,  maupun  emosional  yang  tepat.  Oleh  karena  itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya : 
1)   Memberikan  pengalaman  pada  peserta  didik  sehingga  mereka  kompeten melalui percobaan-percobaan. 
2)   Menanamkan  pada  peserta  didik  pentingnya  pengamatan  empiris  dalam menguji  suatu  pernyataan  ilmiah  hipotesis  ini  dapat  berasal  dari  pengamatan kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah. 
3)  Memperkenalkan  dunia  teknologi  melalui  kegiatan  kreatif  dan  kegiatan perancangan  dan  pembuatan  alat-alat  sederhana  maupun  penjelasan  berbagai gejala dan  keampuhan  IPA  dalam  menjawab  berbagai  masalah  melalui pedoman membaca.
c.       Peranan Pembelajaran IPA di  SD
IPA  secara  sederhana  didefinisikan  sebagai  ilmu  tentang  fenomena  alam semesta.  Dalam  kurikulum  pendidikan  dasar  terdahulu  (1994)  dijelaskan pengertian  IPA  (sains)  sebagai  hasil  kegiatan  manusia  berupa  pengetahun, gagasan,  dan  konsep  yang  terorganisasi  tentang  alam  sekitar  yang  diperoleh  dari pengalaman  melalui  serangkaian  proses  ilmiah  antara  lain  penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan dan menarik kesimpulan. Sedangkan dalam  kurikulum  2006  sains  (IPA)  diartikan  sebagai  cara  mencari  tahu  secara sistematis tentang alam semesta. 
Menurut  Hendro  dan  Jenny  (1993:3)  mengutip  ucapan  Einstein:  bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu  sistem  pola  berpikir  yang  logis  tertentu,  yang  dikenal  dengan  istilah  pola berpikir  ilmiah.  Dengan  kata  lain,  pendidikan  IPA  merupakan  suatu  proses  dan sikap ilmiah untuk mendapatkan konsep-konsep ilmiah tentang alam semesta.
Dimensi sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus  dipertahankan  oleh  seorang  ilmuwan  khususnya  ketika  mencari  atau mengembangkan  pengetahuan  baru.  Wynne  Harlen  (1997:78)  dalam  Teaching  and Learning  Premary  Science  semenjelaskan  sembilan  sikap  ilmiah  yang  harus dikembangkan  sejak  dini  pada  siswa  SD.  Pengembangan  sikap  ilmiah  ini  bukan melalui ceramah melainkan dengan memunculkannya ketika siswa terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah. Kesembilan sikap tersebut adalah: 
1)      sikap ingin tahu 
2)      sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru  
3)      sikap kerja sama  
4)      sikap tidak putus asa  
5)      sikap terbuka untuk menerima  
6)      sikap mawas diri  
7)      sikap bertanggungjawab  
8)      sikap berpikir bebas  
9)      sikap kedisiplinan diri 
Penguasaan  konsep-konsep  IPA  pun  berperan  memberikan  kemampuan dasar  akademis  bagi  siswa  untuk  dapat  melanjutkan  ke  jenjang  pendidikan  yang lebih tinggi adalah tugas utama pendidikan (melalui kolaborasi guru-siswa) untuk mengembangkan  potensi  sains  siswa  secara  optimal  sejak  dini  melalui  proses pembelajaran IPA yang dikelola secara profesional.
Selain  itu,  dalam  konteks  era  globalisasi  dan  informasi  dengan  tuntutan keterampilan  hidup  (life  skill)  yang  semakin  tinggi  dan  kompleks,  pembelajaran IPA  di  SD  merupakan  wahana  untuk  membekali  siswa  dengan  pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan di sekelilingnya. Para pakar IPA sepakat  bahwa  dengan  melibatkan  siswa  ke  dalam  kegiatan  IPA  sejak  dini  akanmenghasilkan  generasi  dewasa  yang  melek  sains  yang  dapat  menghadapi tantangan hidup dalam dunia yang makin kompetitif.  
3.      Pengertian Belajar
Menurut Gagne (1984:85 ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam Darsono (2000:27) mengatakan belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Sedangkan Morgan menyebutkan bahwa suatu kegiatan dikatakan belajar apabila memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut (1) belajar adalah perubahan tingkah laku, (2) perubahan terjadi karena latihan dan pengalaman, bukan karena pertumbuhan, (3) perubahan tersebut harus bersifat permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku  manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.  Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia.
Belajar menurut James O. Whittaker dalam Darsono (2000: 4) “Learning  may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience” belajar dapat didefinisikan sebagai proses menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman.
Menurut Wingkel dalam Darsono (2000: 4) belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
 Djamarah (2002:13) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Slameto dalam Djamarah (2002:13) merumuskan juga tentang pengertian belajar yaitu suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. timulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Dari beberapa pendapat di atas  dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dalam diri manusia yang tampak dalam perubahan tingkah laku seperti  kebiasaan, pengetahuan, sikap, keterampilan, dan daya pikir.

