Lencana Facebook

banner image

Wednesday 10 July 2013

PTK PENJASKES



BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
              Sepakbola  adalah salah satu jenis olah  raga yang sangat digemari orang seluruh dunia. Olah raga ini sangat universal. Selain digemari  orang laki-laki olah raga ini juga digemari para perempuan tidak hanya tua muda bahkan anak-anak Sejak tahun 1990 an olah raga ini mulai digunakan untuk  para wanita meskipun sebelumnya olah raga ini hanya diperuntukkan bagi kaum pria.
              Olah raga ini melibatkan 11 orang dalam satu teamnya. Untuk menjadi pemenang dalam suatu pertandingan harus melawan satu team lainnya. Lapangan . para pemain sepak bola memperebutkan sebua bola untuk dimasukkan ke dalam gawang yang dijaga  seorang penjaga gawang (goal keeper)
              Olah raga ini menjadi sangat menarik karena selain hanya memperebutkan sebuah bola dilapangan dengan menggunakan kaki tetaspi juga terlihat gaya-gaya permainannya dalam memperebutkan bola untuk memasukkan bola ke dalam gawang lawan. Oleh karena  olah raga  ini melibatkan banyak orang tentunya kerjasama team yang baik sangat dibutuhkan selain teknik bermain yang baik.
              Hanya para atlet  sepak bola manea Negara yang sukses membina karier di  bidang olah raga ini.  Tentunya diperlukan usaha dan latihan yang keras untuk menjadi atlet sepak bola yang handal dan professional
              “goallll……!” teriakan ini sungguh identik dengan sepakbola siapapun yang berteriak “ goal” dapat dipastikan akan mengangkat tangan, berdiri, wajah mendongak, mulut terbuka lebar, mata berbinar-binar, hati berbunga-bunga dan diakhiri dengan tengok kanan, tengok kiri sambil mengulurkan tangan dan suara gemuruh . hal ini sungguh kontradiksi dengan sebagian orang yang ada di tempat yang sama yang tidak bisa berteriak” goal..” Mereka duduk diam, kaget, gelisah, kecewa, dengan tangan di depat mulut, sambil menggit jari dengan muka yang pucat. Sebagian lain berteriak langkat, mengutuki, menyumpahi, protes keras, pemandangan seperti ini selalu ada di dalam permaianan sepak bola, baik di kampong, halaman rumah, sekolah , lapangan kecil atau di stadion yang megah.
              Olah raa ini juga dilakukan anak kecil, anak-anak, remaja , pemuda , orang dewasa, priba bahkan wanita. Sepakbola sungguh popular di mata masyarakat, dari pelosik desa hingga kota besar di seluruh dunia.             
              Sepak bola  merupakan olah raga yang simple, sederhana dan murah. Bahkan hamper tidak memerlukan biaya. Namun bila pertandingan yuang professional, olah raga ini biayanya bisa terbesar dari aneka cabang olah raga lainnya. Untuk mengelola  dan menghidupi sebuah klub sepak bola bisa memakan biaya milyaran rupiah. Di satu pihak sepak bola dikatakan hamper tidak memerlukan biaya, karena alat dan sarana yang  dibutuhkan hanya satu benda bulat dan tanah lapang. Benda bulat yang disebut bola itu bisa  bola yang mahal, (bola karet), bola plastic, jeruk bali (keprok) atau jerami, kertas, serabut kelapa, yang pengelola  harus mengadakan studi banding, harus tanggap akan anak asuhnya, mau belajar dari pengalaman pahit, sekkaligus berusaha membuktikan pengelolaan yang  lebih professional.
              Bila dikaji bersama pola permainan sepak bola. Itu sederhana, pola permainan hanya menyerang (Attacktion), mempertahankan (defention) dan menyusun posisi strategi ini, keahlian dan keterampilan masing-masing pemain tampak jelas, kemauan membawa bola , menggiring  bola, merebut bola, mempertahankan bola, mengecoh lawan, sangat diperlukan oleh individu pemain untuk diterapkan dalam kerja sama antara pemain.
              Tiap pemain harus  punya kemampuan DK4, maksudnya daya tahan tubuh, kekuatan, kelenturasn, kecepatan dan kelincahan. Ke 5 faktor  ini harus dimiliki para pemain untuk mengembangkan ke posisi puncak. Dari kelima faktor tersebut yang menarik untuk dikaji bersama adalah faktor kecepatan dan kelincahan. Kecepatan dan kelincahan ini dapat dibentuk dari dalam diri (pembawaan) atau dari luar diri (karena mampu mengkombinasikan dari segala teknik yang dimiliki)
              Mempunyai kecepatan dan kelincahan yang lebih, bagi setiap pemain merupakan mudah dan sukses untuik mencetak gol, dan mempertahankan kemasukan bola. Dengan kemampuan kecepatan dan kelincahan akan memudahkan pemain tersebut dalam rangka membawa bola (menggiring bola) ke hadapan gawang lawan.
              Seorang pemain yang mempunyai kelincahan dan kecepatan yang bagus, bola yang digiring bagaikan lekat di kaki dan tentu mudah melewati halangan lawan dan tidak mudah dikelabuhi lawan.
              Berdasarkan uraian-uraian diatas , cabang olah raga bola sepak bola menarik untuk dikaji bersama sehingga perkembangan sepak bola Indonesia semakin diminati masyarakat sekaligus mampu duduk sejajar dengen club-club di negeri luar. Sedangkan masalah yang khusus menarik untuk dibahas bersama dengan judul “Upaya  Meningkatkan Kelincahan dan Kecepatan  Dalam  Bermain Sepak Bola Pada Siswa  Kelas……………………………………………tahun pelajaran ………………….

