Lencana Facebook

banner image

Wednesday 18 June 2014

PTS PENGAWAS SEKOLAH DASAR


Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas IV, V, dan VI dalam Menyusun Soal Tes Semester Mata Pelajaran IPA pada Semester 1 Dengan Menerapkan Metode Kerja Kelompok 


ABSTRAK

…………………………………………
NIP. ………………..

Untuk dapat menyusun tes yang memenuhi persyaratan cukup sulit karena menyusun tes memerlukan pengetahuan, keterampilan serta ketelitian yang cukup tinggi. Kenyataan yang terjadi di sekolah bahwa guru jarang menyusun soal biasanya mempergunakan soal yang sudah ada, tinggal menyesuaikan dengan pokok bahasan yang diajar. Keadaan seperti ini juga terjadi di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon, sehingga sering terjadi tidak tepat antara bahan ajar dengan soal pada semester bersangkutan.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka peneliti mencoba melakukan perbaikan dengan melaksanakan upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas IV, V, dan VI dalam Menyusun Soal Tes Semester Mata Pelajaran IPA pada Semester 1 Dengan Menerapkan Metode Kerja Kelompok di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon Tahun Pelajaran ....... / ......”. Penelitian ini bertujuan;  untuk membiasakan dan meningkatkan kompetensi guru terutama guru kelas IV, V dan V di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon dalam menyusun soal tes. Penelitian ini berlangsung selama …. bulan, yaitu bulan ……….. s.d. ………. Jumlah siklus dalam penelitian ini adalah 2 siklus dengan setiap siklus dua pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi guru kelas IV, V, dan VI dalam menyusun soal tes yang didasarkan pada 3 aspek penilaian. Pada aspek kesiapan perangkat menyusun soal yang dibawa oleh guru terbukti meningkat cukup signifikan dari angka 65,00 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C) pada siklus pertama menjadi 78,57 dan masuk dalam kategori baik (B) pada siklus kedua. Penilaian Validasi Teoritik Per KD terhadap naskah soal yang dibuat oleh guru terbukti meningkat dari  rata-rata 63,33 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C) pada siklus pertama menjadi 84,17 dan masuk dalam kategori baik (B), dan pada aspek terakhir, yaitu peningkatan pencapaian parameter dalam menyusun soal tes meningkat dari  rata-rata 43,89 pada siklus pertama menjadi 50 pada siklus kedua
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode kerja kelompok dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun soal tes ulangan  di Gugus SD Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon Tahun Pelajaran …… / ……


Kata Kunci : kelompok kerja guru,, profesionalisme, perangkat pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Ditegaskan pula Dalam undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Pada uraian di atas jelas bahwa evaluasi pembelajaran merupakan salah satu tugas pokok guru.
Sekolah merupakan lembaga formal yang berfungsi membantu khususnya orang tua dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka. Sekolah memberikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada anak didiknya secara lengkap sesuai dengan yang mereka butuhkan. Semua fungsi sekolah tersebut tidak akan efektif apabila komponen dari sistem sekolah tidak berjalan dengan baik, karena kelemahan dari salah satu komponen akan berpengaruh pada komponen yang lain yang pada akhirnya akan berpengaruh juga pada jalannya sistem itu sendiri.  Salah satu dari bagian komponen sekolah adalah guru.
Kemampuan guru dalam menyusun alat evaluasi merupakan hal yang sangat penting dan harus mendapat perhatian yang serius. Secara ideal, Guru mampu membuat alat evaluasi yang valid dan handal, sehingga antara perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran merupakan satu kesatuan proses yang berkesinambungan dan dapat mengukur kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran dengan tepat.
Instrumen tes yang bermutu dapat membantu pendidik  meningkatkan pembelajaran dan memberikan informasi dengan tepat tentang peserta didik mana yang belum atau sudah mencapai kompetensi. Salah satu ciri soal yang bermutu adalah bahwa soal itu dapat membedakan setiap kemampuan peserta didik. Semakin tinggi kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran, semakin tinggi pula peluang menjawab benar soal atau mencapai kompetensi yang ditetapkan. Makin rendah kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran, makin kecil pula peluang menjawab benar soal untuk mengukur pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
Penyusunan soal merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam menyiapkan bahan ulangan harian, ujian semesteran, ujian sekolah dan lainnya. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator tes yang sudah disusun di dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk objektif dan kaidah penulisan soal uraian. 
Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi jika dibandingkan dengan alat yang lain karena tes bersifat resmi karena penuh dengan batasan-batasan (Sukarsimi, Arikunto. 2006:33). Ditinjau dari segi kegunaan tes untuk mengukur kemampuan siswa, secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi 3 macam tes yaitu : tes formatif, tes diagnostik, tes sumatif.
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat, untuk memperoleh berbagai informasi ketercapaian kompetensi peserta didik (Mimin, 2006:16). Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan proses dan hasil belajar para peserta didik dan hasil mengajar guru. Informasi mengenai hasil penilaian proses dan hasil belajar serta hasil mengajar yaitu berupa penguasaan indikator- indokator dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Informasi hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memotivasi peserta didik dalam pencapaian kompetensi dasar, melaksanakan program remidial serta mengevaluasi kompetensi guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.  Apabila tes yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya guru akan mengetahui kelemahan siswa. Untuk dapat menyusun tes yang memenuhi persyaratan cukup sulit karena menyusun tes memerlukan pengetahuan, keterampilan serta ketelitian yang cukup tinggi.
Kenyataan yang terjadi di sekolah bahwa guru jarang menyusun soal biasanya mempergunakan soal yang sudah ada, tinggal menyesuaikan dengan pokok bahasan yang diajar. Keadaan seperti ini juga terjadi di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon, sehingga sering terjadi tidak tepat antara bahan ajar dengan soal pada semester bersangkutan. Di sisi lain guru sebagian besar belum biasa menyusun soal, sehingga sering mencari dari beberapa kumpulan soal yang sudah ada (bank soal).
Berdasarkan kenyataan di atas peneliti terdorong untuk berupaya meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun instrumen soal ulangan tengah semester sebagai upaya perbaikan dan peningkatan terhadap kompetensi guru khususnya di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon dengan melakukan kegiatan penelitian tindakan sekolah berjudul ”Upaya Meningkatkan Kompetensi Guru Kelas IV, V, dan VI dalam Menyusun Soal Ulangan Tengah Semester Mata Pelajaran IPA pada Semester 1 di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon Tahun Pelajaran ....... / ......”.
B.    Pembatasan Masalah
Agar penelitian menjadi lebih terarah dan fokus pada pokok permasalahan yang menjadi inti pelaksanaan kegiatan penelitian, maka perlu dibatasi ruang lingkup penelitiannya, yaitu pada :
1.     Guru yang menjadi subjek penelitian adalah guru kelas IV, V dan VI di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon berjumlah 21 orang.
2.     Mata Pelajaran yang diteliti adalah mata pelajaran  IPA Kelas IV, V dan V
3.     Waktu penelitian adalah pada tengah semester 1 pada tahun pelajaran ......./ ........
C.   Rumusan Masalah
Dari uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Meningkat Kompetensi Guru Kelas IV, V, dan VI dalam Menyusun Soal Ulangan Tengah Semester Mata Pelajaran IPA pada Semester 1 di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon Tahun Pelajaran ....... / ..... “.
D.   Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk:
1.     Membiasakan guru terutama guru kelas IV, V dan V di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon dalam menyusun Soal Ulangan,
2.     Meningkatkan kompetensi guru terutama guru kelas IV, V dan V di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon dalam menyusun Soal Ulangan.