4.      Hasil Belajar
a.       Pengertian Hasil Belajar
Pembelajaran    merupakan  suatu  proses  yang  dilakukan  individu  untuk memperoleh  suatu  perubahan  perilaku  yang  baru  secara  keseluruhan,  sebagai hasil  dari  pengalaman  individu  sendiri  dalam  interaksi  dengan  lingkungannya. Gagne  (1992:97)  pembelajaran  adalah  serangkaian  aktivitas  atau  kegiatan  yang difasilitasi  untuk  terjadinya  perubahan  perilaku.  Hasil  pembelajaran  adalah perubahan  perilaku  yang  terjadi  pada  peserta  didik  setelah  menempuh  proses kegitan belajar mengajar. Perubahan pada aspek apektif, kognitif dan psikomotor. Hasil  pembelajaran  merupakan  serangkaian  data,  kecakapan,  keterampilan, kematangan,  pemahaman  dan  kemampuan  yang  dimiliki  oleh  seseorang  setelah melalui suatu proses belajar. Di dalam penyelenggaraan pendidikan, suatu proses belajar  mengajar  dapat  dilihat  dari  terjadinya  perubahan  yang  diharapkan  sesuai dengan  tujuan  yang  telah  dirumuskan. Tujuan  yang  dimaksud  tersebut  berupa hasil pembelajaran siswa.
Hilgard  (Sanjaya,  2006:110)  menyatakan  bahwa  belajar  adalah  proses perubahan  malalui  kegiatan  atau  prosedur  latihan,  baik  latihan  di  dalam laboratorium  maupun  dalam  lingkungan  rumah.  Belajar  menurut  konsepsi modern  adalah  suatu  proses  perubahan  tingkah  laku  dalam  arti  seluas-luasnya meliputi  pengamatan,  pengenalan,  pengertian,  pengetahuan,  perbuatan, keterapilan, perasaan, minat, penghargaan dan sikap. Rusyan, (1993:9).
Bertitik  tolak  dari  pendapat  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar yang direfleksikan ke  dalam  tiga  aspek  yaitu  kognitif,  afektif  dan  psikomotor.  Hasil  belajar  juga merupakan konsep yang bersifat umum, didalamnya terdapat apa yang dinamakan prestasi  belajar.  Untuk  mengetahui  sejauh  mana  perubahan  yang  dialami  oleh siswa  dilakukan  kegiatan  penilaian,  yaitu  kegiatan  atau  tindakan  untuk  melihat sejauh  mana  tujuan  pembelajaran  dapat  dicapai  oleh  siswa  dalam  bentuk  hasil pembelajaran yang diperoleh setelah mereka menempuh proses belajar mengajar.  
Menurut Catharina Tri Anni (2002:4) hasil belajar merupakan  perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas  belajar. Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa  setelah melalui kegiatan belajar (H. Nashar, 2004: 77). Hasil belajar adalah  terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan  harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan  dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terdadap besarnya usaha  yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar (Keller dalam H Nashar, 2004: 77). Seseorang dapat  dikatakan telah belajar  sesuatu  apabila dalam dirinya telah terjadi  suatu perubahan, akan tetapi tidak  semua perubahan yang terjadi. Jadi  hasil belajar merupakan pencapaian  tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar, maka  didapat hasil belajar.
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan/ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang biasanya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Hasil belajar merupakan hal yang penting yang akan dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam belajar dan sejauh mana sistem pembelajaran yang diberikan guru berhasil atau tidak. Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila kompetensi dasar yang diinginkan tercapai.
b.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 
Banyak  faktor  yang  mempengaruhi  belajar  siswa.  Setiap  siswa  pada dasarnya mempunyai hasil atau prestasi belajar yang berbeda sebab hasil belajar siswa  dipengaruhi  oleh  berbagai  faktor.  Adapun  faktor  yang  mempengaruhi hasil  belajar  siswa  menurut  Slameto  (2003:54)  yaitu  “Faktor  intern  dan  faktor ekstern.  Faktor  intern  adalah  faktor  yang  ada  dalam  diri  individu  yang  sedang belajar, sedangkan faktor eksten adalah faktor yang ada di luar individu.”
Faktor  yang  mempengaruhi  hasil  belajar  siswa  dikemukakan  pula  oleh Hamalik  (2005:94)  yaitu  ”Perbedaan  hasil  belajar  di  kalangan  para  siswa disebabkan  oleh  faktor-faktor  kematangan,  latar  belakang  pribadi,  sikap  dan bakat terhadap pelajaran, jenis mata ajaran yang diberikan.
 Berdasarkan  hal-hal  tersebut  di  atas,  secara  umum  faktor  yang mempengaruhi hasil belajar meliputi dua bagian yaitu faktor dari dalam dan dari luar  individu.  Dari  kedua  faktor  tersebut  terdapat  faktor-faktor  lain  yang mempunyai  kecenderungan  untuk  mempengaruhi  keberhasilan  belajar  siswa. Apabila dilihat dari faktor dalam dan luar, maka belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai  aspek  yang  ada  hubungannya  dengan  kegiatan  belajar.
c.       Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Hal-hal  lain  yang  harus  diperhatikan  guru  sehubungan  dengan meningkatkan  keberhasilan  siswa  dalam  belajar  menurut  Ali  (2002:7-9)  yaitu penguasaan materi pelajaran, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip psikolog, kemampuan  menyelenggarakan  proses  belajar-mengajar,  dan  kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi baru.
5.      Motivasi
a.       Pengertian dan Jenis Motivasi
Guru-guru  sangat  menyadari  pentingnya  motivasi  dalam  bimbingan  belajar  siswa  berbagai  macam  teknik  misalnya  penghargaan,  pujian  dan  celaan  telah dipergunakan untuk mendorong para siswa agar mau belajar. Seorang guru  dalam  proses  belajar  mengajar  harus  benar-benar  mengoptimalkan  dalam  memanfaatkan  atau  menggunakan  sarana  dan  prasarana  pendidikan  yang  telah  tersedia.  Oleh  karena  itu,  masalah  memotivasi  siswa  dalam  belajar,  merupakan masalah  yang  sangat  kompleks.  Guru  hendaknya  mengetahui  prinsip-prinsip  motivasi  yang  dapat  membantu  pelaksanaan  tugas  mengajar  dan  dapat  membangkitkan  motivasi  belajar  siswa,  sehingga  mereka  dapat  mencapai  hasil  belajar yang diharapkan.
Motif  adalah  dorongan  atau  kekuatan  dari  dalam  diri  seseorang  yang  mendorong  orang  untuk  bertingkah  laku  atau  berbuat  sesuatu  untuk  mencapai  suatu  tujuan  tertentu.  Motif  dapat  berupa  kebutuhan  dan  cita- cita.  Motif  ini  merupakan  tahap  awal  dari  proses  motivasi,  sehingga  motif baru merupakan suatu kondisi intern atau disposisi (kesiapsiagaan)  saja.  Sebab  motif  tidak  selamanya  aktif.  Motif  aktif  pada  saat  tertentu  saja,  yaitu  apabila  kebutuhan  untuk  mencapai  tujuan  sangat  mendesak.(Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, 2004). Jadi,  apabila  suatu  kebutuhan  dirasakan  mendesak  untuk  dipenuhi  maka  motif  atau  daya  penggerak  menjadi  aktif.  Motif  atau  daya  penggerak  yang  telah  menjadi aktif inilah yang disebut motivasi. Menurut Alisuf Sabri, Motivasi adalah  segala  sesuatu  yang  menjadi  pendorong  tingkah  laku  yang  menuntut/mendorong  orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu  merupakan  suatu  keputusan  yang  telah  ditetapkan  individu  sebagai  suatu  kebutuahan/tujuan  yang  nyata  ingin  dicapai.(  M.  Alisuf  Sabri,1993:128).
Adapun  Jenis  motivasi  dapat  dipandang  dari  segi  sumber,  maka  dapat  dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
1)      Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik timbul dari setiap individu seperti kebutuhan, bakat,  kemauan,  minat  dan  harapan  yang  terdapat  pada  diri  seseorang.  Sebagai  misal,  seseorang  yang  gemar  membaca  tidak  memerlukan  orang  lain  yang  memotivasinya  tetapi  ia  sendiri  butuh,  berminat  atau  berkemauan  untuk  mencari sumber-sumber bacaan dan rajin membacanya.
2)      Motivasi Ekstrinsik
Yaitu  motivasi  yang  datang  dari  luar  diri  seseorang,  timbul  karena  adanya  stimulus  (rangsangan)  dari  luar  lingkungannya.  Sebagai  contoh,  seseorang yang berlatih atletik karena terangsang oleh gelar kejuaraan, hadiah,  dan meningkatkan nama baik organisasi olah raga yang ia masuki.   Dengan  demikian  bahwa  motivasi  yang  berasal  dari  diri  sendiri  (intrinsik)  dan  motivasi  yang  berasal  dari  luar  diri  (ekstrinsik),  kedua-duanya  sangatlah  berpengaruh  pada  tindakan  seseorang.  Dengan  adanya  kedua  motivasi  tersebut,  maka  seseorang  dapat  melakukan  tindakan-tindakan  atau  perbuatan- perbuatan dengan baik sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
b.      Motivasi Sebagai Penunjang Belajar
Thomas M. Risak (dalam Zakiah  Daradjat    dkk,   1995 : 40).   yang mengemukakan tentang motivasi sebagai berikut:  We may now define motivation, in a pedagogical sense, as the conscious  effort on the part of the teacher to establish in studens motives leading to  sustained activity toward the learning goals dan  diterjemahkan  oleh  Zakiah  Daradjat,  dkk,  motivasi  adalah  usaha  yang  disadari  oleh  pihak  guru  untuk  menimbulkan  motif-motif  pada  diri  murid yang  menunjang  kegiatan  kearah  tujuan-tujuan  belajar. 
Pada dasarnya perbuatan-perbuatan yang kita lakukan sehari-hari banyak  yang didorong oleh motif-motif ekstrinsik, tetapi banyak pula yang didorong oleh  motif-motif intrinsik atau oleh kedua-duanya. Seperti halnya dalam dunia pendidikan, khususnya  dalam proses belajar  mengajar  untuk  menacapai  tujuan  dan  hasil  belajar  yang  optimal,  siswa  banyak  terpengaruh oleh motif-motif yang berasal dari luar dirinya maupun yang berasal  dari  dalam  dirinya,  atau  mungkin  dapat  terpengaruh  secara  bersamaan  sesuai  dengan situasi yang berkembang. 
Di  antara  motivasi  tersebut,  maka  menurut  penulis  motivasi  intrinsiklah  yang  jauh  lebih  baik,  berkesan  lama  serta  dapat  memberikan  hasil  yang  memuaskan pada diri seseorang, karena motivasi ini timbul atas dasar kesadaran  sendiri  untuk  memperoleh  hasil  yang  diinginkan,  tetapi  tidak  dengan  mengesampingkan motivasi ekstrinsik.   Motivasi  ekstrinsik  juga  sangatlah  berpengaruh  pada  diri  seseorang,  karena  manusia  adalah  makhluk  sosial  yang  saling  membutuhkan  serta  mempunyai  lingkungan  disekitarnya,  baik  lingkungan  sekolah,  keluarga  dan  masyarakat. Apabila lingkungan sekitarnya baik dan dapat memotivasi seseorang  untuk melakukan tindakan  yang baik, maka seseorang itu dapat mencapai tujuan  yang diinginkan dan sebaliknya, apabila lingkungan disekitarnya buruk dan malah  membuat seseorang melakukan tindakan yang buruk, maka orang itu tidak dapat termotivasi dan tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan.  Dengan demikian, motivasi sangatlah penting baik motivasi yang berasal  dari dalam diri (intrinsik) maupun motivasi yang berasal dari luar diri (ekstrinsik),  karena  kedua-duanya  dapat  menjadi  pendorong  untuk  belajar  dan  agar  proses  belajar  mengajar  dan  berjalan  dengan  lancar,  aktifitas  dalam  belajarnya  memberikan  kepuasan/ganjaran  diakhir  kegiatan  belajarnya  serta  sesuai  dengan  tujuan yang diharapkan.
c.       Peranan dan Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi  sangat  berperan  dalam  belajar.  Dengan  motivasi  inilah  siswa   menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pulalah kualitas hasil  belajar siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan.  Siswa  yang  dalam  proses  belajar  mempunyai  motivasi  yang    kuat  dan jelas  pasti  akan  tekun  dan  berhasil  belajarnya.  Kepastian  itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:
1)      Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan.
2)      Penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
3)      Penseleksi  perbuatan  sehingga  perbuatan  orang  yang  mempunyai motivasi  senantiasa  selektif  dan  tetap  terarah  kepada  tujuan  yang ingin dicapai.
Motif  itu  mendorong  manusia  untuk  berbuat  atau  bertindak,  motif  itu  berfungsi  sebagai  penggerak  atau  sabagai  motor  yang  memberikan  energi  (kekuatan) kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas. Motif itu menentukan  arah  perbuatan,  yakni  kearah  perwujudan  suatu  tujuan  atau  cita-cita.  Motivasi mencegah  penyelewengan  suatu  tujuan  atau  cita-cita.  Motivasi  mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas  tujuan  itu,  makin  jelas  pula  terbentang  jalan  yang  harus  ditempuh. Berdasarkan  arti  dan  fungsi  motivasi  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  motivasiitu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi juga merupakan penentu hasil perbuatan.  Motivasi  akan  mendorong  untuk  bekerja  atau  melakukan  sesuatu perbuatan  dengan  sungguh-sungguh  (tekun)  dan  selanjutnya  akan  menentukan pula hasil pekerjaannya.
6.      Metode Pembelajaran
Machfudz (2000:12) mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam Hurlock, 1981) menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara teratur. Istilah ini lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran, penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar. Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara untuk perencanaan secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.
Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain; (2) suatu deskripsi  atau  analogi  yang  dipergunakan  untuk  membantu  proses visualisasi  sesuatu  yang  tidak  dapat  dengan  langsung  diamati;    (3)  suatu sistem  asumsi-asumsi,  data-data,  dan  inferensi-inferensi  yang  dipakai untuk  menggambarkan  secara  matematis  suatu  obyek  atau  peristiwa;  (4) suatu  desain  yang  disederhanakan  dari  suatu  sistem  kerja,  suatu terjemahan  realitas  yang  disederhanakan;  (5)  suatu  deskripsi  dari  suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan (6) penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. 
Pembelajaran merupakan  suatu  kegiatan  yang  melibatkan  seseorang  dalam  upaya  memperoleh  pengetahuan,  keterampilan  dan  nilai-nilai  positif  dengan memanfaatkan  berbagai  sumber    untuk  belajar.  Pembelajaran  dapat melibatkan  dua  pihak  yaitu  siswa  sebagai  pembelajar  dan  guru  sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process).
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk  membentuk  kurikulum  (rencana  pembelajaran  jangka  panjang), merancang bahan-bahan  pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh  memilih  model  pembelajaran  yang  sesuai  dan  efisien  untuk mencapai tujuan pendidikannya. Model  pembelajaran  mempunyai  makna  yang  lebih  luas  dari  pada strategi,  metode  atau  prosedur  pembelajaran.  Istilah  model  pembelajaran mempunyai  4  ciri  khusus  yang  tidak  dipunyai  oleh  strategi  atau  metode pembelajaran.
a.         Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik.
b.         Tujuan pembelajaran yang akan dicapai
c.         Langkah-langkah    mengajar  yang  diperlukan  agar  model pembelajaran dapat dilaksanakan secara optimal.
d.        Lingkungan  belajar  yang  diperlukan  agar  tujuan  pembelajaran dapat dicapai.
Menurut  Joyce  &  Weil  (Susilana,  2006:112)    model  pembelajaran memiliki lima unsur dasar, yaitu :
a.    Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran, 
b.    Social  system,  adalah  suasana  dan  norma  yang  berlaku  dalam pembelajaran, 
c.    Principles  of  reaction,  menggambarkan  bagaimana  seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, 
d.   Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran, dan
e.    Instructional  dan  nurturant  effects—hasil  belajar  yang  diperoleh langsung  berdasarkan  tujuan  yang  disasar  (instructional  effects) dan hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).
Model  pembelajaran  bukan  hanya  membahas  mengenai  cara  guru mengajar,  tetapi  juga  mengenai  bagaimana  siswa  belajar.  Model pembelajaran  yang  digunakan  dalam  suatu  kegiatan  pembelajaran dimaksudkan  untuk  menciptakan  suasana  pembelajaran  yang  efektif sehingga  dapat  membantu  siswa  dalam    membangun  keterampilan intelektualnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 
Adapun  ciri  bahwa  suatu  pembelajaran  disebut  efektif    (Wragg, 1997 dalam Rusmana, 2008) yaitu sebagai berikut:
a.         Ciri  pertama  adalah  bahwa  pembelajaran  efektif  memudahkan murid  mempelajari  sesuatu  yang  bermanfaat  seperti  fakta,  keterampilan, nilai, konsep dan bagaimana hidup serasi dengan seksama, atau suatu hasil belajar  yang  diinginkan. 
b.         Ciri  kedua,  pembelajaran  efektif  adalah  bahwa keterampilan  tersebut  diakui  oleh  mereka  yang  berkompeten  menilai, sperti  guru-guru,  pelatih  guru,  pengawas,  pemilik  sekolah,  tutor  dan  guru pemandu pelajaran atau bahkan murid-murid sendiri.
Dengan  demikian,  pembelajaran  yang  efektif  dapat  dicapai  jika siswa  mempelajari  sesuatu  yang  bermanfaat  dengan  mudah  dan pembelajaran tersebut diakui oleh guru atau bahkan oleh siswanya sendiri sebagai  suatu  keterampilan  mengajar  yang  dapat  memudahkan  siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.   
7.      Metode Eksperimen
Proses  belajar  dan  mengajar  yang  efektif  memerlukan  penggunaan strategi,  metode  dan  media  pembelajaran  yang  tepat.  "metode  pembelajaran dapat  diartikan  sebagai  cara-cara  yang  dilaksanakan  untuk  mengadakan interaksi  belajar  mengajar  dalam  rangka  mencapai  tujuan  pembelajaran" (Suharjo, 2006 : 89). Metode  pembelajaran  harus  dipilih  dan  dikembangkan  untuk meningkatkan  aktifitas  dan  kreatifitas  peserta  didik.  Di  dalam  pembelajaran IPA banyak  metode-metode  yang  digunakan  salah  satu  di  antaranya  adalah metode eksperimen. Schonher  (1996)  yang  dikutip  oleh  Palendeng  (2003:81)  menyatakan metode  eksperimen  adalah  metode  yang  sesuai  untuk  pembelajaran  IPA (Sains), karena metode eksperiemn mampu memberikan kondisi belajar yang tepat  mengemabngkan  kemampuan  berfikir  dan  kreatifitas  secara  optimal. Siswa  diberi  kesempatan  untuk  menyusun  sendiri  konsep-konsep  dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.
Berdasarkan  hasil  penemuan  Dr.  Umar  Fauzi,  metode  eksperimen dalam  pembelajaran  IPA  mempunyai  3  manfaat,  antara  lain  :  1)  Mendorong siswa  untuk  berfikir  kritis,  kreatif  dan  inovatif  dengan  bekal  konsep  yang sudah  diajarkan.  2)  Menuntun  siswa  melakukan  pengamatan,  melakukan penafsiran dan dugaan terahdap data. 3) Memandu siswa menemukan sendiri suatu kaidah, aturan atau hokum alam yang sering diapkai dalam pembahasan IPA. (Herawati, 2006:11-12).
Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen (percobaan) ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari tahu suatu  kebenaran,  atau  mencoba  mencari  data  baru  yang  diperlukannya, mengolah  sendiri,  membuktikan  suatu  hokum  atau  aidil,  dan  menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya. Ditinjau  dari  teori  perkembangan  kognitif  Piaget,  siswa  berada  pada tahap operasionalkonkret. Oleh karena itu siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep melalui peristiwa nyata. Bruner menyatakan bahwa cara berfikir kongkret akan membawa siswa ke arah  berfikir  konseptual  dengan  cara  yang  lebih  mudah.  Artinya  melalui pengalaman langsung dan objek nyata mempersiapkan siswa berfikir ke tahp yang  lebih  tinggi  yakni  tahap  symbol/pictorial. 
Penggunaan  metode  ini  bertujuan  agar  siswa  mampu  mencari    dan menemukan  sendiri  berbagai  jawaban  atau  persoalan-persoalan  yang dihadapinya  dengan  mengadakan  eksperiemn  sendiri  dan  juga  dapat  terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah (Scientific Thinking). Metode  eksperimen  diartikan  sebagai  cara  belajar  mengajar  yang melibataktifkan  peserta  didik  mengalami  dan  membuktikan  sendiri  hasil percobaan itu.
Dalam  melakukan  eksperimen  dalam  pembelajaran  IPA,  bahan-bahan yang digunakan tidak harus terbuat dari bahan-bahan yang mahal, sebab IPA dipelajari dengan memakai bahan-bahan sederhana yang biasa dijumpai anak dalam  kehidupan  sehari-hari.  Dengan  alat  dan  bahan  sederahana  yang  telah mereka kenal pusat perhatian siswa akan lebih terpusat obyek yang diselidiki. Dengan demikian penggunaan alat dan bahan sederhana dalam kegiatan eksperimen  dapat  memberikan  kesempatan  pada  siswa  untuk mengembangkan kemampuan befikir dalam memecahkan suatu masalah.
Berdasarkan  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  metode eksperimen  dalam  pembelajaran  sangat  penting  dilakukan  terutama  untuk menggali  dan  mengembangkan  potensi  pserta  didik.  Penggunaan  metode eksperimen  dalam  pembelajaran  IPA  merupakan  hal  yang  sangat  tepat, sehingga  anak  terbiasa  untuk  berfikir  dan  memecahkan  masalahnya  sendiri melalui  kegiatan  eksperimen  sehingga  pada  akhirnya  tingkat  berfikir  anak akan terlatih dan berkembang secara optimal.
Martinus Yamin (2006 : 154) menyatakan bahwa metode eksperimen  adalah metode pemberian kesempatan kepada siswa perseorangan dan kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan
Metode  eksperimen  adalah  salah  satu  metode  yang  memberikan langsung  keterampilan  proses,  siswa  dapat  mengalami,  membuktikan, menemukan,  menarik  kesimpulan,  dan  memecahkan  masalah.  Metode eksperimen  dialami  langsung  oleh  siswa  sehingga  siswa  akan  tertarik  untuk belajar  secara  aktif.  Metode  eksperimen  adalah  cara  menyajikan  pelajaran melalui  percobaan-percobaan  untuk  membuktikan  suatu  pertanyaan  atau hipotesis tertentu (Rusyan, 1993 : 110).
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.
Metode  eksperimen  lebih  sesuai  untuk  menyajikan  pembelajaran IPA,  namun  seperti  metode  lainnya.  Metode  eksperimen  juga  memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode eksperimen :
1)      Membuat  peserta  didik  percaya  pada  kebenaran  kesimpulan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau dari buku
2)      Peserta  didik  aktif  terlibat  mengumpulkan  fakta,  informasi  atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan.
3)      Dapat  menggunakan  dan  melaksanakan  prosedur  metode  ilmiah dan berfikir ilmiah.
4)      Memperkaya  pengalaman  dengan  hal-hal  yang  bersifat  objektif, realistis dan menghilangkan verbalisme.
Selain  kelebihan  tersebut,  metode  eksperimen  juga  memiliki kelemahan, yaitu sebagai berikut:
1)      Metode  ini  lebih  sesuai  untuk  menyajikan  bidang-bidang  IPA  dan teknologi.
2)      Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.
3)      Setiap eksperiemen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.
4)      Dalam  kehidupan  tidak  semua  hal  dapat  dijadikan  materi eksperimen.
Langkah-langkah  Pembelajaran  dengan  metode  eksperimen  tersebut meliputi: 
1)      Kegiatan Persiapan 
a)      Merumuskan  tujuan  pembelajaran    yang  ingin  dicapai  dengan metode eksperimen;
b)      Menyiapkan  materi  pembelajaran    yang  diajarkan  melalui eksperimen;
c)      Menyiapkan  alat,  sarana  dan  bahan  yang  diperlukan  dalam eksperimen;
d)     Menyiapkan  panduan  prosedur  pelaksanaan  eksperimen,  termasuk Lembar Kerja Siswa (LKS). 
2)      Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen 
a)      Kegiatan Pembukaan 
(1)   Menanyakan  materi  pembelajaran      yang  telah  diajarkan  minggu lalu (apersepsi);
(2)   Memotivasi  siswa  dengan  mengemukakan  ceritera  anekdot  yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran  yang akan diajarkan; 
(3)   Mengemukakan  tujuan  pembelajaran    yang  ingin  dicapai,  dan prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b)      Kegiatan Inti 
(1)   Siswa  diminta  membantu  menyiapkan  alat  dan  bahan  yang  akan dipakai dalam eksperimen;
(2)   Siswa  melaksanakan  eksperimen  berdasarkan  panduan  dan  LKS yang telah disiapkan guru;
(3)   Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan;
(4)   Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.
c)      Kegiatan Penutup 
(1)   Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen; 
(2)   Guru mengadakan evaluasi hasil dan alat eksperimen; 
(3)   Tindak  lanjut,  yaitu  meminta  siswa  yang  belum  menguasai  materi eksperimen  untuk  mengulang  lagi  eksperimennya,  dan  bagi  yang sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.   

