Lencana Facebook

banner image

Sunday 2 February 2014

PTS: PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR MELALUI KEGIATAN DISKUSI KELOMPOK KECIL GURU KELAS I, II, II SDN ____________



BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang Masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku sekarang  ini, memerlukan strategi baru terutama dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang sebelumnya lebih banyak didominasi oleh peran guru (teacher centered) diperbaharui dengan sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Dalam implementasi KTSP guru harus mampu memilih dan menerapkan model, motode atau setrategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi sehingga mampu mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.Dengan demikian dalam pembelajaran guru tidak hanya terpaku dengan pembelajaran di dalam kelas, melainkan guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan motode yang variatif.
Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap tempat yang memiliki sejumlah populasi manusia pasti membutuhkan pendidikan. Perkembangan zaman sekarang ini, menuntut peningkatan kualitas individu. Sehingga di mana pun dia berada dapat digunakan (siap pakai) setiap saat. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran pendidikan dalam pembentukan tingkah laku individu (Hamzah,2011:135). Tetapi dalam kenyataan sekarang masih banyak anak-anak yang tidak sekolah di karenakan biaya yang tidak tercukupi. Di sekolah-sekolah sekarang ini pembelajaran hanya di lakukan di dalam kelas saja sehingga siswa tidak pernah merasakan pembelajaran di luar kelas, siswa pun akan menjadi jenuh jika pembelajaran hanya terfokus di dalam kelas dan hanya menggunakan buku untuk media pembelajaran.
Menurut Ahmadi dan Supriyadi (dalam Hamzah,2011:138) mengemukakan bahwa “secara psikologis belajar berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.” Kegiatan belajar di dalam kelas pada dasarnya adalah proses belajar dalam lingkungan yang sempit, dengan segala keterbatasannya, terutama berkaitan dengan penggunaan media dan bahan pembelajaran yang terbatas dan hanya di lakukan di dalam ruangan kelas saja, cenderung membatasi keterlibatan siswa dalam proses pengembangan potensi yang dimilikinya. Ketika usia anak didik mencapai 6-9 tahun, dalam rentang usia demikian rupa dan sudah dianggap matang untuk belajar di sekolah formal. Secara psikis mereka telah dianggap matang dalam membedakan satu benda dengan benda lainnya dan kemampuan bahasa juga sudah cukup untuk menerjemahkan isi pikirannya. Namun dengan keterbatasan serta kekurangan keterampilan tentang pembelajaran tematik guru kelas, potensi anak didik tersebut belum tampak secara maksimal.
Menurut Yamin (2012:50) belajar tidak mengharuskan tersedianya kelas, papan tulis, dosen/ guru, dan sarana serta prasarana lainnya. Belajar dalam konteks paradikmatik adalah mengiyakan kegiatan belajar dalam mengenal kehidupan bisa lebih interval, tidak lagi partikular. Setiap yang kita jumpai, amati dan begitu seterusnya dalam kehidupan sehari-hari sesungguhnya merupakan sebuah praksis belajar mengenal kehidupan. Belajar dalam mengenal kehidupan bermuara pada pendewasaan diri dalam berfikir, bersikap, dan bertindak. Belajar dalam konteks yang lebih luas adalah mematangkan kita untuk lebih bijaksana dalam merespon setiap berbagai realitas kehidupan di sekeliling. Belajar dengan dunia kenyataan adalah menghendaki sebuah langkah diri agar bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
Salah satu komponen yang sangat penting dalam pendidikan adalah guru, guru merupakan ujung tombak pendidikan. Dalam konteks ini, guru mempunyai peranan sangat besar dan strategis, karena gurulah yang berada dalam barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru langsung berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang di dalamnya mencakup kegiatan pentranferan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peranan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan juga tauladan. Yang sangat kita dan harus kita hindari adalah jangan sampai masa-masa keemasan anak tersebut malah terbalik, justru menjadi masa-masa penumpulan otak anak hanya karena strategi, teknik, metode atau model pembelajaran yang guru sampaikan tidak tepat dan tidak sesuai dengan masa perkembangan anak.
Permasalahan yang dihadapi oleh guru yang paling utama adalah hanya menggunakan metode ceramah saja tanpa menggunakan metode-metode dan media yang lain saat proses belajar mengajar berlangsung. Pembelajaran sepenuhnya masih terpusat pada guru (teacher center), metode-metode yang digunakan masih sangat konvensional yaitu metode ceramah, dan dalam proses belajar mengajar guru tidak pernah mengajak siswa keluar kelas untuk diberikan materi diluar kelas, sehingga ketika proses belajar mengajar berlangsung masih banyak siswa yang belum siap menerima pelajaran, siswa merasa bosan, jenuh dan mengantuk ketika guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga pengelolaan kelas kurang maksimal.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru di dalam kelas pada saat proses belajar mengajar, solusi yang peneliti pakai untuk meningkatkan kembali motivasi belajar siswa, salah satunya cara mengajar dengan pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitar sekolah. Pemanfatan lingkungan sekitar sekolah dan rumah itu adalah pemanfaatan segala sesuatu yang berada di sekeliling sekolah dan rumah sebagai salah satu sumber belajar, contohnya pembelajaran tematik dalam tema lingkungan.
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama dam sistem nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Dalam praktek pengajaran penggunaan lingkungan sosial sebagai media dan sumber belajr hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat, seperti keluarga, tetangga, rukun tetangga, rukun warga, kampung, desa, kecamatan dan seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku tinggkat perkembangan anak didik (Sujana,2010:212). Dengan demikian, penggunaan media harus sesuai dengan materi yang diajarkan agar cepat mengerti materi yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan permasalahan dan latar belakang diatas maka peneliti akan melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul Upaya peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui kegiatan  diskusi kelompok kecil guru kelas I, II, III SD Negeri ................ Kecamatan .......... Kabupaten ...........