E.    Manfaat Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada.
a.      Guru
1.     Dapat meningkatkan kompetensi dalam membuat dan menyusun soal ulangan dengan lengkap  serta menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya.
2.     Sebagai panduan dan arahan dalam mengajar  sehingga apa yang diinginkan dalam standar isi dapat tersampaikan.
b.     Sekolah
1.     Akan berdampak adanya peningkatan administrasi guru pada KBM yang lebih lengkap.
2.     Dapat meningkatkan  kualitas   pendidikan  karena Standar  Kompetensi  dan  Kompetensi  Dasar   sudah tersampaikan.
c.      Pengawas Sekolah
1.     Meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk melakukan penelitian tindakan sekolah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di sekolah binaan peneliti.
2.     Meningkatkan kemampuan peneliti  dalam menyusun serta menulis   laporan dan artikel ilmiah.
3.     Sebagai motivasi bagi peneliti  dalam  membuat  karya  tulis  ilmiah.
4.     Dengan adanya pengalaman menulis, dapat memberikan bimbingan kepada teman-teman pengawas  dan guru yang akan menulis.
5.     Hasil penelitian ini digunakan peneliti sebagai evaluasi terhadap guru dalam membuat dan menyusun soal ulangan yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pembinaan kepada guru-guru lain di sekolah binaan.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.   Kajian Teori
1.     Standar Kompetensi Guru
a.     Pengertian Standar Kompetensi Guru
Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas  guru  dalam  mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam  bentuk  penguasaan  pengetahuan  dan  profesional  dalam  menjalankan fungsinya  sebagai  guru.  Diyakini  Robotham  (1996:27),  kompetensi  yang diperlukan  oleh  seseorang  tersebut  dapat  diperoleh  baik  melalui  pendidikan formal maupun pengalaman.Syah  (2000:229)  mengemukakan  pengertian  dasar  kompetensi  adalah kemampuan  atau  kecakapan.  Usman  (1994:1)  mengemukakan  kompentensi berarti  suatu  hal  yang  menggambarkan  kualifikasi  atau  kemampuan  seseorang, baik  yang  kualitatif  maupun  yang  kuantitatif.  McAhsan  (1981:45),  sebagaimana dikutip  oleh  Mulyasa  (2003:38)  mengemukakan  bahwa  kompetensi:  “…is  a knowledge,  skills,  and  abilities  or  capabilities  that  a  person  achieves,  which become part of his or her being to the extent he or she can satisfactorily perform particular  cognitive,  affective,  and  psychomotor  behaviors”.  Dalam  hal  ini, kompetensi  diartikan  sebagai  pengetahuan,  keterampilan,  dan  kemampuan  yang dikuasai oleh seseorang yangtelah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan  perilaku-perilaku  kognitif,  afektif,  dan  psikomotorik  dengan  sebaikbaiknya.
Sejalan dengan   itu Finch & Crunkilton (1979:222), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa  (2003:38)  mengartikan  kompetensi  sebagai  penguasaan  terhadap  suatu tugas,  keterampilan,  sikap,  dan  apresiasi  yang  diperlukan  untuk  menunjang keberhasilan. Sofo  (1999:123)  mengemukakan  “A  competency  is  composed  of skill,  knowledge,  and  attitude,  but  in  particular  the  consistent  applications  of those  skill,  knowledge,  and  attitude  to  the  standard  of performance  required  in employment”.  Dengan  kata  lain  kompetensi  tidak  hanya  mengandung pengetahuan, keterampilan dan sikap, namun yang penting adalah penerapan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan tersebut dalam pekerjaan.Robbins  (2001:37)  menyebut  kompetensi  sebagai  ability,  yaitu  kapasitas seseorang  individu  untuk  mengerjakan  berbagai  tugas  dalam  suatu  pekerjaan.
Selanjutnya dikatakan bahwa kemampuan individu dibentuk oleh dua faktor, yaitu faktor  kemampuan  intelektual  dan  kemampuan  fisik.  Kemampuan  intelektual adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental sedangkan kemampuan  fisik  adalah  kemampuan  yang  di  perlukan  untuk  melakukan  tugastugas yang  menuntut stamina, kecekatan, kekuatan, dan keterampilan.Spencer  & Spencer  (1993:9)  mengatakan  “Competency  is  underlying  characteristic  of  an individual that is causally related to criterion-reference effective and/or superior performance in a job or situation”.
Jadi kompetensi adalah karakteristik dasar seseorang  yang  berkaitan dengan kinerja  berkriteria  efektif  dan  atau  unggul  dalam  suatu  pekerjaan  dan  situasi tertentu.  Selanjutnya  Spencer  &  Spencer  menjelaskan,  kompetensi  dikatakan underlying characteristic  karena karakteristik merupakan bagian yang mendalam dan melekat pada kepribadian seseorang dan dapat memprediksi berbagai situasi dan jenis pekerjaan. Dikatakan causally related, karena kompetensi menyebabkan atau  memprediksi  perilaku  dan  kinerja.  Dikatakan  criterion-referenced,  karena kompetensi  itu  benar-benar  memprediksi  siapa-siapa  saja  yang  kinerjanya  baik atau  buruk,  berdasarkan  kriteria  atau  standar  tertentu.Muhaimin  (2004:151) menjelaskan  kompetensi  adalah  seperangkat  tindakan  intelegen  penuh  tanggung jawab  yang  harus  dimiliki  seseorang  sebagai  syarat  untuk  dianggap  mampu melaksankan  tugas-tugas  dalam  bidang  pekerjaan tertentu.  Sifat  intelegen harus ditunjukan  sebagai  kemahiran,  ketetapan,  dan  keberhasilan  bertindak.  Sifat tanggung  jawab  harus  ditunjukkan  sebagai  kebenaran  tindakan  baik  dipandang dari  sudut  ilmu  pengetahuan,  teknologi  maupun  etika.  Depdiknas  (2004:7) merumuskan  definisi  kompetensi  sebagai  pengetahuan,  keterampilan,  dan  nilainilai  dasar  yang  direfleksikan  dalam  kebiasaan  berfikir  dan  bertindak. Menurut Syah  (2000:230),  “kompetensi”  adalah  kemampuan,  kecakapan,  keadaan berwenang, atau memenuhi syarat menurut ketentuan  hukum. Selanjutnya  masih menurut Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. 
Depdiknas (2004:4) kompetensi diartikan, ”sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak” . “Secara sederhana kompetensi diartikan seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki seseorang dalam rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab pekerjaan dan/atau jabatan yang disandangnya” (Nana Sudjana 2009:1).
Nurhadi (2004:15) menyatakan, “kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. Selanjutnya menurut para ahli pendidikan McAshan (dalam Nurhadi 2004:16) menyatakan, ”kompetensi diartikan Sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku koqnitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.”
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Dalam Suparlan). Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kompetensi adalah sebagai suatu kecakapan untuk melakukan sesuatu pekerjaan berkat pengetahuan, keterampilan ataupun keahlian yang dimiliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Undang-Undang Guru dan Dosan No.14 Tahun 2005 Pasal 8 menyatakan, ” guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”  Dari rumusan di atas jelas disebutkan pemilikan kompetensi oleh setiap guru merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi oleh guru. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.
Selanjutnya Pasal 10 menyebutkan empat kompetensi yang harus dimiliki oleh  guru  yakni  (1)  kompetensi   pedagogik, (2) kompetensi  kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional.  Kompetensi  tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.
Berdasarkan beberapa definisi  di atas dapat disimpulkan  standar Kompetensi guru adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dalam bentuk  penguasaan perangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Standar kompetensi guru dipilah ke dalam tiga komponen  yang  kait- mengait,   yakni:  1)  pengelolaan  pembelajaran, 2)    pengembangan  profesi,  dan   3) penguasaan akademik. Komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen kedua memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga memiliki dua kompetensi. Dengan demikian, ketiga komponen tersebut    secara      keseluruhan   meliputi   tujuh  kompetensi dasar, yaitu:  1)    penyusunan   rencana pembelajaran,  2) pelaksanaan  interaksi belajar mengajar, 3) penilaian prestasi belajar peserta didik, 4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik,  5) pengembangan   profesi,  6)   pemahaman  wawasan      kependidikan,  dan     7) penguasaan bahan kajian akademik ( sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan). Abdurrahman Mas’ud (dalam Suparlan 2005:99) menyebutkan tiga kompetensi dasar yang   harus   dimiliki  guru,  yakni:  (1) menguasai materi atau bahan  ajar,  (2) antusiasme, dan ( 3) penuh kasih sayang (loving) dalam mengajar dan mendidik.
b.     Tujuan dan Manfaat Standar Kompetensi Guru
Depdiknas (2004: 4) tujuan  adanya Standar Kompetensi Guru adalah sebagai jaminan dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat melakukan tugasnya secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, dengan sebaik-baiknya sesuai bidang tugasnya. Adapun manfaat disusunnya standar kompetensi guru adalah sebagai acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat, dan pembinaan, maupun acuan bagi pihak yang berkepentingan terhadap kompetensi guru untuk melakukan evaluasi, pengembangan bahan ajar dan sebagainya bagi tenaga kependidikan.
c.      Kompetensi Pedagogik
Menurut  Undang-undang  No.14 tahun  2005  tentang  Guru  Dan  Dosen  pasal 10  ayat  (1)  kompetensi  guru  meliputi  kompetensi  pedagogik,  kompetensi kepribadian,  kompetensi  sosial,  dan  kompetensi  profesional  yang  diperoleh melalui pendidikan profesi.Salah  satu  kompetensi  yang  wajib  dimiliki  oleh  seorang  guru  seperti diamanatkan  dalam  Peraturan  pemerintah  diatas  adalah  kompetensi  pedagogic.
Dalam  Undang-undang  No.  14  Tahun  2005  tentang  Guru  dan  Dosen dikemukakan  kompetensi  pedagogik  adalah  “kemampuan  mengelola pembelajaran  peserta  didik”.   Depdiknas  (2004:9)  menyebut  kompetensi  ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini   dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi  atau  mengelola  proses  belajar  mengajar,  dan  kemampuan  melakukan penilaian.
Seperti  uraian  diatas,  unsur  pertama  dalam  kompetensi  pedagogic  seorang guru  adalah  kemampuan merencanakan program belajar mengajar.  Menurut Joni (1984:12),  kemampuan  merencanakan  program  belajar  mengajar  mencakup kemampuan: 
a)     Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran,
b)     Merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar,
c)     Merencanakan pengelolaan kelas,
d)    Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan
e)     Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Depdiknas  (2004:9)  mengemukakan  kompetensi  penyusunan  rencana pembelajaran meliputi:
a)     Mampu mendeskripsikan tujuan,
b)     Mampu memilih materi,
c)     Mampu mengorganisir materi,
d)    Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran,
e)     Mampu  menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran,
f)      Mampu menyusun perangkat penilaian,
g)     Mampu menentukan teknik penilaian, dan
h)     Mampu mengalokasikan waktu.
Berdasarkan    uraian  di  atas,  merencanakan  program  belajar  mengajar merupakan proyeksi guru  mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran  berlangsung,  yang  mencakup:  merumuskan  tujuan,  menguraikan deskripsi  satuan  bahasan,  merancang  kegiatan  belajar  mengajar,  memilih berbagai  media  dan  sumber  belajar,  dan  merencanakan  penilaian  penguasaan tujuan. 
2.     Teknik Menyusun Tes Hasil Belajar
Setiap kegiatan penelitian memerlukan data yang dapat diperoleh melalui pengukuran.  Data  merupakan  bahan  utama  suatu  kegiatan  penelitian,  maka kebenaran  suatu  data  menentukan  keterandalan  hasil  penelitian.  Salah  satu  cara untuk memperoleh data hasil belajar adalah melalui tes. Analisis  butir  soal  adalah  pengkajian  pertanyaan  tes  agar  diperoleh perangkat  pertanyaan  yang  memiliki  kualitas  yang  memadai.  Ada  dua  jenis analisis  butir  soal,  yakni  analisis  tingkat  kesukaran  soal  dan  analisis  daya pembeda  di  samping  validitas  dan  reliabilitas.  Menganalisis  tingkat  kesukaran soal artinya mengkaji soal tes dari segi kesulitannya se hingga dapat diperoleh soalmana  yang  termasuk  mudah,  sedang,  dan  sukar.  Sedangkan  menganalisis  daya pembeda  artinya  mengkaji  soal  tes  dari  segi  kesanggupan  tes  tersebut  dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori rendah dan kategori tinggi prestasinya.  Sedangkan validitas dan reliabilitas mengkaji kesulitan dan keajegan pertanyaan tes.
Untuk mengukur suatu hasil  belajar, dipesyaratkan adanya    tes yang  akan digunakan. Dalam penyusunan tes hasil belajar ada beberapa langkah yang  harus ditempuh sebagai berikut:
a.      Menyusun Kisi-Kisi
1)     Ruang  lingkup  dari  pengetahuan  yang  akan  diukur  sesuai  dengan  rencana pelajaran yang telah kita tetapkan dalam kurikulum.
2)     Proporsi  jumlah  item  daripada  tiap-tiap  sub  materi.  Proporsi  jumlah  item untuk tiap-tiap sub materi hendaknya sesuai dengan proporsi dar ipada luas masing-masing sub materi. Misalnya apabila dalam suatu materi terdiri dari tiga sub dengan proporsi 25% : 40% : 35%, maka jumlah itemnya pun harus mengikuti proporsi 25% : 40% : 35%.
3)     Jenis  pengetahuan  atau  aspek  proses  mental  yang  hendak  diukur.   Ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan untuk menggolongkan jenis-jenis pengetahuan.  Salah  satunya  adalah  klasifikasi  dari  Bloom  yang  membagi jenjang  pengetahuan  menjadi  enam  tingkatan  yaitu:  ingatan,  pemahaman, penerapan, sintesis dan evaluasi. Dalam mengadakan evaluasi hasil belajar sedapat mungkin hendaknya diusahakan agar keenam jenjang pengetahuantersebut  kita  ukur.  Mengenai  proporsi  daripada  masing-masing  jenjang pengetahuan tersebut tergantung kepada urgensinya.
4)     Bentuk  tes  yang  akan  digunakan.  Bentuk  tes  yang  digunakan  hendaknya lebih dari satu bentuk. Misalnya: pilihan ganda dengan menjodohkan, atau essay dengan melengkapi dan sebagainya.
b.     Menulis Soal
Untuk  menuliskan  soal-soal/item-item  tes  yang  baik,  maka  kita  harus berpedoman  pada  saran  atau  petunjuk  penyusunan  item  menurut  taksonomi Bloom.  Menurut Bloom ada tiga ranah dalam hasil belajar, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
c.      Menata Soal
Setelah  soal  yang  diperlukan  untuk  suatu  tindakan  evaluasi  mencukupi maka langkah selanjutnya ialah mengatur soal tersebut. Dalam pengaturan ini kita kelompokkan  soal-soal  itu  menurut  bentuknya.  Jadi  bukan  menurut  jenis materinya  dan  bukan  pula  menurut  jenjang  pengetahuan  yang  hendak diukur. Dengan  demikian  ada  kelompok  soal  multiple-choice,  ada  kelompok  soal matching dan sebagainya.  Di samping pengaturan menurut bentuk itemnya, soal itu hendaknya diatur pula menurut taraf kesukarannya.
d.     Menetapkan Skor
Setelah pengaturan soal seluraian  kita lakukan, langkah selanjutnya adalah menetapkan besarnya skor yang diberikan untuk setiap item.  Beberapa skor yang akan  diberikan  untuk  setiap  jawaban  yang  diberikan  oleh  anak -anak.  Cara menskor  yang  banyak  dilakukan  adalah  memberikan  skor  satu  (1)  untuk setiap jawaban yang betul.Tetapi  kerap kali diperlukan cara pemberian skor yang lain pula, misalnya untuk  menghindari  terjadinya  pemberian  skor  yang  terlampau  rendah  atau terlampau  tinggi  untuk  pertanyaan  tertentu.  Hal  ini  digunakan  skor  yang sebelumnya  telah  ditetapkan  besarnya,  yaitu  yang  mengenai  prinsip  pokok disediakan  skor  yang  lebih  besar  daripada  pertanyaan  yang  kurang  penting. Pemberian skor yang bergantung kepada penting atau tidaknya suatu pertanyaan disebut pemberian skor atas dasar bobot (Witherington, 1976, hal. 68).
e.      Setelah semua langkah tersebut di atas dilampaui, maka langkah terakhir adalah  mereproduksi  tes  tersebut.  Reproduksi  ini  dapat  dalam  bentuk  ketikan ataupun cetakan. Jumlah reproduksi kita sesuaikan dengan jumlah kebutuhan.
3.     Tes Hasil Belajar
a.     Pengertian Tes Hasil Belajar
Kata tes berasal dari bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia yang dimaksud disini adalah dengan menggunakan alat berupa piring akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang bernilai tinggi. Dalam perkembangannya dan seiirng kemujuan zaman tes berate ujian atau percobaan. Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian diatas yaitu test, testing, tester dan testee, yang masing-masing mempunyai pengertian berbeda namun erat kaitannya dengan tes.
1)      Tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian,
2)      Testing berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan penilaian atau saat pengambilan tes
3)      Tester artinya orang yang melaksanakan tes atau orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden
4)      Testee adalah pihak yang sedang dikenai tes.
Ada beberapa pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian tes, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya  yang berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat digunakan  sebagai cara untuk mengukur dan membandingkan keadaan pskis atau tingklah laku individu. Menurut  Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Essential of Psychological Testing, tes merupakan suatu perosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau kelompok individu, yang dimaksud untuk membandingkan kecakapan satu sama lain.
Dari pengertian dari para ahli tersebut dalam dunia pendidikan dapat disimpulkan bahwa pengertian tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang diberikan oleh guru sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkat laku atau prestasi peserta didik
Tes sebagai salah satu teknik pengukuran dapat didefinisikan A test will be defined as a systematic procedure for measuring a sample of an individual’s behaviour (Brown,1970:2). Definisi tersebut mengandung dua hal pokok yang perlu di perhatikan dalam memahami makna tes, yaitu  Pertama adalah kata systematic procedure yang artinya bahwa suatu tes harus disusun, dilaksanakan (diadministrasikan) dan diolah berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah ditetapkan. Sistematis di sini meliputi tiga langkah, yaitu (a) sistematis dalam isi, artinya butir-butir soal (item) suatu tes hendaknya disusun dan dipilih berdasarkan kawasan dan ruang lingkup tingkah laku yang akan dan harus diukur atau dites, sehingga tes tersebut benar-benar tingkat validitasnya dapat dipertanggungjawabkan, (b) sistematis dalam pelaksanaan (administrasi) artinya tes itu hendaknya dilaksanakan dengan mengikuti prosedur dan kondisi yang telah ditentukan ; dan (c) sistematis di dalam pengolahannya, artinya data yang dihasilkan dari suatu tes diolah dan ditafsirkan berdasarkan aturan-aturan dan tolak ukur (norma) tertentu. Kedua adalah measuring of an individual’s is behaviour yang artinya bahwa tes itu hanya mengukur suatu sampel dari suatu tingkah laku individu yang dites. Tes tidak dapat mengukur seluruh (populasi) tingkah laku, melainkan terbatas pada isi (butir soal) tes yang bersangkutan.
Suatu tes akan berisiskan pertanyaan-pertanyaan dan atau soal-soal yang harus dijawab dan atau dipecahkan oleh individu yang dites (testee), maka disebut tes hasil belajar (achievement test). Hal ini sependapat dengan seorang ahli yang menyatakan bahwa The type of ability test that describes what a person has learned to do is called an achievement test (Thordike & Hagen, !975:5). Berdasarkan pendapat itu, tes hasil belajar biasanya terdiri dari sejumlah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran tertentu (ada yang mudah, sedang, dan sukar). Tes tersebut harus dapat dikerjakan oleh siswa dalam waktu yang sudah ditentukan. Oleh karena itu, tes hasil belajar merupakan power test. Maksudnya adalah mengukur kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan atau permasalahan.
b.     Jenis dan Bentuk Tes Hasil Belajar
Tes merupakan serangkaian soal yang harus dijawab oleh siswa. Dalam hal ini, tes hasil belajar dapat digolongkan kedalam tiga jenis berdasarkan bentuk pelaksanaanya, yaitu (a) tes lisan, (b) tes tulisan, dan (c) tes tindakan atau perbuatan. Tes tertulis dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada penggunaan kertas dan pencil sebagai instrumen utamanya, sehingga tes mengerjakan soal atau jawaban ujian pada kertas ujian secara tertulis, baik dengan tulisan tangan maupun menggunakan komputer. Sedangkan, Tes lisan dilakukan dengan pembicaraan atau wawancara tatap muka antara guru dan murid. Sedangkan, Tes perbuatan mengacu pada proses penampilan seseorang dalam melakukan sesuatu unit kerja. Tes perbuatan mengutamakan pelaksanaan perbuatan peserta didik.
Dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya tes dibagi menjadi 2 bagian yakni :
1)     Tes Essay (uraian)
Tes Essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam bahasa sendiri.
Subino, (1987:2) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat kebebasan jawaban yang dimungkinkan dalam tes bentuk uraian, butir-butir soal dalam ini dapat dibedakan atas butir-butir soal yang menuntut jawaban bebas. Butir-butir soal dengan jawaban terikat cenderung akan membatasi, baik isi maupun bentuk jawaban; sedangkan butir soal dengan jawaban bebas cenderung tidak membatasi, baik isi maupun jawaban.
Tes uraian merupakan tes yang tertua, namun bentuk ini masih digunakan secara luas di Amerika Serikat hingga kini, bahkan merupakan bentuk soal yang yang juga masih digunakan secara luas di bagian-bagian dunia lainnya (Gronlund, 1977).
Tes uraian memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan tes objektif, yaitu
a)     Memungkinkan para testi menjawab soal secara bebas sepenuhnya,
b)     Merupakan tes yang terbaik dalam mengukur kemampuan menjelaskan, membandingkan merangkum, membedakan, menggambarkan, dan mengevaluasi ;
c)     Merupakan tes yang terbaik untuk mengukur keterampilan mengemukakan pendapat dengan tulisan;
d)    Memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan menulis, mengorganisasikan ide serta berfikir secara kritis dan kreatif ;
e)     Dapat menggalakan siswa mempelajari secara luas tentang sebagian besar konsep dan menggeneralisasikan;
f)      Bila dibandingkan dengan bentuk tes yang lain tes uraian relatif lebih mudah membuatnya;
g)     Secara praktis para siswa tidak mungkin menebak jawaban yang benar; dan
h)     Mungkin lebih sesuai untuk mengukur kemampuan kognitif yang relatif lebih tinggi (lihat Balitbang Dikbud, 1984 : 24)
Tes bentuk uraian memiliki ciri-ciri tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Wirasasmita (1981 : 24) yaitu (a) hendaknya setiap pertanyaan merupakan suatu perumusan yang jelas, definitif, dan pasif, (b) tiap pertanyaan hendaknya disertai petunjuk yang jelas tentang jawaban yang dikehendaki oleh oleh peserta, (c) hendaknya pertanyaan-pertanyaan tersebut mencakup semua bahan yang terpenting serta komprehensif, (d) perbandingan soal sukar, sedang, dan mudah harus seimbang, walaupun belum ada patokan yang pasti. Sebaiknya perbandingannya, sukar = 30% – 25%, sedang = 50%, dan mudah = 20% – 25%, dan setelah soal disusun segera susn kunci jawabannya, dengan memperhatikan berbagai kemungkinan jawaban.
2)     Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;
a)      Tes Betul-Salah (TrueFalse)
b)      Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
c)      Tes Menjodohkan (Matching)
d)      Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)
Pada prinsipnya, bentuk tes objektif di atas mempunyai kelemahan dan kebaikannya, akan tetapi biasanya bentuk objektif dapat menteskan semua bahan yang telah diajarkan, sedangkan bentuk uraian agak sukar untuk mengukur semua bahan yang sudah diajarkan, karena ruang lingkup bentuk tes tersebut sangat sempit. Untuk lebih jelasnya perlu diterangkan dahulu kelemahan dan kebaikan tes bentuk objektif. Keuntungan atau kebaikan bentuk objektif dalam evaluasi hasil belajar bahasa Indonesia bagi siswa adalah tes bentuk objektif (1) tepat untuk mengungkapkan hasil belajar yang bertatanan pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis, (2) mempunyai dampak belajar yang mendorong siswa untuk mengingat, menafsirkan, dan menganalisis pendapat, dan (3) jawaban yang diberikan dapat menggambarkan ranah tujuan pendidikan menurut Bloom, khususnya ranah cognitive domain. Sedangkan kelemahannya bahwa tes objektif (1) siswa tidak dituntut untuk mengorganisasikan jawaban, karena jawabannya sudah disediakan, (2) siswa ada kemungkinan dapat menebak jawaban yang telah tersedia (3) tidak dapat mengungkap proses berpikir dan bernalar, (4) hanya mengukur ranah kognitif yang paling rendah tidak mengungkap kemampuan yang lebih kompleks. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Gronlund (1985 : 36) menyatakan bahwa …objective test items can be used to measure a variety of knowledge out come …the most generally useful is the multiple choice items…but other items types also have a place. Pernyataan tersebut menunjukan bahwa item-item tes objektif dapat digunakan untuk mengukur berbagai hasil belajar yang berupa pengetahuan. Umumnya yang paling berguna adalah item bentuk pilihan jamak, sementara itu, tipe item objektif yang lainnya punya peran tersendiri.
Pendapat lain yang berbeda, yakni Lado (1961 : 201) mengemukakan bahwa The usual objectians to objective test are that they are too simple, that they do not require real thinking but simple memory, and that they do not test the ability of the student to organize his thought.
Pendapat di atas menunjukan bahwa keberatan tes objektif adalah karena tes itu terlalu mudah, tidah menuntut pemikiran yang nyata, dan tidak menguji kecakapan siswa dalam mengorganisasikan pikirannya. Padahal pada tingkatan perguruan tinggi kemampuan untuk mengorganisasikan pemikiran, mengungkapkan ide secara sistematis, dan menunjukan kemampuan nalar yang ilmiah merupakan tuntutan yang ditujukan kepada siswa, lebih jauh kepada lulusan perguruan tinggi (Ditjen Dikdasmen, 1982/1983 : 20).
Dilihat dari sudut waktu kapan dan untuk apa tes itu dilakukan, maka tes hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tes awal (pretest), tes akhir (posttest), dan entering behaviour test
Tes awal biasanya dilakukan setelah proses belajar mengajar selesai. Tujuannya untuk mengetahui tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan pada proses belajar mengajar yang bersangkutan. Tujuan lain adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang telah dilakukan, hasilnya disebut hasil tes fomatif, sedangkan bila tujuannya untuk menetapkan lulusan atau kenaikan kelas seseorang terhadap mata pelajaran tertentu maka disebut ujian akhir atau ulangan umum.
Entering behaviour test adalah suatu tes yang berisikan materi pelajaran atau kemampuan-kemampuan siswa yang harus sudah dikuasai sebelum mereka menempuh suatu proses.
c.      Ciri-ciri tes yang baik
Menurut Arikunto (1992), Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memilki persyaratan tes, yaitu memiliki:
1)     Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Contoh, untuk mengukur partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar, bukan diukur melalui nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat melalui: kehadiran, terpusatnya perhatian pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan pada permasalahannya.
2)     Reliabilitas
Berasal dari kata asal reliable yang artinya dapat dipercaya. Tes dapat dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukan ketetapan. Jika dihubungkan dengan validitas, maka: Validitas adalah ketepatan dan reliabilitas adalah ketetapan.
3)     Objektivitas
Sebuah dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. hal ini terutama terjadipada sistem scoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan pada sistem scoringnya, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
4)     Prakitikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah pengadministrasiannya. tes yang baik adalah yang: mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
5)     Ekonomis
Yang dimaksud ekonomis disini ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
d.     Langkah – langkah Pengembangan Tes Hasil Belajar
Ada enam tahap dalam merencanakan dan menyusun tes agar diperoleh tes yang baik,yaitu:
1)     Pengembangan spesifikasi tes
Spesifikasi tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan keseluruhan kualitas tes dan ciri-ciri yang harus dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah :
a)      Menentukan tujuan, tujuan pembelajaran yang baik hendaklah berorientasi kepada peserta didik, bersifat menguraikan hasil belajar, harus jelas dan dapat dimengerti, mengandung kata kerja yang jelas (kata kerja operasional), serta dapat diamati dan dapat di ukur.
b)      Menyusun kisi-kisi soal, penyusunan kisi-kisi soal bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup, tekanan dan bagian-bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi penyusun tes.
c)      Memilih tipe soal, dalam memilih tipe soal perlu diperhatikan kesesuaian antara tipe soal dengan materi, tujuan evaluasi, skoring, pengelolaan hasil evaluasi, penyelenggaraan tes, serta ketersediaan dana dan kepraktisan.
d)      Merencanakan tingkat kesukaran soal, untuk soal objektif dapat diketahui melalui uji coba atau dapat juga diperkirakan berdasarkan berat ringannya beban penyeleaian soal tersebut
e)      Merencanakan banyak soal
f)       Merencanakan jadwal penerbitan soal
2)     Penulisan soal
Penelaahan soal, yaitu menguji validitas soal yang bertujuan untuk mencermati apakah butir-butir soal yang disusun sudah tepat untuk mengukur tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan, ditinjau dari segi isi/materi, kriteria dan psikologis.
3)     Pengujian butir-butir soal secara empiris, kegiatan ini sangat penting jika soal yang dibuat akan dibakukan.
4)     Penganalisisan hasil uji coba.
5)     Pengadministrasian soal