B.     Hipotesis Tindakan
Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli, disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :
a.       Penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri .............
b.      Penggunaan metode percobaan pada pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi dapat  meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri .............
C.    Indikator dan Kriteria Keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar ajar ketuntasan belajar siswa dalam mempelajari materi pembelajaran. Siswa dinyatakan tuntas dengan kriteria mencapai penguasaan materi di atas KKM atau mendapat nilai minimal 64. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan  motivasi belajar adalah ketekunan menghadapi tugas selama mengikuti kegiatan pembelajaran dan keuletan dalam menghadapi kesulitan. Siswa dinyatakan termotivasi belajarnya apabila siswa menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah yang membutuhkan pemecahan, siswa lebih senang bekerja mandiri, dan dapat mempertahankan pendapatnya dengan alasan-alasan yang logis dan dapat diterima secara ilmiah.
Kriteria keberhasilan yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan proses pembelajaran melalui upaya perbaikan pembelajaran sebagai berikut :
1.    Siswa dinyatakan tuntas apabila menguasai 70% materi pembelajaran atau mendapatkan nilai di atas KKM minimal 64..
2.    Proses perbaikan pembelajaran (peningkatan prestasi belajar siswa) dinyatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa tuntas dalam belajar.
3.    Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 75% dari jumlah siswa mengalami peningkatan motivasi belajar selama proses pembelajaran berlangsung.

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A.    Subjek Penelitian

1.      Karakteristik Siswa
Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap proses dan atau hasil belajar pserta didik, dan atau implementasi sesuatu program sekolah.
Penelitian Tindakan Kelas memiliki karakteristik penting yaitu masalah diteliti untuk dipecahkan harus berangkat dari persoalan praktik pembelajaran yang dilakukan sehari-hari dikelas. Jadi, Penelitian Tindakan Kelas akan dapat dilaksanakan jika guru sejak awal memang menyadari adanya masalah yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran yang dihadapi di kelas dan harus dipecahkan. Dengan kata lain Penelitian tindakan adalah penelitian kontekstual, artinya praktis yang sesuai dengan problem yang muncul dilapangan. Penelitian bukan menerapkan teori tetapi menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan teori sebagai sandaran sekaligus teori dimodifikasi secara kontekstual. PTK ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri ............, dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

Tabel 3.1    Usia Siswa Kelas V SD Negeri ............ Berdasarkan Kelompok Umur

No
Tahun
Siswa
Jumlah
Ket
Lahir
Usia
P
L
2
1999
13
1
4
5

3
2000
12
7
14
21

4
2001
11
4
2
6

5
2002
10
-
-
-

5
2003
9
-
-
-

Jumlah
11
20
31


Berdasarkan jenis pekerjaan orang tua siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri  ............ sebagian besar didominasi  bekerja sebagai buruh dan petani, hal tersebut didukung oleh kondisi geografis desa Salebu yang berada di daerah pegunungan dan hanya sebagian kecil yang bekerja di luar di sektor tersebut, misalnya bekerja di sektor jasa. Secara rinci sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel 3.2    Daftar Pekerjaan Orang Tua Siswa Kelas V SD Negeri ............



