Lencana Facebook

banner image

Wednesday 14 May 2014

BEST PRACTISE : MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN PUISI YANG MENARIK DENGAN MEDIA TIK



BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan pendorong utama penerapan komputer dalam pembelajaran, yang dikenal dengan istilah Computer Assisted Learning (CAL) atau pembelajaran dengan bantuan komputer. Komputer sebagai media dapat dimanfaatkan untuk membantu orang atau siswa dalam belajar termasuk belajar bahasa. Namun, perlu diingat bahwa komputer hanyalah alat atau media dan sepenuhnya tergantung penggunanya. Oleh karena itu, komputer tidak akan berdaya guna apabila tidak digunakan dengan tepat. Komputer memiliki peran sebagai media yang membantu dalam proses pembelajaran, oleh karena itu, komputer dapat diganti peranannya. (Hartoyo: 2006).
Dalam pengajaran bahasa, sangat dimungkinkan adanya penyampaian materi oleh guru yang tidak mudah dipahami oleh peserta didik. Sebagai contoh penyampaian materi pembacaan puisi pada siswa Sekolah Dasar yang kurang variatif dan inovatif dan dianggap menjenuhkan, dengan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kekurangan itu dapat diminimalisir.
Dengan penggunaan TIK dalam pengajaran bahasa Indonesia khususnya sastra, pengajaran yang dinilai sulit untuk disampaikan akan lebih mudah untuk disampaikan dan diterima oleh siswa. Pengajaran yang kreatif dan inovatif  akan memberikan kesan tersendiri bagi siswa yang berdampak penguatan ingatan pada diri seorang siswa.
Saat ini, pengajaran secara konvensional sudah seharusnya ditinggalkan oleh tenaga pengajar. Sudah sepantasnya tenaga pengajar atau guru menggunakan TIK sebagai sarana mempermudah pekerjaannya sekaligus sebagai media memperkaya pengetahuan siswa dan guru. Lebih dari itu, seorang guru mulai dituntut untuk bisa mengoperasikan TIK dalam pengajarannya sebagai cara menghilangkan kejenuhan siswa kepada mata pelajaran atau kepada gurunya itu sendiri. Misalnya, pengajaran sastra secara konvensional, guru memberikan contoh pembacaan puisi, siswa mendengarkan, dan siswa melakukan.
Dalam kasus ini, pengajaran sastra tanpa menggunakan TIK, guru memberikan contoh pembacaan puisi walaupun dengan dengan intonasi yang tepat, ekspresi wajah yang tepat serta pelafalan yang benar, seolah tidak menjadi hal yang menarik di mata siswa dan kurang dapat diingat oleh seorang siswa. Mulai dari pembacaan puisi oleh seorang guru yang berumur di atas 30 tahun, pemilihan puisi untuk usia anak-anak, sampai pada pemberian contoh yang kurang disukai oleh siswa. Hal ini menjadi satu masalah atas ketertarikan atau minat siswa dengan cara pengajaran guru di sekolah.
Akan tetapi, jika pengajaran itu divariasikan dengan menggunakan TIK, pemberian contoh pun sudah tidak secara langsung ditampakkan oleh seorang guru. Guru dapat memberikan rekaman dengan menggunakan LCD proyektor melalui media audio visual dengan model yang berumur sebaya dengan peserta didik. Dengan menggunakan model yang berumur sebaya, sangat dimungkinkan dapat merangsang dan memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dan membangun minat siswa untuk membaca puisi di depan kelas dengan ekspresi wajah, intonasi, dan pelafalan yang baik. 
Pencapaian tujuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah media pembelajaran. Media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa dalam menciptakan suasana belajar secara kolaboratif, dan membuat siswa aktif. Media pembelajaran yang dimaksud adalah Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) yaitu komputer. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara umum diartikan sebagai teknologi yang memiliki fungsi penunjang proses penyampaian informasi dan komunikasi. Sejalan dengan berkembangnya teknologi, TIK dengan dukungan sistem dan jaringan (network) komputer memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dengan melihat fisik maupun mendengar suara secara langsung meskipun pihak-pihak yang berkomunikasi berada di tempat yang berbeda.
Seperti yang dikemukakan Hartoyo dalam makalah (Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia); (2009), bahwa teknologi dan informasi (TIK) secara umum diartikan sebagai teknologi yang memiliki fungsi penunjang proses penyampaian informasi dan komunikasi. Perkembangan TIK yang sedemikian pesat telah berpengaruh terhadap aplikasi komputer dalam penunjang pembelajaran bahasa, yang sering dikenal dengan istilah  Komputer-Assisted Language Leraning (CALL). Komputer sebagai media digunakan untuk membantu pembelajar dalam pembelajaran, seperti halnya pembelajaran bahasa. Selanjutnya Hartoyo mengemukakan: jika dicermati dengan seksama, salah satu permasalahan utama pembelajaran bahasa adalah isu-isu terkait dengan metode pembelajaran bahasa. Ditilik dari sejarah perkembangan pembelajaran bahasa, telah terjadi berbagai upaya untuk mewujiudkan metode pembelajaran yang lebih baik. Upaya mencari metode pembelajaran yang lebih baik selalu didasari atas kritik terhadap kekuranagn metode pembelajaran yang telah ada sebelumnya. Sebagai contoh, Grammar Translation Method yang menekankan pada pembelajaran membaca, tata bahasa, dan kosa kata dianggap kurang efektif dalam membekali siswa dengan kemampuan komunikatif. Dengan dasar kritik inilah maka muncullah metode pembelajaran bahasa yang lainnya seperti Direct Methode, yang menekankan pada penggunaan bahasa yang dipelajari dalam berkomunikasi. Direct method juga akhirnya menuai kritik, dan lahirlah Audio Lingual Method, The Silent way, Suggestopedia, Community Language, Communicative Approach, hingga Total Physical Respone. Kehadiran Total Physical Responsepun menuai kritik, dan sejalan dengan perkembangan TIK munculah gagasan untuk mengembangkan Computer-Assisted Language Learning (CALL) – Multimedia.
Memperhatikan dampak positif berbagai kajian tentang pemanfaatan TIK dalam menunjang pembelajaran di sekolah, tidak berlebihan jika di sekolah di tanah air ini juga memiliki prospek masa depan yang memungkinkan untuk mengaplikasikan TIK dalam menunjang pembelajaran. Terlepas dari peran komputer yang hanya merupakan media, komputer memberikan berbagai manfaat bagi siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu manfaat atau kelebihan komputer adalah komputer merupakan alat yang lebih interaktif dibandingkan dengan media yang lain, misalnya tape recorder, proyektor film, dan jenis perangkat media yang lain termasuk kapur dan papan tulis. Menurut Nelson et al., (1976) sifat unik komputer sebagai media pendidikan adalah terletak pada kemampuannya untuk berinteraksi dengan siswa. Buku dan materi berupa rekaman data memberi informasi kepada siswa tentang beragamperaturan dan solusi, namu keduanya tidak dapat menganalisis kesalahan yang dibuat siswa, serta tidak dapat beraksi terhadap kesalahan tertentu, mengarahkannya, dan hanya mengoreksi jawaban.
