Lencana Facebook

banner image

Monday 22 January 2024

MAKALAH KENAIKAN PANGKAT MAPEL BAHASA INDONESIA SMP

 

 

 

 

 

 

 

 

MAKALAH

 

 

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA FABEL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA

KELAS VII SMP NEGERI 1 ..................

 

 

 

 

 

Diajukan  pada

…………………………………………………..

……………………………………

 

 

 

 

 

 

Oleh

 

..................

NIP. ..................

 

 

 

 

 

SMP NEGERI 1 ..................

Alamat :  Jl. ………………………, Toyoresmi, Kecamatan ..................,

Kabupaten ……………,  …………………..

2023

 

LEMBAR PENGESAHAN

 

 

 

 

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA FABEL DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA

KELAS VII SMP NEGERI 1 ..................

 

 

 

Oleh

 

..................

NIP. ..................

 

 

 

 

 

 

                        Mengetahui                                           ..................,    Maret 2021

           Kepala SMPN 1 ..................                                             Peneliti

 

 

 

 

 

                ……………………..                                               ..................

                NIP. ………………..                                           NIP. ..................

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ABSTRAK

 

 

Pembelajaran Bahasa Indonesia materi menceritakan teks fabel menunjukkan hasil keterampilan bercerita siswa dalam aspek lafal, intonasi, pilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap dan penguasaan tema masih kurang. Fabel adalah salah satu bentuk cerita (tradisional) yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya komunitas manusia, juga dengan permasalahan hidup layaknya manusia. Mereka dapat berpikir, berlogika, berperasaan, berbicara, bersikap, bertingkah laku, dan lain-lain sebagaimana halnya manusia dengan bahasa manusia. Media boneka tangan merupakan media yang menarik digunakan dalam pembelajaran bercerita fabel. Selain itu boneka tangan ini juga digunakan langsung oleh anak. Boneka tangan ini dapat digunakan sebagai media untuk bercerita. Pembelajaran keterampilan bercerita fabel pada siswa kelas VII SMPN 1 .................. meningkat dengan menggunakan media boneka tangan. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya keterampilan bercerita dalam aspek lafal, intonasi, pilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaan tema. Hal tersebut berbanding lurus dengan peningkatan proses dan nilai rata-rata yang dicapai siswa.  Peningkatan keterampilan bercerita siswa ditunjukkan oleh keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, perhatian dan konsentrasi siswa dalam menyimak materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, minat dan antusias siswa selama pembelajaran, pada pelajaran, keberanian siswa bercerita di depan kelas dan kerjasama kelompok sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan kreatif.

Kata Kunci : keterampilan bercerita, fabel, boneka tangan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ABSTRACT

 

 

Learning Indonesian with material about telling fable texts shows that the results of students' storytelling skills in the aspects of pronunciation, intonation, word choice, sequence, courage, fluency, attitude and mastery of themes are still lacking. Fables are a form of (traditional) story that features animals as story characters. These animals can think and interact like a human community, and also deal with life problems like humans. They can think, reason, feel, speak, act, behave, etc. just like humans with human language. Hand puppets are an interesting medium to use in learning to tell fables. Apart from that, these hand puppets are also used directly by children. This hand puppet can be used as a medium for telling stories. Learning of fable storytelling skills for class VII students at SMPN 1 .................. increases by using hand puppets. This is marked by increased storytelling skills in the aspects of pronunciation, intonation, word choice, sequence, courage, fluency, attitude and mastery of themes. This is directly proportional to the improvement in the process and the average grades achieved by students. Increasing students' storytelling skills is shown by students' activeness during the learning process, students' attention and concentration in listening to the lesson material presented by the teacher, students' interest and enthusiasm during learning, in lessons, students' courage to tell stories in front of the class and group collaboration so that they can create good learning. fun, active and creative.

 

Keywords: storytelling skills, fables, hand puppets

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

 

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ’’Peningkatan Keterampilan Bercerita Fabel dengan Menggunakan Media Boneka Tangan pada Siswa  Kelas VII SMP Negeri 1 ..................” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun atas  beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan yang ada. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. 

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan makalah di masa-masa selanjutnya. .

 

 

..................,       November 2023

 

Penulis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

 

HALAMAN JUDUL..........................................................................................      i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................     ii

ABSTRAK..........................................................................................................    iii

ABSTRACT .........................................................................................................    iv

KATA PENGANTAR........................................................................................     v

DAFTAR ISI.......................................................................................................    vi

 

BAB    I     PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah............................................................     1

B.       Rumusan Masalah......................................................................     3

C.       Tujuan Penulisan........................................................................     4

D.      Manfaat Penulisan.....................................................................     4

 

BAB    II   KAJIAN  PUSTAKA

A.      Peningkatan ..............................................................................     6

B.       Keterampilan Bercerita..............................................................     6

C.       Cerita Fabel ...............................................................................     8

D.      Media Boneka Tangan ..............................................................   10

 

BAB    III PEMBAHASAN

A.  Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Media Boneka Tangan  untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita Fabel pada Siswa Kelas VII SMPN 1 ..................               13

B.  Peningkatan Keterampilan Bercerita Fabel  pada Siswa Kelas VII SMPN 1 .................. melalui Penggunaan Media Boneka Tangan............................................    18

 

BAB    IV  PENUTUP

A.  Simpulan......................................................................................   23

B.  Saran............................................................................................   23

 

DAFTAR PUSTAKA


BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills), dan keterampilan menulis (writing skills) (Tarigan, 2018:11). Setiap keterampilan mempunyai hubungan yang erat dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pemikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan.

Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sejak dahulu sampai sekarang. Pada umumnya manusia senang melakukan kegiatan bercerita, dari usia anak-anak sampai dewasa. Bercerita dapat dipahami sebagai suatu tuturan yang memaparkan/menjelaskan bagaimana terjadinya suatu hal, peristiwa, dan kejadian, baik yang dialami sendiri maupun orang lain. Seseorang dapat bertukar pengalaman, perasaan, informasi dan keinginannya melalui kegiatan bercerita. Dengan demikian, kegiatan berbicara khususnya bercerita dapat membangun hubungan mental, emosional antara satu individu dengan individu lain. Pelaksanaan bercerita harus menguasai bahan/ ide cerita, penguasaan bahasa, pemilihan bahasa, keberanian, ketenangan, kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan teratur sehingga mampu dan terampil dalam bercerita. Keterampilan bercerita tidak hanya diperoleh begitu saja, tetapi harus dipelajari dan dilatih.