No
Pekerjaan
Siswa
Jumlah
Keterangan
Laki-laki
Perempuan
1
Buruh
2
4
6

2
Tani
5
12
17

3
Dagang
3
2
5

4
Swasta
1
-
1

5
PNS
-
1
1

6
Sektor Lainnya
-
1
1

Jumlah
11
19
31

 

Lokasi sekolah SD Negeri ............ berada di daerah pegunungan di mana sarana transportasinya cukup sulit karena kondisi prasarana jalan yang kurang memadai terutama kondisi sarana jalan yang rusak, namun kondisi tersebut tidak mempengaruhi kinerja guru dan juga semangat para siswa untuk menuntut ilmu. Keadaan ini dibuktikan dengan diraihnya beberapa kejuaraan baik yang bersifat akademik maupun non akademik di tingkat kecamatan bahkan ada yang sampai tingkat kabupaten.
2.      Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri ............ yang berlokasi di Desa Salebu Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap. Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu dua bulan mulai dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2012 dengan rincian per siklusnya sebagai berikut :
a.       Siklus Pertama         :     Sabtu,     24 Maret 2012
                                             Senin,     26 Maret 2012
b.      Siklus Kedua            :     Kamis,    29 Maret 2012
                                             Jum’at,   30 Maret 2012
3.      Materi Kajian
Mata pelajaran yang menjadi bahan kajian yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa kelas V semester 2 dengan spesifikasi sebagai berikut :
Standar Kompetensi               Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
Kompetensi Dasar             :     Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi
Indikator                           :     Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Materi pokok                     :     Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Alokasi Waktu                  :     2 x 35 menit (2 x pertemuan)

B.     Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas memiliki empat tahap yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan MC Taggar,1992) yaitu Planning (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan) dan Reflection (refleksi). Untuk lebih memperjelas mari kita perhatikan tahapan-tahapan berikut:


 









Gambar 3.1. Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas (Wardani, 2006 : 46)
1.      Perencanaan
Perencanaan selalu mengacu kepada tindakan apa yang dilakukan, dengan mempertimbangkan keadaan dan suasana obyektif dan subyektif. Dalam perencanaan tersebut, perlu dipertimbangkan tindakan khusus apa yang dilakukan, apa tujuannya. Mengenai apa, siapa melakukan, bagaimana melakukan, dan apa hasil yang diharapkan. Setelah pertimbangan itu dilakukan, maka selanjutnya disusun gagasan-gagasan dalam bentuk rencana yang dirinci. Kemudian gagasan-gagasan itu diperhalus, hal-hal yang tidak penting dihilangkan, pusatkan perhatian pada hal yang paling penting dan bermanfaat bagi upaya perbaikan yang dipikirkan. Sebaiknya perencanaan tersebut didiskusikan dengan guru yang lain untuk memperoleh masukan.
2.      Pelaksanaan Tindakan
Jika perencanan yang telah dirumuskan sebelumnya merupakan perencanaan yang cukup matang, maka proses tindakan semata-mata merupakan pelaksanaan perencanaan itu. Namun, kenyataan dalam praktik tidak sesederhana yang dipikirkan. Oleh sebab itu, pelaksanaan tindakan boleh jadi berubah atau dimodifikasi sesuai dengan keperluan di lapangan. Tetapi jangan sampai modifikasi yang dilakukan terlalu jauh menyimpang. Jika perencanaan yang telah dirumuskan tidak dilaksanakan, maka Guru hendaknya merumuskan perencanaan kembali sesuai dengan fakta baru yang diperoleh.
3.      Pengamatan
Hal yang tidak bisa dilupakan, bahwa sambil melakukan tindakan hendaknya juga dilakukan pemantauan secara cermat tentang apa yang terjadi. Dalam pemantauan itu, lakukan pencatatan-pencatatan sesuai dengan form yang telah disiapkan. Catat pula gagasan-gagasan dan kesan-kesan yang muncul, dan segala sesuatu yang benar-benar terjadi dalam proses pembelajaran. Secara teknis operasional, kegiatan pemantauan dapat dilakukan oleh Guru lain. Di sinilah letak kerja kolaborasi antar profesi. Namun, jika petugas pemantau itu bukan rekanan peneliti, sebaiknya diadakan sosialisasi materi pemantauan untuk menjaga agar data yang dikumpulkan tidak terpengaruh minat pribadinya. Untuk memperoleh data yang lebih obyektif, Guru dapat menggunakan alat alat optik atau elektronik, seperti kamera, perekam video, atau perekam suara. Pada setiap kali akan mengakhiri penggalan kegiatan, lakukanlah evaluasi terhadap hal-hal yang telah direncanakan. Jika observasi berfungsi untuk mengenali kualitas proses tindakan, maka evaluasi berperan untuk mendeskripsikan hasil tindakan yang secara optimis telah dirumuskan melalui tujuan tindakan.
4.      Refleksi
Refleksi adalah suatu upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang telah dihasilkan, atau apa yang belum dihasilkan, atau apa yang belum tuntas dari langkah atau upaya yang telah dilakukan. Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan. Untuk maksud ini, guru hendaknya terlebih dahulu menentukan kriteria keberhasilan.
Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilaksanakan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memecahkan masalah.


 




Observing
 
                                                                                                                       


 



Gambar 3.2. Daur PTK dalam Dua Siklus Perbaikan Pembelajaran

Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali barangkali perbaikan yang diinginkan telah terjadi, maka kegiatan pembelajaran telah berakhir. Namun apabila muncul masalah baru yang perlu diatasi, akan kembali dicari pemecahannya melalui daur PTK. Bagan yang menggambarkan beberapa siklus kegiatan perbaikan pembelajaran seperti berikut ini. Secara lebih terperinci, daur PTK dapat dilihat pada gambar 3.3.

Text Box: IDE AWALText Box: Persiapan Penelitian 

1.	Penyamaan konsep metode contoh dan latihan antar peneliti dan pengamat.
2.	Penyusunan lembar observasi.
3.	Penyusunan format wawancara
4.	Penyusunan Tes.


Text Box: Studi Pendahuluan/Awal 
1.	Wawancara dengan siswa
2.	Tes diagnostic. (memperoleh data awal)
3.	Analisis dokumen.
























Text Box: Tindakan Siklus I
1.	Perencanaan perbaikan
2.	Pelaksanaan perbaikan
3.	Observasi
4.	Diskusi dan pengamat
5.	Refleksi Siklus I
Text Box: BELUM




Text Box: REVISI



Text Box: BERHASILText Box: Tindakan Siklus II
1.	Perencanaan Perbaikan
2.	Pelaksanaan perbaikan
3.	Obsevasi
4.	Diskusi dengan pengamat 
5.	Refleksi Siklus II



Text Box: KESIMPULAN



Gambar 3.3.   Diagram Siklus Perbaikan Pembelajaran (dimodifikasi dari Rusna Ristasa, 2006 : 46)

Prosedur perbaikan pembelajaran pada gambar di atas selanjutnya dirancang dalam urutan tahapan sebagai berikut:
1.   Mengidentifikasikan masalah, menganalisis dan merumuskan masalah serta merumuskan hipotesis.
2.   Menemukan cara memecahkan masalah/ tindakan perbaikan.
3.   Merancang skenario tindakan perbaikan yang dikemas dalam Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran (RPPP).
4.   Mendiskusikan aspek-aspek yang diamati dengan teman sejawat yang ditugasi sebagai pengamat (observer).
5.   Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang telah dirancang dan diamati oleh teman sejawat.
6.   Mendiskusikan hasil pengamatan dengan teman sejawat (observer).
7.   Melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
8.   Konsultasi dengan supervisor.
9.   Merancang tindak lanjut.
10. Re-planning, dan seterusnya; sampai ditetapkan.

C.    Data, Teknik Pengumpulan, dan Analisis Data

1.      Sumber Data : Sumber Data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas V SD Negeri ............  dalam kegiatan belajar mengajar
2.      Jenis Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri atas :
a.       Proses belajar mengajar
b.      Data Hasil Belajar / tes formatif
c.       Data keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan
3.      Cara Pengumpulan Data
a.   Data Kuantitatif
1)   Data tentang hasil belajar siswa dengan memberikan tes kepada siswa.
2)   Data tentang penilaian kegiatan siswa dengan menggunakan lembar penilaian kegiatan siswa untuk setiap kelompok.
b.   Data Kualitatif
1)   Data tentang kemudahan siswa dalam memahami materi setelah intervensi, dilakukan melalui wawancara dengan siswa.
2)   Data tentang kesungguhan belajar siswa, dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.
4.      Analisis Data
Analisis  dalam  penelitian  kualitatif  dilakukan  sejak  sebelum memasuki  lapangan,  Selama  di  lapangan  dan  setelah  selesai  di lapangan.  Analisis  data  yang  akan  dilakukan  secara  kualitatif mengkategorikan  dan  mengklraifikasi  berdasarkan  analisis,  kemudian ditafsirkan  dalam  konteks  keseluruhan  permasalahan  penelitian.  Adapun langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:
a.       Kategorisasi  dan  Kodifikasi.  Pada  tahap  ini  data  yang  telah terkumpul  kemudian  diseleksi  dan  dihimpun  dengan karakteristiknya.
b.      Reduksi  data.  Pada  tahap  ini  data  yang  terkumpul  di  lapangan, setelah  di  kategorikan  kemudian  dikodefikasi  lanjut  dan  di tuangkan dalam laporan
c.       Klasifikasi  Data. Pada tahap ini data yang terkumpu digunakan untuk  melihat  gambaran  data  secara  keseluruhan atau bagian-bagian tertentu.
5.      Observer
Dalam pengumpulan data tersebut, peneliti dibantu oleh teman sejawat dengan identitas dan tugas sebagai berikut:
Nama            :     SRI HARTINI, S.Pd.SD
NIP              :     19660610 198810 2 001
Pekerjaan      :     Guru Kelas
Tugas            :     -     Mengobservasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran mulai siklus pertama sampai dengan selesai.
                           -     Memberikan masukan tentang kekuatan dan kelemahan-­kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran.
                           -     Ikut merencanakan proses dan pelaksanaan perbaikan pembelajaran.

D.    Deskripsi per Siklus

1.      Siklus Pertama
Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam dua pertemuan, dengan penjelasan kegiatan per pertemuan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Kelas/Semester                  :     V (lima) / 2
Mata Pelajaran                  :     Ilmu Pengetahuan Alam
Standar Kompetensi               Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
Kompetensi Dasar             :     Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi
Indikator                           :     Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Materi pokok                     :     Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi
Waktu Pelaksanaan           :     24 Maret 2012 dan 26 Maret 2012
Alokasi Waktu                  :     2 x 35 menit (2 x pertemuan)
a.       Perencanaan
Berdasarkan rumusan hipotesis yang telah dibuat, peneliti menyiapkan dan menetapkan rencana perbaikan pembelajaran  beserta skenario tindakan. Skenario tindakan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan.
Terkait dengan rencana perbaikan pembelajaran, peneliti perlu menyiapkan berbagai bahan yang diperlukan sesuai dengan hipotesis yang dipilih seperti : lembar kerja, alat bantu pembelajaran, lembar tes formatif dan lembar observasi.
Selanjutnya peneliti bersama observer menyepakati fokus dan kriteria serta mensimulasikan RPP dan skrenario pembelajaran bersama teman sejawab (observer) untuk menghindari kegagalan dalam proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua kali pertemuan.
b.      Pelaksanaan
1)      Pertemuan Pertama
a)      Kegiatan Awal
Pembelajaran diawali peneliti mengucapkan salam, mengabsen siswa dan menyiapkan alat pembelajaran. Siswa duduk dengan tertib segera siap-siap mengikuti pelajaran. Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan apersepsi untuk menguatkan motivasi belajar siswa
Sebagai apersepsi, peneliti bertanya kepada siswa “Apakah ada diantara kalian yang pernah pergi ke pantai?”, tanya peneliti.   Pipit Sutari menjawab, “Pernah, Bu. Saya pernah ke pantai Teluk Penyu di Cilacap”. “Nah, apa yang kamu lihat di sana ?”. “Ombak, serta pemandangan pantai serta pulau Nusakambangan sangat indah, Bu Guru”,  jawab Pipit Sutari lagi.   “Baiklah, dari jawaban Pipit Sutari, Bu Guru ingin menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi“.  “Nah sekarang, Apa yang dimaksud dengan ombak ?” “Gerakan air laut yang disebabkan oleh angin”, jawab Tania Aurelia. “Bagaimana anak-anak !, apakah betul jawab dari Tania Aurelia?” Anak-anak belum ada yang menjawab,…(agak lama..)  “Betul …. Bu !” “ya bagus !” jawab Bu Guru.  “Nah … anak-anak hari ini kita akan belajar mengenai Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa alam, misalnya abrasi ombak laut, peristiwa pasang surut dan lain sebagainya, apakah kalian siapa ?”, tanya peneliti.   “Siap, Bu Guru !”, siswa menjawab dengan serempak.
b)      Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan pertama,  peneliti mengawalinya dengan menjelaskan pengertian Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi, dan beberapa macam Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi melalui tampilan gambar yang ditempel di papan tulis. Anak-anak perhatikan gambar yang terpasang di papan tulis, gambar apa ini? Peneliti menunjuk gambar yang depan (paling kanan). “Anak-anak, gambar apakah ini ?”, tanya peneliti sambil menunjuk gambar yang ada di kanan.