Pada aplikasi tertentu, komputer dapat bertindak sebagai tutor, menyediakan materi, memandu siswa bagaimana mempelajari materi, dan memberikan informasi serta penjelasan yang lebih komprehensif. Manfaat lain adalah komputer dapat menjadi buku referensi yang sangat efektif dan efisien. Komputer juga dapat digunakan untuk berkomunikasi secara visual dengan siswa. Jelaslah bahwa komputer sebagai media pembelajaran, sangatlah mungkin menjadi partner guru dan siswa dalam kegian belajar mengajar jika seorang guru dapat mengoperasikan media tersebut. Kembali pada tulisan Hartoyo sebelumnya bahwa komputer hanyalah alat atau media dan sepenuhnya tergantung penggunanya. Oleh sebab itu, pengajaran konvensional akan lebih terbantu jika seorang guru mampu menggunakan media ini menjadi teman dalam pengajarannya.
Berdasarkan  hasil  pengamatan  penulis  terhadap  kegiatan  mengajar  di kelas,  penilaian  guru  terhadap  kemampuan  membaca  puisi  murid,  hasil  pengamatan peneliti dapat dikemukakan bahwa kemampuan membaca, khususnya membaca indah puisi siswa kelas VI SD Negeri Sungai Malang 4 belum menunjukkan hasil yang memuaskan atau maksimal. Hasil tersebut  ditunjukkan  dengan  pembacaan  puisi  yang  dilakukan  oleh  murid.  Pada umumnya terkesan seadanya, artinya membaca puisi tidak layaknya seperti orang membaca puisi.  Intonasi, lafal, penghayatan maupun penampilan sangat  kurang. Jarang  terlihat  murid  yang  mampu  membaca  puisi  dengan  memperhatikan  naik turun, tinggi rendah, dan keras lembut volume suara dalam bacaannya. Para murid juga malu dan tidak percaya diri ketika membaca puisi di depan kelas. Tidak ada siswa  dengan  kemauan  sendiri  tampil  di  depan  kelas  untuk  membaca  puisi. Hasilnya, siswa membaca dengan semaunya dan tidak bersungguh-sungguh.Penghayatan pada saat tampil membaca puisi di depan kelas masih sangat kurang.  Tercermin  dari  ekspresi  saat  membaca  puisi.  Hal  itu  disebabkan  murid tidak memahami terlebih dahulu puisi yang akan dibaca. Beberapa murid terlihat menutupi wajahnya dengan buku pada saat membaca puisi.  Demikian juga dalam hal  penampilan,  siswa  kurang  memahami  pembacaan  puisi  sebagai  sebuah pertunjukan yang harus memperhatikan tentang teknik, gerakan tubuh, pandangan mata,  dan  bloking.  Saat  membaca  puisi,  penampilan  murid  adalah  kaki  dengan sikap  sempurna,  kedua  tangan  memegang  buku  hingga  pembacaan  selesai  dan pandangan mata selalu tertuju pada teks. Adapun dari segi lafal murid kurang jelas dalam mengucapkan kata-kata, dari  deret  belakang  bangku  hanya  terdengar  samar,  bahkan  ada  pula  yang  tidak terdengar. Tempo rata-rata pembacaan puisi murid terlalu cepat.  Hal itu terkesan bahwa  membaca  puisi  adalah  sesuatu  yang  terlalu  memberatkan  sehingga sesegera mungkin menyelesaikan puisi tersebut.
Seseorang  yang  akan  membaca  sebuah  puisi,  sebelumnya  harus memahami  dan  menghayati  isi  puisi  yang  akan  dibacanya  dengan  bersungguh-sungguh. Dia  harus  dapat  mewujudkan  kembali  apa  yang  dikehendaki  penyair. Seorang pembaca puisi adalah perantara antara penyair sebagai pencipta dengan pendengar sebagai penikmat. Oleh karena itu, tugas seorang pembaca puisi tidak dapat  dikatakan  ringan  karena  pembaca  puisi  harus  berusaha  mewujudkan ide/pesan  penyair  dengan  cara  setepat-tepatnya.  Persiapan  sangat  diperlukan sebelum  seseorang  tampil  membacakan  puisi.  Persiapan  tersebut,  antara  lain: memahami  isi  puisi  yang  akan  dibaca,  menghayati  makna  dari  puisi, mengekspresikan  puisi,  berlatih  membaca  sebelum  tampil,  dan  memberi  tanda atau anotasi pada puisi.
Berdasarkan  observasi  yang  dilakukan  peneliti,  permasalahan  tentang kemampuan  membaca  puisi  timbul  karena:  (1)  siswa  kurang  antusias  dalam pembelajaran  membaca  puisi,  (2)  siswa  kurang  percaya  diri  dan  masih  malu terhadap  kemampuan  membacanya  karena  siswa  kurang  aktif  dalam  kegiatan pembelajaran  sejak  awal,  (3)  guru  belum  menggunakan  strategi  atau  model pembelajaran yang tepat terhadap kemampuan membacanya, dan (4) guru kurang memberikan motivasi kepada siswa. Fakta-fakta  di  atas  menunjukkan  kualitas proses  dan  hasil  pembelajaran kemampuan  membaca  puisi  masih  kurang  optimal.  Oleh  karena  itu,  diperlukan perbaikan  yang  dapat  mendorong  seluruh  siswa  untuk  dapat  memahami  dan menghayati  puisi  yang  akan  dibacanya  agar  mereka  mampu  membaca  puisi tersebut dengan indah.  Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran pendekatan pembelajaran  yang  digunakan  oleh  guru  dengan  lebih  melibatkan  keikutsertaan siswa  dalam  proses  pembelajaran,  yakni  dengan  menerapkan  pendekatan pembelajaran  quantum.  Pembelajaran  tersebut  akan  lebih  mengoptimalkan kualitas  proses  dan  hasil  karena  sesuai  atau  tepat  dengan  permasalahan  yang terjadi.  Selain  itu,  pembelajaran  tersebut  lebih  menekankan  pada  proses kreatif, praktik, interaksi antara siswa dan lingkungan kelas, dan kegiatan berapresiasi.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pesert didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Selain itu, pembelajaran sastra juga bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan nilai sosial. Secara sendirisendiri, atau gabungan dari keseluruhan itu, sebagaimana tercermin dalam karya sastra. Memahami puisi adalah kegiatan siswa dalam mencermati setiap detail puisi mulai dari kegiatan mendengarkan, mengapresiasi, hingga mengidentifikasi unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah puisi sehingga siswa menjadi faham dan mengerti apa maksud dari puisi yang dihadapinya. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran puisi termasuk nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah puisi. Dari pernyataan tersebut maka ditawarkanlah teknik pengajaran memahami puisi dengan menggunakan model musikalisasi puisi. Pengajaran puisi sebagai satu bagian dari pengajaran sastra bertugas mengasah kemampuan siswa dalam memahami makna yang tersurat dalam sebuah puisi untuk  itu pengajaran puisi hendaklah diarahkan kepada pembinaan apresiasi puisi. Standar kompetensi pengajaran puisi yang berisi Memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung dan,  kompetensi dasar  Mengungkapkan isi suatu  puisi yang disampaikan  secara langsung ataupun melalui rekaman akan lebih efektif bila mengggunkan metode penugasan  pada anak.
Sebagai tenaga pendidik yang kreatif dan inovati guru  dituntuntut untuk mengenal model-model dalam pembelajaran. model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Salah satunya menggunakan sarana TIK berupa video pembacaan puisi dengan memanfaatkan fasilitas multimedia dengan media audio visual pada komputer.