Pembelajaran bercerita tidak dilakukan secara serius dan beranggapan bahwa bercerita merupakan bagian sepele yang sering dilakukan oleh siapa saja sejak usia balita. Padahal pada kenyataannya di lapangan, masih banyak siswa kurang mampu mengekspresikan diri melalui kegiatan bercerita. Ketika siswa diminta bercerita di depan kelas, siswa seringkali tidak mempunyai ide, malu, grogi sehingga kata yang diucapkan menjadi tersendat-sendat/ diulang-ulang. Hal ini disebabkan oleh kesulitan siswa dalam praktik bercerita di antaranya karena faktor dalam diri siswa menjadi kurang jelas dan siswa kurang memapu mengorganisasikan perkataannya pada saat bercerita. Dengan demikian, dapat diidentifikasi bahwa keterampilan bercerita siswa masih rendah.

Keterampilan bercerita akan berhasil dan meningkat dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai. Kurangnya pemanfaatan media dalam pembelajaran membuat siswa menjadi kurang aktif dan kreatif. Dalam pembelajaran sebaiknya guru memberdayakan media pembelajaran yang ada serta sesuai dengan metode pembelajaran yang diterapkan.

Kekurangan dalam pembelajaran keterampilan bercerita tersebut dapat dikatakan kurang karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru, diketahui jika hasil keterampilan berbahasa siswa dalam aspek lafal, intonasi, pilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap dan penguasaan tema masih kurang. Dalam aspek lafal sebagian siswa masih menggunakan bahasa kedaerahan. Dalam aspek intonasi sebagian siswa masih bercerita dengan terbata-bata dan belum ada penekanan-penekanan dalam bercerita. Pemilihan kata saat melakukan kegiatan bercerita sebagian siswa masih kurang tepat. Sebagian besar siswa juga masih kurang runtut dalam bercerita. Banyak siswa yang belum berani untuk bercerita didepan kelas dan siswa masih merasa malu. Sebagian besar siswa belum lancar dalam bercerita dan masih banyak mendapat bimbingan dari guru. Sikap siswa saat bercerita masih banyak yang menunduk dan pandangan keatas. Sebagian siswa juga belum menguasai tema dari kegiatan keterampilan bercerita. Sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan penggunaan media pembelajaran yang sesuai. Hal ini dikarenakan untuk meningkatkan suatu keterampilan diperlukan pengalaman secara langsung, hal tersebut sesuai dengan pendapat Pritchard & Woollard (2010: 44) yang mengemukakan bahwa belajar adalah sebuah proses aktif yang berarti siswa harus secara berpartisipasi dalam proses, belajar tidak terjadi saat siswa pasif menerima informasi.

Penggunaan media yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan bercerita terdiri dari beberapa media, antara lain : gambar seri, audio visual (video), wayang, dan boneka tangan. Berdasarkan masalah yang ada di SMPN 1 .................., penulis sebagai guru bahasa Indonesia sepakat untuk menggunakan media boneka tangan untuk meningkatkan keterampilan bercerita siswa. Hal ini didasari oleh pendapat Tadzkiroatun Musfiroh (dalam Nur Farida, 2016:622) bahwa media boneka tangan merupakan media yang menarik bagi anak. Selain itu boneka tangan ini juga digunakan langsung oleh anak. Boneka tangan ini dapat digunakan sebagai media untuk bercerita.

Media boneka tangan dipilih untuk membantu meningkatkan keterampilan bercerita siswa karena tampilannya yang menarik minat siswa dan mampu untuk melakukan interaksi antar tokoh boneka tangan, sehingga dapat melatih intonasi dan ekspresi siswa saat bercerita. Hal ini didukung oleh pendapat Tadzkirotun Musfiroh (dalam Nur Farida, 2016:623) bahwa keterampilan bercerita merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi anak. Anak dapat lebih bergairah untuk belajar keterampilan berbicara dengan mengemukakan pendapatnya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Suhartono (2005:24) yaitu dalam mengembangkan keterampilan bercerita anak akan lebih efektif jika menggunakan media yang tepat. Dengan media boneka tangan keterampilan bercerita anak akan berkembang dengan baik. Selain itu media boneka tangan dapat memancing siswa untuk mengeluarkan suara dan ekspresinya. Hal ini karena media boneka tangan mempunyai kelebihan mudah digunakan, membuat antusiasme siswa, membuat siswa interaktif. Dengan begitu anak akan terpacu untuk terampil bercerita dihadapan teman-temannya.

Berdasarkan masalah yang ada di atas, maka karya tulis ilmiah yang penulis susun menggunakan  judul Peningkatan Keterampilan Bercerita Fabel Dengan Menggunakan Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 ...................

B.  Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam penulisan karya tulis ini  dirumuskan melalui dua pertanyaan berikut.

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan media boneka tangan  untuk meningkatkan keterampilan bercerita fabel pada siswa kelas VII SMPN 1 ..................?

2.  Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita fabel  pada siswa kelas VII SMPN 1 .................. melalui penggunaan media boneka tangan?

C.  Tujuan Penulisan

Tujuan yang diharapkan dari penulisan karya tulis  ini adalah sebagai berikut:

1.    Mendeskripsikan peningkatan keterampilan bercerita fabel pada siswa kelas VII SMPN 1 .................. melalui penggunaan media boneka tangan.

2.    Mendeskripsikan penggunaan media boneka tangan  untuk meningkatkan keterampilan bercerita fabel  pada siswa kelas VII SMPN 1 ...................

D.  Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

1.    Manfaat Teoritis

a.    Menemukan pengetahuan baru tentang keterampilan bercerita melalui penggunaan media boneka tangan.

b.    Dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penulisan serta penelitian selanjutnya yang lebih mendalam tentang keterampilan bercerita melalui penggunaan media boneka tangan.

