Lencana Facebook

banner image

Friday 6 December 2013

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MEMBILANG ANGKA 1 - 10 MELALUI BERMAIN DENGAN PAPAN FLANEL PADA ANAK-ANAK KELOMPOK B2



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir samapai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal, non formal dan / atau informal.
Pendidikan formal dapat diperoleh melalui taman kanak-kanak. Salah satunya yaitu TK BAKTI. TK BAKTI adalah salah satu TK yang ada di kota Batang dimana pendirian TK bakti ini merupakan realisasi dari program yayasan Bakti yang menggalakkan TK sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini pada masyarakat. Bidang pengembangan anak di TK ini lebih diintegrasikan pada pengembangan agama islam.
Program S1 PG-PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusannya menjadi tenaga pendidik PAUD professional yaitu yang dapat mengembangkan PAUD dan membuat inovasi-inovasi. Salah satunya mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa adalah analisis kegiatan pengembangan anak usia dini. Dalam rangka memenuhi tugas-tugas dalam matakuliah tersebut maka telah dilakukan penelitian di TK Bhakti yang bertujuan mengumpulkan data mengenai kegiatan-kegiatan anak yang dianggap perlu di akhiri lebih lanjut untuk selanjutnya di analisis secara kritis.

B.     Fokus Penelitian 
Setelah diadakan observasi di TK Bakti maka penelitian ini terfokus pada kegiatan anak yaitu : “Kegiatan bermain musik”.


C.     Tujuan Penelitian          
Penelitian ini bertujuan :
a.       Mengumpulkan data mengenai :
1.      Proses kegiatan belajar mengajar di TK Bakti.
2.      Alat-alat permainan edukatif yang ada di TK tersebut.
3.      Alasan pendidik melakukan “Kegiatan bermain musik”.
4.      Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut
5.      Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut
b.       Membuat analisis kritis (Critical Analysis) mengenai kegiatan tersebut.

D.     Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk :
a.       Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber untuk penelitian lanjut untuk pengembangan PAUD
b.       Memberikan wawasan dan pengetahuan pada mahasiswa tentang proses belajar di TK Bakti.
c.       Melatih mahasiswa dalam melakukan penelitian kelas
d.      Mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD
e.       Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di TK Bakti


BAB II
LANDASAN TEORI
Musik merupakan bagian yang penting dari pengalaman anak. Dengan bermain musik akan timbul perasaan senang dan bahagia. Kegiatan musik memiliki manfaat yang banyak bagi anak. (Moomaw dalam Spodek, Saracho dan Davis 1991) dalam Mayke Sugianto (1995) hal 93 : seperti :
·         Melalui musik anak dapat mengekspresikan emosinya
·         Anak dapat meningkatkan pengetahuannya tentang berbagai suara
·         Anak dapat mengembangkan kepekaan pendengarannya.
·         Anak dapat mengembangkan kesadaran akan kebutuhannya dan identitas diri
·         Anak dapat mengembangkan kecintaannya akan musik
·         Anak dapat mengembangkan kreatifitas dalam musik.
·         Anak dapat memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
Kegiatan musik yang biasa dilakukan anak adalah menyanyi, memainkan alat musik danmengikuti irama seperti mengikuti ritme dan tempo lewat tepukan tangan, melakukan gerakan-gerakan dan perpantun. Musik juga berkaitan erat dengan menari. Dengan menari anak dapat mengembangkan koordinan motorik dan aspek emosinya.
Menurut Hurlock C. 1978 dalam, Mayke Sugianto 1995 hal 47. berpendapat bahwa aktivitas musik dapat digolongkan pada bermain aktif bila anak melakukan kegiatan musik misalnya bernyanyi, memainkan alat musik tertentu atau melakukan gerakan-gerakan atau tarian yang diiringi musik. Bernyanyi merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan karena tidak menuntut keahlian memainkan alat musik tertentu.
Manfaat yang dapat diperoleh adalah untuk sosialisasi dan memupuk rasa percaya diri pada anak karena ia mampu bernyanyi atau memainkan alat musik tertentu, mereka dapat menyenangkan diri sendiri sekaligus belajar untuk menjadi kreatif lewat kegiatan bersama teman anak belajar bekerjasama.
Hildebrand (1986 dalam Moeslicholoen 1995 hal 38) berpendapat bahwa bermain musik bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mendengar dan mengapresiasi nada musik dengan cara menyenandungkan atau memainkan (dengan instrument musik) nada atau irama bagi anak untuk ditebak.