4.     Penerapan Metode Kerja Kelompok dalam Kegiatan Menyusun Tes Hasil Belajar di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon.
Moedjiono (1992) : 61) mengemukakan metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format kegiatan yang menitikberatkan kepada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas secara bersama-sama. Robert L. Cilstrap (dalam Roestiyah N.K (1998 : 15) menyatakan bahwa kerja kelompok merupakan suatu kegiatan kelompok yang biasanya berjumlah kecil untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas. Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dimana dipandang perlu dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Penggunaan metode kerja kelompok didasarkan pada pengelompokan untuk pembagian pekerjaan. Pengelompokkan ini didasarkan pada luasnya masalah, serta membutuhkan waktu untuk memperoleh berbagai informasi yang dapat menunjang pemecahan persoalan. Untuk keperluan ini pokok persoalan harus diuraikan dahulu menjadi beberapa aspek yang akan dibagikan kepada tiap kelompok (tiap kelompok menyelesaikan satu aspek persoalan). Jadi pengelompokkan di sini bertujuan membagi pekerjaan yang mempunyai cakupan agak luas. Kerja kelonipok ini membutuhkan waktu yang panjang.
Langkah pertama adalah menjelaskan tujuan dari tugas yang harus dikerjakan oleh para guru, kemudian membagi guru menurut tugas mengajarnya sehingga terbentuk 3 kelompok, yaitu kelompok A terdiri dari guru kelas IV, kelompok B terdiri dari guru kelas V, dan kelompok C terdiri dari guru kelas VI.
Raka Joni dan Unen (Moedjiono, 1991/1992:64) mengajukan sejumlah rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode kerja kelompok yaitu :
a.      Pesan terpenting dari metode kerja kelompok adalah pemecahan masalah melalui proses kelompok.
b.     Penyeragaman kemampuan kelompok diusahakan semaksimal mungkin. Hal ini dapat dilaksanakan dan pengelompokkan secara acak atau pun pengelompokkan secara diatur.
c.      Sasaran penilaian dalam kerja kelompok adalah aspek produk kelompok serta peningkatan kemampuan kelompok dalam menangani tugas-tugas kelompok.
d.     Terdapat tiga ciri penting kegiatan kerja kelompok yakni :
1)     Adanya pembagian tugas
2)     Adanya kerjasama
3)     Pemberian perhatian seimbang terhadap produktivitas dana kekompakan kelompok
e.      Terdapat tiga tahapan pelaksanaan kerja kelompok yakni :
1)     Tahapan penjajagan
2)     Tahapan pemahaman
3)     Tahapan penunaian tugas
f.      Adanya masalah yang potensial baik bersumber dari anggota maupun berasal dari proses kelompok itu sendiri.
Moedjiono (1991/1992:66) mengemukakan prosedur pemakaian metode kerja kelompok sebagai berikut :
a.      Pemilihan topik atau tugas kerja kelompok
Pemilihan topik merupakan langkah awal pemakaian metode kerja kelompok dapat dilaksanakan dengan jalan :
1)     Memilih dan menetapkan sendiri
2)     Memilih dan menetapkan bersama dengan dengan pengawas sekolah
b.     Pembentukan kelompok sesuai tujuan
Tahap ini merupakan kewajiban pengawas untuk membagi guru dalam daerah binaannya menjadi kelompok-kelompok sesuai tujuan yang ingin dicapai melalui kerja kelompok.
c.      Pembagian topik atau tugas yang harus dikerjakan oleh kelompok
Tahap ini meminta kepada guru untuk memberitahukan topik atau tugas untuk tiap-tiap kelompok, dimana topik atau tugas yang diberitahukan harus jelas  bagi kelompok agar kerja kelompok berjalan dengan lancar.
d.     Proses kerja kelompok
Pada tahap ini setiap kelompok melaksanakan :
1)     Penjajagan terhadap tugas atau topik yang diberikan
2)     Pemahaman terhadap tugas atau topik kelompok
3)     Penyelesaian tugas
e.      Pelaporan hasil kerja kelompok
Setelah menyelesaikan tugasnya, maka mereka berkewajiban untuk melaporkan hasil kerja mereka. Laporan ini dapat dilakukan secara tertulis atau pun lisan.
f.      Penilaian pemakaian kerja kelompok
Pengawas sekolah perlu melakukan penilaian untuk menentukan keberhasilan pemakaian metode kerja kelompok.
B.    Kerangka Pikir
Kenyataan yang terjadi di sekolah bahwa guru jarang menyusun soal biasanya mempergunakan soal yang sudah ada, tinggal menyesuaikan dengan pokok bahasan yang diajar. Keadaan seperti ini juga terjadi di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon, sehingga sering terjadi tidak tepat antara bahan ajar dengan soal pada semester bersangkutan. Di sisi lain guru sebagian besar belum biasa menyusun soal, sehingga sering mencari dari beberapa kumpulan soal yang sudah ada (bank soal).
Dalam  Undang-undang  No.  14  Tahun  2005  tentang  Guru  dan  Dosen dikemukakan  kompetensi  pedagogik  adalah  “kemampuan  mengelola pembelajaran  peserta  didik”.   Depdiknas  (2004:9)  menyebut  kompetensi  ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini   dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi  atau  mengelola  proses  belajar  mengajar,  dan  kemampuan  melakukan penilaian.
Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan dimana dipandang perlu dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Penggunaan metode kerja kelompok didasarkan pada pengelompokan untuk pembagian pekerjaan. Pengelompokkan ini didasarkan pada luasnya masalah, serta membutuhkan waktu untuk memperoleh berbagai informasi yang dapat menunjang pemecahan persoalan. Untuk keperluan ini pokok persoalan harus diuraikan dahulu menjadi beberapa aspek yang akan dibagikan kepada tiap kelompok (tiap kelompok menyelesaikan satu aspek persoalan). Jadi pengelompokkan di sini bertujuan membagi pekerjaan yang mempunyai cakupan agak luas. Kerja kelompok ini membutuhkan waktu yang panjang.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan kerja kelompok di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kosambi Kota Cirebon diharapkan dapat meningkatkan kompetensi guru kelas IV, V dan VI dalam menyusun naskah tes hasil belajar ulangan tengah semester pada mata pelajaran IPA. Dalam bentuk diagram sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah ini.