2.    Manfaat Praktis

a.    Bagi Guru

1)   Guru dapat membuat media boneka tangan untuk digunakan dalam meningkatkan pembelajaran keterampilan bercerita siswa

2)   Memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam penggunaan media pembelajaran..

b.    Bagi Peserta Didik

Penulisan karya ilmiah ini dapat digunakan untuk membantu pembelajaran siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan meningkatkan keberanian siswa untuk bercerita serta kesempatan untuk berbicara menjadi merata

  c.    Bagi Sekolah

Hasil penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat lebih mengembangkan inovasi dalam pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa Indonesia

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.  Peningkatan

Peningkatan adalah proses, cara atau perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dll). Peningkatan adalah proses, cara perbuatan untuk menaikkan sesuatu atau usaha kegiatan untuk memajukan sesuatu, kesesuatu yang lebih baik lagi daripada sebelumnya. Peningkatan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pembelajar (guru) untuk membantu siswa untuk meningkatkan hasil pembelajaran, Pembelajaran dikatakan meningkat apabila adanya suatu perubahan dalam proses pembelajaran, hasil pembelajaran dan kualitas pembelajaran mengalami perubahan secara berkwalitas. Kamus besar bahasa Indonesia (2015: 252). Istilah Peningkatan berasal dari kata tingkat yang berarti berlapis-lapis dari sesuatu yang tersusun sedemikian rupa, sehingga membentuk suatu susunan yang ideal sedangkan Peningkatan adalah kemajuan dari seseorang dari Sesuatu yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Sardiman (2011: 23).

B.  Keterampilan Bercerita

1.    Pengertian Bercerita

Bercerita merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Artinya, dalam bercerita seseorang melibatkan pikiran, kesiapan mental, keberanian, perkataan yang jelas sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2013: 278), ada beberapa bentuk tugas kegiatan berbicara yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan bercerita pada siswa, yaitu (1) bercerita berdasarkan gambar, (2) wawancara, (3) bercakap-cakap, (4) berpidato, (5) berdiskusi. Bercerita merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sejak dahulu sampai sekarang. Hampir setiap siswa yang telah menikmati suatu cerita akan selalu siap untuk menceritakannya kembali, terutama jika cerita tersebut mengesankan bagi siswa. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2013: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan berbicara yang bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan berbicara yang bersifat pragmatis. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai siswa dalam bercerita yaitu linguistik dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan ucapan, tata bahasa, kosakata, kefasihan dan kelancaran, menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik.

Tarigan (2019: 35) menyatakan bahwa bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian karena bercerita termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian-pengertian atau makna makna menjadi jelas. Dengan bercerita, seseorang dapat menyampaikan berbagai macam cerita, ungkapan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dibaca dan ungkapan kemauan dan keinginan membagikan pengalaman yang diperolehnya. Dengan kata lain, bercerita adalah salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan, berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dan dibaca.

2.    Keterampilan Bercerita

Keterampilan bercerita yang baik memerlukan pengetahuan, pengalaman serta kemampuan berpikir yang memadai. Selain itu dalam bercerita juga diperlukan penguasaan beberapa keterampilan, yaitu ketepatan tatabahasa sehingga hubungan antar kata dan kalimat menjadi jelas. Ketepatan kata dan kalimat sangat perlu dikuasai dalam bercerita, sebab dengan menggunakan kata dan kalimat yang tepat dalam bercerita akan memudahkan pendengar memahami isi cerita yang dikemukakan oleh pembicara. Isi cerita yang mudah dipahami akan menunjang dalam penyampaian maksud yang sama antara pembicara dan pendengar, sehingga tujuan penyampaian makna cerita juga dapat tercapai. Selain itu dalam bercerita diperlukan kelancaran dalam menyampaikan kalimat per kalimat. Kelancaran dalam menyampaikan isi cerita akan menunjang pembicara dalam menyampaikan isi cerita secara runtut dan lancar sehingga penyimak/pendengar yang mendengarkan dapat antusias dan tertarik mendengarkan cerita.

Bercerita merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang berarti menghasilkan ide, gagasan, dan buah pikiran (Yeti Mulyati, 2017:64). Ide, gagasan, dan pikiran seorang pembicara memiliki hikmah atau dapat dimanfaaatkan oleh penyimak/pendengar, misalnya seorang guru berbicara dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga ilmu tersebut dapat dipraktikkan dan dimanfaatkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan keterampilan bercerita seseorang harus mampu memperhatikan tatabahasa yang digunakan termasuk ketepatan kata dan kalimat. Selain itu perlu diperhatikan kelancaran dalam penyampaian kalimat dalam cerita.

C.  Cerita Fabel

Cerita binatang (fabel) adalah salah satu bentuk cerita (tradisional) yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Binatang-binatang tersebut dapat berpikir dan berinteraksi layaknya komunitas manusia, juga dengan permasalahan hidup layaknya manusia. Mereka dapat berpikir, berlogika, berperasaan, berbicara, bersikap, bertingkah laku, dan lain-lain sebagaimana halnya manusia dengan bahasa manusia (Fikar. 2014:46). Cerita merupakan jenis teks narasi. Teks narasi mencakup semua jenis tulisan atau lisan yang mengandung unsur cerita. sedangkan secara etimologis fabel berasal dari bahasa latin fabulat. Fabel merupakan cerita tentang kehidupan binatang yang berperilaku menyerupai manusia. Fabel termasuk jenis cerita fiksi, bukan kisah tentang kehidupan nyata. Fabel sering juga disebut cerita moral karena pesan yang ada didalam cerita fabel berkaitan erat dengan moral.

Teks cerita fabel tidak hanya mengisahkan kehidupan binatang, tapi juga mengisah kehidupan manusia dengan segala karakternya (Lara Febriana. 2017:28).  Dalam arti leksikal, fabel berarti cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang yang berisi pendidikan moral dan budi pekerti. Misalnya, kancil merupakan tokoh utama dalam fabel Indonesia yang berperan sebagai manusia yang cerdik. Cerdik artinya cepat mengerti (tentang situasi dan sebagainya) dan pandai mencari pemecahan. Kata cerdik juga sering diartikan banyak tipu muslihatnya, licik, atau licin. Fabel ini hadir sebagai personifikasi manusia, baik yang menyangkut penokohan lengkap dengan karakternya maupun persoalan hidup yang diungkapkannya (Sugihastuti, 2015:14).  Kelebihan dari fable adalah memberikan pengalaman khusus pada peserta didik karena melibatkan peserta didik seperti membaca, mendongeng, dan berperan menjadi tokoh binatang (Reni, dkk, 2020:3).