BAB III
METODE PENELITIAN

1.       Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah : TK Bakti meliputi
·         Anak-anak TK Bakti
·         Pendidik TK Bakti
·         Pimpinan TK Bakti

2.       Metode Penelitian
Penelitan ini menggunakan metode interpretative yaitu menginterpretasikan data mengenai fenomena / gejala yang di teliti di lapangan.

3.       Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a.       Observasi
Yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.
b.       Wawancara
Yaitu Tanya jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah/untuk menggali informasi tentang fokus penelitian.
c.       Dokumentasi
Yaitu mengumpulkan bukti-bukti dan penjelasan yang lebih luas mengenai fokus penelitian.

4.       Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada :
Hari           : Rabu
Tanggal     : 10 Juni 2009
Waktu       : Saat kegiatan sekolah
BAB IV
ANALISIS DATA

1.       Tabulasi Data
Observasi
Wawancara dengan guru
Wawan cara dengan pimpinan KB
Dokumentasi
Anak-anak bersama-sama memainkan musik angklung dan bernyanyi bersama
TK kami mengadakan kegiatan tersebut dengan tujuan agar melalu imusik ini anak-anak dapat mengekspresikan emosinya, anak dapat mengembangkan kepekaan pendengarannya, anak dapat mengembangkan kreativitasnya, dalam bermain musik bersama sama akan memberikan kesempatan pada anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok
Diberikannya kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kreatifitas anak dan memupuk kerjasama antar anak.
Dalam rencana kegiatan / SKH tertulis kegiatan bermain angklung bersama -sama
Baru menggunakan angklung sebagai alat peraga dan sebagai media pembelajaran
Digunakanya angklung sebagai alat dalam kegiatan ini karena dengan memainkan angklung anak dapat mengetahui bahwa angklung ini alat musik tradisional yang dapat menciptakan musik yang merdu sehingga kecintaan anak pada musik akan tertanam.
Digunakannya angklung sebagai alat/ media pembelajaran ini akan mengenalkan alat musik tradisional pada anak
Didalam sKH dalam kolom alat/ media pembelajaran menggunakan angklung
Penataan ruangan kelas yang banyak ditempeli gambar – gambar beserta tulisannya dan hasil karya anak
Gambar-gambar ini di pajang bertujuan untuk mengenalkan beda-benda dan tulisan pada anak , hasil karya di temple untuk memperlihatkan macam-macam karya anak.
Hal itu bertujuan agar anak-anak mengetahui benda-benda dan memperlihatkan hasil karya anak.
Dinding banyak ditempeli gambar beserta tulisan dan hasil karya anak.

2.       Analisis Kritis
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan anak bermain bangun musik merupakan suatu kegiatan yang bermaksud mengembangkan kemampuan dalam bidang seni. Dengan bermain musik akan meningkatkan kreativitas anak, dapat mengembangkan kesadaran akan tubuhnya dan identitas diri dapat mengembangkan kecintaan anak pada musik dan lain-lain.
Menurut Mayla Sugianto (1995) bahwa bermain musik merupakan salah satu bentuk dari bermain aktif dimana permainann ini dilakukan pada masa kanak-kanak awal yang memberikan kesenangan- kebahagiaan pada anak-aak dan dapat memenuhikebutuhan anak.
Dalam bermain musik menjadikan anak dapat menyesuaikan diri dilingkungan social dan penyesuaian terhadap diri anak terhadap perkembangan fisik motorik-seni, perkembangan emosi dan kognitif.
Bermain adalah belajar bagi anak menurut Marzollo dan Lioyd, karena melalui bermain anak dapat meningkatkan kemampuan dan mengmbangkan diri.
Menurut Mc. (Aslin 1991) bahwa musik berguna bagi anak karena mengembangkan kreativitas anak, memberi kesempatan pada anak untuk bekerjasama dengan anak lain.
Secara umum kegiatan bermain di TK Bakti sudah baik dan mengarah pada bidang perkembangan anak.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1.       Kesimpulan
a.       TK Bakti mempunyai program pengembangan seni yang dilakukan melalui kegiatan bermain musik.
b.       Pengembangan seni dapat peroleh melalui kegiatan bermain musik.
c.       Ruang dan lingkungan TK Bakti sudah disiapkan sedemikian mungkin sehingga dapat mendukung tercapainya kemampuan dasar yang ada di TK.

