Lencana Facebook

banner image

Sunday 30 March 2014

PTK TK : UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA ANAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN DI KELOMPOK B



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Pendidikan  anak  usia dini  merupakan  upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan  usia  enam  tahun  yang  dilakukan  melalui pemberian  stimulus  pendidikan  agar  membantu perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga  anak  memiliki  kesiapan  memasuki  pendidikan yang lebih lanjut (Yamin & Sanan, 2010:1).
Anak usia dini adalah anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan  yang  mempunyai karakteristik yang unik.  Salah satu  karakteristik yang  unik tersebut yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang besar serta antusias terhadap sesuatu yang ada di sekelilingnya.  Pada  usia  ini  anak  akan  selalu  banyak  bertanya,  memperhatikan,  dan membicarakan semua hal yang didengar maupun yang dilihatnya. Ketika akan melihat suatu yang menarik perhatiannya, maka secara spontan anak akan langsung bertanya. Rasa ingin tahu dan antusias terhadap sesuatu tersebut akan diungkapkan melalui kata kata.
Secara  alamiah,  perkembangan  anak  berbeda-beda,  baik  intelegensi,  bakat,  minat,  kreativitas, kematangan  emosi,  kepribadian,  kemandirian,  jasmani dan  sosialnya.  Namun  penelitian  tentang  otak menunjukan bahwa jika anak dirangsang sejak dini, akan ditemukan  potensi-potensi  yang  unggul  dalam  dirinya. Setiap  anak  unik,  berbeda  dan  memiliki  kemampuan  tak terbatas  dalam  belajar  (limitless  capacity  to  learn)  yang telah  ada  dalam  dirinya  untuk  dapat  berpikir  kreatif  dan produktif, mandiri (Yamin & Sanan, 2010:2). Oleh karena itu,  perlu  adanya  program  pendidikan  yang  mampu membuka  kapasitas  tersembunyi  tersebut  melalui pembelajaran  yang  bermakna  sedini  mungkin.  Apabila potensi pada diri anak tidak pernah direalisasikan, berarti anak akan kehilangan kesempatan dan momentum penting dalam dirinya.
Selama ini pembelajaran kosakata yang  diajarkan  dengan  menggunakan metode ceramah, metode bercakap-cakap, dan  metode  tanya  jawab.  Sementara pembelajaran  kosakata  jarang  digunakan melalui  metode  bercerita  sehingga  tidak begitu  menarik  bagi  anak  kelompok B TK Aisyiyah 03 Majenang.  Cara  guru  menerangkan pembelajaran  masih  monoton,  intonasi bahasa yang digunakan datar. Guru hanya berdiri  di  depan  kelas,  kurang komunikatif  dengan  anak  dan  cara menyampaikan  kemampuan  kosakata sulit  dipahami  oleh  anak  sehingga  hasil pembelajaran  yang  diperoleh  kurang optimal. 
Salah satu cara untuk membina dan membentuk perkembangan pribadi anak adalah dengan menggunakan metode bercerita dimana terdapat sejumlah  manfaat bagi anak  dari  cerita-cerita  yang  disajikan  dalam  setiap  kisah yang ada. Kegiatan bercerita tidak hanya dapat dilakukan di  sekolah  saja  namun  dapat  juga  dilakukan  di  rumah setiap  saat.  Kebiasaan  bercerita  juga  sudah  membudaya bagi  anak  dan  cerita  yang  mereka  simak  dapat memperkaya  perbendaharaan  bahasa,  wawasan  anak, membantu  pertumbuhan  imajinasi  anak,  dan meningkatkan apresiasai anak.
Sebagai  guru  di  TK,  pasti  akan  dituntut  untuk dapat  mengembangkan  kemampuan  anak  didiknya terutama dalam perkembangan bahasa anak. Di mana pada usia  TK,  anak  diharapkan  mampu  berbicara  yang menunjukkan  anak  mengalami  perkembangan  yang normal. Untuk itu metode bercerita adalah salah satu cara untuk  dapat  menumbuhkan  rasa  percaya  diri  anak  untuk mengutarakan  pendapatnya  dengan  berbicara. Kemungkinan  besar  dengan  menggunakan  metode bercerita ini mampu menggerakkan anak untuk berbicara layaknya perkembangannya. Namun ternyata tidak semua anak  mampu  berkonsentrasi  dan  tertarik  dengan pembelajaran  menggunakan  metode  ini.  Hal  ini disebabkan oleh rasa yang bosan atau pembalajaran yang tidak  menarik  minat  anak  usia  dini  dan  dapat  disiasati dengan menggunakan alat atau media pembelajaran yang mampu  menarik perhatian anak. Diketahui bahwa  media pembelajaran  dapat  dijadikan  stimulus  sebagai  penyalur atau  perantara  untuk  memperjelas  penyampaian  materi juga sebagai sarana supaya tidak terjadi verbalisme antara ucapan guru dengan penafsiran anak. Peranan alat atau media dalam bercerita dengan alat  peraga  dapat  membantu  mengembangkan  imajinasi anak  terhadap  isi  cerita/objek  dalam  sebuah  cerita  yang didalamnya terdapat hubungan sebab-akibat suatu proses yang terjadi pada lingkungan sekitar anak, sehingga anak dapat  menyimpulkan  isi  cerita  tersebut  berdasarkan kemampuan daya nalar ataupun daya pikir anak (Dhieni, 2007:6.22).
Masa  anak-anak  adalah  masa yang  penting  untuk  menyesuaikan  diri dengan  lingkungan  bagi  perkembangan dan  pertumbuhan  anak.  Pada  diri  anak memiliki karakteristik yang unik. Karena pada  diri  anak  mempunyai  perbedaan antara  anak  yang  satu  dengan  yang  lain. Pendidikan  anak  usia  dini  merupakan proses  pembelajaran  dengan menggunakan  prinsisp  “bermain  sambil belajar atau belajar seraya bermain” yang sesuai  dengan  karakteristik  dan  aspek perkembangan  anak  usia  dini.  Salah satu metode  pembelajaran  yang  baik  adalah menggunakan metode bercerita.