Dilihat dari kemunculannya, cerita binatang dapat dikategorikan ke dalam cerita klasik dan cerita modern. Cerita binatang klasik dimaksudkan sebagai cerita yang telah ada sejak zaman dahulu, namun tidak diketahui persis kapan kemunculannya, yang diwariskan secara turun-temurun terutama lewat sarana lisan. Dan cerita binatang di modern (fabel modern) dimaksudkan sebagai cerita yang muncul dalam waktu yang relatif belum lama dan sengaja ditulis oleh pengarang tertentu sebagai ekspresi kesastraan. Fabel klasik cerita binatang suda ada sejak zaman Yunani klasi dan india kuno misalnya cerita yang berjudul Jataka dan Pancatantra. Dalam cerita itu selalu ditampilkan binatang yang menjadi peran utama, kecil, lemah, tetapi cerdas sehingga dapat menundukan binatang-binatang yang besar dan kuat. Fabel modern secara prinsipial tidak ada perbedaan antara fabel klasik dan fabel modern kecuali bahwa yang disebut belakangan ditulis relatif belum lama dan sengaja dimaksudkan sebagai bahan bacaan sastra. Namun cerita binatang dipergunakan untuk memberikan pesan moral kepada pembaca, terutama anak anak merupakan tujuan lain hadirnya cerita itu baik dalam cerita binatang klasik maupun modern (Burhan. 2016:193-194).  Fabel adalah cerita tentang kehidupan binatang yang berprilaku layaknya manusia. Fabel termasuk jeniscerita fiksi, bukan kisa tentang kehidupan nyata. Fabel sering disebut juga cerita moral karena pesan yang ada didalam cerita fabel berkaitan erat dengan moral (Muhamad, 2020:181-182).

D.  Media Boneka Tangan

1.    Pengertian Media Boneka Tangan

Boneka berasal dari bahasa portugis yang artinya mainan yang mempunyai bentuk yang bermacam-macam ada yang bentuknya seperti manusia, kartun, tokoh fiksi, hewan, tumbuhan, dan benda yang lainya. Boneka adalah mainan yang paling tua karena sudah ada sejak zaman Yunani, Romawi ataupun Mesir kuno. Sedangkan tangan merupakan satu anggota badan mulai dari siku sampai ujung jari yang digunakan sebagai alat gerak. Dalam kegiatan pembelajaran penggunaan media boneka tangan dianggap efektif untuk membuat anak-anak dapat memusatkan perhatiannya kepada gurunya pada saat pembelajaran. Boneka menjadi alat peraga yang dianggap hampir mendekati naturalistik dengan isi cerita (Asril, dkk, 2015:41-51). Media Boneka Tangan adalah boneka yang dijadikan sebagai alat dalam proses pembelajaran yang terbuat dari flannel yang berbentuk hewan, dengan menggunakan media boneka tangan akan membantu meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Dengan menggunakan media boneka tangan siswa secara aktif akan mudah menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kebebasan kata yang diolah dari hasil pemikirannya menggunakan bahasa anak yang lebih sederhana (Firdaus. 2019:23). Dari penjelasan singkat dapat disimpulkan bahwa media boneka tangan adalah tiruan dari beberapa bentuk yang dapat dimainkan dengan menggunakan tangan yang digerakan dengan menggunakan tangan sesuai dengan cerita yang akan disampaikan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan media boneka tangan dapat menarik perhatian peserta didik dan membuat peserta didik lebih mengerti karena objek ada didepan mereka.

2.    Kelebihan Media Boneka Tangan:

a.    Menarik perhatian dan minat peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

b.    Membantu mengembangkan emosi peserta didik dengan mengekspresikan emosi dan kekhawatiranya melalui boneka tangan tanpa merasa takut.

c.    Membantu peserta didik membedakan fantasi dan realita.

d.   Tidak banyak memakan tempat dalam pelaksanaanya.

e.    Mengembangkan aspek bahasa.

f.     Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya (Nashihah,  2017:1-5)

3.    Kekurangan Media Boneka Tangan

a.    Memerlukan banyak waktu untuk mempersiapkan media boneka tangan.

b.    Karakteristik setiap peserta didik yang berbeda, sehingga guru harus menyesuaikan dengan kondisi peserta didik (Ika.  2014, 14).

4.    Langkah Menggunakan Media Boneka Tangan

a.    Mempersiapkan Boneka tangan sebelum memulai bercerita.

b.    Boneka Tangan harus disesuaikan dengan cerita yang akan disampaikan.

c.    Jarak boneka tidak boleh terlalu dekat dengan mulut.

d.   Kedua tangan harus sesuai bisa bergerak menyesuaikan cerita.

e.    Suara dan gerakan tangan harus sesuai.

f.     Lakukan improvisasi sederhana.

g.    Tutup cerita dengan simpulan yang sederhana.

5.    Pembelajaran Bercerita Menggunakan Media Boneka Tangan

Media boneka tangan merupakan media rangsang visual yang dapat digunakan untuk melatih siswa agar mampu berpikir dan aktif berbicara melalui kegiatan bercerita. Adapun langkah-langkah pembelajaran bercerita menurut Silberman (2010: 218-219) yang telah dimodifikasi dengan menggunakan media boneka tangan yaitu sebagai berikut.

a.    Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

b.    Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang unsur-unsur intrinsik cerita dan tata cara bercerita yang baik sesuai dengan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.

c.    Siswa dan guru melakukan tanya jawab untuk menggali pengetahuan yang dimiliki siswa serta dihubungkan dengan materi.

d.   Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok dibagi cerita yang disiapkan oleh guru.

e.    Siswa beserta teman kelompoknya berdiskusi tentang pembagian tokoh dalam cerita.

f.     Siswa beserta teman kelompoknya berlatih cerita di tempat duduk masing-masing.

g.    Setiap kelompok diberi tugas untuk bercerita di depan kelas menggunakan media rangsang visual berupa boneka tangan.

h.    Siswa memperoleh perbaikan dari kegiatan bercerita yang tidak sesuai dengan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.

i.      Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

A.  Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Media Boneka Tangan  untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita Fabel pada Siswa Kelas VII SMPN 1 ..................    