2.       Saran
a.       Untuk program S1 Progdi PAUD UT, untuk program S1 PAUD angkatan berikutnya dianjurkan untuk melakukan penelitian pada tema yang sama dengan memperluas konsep lokasi dan populasi yang telah luas.
b.       Dalam kegiatan pembelajaran guru hendaknya memiliki pemahaman bahwa masing-masing anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
c.       Kegiatan di TK hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak.


DAFTAR PUSTAKA

1.       Sugianto Mayke (1995). Bermain mainan dan Permainan. Jakarta : Departemen pendidikan dan kebudayaan.
2.       Patmonodewo Soemiarti (2000). Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
3.       Yufiarti, Chandrawati, Titi (2008) Profesional Guru PAUD. Jakarta : Universitas Terbuka
4.       Sudono Anggani (1995). Alat Permainan dan Sumber Belajar TK. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
5.       Tangyong (1987). Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Grasindo.

klik download

PENERAPAN METODE OBSERVASI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ORGAN PADA TUMBUHAN SISWA KELAS VIIII



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. Manusia tumbuh dan berkembang melalui belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar banyak faktor yang menentukan keberhasilan belajar.
Persoalan pendidikan adalah persoalan yang menyangkut hidup dan kehidupan manusia yang senantiasa terus berproses dalam perkembangan kehidupannya. Diantara persoalan pendidikan yang cukup penting dan mendasar adalah mengenai tujuan pendidikan.(Moh. Shofan, 2005: 55) Tujuan pendidikan termasuk masalah sentral dalam pendidikan, sebab tanpa perumusan tujuan pendidikan yang baik maka perbuatan mendidik bisa menjadi tidak jelas, tanpa arah dan bahkan bisa tersesat atau salah langkah. Oleh karenanya, masalah tujuan pendidikan menjadi inti dan sangat penting dalam menentukan isi dan arah pendidikan yang diberikan.
Keberhasilan dalam melaksanakan tugas mengajar tentu menjadi harapan semua guru. Berkenaan dengan hal itu penulis menyadari sepenuhnya akan masalah-masalah yang selalu muncul dalam kegiatan belajar mengajar. Seringkali guru risau bahkan kadang merasa putus asa menghadapi kenyataan yang dijumpai. Gambaran ideal tentang siswa yang cerdas, mandiri dan aktif serta hasil yang memuaskan dalam setiap tes jarang sekali terjadi. Kenyataan yang dijumpai malah sebaliknya, siswa pasif dalam pertanyaan, suasana terasa kurang tepat untuk belajar, hasil belajar yang dicapai rendah, bahkan mungkin sarana dan prasarana tidak mendukung dan masih banyak lagi.
Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru seperti yang terjadi pada kelas VII di SMP Negeri 3 ........... guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dapat membantu guru dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran ide dari suatu materi.
Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Sementara ini masih banyak orang beranggapan bahwa IPA dan IPA merupakan pelajaran yang sulit, serta kurang menarik minat baik di kalangan siswa maupun guru (Joyonegoro, Dedikasi Vol. 02 Tahun 1993), hal tersebut mungkin karena dalam materi IPA banyak sekali menggunakan rumus-rumus, dan hitungan yang cukup sulit dimengerti oleh siswa.
Permasalahan yang dihadapi siswa di SMP adalah hasil belajar IPA yang belum tuntas yakni belum mencapai angka minimal daya serap 85% yang telah ditentukan. Melalui refleksi, salah satu faktor dalam pembelajaran IPA guru lebih banyak berceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar IPA rendah. Guru belum menghayati hakekat IPA karena pembelajaran di sekolah baru menekankan produk saja. Hal itu ditambah dengan pendapat siswa bahwa pelajaran IPA dianggap sulit, sehingga tidak menarik untuk belajar, dan berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa.
Hal tersebut, diperkirakan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran IPA. Mereka menganggap pelajaran IPA sulit dipahami. Untuk anak-anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang berkesan kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pengajaran berbeda.