Menurut  Musfiroh  (2008:58) berpendapat  bahwa  bercerita  dipandang sebagai salah satu metode pengembangan kosakata  anak  yang  tepat  untuk diterapkan  di  pendidikan anak usia dini.  Metode  bercerita salah  satunya  untuk  mengembangkan kemampuan  berbahasa  anak,  sedangkan fungsi  bercerita  juga  adalah  membantu perkembangan  kemampuan  bahasa  anak dengan  menambah  perbendaharaan kosakata,  mengucapkan  kata-kata, melatih  merangkai  kalimat  yang  sesuai dengan  tahap  perkembangannya. Pengaruh  metode  bercerita  juga merupakan  suatu  pemberian  pengalaman belajar.
1.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a.      Pembelajaran kosakata yang  diajarkan  dengan  menggunakan metode ceramah, metode bercakap-cakap, dan  metode  tanya  jawab sehingga  tidak menarik  bagi siswa
b.     Siswa  masih  kurang berani ketika tampil di depan kelas pada kegiatan bercerita sehingga  penguasaan kosakata  yang dimiliki  siswa  menjadi  rendah.
c.      Ketidakseriusan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran  yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan guru.
2.     Analisis Masalah
a.      Cara  guru  menerangkan pembelajaran  masih  monoton.  Intonasi bahasa yang digunakan datar.
b.     Guru hanya berdiri  di  depan  kelas,  kurang komunikatif  dengan  anak  dan  cara menyampaikan  kemampuan  kosakata sulit  dipahami  oleh  anak  sehingga  hasil pembelajaran  yang  diperoleh  kurang optimal
c.      Pemilihan  metode  yang  kurang sesuai  dalam  penyampaian  pembelajaran tentang  kosakata  anak
d.     Media  yang  digunakan  masih sederhana misalnya berupa  gambar  yang  tidak berwarna  dan  berwarna  tetapi  gambar kurang menarik, sehingga kurang menarik bagi  siswa
e.      Dalam  proses  pembelajaran, guru  dalam  menciptakan  suasana  belajar di kelas masih kurang sehingga anak enggan dan mudah bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
3.     Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk  meningkatkan  penguasaan kosakatan dapat  menggunakan  berbagai media.  Dari  media  yang  sederhana  misalnya,  menggunakan metode bercerita dengan menggunakan boneka tangan.  Keadaan  bermain  di  TK  cukup  luas  dan  aman, namun  media  pembelajaran  yang  ada  di  TK  masih  minim  jumlahnya  sehingga anak  sering  berebut  mainan  yang  tersedia.  Dalam hal ini guru dapat mengekspresikan bahasanya melalui kegiatan bercerita dengan menggunakan media nyata misalnya menggunakan boneka tangan, karena dengan  kegiatan  bercerita dengan media nyata diharapkan dapat meningkatkan pemahaman anak tentang isi cerita, sehingga diharapkan anak  dapat  mengungkapkan  kembali  isi  cerita  yang telah  disampaikan  guru  dengan  bahasanya  sendiri.  Anak  juga  bisa  menambah kosakata  dalam  mendengar  dan  mengungkapkan  cerita  yang  disampaikan  guru di depan kelas pada saat pelaksanaan pembelajaran.
Banyak media pembelajaran yang dapat menarik perhatian  anak,  salah  satunya  adalah  media  boneka tangan.  Dengan  menggunakan  media  boneka  tangan dalam  metode  bercerita,  penulis  meyakini  bahwa  anak akan tertarik dengan cerita yang disajikan, mendengarkan cerita  dan  dapat  menimbulkan  dampak  positif  pada perkembangan  bahasa  anak  terutama  pada  peningkatan penguasaan kosakata anak.  Dengan bercerita, pendengaran anak dapat difungsikan  dengan  baik  untuk  membantu  kemampuan berbicara, dengan menambah perbendaharaan kosa kata, kemampuan  mengucap  kata-kata,  melatih  merangkai kalimat  sesuai  dengan  tahap  perkembangannya  (Dhieni, 2007:6.6)
Dengan menggunakan media boneka tangan kegiatan bercerita diharapkan mampu menyajikan isi  tema  kepada  anak  akan  semakin  lengkap  dan  optimal.  Selain  itu,  media  ini dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan tugas dan peran guru. Dalam hal ini tidak selalu tergantung  pada  guru dalam  menyampaikan  materi karena  penyajian materi bisa digantikan  melalui media. Peran guru  bisa beralih  menjadi  fasilitator belajar,  yaitu  memberi  kemudahan  bagi  anak  untuk  belajar terutama pada penguasaan kosakata anak didik itu sendiri.
Berdasarkan  observasi  awal dari  jumlah siswa di kelompok B sebanyak 15  anak, ternyata   80%  (11  anak)  belum  mampu  dalam kosakata dan 20% (2 anak) sudah mampu dalam  kosakata.  Kondisi  ini   disebabkan karena  kurangnya  motivasi  anak  dalam belajar,  pemilihan  metode  yang  kurang sesuai  dalam  penyampaian  pembelajaran tentang  kosakata  anak,  mengganggu teman  yang  sedang  mendengarkan/memperhatikan  dan  dilihat  dari  tanda-tanda anak belum mampu dalam kosakata salah satunya, bisa dilihat dalam perilaku anak  waktu  disuruh  untuk  menceritakan kembali  cerita  yang  telah  disampaikan oleh  guru  tentang  kosakata,  dia  hanya diam  saja  dan  waktu  diminta  maju  ke depan dia tidak mau atau maju tapi diam saja  bahkan  tidak  menjawab,  atau  ketika diminta menjawab dia menangis.
Sebagai upaya perbaikan dari permasalahan sebagaimana diuraikan di atas yaitu rendahnya penguasaan kosakata anak,  maka peneliti akan melakukan  penelitian  tentang  bagaimana  meningkatkan  kosa kata  anak  melalui penggunakan media boneka tangan, yang peneliti rumuskan dalam judul penelitian,  "Upaya  Meningkatkan  Kosakata  Anak melalui Metode Bercerita dengan Media Boneka Tangan di Kelompok B. Tk ................. Tahun Pelajaran 2013/2014.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Upaya Meningkatkan Kosakata Anak di Kelompok B. TK ................. Tahun Pelajaran 2013/2014 melalui Metode Bercerita dengan Media Boneka Tangan?