Pada pembahasan ini penulis akan menganalisis data yang sudah dideskripsikan dengan teori umum. Telah kita ketahui bahwa sejak lama guru bahasa Indonesia di  SMPN 1 .................. sudah menerapkan materi bercerita fabel dengan menggunakan boneka tangan untuk menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Madyawati, bercerita adalah salah satu keterampilan bercerita yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain dengan cara menyampaikan berbagai macam ungkapan, perasaan yang sesuai dengan apa yang dialami, dirasakan, dilihat, dan dibaca (Madyawati, 2016).

Persiapan yang dilakukan guru bahasa Indonesia di SMPN 1 .................. dalam menerapkan pembelajaran bercerita dengan boneka tangan ini yaitu pemilihan judul cerita yang akan disampaikan serta durasi cerita disesuaikan dengan tema pada hari itu. Lalu guru mempersiapkan boneka yang akan digunakan sebagai tokoh cerita. Guru juga membuat kertas yang berisikan kosakata yang digunakan oleh anak untuk mengeja kata yang berkaitan dengan tema. Hal ini senada dengan pendapat Ridwan&Bangsawan, sebelum bercerita pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak usia dini agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh pemilihan tema dan judul yang tepat, waktu penyajian, dan suasana atau situasi dan kondisi (Ridwan & Bangsawan, 2021).

Penggunaan media boneka tangan untuk meningkatkan keterampilan bercerita  fabel siswa memiliki beberapa tahap yaitu :

1.    Guru meminta anak untuk merapatkan tempat duduknya, agar saat kegiatan bercerita berlangsung dengan kondusif.

2.    Selanjutnya guru memulai bercerita dengan media boneka tangan, di panggung boneka yang berada di depan kelas.

3.    Guru mulai menceritakan cerita sesuai dengan tema pada hari itu. Pada saat observasi, guru menceritakan cerita mengenai tema rekreasi, lalu guru bercerita dengan menggunakan empat boneka, dengan karakter yang berbeda. Pada saat bercerita, guru juga menerangkan beberapa kosakata baru sesuai dengan tema yang diceritakan.

4.    Diawali dengan perkenalan tokoh boneka yang akan dijadikan media pembelajaran. Agar anak juga dapat mengetahui siapa saja yang menjadi tokoh di cerita tersebut. Pada saat bercerita guru juga menggunakan suara yang berbeda-beda di setiap tokohnya, dengan tujuan agar anak mudah memahami alur ceritanya.

5.    Guru juga menampilkan kosakata baru di dalam cerita, serta terdapat tulisan yang nantinya akan di eja oleh anak. Secara tidak langsung anak akan bertambah perbendaharaan katanya melalui cerita tersebut

6.    Diakhir cerita, guru mengulas kembali apa yang telah diceritakannya dan memberi anak beberapa pertanyaan, dengan begitu guru dapat mengetahui apakah anak dapat memahami atau tidak cerita yang telah disampaikannya.

Hal diatas senada dengan pendapat Menurut Gustriningsih (dalam Joko, dkk, 2014:52) menjelaskan langkah langkah penggunaan media boneka tangan adalah sebagai berikut:

1.    Menyiapkan tempat dan setting tempat duduk untuk anak penyesuaian ini tergantung dari lokasi cerita disampaikan penataan tempat anak membentuk huruf “U” sangat baik diklakukan dalam kegiatan bercerita serta mengkondisikan anak agar tenang.

2.    Pembawa cerita menyiapkan diri sebaik mungkin untuk siap bercerita, menguasai alur/plot, penokohan, mimik wajah dan suara.

3.    Memulai bercerita saat anak sudah dalam kondisi tenang.

4.    Pendidik mempersiapkan naskah cerita untuk dipelajari dengan media boneka tangan yang digunakan.

5.    Pendidik maju bercerita dengan boneka tangan, menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak.

6.    Sambil memainkan boneka, lafal dan intonasi harus jelas saat bercerita.

7.    Boneka yang dimainkan harus sesuai penokohan atau watak tokoh.

8.    Dalam memainkan boneka, pendidik harus terlihat lentur dalam memainkannya dan singkron antara suara dan gerakan.

Dalam pengembangan keterampilan bercerita pada siswa kelas VII SMPN 1 .................., guru menggunakan metode bercerita dengan boneka tangan karena guru dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan mengenalkan kosa kata baru, tata bahasa yang benar serta penggunaan kata yang tepat kepada anak lebih mudah dan efisian. Dengan penggunaan boneka tangan sebagai media bercerita dapat menjadikan proses pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan bagi anak. Dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan anak akan merasa senang dan akan lebih mudah menangkap materi pembelajaran. Penerapan metode bercerita menggunakan media boneka tangan bertujuan sebagai sarana untuk menyampaikan materi atau cerita kepada anak ketika melakukan pembelajaran. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis dengan menggunakan media boneka guru dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan cara yang lebih menarik perhatian anak, serta lebih menghibur anak yang mendengarkan ceritanya. Guru dapat menstimulasi, memberikan semangat kepada anak menggunakan media boneka tangan sehingga anak dapat menerima pesan yang disampaikan guru. Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat menurut Mudini dan Purba (2009) bahwa tujuan dari metode bercerita diantaranya yaitu, mendorong atau menstimulasi anak, meyakinkan, menggerakkan, menginformasikan, dan menghibur.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis, kelebihan menggunakan media bercerita dengan boneka tangan diantaranya karena penggunaan media boneka anak akan lebih tertarik karena boneka seolah-olah seperti hidup dan dapat berbicara. Dengan begitu dapat mengembangkan emosi anak, dalam mengekspresikan apa yang dirasakan ketika memperhatikan cerita. Anak juga secara tidak langsung dapat menggunakan imajinasinya serta dapat membedakan antara fantasi dan realita. Hal tersebut selaras dengan pendapat menurut Madyawati (2016) beberapa kelebihan penggunaan metode bercerita dengan media boneka tangan yaitu:

1.    Umumnya anak menyukai boneka. Dengan bercerita menggunakan media boneka tangan, maka akan lebih menarik perhatian dan minat anak terhadap kegiatan pembelajaran.