B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, serta hasil pengamatan peneliti melalui supervisi,maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
  1. Pendekatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh peran guru, dan guru satu-satunya sumber belajar, selain buku paket.
  2. Pembelajaran yang dikembangkan di kelas-kelas kelihatannya  lebih ditekankan pada pemikiran reproduktif, menekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban benar terhadap soal-soal yang diberikan.
  3. Dalam  kegiatan  pembelajaran guru belum mampu menerapkan model, metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan sehingga kurang mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.
  4. Dalam proses pembelajaran guru sangat jarang memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, walaupun materi pelajaran ada kaitannya dengan lingkungan sekolah.
Alternatif strategi  pemecahan masalah yang dipilih sebagai berikut:
1.      Menyadarkan dan membimbing guru memahami pentingnya memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai salah satu sumber belajar, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip  bentuk pembelajaran  yang berpihak pada pembelajaran melalui keterkaitan (relating) penggalian dan penemuan (experienting), kondisi terbaru (actuating), kehidupan nyata (contekstual), dan menularkan (transferring).
2.      Memanfaatkan kegiatan diskusi  di internal sekolah.
Bentuk tindakan dalam tahapan operasional pelaksanaannya adalah berupa supervisi (bimbingan kelompok) kepada guru-guru melalui kegiatan diskusi dalam internal sekolah, agar mampu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar secara efektif. Secara rinci bentuk tindakan  adalah sebagai berikut: (1) Menyampaikan informasi tentang pentingnya pemanfaatan lingkungan   sekolah sebagai  sumber belajar; (2) Membimbing  guru  menyusun  RPP  yang  berkaitan   dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar; (3) Membimbing  guru  dalam  memanfaatkan  lingkungan sekolah sebagai sumber belajar; (4) Membimbing guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal-hal tersebut di bawah ini.
1.      Subjek penelitian adalah pada guru guru yang ada di SD Negeri ...........
2.      Kemampuan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dimaksudkan agar guru tidak menggunakan buku saja sebagai sumber belajar.
3.      Kelemahan dan kelebihan pelaksanaan diskusi kelompok kecil terhadap peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber  belajar di SD Negeri ..........

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas,maka dalam penelitian tindakan sekolah ini difokuskan pada penelitian masalah memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.   Apakah  kemampuan guru  dalam  memanfaatkan  lingkungan  sekolah sebagai sumber  belajar dapat ditingkatkan melalui diskusi kelompok kecil di SD Negeri .......... Kecamatan .......... Kabupaten ..........?
2.   Apakah kelemahan dan kelebihan pelaksanaan diskusi kelompok kecil di SD Negeri .......... Kecamatan .......... Kabupaten .......... terhadap peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah?

E.  Tujuan 
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari dilaksanakan penelitian tindakan sekolah ini adalah : Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui diskusi kelompok kecil di diskusi kelompok kecil di SD Negeri .......... Kecamatan .......... Kabupaten ...........

F.   Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi :
1.      Guru, dapat menyempurnakan metode pembelajaran yang  diterapkan di  sekolah sehingga dapat meningkatkan kreativiats, motivasi dan hasil belajar siswa.
2.      Sekolah, dapat memberikan motivasi bagi guru-guru yang lain untuk  menyempurnakan metode dan setrategi pembelajaran yang diterapkan di sekolah dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
3.      Kepala sekolah, dapat membantu dalam membimbing dan pengawas guru  dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru.

Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.

PTS : PELAKSANAAN SUPERVISI INDIVIDUAL OLEH KEPALA SEKOLAH PADA GURU KELAS V SEBAGAI ALTERNATIF MENINGKATKAN KINERJA DAN KEMAMPUAN MENGAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL GROUP INVESTIGATION SDN ____________ KECAMATAN ................ KABUPATEN...............



BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak  di  keluarkannya  UU  SISDIKNAS  tahun  2003,  sekolah  mulai melakukan  perubahan  untuk  meningkatkan  kualitas  hasil  pendidikan  pada satuan pendidikan terkait. Peningkatan kualitas itu dilakukan pada semua lini penyelenggara pendidikan.
Salah  satu  upaya  dalam  peningkatan  kualitas  itu  dilakukan  melalui peningkatan kualitas guru yang tercermin pada kinerja guru dalam melakukan tugas-tugas  profesional  keguruan,  agar  guru-guru  serius  melakukan  upaya peningkatkan  kualitas  pelaksanaan  tugas  maka  kinerja  mereka  harus  dinilai secara  insidental  maupun  secara  periodik.  Hal  ini  menjadi  salah  satu  tugas utama kepala sekolah melalui kegiatan supervisi
Dalam  pelaksanaan  supervisi,  kepala  sekolah  bertindak  sebagai supervisor,  yang  artinya  kepala  sekolah  berfungsi  sebagai  pengawas, pengendali,  pembina,  pengarah,  dan  pemberi  contoh  kepada  guru  dan karyawannya  di  sekolah.  Kedudukan  kepala  sekolah  sebagai  supervisor sangat  penting  peranannya  dalam  memajukan  dan  mengembangkan pendidikan.  Pelaksanaan  program  dan  kegiatan  sekolah  untuk mencapai kualitas  yang  diinginkan  perlu  mendapatkan  pengawasan  yang  sungguhsungguh oleh kepala sekolah, agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud dan para guru dapat meningkatkan kinerjanya.
Dalam kunjungan supervisi individu di SDN ____________ Kecamatan ___________ Kabupaten _________ Tahun Pelajaran ________ yang lalu, penulis memiliki gagasan bagi pengembangan pengajaran matematika bagi pegangan guru bidang studi di SDN tersebut, karena penulis masih menganggap bahwa pengajaran yang diterapkan selala ini masih jauh dari pembelajaran yang inovatif terutama bagi pengajran matematika di kelas.
Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima, sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam masalah pembelajaran, supervisi dengan berbagai konsepnya memiliki peranan yang sangat penting. Supervisi  berusaha untuk membantu meningkatkan proses pembelajaran dengan mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi didalamnya, baik itu masalah yang dihadapi guru dalam mengajar, kondisi belajar siswa, bahkan media dan fasilitas yang tersedia. Oleh karena itu, setiap lembaga atau institusi pendidikan tentunya tidak dapat melepaskan diri dari kegiatan supervisi.
Melaksanakan kegiatan supervisi dalam rangka perbaikan pembelajaran menjadi salah satu tugas seorang supervisor. Agar pelaksanaannya dapat berjalan secara efektif, diperlukan sebuah keterampilan tekhnikal yang harus dimiliki oleh seorang supervisor[1][1]. Keterampilan yang dimaksud berupa kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam pelaksanaan kegiatan supervisi.  Pemahaman dan penguasaan teknik-teknik tersebut oleh supervisor, menjadi suatu keharusan jika ingin pelaksanaan supervisi di sekolah/madrasah, dapat berjalan dengan baik sehingga dapat meningkatkan mutu pembelajaran.
Secara umum, teknik-teknik supervisi yang seharusnya dipahami dan dikuasai oleh seorang supervisor ada dua macam. Kedua macam teknik tersebut yaitu teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok. Pada kesempatan ini, pemakalah hanya memfokuskan pembahasan pada teknik supervisi secara individual saja
 Dalam pembelajaran matematika agar mudah dimengerti oleh siswa, proses penalaran deduktif untuk menguatkan pemahaman yang sudah dimiliki oleh siswa. Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten.
Pembelajaran matematika tidak juga tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24).
Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2).
Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2). Penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif terhadap siswa yang rendah Kinerja Gurunya. (Nur, 1996: 2).
Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan  judul Pelaksanaan Supervisi Individual oleh Kepala Sekolah  Pada Guru Kelas V Sebagai Alternatif Meningkatkan Kinerja Mengajar Matematika  dengan Metode Kooperatif Model Group Investigation    SDN ____________ Kecamatan ___________ Kabupaten _________ Tahun Pelajaran ________”
B.  Identifikasi Masalah
Dari penjelasan sebagaimana latar belakang masalah diatas,maka dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul diantaranya :
1.    Rendahnya kinerja guru kelas V khususnya pada pembelajaran matematika
2.    Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika
3.    Kurang efektifnya metode dan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas V dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran matematika.
Dari identifikasi masalah di atas, maka dapat ditentukan prioritas dan alternatif pemecahan masalanya yaitu
1.    Melaksanakan perbaikan kinerja  guru kelas V khususnya dengan pelaksanaan supervisi individual.
2.    Menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation   sebagai upaya perbaikan pembelajaran matematika pada siswa kelas V.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis yang sekaligus sebagai supervisor kependidikan terutama di   SDN __________ Kecamatan ______ Kabupaten _____Tahun Pelajaran ___/____, dapat dirumuskan suatu masalah adalah bagaimanakah kegiatan supervisi individu oleh kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru  dalam pembelajaran matematika dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation   di SDN ____________ Kecamatan ___________ Kabupaten _________ Tahun Pelajaran ________?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
  1. Ingin mengetahui peningkatan Kinerja Guru  setelah diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation  di SDN ____________ Kecamatan ___________ Kabupaten _________ Tahun Pelajaran ________.
  2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation   di SDN ____________ Kecamatan ___________ Kabupaten _________ Tahun Pelajaran ________.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi:
1.        Melalui supervisi akademik kepala sekolah dapat menegetahui bagaimana proses pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran matematika khususnya dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation
2.        Guru mampu melaksanakan pembelajaran pembelajaran kooperatif model Group Investigation
3.        Menumbuhkan learning community bagi guru sehingga sekolah bukan hanya tempat belajar bagi siswa tetapi juga tempat  belajar bagi guru.