C.   Tujuan Penelitian
1.     Tujuan Umum
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kosakata anak taman kanak-kanak melalui penggunaan media boneka tangan.
2.     Tujuan Khusus
a.      Untuk mengetahui kondisi obyektif tentang kemampuan kosakata anak Taman Kanak Kanak di Kelompok B. TK ................. Tahun Pelajaran 2013/2014
b.     Untuk mengetahui implementasi penggunaan media boneka tangan dalam meningkatkan kosakata anak di Kelompok B. TK ................. Tahun Pelajaran 2013/2014
c.      Untuk  mengetahui  tingkat penguasaan kosakata  anak  setelah  menggunakan  media  boneka tangan.

D.   Manfaat Penelitian
Penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberi  manfaat  bagi  semua  pihak, baik secara teoritis maupun praktis. Untuk lebih spesifik penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
1.    Manfaat Teoritis
a.      Mendapatkan teori baru tentang upaya meningkatkan kosakata anak anak melalui metode bercerita dengan menggunakan boneka tangan
b.     Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya
c.      Untuk menambah wawasan dan mengembangkan ilmu yang sudah ada
2.    Manfaat Praktis
a.      Bagi anak
1) Untuk membantu anak agar memiliki perbendaraan kosakata  yang sesuai dengan perkembangannya
2)  Dengan meningkatnya kosakata anak, maka diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berkomunikasi.
b.     Bagi guru
1)  Sebagai  alat  untuk  memberikan  masukan  agar  guru  dapat menentukan  metode pembelajaran  yang tepat sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran untuk anak usia dini.
2)  Manfaat  praktis  bagi  guru  dapat  membantu  mengembangkan kemampuan anak dalam penguasaan kosakata melalui kegiatan bercerita.
c.      Bagi sekolah
1)     Sebagai  masukan  untuk  untuk  TK  itu  sendiri  agar  dapat menciptakan  suasana  yang  menyenangkan  dan  kondusif  di lingkungan  sekolah  atau  lingkungan  orang  tua  murid  sehingga tercipta  suasana  harmonis  sebagai  bekal  dalam  membentuk  sikap percaya diri.
2)     Hasil penelitian diharapkan maenjadi sumbangsih kepada seluruh lembaga pendidikan pada umumnya, dan khususnya bagi TK dalam rangka meningkatkan kualitas belajar, terutama kemampuan kosakata anak taman kanak-kanak.
d.     Bagi peneliti selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk kajian pendidikan selanjutnya dan menjadi inspirasi serta motivasi bagi kemajuan pengembangan pendidikan bagi anak usia dini.




Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.

PTK TAMAN KANAK-KANAK : UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DIDIK MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR DENGAN METODE BERCERITA DI KELOMPOK A TAMAN KANAK-KANAK .....................



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang memiliki karakteristik berbeda dengan anak usia dini lainnya, sehingga pendidikannya pun perlu dipandang sebagai sesuatu yang dikhususkan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang (UU) No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Disebutkan secara tegas dalam undang-undang tersebut bahwa  Pendidikan  Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu  upaya  pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Seni merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan daya kreativitas anak. Seni sangat erat hubungannya dengan kreativitas. Namun kemudian untuk mengembangkan kreativitas anak, haruslah mereka diberi kebebasan dalam menggunakan beragam media seni. Dengan kebebasan yang diberikan, mereka akan melakukan eksplorasi sendiri dalam menciptakan sebuah karya. Beaty (1996: 180) menyatakan bahwa “the key to setting up an environment that promotes creativity is freedom”. Kebebasan merupakan kunci utama untuk meningkatkan kreativitas. Menurut Moeslichatoen (2004: 40), “salah satu cara yang banyak dilakukan anak untuk menyalurkan dorongan kreatifnya yang menggebu-gebu adalah dengan menggambar”. Yang menjadi catatan penting dalam pengembangan kreativitas ini adalah yang menjadi tujuan dari pemberian aktivitas seni pada anak bukan melihat pada hasil akhir namun lebih kepada membantu anak untuk terlibat dalam proses kreatif karena keterampilan proses merupakan hal yang paling penting dalam perkembangan anak.
Menurut, Sumanto (2005: 11) kreativitas seni rupa adalah kemampuan menemu-kan, menciptakan, membuat, merancang ulang dan memadukan sesuatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru yang divisualkan ke dalam komposisi suatu karya senirupa dengan didukung kemampuan terampil yang dimilikinya.
Kreativitas anak usia dini adalah kreativitas alamiah yang dibawa dari sejak lahir dan merupakan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang asli, tidak biasa, dan sangat fleksibel dalam merespon dan mengembangkan pemikiran dan aktivitas. Kreativitas alami seorang anak usia dini terlihat dari rasa ingin tahunya yang besar. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada orang tuanya terhadap sesuatu yang dilihatnya.
Salah satu potensi dasar pada diri anak yang perlu dikembangkan sejak dini adalah potensi kreativitas. Bebagai upaya dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas anak antara lain melalui kegiatan/pengajararan seni rupa khususnya dalam bentuk kegiatan menggambar. Gambar anak-anak menjadi sesuatu yang penting untuk pertumbuhannya dan merupakan refleksi anak dalam pendidikan kreatif. Melalui gambar anak, dapat dikaji berbagai hal yang berkaitan dengan pengalaman, fantasi, imajinasi, tingkat kecerdasan, kebebasan berekspresi, kreativitas, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya (Lowenfeld dan Brittain 1982)
Guru memegang peran penting dalam pendidikan, tentunya juga dituntut kreativitasnya agar dapat mengembangkan potensi kreatif anak. Dalam kaitan pendidikan seni, Nursito (2000:9) mengamati permasalahan rendahnya pengembangan kreativitas anak lebih banyak disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan kreativitas anak didik. Keadaan ini lebih diperburuk dengan kekurang wawasan dan pemahaman guru terhadap hakikat pendidikan seni, dan lebih khusus lagi pemahaman guru terhadap anak sebagai subyek didik yang memiliki karakteristik berbeda dengan orang dewasa. Kelemahan pemahaman guru tentang hal ini seringkali menyebabkan pengambilan keputusan-keputusan kependidikan yang kurang tepat baik metode pembinaan maupun dalam penilaian/evaluasi karya anak-anak.
Pengembangan kreativitas anak melalui wadah pendidikan, baik formal maupun non formal senantiasa menempatkan pendidikan seni rupa sebagai medianya, termasuk di dalamnya pembelajaran menggambar.Pengembangan kreativitas anak sangatlah tepat bilamana kegiatan menggambar dijadikan sebagai sarana pengembangannya. Sebagaimana dikemukakan Herbert Read (Susilowati 2010), bahwa gambar sebagai hasil dan aktivitas berkarya seni dianggap sebagai media yang paling besar peluangnya bagi pengembangan potensi anak, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kreativitasnya.Keuntungan utama yang diperoleh anak dari kegiatan menggambar adalah pengalaman mencipta dengan harapan dapat membekali untuk menjawab tantangan bentuk-bentuk baru dalam kehidupan kelak.
Namun demikian metode untuk mengembangkan kreativitas menggambar anak seringkali menjadi kendala bagi guru atau pendidik. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang berbagai cara yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kreativitas anak tersebut. Oleh karena itu dipandang perlu adanya pemikiran-pemikiran atau model-model yang dapat diterapkan untuk membantu guru atau pendidik mengembangkan kreativitas anak dalam menggambar
Mengembangkan kreativitas menggambar anak memerlukan peran penting pendidik hal ini secara umum sudah banyak dipahami. Anak kreatif memuaskan rasa keingintahuannya melalui berbagai cara seperti berekplorasi, bereksperimen dan banyak mengajukan pertanyaan pada orang lain. Suratno (2005: 19) menjelaskan anak kreatif dan cerdas tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan perlu pengarahan salah satunya dengan memberi kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Hal ini dapat diketahui dengan masih banyaknya orang–orang yang belum mampu menghasilkan karyanya sendiri, mereka masih meniru karya milik orang lain. Keadaan tersebut disebabkan karena kurangnya pengembangan kreativitas menggambar sejak usia dini.
Anak–anak usia dini pada khususnya di TK ................. juga masih memiliki daya kreativitas menggambar yang rendah. Dari 20 siswa, hanya tiga orang siswa (15%) yang menunjukkan kreativitas dalam menggambar, sedangkan sisanya sebanyak 17 siswa atau 85%  belum menunjukkan kreativitas dalam menggambar. Hal ini dapat dilihat dari coretan yang dihasilkan anak masih berkesan umum dan menampilkan gambar yang sama setiap pengerjaan tugas menggambar. Misal: anak hanya menggambar rumah saja, anak menggambar gunung saja, atau anak menggambar pohon saja, ketika anak diberikan tugas untuk mengambar suasana kelas sering ramai, anak sering jalan-jalan sendiri dan tidak serius dalam menggambar, selain itu anak belum bisa mengungkapkan idenya sendiri kalau tidak dibantu oleh guru anak-anak masih terfokus pada gambar yang telah dicontohkan oleh gurusehingga hasil gambar anak cenderung sama persis dan tidak ada yang berani jauh berbeda dengan gambar guru.
1.     Identifikasi Masalah
 Berdasarkan  latar  belakang  masalah  di  atas,  maka  peneliti  mengidentifikasi berbagai masalah yang muncul, yaitu:
a.      Guru kurang memahami arti pentingnya pengembangan kreativitas.
b.     Kurang bervariasinya upaya yang dilakukan  guru untuk mengembangkan kreativitas anak.
c.      Guru  kurang  memberikan  kegiatan  seni  yang  dapat  mengembangkan kreativitas anak, khususnya dengan kegiatan menggambar.
d.     Anak  belum  memiliki  kebebasan  dalam  menggambar  saat berada  di sekolah