2.    Membantu mengembangkan emosi anak. Anak dapat mengekspresikan emosi dan kekhawatirannya melalui boneka tangan tanpa merasa takut ditertawakan dan diolok-olok teman.

3.    Membantu anak untuk membedakan fantasi dan realita

4.    Anak dituntut belajar memahami benda mati seolah-olah benda hidup dan bersuara

5.    Bagi seorang guru, media bercerita boneka tangan merupakan media yang sangat bermanfaat

6.    Membantu guru dalam memahami perbedaan indivdual anak didik

7.    Karena bentuk dan warnanya, boneka tangan mampu menarik perhatian dan minat anak

Hal yang harus diperhatikan sebelum menerapkan metode bercerita dengan media boneka tangan yang pertama yaitu guru menentukan judul cerita yang akan disampaikannya, disesuaikan dengan tema dan sub tema pada hari itu. Setelah guru menentukan judul cerita guru harus paham alur atau cerita yang akan disampaikannya. Guru juga mempertimbangkan durasi waktu cerita agar anak tidak merasa bosan jika cerita terlalu lama. Sebelum ccerita dimulai pastikan anak sudah dalam kondisi yang kondusif dan siap menerima materi pembelajaran. Dan saat bercerita guru memperhatikan beberapa teknik saat bercerita, seperti penggunaan suara yang berbeda-beda disetiap tokohnya, tanngan yang digunakan untuk menggerakkan boneka harus luwes atau tidak kaku, suara dan gerakan mulut boneka juga harus tepat.

Hal ini sejalan dengan pernyataan menurut Ridwan & Bangsawan (2021), yaitu teknik dalam bercerita menggunakan boneka tangan, antara lain yaitu:

1.    Pemilihan tema dan Judul yang tepat

2.    Waktu penyajian cerita

3.    Suasana (Situasi dan Kondisi)

Menurut Itadz dalam (Ridwan & Bangsawan, 2021) teknik bercerita dengan boneka tangan adalah:

4.    Jarak antara mulut dan boneka tidak terlalu dekat

5.    Dalam memainkan tangan harus lentur.

6.    Antara suara dan gerakan boneka harus tepat

7.    Dapat juga diberi nyanyian melalui perilaku tokoh tersebut

8.    Melakukan improfisasi melalui tokoh dengan interaksi langsung dengan anak.

Melalui penerapan metode bercerita dengan media boneka tangan, setiap satu bulan sekali diadakan evaluasi yang berguna untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian keterampilan bercerita anak. Dengan begitu guru akan mengetahui, sejauh mana tingkat pencapaian aspek keterampilan bercerita tiap anak. Jika terdapat aspek perkembangan yang kurang terpenuhi maka akan dilakukan penerapan kembali sampai aspek-aspek keterampilan bercerita anak tercapai dengan optimal Metode bercerita dengan boneka tangan di SMPN 1 .................. telah diterapkan sejak lama.

Penerapan metode bercerita dengan media boneka tangan ini dalam menstimulasi keterampilan bercerita berjalan dengan baik. Maka dari itu media boneka tangan digunakan sebagai peraga dalam bercerita sampai sekarang. Dalam penerapan metode bercerita dengan menggunakan boneka tangan, berlangsung dengan baik namun ada beberapa hal yang harus dikembangkan guru agar menjadi lebih baik. Seperti karakter boneka yang digunakan lebih dekat dengan anak semisal karakter kartun, hal tersebut mungkin dapat menjadikan anak lebih antusias dan lebih dekat dengan karakter anak. Jadi dapat disimpulkan dari hasil observasi dan wawancara bahwa metode bercerita dengan boneka tangan yang telah diterapkan di SMPN 1 .................. baik dalam merangsang keterampilan bercerita anak, namun akan lebih baik lagi jika karakter tokoh dalam bercerita tersebut di sesuaikan dengan karakter yang dekat dengan anak. Dalam setiap bulannya juga dilakukan evaluasi pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian keterampilan bercerita anak. Dan bila ada aspek yang belum berkembang secara optimal maka akan diterapkan lagi sampai aspek keterampilan bercerita anak dapat berkembang optimal sesuai dengan usianya.

B.  Peningkatan Keterampilan Bercerita Fabel  pada Siswa Kelas VII SMPN 1 .................. melalui Penggunaan Media Boneka Tangan   

Pembelajaran keterampilan bercerita fabel pada  siswa kelas VII SMPN 1 .................. masih kurang. Siswa kurang serius memperhatikan saat guru menjelaskan materi, dan terlihat kurang bersemangat, dan kurang tertarik dengan kegiatan pembelajaran keterampilan bercerita fabel. Guru perlu menunjuk dan memotivasi siswa agar berani bercerita di depan kelas. Ada beberapa siswa yang tidak mau bercerita di depan kelas, tetapi setelah dibujuk oleh guru siswa tersebut berani maju kedepan kelas dengan sikap masih malu-malu. Sebagian besar siswa tidak siap untuk bercerita, sehingga saat bercerita di depan kelas siswa merasa takut, kurang lancar, lirih, dan lafal yang masih kurang tepat, guru juga sering melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing siswa menceritakan pengalamannya.

Dari kesimpulan yang didapat penulis sebagai guru bahasa Indonesia  di SMPN 1 ..................  dapat disimpulkan bahwa aspek lafal, intonasi, pemilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaan tema masih rendah. Dari data tersebut, dapat diuraikan jika siswa belum memperhatikan aspek kebahasaan dan non kebahasaan dalam bercerita. Hal tersebut mengakibatkan siswa masih kurang terampil dalam bercerita yang sesuai dengan pendapat dari Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 17-22) bahwa dalam bercerita hal-hal yang harus diperhatikan yaitu aspek kebahasaan yaitu lafal, intonasi, pilihan kata dan keruntutan, serta aspek non kebahasaan yaitu keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaan tema. Siswa juga masih kurang memiliki perhatian pembelajaran sehinggga minat siswa terhadap pelajaran masih kurang.

Hal ini mengakibatkan siswa masih enggan bercerita di depan kelas yang sesuai dengan yang diungkapkan dari Henry Guntur Tarigan (2015: 11) yang berpendapat jika motivasi merupakan penentu keberhasilan seseorang. Kurangnya motivasi dalam mengikuti pembelajaran diduga karena dalam pembelajaran tidak menggunakan media. 