 
Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.

PTS : UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAKARAN MELALUI KEGIATAN MEMBACA BUKU-BUKU REFERENSI KEPENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI ________ KECAMATAN ............. KABUPATEN .........

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan  bertujuan  untuk  meningkatkan  kualitas  sumber  daya  manusia  dalam  berbagai  dimensi.  Dalam UU  No.  20  Tahun  2003  tentang  Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:
“Pendidikan  nasional  berfungsi  mengembangkan  kemampuan  dan  membentuk  watak  serta  peradaban  bangsa yang  bermartabat  dalam  rangka  mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk  berkembangnya  potensi  peserta didik  agar  menjadi  manusia  yang  ber iman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha  Esa,  berakhlak  mulia,  sehat,  ber ilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Permasalahan  pendidikan  Indonesia  adalah  rendahnya  kualifikasi  umum  (low general qualifications) sebagian guru, rendahnya penguasaan guru terhadap materi pembelajaran, dan rendahnya status guru. Kinerja  pendidikan  di  Indonesia masih harus ditingkatkan higga terlepas dari  keprihatinan.  Hal  ini  merupakan tantangan  bagi  pemerintah,  pendidik,dan  masyarakat  Indonesia  untuk  melakukan  penanggulangan  secepatnya. Untuk itu,  perlu usaha  ke arah peningkatan  kualitas  pendidikan  secara  menyeluruh.
Salah satu aspek penentu upaya peningkatan standar mutu bagi guru adalah wawasan intelektual guru yang menopang kompetensi mengajar. Ini merupakan syarat guru dalam melakukan inovasi diri guna meningkatkan kinerja sebagai seorang pendidik dan pengajar  di kelas. Dalam hal ini penulis selaku peneliti sekaligus Kepala Sekolah memberikan apresiasi terhadap kemajuan sekolah terutama aspek kemampuan pengetahuan guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas
Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan  2004 adalah :
Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan mengerti budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. (Lapasila IKIP Malang,  2004 :56).