BAB II
DASAR PENYELESAIAN MASALAH

Teknologi Informasi dan Komunikasi, TIK adalah paling besar terminology yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek , yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memeroses dan menransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan.Jadi, Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemerosesan, manipulasi, pengelolaan, dan pemindahan informasi antara media.
ICT atau yang lebih dikenal dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara umum diartikan sebagai teknologi yang memiliki fungsi penunjang proses penyampaian informasi dan komunikasi. Sejalan dengan berkembangnya teknologi, TIK dengan dukungan system dan jaringn (network) computer memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dengan melihat fisik maupun mendengar suara secara langsung meskipun pihak-pihak yang berkomunikasi berada di tempet yang berbeda.
Menurut Nelson, et.al., (dalam Hartoyo, 2010) sifat unik computer sebagai media pendidikan adalah terletak pada kemampuannya untuk berinteraksi dengan siswa. Buku dan materi berupa rekaman data memberi informasi kepada siswa tentang beragam peraturan dan solusi.Namun keduanya tidak menganalisis kesalahan yang dibuat siswa serta tidak dapat bereaksi terhadap kesalahan tertentu, mengarahkannya dan hanya mengoreksi.
Puisi merupakan sebuah karya sastra yang memerlukan penghayatan dalam pembacaan dan pembawaan. Hudson (dalam Aminuddin, 2002), mengungkapkan bahwa puisi merupakan salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, dimana kata-kata yang digunakan tentunya bersifat kiasan. Luxemburg,et: 1987) mengungkapkan bahwa puisi merupakan pengungkapan perasaan. Jadi puisi merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan perasaan dimana didalamnya terdapat imajinasi yang berbentuk kata-kata yan bersifat kiasan. Sementara itu di dalam puisi juga terdpat unsur-unsur estetika, misalnya gaya bahasa dan komposisinya, persajakan, diksi, irama, dan gaya bahasa.
Secara makna leksikal, apresiasi mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian, dan pernyataan yang memberikan penilaian (Hornby dalam Sayuti, 1985:2002). Sementara itu, Effendi (1973:18) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.
Pada dasarnya kegiatan membaca puisi merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak langsung, bahwa dalam membaca puisi, pembaca akan berusaha mengenali, memahami, menggairahi, memberi pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan memiliki kepekaan rasa. Semua aspek dalam karya sastra difahami, dihargai bagaimana persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja yang dikemukakan oleh media. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait per bait untuk merangkai makna dari puisi yang hendak disampaikan pengarang. Pembaca memberi apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang dibacanya setelah diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat membaca puisi.
Menurut Peu Aftarudin membaca ouisi berarti berusaha menyelami diri penyair ke intinya. Sedangkan Sumardi dan Abdul Rozak Zaidan menyetakan bahwa membaca sajak di depan kelals atau berdeklamasi pada dasarnya adalah kegiatan ekspresi tahap awal. Agar dapat membacakan sajak dengan baik atau mendeklamasikan secara tepat memerlukan latihan.
Menurut Sumardi dan Abdul Rozak Zaidan (1997:3) kemampuan membaca puisi seseorang adalah keberhasilan terletak pada ketepatan memahami nada dan suasana sajak karena nada dan suasana sajak mencerminkan jiwa penyairnya.
Setiap bentuk dan gaya baca puisi menuntut adanya ekspresi wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, dan gerakan badan. Keempat ekspresi dan gerakan tersebut harus diperhatikan.Misalnya jenis acara, tempat, jenis puisi, pemahaman puisi itu sendiri, audiens, music dan lain-lain.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan sarana TIK dengan menggunakan LCD proyektor melalui media audio visual, sebagaimana dijelaskan secara rinci di bawah ini.
1.     Langkah-1
Penyampaian tujuan pembelajaran. Guru  menyampaikan  tujuan  pembelajaran  yang  ingin  dicapai  serta memberikan  motivasi  kepada  peserta  didik  bahwa  materi  membaca puisi  ini  sangat  penting  dipelajari  dan  menjelaskan  prosedur  pembelajaran menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual. 
2.     Langkah-2
Peserta  didik  dibagi  ke  dalam kelompok-kelompok  kecil  beranggotakan  4-5  orang.  Dan  kepada  setiap anggota  kelompok  diberi  nomor  1  sampai  5  sebagai  pengganti  identitas. Guru  memberi  nama  kelompok  yang  berbeda  kepada  peserta  didik  serta mengarahkan  peserta  didik  agar  memusyawarahkan  pemilihan  ketua kelompok  dari  masing-masing  kelompok.   Setelah  itu,  memberikan  tugas kepada masing-masing kelompok dan  penjelasan tentang kerja kelompok yang harus dilakukan.
3.     Langkah-3 
Penyajian  materi  sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual: menampilkan / menayangkan  materi  membaca puisi  dengan menggunakan  media  audio-visual  berupa  LCD  dan  masing-masing anggota  kelompok  ditugaskan  untuk  mengamati  dan  memperhatikan tampilan yang disajikan melalui media audiovisual.
4.     Langkah-4 
Berdasarkan  tampilan  tersebut,  siswa diberikan  soal-soal latihan yang berhubungan dengan materi membaca puisi dan  setiap  kelompok  harus  mendiskusikan  dan  mengerjakannya  secara bersama.  Setiap  kelompok  harus  memutuskan cara-cara membaca puisi yang baik dan benar dengan memperhatikan aspek-aspek   membaca puisi, yaitu yaitu 1) lafal, 2) jeda, 3) intonasi, 4) gesture, 5) nada suara, 6) tekanan,  7) ekspresi dan  penghayatan yang dijadikan dasar penilaian.
5.     Langkah-5 
Observasi  dan  pembimbingan  Diskusi  kelompok:  Pada saat diskusi kelompok sedang berlangsung,  guru  memantau,  mengarahkan keterampilan  bekerjasama,  mendorong  siswa  untuk  berdialog,  berdiskusi antar  teman  dalam  satu  kelompok,  dan  membimbing  peserta  didik  untuk memahami  pertanyaan  atau  soal  yang  diberikan.  
6.     Langkah-6
Laporan  kelompok,  setelah  waktu  mengerjakan  tugas selesai,  guru  memanggil  salah  satu  nomor,  kemudian  peserta  didik  yang nomornya dipanggil membacakan puisi oleh perwakilan dari masing-masing kelompok.  Setelah selesai membaca puisi,  guru  meminta  tanggapan  dari  siswa  yang  lain  dengan  cara menunjuk  nomor  siswa  yang  lain  untuk  menjawab  pertanyaan  yang berikutnya dan seterusnya sampai masing-masing kelompok mendapatkan giliran untuk menjawab pertanyaan dan memberikan tanggapan.
7.     Langkah-7 
Konfirmasi,  Guru  memberikan  konfirmasi  atau  penjelasan dan penguatan dari hasil diskusi.
8.     Langkah-8
Penghargaan,  Guru  memberikan  penilaian  terhadap  hasil belajar  masing-masing  kelompok  dan  memberikan  penghargaan  hadiah (reward). kepada kelompok dengan hasil yang terbaik