B. Rumusan Masalah
               Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan suatu maslaah sebagai berikut:
     1.  bagaimana peningkatan prestasi  penguasaan dasar-dasar sepak bola bagi siswa dengan diterapkannya metode demonstrasi?
     2.  Bagaimanakah pengaruh metode demonstrasi terhadap motivasi belajar dasar-dasar sepakbola pada siswa………………………………………..

C. Tujuan Penelitian
              Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk:
     1.  Mengetahui peningkatan prestasi belajar dasar-dasar bermain sepak bola pada siswa setelah diterapkan metode demonstrasi.
     2.  Mengetahui pengaruh motivasi belajar dasar-dasar bermain sepak  bola pada siswa setelah diterapkan metode demonstrasi.

D. Manfaat  Penelitian
              Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
     1.  Memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan mata diklat Penjas.
     2.  Meningkatkan motivasi pada pelajar Penjas
     3.  Mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan mata diklat Penjas.

E. Definisi Operasional Variabel
              Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini , maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
     1.  Metode  Demonstrasi adalah:
          Suatu pembelajaran yang mendatangkan guru atau pelatih yang memiliki keahlian tertentu untuk memperagakan dihadapan siswa, kemudian  siswa diberi kesempatan untuk melakukan latihan ketrampilan seperti yang telah diperagakan oleh guru atau pelatih.
    
     2.  Motivasi belajar adalah
          Dorongan dan keamanan belajar  yang dinyatakan dalam nilai atau skor  yang dijaring melalui angkat motivasi.
     3.  Prestasi belajar adalah
          Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.

F. Asumsi
              Dalam  penelitian ini diasumsikan bahwa :
     1.  Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas ……………………………
     2.  Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester genap tahun ajaran ……………….
     3.  Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan permaiann sepak bola.



OPTIMALISASI PEMANFAATAN MEDIA PLASTISIN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK ANAK SHOLEH .................... TAHUN PELAJARAN 2011/2012



OPTIMALISASI PEMANFAATAN MEDIA PLASTISIN

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TAMAN KANAK-KANAK ANAK SHOLEH ....................