2.     Analisis Masalah
Permasalahan tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya media pembelajaran yang kurang menarik, pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada membaca dan berhitung saja dan penggunaan metode yang kurang inovatif sehingga membuat anak bosan dan kurang dapat memunculkan ide kreatifnya.Terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kreativitas anak antara lain dengan bermain musik, mengunjungi pameran, menonton pertunjukan wayang, olahraga, bercerita dan karyawisata. Metode bercerita merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan kreativitas pada anak usia dini. Hal ini karena metode bercerita dapat merangsang anak untuk berpikir kreatif, perhatian anak terhadap proses pembelajaran makin panjang, anak mampu mengorganisasikan kemampuan diri atau melatih kepercayaan diri pada anak, merangsang imajinasi anak, sehingga menghasilkan karya yang original.
3.     Alternatif Pemecahan  Masalah
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Masrokah (2010) menunjukkan bahwa metode bercerita dapat meningkatkan kreativitas menggambar, metode bercerita bermanfaaat untuk mengembangkan kemampuan kognitif, efektif, maupun psikomotor masing-masing anak, bila anak terlatih untuk mendengarkan dengan baik, maka anak akan terlatih untuk menjadi pendengar yang kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu melakukan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarnya. Pendengar yang kritis mampu menemukan ketidak sesuaian antara apa yang di dengar apa yang dipahami. oleh karena itu buku cerita merupakan media yang efektif untuk meningkatkan kreativitas menggambar pada anak usia dini. Hal ini disebabkan karena dongeng dan cerita disukai hampir semua anak apa lagi kalau cerita tersebut berupa cerita dengan ilustrasi bagus dengan sedikit permainan yang melibatkan mereka. Anak-anak akan merasa terlibat dalam petualangan dan konflik-konflik yang dialami karakter-karakter di dalamnya, sehingga mendengarnya pun akan menyenangkan. Cerita dengan tema fantasi relialistis membantu anak berimajinasi tentang hal-hal yang berada di luar lingkungannya sehingga perkembangan pemikiran dan kreativitas anak tidak terbatas pada hal tertentu.
Lebih lanjut Indah fajarwati (2010) menyatakan bahwa metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak digunakan di Taman Kanak-kanak. Sebagai suatu metode bercerita mengundang perhatian anak terhadap pendidik sesuai dengan tema pembelajaran. Bila isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di Taman Kanak kanak, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Kelebihan dari metode bercerita ini adalah anak lebih banyak menyerap verbal, guru lebih mudah mengatur anak, anak lebih senang membayangkan secara ilustrasi cerita yang diberikan guru, dapat mengendalikan emosi anak, Membuat anak lebih penasaran akan cerita yang diberikan guru.
B.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan  identifikasi  masalah  di atas,  maka  peneliti  akan  membatasi  masalah yang akan dikaji yaitu pada pengembangkan kreativitas melalui kegiatan menggambar dengan metode bercerita di Kelompok A TK .................  Tahun Pelajaran 2013/2014.
C.   Rumusan Masalah
 Dari batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian  ini adalah  “Bagaimana kegiatan  menggambar dengan metode bercerita dapat  meningkatkan kreativitas  anak  di Kelompok A TK ................. Tahun Pelajaran 2013/2014”
D.   Tujuan Penelitian
1.     Tujuan Umum
Secara  umum  tujuan  penelitian  ini adalah  untuk  mendeskripsikan  penggunaan metode bercerita sebagai upaya untuk  meningkatkan kreativitas  anak di Kelompok A TK ................. Tahun Pelajaran 2013/2014.
2.     Tujuan Khusus
a.   Untuk  mengembangkan  kreativitas  anak di kelompok  A  melalui  kegiatan menggambar di ................. Tahun Pelajaran 2013/2014.
b.   Untuk  mengetahui  penerapan metode bercerita pada  kegiatan  menggambar  dalam meningkatkan  kreativitas  anak di Kelompok A TK ................. Tahun Pelajaran 2013/2014.