Meningkatnya hasil keterampilan bercerita karena siswa sudah memperhatikan aspek kebahasaan dan non kebahasaan, yaitu aspek lafal intonasi, pemilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap dan penguasaan tema. Hal ini dikarenakan siswa bercerita dengan media boneka tangan sehingga siswa tertarik dan mudah memahami apa yang di ajarkan guru mengenai aspek kebahasaan dan non kebahasaan dalam kegiatan bercerita. Dengan menggunakan media boneka tangan pelafalan siswa meningkat karena siswa bercerita menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga kata-kata yang diucapkan terdengar dengan jelas hal ini sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 17) bahwa pelafalan yang baik yaitu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Penggunaan media boneka tangan juga meningkatkan intonasi siswa yaitu siswa mampu menggunakan intonasi berdasarkan tanda baca dengan tepat, hal tersebut sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 1 8) intonasi yang sesuai ketika bercerita yaitu memperhatikan tekanan, rimte, dan jangka dalam bercerita.

Pemilihan katanya juga sudah sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar siswa sudah tepat dalam mengucapkan kosa kata, hal ini seauai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 18) keterampilan bercerita perlu memperhatikan kosa kata yang tepat . Siswa juga menjadi runtut dalam bercerita siswa mengucapkan kalimat dengan runtut karena siswa bercerita menggunakan beberapa tokoh boneka tangan sehingga mereka bercerita dengan urut dan runtut, hal ini sesuai dengn pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 19) keruntutan struktur kalimat yang baik perlu diperhatikan saat mengkomunikasikan sesuatu secara lisan. Dengan bercerita menggunakan media boneka tangan siswa menjadi berani bercerita di depan kelas, siswa memperagakan boneka tangan sehingga dalam bercerita mereka rileks dan suara siswa sudah sesuai irama dan enak untuk didengar, hal ini sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 19) bahwa siswa berani bercerita di depan kelas dengan percaya diri dan semangat. Kelancaran siswa dalam bercerita juga meningkat karena dengan bercerita menggunakan media boneka tangan siswa mempersiapkan apa yang ingin diungkapkan sebelum becerita di depan kelas, hal ini sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 20) bahwa seseorang dapat lancar berbicara jika seseorang tersebut mengerti apa yang akan dikatakan, untuk itu pentingnya persiapan yang matang dalam menyusun hal yang ingin diungkapkan dalam pembicaraan.

Sikap siswa juga meningkat karena yang tadinya malu-malu dan cenderung tidak siap menjadi tegak dalam berbicara dan mampu berinteraksi dengan temannya menggunakan media boneka tangan siswa sudah mampu bersikap sangat ekspresif, gerak-gerik wajar, sangat tenang  dan tidak grogi, hal tersebut sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 21) siswa yang berbicara di depan umum dengan sikaptegak dan pandangan mata menyebar (tidak menunduk atau pandangan keatas) berarti siswa tersebut telah memiliki sikap percaya diri yang baik. Penguasaan tema siswa meningkat karena dala bercerita menggunakan media boneka tangan siswa sudah menumbuhkan sikap keberanian, percaya diri, dan kelancaran dalam bercerita siswa sudah bercerita sangat sesuai dengan tema, dan rangkaian cerita sangat berhubungan, halini sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti (1991: 22) penguasaan tema pembicaraan yang baik akan menumbuhkan keberanian, percaya diri, dan kelancaran dalam bercerita .

Aktivitas siswa termasuk dalam kategori baik sekali. Saat guru memperlihatkan media boneka tangan Para siswa terlihat antusias dan memperhatikan guru saat menjelaskan, bahkan ada beberapa siswa yang sampai maju ke barisan depan. Sambil melihat dan mendengarkan penjelasan guru tentang media boneka tangan banyak siswa yang ikut mengerakkan tangannya seolah-olah sedang menggunakan boneka tangan. Bahkan ada siswa yang maju kedepan dan memegang boneka tangan yang sedang di bawa guru. Dari data tersebut, dapat diuraikan jika dengan penggunaan media boneka tangan dalam keterampilan bercerita dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa menjadi senang dan mudah memahami apa yang diajarkan. Hal demikian sesuai dengan pendapat Suwarna Pringgawidagda (2002: 145) yang menyebutkan keuntungan menggunakan media pembelajaran yaitu dapat menarik perhatian siswa dan aktivitas siswa menjadi tinggi.

Menarik perhatian penting dalam proses belajar, dengan membuat siswa tertarik dengan pembelajaran akan membuat siswa senang dan antusias. Ketertarikan dan antusias siswa dalam pembelajaran, akan meningkatkan minat siswa untuk belajar dan lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Temuan tersebut didukung oleh pendapat dari Azhar Arsyad (2014: 26) bahwa penggunaan media dalam pembelajaran dapat meningkatkan dan membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Penggunaan media boneka tangan juga membuat siswa lebih terampil dalam bercerita. Terbukti dengan peningkatan nilai rata-rata hasil tes bercerita sebelum menggunakan media boneka tangan dan sesudah menggunakan media boneka tangan. Hal ini karena dengan menggunakan media boneka tangan siswa dapat mengkongkretkan tokoh-tokoh yang ada dalam bercerita hasil penelitian tersebut sesuai dengan apa yang diungkapkan Azhar Arsyad (2014: 24) yaitu media pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran dapat membuat bahan pembelajaran menjadi lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh siswa dan memungkinkan mencapai tujuan pembelajaran.