C.   Hipotesis Tindakan
Dari uraian pada kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu Pelaksanaan Kegiatan Kerja Kelompok dapat meningkatkan Kompetensi Guru Kelas IV, V, dan VI dalam Menyusun Soal Ulangan Tengah Semester 1 Mata Pelajaran IPA di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon Tahun Pelajaran ....... / .....

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
F.    Objek Penelitian
Objek adalah keseluruhan dari gejala yang terdapat di sekitar kehidupan kita. Apabila kita lihat dari sumbernya, maka objek di dalam suatu penelitian ini adalah  sebagai situasi sosial yang di dalamnya terdiri dari tiga elemen yaitu tempat, pelaku, dan aktivitas. Dari penjelasan di atas maka objek penelitian dalam pelaksanaan penelitian ini adalah kompetensi guru kelas IV, V, dan VI di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon dalam Menyusun Tes Ulangan Tengah Semester 1 pada Tahun Pelajaran ….. / ……
G.   Setting Penelitian
1.     Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini berlokasi di SD Inti …… di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon Tahun Pelajaran 2013/2014.
2.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini adalah guru kelas IV, V, dan VI di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon Tahun Pelajaran 2013/2014.
3.     Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan ……… sampai dengan bulan …………. Tahun ……. Secara rinci sebagaimana tabel di bawah ini :

No
Kegiatan
Minggu Ke
Bln………
Bln………
Bln………
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
I.
Persiapan