c.   Mengetahui seberapa besar peningkatan kreativitas  anak dalam menggambar dengan penerapan metode bercerita di Kelompok A TK ................. Tahun Pelajaran 2013/2014
E.    Manfaat Penelitian
1.     Bagi Anak
Dapat  memupuk pribadi yang  aktif  dan  kreatif  dalam  belajar,  khususnya melalui kegiatan menggambar yang dapat mengembangkan kreativitasnya.
2.     Bagi Guru
Sebagai  bahan  masukan  bagi  guru  untuk  memperbaiki  pembelajaran,  khususnya  melalui  kegiatan  menggambar  yang  dapat  mengembangkan kreativitas anak usia dini.
3.     Bagi Sekolah
Sebagai  bahan  masukan  bagi  sekolah  untuk  melahirkan anak-anak  yang kreatif dan sekaligus memperbaiki pembelajaran.
4.     Bagi Peneliti
Sebagai  bahan  dan  informasi  untuk   melakukan  penelitian  lebih  lanjut, khususnya yang  berkenaan  dengan  kegiatan  menggambar dan  kreativitas anak usia dini.




Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.

PTK TAMAN KANAK-KANAK : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA DENGAN MEDIA KAIN PERCA DI KELOMPOK A TK ...................



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk yang berperasaan dan berpikir anak mempunyai kebutuhan untuk menyatakan perasaan dan pikiran dengan berbagai macam cara menurut keinginannya sendiri. Dalam menyatakan perasaan dan pikiran atau berekspresi itu anak menghayati berbagai macam perasaan tentang hal-hal atau peristiwa yang dialami, seperti perasaan senang, perasaan puas, perasaan indah dan sebagainya. Idealnya pendidikan di TK sebagaimana termuat dalam modul Depdiknas (2009:1), mampu memberi kesempatan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan berekspresi dengan berbagai cara dan media kreatif (alat untuk berkreasi) seperti  kegiatan-kegiatan  dengan  menggunakan  kertas,  pensil  berwarna,  krayon,  tanah  liat,  ataupun   kain  perca.
Menurut  Rachmawati   (2010:84),  bahwa untuk membentuk anak yang terampil dan cerdas, serta kreatif, harus dimulai dari usia dini, guru dapat meletakkan, menanamkan dasar-dasar pengetahuan yang lebih mudah kepada anak, agar anak bisa lebih gampang menerimanya. Salah satunya dengan mengenalkan warna. Mengenalkan warna pada anak usia dini merupakan hal sangat penting bagi perkembangan syaraf otaknya. Selain memancing kepekaan terhadap penglihatan, pengenalan warna juga bermanfaat untuk meningkatkan daya pikir serta kreativitas anak. Sebab, kepekaan anak akan meningkat terhadap suatu objek yang dilihatnya, sehingga anak juga akan mampu membedakan dan menganalisa
Pengenalan konsep warna pada anak usia dini berpengaruh pada perkembangan intelektual. Pengenalan konsep warna pada anak usia dini bukan hanya mengasah kemampuan mengingat, tetapi juga imajinatif dan artistik, pemahaman ruang, keterampilan kognitif, serta pola berpikir kreatif. Selain itu anak pada usia TK memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, sehingga si anak sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan apa yang dilihat, dipegang/diraba, dicium, didengar atau dirasakannya. Anak usia dini dapat dengan mudah mengenali warna-warna yang ada di sekitarnya, juga dapat mengolah warna-warna tersebut menjadi sebuah karya melalui kreativitas serta imajinasi sebagai seorang anak yang penuh dengan daya khayal yang kuat sesuai perkembangannya.
Alasan   peneliti  menggunakan  media kain  perca  pada  saat  aktivitas  pembelajaran dalam  bidang  pengembangan  kreativitas anak,  berpijak  pada  keistimewaan   kain perca,  yang  memiliki  teknik  penggunaan yang sangat mudah, kain perca juga mudah didapat, corak serta warna kain perca sangat bervariatif,  sehingga  bahan   kain  perca mudah  divariasikan  dengan  berbagai permainan  untuk  menunjang  proses pelaksanaan pembelajaran.  Dalam penelitian ini  peningkatan  kreativitas  anak  melalui kegiatan  meronce  kain  perca  yang dituangkan  dengan  kemampuan menciptakan  coretan  bebas  sesuai  dengan imajinasi anak melalui beberapa bentuk dan berbagai  macam  garis  yang  telah  dikenal oleh anak.
Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Oleh sebab itu, pembelajaran di Taman Kanak-kanak hendaknya tidak terlepas dari permainan. Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan sesuai kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Permainan yang digunakan di taman kanak-kanak adalah permainan yang merangsang kreativitas anak dan menyenangkan. Peran pendidik sangat diperlukan dalam upaya pengembangan potensi anak usia dini. Upaya pengembangan tersebut harus dilakukan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
Kenyataan  yang  ada  di  kelompok A TK  .................,  menunjukkan  proses  pelaksanaan pembelajaran pengenalan warna yang hanya menggunakan krayon, kertas berwarna dan bombix  saja,  sehingga   hasil  yang diharapkan   kurang   optimal.  Anak terkadang   bingung   untuk    membedakan antara   warna   biru   dan   hijau,   warna kuning  dan  oranye.  Media   pembelajaran yang   kurang   menarik    dan    tidak bervariatif    membuat   anak  mudah  bosan dan  daya  konsentrasi    yang    kurang maksimal.  Suasana  pembelajaran  yang kurang  mendukung  karena  terlalu  banyak anak  dan  terbatasnya  ruang  gerak  anak. Selain  itu  anak  sangat  menyukai  dengan benda  yang  berwarna  dan  hal  ini  menjadi alasan  bagi  peneliti  untuk mengembangkannya  dalam  proses pembelajaran.
Kondisi  kegiatan  pembelajaran  di  atas, disebabkan  adanya  beberapa  faktor,  di antaranya  adalah:  1)  kegiatan  pembelajaran di  kelompok A TK  ................. yang  cenderung berpusat pada guru dan belum berpusat pada anak,   (2)  praktik  pembelajaran  lebih memperhatikan  kegiatan  belajar  baca,  tulis, dan hitung, (3) guru terlalu mengontrol serta mendominasi  proses  pembelajaran,  (4)  guru tidak  memberikan  kebebasan untuk bereksplorasi,  sehingga  keyakinan  untuk  membangun konsep aktivitas kreatif tampak masih rendah. Singkatnya, kemampuan dalam mengenal warna para siswa masih rendah, dan, kalaupun ada beberapa dari mereka yang memiliki kemampuan mengenal warna dengan baik sekitar 6 siswa (30%), sedangkan selebihnya kemampuan mengenal warnanya masih rendah belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Pernyataan tersebut, dapat diidentifikasi dengan  tingkat  pencapaian  perkembangan  yang  ada  di  kelompok A TK  .................,  menunjukkan  proses  pelaksanaan pembelajaran pengenalan warna yang hanya menggunakan krayon, kertas berwarna dan bombix  saja,  sehingga   hasil  yang diharapkan   kurang   optimal.  Anak terkadang   bingung   untuk    membedakan antara   warna   biru   dan   hijau,   warna kuning  dan  oranye.  Media   pembelajaran yang   kurang   menarik    dan    tidak bervariatif    membuat   anak  mudah  bosan dan  daya  konsentrasi    yang    kurang maksimal.  Suasana  pembelajaran  yang kurang  mendukung  karena  terlalu  banyak anak  dan  terbatasnya  ruang  gerak  anak. Selain  itu  anak  sangat  menyukai  dengan benda  yang  berwarna  dan  hal  ini  menjadi alasan  bagi  peneliti  untuk mengembangkannya  dalam  proses  pembelajaran.
1.     Identifikasi Masalah
Kondisi  kegiatan  pembelajaran  di  atas, disebabkan  adanya  beberapa  faktor,  di antaranya  adalah:  1)  kegiatan  pembelajaran di  kelompok A TK  ................. yang  cenderung berpusat pada guru dan belum berpusat pada anak,   (2)  praktik  pembelajaran  lebih memperhatikan  kegiatan  belajar  baca,  tulis, dan hitung, (3) guru terlalu mengontrol serta mendominasi  proses  pembelajaran,  (4)  guru tidak  memberikan  kebebasan untuk bereksplorasi,  sehingga  keyakinan  untuk membangun konsep aktivitas kreatif tampak masih rendah.
2.     Analisis Masalah
Melalui refleksi diri, kaji literatur, dan diskusi dengan supervisor, kepala sekolah dan teman sejawat dapat diketahui bahwa faktor penyebab rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran, dan rendahnya hasil belajar serta minat belajar siswa adalah :
a.       Model pembelajaran yang diambil tidak tepat sehingga guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif.
b.      Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
c.       Guru tidak mampu membaca situasi dan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.
d.      Guru kurang mampu memilih dan menggunakan teknik pembelajaran yang tepat
e.       Guru kurang mampu mengelola kelas dan ini berdampak pada proses edukatif yang diharapkan kurang berhasil.
3.     Alternatif Pemecahan Masalah
Menurut Suratno (2005:133), efek penting dari kegiatan pengenalan warna dengan menggunakan media kain perca, yang dilakukan secara berulang-ulang, sangat menyenangkan dan mengasyikkan bagi anak. Terlebih lagi aktivitas ini juga mampu merangsang anak untuk berfikir secara imajinatif dan kreatif melalui aktivitas mengurutkan kain perca sesuai warna, mengelompokkan kain perca sesuai warna dan bentuk, memperkirakan urutan warna kain perca sesuai pola yang berurutan dan meniru pola warna dengan menggunakan berbagai bentuk dengan membuat roncean kain perca menjadi bentuk kalung, yang dilakukan oleh anak sendiri secara langsung, dalam arti anak dapat melakukan berbagai aktivitas untuk mengenal warna-warna baru sesuai dengan imajinasi dan keinginan anak. Berdasarkan hal tersebut maka, menjadi motivasi yang sangat besar bagi penulis untuk melakukan penelitian ilmiah yang berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Upaya meningkatkan kemampuan mengenal warna dengan media kain perca di kelompok A TK ................. Tahun Pelajaran 2013/2014”, sebagai dasar untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna dengan menggunakan media kain perca.
B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah : Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan mengenal warna di kelompok A TK ................. Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan media kain perca?
C.   Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan dapat dilakukan dengan intensif, maka perlu adanya pembatasan terhadap masalah yang akan dibahas. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.        Subyek penelitian adalah anak usia dini kelompok A TK ................. Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 20 anak terdiri dari 9 anak perempuan dan 11 anak laki-laki berada pada rentang usia 4-6 tahun, dengan kemampuan pengenalan konsep warna yang kurang dalam hal menyebutkan warna dengan benar, menunjuk menunjuk warna-warna dengan benar, mengelompokkan benda berdasarkan warna yang sama, menyebut serta menunjuk benda di sekitar anak yang memiliki warna yang sama serta mengurutkan pola berdasarkan warna.
b.       Materi pengenalan konsep warna dalam penelitian ini terbatas pada warna merah, kuning, biru, hijau, jingga, putih, ungu, hitam, coklat dan merah muda, dengan menggunakan media kain perca yang selama ini belum pernah digunakan, tidak berbahaya bagi anak, dan mudah didapat
c.        Media dalam penelitian ini terbatas pada penggunaan kain perca untuk peningkatan pengenalan konsep warna anak usia dini.
D.   Tujuan Penelitian
  1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kain perca sebagai upaya meningkatkan kemampuan mengenal warna pada anak didik kelompok  A TK  .................