BAB III
LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Apresiasi puisi merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Namun, kenyataan di lapangan, kegiatan ini sering menemui berbagai kendala, baik dari pihak guru maupun siswa. Guru yang tidak menyukai sastra cenderung menghindari pembelajaran apresiasi puisi ini. Kalau pun mau mengajarkan, mereka akan mengajarkannya dengan sepintas lalu, dengan cara ala kadarnya, sehingga tidak menarik dan terasa sangat membosankan.
Sementara itu, tak jauh beda pula bila ditilik dari sisi siswa. Bukan rahasia lagi, di dalam kelas masih banyak (tidak semua) siswa yang kurang suka pada puisi. Siswa seringkali sudah apriori ketika mendengar kata ’puisi’. Mereka menganggap bahwa puisi itu sesuatu yang sulit untuk dipelajari. Dalam kegiatan apresiasi puisi, banyak siswa yang merasa akan dihadapkan pada sebuah pekerjaan berat yang sering  menimbulkan rasa was-was, bimbang, ragu.
Kondisi semacam ini bila dibiarkan tentu akan semakin menjauhkan siswa dari puisi. Padahal, kegiatan apresiasi sastra – termasuk puisi – sangat bermanfaat untuk memperkaya jiwa penikmatnya. Bukankah dalam puisi sering dijumpai banyak hal? Mulai hal-hal yang berkaitan dengan religiusitas, sosial, politik, moral, dan masih banyak lagi.
Pemegang kunci utama untuk memperbaiki kondisi ini tentu saja guru. Guru harus mau berupaya untuk menciptakan pembelajaran puisi yang menarik. Guru harus berani melakukan inovasi pembelajaran. Selama ini, guru bahasa Indonesia di sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran sastra – termasuk puisi – terlalu berorientasi pada teori. Jalannya pembelajaran sangat teoretis sehingga produknya adalah membosankan. Apresiasi sebagai titik berat pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pun sering diabaikan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan pembelajaran puisi yang menarik adalah dengan memanfaatkan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami revolusi yang sangat cepat. Dalam bidang pendidikan, perubahan-perubahan ini menjadi salah satu modal penting penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efisien dan efektif. Dalam hal ini, pendekatan teknologis menjadi bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Sekolah-sekolah pun terus berupaya melengkapi fasilitas yang terkait dengan perkembangan teknologi ini. Misalnya, laboratorium bahasa, LCD Proyektor, jaringan internet dan sebagainya.
Dalam pembelajaran membaca puisi diperlukan suatu media yang tepat agar tidak menjadikan beban bagi siswa. Hal ini harus menjadi pertimbangan guru dalam memberikan materi pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca indah puisi. Jika media dan media yang digunakan guru keliru bukan mustahil siswa akan kehilangan makna sebenarnya tentang pembelajaran membaca puisi.
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara guru dengan siswa dan bahan ajar. Media pembelajaran terdiri dari dua unsur penting, yaitu unsur peralatan dan unsur pesan yang dibawanya.
Dalam proses belajar mengajaar, media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam pembelajaran ketidakjelasana bahan yang disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan pembuatan media. Media dapat mewakili apa yang kurang dikuasai oleh guru dalam mengungkapkan kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.Dengan demikian siswa dapat dengan mudah memahami bahan pembelajaran daripada tanpa menggunakan media.
Penyelidikan di dunia menunjukkan bahwa TIK bisa menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang dimuat oleh National Institute of Multimedia pendidikan di Jepang, membuktikan bahwa peningkatan kemampuan pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi TIK mempunyai kesan yang signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Teknologi merupakan produk kreatif manusia untuk memenuhi berbagai keperluan hidup secara efektif.Internet sebagai bagian dari produk teknologi informasi berkembang pesat dan telah membawa perubahan yang luar biasa pada kehidupan manusia.Internet telah memengaruhi pola berkomunikasi antarmanusia dalam dunia maya.
Internet menawarkan banyak fasilitas dalam dunia pendidikan. Fasilitas komunikasi yang disediakan internet telah memungkinkan kelas online menjadi kenyataan dengan mempergunakan halaman web berbasis teks, surat elektronik(e-mail), pertukaran teks dan atau suara secara langsung, dan berbagai fasilitas multimedia interaktif lainnya. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Guru dan siswa dapat melakukan komunikasi lintas waktu sehingga pembelajaran dapat dimaksimalkan untuk pencapaian hasil belajar.
Penggunaan multimedia berbasis computer dalam pembelajaran dirasakan semakin memberikan peranan yang penting. Bentuk pembelajaran yang dahuu dirasa tidak mungkin dilaksanakan, multimedia memberikan jawabannya. Penyelidikan di dunia menunjukkan bahwa TIK bisa menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang dimuat oleh National Institute of Multimedia pendidikan di Jepun, membuktikan bahwa peningkatan pendedehan pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi ICT mempunyai kesan yang signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa, penggunaan TIK sangat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Dikaitkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan berbahasa khususnya membaca puisi akan terasa lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mempelajari apresiasi sastra. Banyak hal yang dapat dilakukan dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kebiasaan-kebiasaan yang menjadi beban guru dalam memberika pelajaran membaca puisi terkisis sedikit demi sedikit.
           








Gambar  2.2    Guru Sedang Menerangkan Pembelajaran Membaca Puisi dengan Menggunakan Media Laptop  Menggunakan LCD Proyektor

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan pembelajaran membaca puisi lebih menarik adalah dengan memanfaatkan teknologi. Guru dapat menyajikan pembelajaran menarik melalui pembelajaran berbasis TIK. Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi puisi ataupun video pembacaan puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan dan dapat diunduh dari internet.









Gambar 2.2 Siswa Mengamati video Musikalisasi Puisi ataupun Video Pembacaan Puisi Dari Para Sastrawan

Hal ini dapat menambah wawasan siswa tentang tokoh-tokoh sastra Indonesia yang selama ini mungkin siswa hanya mendengar dan membaca nama dan karya-karya sastrawan tersebut. Dengan bantuan teknologi, guru dapat menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang kelas.Bagaimana wajah penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka membacakan puisi yang mereka ciptakan.
Selain itu guru juga dapat menampilkan contoh-contoh pembacaan puisi yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya pemenang lomba baca puisi tingkat provinsi, pemenang lomba baca puisi tingkat sekolah yang disesuaikan dengan jenjang pendidikannya, yang dapat diunduh dari internet sehingga siswa dapt secara langsung membandingkan model pembacaan puisi dari beberapa tokoh yang ditampilkan.









Gambar 2.3 Siswa Mengamati video Pembacaan Puisi
Menyimak contoh pembacaan puisi melalui video tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca buku teks dan hanyamendengarkan penjelasan guru tentang isi puisi itu sendiri. Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi dan lebih mudah memilih bentuk atau gaya pembacaan puisi yang diinginkan. Siswa dapat berekspresi menurut pemahamannya tentang  puisi tersebut. Dengan menampilkan video melalui internet dan dilengkapi dengan suara dan gambar secara langsung siswa juga memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Jika ini sudah terjadi maka guru dapat lebih  mudah menyampaikan inti dari pembelajaran membaca puisi sehingga sasaran utama pembelajaran sastra sebagai wahana memperkaya jiwa dapat tercapai.










Gambar 2.4 Siswa Sedang Membacakan Puisi di Depan Kelas

Berdasarkan potensi yang dimiliki sekolah, guru dapat menyajikan pembelajaran yang menarik melalui pembelajaran berbasis TIK. Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi puisi atau pun video pembacaan puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan dan dapat diunduh dari internet. Selama ini, mungkin siswa hanya mendengar nama dan membaca karya-karya sastrawan Taufik Ismail, W.S. Rendra, Emha Ainun Nadjib, dan kawan-kawan dari buku yang siswa baca. Dengan bantuan teknologi, guru dapat menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang kelas. Bagaimana wajah penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka membacakan puisi-puisi yang mereka cipta.
Menyimak pembacaan puisi maupun musikalisasi puisi melalui video ini tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca buku teks. Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi. Sebab video seringkali dilengkapi dengan suara dan gambar. Di samping itu, siswa juga memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Bila siswa sudah tertarik, maka guru dapat lebih mudah menyampaikan inti dari pembelajaran puisi sehingga sasaran utama pembelajaran apresiasi sastra sebagai wahana memperkaya jiwa dapat tercapai.
Pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual untuk memutar video tentang pembacaan puisi dengan menggunakan berbagai contoh, baik dari para sastrawan maupun lainnya terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi. Hal tersebut dibuktikan dengan diraihnya Peringkat atau Juara Ke 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten pada Tahun 2014.






Gambar 2.5 Siswa yang Menjadi Juara 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten Tahun 2014 (catt. Kla bisa anak sedang membawa tropi atau piala kejuaraannya)
Selamat mencoba.