Pendapat tersebut juga sejalan dengan yang diungkapkan Bachtiar Bachri (2005: 138) yang menyatakan media boneka merupakan representatif wujud dari banyak obyek yang disukai anak. Boneka dapat mewakili langsung berbagai obyek yang akan dilibatkan dalam cerita. Disamping itu boneka juga memiliki daya tarik yang kuat kepada anak. Dengan begitu media boneka tangan yang membuat siswa lebih antusisa dan terampil bercerita karena dalam bercerita siswa seolah-olah sedang menjadi tokoh boneka tersebut. Hal ini yang membuat hasil tes unjuk kerja keterampilan berbicara pada siklus I dan II lebih baik dibandingkan pratindakan. Berdasarkan hal di atas, maka keterampilan bercerita fabel siswa akan lebih baik jika menggunakan media boneka tangan karena dengan menggunakan media boneka tangan dalam proses pembelajaran dapat menarik perhatian siswa. Sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan siswa menjadi lebih terampil dalam bercerita. Kegiatan pembelajaran bercerita fabel dengan menggunakan media boneka tangan juga membuat pesan atau isi cerita fabel yang ada pada cerita dapat mudah dimengerti karena pada saat guru membimbing siswa mencari pesan moral siswa sangat antusias dalam menjawab. Dengan demikian, media boneka tangan ini memberikan pengaruh lebih baik terhadap keterampilan bercerita fabel siswa kelas VII SMPN 1 ...................

 

BAB IV

PENUTUP

A.  Simpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran keterampilan bercerita fabel pada siswa kelas VII SMPN 1 .................. meningkat dengan menggunakan media boneka tangan. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya keterampilan bercerita dalam aspek lafal, intonasi, pilihan kata, keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaan tema. Media Boneka Tangan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan bercerita siswa kelas VII SMPN 1 ................... Siswa mengalami perubahan perilaku (peningkatan) dalam pembelajaran. Peningkatan keterampilan bercerita siswa ditunjukkan oleh keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, perhatian dan konsentrasi siswa dalam menyimak materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, minat dan antusias siswa selama pembelajaran, pada pelajaran, keberanian siswa bercerita di depan kelas dan kerjasama kelompok sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, aktif dan kreatif.

B.  Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka penulis dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1.    Bagi guru bahasa Indonesia

a.    Dapat menggunakan media boneka tangan sebagai alat bantu pada pembelajaran keterampilan bercerita.untuk meningkatkan minat dan keberanian siswa dalam pembelajaran keterampilan bercerita..

b.    Sebaiknya guru bahasa dan sastra indonesia dalam pembelajaran khususnya teks fabel menggunaan media boneka tangan. Untuk penulisan selanjutnya dapat melakukan penulisan secara mendalam agar dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa khususnya keterampilan bercerita fabel.

c.    Penulisan ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah khususnya keterampilan bercerita.

2.    Bagi siswa

a.    Penulisan ini dapat memacu siswa untuk terampil bercerita dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan saat pembelajaran karena siswa menjadi aktif dan kreatif dalam bercerita.

b.    Pada saat pembelajaran diharapkan siswa berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dan pemahaman materi tercapai dengan maksimal.

3.    Sekolah

Diharap mampu memberikan inovasi baru pada sekolahnya, sekolah juga diharap memberikan pelatihan terhadap guru agar mampu menjalankan pengajaran dengan baik.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arsjad, Maidar & Mukti, U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arsyad. Azhar. 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Aziz, Lara Febriana. 2017..”Peningkatan keterampilan Menulis Fabel Menggunakan Media Gambar Seri Siswa Kelas VII.A SMP 2 Kediri,” (Skripsi S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Bachri, Bachtiar S.. (2005). Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak- kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Gustiawati, Reni, dan  Darnis Arief, Ahmad Zikir. “Pengembangan Bahan Ajar Membaca Permulaan Dengan Menggunakan Cerita Fabel Siswa Sekolah Dasar,” Jurnal Pendidikan iv, no. 2, (2020): h. 3

Henry Guntur Tarigan. 2015. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Ma’rifatul, Firdaus. 2019. “Pengaruh Media Bercerita Dengan Boneka Tangan Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun Di Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Persatuan Meduran Gresik” (Surabaya, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,

Madyawati. (2016). Strategi Pengembangan Bahasa Pada Anak. Jakarta: Prenada. Group.

Marini, K., K. Pudjawan dan N.M Asril. (2015). Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Pada Anak Kelompok B3. Jurnal PG-PAUD. Universitas Pendidikan Ganesha. 3 (1): 41-51.

Mudini dan Salamat Purba. 2009. “Pembelajaran Bercerita”. Jakarta: Modul. Suplemen KKG Bermutu.

Mulyati, Yeti dan Cahyani, Isah. 2017. Keterampilan Berbahsa Indonesia SD. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Nashihah,  2017. “Pengembangan Media Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Menceritakan Kembali Cerita Anak Yang Didengarkan Dengan Menggunakan Kata-Kata Sendiri Kelas II SDN Ngadirejo 3 Tahun Pelajaran 2016/2017,

Nur Farida Anggraini, 2016. Peningkatan Keterampilan Bercerita Menggunakan Media Boneka Tangan. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 17 Tahun ke-5 2016. Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada. University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Anggota IKAPI, 2016), h. 193 -194.

Pringgawidagda, Suwarna. (2002). Strategi Penguasaan Berbahasa. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Radhika, Fikar. 2014. ”Keefektifan Penggunaan Model Example Non-Example Dalam Pembelajaran Menulis Teks Fabel Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Magelang,” (Skripsi S1Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, 2014), h. 36

Reza, Muhamad, dan Yusak Hudiyono, Masrur Yahya, “Pengembangan Bahan Ajar Menulis Fabel Dengan Model Sinektik Pada Peserta Didik kelas VII SMP Muhammadyah 1 Balikpapan,” Jurnal Pendidikan iii, no. 2 (2020), h. 181 -182

Ridwan, dan Indra Bangsawan. (2021). Seni Bercerita, Bermain dan Bernyanyi. Jambi: Anugerah Pratama Press

Sugihastuti,  2015. Sastra Anak:Teori dan Apresiasi (Yogyakarta: Penerbit Ombak

Suhartono. 2005. Pengembangan Keterampilan Bicara Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Sulianto, Joko, dkk. 2014. Media Boneka Tangan Dalam Metode Bercerita Untuk
Menanamkan Karakter Positif Kepada Siswa Sekolah Dasar. Semarang: Universitas PGRI Semarang.

Tarigan, D. (2019). Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan. Pengembangannya. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. (2018). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

 

Yunita, Ika.  2014. Meningkatkan Keterampilan Berbicara Menggunakan Metode Bercerita Dengan Media Boneka Tangan Pada Anak Kelompok A Di TK Kartika III-38 Kentungan, Depok, Sleman, Laporan Penelitian (Yogyakarta: Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta

 

 

 

 Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih