Lencana Facebook

banner image

Friday 13 December 2013

MAKALAH PENGEMBANGAN VARIASI MENGAJAR



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
      Pendidikan merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu setiap negara senantiasa berusaha memajukan bidang pendi-dikan, disamping bidang yang lain dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas serta berusaha mengejar kemajuan negara lain.
Satu dari sekian banyak masalah di era global yang dihadapi Indonesia saat ini adalah masalah di bidang pendidikan. Masalah yang belum teratasi pada saat ini terutama masalah yang berhubungan dengan kualitas hasil pendidikan.[1] Adanya kebijakan sertifikasi guru adalah salah satu upaya nyata Pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru agar guru sebagai aktor utama dalam pendidikan umumnya dan pembelajaran khususnya dapat meningkatkan kompetensinya.  
Seorang guru penting untuk menciptakan paradigma baru untuk menghasilkan praktik terbaik dalam proses pembelajaran[2]. Oleh karena itu, ketika terjadi perubahan kurikulum dan terjadi pergeseran tuntutan hasil pendidikan yang berkaitan dengan tuntutan pasar kerja, maka gurulah yang harus berperan mewujudkan harapan itu. Guru harus selalu mengembangkan diri, baik yang berkaitan dengan kompe-tensi bidang studi maupun pedagogik, termasuk penggunaan internet dalam mencari informasi terkini.
Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau diinegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk.

B.     Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian di atas, timbul beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.      Apakah pengertian dari variasi mengajar?
2.      Apakah tujuan dari diadakannya variasi dalam mengajar?
3.      Apa saja prinsip-prinsip penggunaan variasi pengajaran?
4.      Apa saja komponen-komponen variasi mengajar?
5.      Bagaimana proses pelaksanaan belajar mengajar yang efektif di sekolah dasar?

C.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pengembangan variasi mengajar guru di sekolah dasar.

D.    Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mencoba meningkatkan profesionalisme guru sekolah dasar dalam melaksanakan tugasnya.
2.      Memberikan gambaran kepada mahasiswa khususnya calon pendidik (guru) dalam menerapkan variasi mengajar, guna menghindari kejenuhan siswa dalam belajar.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Variasi Belajar Mengajar
Penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah :
1.   Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Relevansi Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan yang diberikan guru.
Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhi. Misalnya faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi diluar kelas yang dirasakan siswa lebih menarik daripada materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurang menyenangi materi yang diberikan guru[3].
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar, karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan di dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran. Karena itu, guru memperhatikan variasi mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
2.   Memberikan Kesempatan Kemungkinan Berfungsinyanya Motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, guru selalu memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar tetap tergejolak di dalam diri setiap siswa selama pelajaran berlangsung.
Dalam proses belajr mengajr di kelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh jadi seorang siswa menyenanginya, tetapi bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak menyenanginya. Ini merupakan masalh bagi guru dalam setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.
Bagi siswa yang sering memperhatikan materi pelajran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guiru. Karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya[4].
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini peranan guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat, motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.
3.   Membentuk Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah
Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa di kelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang guru. Sikap negative ini tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga pada siswi. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh sering ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di kelas.
Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar di kelas. Tidak pernah terlihat menggunakan metode yang lain. Misalnya metode diskusi, resitasi, Tanya jawab, problem solving atau cerita.
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari di sekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat di sisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Di sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.