Berdasarkan pengamatan awal di kelas VII SMP Negeri 3 ........... dengan jumlah siswa 34 anak yang terdiri dari 16 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Dalam proses pembelajaran IPA (Biologi) kurang adanya penggunaan pendekatan, media dan metode yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa pasif. Pada saat diadakan ulangan hanya 9 siswa dari 34 siswa yang mencapai ketuntasan belajar atau 26%, seadangkan 74% yang lain belum tuntas belajar. Jumlah tersebut kurang dari kriteria ketuntasan belajar yang harus mencapai 85%, sehingga dapat dikatakan pembelajaran belum berhasil. Dengan melihat keadaan tersebut peneliti akan mengadakan penelitian guna memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
Untuk itu dalam pembelajaran IPA diperlukan metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dengan demikian pemilihan metode yang tepat dan efektif sangat diperlukan. Sebagaimana pendapat Sudjana (1987:76), bahwa peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar.
Metode eksperimen merupakan salah satu cara membelajarkan siswa dengan mengajak mereka belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.
Dengan metode ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru.
Dengan menerapkan, Metode eksperimen maka dalam mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA pada pendidikan dapat tercapai. Selain itu juga dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, peneliti berdiskusi dengan teman sejawat untuk memprioritaskan permasalahan yang akan ditindak adalah sebagai berikut:
1.      Rendahnya partisipasi belajar IPA materi organ tumbuhan pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 ............
2.      Rendahnya prestasi belajar IPA materi organ tumbuhan pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 ............
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas berdiskusi dengan teman sejawat maka perbaikan pembelajaran IPA materi organ pada tumbuhan perlu ditindak menggunakan metode pembelajaran yang menumbuhkan kebermaknaan yaitu melalui metode eksperimen agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga lebih bermakna dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala sekolah dan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
1.      Rendahnya minat belajar IPA
2.      Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
3.      Kurangnya kesempatan siswa untuk memberi makna.
4.      Kurangnya alternatif pemecahan masalah.
5.      Kurangnya penguatan.
6.      Kurangnya kepercayaan diri siswa.
7.      Kurangnya komunikasi dalam pembelajaran.
C.    Pembatasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut; Apakah melalui metode observasi dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA materi organ pada tumbuhan?
D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang  dan rumusan masalah di atas peneliti menetapkan tujuan dari perbaikan pembelajaran. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
1.      Tujuan Khusus
Untuk mengetahui peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA materi organ pada tumbuhan melalui metode observasi.
2.      Tujuan Umum
a.       Untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan pangkat dari IV/a ke IVb
b.      Ikut aktif dalam mengembangkan inovatif pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran IPA.
c.       Untuk memperbaiki profesionalisme guru.
E.     Manfaat Hasil Penelitian
Setelah diadakan penelitian ini  dan berhasil maka dapat memberikan manfaat bagi siswa dan guru.
1.      Manfaat bagi guru
a.       Untuk memperbaiki pembelajaran guru.
b.      Menanamkan kreatifitas dalam usaha pembenahan pembelajaran IPA.
c.       Meningkatkan profesionalitas pembelajaran guru secara lebih variatif.
d.      Untuk mendapatkan kesempatan berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
2.      Manfaat bagi siswa
a.       Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA.
b.      Meningkatkan minat dan ketertarikan siswa pada IPA.
c.       Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
d.      Dapat menumbuhkan semangat untuk belajar.




UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI PENGUKURAN BESARAN FISIKA MELALUI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT PADA SISWA KELAS VII D



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada era globalisasi, perkembangan IPTEK semakin marak di masyarakat. Maraknya perkembangan IPTEK disebabkan oleh adanya tuntutan manusia untuk berkembang dan maju dalam berbagai bidang sesuai dengan perkembangan zaman. Tuntutan tersebut, dapat diperoleh melalui informasi aktual dari peralatan IPTEK yang canggih.
Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Dengan demikian, kebutuhan manusia yang semakin kompleks akan terpenuhi. Selain itu, melalui pendidikan akan dibentuk manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia yang mempunyai karakteristik seperti di atas, sangat diperlukan dalam menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu menghadapi persaingan global.
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembangunan disegala bidang. Hingga kini pendidikan masih diyakini sebagai wadah dalam pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan. Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan, guna menjawab perubahan zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan tentulah sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita, masih banyak yang mengandalkan cara-cara lama dalam penyampaian materinya.
Di masa sekarang, banyak orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan hanya dilihat dari segi hasil. Padahal pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan kata lain dalam pengukuran tingkat keberhasilannya, selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah.
Di pendidikan menengah keberhasilan diukur dari hasil belajar yang tuntas dari semua mata pelajaran, sesuai dengan tujuan pada setiap mata pelajaran tersebut, seperti halnya mata pelajaran IPA. Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan pencipta alam. . Pembelajaran   IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah.
Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Seperti yang dihadapi siswa kelas VII D SMP Negeri 3 ............., pada pembelajaran IPA materi pengukuran besaran físika, hasil belajar siswa masih relatif rendah.
Permasalahan yang dihadapi siswa di kelas VII D SMP Negeri 3 ............. ini adalah hasil belajar IPA yang belum tuntas yakni belum mencapai angka minimal daya serap yang telah ditentukan. Melalui refleksi diri peneliti menyadari dalam pembelajaran IPA guru lebih banyak berceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar IPA rendah. Guru belum menghayati hakekat IPA karena pembelajaran di sekolah baru menekankan produk saja. Hal itu ditambah dengan pendapat siswa bahwa pelajaran IPA dianggap sulit, sehingga tidak menarik untuk belajar, yang berdampak pada rendahnya hasil belajar  siswa.
Hal tersebut, diperkirakan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran IPA. Mereka menganggap pelajaran IPA sulit dipahami. Untuk anak-anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat semi abstrak, akan kurang berkesan kalau sesuatu materi disajikan hanya dengan diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak secara menyeluruh. Perlu diketahui bahwa, tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pengajaran berbeda.
Berdasarkan kondisi awal di kelas VII D SMP Negeri 3 ............. dengan jumlah siswa 33. Dalam proses pembelajaran IPA kurang adanya penggunaan pendekatan, media dan metode yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa pasif. Saat pembelajaran berlangsung suasana kelas sangat sepi, sekilas kondisi kelas yang demikian sangat kondusif, hampir seluruh siswa menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru, namun interaksi antara peserta pelaksana pembelajaran sangat kaku, bahkan menurut pengamatan awal sama sekali tidak ada interaksi. Guru sibuk menerangkan sementara siswa sibuk mendengarkan, jarang sekali adanya tanya jawab. Saat ditanya oleh guru tentang materi yang belum jelas, siswa menjawab dengan jawaban yang sama “sudah jelas, Bu….”.
Namun saat diadakan ulangan harian sungguh mengejutkan, hanya 9 siswa dari 33 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal atau  27,3% sedangkan yang 72,7% dikatakan belum tuntas hasil belajarnya. Hal itu sangat memprihatinkan, memandang pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan. Kegagalan dalam pembelajaran menjadi tantangan bagi peneliti untuk mengadakan perbaikan  pembelajaran, peneliti ingin menciptakan suasana belajar yang aktif agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.
   Peneliti sebagai komponen utama pendidikan bertanggungjawab untuk  mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah barang tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan.