Sesuai dengan tujuan pendidikan tersebut, khususnya dalam usaha menyiapkan  guru dalam meningkatkan kompetensi dan etos kerja mengajar di kelas maka diperlukan motivasi dan binaan secara pisitif dan simultan serta berkelanjutan dari kepala sekolah, hal ini diharapkan para  guru memiliki  kemandirian serta kemampuan akademik untuk mengajar serta mendidik para  anak didiknya di lembaga pendidikan tingkat dasar yakni sekolah dasar.
Salah satu faktor  pendukung  guna meningkatkan motivasi  mengajar guru wajib membekali dirinya ilmu kependidikan dan usaha-usaha yang memacu peningkatan intelektual akademik dalam keselarasan mengajar terutama upaya meningkatkan minat membaca pengetahuan kependidikan di luar rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas secara kesadarandan kemandirian guru tersebut .
Menurut R. Widodo al, (1999:308) dijelaskan minat membaca  bahwa :
Minat membaca, gemar membaca dan kebiasaan membaca yang baik merupakan dasar untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Dengan banyak membaca  guru akan dapat memahami, mencerna  serta dapat mengamalkan ilmunya di kelas  serta memiliki kapabilitas berbagai ilmu pengetahuan, kaya pengalaman dan wawasan.

Lebih lanjut dijelaskan Sowarno (1982:5) menambahkan tentang manfaat membaca bagi para pendidik bahwa :
Membaca buku-buku referensial kependidikan dan berkerativitas untuk menulis ataupun mengarang merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan  guru. Dengan membaca seorang guru dapat mengenal dan memahami beragam kenyataan nilai yang diungkapkan dalam  materi buku, dan bahasa serta dapat memadukan pengalaman pribadi dalam usaha menghadapi masa kini dan masa mendatang.