 
BAB III
LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Apresiasi puisi merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Namun, kenyataan di lapangan, kegiatan ini sering menemui berbagai kendala, baik dari pihak guru maupun siswa. Guru yang tidak menyukai sastra cenderung menghindari pembelajaran apresiasi puisi ini. Kalau pun mau mengajarkan, mereka akan mengajarkannya dengan sepintas lalu, dengan cara ala kadarnya, sehingga tidak menarik dan terasa sangat membosankan.
Sementara itu, tak jauh beda pula bila ditilik dari sisi siswa. Bukan rahasia lagi, di dalam kelas masih banyak (tidak semua) siswa yang kurang suka pada puisi. Siswa seringkali sudah apriori ketika mendengar kata ’puisi’. Mereka menganggap bahwa puisi itu sesuatu yang sulit untuk dipelajari. Dalam kegiatan apresiasi puisi, banyak siswa yang merasa akan dihadapkan pada sebuah pekerjaan berat yang sering  menimbulkan rasa was-was, bimbang, ragu.
Kondisi semacam ini bila dibiarkan tentu akan semakin menjauhkan siswa dari puisi. Padahal, kegiatan apresiasi sastra – termasuk puisi – sangat bermanfaat untuk memperkaya jiwa penikmatnya. Bukankah dalam puisi sering dijumpai banyak hal? Mulai hal-hal yang berkaitan dengan religiusitas, sosial, politik, moral, dan masih banyak lagi.
Pemegang kunci utama untuk memperbaiki kondisi ini tentu saja guru. Guru harus mau berupaya untuk menciptakan pembelajaran puisi yang menarik. Guru harus berani melakukan inovasi pembelajaran. Selama ini, guru bahasa Indonesia di sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran sastra – termasuk puisi – terlalu berorientasi pada teori. Jalannya pembelajaran sangat teoretis sehingga produknya adalah membosankan. Apresiasi sebagai titik berat pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pun sering diabaikan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan pembelajaran puisi yang menarik adalah dengan memanfaatkan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami revolusi yang sangat cepat. Dalam bidang pendidikan, perubahan-perubahan ini menjadi salah satu modal penting penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efisien dan efektif. Dalam hal ini, pendekatan teknologis menjadi bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Sekolah-sekolah pun terus berupaya melengkapi fasilitas yang terkait dengan perkembangan teknologi ini. Misalnya, laboratorium bahasa, LCD Proyektor, jaringan internet dan sebagainya.
Dalam pembelajaran membaca puisi diperlukan suatu media yang tepat agar tidak menjadikan beban bagi siswa. Hal ini harus menjadi pertimbangan guru dalam memberikan materi pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca indah puisi. Jika media dan media yang digunakan guru keliru bukan mustahil siswa akan kehilangan makna sebenarnya tentang pembelajaran membaca puisi.
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara guru dengan siswa dan bahan ajar. Media pembelajaran terdiri dari dua unsur penting, yaitu unsur peralatan dan unsur pesan yang dibawanya.
Dalam proses belajar mengajaar, media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam pembelajaran ketidakjelasana bahan yang disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan pembuatan media. Media dapat mewakili apa yang kurang dikuasai oleh guru dalam mengungkapkan kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.Dengan demikian siswa dapat dengan mudah memahami bahan pembelajaran daripada tanpa menggunakan media.
Penyelidikan di dunia menunjukkan bahwa TIK bisa menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang dimuat oleh National Institute of Multimedia pendidikan di Jepang, membuktikan bahwa peningkatan kemampuan pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi TIK mempunyai kesan yang signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Teknologi merupakan produk kreatif manusia untuk memenuhi berbagai keperluan hidup secara efektif.Internet sebagai bagian dari produk teknologi informasi berkembang pesat dan telah membawa perubahan yang luar biasa pada kehidupan manusia.Internet telah memengaruhi pola berkomunikasi antarmanusia dalam dunia maya.
Internet menawarkan banyak fasilitas dalam dunia pendidikan. Fasilitas komunikasi yang disediakan internet telah memungkinkan kelas online menjadi kenyataan dengan mempergunakan halaman web berbasis teks, surat elektronik(e-mail), pertukaran teks dan atau suara secara langsung, dan berbagai fasilitas multimedia interaktif lainnya. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Guru dan siswa dapat melakukan komunikasi lintas waktu sehingga pembelajaran dapat dimaksimalkan untuk pencapaian hasil belajar.
Penggunaan multimedia berbasis computer dalam pembelajaran dirasakan semakin memberikan peranan yang penting. Bentuk pembelajaran yang dahuu dirasa tidak mungkin dilaksanakan, multimedia memberikan jawabannya. Penyelidikan di dunia menunjukkan bahwa TIK bisa menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang dimuat oleh National Institute of Multimedia pendidikan di Jepun, membuktikan bahwa peningkatan pendedehan pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi ICT mempunyai kesan yang signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa, penggunaan TIK sangat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Dikaitkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan berbahasa khususnya membaca puisi akan terasa lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mempelajari apresiasi sastra. Banyak hal yang dapat dilakukan dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kebiasaan-kebiasaan yang menjadi beban guru dalam memberika pelajaran membaca puisi terkisis sedikit demi sedikit.
           








Gambar  2.2    Guru Sedang Menerangkan Pembelajaran Membaca Puisi dengan Menggunakan Media Laptop  Menggunakan LCD Proyektor

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan pembelajaran membaca puisi lebih menarik adalah dengan memanfaatkan teknologi. Guru dapat menyajikan pembelajaran menarik melalui pembelajaran berbasis TIK. Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi puisi ataupun video pembacaan puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan dan dapat diunduh dari internet.









Gambar 2.2 Siswa Mengamati video Musikalisasi Puisi ataupun Video Pembacaan Puisi Dari Para Sastrawan

Hal ini dapat menambah wawasan siswa tentang tokoh-tokoh sastra Indonesia yang selama ini mungkin siswa hanya mendengar dan membaca nama dan karya-karya sastrawan tersebut. Dengan bantuan teknologi, guru dapat menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang kelas.Bagaimana wajah penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka membacakan puisi yang mereka ciptakan.
Selain itu guru juga dapat menampilkan contoh-contoh pembacaan puisi yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya pemenang lomba baca puisi tingkat provinsi, pemenang lomba baca puisi tingkat sekolah yang disesuaikan dengan jenjang pendidikannya, yang dapat diunduh dari internet sehingga siswa dapt secara langsung membandingkan model pembacaan puisi dari beberapa tokoh yang ditampilkan.









Gambar 2.3 Siswa Mengamati video Pembacaan Puisi
Menyimak contoh pembacaan puisi melalui video tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca buku teks dan hanyamendengarkan penjelasan guru tentang isi puisi itu sendiri. Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi dan lebih mudah memilih bentuk atau gaya pembacaan puisi yang diinginkan. Siswa dapat berekspresi menurut pemahamannya tentang  puisi tersebut. Dengan menampilkan video melalui internet dan dilengkapi dengan suara dan gambar secara langsung siswa juga memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Jika ini sudah terjadi maka guru dapat lebih  mudah menyampaikan inti dari pembelajaran membaca puisi sehingga sasaran utama pembelajaran sastra sebagai wahana memperkaya jiwa dapat tercapai.










Gambar 2.4 Siswa Sedang Membacakan Puisi di Depan Kelas

Berdasarkan potensi yang dimiliki sekolah, guru dapat menyajikan pembelajaran yang menarik melalui pembelajaran berbasis TIK. Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi puisi atau pun video pembacaan puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan dan dapat diunduh dari internet. Selama ini, mungkin siswa hanya mendengar nama dan membaca karya-karya sastrawan Taufik Ismail, W.S. Rendra, Emha Ainun Nadjib, dan kawan-kawan dari buku yang siswa baca. Dengan bantuan teknologi, guru dapat menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang kelas. Bagaimana wajah penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka membacakan puisi-puisi yang mereka cipta.
Menyimak pembacaan puisi maupun musikalisasi puisi melalui video ini tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca buku teks. Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi. Sebab video seringkali dilengkapi dengan suara dan gambar. Di samping itu, siswa juga memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Bila siswa sudah tertarik, maka guru dapat lebih mudah menyampaikan inti dari pembelajaran puisi sehingga sasaran utama pembelajaran apresiasi sastra sebagai wahana memperkaya jiwa dapat tercapai.
Pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual untuk memutar video tentang pembacaan puisi dengan menggunakan berbagai contoh, baik dari para sastrawan maupun lainnya terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi. Hal tersebut dibuktikan dengan diraihnya Peringkat atau Juara Ke 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten pada Tahun 2014.






Gambar 2.5 Siswa yang Menjadi Juara 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten Tahun 2014 (catt. Kla bisa anak sedang membawa tropi atau piala kejuaraannya)
Selamat mencoba.




BAB III
LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Apresiasi puisi merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Namun, kenyataan di lapangan, kegiatan ini sering menemui berbagai kendala, baik dari pihak guru maupun siswa. Guru yang tidak menyukai sastra cenderung menghindari pembelajaran apresiasi puisi ini. Kalau pun mau mengajarkan, mereka akan mengajarkannya dengan sepintas lalu, dengan cara ala kadarnya, sehingga tidak menarik dan terasa sangat membosankan.
Sementara itu, tak jauh beda pula bila ditilik dari sisi siswa. Bukan rahasia lagi, di dalam kelas masih banyak (tidak semua) siswa yang kurang suka pada puisi. Siswa seringkali sudah apriori ketika mendengar kata ’puisi’. Mereka menganggap bahwa puisi itu sesuatu yang sulit untuk dipelajari. Dalam kegiatan apresiasi puisi, banyak siswa yang merasa akan dihadapkan pada sebuah pekerjaan berat yang sering  menimbulkan rasa was-was, bimbang, ragu.
Kondisi semacam ini bila dibiarkan tentu akan semakin menjauhkan siswa dari puisi. Padahal, kegiatan apresiasi sastra – termasuk puisi – sangat bermanfaat untuk memperkaya jiwa penikmatnya. Bukankah dalam puisi sering dijumpai banyak hal? Mulai hal-hal yang berkaitan dengan religiusitas, sosial, politik, moral, dan masih banyak lagi.
Pemegang kunci utama untuk memperbaiki kondisi ini tentu saja guru. Guru harus mau berupaya untuk menciptakan pembelajaran puisi yang menarik. Guru harus berani melakukan inovasi pembelajaran. Selama ini, guru bahasa Indonesia di sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran sastra – termasuk puisi – terlalu berorientasi pada teori. Jalannya pembelajaran sangat teoretis sehingga produknya adalah membosankan. Apresiasi sebagai titik berat pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pun sering diabaikan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan pembelajaran puisi yang menarik adalah dengan memanfaatkan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami revolusi yang sangat cepat. Dalam bidang pendidikan, perubahan-perubahan ini menjadi salah satu modal penting penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efisien dan efektif. Dalam hal ini, pendekatan teknologis menjadi bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Sekolah-sekolah pun terus berupaya melengkapi fasilitas yang terkait dengan perkembangan teknologi ini. Misalnya, laboratorium bahasa, LCD Proyektor, jaringan internet dan sebagainya.
Dalam pembelajaran membaca puisi diperlukan suatu media yang tepat agar tidak menjadikan beban bagi siswa. Hal ini harus menjadi pertimbangan guru dalam memberikan materi pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca indah puisi. Jika media dan media yang digunakan guru keliru bukan mustahil siswa akan kehilangan makna sebenarnya tentang pembelajaran membaca puisi.
Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara guru dengan siswa dan bahan ajar. Media pembelajaran terdiri dari dua unsur penting, yaitu unsur peralatan dan unsur pesan yang dibawanya.
Dalam proses belajar mengajaar, media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam pembelajaran ketidakjelasana bahan yang disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan pembuatan media. Media dapat mewakili apa yang kurang dikuasai oleh guru dalam mengungkapkan kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media.Dengan demikian siswa dapat dengan mudah memahami bahan pembelajaran daripada tanpa menggunakan media.
Penyelidikan di dunia menunjukkan bahwa TIK bisa menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang dimuat oleh National Institute of Multimedia pendidikan di Jepang, membuktikan bahwa peningkatan kemampuan pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi TIK mempunyai kesan yang signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Teknologi merupakan produk kreatif manusia untuk memenuhi berbagai keperluan hidup secara efektif.Internet sebagai bagian dari produk teknologi informasi berkembang pesat dan telah membawa perubahan yang luar biasa pada kehidupan manusia.Internet telah memengaruhi pola berkomunikasi antarmanusia dalam dunia maya.
Internet menawarkan banyak fasilitas dalam dunia pendidikan. Fasilitas komunikasi yang disediakan internet telah memungkinkan kelas online menjadi kenyataan dengan mempergunakan halaman web berbasis teks, surat elektronik(e-mail), pertukaran teks dan atau suara secara langsung, dan berbagai fasilitas multimedia interaktif lainnya. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Guru dan siswa dapat melakukan komunikasi lintas waktu sehingga pembelajaran dapat dimaksimalkan untuk pencapaian hasil belajar.
Penggunaan multimedia berbasis computer dalam pembelajaran dirasakan semakin memberikan peranan yang penting. Bentuk pembelajaran yang dahuu dirasa tidak mungkin dilaksanakan, multimedia memberikan jawabannya. Penyelidikan di dunia menunjukkan bahwa TIK bisa menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang dimuat oleh National Institute of Multimedia pendidikan di Jepun, membuktikan bahwa peningkatan pendedehan pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi ICT mempunyai kesan yang signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa, penggunaan TIK sangat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Dikaitkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan berbahasa khususnya membaca puisi akan terasa lebih menarik dan membangkitkan minat siswa dalam mempelajari apresiasi sastra. Banyak hal yang dapat dilakukan dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kebiasaan-kebiasaan yang menjadi beban guru dalam memberika pelajaran membaca puisi terkisis sedikit demi sedikit.
           








Gambar  2.2    Guru Sedang Menerangkan Pembelajaran Membaca Puisi dengan Menggunakan Media Laptop  Menggunakan LCD Proyektor

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan pembelajaran membaca puisi lebih menarik adalah dengan memanfaatkan teknologi. Guru dapat menyajikan pembelajaran menarik melalui pembelajaran berbasis TIK. Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi puisi ataupun video pembacaan puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan dan dapat diunduh dari internet.









Gambar 2.2 Siswa Mengamati video Musikalisasi Puisi ataupun Video Pembacaan Puisi Dari Para Sastrawan

Hal ini dapat menambah wawasan siswa tentang tokoh-tokoh sastra Indonesia yang selama ini mungkin siswa hanya mendengar dan membaca nama dan karya-karya sastrawan tersebut. Dengan bantuan teknologi, guru dapat menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang kelas.Bagaimana wajah penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka membacakan puisi yang mereka ciptakan.
Selain itu guru juga dapat menampilkan contoh-contoh pembacaan puisi yang dilakukan oleh orang lain. Misalnya pemenang lomba baca puisi tingkat provinsi, pemenang lomba baca puisi tingkat sekolah yang disesuaikan dengan jenjang pendidikannya, yang dapat diunduh dari internet sehingga siswa dapt secara langsung membandingkan model pembacaan puisi dari beberapa tokoh yang ditampilkan.









Gambar 2.3 Siswa Mengamati video Pembacaan Puisi
Menyimak contoh pembacaan puisi melalui video tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca buku teks dan hanyamendengarkan penjelasan guru tentang isi puisi itu sendiri. Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi dan lebih mudah memilih bentuk atau gaya pembacaan puisi yang diinginkan. Siswa dapat berekspresi menurut pemahamannya tentang  puisi tersebut. Dengan menampilkan video melalui internet dan dilengkapi dengan suara dan gambar secara langsung siswa juga memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Jika ini sudah terjadi maka guru dapat lebih  mudah menyampaikan inti dari pembelajaran membaca puisi sehingga sasaran utama pembelajaran sastra sebagai wahana memperkaya jiwa dapat tercapai.










Gambar 2.4 Siswa Sedang Membacakan Puisi di Depan Kelas

Berdasarkan potensi yang dimiliki sekolah, guru dapat menyajikan pembelajaran yang menarik melalui pembelajaran berbasis TIK. Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi puisi atau pun video pembacaan puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan dan dapat diunduh dari internet. Selama ini, mungkin siswa hanya mendengar nama dan membaca karya-karya sastrawan Taufik Ismail, W.S. Rendra, Emha Ainun Nadjib, dan kawan-kawan dari buku yang siswa baca. Dengan bantuan teknologi, guru dapat menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang kelas. Bagaimana wajah penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka membacakan puisi-puisi yang mereka cipta.
Menyimak pembacaan puisi maupun musikalisasi puisi melalui video ini tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca buku teks. Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi. Sebab video seringkali dilengkapi dengan suara dan gambar. Di samping itu, siswa juga memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru ceramah di depan kelas. Bila siswa sudah tertarik, maka guru dapat lebih mudah menyampaikan inti dari pembelajaran puisi sehingga sasaran utama pembelajaran apresiasi sastra sebagai wahana memperkaya jiwa dapat tercapai.
Pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual untuk memutar video tentang pembacaan puisi dengan menggunakan berbagai contoh, baik dari para sastrawan maupun lainnya terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca puisi. Hal tersebut dibuktikan dengan diraihnya Peringkat atau Juara Ke 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten pada Tahun 2014.






Gambar 2.5 Siswa yang Menjadi Juara 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten Tahun 2014 (catt. Kla bisa anak sedang membawa tropi atau piala kejuaraannya)
Selamat mencoba.




BAB IV
HASIL YANG DIPEROLEH

Hasil penelitian  yang diuraikan pada bagian ini  meliputi hasil tes dan  nontes. Hasil tes berupa penilaian dalam membaca puisi yaitu 1) lafal, 2) jeda, 3) intonasi, 4) gesture, 5) nada suara, 6) tekanan,  7) ekspresi dan  penghayatan.  Sedangkan  hasil  nontes  berupa  hasil  wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil tes tersebut disajikan dalam bentuk data kuantitatif, sedangkan hasil penelitian nontes disajikan  dalam  bentuk  deskriptif  kualitatif. 
A.   Hasil Tes
Data hasil tes menunjukkan peningkatan yang cukup baik, dan dari 2 kali pertemuan yang dilaksanakan diperoleh hasil sebagaimana di bawah ini.
No
Nama
Pertemuan
Keterangan
I
II
1

60
70

2

70
80

3

60
70

4

70
80

5

50
60

6

70
80

7

70
70

8

70
80

9

50
60

10

60
70

11

70
70

12

60
70

13

60
70

14

70
80

15

70
80

16

60
70

17

70
80

18

60
70

19

50
60

20

60
70

21

60
70

22

70
80

Jumlah
1390
1590

Rata-rata
63,18
72,27

B.    Hasil Wawancara
Sasaran wawancara difokuskan pada siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang dan rendah pada hasil tes  membaca  puisi  dengan   menggunakan laptop dan LCD Proyektor dengan media Video. Wawancara  dilaksanakan  dengan  tujuan  untuk  mengetahui respons  siswa  terhadap  pembelajaran  membaca  puisi  dengan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual.  Pertanyaan-pertanyaan  yang diajukan pada siswa saat wawancara meliputi (1) apakah kamu mengetahui  tentang  puisi,  (2)  apakah  kamu  menyukai  karya puisi, (3) apakah kamu menyukai pembelajaran membaca puisi, (4)  apakah  kesulitan  kamu  dalam  membaca  puisi,  (5) bagaimana  sikap  kamu  belajar  membaca  puisi  dengan   menggunakan laptop dan LCD Proyektor dengan media Video,  (6)  apakah  pembelajaran  membaca  puisi dengan menggunakan  sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual  berupa video menyenangkan,dan (7) apa penyebab kamu berani membaca puisi.
Berdasarkan hasil wawancara  yang dilakukan terhadap tiga  siswa  yang  memperoleh  nilai  tinggi,  sedang  dan  rendah diperoleh  informasi  bahwa  mereka  menyatakan  senang terhadap  pembelajaran  membaca  puisi  dengan  metode  variasi pemodelan.  Mereka  merasakan  adanya  perubahan  cara mengajar guru menjadi lebih baik. Mereka menyatakan bahwa metode  yang  digunakan  oleh  guru  menjadikan  siswa  mampu melakukan  membaca  puisi  dengan  baik.  Siswa  menjadi  lebih mudah dalam membaca puisi dengan adanya video pemodelan pembacaan  puisi.  Mereka  pada  umumnya  berpendapat  bahwa pembelajaran  yang  diberikan  guru  lebih  menarik  dan  lebih santai.  Hal  ini  menjadikan  siswa  lebih  mudah  menyerap informasi dan pengetahuan dalam pembelajaran tersebut. Siswa tidak  mendapatkan  pengetahuan  yang  hanya  berupa  teori/ ceramah  tetapi  berupa  percontohan/  pemodelan  dan  praktik yang  mereka  peroleh  sendiri  dengan  bantuan  penguatan  dari guru. Pada  siklus  I  ini  puisi  yang  digunakan  menarik  bagi siswa  hal  itu  diungkapkan  oleh  siswa  dengan  nilai  tinggi  dan sedang.  Lain  halnya  dengan  siswa  dengan  nilai  kurang  yang menyatakan  bahwa  puisi  yang  digunakan  bahasannya  masih terlalu  sulit,  sehingga  sulit  untuk  diapresiasikan  dalam membaca  puisi.  Mereka  menginginkan  puisi  yang  akan digunakan  pada  pembelajaran  berikutnya  lebih  ringan, bahasanya lebih mudah dipahami dan mudah diapresiasikan.
Siswa  menyatakan  bahwa  belum  terbiasa  dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pembelajaran dengan  menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual dengan media Video merupakan  hal  yang baru  bagi  siswa.  Kesulitan-kesulitan  tersebut  berpengaruh terhadap  kurang  maksimalnya  hasil  tes  membaca  puisi  yang diperoleh  dalam  pembelajaran.  Dengan  demikian  guru  dalam hal  ini  peneliti  berusaha  mengukur  perbaikan  bagi pembelajaran  membaca  puisi  berikutnya  agar  jumlah  siswa yang mengalami kesulitan dan nilai rendah berkurang.
C.   Hasil Dokumentasi Foto
Dokumentasi  berupa  gambar  ini  digunakan  sebagai bukti visual proses pembelajaran membaca puisi. Pada kegiatan pembelajaran ini  dokumentasi  foto  yang  diambil  meliputi  kegiatan  guru mengajar, kegiatan siswa pada saat mendengarkan dan melihat video pembacaan puisi melalui sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual dengan menggunakan video, dan kegiatan membaca  puisi.  Deskripsi  kegiatan  adalah sebagai berikut.










Gambar 4.1 Kegiatan Guru Mengajar

Gambar di atas menunjukkan  kegiatan  guru  mengajarkan materi  pembelajaran  membaca  puisi.  Guru  mengajar  di  ruang perpustakaan  dengan  tujuan  memberikan  suasana  baru  yang efektif dan efesian yaitu ruang yang luas dengan harapan siswa mampu  menerima  materi  pembelajaran  dengan  mudah  dan cepat.  Tetapi  ada  beberapa  siswa  yang  menyepelekan  materi pembelajaran  dengan  tidur-tiduran,  dan  berbicara  dengan teman.








Gambar 4.2 Kegiatan Menyimak Video Membaca Puisi

Gambar  di atas menunjukkan  kegiatan  melihat  dan medengarkan video pemodelan membaca puisi. Beberapa siswa sudah  terlihat  serius  dan  antusias  mendengarkan  video pemodelan  membaca  puisi  yang  diputarkan  oleh  guru,  namun sebagian  dari  siswa  kurang  merespons  dengan  baik,  terlihat melakukan  kebiasaan-kebiasaan  buruk  saat  mendengarkan video  pemodelan  membaca  puisi  seperti  berbicara  sendiri, bergurau  dengan  teman,  melamun,  mengantuk,  dan mengganggu teman.








Gambar 4.3  Kegiatan Membaca Puisi Siklus I

Gambar di atas menunjukkan  kegiatan  siswa  pada  saat membaca dan mengapresiasikan puisi. Beberapa siswa tampak antusias memperhatikan teman yang sedang membaca di depan kelas.  Namun  beberapa  siswa  tampak  tidak  memperhatikan teman  yang  sedang  membaca  puisi  di  depan  kelas.  Pada gambar  tersebut  terlihat  beberapa  siswa  malah  melamun  dan bergurau dengan temanya saat teman membaca puisi.
Pembahasan  hasil  tersebut meliputi hasil tes dan nontes. Pembahasan hasil tes akan menunjukkan ada tidaknya  peningkatan  kemampuan  membaca  puisi  siswa  kelas  VI   setelah  pembelajaran  dengan menggunakan  menggunakan sarana TIK dengan menggunakan LCD proyektor melalui media audio visual dengan media Video.  Sedangkan  pembahasan hasil  nontes  akan  menunjukkan  ada  tidaknya  perubahan  perilaku  siswa kelas  VI  setelah  pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual dengan media Video.
  1. Pembahasan  hasil  tes  penelitian  mengacu  pada pemerolehan skor yang dicapai siswa dalam uji keterampilan membaca puisi  yang  berbeda  pada  tiap  siklusnya.  Aspek-aspek  yang  dinilai dalam keterampilan membaca puisi meliputi aspek  1) lafal, 2) jeda, 3) intonasi,  4)  gestur,  5)  nada  suara,  6)  tekanan,  7)  ekspresi  dan penghayatan.  Skor  rata-rata  klasikal  yang  dicapai siswa pada telah memenuhi standar nilai yang telah ditetapkan sebesar 70, adalah sebesar 72,27 pada pertemuan kedua.
  2. Berdasarkan serangkaian analisis data yang diperoleh dari data nontes  yaitu  observasi,  jurnal,  wawancara  dan  dokumentasi  foto terlihat adanya perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih positif dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi. Siswa  memang  masih  memperlihatkan  perilaku  negatif  dalam pembelajaran  membaca  puisi.  Perhatian  siswa  belum  terfokus  pada pembelajaran  khususnya  pada  kegiatan  membaca.  Beberapa  siswa masih melakukan kebisaaan-kebisaaan buruk dalam kegiatan membaca puisi  seperti  mengantuk,  melamun,  bergurau  dan  berbicara  sendiri dengan  teman.  Beberapa  dari  mereka  masih  meremehkan  kegiatan membaca puisi, mereka masih terlihat mengganggu teman yang sedang memperhatikan  atau  mendengarkan  video  pemodelan    yang diputar  oleh  guru.  Siswa  juga  terlihat  masih  kurang  aktif  dan  kurang bersemangat  dalam  mengikuti  pembelajaran  dengan  sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual dengan media Video. Setelah  dilakukan  analisis  berdasarkan   wawancara,  hal  ini  dikarenakan  siswa  belum  mampu menyesuaikan  diri  dengan  pola  pembelajaran  yang  digunakan  oleh guru.  Pembelajaran  dengan  menggunakan  sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual dengan media Video  merupakan  hal  yang  masih  baru  bagi  siswa.  Selama  ini pembelajaran  yang  diberikan  cenderung  menggunakan  metode ceramah.  Hasil  wawancara  menunjukkan  bahwa  siswa  senang  dan tertarik  dengan  pola  pembelajaran  yang  digunakan  oleh  guru.  Siswa tidak  lagi  merasa  kesulitan  dalam  membacakan  sebuah  puisi. Pembelajaran  tetap  bermakna  dengan  siswa  dapat  menangkap  materi pembelajaran  tetapi  dengan  situasi  dan  cara  yang  lebih  santai. Pembelajaran  membaca  puisi  melalui  metode  variasi  pemodelan membuat  siswa  semakin  termotivasi  dan  aktif  dalam  mengikutinya. Dengan  pola  pembelajaran  tersebut  semakin  membantu  siswa  dalam menyerap  materi  pembelajaran,  sehingga  kesulitan-kesulitan  yang dihadapi juga semakin berkurang. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya kemampuan membaca puisi siswa. Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  dengan menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual dengan media Video sangat menarik karena dapat  membantu  siswa  dalam  membaca  puisi  dan  dapat  memberi perubahan pada perilaku siswa ke arah yang positif.




BAB V
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dalam kasus pembelajaran yang diangkat pada latar belakang di atas, penulis berkesimpulan bahwa permasalahan yang terjadi adalah bahwa kebanyakan guru di Sekolah Dasar masih sangat kurang memanfaatkan media pembelajaran khususnya berbasis TIK. Permasalahannya bukan karena ketidakadaan media di sekolah tersebut, akan tetapi ketidaktahuan dan ketidakmampuan guru dalam mengoperasikan perangkat TIK tersebut. Selain itu, guru yang mampu mengoperasikan perangkat TIK tersebut dinilai masih terbiasa dengan cara mengajar konvensional dan ada kecenderungan rasa malas untuk mempersiapkan media-media tersebut di dalam kelas.
B.    Saran
Pada kesempatan ini, penulis berharap dapat memberikan suatu masukan dan mengajak semua guru atau tenaga pengajar untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pemberian materi ajar dengan menggunakan perangkat TIK berupa sarana TIK dengan menggunakan LCD proyektor melalui media audio visual dengan media video. Kedua, sebaiknya guru yang sudah senior, dalam hal ini guru yang sudah berumur, sebaiknya tidak kalah dengan guru-guru muda dalam hal pengaplikasian media TIK dalam pengajaran. Ketiga, peran kepala sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan haruslah lebih berpikir modern terlebih di zaman globalisasi seperti sekarang ini yang menuntut seseorang untuk menggunakan teknologi sebagai alat bantunya.
C.   Rekomendasi
1.     Pengajaran dengan media TIK sangat efektif dan efisien dalam pembelajaran yang biasanya menjenuhkan.
2.     Pengajaran dengan media TIK diharapkan memudahkan guru dan siswa dalam menyampaikan dan menerima materi yang diharapakan kurikulum.
3.     Pengajaran dengan media TIK dinilai dapat memberikan variasi dan menimbulkan ketertarikan atau minat siswa dalam suatu pembelajaran.