B.  Variasi Gaya Belajar Mengajar
1.   Pengertian Variasi Gaya Belajar Mengajar
Ada beberapa pendapat berkenaan dengan Variasi gaya belajar mengajar meliputi:
a.   Menurut Uzer, variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar. Murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi[5]
b.   Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran[6].
c.   Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan guru pada saat mengajar di muka kelas[7].
d.   Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa[8].
Dari definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas.
Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa kurang perhatian, mengantuk, dan bosan. Untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya variasi, dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu : 1) Variasi gaya mengajar, 2) Variasi dalam menggunakan media, 3) Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa[9].
2.   Tujuan Variasi Gaya Belajar Mengajar :
a.       Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevensi terhadap proses belajar mengajar
Dalam proses belajar mengajar, perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan guru merupakan masalah yang sangat penting, karena dengan perhatian tersebut akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan tersebut akan tercapai bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan di kelas.
Dalam jumlah siswa yang banyak, biasanya sulit atau sukar untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi yang diberikan. Memang ada banyak faktor yang mempengaruhinya, misalnya ; faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, faktor gaya guru dalam mengajar yang tanpa ada variasinya, dan lain sebagainya. Jadi, masalah perhatian siswa terhadap pelajaran tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan variasi gaya mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.
b.      Memberi kesempatan
Memberi kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi dalam belajar, motivasi memegang peranan yang sangat penting, karena tanpa motivasi seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar. Motivasi ada 2, yaitu : motivasi intrinsik (dari dirinya sendiri) dan motivasi ekstrinsik (dari luar dirinya sendiri)[10].
Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap siswa di dalam dirinya ada motivasi intrinsik yakni kesadarannya sendiri untuk memperhatikan penjelasan guru, rasa ingin tahu lebih banyak terhadap materi yang diberikan guru. Dalam pertemuan dikelas ada juga siswa yang tidak ada motivasi dalam dirinya (Intrinsik), masalah inilah yang sering dihadapi guru. Guru selalu dihadapkan masalah motivasi yakni motivasi ekstrinsik, yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Jadi siswa yang tidak ada motivasi didalam dirinya (instrinsik) memerlukan motivasi ekstrinsik untuk me;lakukan kegiatan belajar. Disinilah peranan guru lebih dituntut untuk memerankan motivasi, yaitu motivasi sebagai alat mendorong siswa untuk berbuat, sebagai alat untuk menentukan arah dan sebagai alat untuk menyeleksi kegiatan.
c.       Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah
Tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan yang ada di kelas yakni adanya siswa atau siswi yang kurang senang terhadap dirinya. Sikap negatif ini bisa jadi disebabkan gaya guru mengajar yang kurang bervariasi, gaya mengajar guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa. Konsekwensinya bidang studi yang dipegang guru tersebut menjadi tidak disenangi. Mungkin bisa ditunjukkan dari sikap acuh tak acuh siswa ketika guru tersebut sedang menjelaskan materi pelajaran di kelas. Ketika mengajar, guru selalu duduk dengan santai dikelas tanpa memperdulikan tingkah laku siswa atau ank didiknya. Ini adalah jalan pengajaran yang sangat membosankan. Dalam hal ini guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreatifitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan mengambil hati siswanya. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Variasi gaya mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa.
3.   Manfaat Variasi Gaya Mengajar
Mengajar menuntut guru untuk bekerja demi keberhasilan anak didiknya, sehingga kemajuan murid menjadi titik perhatian guru. Rasulullah SAW. menerapkan pengajaran yang sangat memperhatikan perkembangan siswa (sahabat)nya, agar mereka tidak merasa jemu dalam belajar, tersirat dalam hadits :




Artinya   :     Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud berkata : Nabi SAW. berselang-seling dalam memberikan pelajaran agar terhindar dari kebosanan. (H.R. Bukhari)[11].

C.  Prinsip Penggunaan Variasi
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
  1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan. Disamping itu juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi, terutama penggunaan variasi gaya mengajar, dalam bervariasi harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar menarik siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru.
  2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu proses belajar mengajar.
  3. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran.
  4. Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan. Karena variasi ini memerlukan keluwesan, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa. Umpan balik ini ada dua yaitu Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa dan Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran[12].

D. Komponen-Komponen Variasi Gaya Belajar Mengajar
Dalam mengajar hendaknya menggunakan berbagai macam variasi gaya. Dengan variasi gaya tersebut, akan menjadikan siswa merasa tertarik terhadap penampilan mengajar guru. Variasi gaya mengajar guru ini meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
1.   Variasi Suara
Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat. Suara guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan. Jika suara guru senantiasa keras terus atau terlalu keras, justru akan sulit diterima, karena siswa menganggap gurunya seorang yang kejam, bila sudah begitu siswa diliputi oleh rasa cemas, ketakutan selama belajar. Masalah seperti ini yang harus dihindari bahkan ditiadakan. Tapi kalau suara guru terlalu lemah (biasanya guru wanita) akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa menjangkau seluruh siswa di kelas, apalagi yang duduknya dideretan belakang. Bila sudah begitu siswa akan meremehkan gurunya, perhatian siswa terhadap materi yang diberikan itupun kurang. Untuk itu guru menggunakan variasi suara yang disesuaikan ndengan situasi dan kondisi. Jadi suara guru senantiasa berganti-ganti, kadang meninggi, kadang cepat, kadang lambat, kadang rendah (pelan). Variasi suara bisa mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun, gunakanlah bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal penting, gunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan semangat.