Berdasarkan pendapat tersebut maka, pembelajaran IPA materi pengukuran besaran fisika memerlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar dan mengajar. Sehingga, keterlibatan siswa dapat optimal, yang pada akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar dapat meningkat. Hal tersebut sangat penting karena, dalam kehidupan sehari-hari siswa tidak pernah lepas dengan dunia IPA, yang dekat dengan aktifitas kehidupan mereka. Untuk itu peneliti akan menerapkan pembelajaran IPA materi pengukuran besaran fisika dengan pendekatan pembelajaran sains teknologi masyarakat (STM).
Berdasarkan permasalahan di atas, yang didapat melalui refleksi mengenai proses pembelajaran IPA materi pengukuran besaran fisika pada siswa kelas VII D SMP Negeri 3 ............., setelah peneliti mendiskusikan dengan teman sejawat dan supervisor, teridentifikasi beberapa masalah pembelajaran sebagai berikut :
1.      Kurangnya partisipasi siswa.
2.      Suasana belajar kurang menyenangkan.
3.      Strategi pembelajaran membosankan.
4.      Model pembelaran kurang bervariasi.
5.      Kurangnya interaksi dalam proses pembelajaran.
6.      Rendahnya prestasi belajar IPA
Dengan latar belakang dan hasil identifikasi masalah, setelah berdiskusi dengan teman sejawat dan supervisor, maka peneliti memprioritaskan permasalahan yang akan ditindak adalah sebagai berikut:
1.      Rendahnya partisipasi belajar IPA materi pengukuran besaran fisika pada siswa kelas VII D SMP Negeri 3 ..............
2.      Rendahnya prestasi bekajar IPA materi pengukuran besaran fisika pada siswa kelas VII D SMP Negeri 3 ..............
Dari fokus permasalahan melalui observasi diketahui bahwa faktor penyebab timbulnya masalah di atas adalah :
1.      Rendahnya minat belajar IPA
2.      Kurangnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
3.      Kurangnya kesempatan siswa untuk memberi makna.
4.      Kurangnya alternatif pemecahan masalah.
5.      Kurangnya penguatan.
6.      Kurangnya kepercayaan diri siswa.
7.      Kurangnya komunikasi dalam pembelajaran.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas berdiskusi dengan teman sejawat maka, perbaikan pembelajaran IPA materi pengukuran besaran fisika perlu ditindak menggunakan metode pembelajaran yang menumbuhkan kebermaknaan yaitu melalui metode STM agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran sehingga lebih bermakna dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kondisi ideal yang diharapkan peneliti dalam perbaikan pembelajaran adalah :
1.      Meningkatnya partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA materi pengukuran besaran fisika.
2.      Meningkatnya prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA materi pengukuran besaran fisika.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalahnya sebagai berikut :
1.      Apakah melalui pendekatan pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA materi pengukuran besaran fisika ?
2.      Apakah melalui pendekatan pembelajaran sains teknologi masyarakat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pengukuran besaran fisika?
C.    Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan latar belakang  dan rumusan masalah di atas peneliti menetapkan tujuan dari perbaikan pembelajaran. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
1.      Tujuan Khusus
a.       Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA materi pengukuran besaran fisika melalui pendekatan pembelajaran sains teknologi masyarakat.
b.      Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA materi pengukuran besaran fisika melalui pendekatan pembelajaran sains teknologi masyarakat.
2.      Tujuan Umum
a.       Untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan tingkat dari IV/a ke IV/b
b.      Ikut aktif dalam mengembangkan inovatif pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran IPA.
c.       Untuk memperbaiki profesionalisme guru.
D.    Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi siswa, guru dan sekolah.
1.      Manfaat bagi guru
a.       Untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b.      Menanamkan kreatifitas dalam usaha pembenahan pembelajaran IPA.
c.       Meningkatkan profesionalitas pembelajaran guru secara lebih variatif.
d.      Untuk mendapatkan kesempatan berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
2.      Manfaat bagi siswa
a.       Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA.
b.      Meningkatkan minat dan ketertarikan siswa pada IPA.
c.       Dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
d.      Dapat menumbuhkan semangat untuk belajar.
3.      Manfaat bagi sekolah
a.       Dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi siswa di sekolah.
b.      Meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.
c.       Meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru pada sekolah untuk mengikuti perkembangan zaman.
d.      Dapat menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif.

Untuk mendapatkan file silahkan klik : Download