Untuk menumbuhkan minat baca yang tinggi di kalangan  guru terutama guru-guru di level pendidikan tingkat dasar yakni sekolah dasar diperlukan beberapa sarana dan prasarana yang harus tersedia dan menjadi kelengkapan di sekolah salah satu diantaranya adalah eksistensi perpustakaan sekolah.
Wawasan  guru  merupakan  faktor yang mempengaruhi kemampuan guru menjalankan  profesinya  semaksimal mungkin.  Semakin  luas  wawasan  guru mengenai  bidang  keahliannya,  akan semakin  baik  ia  menjalankan  profesinya.  Oleh  karena  itu,  setiap  guru  dituntut  untuk  melakukan  persiapan yang  matang  setiap  kali  melakukan pembelajaran dan hal ini dilakukannya.Persiapan ini akan semakin matang jika guru menguasai berbagai informasi aktual  yang  terkait  dengan  bidang  ilmunya.  Dengan penguasaan  informasi  aktual  tersebut,  guru  akan  dapat  menawarkan  pembelajaran  yang  relevan  dengan kondisi aktual yang tentunya akan lebih  menarik  bagi  peserta  didik.  Penguasaan  informasi  secara  formal  daninformal  hanya  dapat  dilakukan secara efektif melalui  kegiatan membaca, baik melalui  jurnal-jurnal,  buku-buku  referensi, maupun media massa  baik  cetak maupun elektronik. Oleh karena itu, kebiasaan membaca merupakan salah satu cara  untuk  meningkatkan  wawasan guru  mengenai  segala  hal  yang  terkait dengan profesinya.
Dalam sistem pendidikan yang modern baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang, keberadaan perpustakaan memegang peranan sangat penting. Sebab perpustakaan merupakan salah satu sumber ilmu atau sumber informasi, dengan mengoptimalkan fungsi perpustakaan maka cakrawala pengetahuan kita semakin luas.
Perpustakaan yang tersedia haruslah diusahakan untuk melengkapi koleksi-koleksi bukunya dan diusahakan untuk menyediakan buku-buku yang dapat menarik minat siswa untuk membacanya. Dengan cara demikian maka sedikit demi sedikit dapat menumbuhkan minat baca, gemar baca dan kebiasaan membaca.
Di dalam lingkungan pendidikan untuk keperluan studinya orang lebih banyak membaca dari pada menulis. Untuk  guru-guru di level lembaga formal pendidikan dasar membaca referensi kependidikan menjadi masalah yang penting karena  guru akan dihadapkan oleh variasi probematika dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Dengan demikian keberadaan perpustakaan sangat membantu, karena kegiatan belajar mengajar dapat lebih efektif  dan  dapat menambah materi pelajaran dengan cara banyak membaca sumber-sumber buku non paket di perpustakaan.
Mengingat pentingnya peranan buku bacaan, maka sudah selayaknya minat membaca buku  kajian-kajian kependidikan berupa artikel kependidikan, majalah kependidikan, serta buku-buku penunjang pembelajaran di kelas sudah harus ditanamkan pada diri  guru sedini mungkin. Di sisi lain perpustakaan harus pula berbenah diri untuk lebih meningkatkan pelayanan dengan mengupayakan kelengkapan buku-buku dari berbagai bidang ilmu.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis selaku observer atau  peneliti dalam Kegiatan Penelitian Tindakan sekolah ini sekaligus Kepala Sekolah Dasar tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai pengaruh  pembinaan program kegiatan gemar membaca buku-buku  referensi kependidikan di perpustakaan sekolah bila dihubungkan dengan  kemampuan guru dalam mengajar di kelas . Adapun  tema yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut : UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM MENGAJAR  MELALUI KEGIATAN MEMBACA BUKU-BUKU REFERENSI KEPENDIDIKAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI  ________ KECAMATAN  ________ KABUPATEN  _______ PROPINSI  _____ 
B.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang muncul, diantaranya :
1.    Rendahnya kegiatan membaca buku-buku referensi pendidikan yang dilakukan oleh para guru.
2.    Pemanfaatan sarana perpustakaan sekolah sebagai tempat membaca buku-buku referensi pendidikan oleh para guru masih kurang
3.    Rendahnya kinerja guru sebagai akibat rendahnya kegiatan membaca buku-buku referensi pendidikan yang dilakukan oleh para guru.
C.  Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.    Bagaimanakah  kinerja guru Sekolah Dasar Negeri _____ Kecamatan _______ Kabupaten _____  Propinsi _______  selama ini menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran ?
2.    Adakah  peningkatan kinerja guru dalam mengajar  setelah para guru Sekolah Dasar Negeri _____ Kecamatan _______ Kabupaten _____  Propinsi _______     dalam pembinaan program kegiatan gemar membaca buku-buku  referensi kependidikan ?
D.  Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan langsung, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.    Untuk mendapatkan data dan informasi tentang  minat dan motivasi guru  Sekolah Dasar Negeri _____ Kecamatan _______ Kabupaten _____  Propinsi _______   dalam  pembinaan program kegiatan gemar membaca buku-buku  referensi kependidikan.
2.    Untuk mendapatkan data dan informasi  kinerja guru Sekolah Dasar Negeri _____ Kecamatan _______ Kabupaten _____  Propinsi _______    selama ini dalam  aktivitas belajar mengajar di kelas
3.    Untuk mengetahui tentang pengaruh  peningkatan kinerja guru dalam mengajar  setelah para guru Sekolah Dasar Negeri _____ Kecamatan _______ Kabupaten _____  Propinsi _______  dalam pembinaan program kegiatan gemar membaca buku-buku  referensi kependidikan.
E.   Manfaat Penelitian
  1. Bagi  Guru
Sebagai  instrument kompetensi standart mutu mengajar dan pengembangan  wawasan pengetahuan sekitar dunia  pendidikan. Sehingga penelitan dapat membandingkan antara ilmu yang di dapat secara tekstual melalui RPP dan buku pegangan mengajar dengan gemar membaca referensial lain guna bekal dan tambahan wawasan juga untuk menunjang  efektifitas gaya mengajar di kelas.
  1. Bagi  Sekolah
a.  Sebagai masukan untuk meningkatkan pelaksanaan tugasnya dalam membina dan meningkatkan minat membaca para guru.
b.  Sebagai masukan dalam rangka lebih meningkatkan taraf kemampuan guru membaca buku-buku perpustakaan.
c.  Berguna untuk lebih meningkatkan minat baca buku-buku perpustakaan khususnya buku-buku referensi kependidikan oleh para guru.
d.  Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi sekolah untuk lebih menumbuhkan minat baca buku-buku perpustakaan dan lebih meningkatkan mutu pendidikan sehingga prestasi menjadi lebih baik.


Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.

PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH: UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SD NEGERI …………….. MELALUI PENDAMPINGANGURU PADA IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)



UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SD NEGERI …………….. MELALUI PENDAMPINGANGURU PADA  IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)


BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Maju mundurnya ataupun baik buruknya dunia pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai tenaga pengajar. Hal ini dikuatkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mendefinisikan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Hal tersebut bertujuan untuk mengatur kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai tenaga profesional disini mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidikan sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dan yang lebih utama lagi adalah guru harus memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum sehingga memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Selain sebagai tenaga pengajar, guru juga berperan sebagai agen pembelajaran (learning agent). Maksud dari agen pembelajaran adalah guru tidak hanya berperan sebagai tenaga pengajar saja, tetapi guru juga harus bisa berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Sehingga guru benar-benar menjadi seseorang yang dapat digugu dan ditiru.
Pengakuan dari pemerintah tersebut setidaknya dapat menjadi satu motivasi bagi guru untuk bekerja lebih giat dengan menunjukkan kinerja yang lebih baik demi mempertanggungjawabkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. Seperti tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk: (a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Guru yang profesional diharapkan dapat mengantar siswa mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga siswa mempunyai kompetensi dan mampu bersaing. Oleh karena itu, hal tersebut perlu menjadi  perhatian dan pemikiran pemerintah, masyarakat dan sekolah (guru) untuk bersama-sama menetapkan strategi dan konstribusi optimal terhadap pengembangan profesionalisme guru.  Selain itu,  hal yang penting adalah dibentuknya segera kesadaran bersama bahwa : (1) peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan bangsa dan (2) pemerataan daya tampung pendidikan harus disertai pemerataan mutu pendidikan, sehingga mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat.           
Kondisi di SD Negeri ............. saat sekarang aktivitas guru dalam pembelajaran lebih mendominasi, bahkan selama belajar pembelajaran guru cenderung tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif.  Guru terjebak pada metode mengajar ceramah yang monoton, statis, tanpa menggunakan metode variasi yang lainnya. Hal ini berarti merupakan kendala atau hambatan yang dihadapi oleh guru. Akibatnya aktivitas dan perkembangan potensi siswa dalam pembelajaran rendah dan tidak mencapai secara optimal. Agar pembelajaran bisa mencapai tujuan secara optimal, maka guru berupaya dalam peningkatan kualitas pendidikan dimulai dari peran guru sebagai nahkoda dan yang akan menghantarkan siswa ke tempat tujuan. Melalui kegiatan belajar, pembelajaran seorang guru perlu memilih strategi pembelajaran yang menarik.
Mutu pendidikan yang rendah kadang-kadang ditimpakan kepada siswa dengan berbagai alasan misalnya motivasi siswa rendah, input sekolah rendah, fasilitas tidak memadai dan kurang adanya dana. Jika fenomena ini di cermati, maka permasalahan-permasalahan yang muncul tersebut disebabkan oleh kemampuan guru dalam pembelajaran. Pembelajaran  selama  ini belum baik dan   menyenangkan.  Guru belum memberdayakan semua potensi dalam kelas untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.  Guru mengajar belum dengan penuh motivasi yang tinggi.  Guru mengajar belum mengoptimalkan interaksi guru-siswa di kelas. Siswa dalam kegiatan belajar belum menggunakan berbagai sumber belajar. Siswa dalam belajar belum menggunakan  buku ajar. Guru mengajar belum menggunakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik pokok bahasan. Guru dalam mengajar belum mempunyai strategi dan panduan pembelajaran. Guru belum mengimplementasikan teknik mengajar yang tepat.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang bermutu, para guru dituntut supaya memiliki kemampuan profesional yang memadai agar dapat melaksanakan pembelajaran secara komunikatif dan terpadu, mengingat hasil belajar yang bermutu sangat ditentukan oleh proses pembelajaran. Menurut Sudjarwo (2003) bahwa, mutu pembelajaran bergantung pada tiga unsur yaitu: (1) tingkat partisipasi siswa dan jenis kegiatan pembelajaran; (2) peran guru dalam pembelajaran dengan metode dan teknik-teknik yang bervariasi; dan (3) pengorganisasian kelas.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru saat ini dalam menyampaikan mata pelajaran masih menggunakan strategi penyampaian dengan komunikasi satu arah. Karena itu guru cenderung aktif dan siswa cenderung pasif. Disamping itu, strategi penyampaian yang digunakan cenderung verbal (hanya dengan kata-kata). Guru jarang menggunakan strategi penyampaian yang menekankan pada aktivitas siswa. Kondisi tersebut memerlukan perhatian yang serius, dan akan membawa implikasi usaha peningkatan kemampuan guru khususnya dalam merencanakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Sejalan dengan itu, berdasarkan analisis konseptual dan pembelajaran di SD Negeri ............., pembelajaran masih kurang mengembangkan potensi siswa dan masih belum banyak guru menyampaikan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran tertentu sehingga proses pembelajaran kurang variatif dan masih bersifat transfer informasi.
Fenomena rendahnya mutu prestasi belajar siswa dan layanan pembelajaran yang belum mengoptimalkan kemampuan siswa itu merupakan tantangan yang perlu dihadapi. Mutu proses pembelajaran dan hasil belajar siswa akan dapat distimulasi dan dicapai jika guru dapat membangkitkan motivasi belajar, minat atau perhatian, keaktifan, dan kemandirian siswa. Materi pelajaran akan lebih menarik jika dikaitkan dengan kehidupan siswa sehari-hari serta pada kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat menjawab fenomena tersebut.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas maka perlu adanya metode pebelajaran yang menarik bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya melalui pembelajaran. Adapun salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa yakni dengan peningkatan mutu pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut serta mencermati pentingnya kompotensi guru di SD Negeri ............., maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
  1. Kecenderungan guru yang mengajar di SD Negeri ............. tidak bekerja dengan sepenuh hati, mereka sering menunjukkan sikap yang tidak professional
  2. Guru kurang empati terhadap profesinya sebagai guru, tidak peduli dengan prestasi kerja, apalagi peduli terhadap hasil belajar siswa.
  3. Pemahaman guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang aktual seperti pendekatan kontekstual masih kurang.
  4. Proses pembelajaran yang dilaksanakan cenderung kurang memperhatikan pengalaman peserta didik.
  5. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum memberikan ruang kepada peserta didik untuk meningkatkan kreativitasnya.
  6. Guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bermakna, hal ini mengakibatkan peserta didik tidak serius dalam mengikuti proses belajar mengajar.