Gambar   3.4    Beberapa bentuk aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi karena angin (sumber : Buku IPA V, Poppy K Devi, dkk, 2010 : 164-165 )

Secara serempak anak-anak menjawab, “Peristiwa alam berupa badai, Bu Guru !.  Peneliti menjawab, “Ya kalian benar!, itu adalah gambar peristiwa atau kejadian badai di laut”. “Sekarang coba kalian jelaskan, apakah peristiwa alam apa yang dapat merubah kenampakan bumi akibat peristiwa badai tersebut ?”.  Guru menunjuk salah satu siswa yang bernama Farid Ghani untuk menjawab. “Ada, Bu Guru. Angin dan ombak, yang berhembus kencang dapat merubah kenampakan bumi berupa abrasi karang dan garis pantai”, jawab Farid Ghani. “Ya, betul !”. jawab peneliti.
Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan percobaan apakah angin dapat merubah kenampakan suatu tempat,  yang akan dilakukan di halaman sekolah. Kemudian peneliti membagi siswa dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari enam sampai dengan tujuh orang. Kepada masing-masing kelompok diberi lembar kerja yang berisi soal pengerjaan dalam melakukan percobaan.  Semua siswa pergi ke halaman sekolah, dan sebelum percobaan  dilakukan, peneliti memberi penjelasan singkat tentang cara kerja atau petunjuk kerja, tidak lupa peneliti mengecek peralatan dan kesiapan siswa. Setiap tugas harus dijawab melalui proses belajar aktif yang melibatkan siswa untuk berpikir kreatif. Siswa dibimbing untuk melaksanakan percobaan  sehingga secara langsung mengamati peristiwa yang terjadi, mencari keterangan, menganalisa data, mensintetis dan membuat kesimpulan.
Dengan berbekal lembar kerja, siswa mulai melaksanakan percobaan, melakukan pengamatan, menganalisa data, mensintesis dan membuat kesimpulan dari apa yang mereka amati. Peneliti mengawasi proses kegiatan yang dilakukan tiap-tiap kelompok. Peneliti membimbing kelompok yang membutuhkan bimbingan, sambil melakukan penilaian pengamatan atau tes perbuatan. Setelah lembar kerja selesai dikerjakan, semua  siswa kembali ke kelas dan tiap-tiap kelompok diberi kesempatan untuk melaporkan hasil percobaan  serta pengamatan. Selanjutnya secara bersama-sama siswa mengevaluasi hasil percobaan yang baru saja dilakukan. Kemudian dengan bimbingan guru menyusun kesimpulan akhir kegiatan pembelajaran.
c)      Kegiatan Akhir
Siswa disuruh kembali ke tempat duduknya masing-masing. Sedangkan lembar kerja dikumpulkan untuk dinilai. Siswa mencatat rangkuman. Kegiatan ini sekaligus mengakhiri pelaksanaan pertemuan pertama.
2)      Pertemuan Kedua
a)      Kegiatan Awal
Pada pertemuan kedua, pembelajaran diawali peneliti mengucapkan salam, mengabsen siswa dan menyiapkan alat pembelajaran. Siswa duduk dengan tertib segera siap-siap mengikuti pelajaran.
Sebagai apersepsi, peneliti kembali bertanya kepada siswa salah seorang siswa “Apa yang dimaksud dengan abrasi?” “Erosi adalah peristiwa pengikisan tanah oleh air”, jawab Kartika Sari. “Bagaimana anak-anak !, apakah betul jawab dari Kartika Sari ?”   “Betul …. Bu !”, jawab para siswa secara serempak.  “Ya bagus !” jawab Bu Guru.  “Nah … anak-anak hari ini kita akan belajar mengenai peristiwa alam yang dapat merubah kenampakan bumi di sekitar kita dengan melakukan beberapa percobaan, yang akan dipraktikan langsung oleh kalian semua, apakah kalian sudah siap ?” tanya peneliti. “Siap, Bu Guru !.
b)      Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan kedua,  peneliti mengulang kegiatan sebagaimana pertemuan pertama. Peneliti mengawalinya dengan menjelaskan pengertian abrasi, erosi dan beberapa macam penyebab yang dapat merubah kenampakan bumi di sekitar kira.  Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran, peneliti menyajikan beberapa gambar yang berhubungan dengan materi pembelajaran.






Gambar   3.5    Beberapa bentuk Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi karena gelombang air laut (sumber : Buku IPA 5, Poppy, dkk, 2010 : 166)

“Anak-anak perhatikan gambar yang terpasang di papan tulis, gambar apa ini?, tanya peneliti sambil menunjuk  gambar yang paling kanan. Secara serempak anak-anak menjawab, “Keadaan di garis pantai, Bu Guru !.  Peneliti menjawab, “Ya kalian benar!, Ini menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi karena angin dan air laut yang terjadi di pantai”. “Sekarang coba kalian jelaskan, gambar yang di bawahnya?”.  Guru menunjuk salah satu siswa yang bernama Ilyas Bahtiar untuk menjawab. “Peristiwa abrasi oleh ombak pada karang di laut”, jawab . “Ya, betul !”. jawab peneliti. “Dari gambar-gambar yang disajikan, apakah kalian ada yang belum jelas ?”, tanya peneliti. Hampir seluruh siswa menjawab, “Jelas semua, Bu Guru”. “Baiklah kalau begitu, mari kita lanjutkan pelajarannya”, lanjut peneliti.
Kegiatan selanjutnya adalah melaksanakan percobaan apakah air dapat menyebabkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi ?,  yang akan di lakukan di halaman sekolah. Kemudian peneliti membagi siswa dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari enam sampai dengan tujuh orang. Kepada masing-masing kelompok diberi lembar kerja yang berisi soal pengerjaan dalam melakukan percobaan. Semua siswa pergi ke halaman sekolah, dan sebelum percobaan  dilakukan, peneliti memberi penjelasan singkat tentang cara kerja atau petunjuk kerja, tidak lupa peneliti mengecek peralatan dan kesiapan siswa. Setiap tugas harus dijawab melalui proses belajar aktif yang melibatkan siswa untuk berpikir kreatif. Siswa dibimbing untuk melaksanakan percobaan  sehingga secara langsung mengamati peristiwa yang terjadi, mencari keterangan, menganalisa data, mensintetis dan membuat kesimpulan. Dengan berbekal lembar kerja, siswa mulai melaksanakan percobaan, melakukan pengamatan, menganalisa data, mensintesis dan membuat kesimpulan dari apa yang mereka amati. Peneliti mengawasi proses kegiatan yang dilakukan tiap-tiap kelompok. Peneliti membimbing kelompok yang membutuhkan bimbingan, sambil melakukan penilaian pengamatan atau tes perbuatan. Setelah lembar kerja selesai dikerjakan, semua  siswa kembali ke kelas dan tiap-tiap kelompok diberi kesempatan untuk melaporkan hasil percobaan  serta pengamatan. Selanjutnya secara bersama-sama siswa mengevaluasi hasil percobaan yang baru saja dilakukan. Kemudian dengan bimbingan guru menyusun kesimpulan. Siswa disuruh kembali ke tempat duduknya masing-masing. Sedangkan lembar kerja dikumpulkan untuk dinilai. Siswa mencatat rangkuman.
c)      Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir, peneliti membacakan kembali hasil kesimpulan dari kegiatan belajar yang dilaksanakan. Siswa mencatat di buku masing-masing. Kemudian siswa menerima lembar soal tes formatif supaya dikerjakan secara individu. Setelah selesai mengerjakan tes formatif, peneliti menyuruh siswa untuk mengumpulkan lembar soal dan lembar jawab untuk dinilai. Di akhir kegiatan peneliti memberikan saran dan tidak lanjut untuk pembelajaran berikutnya.
c.       Observasi
Observasi dilakukan oleh observer dengan lembar observasi yang telah disediakan. Hasil observasi tersebut akan digunakan sebagai bahan diskusi untuk pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada pertemuan dan siklus selanjutnya. Dari hasil diskusi antara observer dan peneliti disimpulkan kelemahan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran, yaitu siswa nampak kurang aktif dalam melaksanakan kegiatan, hal tersebut dikarenakan jumlah anggota kelompok yang terlaku banyak dan masih kurang meratanya kemampuan antar individu dalam satu kelompok.
d.      Refleksi
Setelah  pelaksanaan  siklus  I,  peneliti  bersama  observer  mengadakan diskusi.  Berdasarkan  data  yang  diperoleh  dari  hasil  observasi, dan  hasil  tes  kemampuan  siswa  dalam  memahami  materi  kenampakan  bumi, peneliti  bersama  observer  mengadakan  diskusi  mengenai  hal-hal  yang  harus diperhatikan  atau  ditingkatkan.  Dari  identifikasi  masalah  dapat  disimpulkan bahwa proses tindakan siklus I masih harus ditingkatkan, terutama motivasi siswa  pada  saat  mengikuti  pembelajaran.  Hal  ini  terbukti  selama  proses  pembelajaran siswa  masih  terlihat  pasif.    Siswa  belum  berani  untuk  menjawab  pertanyaan  dari guru,  mengemukakan  pendapat  atau  mengajukan  pertanyaan,  dan  belum  berani tampil  di  depan  kelas  mengerjakan  hasil  penemuan.  Pada  pertemuan  ini,  siswa masih banyak mengalami hambatan dalam menemukan konsep kenampakan bumi.
Dari  hasil  observasi  menggambarkan,  peneliti  sudah  jelas  dan  relevan dalam  menerangkan  materi.  Hal  ini  terjadi  karena  dalam  kegiatan  pembelajaran kepada  siswa,  peneliti  memberi  contoh  kenampakan  bumi  seperti  gunung  dan pesawahan. Selain itu, peneliti sudah membimbing dan mengarahkan siswa dalam praktik menemukan konsep  kenampakan bumi.  Sehubungan  dengan  hal  tersebut,  maka  pada  siklus  II,  direncanakan kegiatan yang lebih terfokus kepada kegiatan siswa dengan menggali pengalaman siswa  mengenai  aktivitas  atau  pengalaman  sehari-hari  yang  berkaitan  dengan pemanfaatan  kenampakan  bumi.  Selain  itu,  pada  setiap  kelompok  ditunjuk  tutor sebaya  yakni siswa  yang sudah mencapai ketuntasan untuk menjadi pembimbing temannya  yang  mengalami  hambatan  dalam  menemukan  konsep  kenampakan bumi, dan dilakukan percobaan lain yang lebih menarik, kemudian memaksimalkan pembimbingan agar siswa mampu menemukan sendiri informasi dengan mengemas pembelajaran secara menarik dan menciptakan iklim belajar yang kondusif. Selain itu jumlah anggota masing-masing kelompok diperkecil.
2.      Siklus Kedua
Kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus kedua dilaksanakan dalam dua pertemuan Adapun deskripsi kegiatan  dan penjelasan kegiatan per pertemuan sebagaimana diuraikan di bawah ini :
Kelas/Semester                  :     V (lima) / 2
Mata Pelajaran                  :     Ilmu Pengetahuan Alam
Standar Kompetensi               Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
Kompetensi Dasar             :     Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi
Indikator                           :     Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Materi pokok                     :     Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Waktu Pelaksanaan           :     29 Maret 2012 dan 20 Maret 2012
Alokasi Waktu                  :     2 x 35 menit (2 x pertemuan)
1)      Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama, peneliti merevisi rencana perbaikan pembelajaran beserta skenario tindakan. Terkait dengan revisi rencana perbaikan pembelajaran, peneliti menyiapkan berbagai alat dan bahan yang diperlukan, meliputi : lembar kerja siswa, lembar tes formatif dan lembar observasi, alat dan bahan percobaan.
Selanjutnya peneliti bersama observer menyepakati fokus dan kriteria serta mensimulasikan RPP dan skrenario pembelajaran bersama teman sejawab (observer) untuk menghindari kegagalan dalam proses pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam dua kali pertemuan.
2)      Pelaksanaan
a.       Pertemuan Pertama
a)      Kegiatan Awal
Siswa berbaris di depan kelas dan segera masuk dengan tertib. Setelah duduk, ketua kelas memimpin teman-temannya untuk berdoa dilanjutkan memberi salam kepada peneliti. Penelitipun menjawab salam serta mengabsen siswa.  Peneliti menyiapkan lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi, dan alat peraga berupa gambar tentang Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi, serta alat dan bahan untuk melakukan percobaan berikutnya. Peneliti mengubah kelompok siswa dan membagi siswa menjadi tujuh kelompok dengan jumlah empat orang. Peneliti memerintahkan siswa berkelompok sesuai kelompok belajar masing-masing.
Peneliti melakukan apersepsi melalui pertanyaan. “Coba sebutkan beberapa penyebab perubahan kenampakan yang kalian ketahui ?”. Deviana menjawab “Air, Bu Guru, karena air dapat menyebabkan banjir, karena banjir tersebut kenampakan bumi dapa berubah !”. “Angin, apalagi kalau angin itu berupa angin puting beliung, Bu Guru !’, sahut Fatur At Taubah “Kebakaran hutan, Bu Guru. Hutan bisa gundul apabila terjadi kebakaran hutan !”, Seru Ragil Apriyanto.   Peneliti menjawab, “Ya, betul sekali, semua jawaban kalian, kalian memang murid-murid Ibu yang rajin dan pintar !”, puji peneliti.
b)      Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pertemuan pertama, peneliti menyiapkan lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi, dan alat peraga berupa gambar tentang menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi, serta alat dan bahan untuk melakukan percobaan berikutnya. Peneliti mengubah kelompok siswa dan membagi siswa menjadi tujuh kelompok dengan jumlah empat orang. Peneliti memerintahkan siswa berkelompok sesuai kelompok belajar masing-masing. Peneliti melanjukan penjelasannya tentang materi Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi dapat, peneliti mendemonstrasikan sebuah percobaan terhadap peristiwa abrasi air laut dengan menyiramkan air ke tumpukan pasir yang sudah ditata sedemikian rupa. Percobaan ini sama dengan kondisi alamiah yang terjadi karena peristiwa abrasi di pantai, seperti gambar ini di bawah ini :