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Perkembangan Motorik adalah perkembangan dari unsur pengembangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik berkembang dengan kematangan syarat dan otot. Perkembangan motorik pada anak meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Widodo (2008) perkembangan motorik adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus yang berkoordinasi dengan otak dalam melakukan sesuatu kegiatan. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Lewat bermain terjadi stimulasi pertumbuhan otot-ototnya ketika anak melompat, melempar, atau berlari. Selain itu anak bermain dengan menggunakan seluruh emosi, perasaan, dan pikiranya.
Pendidikan di Taman kanak – kanak (TK) dilaksanakan dengan prinsip “Bermain sambil belajar, atau belajar seraya bermain”. Sesuai dengan perkembangan, oleh sebab itu diharapkan seorang pendidik yang kreatif dan inovatif agar anak bisa merasa senang, tenang, aman dan nyaman selama dalam proses belajar mengajar.
Dalam standar kompetensi kurikulum TK tercantum bahwa tujuan pendidikan Di Taman Kanak-Kanak adalah membantu mengembangkan berbagai potensi anak baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai – nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni untuk memasuki pendidikan dasar.
Berdasarkan observasi di Kelompok B TK Anak Soleh .................... anak-anak menunjukkan keterlambatan dalam keterampilan motorik halusnya dalam menganyam, yang ditandai dengan kurangnya keterampilan siswa dalam pengembangan kreativitas menggunakan media kertas dalam pembelajaran. Aktivitas anak dalam keterampilan menggerakan motorik halus dalam perkembangan menganyam dari kreativitas anak masih belum terampil dengan ketidakmaksimalan ini penyebabnya adalah pengelolaan kelas, yaitu penggunaan metode dalam menumbuhkembangkan kreativitas anak dalam meningkatkan ketrampilan motorik halusnya. Pendidikan di TK dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus mempunyai kemampuan menyesuaikan metode sesuai dengan karakteristik tujuan anak yang diberi pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan pada observasi awal di mana hanya ada 4 siswa atau 21% yang dinyatakan memiliki kemampuan motorik yang baik, sedangkan 15 siswa atau 79% kemampuan motorik halusnya belum maksimal sesuai dengan harapan.
Untuk pengembangan kemampuan dasar anak dilihat dari kemampuan fisik/motoriknya maka guru-guru Kelompok B TK Anak Soleh .................... akan membantu meningkatkan keterampilan fisik/motorik anak dalam hal memperkenalkan dan melatih gerakan motorik kasar dan halus anak, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapatt menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat sehat dan terampil.
Sedangkan kompetensi dasar motorik anak TK yang diharapkan dapat dikembangkan guru saat anak memasuki lembaga prasekolah/TK adalah anak mampu ; melakukan aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan untuk menulis, keseimbangan, kelincahan, dan melatih keberanian. Mengekspresikan diri dan berkreasi dengan berbagai gagasan dan imajinasi dan menggunakan berbagai media/bahan menjadi suatu karya seni. Untuk mengembangkan kemampuan motorik anak TK, guru dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran.
Pemilihan untuk menggunakan media plastisin ini karena banyaknya kelebihan yang mendukung peningkatan kemampuan motorik halus. Kelebihan itu antara lain: a) penggunaan media plastisin mudah dan menarik sehingga membuat anak tidak mudah bosan dalam bermain b) mengajarkan anak untuk dapat memanfaatkan media plastisin untuk menciptakan suatu hasil karya / kerajinan c) bahan dasar yang digunakan merupakan media atau bahan mudah didapat d) terjangkau oleh semua lapisan masyarakat karena biaya yang murah e) latihan keterampilan menggunakan media plastisin melatih gerakan tangan maka anak akan terlatih motorik halusnya f) pemilihan warna plastisin ini dapat menarik perhatian anak.
Karakteristik mengembangkan kemampuan motorik anak di Kelompok B TK Anak Soleh ...................., melatih gerakan – gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat. Lebih lanjut dalam menentukan metode untuk mengembangkan keterampilan motorik anak, guru memperhatikan tempat kegiatan, apakah di dalam ataukah di luar kelas, keterampilan apa yang hendak dikembangkan melalui berbagai kegiatan, serta tema dan pola yang dipilih dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya untuk pengembangan motorik halus anak yang bertujuan agar anak dapat berlatih menggerakkan pergelangan tangan dengan menggambar dan mewarnai atau menggunting dan menempel maka guru dapat memilih kegiatan yang dilakukan di dalam kelas. Namun, guru perlu menyediakan semua peralatan yang diperlukan setiap anak, seperti kertas, gunting pensil warna atau buku – buku untuk pola yang akan digunting anak, jumlah peralatan dan bahan diharapkan sesuai dengan jumlah anak sehingga setiap anak dapat berlatih sendiri – sendiri.
Metode yang dipergunakan adalah metode kegiatan yang dapat memacu semua kegiatan motorik yang perlu dikembangkan anak seperti untuk kegaitan motorik halus anak dapat diberikan aktivitas menggambar, melipat, membentuk, meronce dan sebagainya. Tujuan kegiatan adalah untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak Kelompok B TK Anak Soleh .................... dengan menganyam.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan kreatifitas guru agar siswa dapat mengikuti dan mengerjakan sendiri tugas-tugas pembelajaran sesuai materi yang diberikan guru. Penulis mencoba mengatasi masalah yang ada dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Optimalisasi pemanfaatan media plastisin  untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak di kelompok B TK Anak Sholeh .................... Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Indentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :
1.   Keterampilan motorik halus anak disik masih belum mencapai optimal.
2.   Kreativitas siswa dalam proses pembelajaran masih kurang khususnya dalam menggunakan media plastisin sebagai upaya peningkatan keterampilan motorik halus.
3.   Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru belum bervariasi. Guru sering menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional yaitu pembelajaran yang masih berpusat pada guru sehingga siswa masih bersifat pasif dalam proses pembelajaran.
C.  Pembatasan Masalah
Dalam mengatasi permasalahan yang akan dibahas pada penelitian tidak terlalu kompleks, maka peneliti memberi batasan-batasan permasalahan. Pembatasan masalah ini bertujuan agar penelitian yang akan dilakukan dapat tercapai pada sasaran dan tujuan yang baik.  Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Masalah yang diteliti hanya terbatas pada peningkatan keterampilan motorik halus dengan pemanfaatan media plastisin.
2.   Upaya peningkatan keterampilan motorik halus hanya pada siswa kelompok B  TK Anak Soleh .....................
3.   Peningkatan keterampilan motorik halus difokuskan keterampilan membentuk berbagai macam benda dengan media plastisin.
D.  Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas dapat diajukan perumusan masalah penelitian ini yaitu “Bagaimana meningkatkan keterampilan motorik halus anak dengan mengoptimilasasi penggunaan media plastisin  di kelompok B Taman Kanak-kanak Anak Soleh .................... ?”

E.  Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak melalui optimalisasi penggunaan media plastisin di Kelompok B TK Anak Soleh .....................
F.   Manfaat Penelitian
1.   Manfaat Teoritis
Mengetahui efektifitas penggunaan media plastisin untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak di kelompok B TK Anak Sholeh .................... Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.   Manfaat Praktis
a.   Bagi Anak, mempermudah pemahaman dan perkembangan keterampilan motorik halus dengan penggunaan media plastisin.
b.   Bagi Guru, menciptakan pelaksanaan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan.
c.   Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai rujukan dan pertimbangan dalam pengembangan kualitas belajar.
d.   Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan yang lebih kongkrit apabila nantinya berkecimpung dalam dunia pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum bagi pendidikan anak usia dini.
e.   Bagi pembaca umumnya, dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan mengenai materi dan metode dalam pembelajaran bagi pendidikan anak usia dini.

File lengkap bab 1-5 + SKH + Lampiran silahkan hub. 081327121707
semoga bermanfaat !

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK ................................. KELOMPOK B TAHUN PELAJARAN 2011/2012



UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR DI  TAMAN KANAK-KANAK EKO-KAPTI ..........................
KELOMPOK B TAHUN PELAJARAN 2011/2012



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Anak didik mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong oleh inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi dan menjadi otomatis. Dalam hal ini William S. Gray (dalam I Gusti Ngurah Oka 2005: 34) menekankan bahwa membaca tidak lain daripada kegiatan pembaca menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan) yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan.
Dalam proses pembelajaran biasanya seorang pembelajar merasakan nikmatnya membaca bukan hanya sebagai peristiwa pemecahan kode, tetapi lebih sebagai penerimaan pengetahuan dan kebahagiaan. Orang seperti akan tampil tenang dan matang karena memiliki berbagai pengalaman tambahan seperti ia bisa menikmati dari bukan hanya fiksi tetapi juga non fiksi yang dibacanya. Ditinjau dari segi anak kemungkinan mereka menemukan kegembiraan tetapi sangat bergantung pada asuhan dan arahan para orang tua dan guru.
Tujuan pelajaran membaca adalah menciptakan anak yang gemar membaca. Biasanya hal ini dapat diransang dengan mempergunakan cerita. Karena cerita pasti menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dipahami dengan melihat bagaimana bersemangat mengisahkan pengalamannya dengan tuturan orang lain dalam perjalanan waktu berkembang menjadi kemampuan menyerap dan menganalisa pengalaman, dalam bentuk pengalaman contoh panutan. Anak memanfaatkan kemampuan membacanya dengan santai, sesuai dengan kebutuhan: apakah sekedar kenikmatan atau penambah pengetahuan. Berbicara tentang anak TK, hingga saat ini, kita kerapkali mendengar polemik mengenai boleh tidaknya mengharuskan anak-anak TK untuk bisa membaca dan menulis.  
Pendapat yang mengharuskan anak TK bisa baca tulis, biasanya dilatar belakangi oleh keinginan untuk bisa masuk SD dengan mudah karena pada saat tes masuk SD, ada banyak sekolah yang mensyaratkan calon siswanya untuk bisa baca tulis. Sedangkan pendapat yang berlawanan dengan hal tersebut, mengatakan bahwa mengharuskan anak TK bisa membaca dan menulis, berarti memaksakan anak untuk memiliki kemampuan yang seharusnya baru diajarkan di SD. Hal ini membuat aktivitas bermain anak yang seyogyanya dominan untuk usia mereka, menjadi berkurang atau bahkan terabaikan, sehingga dikhawatirkan akan menghambat perkembangan potensi-potensi kemampuan anak secara optimal kelak kemudian hari. Dengan adanya polemik tersebut, tidak jarang membuat orangtua menjadi bingung, pendapat mana yang harus diikuti, karena masing-masing pendapat, tampak memiliki alasan yang cukup kuat.
Selain memperhatikan masa peka anak untuk belajar baca tulis, penting pula untuk mengetahui bagaimana cara memberikan pelajaran baca tulis tersebut. Mengacu pada karakteristik umum anak TK, dimana aktivitas bermain menjadi aktivitas dominan mereka, maka perlu diingat bahwa dalam memberikan pelajaran baca tulis pada anak TK hendaknya dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan anak dan tidak memaksa anak. Pendekatan informal dimana pelajaran disampaikan dalam koridor bermain tampaknya menjadi sesuatu yang cocok untuk diterapkan pada pengajaran baca tulis anak-anak TK. Pendekatan informal yang dapat dilakukan, misalnya membacakan buku cerita sambil memperlihatkan gambar dan tulisan di buku/majalah yang sedang dibacakan, menempelkan gambar-gambar yang berhubungan dengan huruf atau tulisan pada ruang bermain atau kamar tidur anak, mecoba meniru bentuk lingkaran/garis atau huruf tertentu, mengajak anak menonton film yang bersifat mendidik sekaligus menghibur sehubungan dengan pelajaran baca tulis, bermain tebak-tebakan huruf, menelusuri bentuk huruf dengan jari, dan lain sebagainya.
Proses belajar menuju kemampuan baca tulis pada anak TK sebaiknya tidak dilakukan dengan pendekatan formal, seperti layaknya anak-anak SD. Karena hal ini dikhawatirkan akan membuat anak merasa tertekan dan jenuh, mengingat kemampuan anak untuk bisa berkonsentrasi pada satu topik bahasan biasanya masih sangat terbatas dan secara umum anak masih berada dalam dunia bermain. Apalagi bila dalam memberi pelajaran tersebut dilakukan dengan kekerasan, misalnya disertai dengan bentakan-bentakan, hinaan atau ejekan manakala anak belum mampu mengikuti pelajaran baca tulis yang diberikan, maka bukan tidak mungkin anak akan tumbuh menjadi anak rendah diri, yang justru hal ini akan menghambat perkembangan kemampuannya secara optimal kelak kemudian hari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan bermain sambil belajar, merupakan cara terbaik menuju kemampuan baca tulis pada anak TK. Guru dan orang tua hendaknya saling bekerjasama untuk dapat memberikan cara belajar dan mengajar yang sesuai untuk anak-anak TK mereka. Orangtua atau guru perlu menyesuaikan cara mengajar baca tulis sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tiap anak.