1
Perencanaan












II.
Pelaksanaan












1
Proses pembelajaran












2
Evaluasi












3
Analisis Data












4
Penyusunan Hasil












III.
Laporan












1
Pelaporan Hasil













H.   Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data, yaitu :
a.      Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung (Patton dalam Poerwandari, 1998)
Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan metode wawancara :
1)      Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan memberikan penjelasan.
2)      Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.
3)      Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan di saat teknik lain sudah tidak dapat dilakukan.
Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan, yaitu :
1)      Retan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang penyusunanya kurang baik.
2)      Retan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang sesuai.
3)      Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang akurat.
4)      Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar oleh interviwer.
b.     Observasi
Di samping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi. Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena :
1)      Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.
2)      Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.
3)      Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.
4)      Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
5)      Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
2.      Alat Bantu pengumpulan Data
Menurut Poerwandari (1998) penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.
Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu :
1)     Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2)     Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.
I.      Prosedur Penelitian
a.     Desain Prosedur Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru,  dalam meningkatkan  kemampuan  guru agar  menjadi  lebih baik dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran .
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. ”Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara,   observasi/pengamatan,  dan  diskusi yang berupa persentase atau angka-angka.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru  dalam menyusun soal tes.  Selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau  usaha guna meningkatkan kemampuan guru dalam membuat dan menyusun soal tes dengan baik dan benar sesuai dengan aturan yang berlaku.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah, menurut  Sudarsono, F.X, (1999:2) yakni:
a.   Rencana     :     Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan  kompetensi guru dalam menyusun soal tes secara lengkap. Solusinya yaitu dengan melakukan : a) wawancara dengan guru dengan menyiapkan lembar wawancara, b) melaksanakan kegiatan menyusun soal tes dengan melaksanakan kerja kelompok,  c) melaksanakan kegiatan diskusi dalam suasana yang menyenangkan  dan c) memberikan bimbingan  dalam menyusun soal tes dengan baik dan benar sesuai kaidah penyusunan soal.
b. Pelaksanaan  :     Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun  menyusun soal tes dengan baik dan benar sesuai kaidah penyusunan soal yaitu dengan melaksanakan kegiatan kerja kelompok pada guru  sekolah binaan.
c. Observasi      :     Peneliti melakukan pengamatan kelengkapan pembuatan soal (RPP, buku penunjang, kisi-kisi soal dan lainnya)  yang  telah dibuat  oleh masing-masing guru  untuk melihat seberapa jauh kemampuan guru  dalam menyusun  soal dengan lengkap. Selain itu juga peneliti  mencatat hal-hal yang terjadi dalam pertemuan dan wawancara.
d. Refleksi        :     Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau perbaikan terhadap soal tes yang telah disusun  agar sesuai dengan rencana awal yang mungkin saja masih bisa sesuai dengan yang peneliti inginkan.
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto dkk. Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian Tindakan Sekolah merupakan penelitian yang bersiklus, artinya penelitian dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.”
b.     Pelaksanaan Tindakan Penelitian
Pelaksanaan tindakan dalam kegiatan penelitian ini meliputi 2 siklus, dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.     Siklus I
Dalam siklus I terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi , dan refleksi yang akan diuraikan sebagai berikut :
1)     Perencanaan
Penjelasan kegiatan dan langkah-langkah dalam perencanaan tindakan adalah sebagai berikut :
a)     Pertemuan  semua guru kelas IV, V, dan VI  di SD Inti ............. yang diikuti oleh 21 orang  dengan undangan Ketua Gugus yang diketahui oleh Pengawas Sekolah selaku Peneliti.
b)     Menentukan jadual  pelaksanaan penelitian sebanyak 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya.
c)     Meminta bantuan guru-guru kelas IV, V, dan VI  membawa bahan menyusun tes ulangan umum seperti silabus, RPP dan kisi-kisi penulisan tes.
d)    Memberikan  informasi tentang teknik penyusun tes.
e)     Tanya jawab seputar persiapan kegiatan penelitian dengan penerapan metode kerja kelompok
f)      Mengelompokkan guru menjadi  dalam 3 kelompok sesuai bidang ilmu yaitu kelompok A yang terdiri dari guru kelas IV, Kelompok B yang terdiri dari guru kelas V, dan Kelompok C yang terdiri dari guru kelas VI.
g)     Guru diberikan tugas  menyusun tes formatif bentuk obyektif  (Pilihan Ganda) untuk setiap butir tes dengan 4 pilihan.
h)     Guru diberikan tugas  menyusun tes hasil belajar  akhir semester  bentuk obyektif  (Pilihan Ganda ) untuk setiap butir tes dengan 4 pilihan.
i)       Jumlah tes yang disusun untuk kelompok A 50 butir tes obyektif 3 option, kelompok B 50 butir tes obyektif 4 option, kelompok C 50  butir tes obyektif 4 option.
j)       Peneliti melakukan cross cek ke masing-masing kelompok guru .
k)     Presentasi  kecil di masing-masing kelompok
l)       Presentasi  pada kegiatan diskusi
m)   Setelah soal tes tersusun dilakukan kalibrasi  / validasi  teoritik  dengan parameter penilaian :
(1)      Kesesuaian sistem tes dengan tujuan pembelajaran
(2)      Kesesuaian sistem tes dengan aspek pengetahuan yang diukur ( C1 – C6 ).
(3)      Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EYD.
n)     Penentuan tes profesional
Dari 50 butir tes untuk kelompok A ,50 butir tes untuk kelompok B, 50 butir tes untuk kelompok C, akan dilakukan penilaian dengan parameter akhir kelompok A 50 butir tes profesional, kelompok  B 50 butir tes profesional,  kelompok C 50 butir tes.
2)     Pelaksanaan 
Penjelasan tentang kegiatan dan langkah-langkah dalam kegiatan pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut :
a)     Memberikan jadual pelaksanaan penelitian kepada guruguru kelas IV, V, dan VI
b)     Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah meminta surat undangan untuk mengumpulkan guru-guru kelas IV, V, dan VI
c)     Menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan kerja kelompok, yaitu di SD Inti …………… terhadap kesiap ruangan, listrik, LCD Proyektor dan lainnya.
d)    Melaksanakan kegiatan penelitian dengan melaksanakan kerja kelompok sesuai rencana sebanyak 2 kali pertemuan
e)     Pelaksanaan hari I, pada tanggal ………………. Tahun ….. mulai pk. 8.00 WIB sampai pk. 11.30 WIB dengan materi ; pengarahan pengawas sekolah, materi penyusunan tes, mengecek kelengkapan bahan-bahan untuk menyusun tes.
f)      Pelaksanaan hari II, pada tanggal ………………. Tahun …..   mulai pk. 8.00 WIB sampai pk. 11.30 WIB dengan materi ; materi penulisan tes , presentasi pleno, revisi dan produk akhir, yaitu soal tes yang valid.
3)     Observasi
Dalam kegiatan observasi dilakukan dengan tahapan-tahapan pelaksanaan:
a)     Mengecek kehadiran guru-guru dengan melihat daftar hadir kegiatan yang telah dipersiapkan.
b)     Mengecek kelengkapan  bahan-bahan untuk menyusun tes seperti Silabus, RPP, Buku materi / buku pegangan siswa dan guru, format kisi-kisi tes, dan lainnya
c)     Mengecek kesiapan mental guru-guru untuk mengikuti kegiatan selama 2 kali pertemuan
d)    Hasil akhir kerja .
e)     Instrumen Observasi sebagaimana dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini.



Tabel           3.1 Rekapitulasi  Hasil Observasi Kesiapan Perangkat Menyusun Soal Tes

No
Nama Guru
Kelengkapan bahan - bahan
Kesiapan mental
Jml
Hasil akhir
Kategori Nilai
a
b
c
d
1









2









3









4









5









6









7









8









9









10









11









12









13









14









15









16









17









18









19









20









21










Jumlah









Rata2








Keterangan :
a.      Silabus
b.      RPP
c.       Buku Pegangan
d.      Format Kisi2
a). Pedoman dalam memberi skor :
1. Diberi skor 4 jika aspek yang diamati sangat relevan
2. Diberi skor 3 jika aspek yang diamati relevan
3. Diberi skor 2 jika aspek yang diamati cukup relevan
4. Diberi skor 1 jika aspek yang diamati kurang relevan
5. Diberi skor 0 jika aspek yang diamati tidak relevan
b). Total skor masksimal = 20
c). Kategori nilai :
1. 86 -100 = sangat baik  ( A )
2. 66 – 85 = baik   ( B )
3. 55 – 65 = cukup  ( C )
4. 44 – 55 = kurang  ( D )
5. 25 – 45 = sangat kurang ( E )
Tabel           3.2 Tabel Penilaian Profesional dan Validasi Teoritik Per KD

No
Mata Pelajaran
Aspek Dan Skor
Jml
Nilai
Kategori
a
b
c
(1-5)
(1-5)
(1-5)

Kelompok A






1







2







3








Kelompok B






4







5








Kelompok C






6







7







8








Jumlah







Rata - rata






Keterangan :
a.   Kesesuai Tes dengan Tujuan Pembelajaran
b.   Aspek Perilaku   (C1 – C6)
c.   Penggunaan Bahasa Yang Benar dan Baik
a). Pedoman dalam memberi skor :
1. Diberi skor 5 jika unsur yang dinilai sangat sesuai dengan kriteria
2. Diberi skor 4 jika unsur yang dinilai sesuai dengan kriteria
3. Diberi skor 3 jika unsur yang dinilai cukup sesuai dengan kriteria
4. Diberi skor 2 jika unsur yang dinilai kurang sesuai dengan kriteria
5. Diberi skor 1 jika unsur yang dinilai tidak sesuai dengan kriteria
b) Skor Maksimal = 15
c). Kategori nilai :
1. 86 -100 = sangat baik  ( A )
2. 66 – 85 = baik   ( B )
3. 55 – 65 = cukup  ( C )
4. 44 – 55 = kurang  ( D )
5. 25 – 45 = sangat kurang ( E )

Tabel           3.3 Peningkatan Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes

No
Nama Guru
Parameter
Jumlah Soal Tes
Hasil

Kelompok A (Gr. Kelas IV)



1




2




3





Kelompok B (Gr. Kelas V)



4




5




6





Kelompok C (Gr. Kelas VI)