 



Gambar   3.6    Upaya mencegah asbrasi di pantai akibat ombak laut  (sumber : Buku IPA V, Sularmi, dkk, 2010: 149)

Peneliti kemudian menjelaskan secara ringkas tentang gambar yang disajikan. Abrasi disebabkan pengikisan pantai oleh gelombang air laut. Arah gelombang air laut ditentukan oleh arah angin yang bergerak di permukaan laut dan besarnya gelombang air laut bergantung pada kecepatan angin. Selain itu, ada tidaknya pohon pelindung, jenis batuan, dan tanah di pantai juga berpengaruh terhadap abrasi.Upaya yang dapat dilakukan manusia untuk mencegah terjadinya abrasi, di antaranya 1) membuat tanggul, karena tTanggul di tepi pantai berguna untuk menahan ombak yang menghantam pantai yang dapat menyebabkan abrasi, 2) Membuat pemecah gelombang, karena gelombang laut yang besar dapat dipecah menjadi lebih kecil dengan  membuat beton yang dipasang di perairan pantai, dan 3) menanam pohon bakau. Penanaman pohon bakau di pantai  juga dapat mencegah abrasi. Pohon ini  mempunyai akar tunjang yang banyak  dan kuat sehingga mampu menahan  ombak atau gelombang air laut.
Nah.. anak-anak untuk lebih jelasnya kalian mencoba sendiri bersama kelompokmu dan amati apa yang terjadi, setelah itu coba kamu lakukan dengan benda yang lain, lalu amati lagi dan seterusnya.
Kemudian peneliti membagi lembar kerja untuk dibaca dulu dan dikerjakan sesuai dengan perintah yang sudah dituliskan pada lembar kerja siswa. Peneliti memerintahkan kepada masing-masing kelompok untuk mengecek dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk percobaan.
Kegiatan selanjutnya, siswa melaksanakan kegiatan eksperimen tentang ketahanan dan kemiringan tanah terhadap erosi maupaun abrasi.


c)      Kegiatan Akhir
Siswa segera berkelompok mengerjakan lembar kerja untuk melakukan percobaan. Siswa melakukan percobaan, pengamatan dan mengambil keputusan. Siswa mengisi lembar kerja dan menuliskan kesimpulan. Sementara itu, peneliti membimbing siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan. Peneliti juga melaksanakan tes proses atau mengisi lembar pengamatan cara kerja siswa. Setelah percobaan selesai, melaporkan hasil percobaannya dan kembali duduk di bangku masing-masing untuk mencatat rangkuman. Kegiatan ini sekaligus mengakhiri pelaksanaan pertemuan pertama.
b.      Pertemuan Pertama
1)      Kegiatan Awal
Sebagaimana pelaksanaan pertemuan pertama, siswa berbaris di depan kelas dan segera masuk dengan tertib. Setelah duduk, ketua kelas memimpin teman-temannya untuk berdoa dilanjutkan memberi salam kepada peneliti. Penelitipun menjawab salam serta mengabsen siswa.  Peneliti menyiapkan lembar kerja, lembar observasi, lembar evaluasi, dan alat peraga berupa gambar tentang Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi, serta alat dan bahan untuk melakukan percobaan berikutnya. Peneliti mengubah kelompok siswa dan membagi siswa menjadi tujuh kelompok dengan jumlah empat orang. Peneliti memerintahkan siswa berkelompok sesuai kelompok belajar masing-masing.
2)      Kegiatan Inti
Pada pertemuan kedua, peneliti melanjukan penjelasannya tentang materi “bahwa Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi dapat mengubah gerak suatu benda”, peneliti mendemonstrasikan sebuah peristiwa pasang dan surut dengan menggunakan media air. Percobaan ini sama dengan kondisi alamiah yang dialami pasir di gurun pasir seperti gambar ini (sambil menunjukkan gambar yang dimaksud)





Gambar   3.7    Peristiwa pasang surut air laut  (sumber : Buku IPA 5, Hery, dkk, 2010: 143)

Peneliti kemudian menjelaskan gambar. Bahwa selain menyebabkan banjir,pasang naik juga mempengaruhipekerjaan nelayan mencari ikan di laut. Jika pasang naik, perahu-perahu nelayan dapat berangkat dari dermaga yang dangkal dan berlayar dengan mudah. Ikan-ikan di laut pun yang semula tinggal jauh di tengah pantai kadangkala mendekat mengikuti air pasang. Nah, sebaliknya apa yang terjadi jika pasang surut? Adanya pasang surut membuat air di sekitar dermaga menjadi dangkal tidak dapat dilayari perahu dan kapal. Akibatnya kapal dan tidak dapat sampai ke pantai.Nah.. anak-anak untuk lebih jelasnya kalian mencoba sendiri bersama kelompokmu dan amati apa yang terjadi, setelah itu coba kamu lakukan dengan benda yang lain, lalu amati lagi dan seterusnya.  Kemudian peneliti membagi lembar kerja untuk dibaca dulu dan dikerjakan sesuai dengan perintah yang sudah dituliskan pada lembar kerja siswa. Peneliti memerintahkan kepada masing-masing kelompok untuk mengecek dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk percobaan.  Siswa segera berkelompok mengerjakan lembar kerja untuk melakukan percobaan. Siswa melakukan percobaan, pengamatan dan mengambil keputusan. Siswa mengisi lembar kerja dan menuliskan kesimpulan. Sementara itu, peneliti membimbing siswa atau kelompok yang mengalami kesulitan. Peneliti juga melaksanakan tes proses atau mengisi lembar pengamatan cara kerja siswa.
3)      Kegiatan Akhir
Setelah percobaan selesai, melaporkan hasil percobaannya dan kembali duduk di bangku masing-masing untuk mencatat rangkuman. Peneliti membacakan kembali kesimpulan materi pelajaran. Siswa mencatat di buku masing-masing. Siswa kemudian mengerjakan lembar tes formatif. Selesai mengerjakan tes formatif, peneliti menyuruh siswa mengumpulkan lembar soal dan lembar jawab untuk dinilai.
3)      Observasi
Observer mengamati proses pembelajaran pada siklus kedua dengan menggunakan format observasi yang telah disiapkan, hasil observasi menunjukkan peningkatan pembelajaran yang baik, siswa aktif dan kreatif mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan saat pelaksanaan kegiatan dan diskusi dengan observer dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran dinyatakan tuntas pada siklus kedua.
4)      Refleksi
Dari hasil analisis data diketahui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi pada siklus kedua telah memenuhi kriteria ketuntasan, demikian pula halnya dengan  peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil intervensi tindakan yang sudah dicapai, serta pelaksana  tindakan  pada  pelaksanaan  tindakan  pada  pelaksanaan  tindakan  pada  proses  pembelajaran  sudah  optimal  dilaksanakan,  maka  peneliti  dan  observer  menyimpulkan  bahwa  kegiatan  yang  dilaksanakan  sudah  cukup  dan dinyatakan selesai dan tuntas pada  siklus II.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

E.     Hasil Penelitian

Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau prestasi belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran. Dengan penerapan metode eksperimen kepada siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan prestasi belajar atau prestasi siswa..
Hasil perbaikan pembelajaran yang dilakukan di kelas V SDN ............ pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi dalam dua siklus dengan menggunakan metode eksperimen menunjukkan hasil yang maksimal. Secara rinci dan jelas sebagaimana di bawah ini :
1.      Siklus I
Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan peneliti  Penjelasan guru mengenai materi pembelajaran kurang bisa dipahami oleh para siswa dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan percobaan di luar kelas untuk meningkatkan  pemahaman siswa akan materi pembelajaran. Hal tersebut sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
a)      Data Hasil Perencanaan
Pada tahap perencanaan, data yang diperoleh berupa: rencana pelaksanaan perbaikan pembelajaran (RPPP) yang di dalamnya tercakup komponen skenario pembelajaran yang akan diimplementasikan; seperangkat instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data; dan data pendukung pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS).