Mengharuskan semua anak TK untuk bisa baca tulis, tampaknya menjadi hal yang kurang bijaksana mengingat setiap anak memiliki kemampuan dan kesiapan belajar baca tulis yang berbeda satu sama lainnya. Sebenarnya masih banyak hal-hal lain yang penting untuk dapat diajarkan pada anak TK, ketimbang hanya terfokus pada kemampuan baca tulis semata, misalnya penanaman disiplin, kemandirian, tanggung jawab serta budi pekerti yang baik. Stimulasi terhadap kecerdasan intelektual anak, seperti pada kegiatan baca tulis, memang penting, namun perlu diupayakan jangan sampai stimulasi terhadap kecerdasan intelektual terlalu berlebihan sehingga cenderung memaksakan anak dan melupakan aspek-aspek kecerdasan lain yang juga perlu mendapat stimulasi seperti kecerdasan sosial, emosional, dan lain sebagainya, yang semuanya sangat diperlukan agar dapat menjadi bekal bagi anak dalam menghadapi masa depannya kelak.
Dunia anak adalah dunia pasif ide, maka dalam menunjang kemampuan penyesuaian diri seorang anak membutuhkan rangsangan yang cocok dengan jiwa mereka. Secara kejiwaan anak-anak ialah manusia yang akrab dengan simbol-simbol kasih sayang orang lain yang ada di sekitarnya, seperti melalui kata-kata sanjungan atau pujian. Guru yang mampu memberikan cerita akan menimbulkan semangat dan pemahaman kepada anak terhadap pelajaran yang diterima dari cerita tersebut. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan salah satu teknik penyampaian yang digunakan dalam proses pendidikan di Taman Kanak-kanak yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan teknik yang bervariasi dalam penyampaian materi pelajaran akan membantu guru dalam melaksanakan tugas secara baik. Oleh sebab itu, metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, orang tua kepada anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita.
 Di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti  ...................., kelemahan dalam hal baca tulis dikarenakan lemahnya daya konsentrasi anak yang akan berpengaruh terhadap kemampuan membaca pada anak karena atensi dan motivasi perlu ditumbuhkan untuk mengembangkan kemampuan membaca. Selain itu, di kelas pun tidak ditemukan huruf-huruf yang ditempel atau gambar-gambar disertai tulisan di bawahnya, yang sebenarnya dapat memberi rangsangan awal bagi anak dalam hal baca dan tulis.
Praktik pengajaran baca tulis di dalam kelas juga memuat beberapa kelemahan. Materi dalam buku penunjang lebih banyak menuntut anak untuk belajar menulis dengan menebalkan garis yang sudah ditentukan sebelumnya. Praktik ini pun justru bertentangan dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme dan kontekstual dalam KTSP itu sendiri yang mensyaratkan untuk memungkinkan siswa bereksplorasi dan menggali secara lebih dalam kemampuan, potensi, serta keindahan. Kurangnya kesempatan siswa dalam bereksplorasi dikarenakan ketersediaan alat peraga yang sangat terbatas. Akibatnya, menurut keterangan beberapa orangtua, anak-anak lebih mudah menangkap pelajaran membaca yang diberikan di rumah karena alat-alat peraga yang disediakan orangtua di rumah.
Proses membaca melibatkan ketrampilan diskriminasi visual dan suara, proses perhatian, dan memori. Penggunaan berbagai alat bantu sebagai media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar. Pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis pada siswa.
Dari 18 orang siswa di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012, pada studi pendahuluan ternyata hanya 5 orang  siswa  atau 28% yang memiliki kemampuan membaca dengan baik, sehingga masih terdapat 13 orang siswa atau 72% yang kemampuan membacanya kurang baik.
Berdasarkan uraian di atas maka sebagai upaya peningkatan kemampuan membaca siswa maka peneliti akan melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas dengan judul upaya meningkatkan kemampuan membaca melalui metode bercerita dengan gambar di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012.
B.     Identifikasi Masalah
Dari uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas permasalahan yang ada pada pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.   Metode yang digunakan guru kurang bervariasi, sehingga anak mangalami kebosanan.
2.   Adanya kenyataan bahwa metode bercerita dengan gambar yang kurang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
3.   Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca anak baik faktor dari dalam diri anak maupun faktor luar diri anak, salah satunya adalah faktor metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.
C.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan muncul berbagai masalah. Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.   Metode membaca pada anak usia dini yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode bercerita dengan gambar.
2.   Indikator dalam kemampuan membaca anak usia dini adalah anak mampu membaca kata sederhana dan menirukan 4 – 5 urutan kata.
3.   Penelitian tentang membaca dengan metode bercerita dengan gambar ini terbatas pada anak didik di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012.
D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, yaitu : apakah penggunaan metode bercerita dengan gambar dapat meningkatkan kemampuan meningkatkan kemampuan membaca di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012.
E.     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatkan kemampuan anak didik di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam hal membaca melalui metode bercerita dengan gambar
F.     Manfaat Penelitian
1.   Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan referensi di bidang psikologi perkembangan, terutama perkembangan pada masa awal anak-anak; dan psikologi pendidikan, terutama bagi pendidikan anak usia dini.
2.   Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a.   Siswa Taman Kanak-kanak, untuk meningkatkan kemampuan membaca sejak dini.
b.   Para guru khususnya dan para praktisi pendidikan pada umumnya, sebagai referensi bahwa dalam mengajar membaca, penting untuk memperhatikan anak secara spesifik berdasarkan kemampuan dan tipe belajar mereka.
c.   Sekolah, penelitian ini dapatnya bermanfaat sebagai pedoman lebih lanjut dalam mengambil kebijakan di sekolah dalam memberikan bimbingan mengajar kepada guru dan pengembangan lebih lanjut.