7




8




9





Jumlah




Rata - rata



Keterangan :
Kelompok A menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option
Kelompok B menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option
Kelompok A menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option
4)     Refleksi
Dalam refleksi akan menempuh beberapa kegiatan sebagai berikut :
a)     Menentukan indikator pencapaian keberhasilan yaitu  Kelompok A menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option, Kelompok B menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option, Kelompok C menghasilkan 50  butir tes obyektif 4 option.
b)     Menghitung persentase kehadiran guru-guru dengan melihat daftar hadir kegiatan yang telah dipersiapkan.
c)     Memprosentasekan kelengkapan  bahan-bahan untuk menyusun tes seperti Silabus, RPP, Buku materi / buku pegangan siswa dan guru, format kisi-kisi tes, dan lainnya
d)    Memprosentasekan kesiapan mental guru-guru untuk mengikuti kegiatan selama 2 kali pertemuan
e)     Hasil akhir kerja .
b.     Siklus II
Dalam siklus II terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi , dan refleksi yang  merupakan hasil refleksi pada pelaksanaan siklus pertama sebagai berikut :
1)     Perencanaan
Penjelasan kegiatan dan langkah-langkah dalam perencanaan tindakan adalah sebagai berikut :
a)     Pertemuan  semua guru kelas IV, V, dan VI  di SD Inti ............. yang diikuti oleh 21 orang  dengan undangan Ketua Gugus yang diketahui oleh Pengawas Sekolah selaku Peneliti.
b)     Menentukan jadual  pelaksanaan penelitian sebanyak 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya.
c)     Meminta bantuan guru-guru kelas IV, V, dan VI  membawa bahan menyusun tes ulangan umum seperti silabus, RPP dan kisi-kisi penulisan tes.
d)    Memberikan  informasi tentang teknik penyusun tes.
e)     Tanya jawab seputar persiapan kegiatan penelitian dengan penerapan metode kerja kelompok
f)      Mengelompokkan guru menjadi  dalam 3 kelompok sesuai bidang ilmu yaitu kelompok A yang terdiri dari guru kelas IV, Kelompok B yang terdiri dari guru kelas V, dan Kelompok C yang terdiri dari guru kelas VI.
g)     Guru diberikan tugas  menyusun tes formatif bentuk obyektif  (Pilihan Ganda) untuk setiap butir tes dengan 4 pilihan.
h)     Guru diberikan tugas  menyusun tes hasil belajar  akhir semester  bentuk obyektif  (Pilihan Ganda ) untuk setiap butir tes dengan 4 pilihan.
i)       Jumlah tes yang disusun untuk kelompok A 50 butir tes obyektif 3 option, kelompok B 50 butir tes obyektif 4 option, kelompok C 50  butir tes obyektif 4 option.
j)       Peneliti melakukan cross cek ke masing-masing kelompok guru .
k)     Presentasi  kecil di masing-masing kelompok
l)       Presentasi  pada kegiatan diskusi
m)   Setelah soal tes tersusun dilakukan kalibrasi  / validasi  teoritik  dengan parameter penilaian :
(1)      Kesesuaian sistem tes dengan tujuan pembelajaran
(2)      Kesesuaian sistem tes dengan aspek pengetahuan yang diukur ( C1 – C6 ).
(3)      Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EYD.
n)     Penentuan tes profesional
Dari 50 butir tes untuk kelompok A ,50 butir tes untuk kelompok B, 50 butir tes untuk kelompok C, akan dilakukan penilaian dengan parameter akhir kelompok A 50 butir tes profesional, kelompok  B 50 butir tes profesional,  kelompok C 50 butir tes.
2)     Pelaksanaan 
Penjelasan tentang kegiatan dan langkah-langkah dalam kegiatan pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut :
a)     Memberikan jadual pelaksanaan penelitian kepada guruguru kelas IV, V, dan VI
b)     Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah meminta surat undangan untuk mengumpulkan guru-guru kelas IV, V, dan VI
c)     Menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan kerja kelompok, yaitu di SD Inti …………… terhadap kesiap ruangan, listrik, LCD Proyektor dan lainnya.
d)    Melaksanakan kegiatan penelitian dengan melaksanakan kerja kelompok sesuai rencana sebanyak 2 kali pertemuan
e)     Pelaksanaan hari I, pada tanggal ………………. Tahun ….. mulai pk. 8.00 WIB sampai pk. 11.30 WIB dengan materi ; pengarahan pengawas sekolah, materi penyusunan tes, mengecek kelengkapan bahan-bahan untuk menyusun tes.
f)      Pelaksanaan hari II, pada tanggal ………………. Tahun …..   mulai pk. 8.00 WIB sampai pk. 11.30 WIB dengan materi ; materi penulisan tes , presentasi pleno, revisi dan produk akhir, yaitu soal tes yang valid.
3)     Observasi
Dalam kegiatan observasi dilakukan dengan tahapan-tahapan pelaksanaan:
a)     Mengecek kehadiran guru-guru dengan melihat daftar hadir kegiatan yang telah dipersiapkan.
b)     Mengecek kelengkapan  bahan-bahan untuk menyusun tes seperti Silabus, RPP, Buku materi / buku pegangan siswa dan guru, format kisi-kisi tes, dan lainnya
c)     Mengecek kesiapan mental guru-guru untuk mengikuti kegiatan selama 2 kali pertemuan
d)    Hasil akhir kerja .
e)     Instrumen Observasi sebagaimana dijelaskan pada tabel-tabel sebagaimana pada pertemuan pertama.
4)     Refleksi
Dalam refleksi akan menempuh beberapa kegiatan sebagai berikut menentukan indikator pencapaian keberhasilan yaitu  Kelompok A menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option, Kelompok B menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option, Kelompok C menghasilkan 50  butir tes obyektif 4 option, menghitung persentase kehadiran guru-guru dengan melihat daftar hadir kegiatan yang telah dipersiapkan, memprosentasekan kelengkapan  bahan-bahan untuk menyusun tes seperti Silabus, RPP, Buku materi / buku pegangan siswa dan guru, format kisi-kisi tes, dan lainnya, memprosentasekan kesiapan mental guru-guru untuk mengikuti kegiatan selama 2 kali pertemuan untuk menentukan hasil akhir kerja serta keberhasilan penelitian, apakah dinyatakan berhasil atau masih harus dilanjutkan pada siklus berikutnya.
J.     Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini, analisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data. Data yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari hasil penilaian observasi pada saat tindakan dilakukan. Tujuan analisis dalam penelitian tindakan seolah ini adalah untuk memperoleh data kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan sebagaimana diharapkan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif  teknik persentasi. Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif. Perhitungan dalam proses analisis data menghasilkan prosentase pencapaian yang selanjutnya
K.   Indikator Keberhasilan 
Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah  meningkatnya kinerja guru IV, V, dan V dalam  menyusun soal tes melalui kegiatan kerja kelompok pada Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon adalah secara individual minimal mendapatkan kriteria BAIK atau mendapat skor pada rentang 66-85 pada Kesiapan Perangkat Menyusun Soal Tes dan Penilaian Profesional dan Validasi Teoritik Per KD dan TUNTAS pada kriteria Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes, dan secara klasikal minimal 85% jumlah guru dinyatakan  tuntas pada penilaian tiap siklusnya.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
L.    Hasil Penelitian
a.      Deskripsi Siklus I
Pada bagian ini dikemukakan hasil penelitian siklus I sesuai dengan subjek penelitian terdiri dari guru-guru kelas IV, V, dan VI yang berjumlah 21 orang. Semua guru tersebut sudah siap dengan perlengkapannya untuk mengikuti penyusunan tes hasil belajar semester dengan menerapkan metode kerja kelompok.
a.      Perencanaan
Penjelasan kegiatan dan langkah-langkah dalam perencanaan tindakan adalah sebagai berikut :
a)         Pertemuan  semua guru kelas IV, V, dan VI  di SD Inti ............. yang diikuti oleh 21 orang  dengan undangan Ketua Gugus yang diketahui oleh Pengawas Sekolah selaku Peneliti.
b)        Menentukan jadual  pelaksanaan penelitian sebanyak 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya.
c)         Meminta bantuan guru-guru kelas IV, V, dan VI  membawa bahan menyusun tes ulangan umum seperti silabus, RPP dan kisi-kisi penulisan tes.
d)        Memberikan  informasi tentang teknik penyusunan tes.
b.     Pelaksanaan
Pada kegiatan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama dapat dijelaskan sebagai berikut :
g)        Memberikan jadual pelaksanaan penelitian kepada guruguru kelas IV, V, dan VI
h)        Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah meminta surat undangan untuk mengumpulkan guru-guru kelas IV, V, dan VI
i)          Menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan kerja kelompok, yaitu di SD Inti …………… terhadap kesiap ruangan, listrik, LCD Proyektor dan lainnya.
j)          Melaksanakan kegiatan penelitian dengan melaksanakan kerja kelompok sesuai rencana sebanyak 2 kali pertemuan
k)        Pelaksanaan hari I, pada tanggal ………………. Tahun ….. mulai pk. 8.00 WIB sampai pk. 11.30 WIB dengan materi ; pengarahan pengawas sekolah, materi penyusunan tes, mengecek kelengkapan bahan-bahan untuk menyusun tes, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
                                            i.Tanya jawab seputar persiapan kegiatan penelitian dengan penerapan metode kerja kelompok
                                          ii.Mengelompokkan guru menjadi  dalam 3 kelompok sesuai bidang ilmu yaitu kelompok A yang terdiri dari guru kelas IV, Kelompok B yang terdiri dari guru kelas V, dan Kelompok C yang terdiri dari guru kelas VI.
                                        iii.Memeriksa kelengkapan administrasi penyusunan soal yang terdiri dari Silabus, RPP, Buku Pegangan Siswa, Pegangan Guru, Kisi-kisi Soal.
                                        iv.Mengisi lembar observasi berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi penyusunan soal yang dibawa dan dipersiapkan oleh masing-masing guru.












Gambar  4.1   Foto Kegiatan Pengarahan Pengawas Sekolah, Materi Penyusunan Tes, Mengecek Kelengkapan Bahan-Bahan Untuk Menyusun Tes

l)          Pelaksanaan hari II, pada tanggal ………………. Tahun …..   mulai pk. 8.00 WIB sampai pk. 11.30 WIB dengan materi ; materi penulisan soal tes, presentasi pleno, revisi dan produk akhir, yaitu soal tes yang valid.
                                            i.           Guru diberikan tugas  menyusun tes hasil belajar  akhir semester  bentuk obyektif  (Pilihan Ganda ) untuk setiap butir tes dengan 4 pilihan.
                                          ii.           Jumlah tes yang disusun untuk kelompok A 50 butir tes obyektif 3 option, kelompok B 50 butir tes obyektif 4 option, kelompok C 50  butir tes obyektif 4 option.
                                        iii.           Peneliti melakukan cross cek ke masing-masing kelompok guru.
                                        iv.           Presentasi  kecil di masing-masing kelompok
                                          v.           Presentasi  pada kegiatan diskusi
                                        vi.           Setelah soal tes tersusun dilakukan kalibrasi  / validasi  teoritik  dengan parameter penilaian :
1.     Kesesuaian sistem tes dengan tujuan pembelajaran
2.     Kesesuaian sistem tes dengan aspek pengetahuan yang diukur ( C1 – C6 ).
3.     Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EYD.
                                      vii.           Penentuan tes profesional










Gambar 4.2   Foto Kegiatan Pengarahan Pengawas Sekolah, Materi Penulisan Soal Tes, Presentasi Pleno, Revisi Dan Produk Akhir, Yaitu Soal Tes yang Valid
c.      Observasi
Dalam kegiatan observasi dilakukan dengan tahapan-tahapan pelaksanaan:
f)      Mengecek kehadiran guru-guru dengan melihat daftar hadir kegiatan yang telah dipersiapkan. (terlampir)
g)     Mengecek kelengkapan  bahan-bahan untuk menyusun tes seperti Silabus, RPP, Buku materi / buku pegangan siswa dan guru, format kisi-kisi tes, dan lainnya
h)     Mengecek kesiapan mental guru-guru untuk mengikuti kegiatan selama 2 kali pertemuan
i)       Hasil akhir kerja .
Instrumen Hasil Observasi pada pelaksanaan kegiatan siklus pertama sebagaimana dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini.
(1)  Hasil Observasi Kesiapan Perangkat Menyusun Soal Tes
Observasi awal yang dilaksanakan adalah memeriksa kesiapan perangkat menyusun soal tes yang dipersiapkan oleh masing-masing guru. Dalam kegiatan ini, guru diminta menyerahkan perangkat menyusun soal tes yang dipersiapkannya untuk diberikan penilaian. Hasil penilaian sebagaimana tabel di bawah ini. (Hasil Penilaian per Individu dapat dilihat pada lampiran)
Tabel   4.1   Rekapitulasi  Hasil Observasi Kesiapan Perangkat Menyusun Soal Tes pada Siklus Pertama

No
Nama guru
Jumlah
Hasil akhir
Kategori Nilai


1
Responden 1
12
60
C

2
Responden 2
15
75
B

3
Responden 3
14
70
B

4
Responden 4
11
55
C

5
Responden 5
14
70
B

6
Responden 6
13
65
C

7
Responden 7
12
60
C

8
Responden 8
12
60
C

9
Responden 9
13
65
C

10
Responden 10
15
75
B

11
Responden 11
11
55
C

12
Responden 12
14
70
B

13
Responden 13
13
65
C

14
Responden 14
13
65
C

15
Responden 15
13
65
C

16
Responden 16
13
65
C

17
Responden 17
13
65
C

18
Responden 18
12
60
C

19
Responden 19
13
65
C

20
Responden 20
13
65
C

21
Responden 21
14
70
B


Jumlah
273
1365
-


Rata - rata
13,00
65,00
C


Kategori nilai :
1. 86 -100 = sangat baik  ( A )
2. 66 – 85 = baik   ( B )
3. 55 – 65 = cukup  ( C )
4. 44 – 55 = kurang  ( D )
5. 25 – 45 = sangat kurang ( E )

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan perangkat menyusun soal yang dibawa oleh guru masih kurang dan belum lengkap. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata nilai dan kategori nilai yang diperoleh pada pelaksanaan siklus pertama. Di mana rata-rata nilai hasil akhir menunjukkan angka 65,00 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C).
Observasi terhadap Penilaian Validasi Teoritik Per KD yang dilakukan terhadap soal yang telah disusun oleh masing-masing kelompok berdasarkan kelasnya masing-masing menunjukkan hasil sebagaimana tabael di bawah ini.
Tabel   4.2   Rekapitulasi  Penilaian Validasi Teoritik Per KD pada Siklus Pertama

No
Mata Pelajaran
Aspek Dan Skor
Jumlah
Nilai
Kategori
a
b
c
(1-5)
(1-5)
(1-5)

Kelompok A






1
KD-1
3
3
4
10
66,67
B
2
KD-2
2
3
3
8
53,33
D
3
KD-3
3
3
3
9
60,00
C

Kelompok B






4
KD-1
3
4
4
11
73,33
B
5
KD-2
3
3
3
9
60,00
C

Kelompok C






6
KD-1
3
4
3
10
66,67
B
7
KD-2
3
3
3
9
60,00
C
8
KD-3
4
3
3
10
66,67
B

Jumlah
24
26
26
76
506,67
-

Rata - rata
3,00
3,25
3,25
9,50
63,33
C

Sedangkan pada penilaian terhadap Peningkatan Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes pada siklus pertama berdasarkan hasil penilaian pada kinerja kelompok dalam menyelesaikan soal sesuai dengan waktu yang ditentukan menunjukkan hasil sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.