b)      Data Hasil Pelaksanaan Tindakan
Data hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan menerapkan metode eksperimen pada pembelajaran  Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi sebagaimana tabel di bawah ini :
Tabel   4.1 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Materi Menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi

No
Nama Siswa
Studi Awal (Nilai)
Nilai
Kriteria Ketuntasan
Ket
Siklus I
1
Fatur At Taubah
50
60
B

2
Addien Anugrah I
60
70
T

3
Aji Permana Sukma
50
60
B

4
Amanda Meirenza
70
70
T

5
Asfia Nanda
50
60
B

6
Bagus Nurkholik
60
70
T

7
Deviana
60
60
B

8
Erdin Ardiyansyah
60
60
B

9
Farid Ghani
70
70
T

10
Fitroh Ramdani
50
50
B

11
Gamas Irsa Ghatari
50
60
B

12
Ilyas Bahtiar
60
70
T

13
Indah Novitasari
50
60
B

14
Isna Fitriana
60
70
T

15
Iqbal Putra Pratama
70
70
T

16
Kartika Sari
50
60
B

17
Luthfatul Laila
50
60
B

18
Maida Listiani
70
70
T

19
Mila Nur Rahmi
60
70
T

20
Nopiyanti
50
60
B

21
Pipit Fitriana
70
70
T

22
Pipit Sekar Prastika
60
60
B

23
Ragil Apriyanto
50
60
B

24
Rizka Amalia Putri
60
70
T

25
Talenta Dinda Das
70
70
T

26
Tania Aurellia
50
60
B

27
Vanessa Magdalena
60
70
T

28
Wiko Nur Rahman
50
60
B

No
Nama Siswa
Studi Awal (Nilai)
Nilai
Kriteria Ketuntasan
Ket
Siklus I
29
Intan Pandini
40
50
B

30
Sherlin Apriliana
50
60
B

31
Pipit Sutari
50
60
B


Jumlah
1.760
1.970
13


Rata-Rata
56,77
63,55
41,94


Keterangan :
B          : BelumTuntas
T          : Tuntas
KKM   : 64

Dari tabel 4.1 tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA Materi Aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi  di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a)   Sebelum perbaikan nilai rata-rata prestasi belajar 56,77 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 63,55. Rata-rata prestasi belajar naik 6,77.
b)   Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 13 siswa (41,94%).
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II rata-rata prestasi belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas KKM sebesar 64,00 sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dan tingkat ketuntasan belajar mencapai angka di atas 75% dari jumlah seluruh siswa.
3)   Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai motivasi siswa pada pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi dengan menggunakan metode eksperimen pada studi awal dan siklus pertama  dapat diterangkan sebagai berikut :


Tabel   4.2 Rekapitulasi Motivasi Siswa Pembelajaran IPA Materi Aktivitas Alam yang dapat Mempengaruhi Kenampakan Bumi

No
Pembelajaran
Kenaikan Motivasi Siswa
Persentase
1.
Studi Awal
13
41,94
2.
Siklus I
18
58,06

Dari  data pada tabel 4.2 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
a)   Sebelum perbaikan, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi  siswa sebanyak  13 siswa atau 41,94%
b)   Pada siklus ke I, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi  siswa sebanyak  18 siswa atau 58,06%
c)   Dari sebelum perbaikan ke siklus I, tingkat motivasi  siswa siswa meningkat sebesar 16,13%.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II motivasi belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas 75% sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
4)   Data Hasil Refleksi
Dari dua kali pertemuan yang dilakukan, pembelajaran IPA materi  aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi dapat disimpulkan  belum berhasil karena baru ada  18 orang siswa (58,06%) dari 31 orang siswa yang dinyatakan prestasi belajarnya kurang memenuhi nilai standar. Hal ini ditunjukkan dengan nilai tes formatif perbaikan pembelajaran siklus pertama kurang atau sama dengan KKM sebesar 64. Sementara itu selebihnya dari mereka yakni 13 orang siswa (41,49%) prestasi belajarnya dinyatakan sudah memenuhi nilai standar, yang ditunjukkan dengan perolehan nilai tidak kurang dari nilai 64 atau lebih, sedangkan peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar mencapai 63,55 dari perolehan studi awal sebesar 56,77. Adapun penjelasan mengenai tingkat motivasi belajar adalah sebesar 58,06 atau sebanyak 18 siswa dari 31 siswa. Angka tersebut belum mencapai kriteria yang ditetapkan.  Setelah peneliti dan observer mendiskusikan hasil observasi dan wawancara yang dikaitkan dengan hasil tes formatif, maka kelemahan siklus pertama akan ditanggulangi pada siklus kedua dengan menerapkan :
a)      Memberikan  bimbingan  yang  lebih  intensif  dan  merata  kepada  setiap kelompok pada saat siswa melakukan percobaan atau eksperimen.
b)      Mengatur peran dan tugas kepada masing-masing siswa didalam kelompok lebih merata, sehingga kegiatan eksperimen efektif dan efisien, serta tepat waktu.
c)      Dalam  pembuatan  petunjuk  lembar  kerja  siswa  (LKS)  sebagai  pedoman eksperimen menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.
d)     Penggunaan waktu dalam setiap langkah lebih efektif.
e)      Melaksanakan diskusi kelas membahas hasil kegiatan percobaan atau eksperimen.
2.      Siklus II
Setelah mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada siklus kedua peneliti mencoba menyempurnakan pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen, hasil yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Hal tersebut sebagaimana diuraikan pada penjelasan di bawah ini :
1)   Data Hasil Perencanaan
Pada  siklus  II  ini  peneliti  mempersiapkan  rencana  berdasarkan  hasil refleksi terhadap pembelajaran siklus I yang dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan  pembelajaran  (RPP)  II  yang  dilengkapi  dengan  lembar  kerja siswa  dengan  maksud  untuk  membantu  siswa  dalam  tahap  penyelidikan, dalam  rangka  pengumpulan  data  maka  disusun  aktivitas  guru  dan  siswa, keterampilan eksperimen dan soal prestasi belajar pretes dan postes II.
2)   Data Hasil Pelaksanaan Tindakan

Dari hasil pelaksanaan tindakan pada siklus kedua yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan menerapkan metode eksperimen, hasil pelaksanaan tindakan dapat dijelaskan sebagaimana di bawah ini :
Tabel   4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA Materi Aktivitas Alam Yang Dapat Mempengaruhi Kenampakan Bumi

No
Nama Siswa
Studi Awal (Nilai)
Siklus I
Nilai
Kriteria Ketuntasan
Ket
Siklus II
1
Fatur At Taubah
50
60
70
T

2
Addien Anugrah I
60
70
80
T

3
Aji Permana S
50
60
70
T

4
Amanda Meirenza
70
70
80
T

5
Asfia Nanda
50
60
70
T

6
Bagus Nurkholik
60
70
80
T

7
Deviana
60
60
70
T

8
Erdin A
60
60
70
T

9
Farid Ghani
70
70
80
T

10
Fitroh Ramdani
50
50
60
B

11
Gamas Irsa G
50
60
70
T

12
Ilyas Bahtiar
60
70
80
T

13
Indah Novitasari
50
60
60
B

14
Isna Fitriana
60
70
80
T

15
Iqbal Putra P
70
70
80
T

16
Kartika Sari
50
60
70
T

17
Luthfatul Laila
50
60
70
T

18
Maida Listiani
70
70
80
T

19
Mila Nur Rahmi
60
70
80
T

20
Nopiyanti
50
60
60
B

21
Pipit Fitriana
70
70
80
T

22
Pipit Sekar P
60
60
70
T

23
Ragil Apriyanto
50
60
70
T

24
Rizka Amalia P
60
70
80
T

25
Talenta Dinda Das
70
70
80
T

26
Tania Aurellia
50
60
70
T

27
Vanessa M
60
70
80
T

No
Nama Siswa
Studi Awal (Nilai)
Siklus I
Nilai
Kriteria Ketuntasan
Ket
Siklus II
28
Wiko Nur R
50
60
70
T

29
Intan Pandini
40
50
60
B

30
Sherlin Apriliana
50
60
70
T

31
Pipit Sutari
50
60
70
T


Jumlah
1.760
1.970
2.260
27


Rata-Rata
56,77
63,55
72,90
87,10


Keterangan :
B          : BelumTuntas
T          : Tuntas
KKM   : 64

Dari tabel 4.3 tentang Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran IPA materi  aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi  di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
a)   Pada siklus I nilai rata-rata prestasi belajar 63,55 setelah dilakukan perbaikan mengalami kenaikan menjadi 72,90. Rata-rata prestasi belajar naik  9,35.
b) Jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar 27 siswa atau (87,10%).
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi belajar menunjukkan hasil 72,90. Hal ini menunjukkan bahwa tes prestasi belajar sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena prestasi belajar berada di atas angka kriteria minimal ketuntasan (KKM) sebesar 64, dengan jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 27 siswa atau 87,10%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar juga telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 75% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus II
3)   Data Hasil Pengamatan
Pada tahap pengamatan mengenai motivasi siswa pada pembelajaran IPA Materi Aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi  di atas dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel   4.4 Rekapitulasi Motivasi Siswa Pembelajaran IPA Materi Aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi

No
Pembelajaran
Kenaikan Motivasi Siswa
Persentase
1.
Studi Awal
13
41,94
2.
Siklus I
18
58,06
3.
Siklus II
29
93,55

Dari  data pada tabel 4.4 di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut :
a)   Pada siklus I, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi belajar sebanyak 18 siswa atau 58,06%
b)   Pada siklus ke II, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi belajar  sebanyak 29 siswa atau 93,55%
c)   Dari siklus I ke siklus II, tingkat peningkatan motivasi belajar meningkat sebesar 35,48 % atau 11 siswa.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa motivasi belajar mencapai angka 93,55%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 75% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus II
4)   Data Hasil Refleksi
Pembelajaran IPA pada siklus kedua ini sudah berhasil karena  sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai tes formatif mereka, 27 orang siswa (87,10%) dinyatakan tuntas belajar, dan 4 orang siswa (12,90%) dinyatakan belum tuntas belajarnya, sedangkan nilai rata-rata prestasi belajar mencapai 72,90, dengan peningkatan motivasi belajar sebesar 93,55% (29 siswa) pada akhir siklus kedua. Angka tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran telah memenuhi kriteria keberhasilan proses perbaikan pembelajaran karena semua indikator keberhasilan proses pembelajaran telah tercapai pada siklus kedua sehingga perbaikan pembelajaran  yang dilaksanakan dinyatakan berhasil dan tuntas sehingga proses pembelajaran dapat dilanjutkan ke materi selanjutnya.