File lengkap bab 1-5 + SKH + Lampiran silahkan hub. 081327121707
semoga bermanfaat !

ARTIKEL



UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS
ANAK MELALUI METODE MELIPAT DENGAN MEDIA
KERTAS KORAN BEKAS PADA KELOMPOK B
TK MEKAR ASIH.................................
KECAMATAN............................
KABUPATEN.....................
S E M E S T E R  II
TAHUN 2011/ 2012


 

UPAYA  PENINGKATAN
KEMAMPUAN MOTORIK HALUS


PENDAHULUAN


Permasalahan utama yang dihadapi pada Taman Kanak-kanak itu adalah kurangnya variasi metode pengajaran dalam upaya menumbuhkembangkan kualitas anak atau murid, dalam hal ini dengan pembelajaran keterampilan melipat. Pembelajaran keterampilan melipat pada siswa diharapkan akan memacu kemampuan psikomotorik halus dan merangsang tumbuhnya motivasi, kreativitas, serta melatih ketekunan anak, karena seorang anak akan langsung terlibat dan mampu melakukan kegiatan keterampilan melipat dengan baik dan benar sesuai dengan aturan dan petunjuk yang diberikan. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas mengajar tentu menjadi harapan semua guru. Kenyataan yang dijumpai malah sebaliknya, siswa terlihat pasif tidak semangat, hasil yang dicapai rendah dan masih banyak lagi kekurangan yang ditemui pada kemampuan siswa, salah satunya adalah  kemampuan motorik halus  terutama keterampilan melipat.