Tabel   4.2   Rekapitulasi  Peningkatan Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes pada siklus pertama

No
Nama Guru
Parameter
Jumlah Soal Tes
Hasil

Kelompok A



1
Responden 1
50
40
 Belum Tuntas
2
Responden 2
50
40
 Belum Tuntas
3
Responden 3
50
50
Tuntas

Kelompok B



4
Responden 1
50
45
 Belum Tuntas
5
Responden 2
50
50
Tuntas
6
Responden 3
50
40
 Belum Tuntas

Kelompok C



7
Responden 1
50
50
Tuntas
8
Responden 2
50
40
 Belum Tuntas
9
Responden 3
50
40
 Belum Tuntas

Jumlah
450
395


Rata - rata
50
43,89

Parameter Keberhasilan :
Kelompok A menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option
Kelompok B menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option
Kelompok A menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option

Dari 3 kegiatan penilaian yang dilakukan berdasarkan jenis indikator yang berbeda-beda pula, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya kompetensi guru dalam menyusun soal belum maksimal. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh pada ketiga aspek penilaian yang dilakukan.
Pada aspek penilaian pertama, dapat disimpulkan bahwa kesiapan perangkat menyusun soal yang dibawa oleh guru masih kurang dan belum lengkap. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata nilai dan kategori nilai yang diperoleh pada pelaksanaan siklus pertama. Di mana rata-rata nilai hasil akhir menunjukkan angka 65,00 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C).
Pada aspek penilaian yang kedua, Penilaian Validasi Teoritik Per KD hasilnya juga belum maksimal. Perolehan rata-rata hanya menunjukkan angka 63,33 dan masuk kategori cukup atau C.
Pada aspek penilaian ketiga, Peningkatan Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes juga menunjukkan hasil yang kurang baik, karena dari 9 guru yang terbagi dalam 3 kelompok hanya ada 3 guru yang dinyatakan tuntas dan berhasil menyusun soal sesuai dengan parameter yang ditentukan yaitu 50 soal.
Melihat uraian sebagaimana dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan pula bahwa pelaksanaan peelitian tindakan sekolah sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun soal belum secara maksimal berhasil, sehingga proses pelaksanaan perbaikan masih harus dilanjutkan pada siklus berikutnya.
d.     Refleksi
Hasil dari pengamatan yang dilakukan bersama-sama dengan observer menunjukkan bahwa  pada prinsipnya kegiatan menyusun soal tes ulangan yang dilakukan dengan metode kerja kelompok pada guru kelas IV, V dan VI di Gugus Bina Gigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon berlangsung dengan baik, walaupun ada beberapa hal yang kurang bisa dipahami oleh para guru, yaitu mempresentasikan atau memaparkan hasil penulisan soal yang disusunnya.  Sebagai langkah tindaklanjut dari temuan masalah pada siklus pertama, peneliti melakukan refleksi dengan mengajukan pertanyaan berikut pada diri sendiri :
1)      Hal-hal baru apa yang ditemukan dalam kegiatan yang baru saja dilakukan?
2)      Bagaimana kegiatan kerja kelompok dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan penyusunan naskah soal tes?
3)      Apa yang perlu dilakukan untuk menggiatkan kegiatan kerja kelompok sebagai upaya peningkatan kompetensi guru penyusunan naskah soal tes?
Dari kenyataan temuan pada saat pelaksanaan siklus pertama, maka peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pada siklus kedua dengan meminta guru untuk melengkapi Perangkat Menyusun Soal Tes yang menjadi persiapan wajib pada saat akan menyusun soal tes, meningkatkan kemampuan menguasai KD sehingga penguasaan guru dalam membuat soal menjadi lebih meningkat sehingga hasil penilaian terhadap Penilaian Validasi Teoritik Per KD juga akan lebih baik dari pertemuan sebelumnya, serta pada Peningkatan Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes, guru diminta lebih cepat dalam memahami, mencermati dan menulis soal berdasarkan KD yang sudah ditetapkan sehingga paramater sebanyak 50 soal dapat tercapai tepat waktu.
b.     Dekskripsi Siklus II
Pada bagian ini dikemukakan hasil penelitian siklus II sesuai dengan subjek penelitian terdiri dari guru-guru kelas IV, V, dan VI yang berjumlah 21 orang. Tindakan pada siklus II adalah berdasarkan refleksi dari hasil siklus I.  Penjelasan pelaksanaan siklus II dapat diilustrasikan pada penjelasan dan uraiam di bawah ini.
a.      Perencanaan
1)        Pertemuan direncanakan dihadiri oleh  semua guru kelas IV, V, dan VI  di SD Inti ............. yang diikuti oleh 21 orang  dengan undangan Ketua Gugus yang diketahui oleh Pengawas Sekolah selaku Peneliti.
2)        Menentukan jadual  pelaksanaan penelitian sebanyak 2 kali pertemuan pada setiap siklusnya.
3)        Meminta bantuan guru-guru kelas IV, V, dan VI  membawa bahan menyusun tes ulangan umum seperti silabus, RPP dan kisi-kisi penulisan tes yang telah dilengkapi berdasarkan hasil penilaian pada siklus pertama.
4)        Memberikan  informasi tentang teknik penyusunan tes dengan mengulang penjelasan menggunakan sarana LCD Proyektor dengan media power point.
b.     Pelaksanaan
Pada kegiatan pelaksanaan tindakan pada siklus kedua dapat dijelaskan sebagai berikut :
1)        Memberikan jadual pelaksanaan penelitian kepada guru-guru kelas IV, V, dan VI
2)        Berkoordinasi dengan Kepala Sekolah pada SD Inti …….. meminta surat undangan untuk mengumpulkan guru-guru kelas IV, V, dan VI
3)        Menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan kerja kelompok, yaitu di SD Inti …………… terhadap kesiapan ruangan, listrik, LCD Proyektor dan lainnya.
m)      Melaksanakan kegiatan penelitian dengan melaksanakan kerja kelompok sesuai rencana sebanyak 2 kali pertemuan
n)        Pelaksanaan hari I, pada tanggal ………………. Tahun ….. mulai pk. 8.00 WIB sampai pk. 11.30 WIB dengan materi ; pengarahan pengawas sekolah, materi penyusunan tes, mengecek kelengkapan bahan-bahan untuk menyusun tes, dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
                                            i.Tanya jawab seputar persiapan kegiatan penelitian dengan penerapan metode kerja kelompok
                                          ii.Mengulang penjelasan tentang cara menyusun soal tes dengan baik berdasarkan aspek dan kriteria yang benar menggunakan media power point menggunakan LCD proyektor. Guru diminta memperhatikan dan mencatat hal-hal yang dianggap penting sebagai bahan pada kegiatan kerja kelompok.
                                        iii.Mengelompokkan guru menjadi  dalam 3 kelompok sesuai bidang ilmu yaitu kelompok A yang terdiri dari guru kelas IV, Kelompok B yang terdiri dari guru kelas V, dan Kelompok C yang terdiri dari guru kelas VI.
                                        iv.Memeriksa kelengkapan administrasi penyusunan soal yang terdiri dari Silabus, RPP, Buku Pegangan Siswa, Pegangan Guru, Kisi-kisi Soal yang telah direvisi pada pertemuan sebelumnya.
                                          v.Mengisi lembar observasi berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi penyusunan soal yang dibawa dan dipersiapkan oleh masing-masing guru.












Gambar  4.3   Foto Kegiatan Pengarahan Pengawas Sekolah, Materi Penyusunan Tes, Mengecek Kelengkapan Bahan-Bahan Untuk Menyusun Tes pada Siklus Kedua

o)        Pelaksanaan hari II, pada tanggal ………………. Tahun …..   mulai pk. 8.00 WIB sampai pk. 11.30 WIB dengan materi-materi penulisan soal tes, presentasi pleno, revisi dan produk akhir, yaitu soal tes yang valid.
                                            i.           Guru diberikan tugas  menyusun tes hasil belajar  akhir semester  bentuk obyektif  (Pilihan Ganda ) untuk setiap butir tes dengan 4 pilihan.
                                          ii.           Jumlah soal tes yang disusun untuk kelompok A 50 butir tes obyektif 4 option, kelompok B 50 butir tes obyektif 4 option, kelompok C 50  butir tes obyektif 4 option.
                                        iii.           Peneliti melakukan cross cek ke masing-masing kelompok guru untuk memastikan kesiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan kerja kelompok.
                                        iv.           Presentasi  kecil di masing-masing kelompok
                                          v.           Presentasi  pada kegiatan diskusi
                                        vi.           Setelah soal tes tersusun dilakukan kalibrasi  / validasi  teoritik  dengan parameter penilaian :
1.     Kesesuaian sistem tes dengan tujuan pembelajaran
2.     Kesesuaian sistem tes dengan aspek pengetahuan yang diukur ( C1 – C6 ).
3.     Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan EYD.
                                      vii.           Penentuan tes profesional















Gambar 4.4   Foto Kegiatan Pengarahan Pengawas Sekolah, Materi Penulisan Soal Tes, Presentasi Pleno, Revisi Dan Produk Akhir, Yaitu Soal Tes yang Valid pada Siklus Kedua
c.      Observasi
Dalam kegiatan observasi dilakukan dengan tahapan-tahapan pelaksanaan:
1)   Mengecek kehadiran guru-guru dengan melihat daftar hadir kegiatan yang telah dipersiapkan. (terlampir)
2)   Mengecek kelengkapan  bahan-bahan untuk menyusun tes seperti Silabus, RPP, Buku materi / buku pegangan siswa dan guru, format kisi-kisi tes, dan lainnya setelah direvisi pada siklus pertama.
3)   Mengecek kesiapan mental guru-guru untuk mengikuti kegiatan selama 2 kali pertemuan
4)   Hasil akhir kerja .
Instrumen Hasil Observasi pada pelaksanaan kegiatan siklus pertama sebagaimana dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini.
1)   Hasil Observasi Kesiapan Perangkat Menyusun Soal Tes
Observasi awal yang dilaksanakan adalah memeriksa kesiapan perangkat menyusun soal tes yang dipersiapkan oleh masing-masing guru setelah dilakukan perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus pertama. Dalam kegiatan ini, guru diminta menyerahkan perangkat menyusun soal tes yang dipersiapkannya untuk diberikan penilaian. Hasil penilaian sebagaimana tabel di bawah ini. (Hasil Penilaian per Individu dapat dilihat pada lampiran)
Tabel   4.4   Rekapitulasi  Hasil Observasi Kesiapan Perangkat Menyusun Soal Tes pada Siklus Kedua

No
Nama guru
Jumlah
Hasil akhir
Kategori Nilai


1
Responden 1
14
70
B

2
Responden 2
19
95
A

3
Responden 3
19
95
A

4
Responden 4
16
80
B

5
Responden 5
19
95
A

6
Responden 6
15
75
B

7
Responden 7
14
70
B

8
Responden 8
15
75
B

9
Responden 9
14
70
B

10
Responden 10
18
90
A

11
Responden 11
14
70
B

12
Responden 12
18
90
A

13
Responden 13
14
70
B

14
Responden 14
15
75
B

15
Responden 15
14
70
B

16
Responden 16
14
70
B

17
Responden 17
14
70
B

18
Responden 18
15
75
B

19
Responden 19
14
70
B

20
Responden 20
17
85
B

21
Responden 21
18
90
A


Jumlah
330
1650
-


Rata - rata
15,71
78,57
B


Kategori nilai :
1. 86 -100 = sangat baik  ( A )
2. 66 – 85 = baik   ( B )
3. 55 – 65 = cukup  ( C )
4. 44 – 55 = kurang  ( D )
5. 25 – 45 = sangat kurang ( E )