  1. Tujuan Khusus
a)     Mendeskripsikan  aktivitas  anak  dalam pembelajaran  melalui  aktivitas   pengenalan warna  melalui  media   kain  perca  dalam rangka  untuk  meningkatkan  kemampuan kreativitas  anak  kelompok A TK  ................., 
b)    Mendeskripsikan aktivitas  guru  dalam  pembelajaran  melalui aktivitas  pengenalan  warna  melalui media kain  perca  dalam  rangka  untuk meningkatkan  kemampuan  kreativitas  anak kelompok A TK  .................,
c)     Mengetahui  tingkat  pencapaian perkembangan  kemampuan  kreativitas  anak kelompok A TK  ................. melalui aktivitas pengenalan warna dengan menggunakan kain perca.
E.    Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.   Manfaat Teoristis
Memberikan sumbangan keilmuan dalam memahami upaya peningkatan kemampuan mengenal warna melalui media kain perca.
2.   Manfaat Praktis
a.   Bagi Anak
Memberikan pengalaman dan wawasan baru pada anak dalam meningkatkan kemampuan pengenalan warna anak kelompok A TK  ................. dengan menggunakan kain perca.
b.   Bagi Guru
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam upaya meningkatkan kemampuan pengenalan warna anak kelompok A TK  ................. Tahun  Pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan kain perca.
c.   Bagi Sekolah
Memberikan bahan masukan dalam rangka pembangunan kurikulum  sekolah agar tidak terpaku dengan cara-cara konvesional yang mapan, namun perlu disesuikan dengan perubahan atau inovasi penyelenggaraan proses pembelajaran yang disesuikan dengan tuntutan perkembangan zaman, sehingga dapat menemukan cara yang tepat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa sesusi dengan situasi dan kondisi.


Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.