2.   Pemusatan Perhatian
Perhatian menurut Djamarah adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh guru iru tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikan peringatan dengan bentuk kata-kata. Misalnya : “Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya[13].
Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni :
a.   Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk. Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata penting pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.
b.   Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit. Bagi guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa.
c.   Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar bisa saja lingkungan, orang tua dan guru. Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau membangkitkan minat belajar siswa baik dirumah maupun dikelas[14].
Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar bisa mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa dengan memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”, karena materinya agak sulit dan sebagainya.
3.   Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.
Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.


4.   Kontak pandang
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang dengan satu siswa secara terus menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya bila guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak disik atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian diantara mereka.
Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan kelas :
a.   Melihat keluar ruang
b.   Melihat kearah langit-langit
c.   Melihat kearah lantai
d.   Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja
e.   Melihat dan menghadap kepapan tulis saat menjelaskan kecuali sambil menunjukkan sesuatu.
Hal-hal di atas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas dengan baik. Jadi dalam kontak pandang hendaknya guru berusaha seintim mungkin agar siswa merasa diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang sering dilakukan, akan membangun dan membina jalinan tingkat tinggi, yaitu mengetahui psikologi anak atau siswa dan mengetahui seberapa banyak pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Untuk itu, pandanglah siswa-siswa anda secara merata tapi jangan berlebihan, gunanya pandangan mata, seorang guru adalah untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa.


5.   Perpindahan Posisi Guru
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias memperhatikan. Perpindahan posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri ke sisi kanan, atau diantara anak didik dari belakang kesamping anak didik. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk dan diam di tempat lalu berjalan-jalan mengelilingi siswa dan sebagainya. Yang penting dalam perubahan posisi itu harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir dan seorang guru janganlah melakukan kegiatan mengajar dengan satu posisi, misalnya saja saat menerangkan guru hanya berdiri didepan kelas saja atau duduk dikursi saja, tanpa ada pergantian atau variasi ini bisa menimbulkan kebosanan siswa.
Guru melakukan pergantian posisi, sebaiknya jangan kaku atau kikuk, lakukan saja secara bebas dan wajar bisa menarik perhatian siswa, jika guru kaku dalam bergerak ini bisa menjemukan siswa. Dan bila variasi dilakukan secara berlebihan itu juga bisa mengganggu perhatian siswa atau konsentrasi siswa terhadap pelajaran.Maka dari itu gunakanlah variasi posisi ini secara wajar dan sesuaikan dengan tujuan, tidak sekedar mondar-mandir.
6.   Model-Model Belajar
Dalam melaksanakan variasi gaya mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan memahami gaya atau model-model belajar siswanya, supaya siswa termotivasi, bersemangat dan berminat dalam belajar. Adapun model-model belajar ada tiga macam, yaitu[15] :
a.   Visual
Bagi pelajar visual, belajar yang efektif adalah dengan menggunakan "gambaran keseluruhan" (melakukan tinjauan umum), yakni dengan membaca bahan pelajaran secara sekilas. Cirri-ciri pelajar visual :
1)   Teratur, memperhatikan segala sesuatu
2)   Mengingat dengan gambar, grafik dan warna untuk meningkatkan memorinya
Dari ciri-ciri diatas, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyajikan bahan pelajaran, guru harus bisa menggunakan gambar, warna, untuk menumbuhkan minat belajar siswa dan meningkatkan memori siswa terhadap bahan tersebut. Gaya mengajar guru yang mudah mempengaruhi siswa ini adalah kontak pandang, perpindahan posisi dan eksperimen wajah.
b.   Auditorial
Bagi pelajar auditorial, belajar yang efektif adalah dengan mendengar. Untuk itu guru disaat menerangkan dituntut untuk menggunakan variasi, pemusatan, perhatian dan kesenyapan memudahkan dan meningkatkan perhatian siswa dalam belajar. Ciri-ciri siswa auditorial adalah :
1)   Perhatiannya mudah terpecah
2)   Berbicara dengan pola berirama
3)   Belajar dengan cara mendengar
4)   Berdialog secara internal dan eksternal
c.   Kinestetik
Bagi pelajar kinestetik, belejar yang efektif adalah dengan melibatkan diri langsung dengan aktifitasnya, jadi merekacenderung pada eksperimen (gerak). Ciri-ciri siswa kinestetik adalah :
1)   Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca
2)   Mengingat sambil melihat langsung
Di sini guru dianjurkan melibatkan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung, menggunakan metode eksperimen, bahasa tubuh guru hendaknya bervariasi, supaya menarik perhatian siswa dan mempermudah pemahaman siswa terhadap materi tersebut