Setelah dilakukan analisa terhadap data yang diperoleh, maka hasil penelitian dapat dirangkum sebagai berikut :
a.   Prestasi belajar
Setelah melakukan analisa terhadap data yang peroleh dari tiga siklus yang dilaksanakan maka dapat dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode ekseprimen pada pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap hasil proses pembelajaran. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini :

Tabel   4.5    Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA  Aktivitas Alam yang dapat Mempengaruhi Kenampakan Bumi

No
Pembelajaran
Prestasi belajar Siswa
Nilai Rata-rata prestasi belajar
Tuntas
%
Belum
%
1.
Studi Awal
56,77
6
19,35
25
80,65
2.
Siklus I
63,55
13
41,94
18
58,06
3.
Siklus II
72,90
27
87,10
4
12,90

Dari penjelasan pada tabel 4.5 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut :
1)      Pada siklus I, angka ketuntasan belajar naik menjadi 41,94% (bertambah 7 siswa atau 22,58% dari sebelum perbaikan)
2)      Pada siklus II, angka ketuntasan belajar naik menjadi 87,10% (bertambah 14  atau 45,16% siswa dari siklus I)
3)      Pada siklus I, nilai rata-rata prestasi belajar mengalami kenaikan menjadi 63,55 atau mengalami kenaikan sebesar 6,77.
4)      Pada siklus II, nilai rata-rata prestasi belajar mengalami kenaikan menjadi 72,90 atau mengalami kenaikan 9,35 dari siklus I
Untuk lebih jelasnya  peningkatan ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada kegiatan perbaikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi  aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :















Gambar 4.1    Diagram Batang Perbandingan Angka Nilai Rerata Ketuntasan Belajar, dan Ketuntasan Belajar pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran


b.   Motivasi Belajar 
Dari hasil analisis peningkatan motivasi belajar siswa pada setiap siklus perbaikan pembelajaran, secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :

Tabel   4.6    Rekapitulasi Peningkatan Motivasi Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Materi Aktivitas Alam yang dapat Mempengaruhi Kenampakan Bumi

No
Pembelajaran
Peningkatan Motivasi Siswa
Persentase
1.
Studi Awal
13
41,94
2.
Siklus I
18
58,06
3.
Siklus II
29
93,55
Dari penjelasan pada tabel 4.6 di atas, diperoleh keterangan sebagai berikut :
1)      Pada sebelum perbaikan, siswa yang menunjukkan peningkatan  motivasi siswa sebanyak  13 orang atau 41,94%
2)      Pada siklus I, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi siswa sebanyak 18 orang atau 58,06%
3)      Pada siklus II, siswa yang menunjukkan peningkatan motivasi siswa sebanyak 29 orang atau 93,55%
4)      Pada sebelum perbaikan ke siklus I, motivasi siswa mengalami kenaikan sebesar 16,13% atau sebanyak 5 orang siswa.
5)      Pada siklus I ke siklus II, motivasi siswa mengalami kenaikan sebesar 35,48% atau sebanyak 11 orang siswa.

Untuk lebih jelasnya  peningkatan motivasi belajar dapat dilihat pada gambar diagram batang berikut ini :














Gambar 4.2    Diagram Batang Peningkatan Keaktifan Belajar pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran

F.      Pembahasan

Pada siklus pertama, dengan menggunakan metode eksperimen dengan kelompok besar, belajar siswa kurang memuaskan,. Hal itu disebabkan dengan kelompok yang terdiri dari 6-8 siswa ada siswa yang tidak termotivasi dalam pelaksanaan kegiatan eksperimen, terutama siswa yang merasa tidak mampu dan kurangnya motivasi belajar siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan.
1.      Motivasi Belajar
Peningkatan motivasi belajar cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada studi awal hanya 41,94% atau 13 siswa, meningkat menjadi 58,06% atau 18 siswa pada siklus pertama atau mengalami kenaikan sebanyak 5 orang siswa (16,13%) dari studi awal.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II motivasi belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas 75% sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
2.      Prestasi belajar
Sepertinya halnya peningkatan motivasi belajar, prestasi belajarpun meningkat cukup baik, yaitu dari nilai rata-rata kelas sebesar 56,77 pada studi awal, menjadi 63,55 pada siklus pertama atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 6,77 dari studi awal, sedangkan tingkat ketuntasan belajar baru mencapai angka 13 siswa atau 41,94%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mengalami kenaikan 7 siswa atau 22,58% dari studi awal.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer sepakat untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan harapan pada siklus II rata-rata prestasi belajar siswa dapat mencapai perolehan di atas KKM sebesar 64,00 sesuai dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dan tingkat ketuntasan belajar mencapai angka di atas 75% dari jumlah seluruh siswa.
Ketidakberhasilan pelaksanaan perbaikan pada siklus pertama disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1)      Jumlah anggota kelompok masih terlalu banyak, sehingga ada beberapa siswa yang nampak pasif dalam pelaksanaan kegiatan eksperimen.
2)      Kurangnya minat belajar siswa terhadap materi pembelajaran dan kegiatan eksperimen yang dilakukan.
3)      Tidak meratanya kemampuan siswa dalam satu kelompok, yang berakibat pada rendahnya kerja sama antar kelompok.
Dari kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus pertama, maka peneliti bersama-sama dengan observer memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus kedua dengan menerapkan :
1)      Mengatur posisi tempat duduk siswa sedemikian rupa sehingga semua siswa dapat memperhatikan penjelasan materi oleh guru.
2)      Membentuk kelompok dengan anggota 4-6 orang untuk melaksanakan kegiatan eksperimen.
3)      Melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran dengan tanya jawab mengenai materi pembelajaran pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan membentuk kelompok diskusi.
4)      Memperbanyak fasilitas referensi buku sumber untuk mengembangkan materi pembelajaran misalnya dengan meminjam buku-buku yang relevan dengan materi pembelajaran di perpustakaan sekolah dan mempersilahkan siswa untuk bebas memilih sendiri buku-buku tersebut sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Pada siklus berikutnya, yaitu siklus II, dengan melalukan eksperimen lain yang lebih menarik, kemudian memaksimalkan pembimbingan agar siswa mampu menemukan sendiri informasi dengan mengemas pembelajaran secara menarik dan menciptakan iklim belajar yang kondusif. Selain itu jumlah anggota masing-masing kelompok diperkecil. Tetapi secara keseluruhan perbaikan pembelajaran dan peningkatan motivasi sudah mengalami perubahan menuju lebih baik.
1.   Motivasi Belajar
Peningkatan motivasi belajar cukup signifikan pada setiap siklusnya, dimana pada siklus pertama hanya 58,06% atau 18 siswa, meningkat menjadi 93,55% atau 29 siswa pada siklus kedua atau mengalami kenaikan sebanyak 11 orang siswa (35,48%) dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa motivasi belajar mencapai angka 93,55%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 75% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus II
2.   Prestasi belajar
Sepertinya halnya peningkatan motivasi belajar, prestasi belajarpun meningkat cukup baik, yaitu dari nilai rata-rata kelas sebesar 63,55 pada siklus pertama, menjadi 72,90 pada siklus kedua atau mengalami kenaikan nilai rata-rata sebesar 9,35 dari siklus pertama, sedangkan tingkat ketuntasan belajar mencapai angka 27 siswa atau 87,10%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mengalami kenaikan 14 siswa atau 45,16% dari siklus pertama.
Melihat hasil di atas maka peneliti bersama-sama dengan observer menyimpulkan bahwa hasil tes prestasi belajar menunjukkan hasil 72,90. Hal ini menunjukkan bahwa tes prestasi belajar sudah memenuhi kriteria keberhasilan karena prestasi belajar berada di atas angka kriteria minimal ketuntasan (KKM) sebesar 64, dengan jumlah siswa yang telah tuntas belajarnya sebanyak 27 siswa atau 87,10%. Hal ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar juga telah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 75% sehingga proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil dan tuntas pada pelaksanaan siklus II
Dari hasil analisis data diketahui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi menyebutkan aktivitas alam yang dapat mempengaruhi permukaan bumi pada siklus kedua telah memenuhi kriteria ketuntasan, demikian pula halnya dengan  peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan motivasi belajar dari 41,94% atau 13 siswa  pada studi awal menjadi, 58,06% atau 18 siswa, meningkat menjadi 93,55% atau 29 siswa pada akhir siklus kedua. Kenyataan di atas didukung pula oleh peningkatan prestasi belajar siswa, di mana nilai rata-rata kelas terus mengalami peningkatan dari 56,77 pada studi awal menjadi 63,55 pada siklus pertama, meningkat menjadi 71,90 dan pada akhir siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar yang juga meningkat pada setiap siklusnya, yaitu 6 orang siswa (19,35%) pada studi awal, menjadi 41,94% atau 13 siswa, meningkat lagi menjadi  87,10% atau 27 siswa pada akhir siklus kedua, sehingga masih terdapat empat siswa (12,90%) yang belum tuntas belajarnya, namun secara klasikal hasil proses pembelajaran pada siklus kedua telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga dapat ditentukan dan simpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran dinyatatakan selesai dan berhasil pada siklus kedua.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN  TINDAK LANJUT

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh pada siklus pertama dan kedua dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi mampu meningkatkan motivasi siswa. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan motivasi belajar dari 41,94% atau 13 siswa  pada studi awal menjadi, 58,06% atau 18 siswa, meningkat menjadi 93,55% atau 29 siswa pada akhir siklus kedua.
2.      Penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA materi aktivitas alam yang dapat mempengaruhi kenampakan bumi mampu meningkatkan prestasi belajar  siswa. Hal ini dibuktikan oleh nilai rata-rata kelas terus mengalami peningkatan dari 56,77 pada studi awal menjadi 63,55 pada siklus pertama, meningkat menjadi 71,90 dan pada akhir siklus kedua, dengan tingkat ketuntasan belajar  6 orang siswa (19,35%) pada studi awal, menjadi 41,94% atau 13 siswa, meningkat lagi menjadi  87,10% atau 27 siswa pada akhir siklus kedua, sehingga masih terdapat empat siswa (12,90%) yang belum tuntas belajarnya, namun secara klasikal hasil proses pembelajaran pada siklus kedua telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, sehingga dapat ditentukan dan simpulkan bahwa proses perbaikan pembelajaran dinyatatakan selesai dan berhasil pada siklus kedua

B.     Saran Tindak Lanjut
  1. Saran untuk penelitian lanjut
a.       Guru harus menggunakan alat peraga konkret dalam pembelajaran sehingga dapat membangkitkan minat belajar siswa.
b.      Guru harus memperhatikan konsepsi awal siswa yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar.
c.       Guru harus membimbing siswa dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepada siswa.
d.      Guru harus membahas hasil kerja siswa dan mengomentarinya untuk memberikan penguatan terhadap belajar siswa.
e.       Guru menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran materi sejenis, sehingga siswa menjadi lebih kritis dan aktif belajar.
  1. Saran untuk penerapan hasil penelitian
Perbaikan pembelajaran berawal dari adanya masalah dalam kegiatan belajar mengajar dan guru berupaya untuk memperbaikinya. Untuk mencegah timbulnya masalah yang sama, guru sebaiknya selalu melakukan refleksi pembelajaran yang telah dilakukannya dan selalu berinovasi dalam pendekatan, strategi dan model pembelajaran. Hasil penelitian proses pembelajaran melalui model pembelajaran perlu dilanjutkan dan dikembangkan melalui Penelitian Tindakan Kelas. Guru harus selalu berkoodinasi dengan kepala sekolah atau teman sejawat untuk mencari solusi dan pemecahan masalah yang timbul melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara berkelanjutan.
Dengan adanya penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan di tempat bertugas diharapkan bermanfaat untuk membantu menyelesaikan masalah pendidikan khususnya di sekolah dasar tempat peneliti bertugas. Semakin banyak masalah dalam pelaksanaan pembelajaran yang dihadapi guru dan dapat mencari solusi, akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Jika setiap guru menyadari akan pentingnya PTK di kelasnya, akan meningkatkan pula kemampuan profesional guru, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan prestasi siswa.