C.    Pembatasan masalah
Dari beberapa identifikasi yang telah diuraikan tersebut, maka yang akan diteliti adalah masalah yang berkaitan dengan peningkatan kompotensi guru. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan peningkatan melalaui pengetahuan guru tentang metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mencapai pembelajaran secara optimal. Dalam penelitian ini yang akan menjadi pelaku dari penelitian adalah guru SD Negeri ............. sedang peneliti sebagai kolaborator.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan yang muncul, penelitian merumuskan sebagai berikut :”Apakah dengan peningkatan pengetahuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan kompotensi guru SD Negeri .............?”

E.     Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang ditentunkan diatas yaitu untuk meningkatkan kompotensi guru, maka akan  dilakukan pendampingan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada guru.


F.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan pengetahuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat  meningkatkan kompetensi guru-guru SD Negeri ..............

G.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan sekolah ini diharapkan akan bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan kompotensi guru bagi :
1.      Guru
Guru lebih kompetensi, sehingga           penyampaian materi  menjadi efektif dan lebih menarik karena menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Di samping itu model pembelajaran menjadi efektif tidak monoton dan didukung oleh media pembelajaran yang dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru untuk mengetahui masalah-masalah yang mungkin dan akan dihadapinya.
2.      Sekolah
   Menambah nilai plus dalam beraktivitas dan berkreativitasnya para guru melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran agar proses kegiatan belajar pembelajaran lebih meningkat.         Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah terkait untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai tenaga profesional.
3.      Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan kompetensi guru, khususnya pada guru yang mengajar di SD Negeri ..............

 
Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.