BAB III
KESIMPULAN


Variasi mengajar sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar . Komponen-komponen variasi mengajar seperti variasi gaya mengajar, variasi media, dan bahan ajaran dan variasi interaksi, mutlak dikuasi oleh guru untuk menggairahkan belajar anak didik dalam waktu relatif lama dalam suatu pertemuan kelas.
Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dan siswa. Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemampuan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau diinegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, cariasi dalam memberikan penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.
Tecapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan di dalam diri siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bias dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran.
Guru yang bijaksana adalah guru yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru. Siswa selalu ingin dekat dengan guru. Ketiadaan guru barang sehari di sekolah tidak jarang dipertanyakan. Siswa merasa rindu untuk selalu dekat di sisi guru. Guru seperti itu biasanya karena gaya mengajarnya dan pendekatannya yang sesuai dengan psikologis siswa. Variasi mengajarnya mempunyai relevansi dengan gaya belajar siswa. Di sela-sela penjelasan selalu diselingi humor dengan pendekatan yang edukatif, jauh dari sikap permusuhan.
DAFTAR PUSTAKA


Abdul Qadir Munsyi. (1995). Definisi Gaya Mengajar. Bandung. Rosda Karya

Abu. Ahmadi H. 1991. Psikologi Sosial. Rineka Cipta

Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas

Drs Syaiful Bahri Djamara dan Drs Aswan Zain; Strategi Belajar Mengajar, :Penerbit Rhineka Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006, Jakarta

Hamalik, O, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, 1992

Kunandar, 2007, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi guru), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nurhasnawati, 2004. Strategi Pembelajaran Mikro, Pekanbaru: Fakultas Tarbiyah.

Sardiman, A. M. (2004). Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Jakarta: Rajawali.

Suyanto. (2007). Tantangan profesional guru di era global. UNY. Yogyakarta.
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2000

Udin, Wina Putra, M.A, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004

Usman, Mohd. Uzer, 2008. Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Zainal Abidin S, Ibnu Mas'ud. 2000 Fiqh Madzhab Syafi'i Edisi Lengkap Mu'amalah, Munakahat, Jinayah. Bandung: PT. Pustaka Setia

Zaini. Drs. Syahminan,  1984. Mengenal Manusia Lewat Al Qur’an. Surabaya : PT. Bina Ilmu.



[1] Suyanto. Tantangan profesional guru di era global.  UNY. Yogyakarta, 2007, hal. 67-68
[2] Sardiman, A. M. Interaksi dan motivasi belajar-mengajar. Rajawali Press. Jakarta. 2005. hal. 7
[3] Tjipto Utomo dan Kees Ruijter. Peningkatan dan pengembangan pendidikan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 2004, hal. 145
[4] Depdiknas. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas. Jakarta. 2005, hal. 7
[5] Usman, Mohd. Uzer, Menjadi Guru Profesional (Edisi kedua), PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 2008, hal. 88
[6] Abu. Ahmadi H.  Psikologi Sosial. PT. Rineka Cipta, Jakarta. 1991, hal. 99
[7] Abdul Qadir Munsyi. Definisi Gaya Mengajar. Rosda Karya, Bandung, 1995, hal. 74
[8] Zaini. Drs. Syahminan,  Mengenal Manusia Lewat Al Qur’an. PT. Bina Ilmu. Surabaya. 1984, hal. 23
[9] Nurhasnawati, Strategi Pembelajaran Mikro,  Fakultas Tarbiyah. Pekanbaru, 2004, hal. 46

[10] Hamalik, O, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, 1992, hal. 132
[11] Zainal Abidin S, Ibnu Mas'ud. Fiqh Madzhab Syafi'i Edisi Lengkap Mu'amalah, Munakahat, Jinayah. PT. Pustaka Setia, Bandung. 2004, hal. 222
[12] Syaiful Bahri Djamara dan Aswan Zain; Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rhineka Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006, Jakarta, hal. 89
[13] Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif, PT.Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 77
[14] Kunandar, Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan Sukses dalam Sertifikasi guru), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2007, hal 113
[15] Udin, Wina Putra, M.A, dkk, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004, hal. 89