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan perangkat menyusun soal yang dibawa oleh guru setelah melewati pelaksanaan perbaikan pada siklus pertama terbukti meningkat. Perangkat menyusun soal yang terdiri dari Silabus, RPP, buku Pegangan Guru dan Siswa serta kisi-kisi soal  Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata nilai dan kategori nilai yang diperoleh pada pelaksanaan siklus kedua meningkat cukup signifikan dari angka 65,00 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C) pada siklus pertama menjadi 78,57 dan masuk dalam kategori baik (B). dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian berdasarkan Kesiapan Perangkat Menyusun Soal Tes dinyatakan berhasil, dan proses penelitian dinyatakan tuntas dan dihentikan pada siklus kedua karena kriteria dan indikator keberhasilan telah tercapai.
Observasi terhadap Penilaian Validasi Teoritik Per KD yang dilakukan terhadap soal yang telah disusun oleh masing-masing kelompok berdasarkan kelasnya masing-masing menunjukkan hasil sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel   4.5   Rekapitulasi  Penilaian Validasi Teoritik Per KD pada Siklus Kedua

No
Mata Pelajaran
Aspek Dan Skor
Jumlah
Nilai
Kategori
a
b
c
(1-5)
(1-5)
(1-5)

Kelompok A






1
KD-1
4
4
5
13
86,67
A
2
KD-2
4
4
4
12
80,00
B
3
KD-3
4
4
4
12
80,00
B

Kelompok B






4
KD-1
4
5
5
14
93,33
A
5
KD-2
4
4
4
12
80,00
B

Kelompok C






6
KD-1
4
5
4
13
86,67
A
7
KD-2
4
4
4
12
80,00
B
8
KD-3
5
4
4
13
86,67
A

Jumlah
33
34
34
101
673,33
-

Rata - rata
4,13
4,25
4,25
12,63
84,17
B

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Penilaian Validasi Teoritik Per KD terhadap naskah soal yang dibuat oleh guru setelah melewati pelaksanaan perbaikan pada siklus pertama terbukti meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata nilai dan kategori nilai yang diperoleh pada pelaksanaan siklus kedua meningkat cukup signifikan dari  rata-rata 63,33 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C) pada siklus pertama menjadi 84,17 dan masuk dalam kategori baik (B). dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Penilaian Validasi Teoritik Per KD terhadap naskah soal yang dibuat oleh guru dinyatakan berhasil, dan proses penelitian dinyatakan tuntas dan dihentikan pada siklus kedua karena kriteria dan indikator keberhasilan telah tercapai
Sedangkan pada penilaian terhadap Peningkatan Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes pada siklus pertama berdasarkan hasil penilaian pada kinerja kelompok dalam menyelesaikan soal sesuai dengan waktu yang ditentukan menunjukkan hasil sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.
Tabel   4.6   Rekapitulasi  Peningkatan Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes pada Siklus Kedua

No
Nama Guru
Parameter
Jumlah Soal Tes
Hasil

Kelompok A



1
Responden 1
50
50
Tuntas
2
Responden 2
50
50
Tuntas
3
Responden 3
50
50
Tuntas

Kelompok B



4
Responden 1
50
50
Tuntas
5
Responden 2
50
50
Tuntas
6
Responden 3
50
50
Tuntas

Kelompok C



7
Responden 1
50
50
Tuntas
8
Responden 2
50
50
Tuntas
9
Responden 3
50
50
Tuntas

Jumlah
450
450


Rata - rata
50
50,00

Parameter Keberhasilan :
Kelompok A menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option
Kelompok B menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option
Kelompok A menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan pencapaian parameter dalam menyusun soal tes disusun oleh guru terbukti meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata nilai dan kategori nilai yang diperoleh pada pelaksanaan siklus kedua meningkat cukup signifikan dari  rata-rata 43,89 pada siklus pertama menjadi 50 pada siklus kedua. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan pencapaian parameter dalam menyusun soal tes dinyatakan berhasil, dan proses penelitian dinyatakan tuntas dan dihentikan pada siklus kedua karena kriteria dan indikator keberhasilan telah tercapai yaitu masing-masing guru dalam kelompoknya menghasilkan 50 butir tes obyektif 4 option sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Dari 3 kegiatan penilaian yang dilakukan berdasarkan jenis indikator yang berbeda-beda pula, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya kompetensi guru dalam menyusun soal telah meningkat dari pertemuan-pertemuan sebelumnya.Hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh pada ketiga aspek penilaian yang dilakukan yang mencapai kriteria dan indikator keberhasilan pada pelaksanaan siklus kedua.
Melihat uraian sebagaimana dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan pula bahwa pelaksanaan penelitian tindakan sekolah sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun soal telah berhasil, sehingga proses pelaksanaan perbaikan dinyatakan berhasil dan tuntas pada siklus kedua.
d.     Refleksi
Hasil dari pengamatan yang dilakukan bersama-sama dengan observer menunjukkan bahwa  pada prinsipnya pelaksanaan kegiatan kerja kelompok untuk meningkatkan kompetensi guru khususnya guru kelas IV, V dan VI di Gugus Bina Gigendeng Kecamatan Kesambi Kota Bogor yagn dilaksanakan di SD Inti .......... dan diikuti oleh 21 orang guru   berlangsung dengan baik hampir semua permasalahan yang kurang dipahami oleh para guru pada pelaksanaan siklus pertama dapat terselesaikan dengan baik.  Kenyataan tersebut didukung oleh adanya peningkatan ke tiga aspek yang menjadi fokus penilaian peningkatan kompetensi guru dalam menyusun soal tes, yang dinyatakan memenuhi semua kriteria dan indikator keberhasilan.
M.     Pembahasan Hasil Penelitian
Dari pelaksanaan kegiatan penelitian yang dilaksanakan dalam 2 siklus di mana pada masing-masing siklus dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan dengan menerapkan metode kerja kelompok pada upaya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun soal tes ulangan tengah semester yang didasarkan pada 3 indikator dan kriteria penilaian dapat disimpulkan hasilnya sebagai berikut :
a.    Penilaian terhadap Kesiapan Perangkat Menyusun Soal Tes
Pada indikator kesiapan perangkat menyusun soal tes yang harus dipersiapkan guru sebagai langkah awal dalam menyusun soal tes yang terdiri dari silabus, RPP, buku pegangan guru dan siswa serta kisi-kisi soal, hasil penilaian dari kondisi awal sampai dengan siklus kedua sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.7  Rekapitulasi Peningkatan Hasil Observasi Kesiapan Perangkat Menyusun Soal Tes dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No
Siklus
Kelengkapan Bahan-bahan
Jumlah
Hasil Akhir
Kategori Nilai
a
b
c
d
e
1
Awal
2,00
2,10
2,19
1,81
2,86
10,95
54,76
D
2
Siklus I
2,67
2,76
2,38
2,29
2,90
13,00
65,00
C
3
Siklus II
3,10
3,05
2,86
2,71
4,00
15,71
78,57
B


Keterangan
a
Silabus
b
RPP
c
Buku Pegangan Guru/Siswa
d
Format Kisi-kisi
e
Kesiapan Mental

Dalam bentuk grafik, Peningkatan Hasil Observasi Kesiapan Perangkat Menyusun Soal Tes dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah ini.













Gambar  4.5  Peningkatan Hasil Observasi Kesiapan Perangkat Menyusun Soal Tes dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

b.    Penilaian Hasil Validasi Teoritik Per Kompetensi Dasar (KD)
Pada indikator validasi teoritik per kompetensi dasar (KD), dengna kegiatan melakukan penilaian terhadap penyusunan soal dengan mempertimbangkan tiap butir soal dengan KD yang terdapat pada silabus, hasil penilaian dari kondisi awal sampai dengan siklus kedua sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8  Rekapitulasi Hasil Validasi Teoritik Per Kompetensi Dasar (KD) dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No
Siklus
Aspek Penilaian
Jumlah
Hasil akhir
Kategori Nilai
a
b
c
1
Awal
2,13
2,38
2,13
6,63
44,17
D
2
Siklus I
3,00
3,25
3,25
9,50
63,33
C
3
Siklus II
4,13
4,25
4,25
12,63
84,17
B

Dalam bentuk grafik, Peningkatan Hasil Validasi Teoritik Per Kompetensi Dasar (KD) dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah ini.













Gambar  4.6  Peningkatan Hasil Validasi Teoritik Per Kompetensi Dasar (KD) dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

c.    Peningkatan Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes
Pada indikator Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes, dengan kegiatan melakukan penilaian terhadap kemampuan guru dalam membuat soal dengan paramater sebanyak 50 soal dengan 4 option, hasil penilaian dari kondisi awal sampai dengan siklus kedua sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.9  Rekapitulasi Hasil Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No
Siklus
Parameter
Jumlah Soal
Hasil akhir
1
Awal
50,00
34,44
 Belum Tuntas
2
Siklus I
50,00
43,89
 Belum Tuntas
3
Siklus II
50,00
50,00
Tuntas

Dalam bentuk grafik, Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II sebagaimana dijelaskan pada gambar di bawah ini.













Gambar  4.7  Peningkatan Hasil Pencapaian Parameter dalam Menyusun Soal Tes dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
N.   Hasil Penelitian
Penyusunan soal merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam menyiapkan bahan ulangan harian, ujian semesteran, ujian sekolah dan lainnya. Upaya peningkatan kompetensi guru dalam menyusun soal tes sebagaimana yang dilaksanakan pada kegiatan penelitian pada guru kelas IV, V, dan VI di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon dengan menerapkan metode kerja kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa peningkatan kompetensi guru kelas IV, V, dan VI dalam menyusun soal tes  di Gugus Bina Cigendeng Kecamatan Kesambi Kota Cirebon dapat ditempuh dengan menerapkan metode kerja kelompok. Kenyataan tersebut dibuktikan dengan peningkatan aspek-aspek yang menjadi indikator peningkatan kompetensi guru dalam menyusun soal tes. Pada aspek kesiapan perangkat menyusun soal yang dibawa oleh guru terbukti meningkat cukup signifikan dari angka 65,00 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C) pada siklus pertama menjadi 78,57 dan masuk dalam kategori baik (B) pada siklus kedua. Penilaian Validasi Teoritik Per KD terhadap naskah soal yang dibuat oleh guru terbukti meningkat dari  rata-rata 63,33 dan hanya masuk dalam kategori cukup (C) pada siklus pertama menjadi 84,17 dan masuk dalam kategori baik (B), dan pada aspek terakhir, yaitu peningkatan pencapaian parameter dalam menyusun soal tes meningkat dari  rata-rata 43,89 pada siklus pertama menjadi 50 pada siklus kedua.
Dari 3 kegiatan penilaian yang dilakukan berdasarkan jenis indikator yang berbeda-beda pula, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya kompetensi guru dalam menyusun soal telah meningkat dari pertemuan-pertemuan sebelumnya.Hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh pada ketiga aspek penilaian yang dilakukan yang mencapai kriteria dan indikator keberhasilan pada pelaksanaan siklus kedua.
O.   Saran
Setelah mengkaji dan membahas berbagai hal terkait dengan substansi, tujuan dan proses penelitian ini maka selanjutnya penulis mengajukan beberapa saran untuk meningkatkan mutu dan kemampuan guru dalam menyusun soal-soal tes  sebagai berikut :
1.   Gugus SD Bina Gigendeng 
a.       Dapat melanjutkan upaya perbaikan yang telah dilakukan dengan menerapkan hasil penelitian pada kegiatan penyusunan soal pada kelas dan mata pelajaran yang berbeda.
b.      Mengujicobakan soal-soal yang sudah disusun pada peserta didik dalam satu wilayah gugus bina SD.
2.   Guru
a.       Hasil penelitian diharapkan dapat meningkat kompetensi guru dalam menyusun soal-soal tes.
b.      Dapat bekerja sama dengan guru-guru dari kelas yang berbeda sebagai upaya peningkatan meningkat kompetensi guru dalam menyusun soal-soal tes.
c.       Dapat secara mandiri menerapkan cara dan teknik penyusunan soal tes pada mata pelajaran lain yang berbeda dalam kelas yang dibinanya.

Untuk mendapatkan file secara lengkap,
silahkan anda klik  DOWNLOAD