TINJAUAN PUSTAKA

1.      Pengertian Motorik Halus
Keterampilan  motorik halus merupakan  keterampilan  yang  terkoordinasi  baik,  otot yang lebih kecil memainkan  peran yang besar, misalnya untuk menggenggam, melempar, menangkap bola, menulis dan menggunakan alat (Hurlock, 1978:150).
Depdiknas (2008:10) menyebutkan bahwa motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh  tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil (halus) serta memerlukan koordinasi  yang cermat, seperti menggunting mengikuti garis, menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, memasukkan kelereng ke lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menuangkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas, krayon dan spidol, serta melipat.
2.      Pengertian Melipat
Sumanto (2005:99-100) menjelaskan bahwa melipat atau origami adalah suatu teknik berkarya seni/kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas, dengan tujuan untuk menghasilkan aneka bentuk mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga, dan kreasi lainnya. Bagi anak usia taman kanak-kanak melipat merupakan salah satu bentuk kegiatan bermain kreatif yang menarik  dan menyenangkan. Melalui kegiatan ini dapat mengembangkan kompetensi pikir, imajinasi, rasa seni, dan keterampilan anak.
3.      Prosedur Penilaian
Catatan hasil penilaian harian dilaksanakan oleh  guru dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.       Catatan hasil penilaian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian di rencana kegiatan harian (RKH)
b.      Anak yang belum berkembang (BB) perkembangan sesuai dengan indikator seperti diharapkan dalam rencana kegiatan harian (RKH) atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberitanda satu bintang (ê).
c.       Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda dua bintang (êê)
d.      Anak yang sudah berkembang sesuai dengan harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapatkan tiga bintang (êêê)
e.       Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang (êêêê) (Buku Pedoman Penilaian di TK, Kemendiknas, 2010:11)
4.      Kerangka Pikir
Rendahnya kemampuan motorik halus rendah pada anak TK Mekar Asih Sindangbarang memerlukan penanganan intensif, yaitu dengan melaksanakan kegiatan penelitian untuk meningkatkan kemampuan motorik halus dengan menggunakan metode melipat menggunakan kertas koran bekas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Kegiatan yang dilakukan pada siklus I adalah melaksanakan  perbaikan pembelajaran sesuai SKH dengan kegiatan meniru melipat kertas sederhana 5-6 lipatan berupa baling-baling, kipas, dan perahu layar secara berkelompok  dengan bimbingan guru, dan pada siklus II adalah Melaksanakan kegiatan sesuai SKH, dengan kegiatan kerja kelompok dilanjutkan dengan demonstrasi dan peragaan di depan kelas dengan kegiatan meniru melipat kertas sederhana 5-6 lipatan berupa baling-baling, kipas, dan perahu layar dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK Mekar Asih Sindangbarang.
5.      Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas diajukan hipotesis bahwa melalui metode melipat dengan media kertas koran bekas dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada pengenalan dalam melipat kertas bagi siswa Kelompok B Semester II di ................................................ Semeter II Tahun 2011/2012.





METODE PENELITIAN

1.      Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto dkk, (2009:2-3).


 











2.      Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah PTK yang akan dilakukan 2 siklus, siklus I akan dilakukan 3 pertemuan dan siklus 2 akan dilakukan 3 pertemuan.
3.      Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B TK ........................................... sejumlah 20 siswa dengan perincian laki-laki 10 perempuan 10  usia berkisar 5 – 6 tahun.
4.      Tempat dan Waktu Penelitian
a.       Waktu Penelitian

No
Uraian
Waktu
Maret
April
Mei
Juni
1
Perencanaan (Proposal)




2
Observasi




3
Pelaksanaan




4
Analisis




5
Penulisan PTK






b.      Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil lokasi di kelas kelompok B ..........................................................
5.      Sumber Data
a.       Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diperoleh dari subyek penelitian (Margono, 2005:156). Data primer ini berupa hasil observasi, dokumentasi dan portopolio  terhadap peserta didik pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode melipat dengan menggunakan kertas koran bekas berlangsung.
b.      Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak diambil secara langsung dari subyek penelitian tetapi diperoleh dari dokumentasi pendukung seperti profil TK, biodata anak, riwayat hasil belajar anak, nilai rapor,  dan lainnya. (Margono, 2005:156).
6.      Variabel Penelitian
a.       Peningkatan kemampuan motorik halus pada anak didik kelompok B TK ................................................
b.      Metode melipat dengan menggunakan media kertas koran bekas anak didik kelompok B TK .................................................................
7.      Metode Pengumpulan Data
a.       Observasi
Arikunto  (2002:133), menjelaskan bahwa  observasi  merupakan  salah  satu  teknik  pengumpulan  data dengan  cara  mengamati  langsung  pada  objek-objek  yang  ingin diketahui  dalam  berbagai  situasi  sosial  mengenai  tempat,  orang, benda-benda,  maupun  kegiatan-kegiatan  yang  sedang  berlangsung.
b.      Dokumentasi
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan hasil kerja anak, foto-foto, video, dan lain sebagainya.  Studi  dokumentasi  merupakan  pelengkap  dari  penggunaan metode  observasi  dan  wawancara  dalam  penelitian  kualitatif  (Arikunto, 2002 : 206).  
c.       Portofolio
Portofolio pada hakekatnya merupakan kumpulan atau rekam jejak berbagai hasil kegiatan atau catatan-catatan guru tentang berbagai aspek perkembangan anak dalam kurun waktu tertentu (Kemendiknas, 2010: 9) . Dalam penelitian ini penelitian portofolio difokuskan pada hasil karya anak atau bentuk dari hasil kegiatan anak yang berupa lembar kegiatan anak.
8.      Metode Analisis Data
Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus atau aturan-aturan  yang ada sesuai dengan pendekatan  penelitian (Arikunto 2002: 208). Dalam analisis data  peneliti mempergunakan perhitungan prosentase keberhasilan berdasarkan jumlah siswa yang mencapai tingkatan ketuntasan berkembang sesuai harapan (BSH) dan berkembang baik sekali (BSB) minimal 75% dari jumlah seluruh siswa. 


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil observasi awal dari 20 anak hanya 5 anak (25%) yang kemampuan motoriknya baik sedangkan 15 anak (75%) kemampuan motorik halusnya masih di bawah standar. Secara rinci sebagaimana gambar diagram dibawah ini :




















2. Deskripsi Hasil Siklus I
. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang sudah tuntas baru 60% atau 12 siswa dari jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 20 sehingga dapat dinyatakan bahwa hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama belum sesuai dengan kriteria persentase ketuntasan dalam belajar sebesar 75%. Secara rinci sebagaimana gambar diagram dibawah ini :





















3.  Deskripsi Hasil Siklus II
pada siklus II dari 20 anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) dan berkembang sangat baik (BSB) dalam melipat menggunakan kertas koran bekas menjadi 17 siswa atau  85%, sedangkan kepada 3 ssiwa yang mulai berkembang (MB) akan diberikan bimbingan secara individu dan motivasi agar mereka dapat melaksanakan kegiatan melipat dengan baik. Secara rinci sebagaimana gambar diagram dibawah ini :

















4. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada siklus I, dari 20 anak terdapat 12 anak (60%) yang sudah berkembang sesuai harapan dan berkembang baik sekali. Sedangkan anak yang lain sebanyak 8 anak (40%) belum berkembang sesuai dengan harapan. Pada siklus II, menunjukkan bahwa ada perubahan/peningkatan yang sangat signifikan pada kemampuan motorik anak.  Dari 20 anak terdapat 17 anak (85%) yang sudah berkembang sesuai harapan. Sedangkan anak yang lain sebanyak 3 anak (15%) belum berkembang sesuai harapan.










































KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

1.      Kesimpulan
    Hasil data kegiatan dalam kemampuan motorik halus pada siklus I yang dilaksanakan dalam 3 pertemuan baru 60% atau 12 siswa dari jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 20 sehingga dapat dinyatakan bahwa hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama belum sesuai dengan kriteria persentase ketuntasan dalam belajar sebesar 75% dari jumlah seluruh siswa. Pada pelaksanaan siklus II dari 20 anak, yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) dan berkembang sangat baik (BSB) dalam melipat menggunakan kertas koran bekas menjadi 17 siswa atau  85%. Melihat hasil tersebut peneliti memutuskan untuk perbaikan berhenti pada siklus II.

2.      Implikasi
a.       Keberhasilan implementasi metode pembelajaran khususnya melipat pada dasarnya tidak lepas dari  kemampuan  guru  untuk  merencanakan  sebuah  program  pembelajaran yang  lebih  baik.   
b.      Efektivitas  penerapan metode melipat sebagai upaya peningkatan kemampuan motorik halus  sangat  menuntut  adanya  peranan  guru. 
c.       Dalam  pelaksanan  penerapan metode melipat,  penggunaan  media  atau  sumber pembelajaran  sebagai  penunjang  keberhasilan  kegiatan  pembelajaran.


 

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti, dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Universitas Terbuka. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Depdiknas. 2008. Pengembangan Kemampuan Motorik Halus di Taman Kanak-kanak. Dirjen Pendas TK/SD. Jakarta
Depdiknas. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Depdiknas. Jakarta.
Gunarti, Winda, dkk. 2008.  Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Universitas Terbuka. Jakarta.
Hurlock, Elizabeth. B. 1978. Perkembangan Anak. Edisi Terjemahan. Erlangga. Jakarta.
Kemendiknas. 2010. Pedoman Penilaian di Taman Kanak-Kanak. Dirjen Pendas TK/SD. Jakarta.
Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Montolalu, dkk. 2009.  Bermain dan Permainan Anak. Universitas Terbuka. Jakarta.
O’Brien, Eileen & Kate Needham. 2005. Kreasi Origami. Edisi Terjemahan. Erlangga for Kids. Jakarta.
Pamadhi, Hajar & Evan Sukardi. 2008. Seni dan Keterampilan Anak. Universitas Terbuka. Jakarta.
R, Moeslichatoen, 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Tineka Cipta. Jakarta.
Samsudin. 2008. Pembelajaran Morotik di Taman Kanak-kanak. Litera Prenada Media Grup. Jakarta.
Santrock, John, W. 2002. Perkembangan Anak. Edisi Terjemahan. Erlangga. Jakarta.
Satori, Djam’an & Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.
Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Suhardjono. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Cakrawala Indonesia LP3 UNM. Malang.
Sujiono, Bambang, dkk. 2010. Metode Pengembangan Fisik. Universitas Terbuka. Jakarta.
Sukanto & HR. Sugeng. 2001. Melipat Kertas Dasar Keterampilan Anak. Aneka Ilmu. Semarang.
Taniredja, Tukiran. 2010. PTK untuk Pengembangan Profesi Guru, Praktik, Praktis, dan Mudah. Alfabeta. Bandung.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2010. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Rosdakarya. Bandung.