Lencana Facebook

banner image

Friday 4 April 2014

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI PEMBELAJARAN IPA MATERI PENGARUH GAYA SISWA KELAS V



BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ilmu  Pengetahuan  Alam  (IPA)  merupakan  salah  satu  disiplin  ilmu yang  berhubungan  dengan  cara  mencari  tahu  tentang  alam  semesta  secara sistematis  sehingga  IPA  bukan  hanya  penguasaan  kumpulan  pengetahuan berupa  fakta-fakta,  konsep  atau  prinsip  saja  tetapi  juga  merupakan  suatu proses  penemuan  sehingga  dapat  membantu  peserta  didik memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan potensinya.
Dalam  KTSP  yang  menempatkan  pembelajaran  Ilmu  Pengetahuan Alam  (IPA)  sebagai  salah  satu  komponen  penting  dalam  rangka menumbuhkan  kemampuan  berpikir,  bekerja  dan  bersikap  ilmiah  serta menyampaikannya sebagai aspek penting dalam mencapai hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung melalui pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.  Pelajaran  IPA  harus  menggambarkan,  dijiwai,  serta  diarahkan  untuk mencapai  tujuan.  Perangkat  pembealjaran,  perencanaan  pembelajaran,  dan kegiatan pembelajaran IPA harus mengacu pada tujuan pembelajaran IPA dan memperhatikan  karakteristik  siswa  sebagai  pembelajar.  Demikian  pula keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai untuk mencapai tujuan di atas harus benar-benar dilatihkan melalui kegiatan pembelajaran. 
Bila dalam proses pembelajaran  atau kegiatan belajar mengajar faktor guru,  siswa  atau  metode  pembelajaran  tidak  berkembang  maka  akan berpengaruh  pada  proses  pembelajaran  yang  dilaksanakan  di  dalam  kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula pada hasil pemahaman konsep siswa. Berdasarkan  temuan  di  sekolah,  pembelajaran  IPA  di  SD  ternyata masih  cenderung  menekankan  aspek  kognitif,  dimana  konsep-konsep  yang diajarkan  hanya  sekedar  pengetahuan  kurangnya  penghayatan  dan  kurangnya realisasi  sebagai  sikap  hidup  dan  perilaku  yang  nyata,  siswa  bersifat  pasif dalam aktivitas belajarnya sebab guru hanya menggunakan metode ceramah. 
Dengan  demikian  dapat  dikatakan  bahwa  sebagian  besar  siswa mengalami  kesulitan  untuk  memahami  konsep,  diduga  karena  pendekatan, metode,  model  pembelajaran,  maupun  strategi  pembelajaran  yang  digunakan kurang  tepat,  juga  kemampuan  guru  serta  sarana  pembelajaran  yang  meliputi media,  alat  peraga,  dan  buku  pegangan  siswa  yang  masih  terbatas  sehingga mengakibatkan  rendahnya  keaktifan dan hasil belajar siswa yang berimplikasi pada  rendahnya pemahaman  siswa  terhadap  konsep  pada  pembelajaran  IPA materi pokok pengaruh gaya.
Hal tersebut dibuktikan pada pelaksanaan studi awal pembelajaran mata pelajaran IPA materi pengaruh gaya  menunjukkan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dari 20 siswa kelas V SD Negeri Bantarmangu 01 yang mengikuti tes formatif hanya ada empat siswa (20%) yang dikategorikan tuntas belajar, sementara 16 siswa (80%) lainnya dinyatakan belum tuntas belajarnya karena masih mendapat nilai kurang dari KKM sebesar 62, dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal 57,50 dan keaktifan siswa sebesar 40% atau sebanyak 8 orang siswa dari jumlah seluruh siswa sebanyak 20 orang siswa.
Berdasarkan data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu :
1.      Rendahnya prestasi belajar siswa tentang pengaruh gaya
2.      Rendahnya motivasi belajar siswa tentang pengaruh gaya
3.      Rendahnya aktivitas, sikap ilmiah dan hasil belajar siswa.
4.      Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa
Berdasarkan indentifikasi masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti mencari dan menganalisis penyebab masalah yang terjadi diantaranya :
1.      Kurangnya inovatif guru dalam mengefektifkan waktu belajar.
2.      Guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
3.      Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat.
4.      Metode pembelajaran  yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi kurang tepat
5.      Guru kurang mampu meningkatkan peran aktif siswa dapat pembelajaran.
Melihat permasalahan pembelajaran sebagaimana diuraikan di atas, peneliti termotivasi untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai upaya peningkatan prestasi belajar IPA materi pokok pengaruh gaya  melalui penerapan metode eksperimen kelas V  SDN ............... Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Perumusan  Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang masalah  dan melalui refleksi diri serta diskusi dengan teman sejawat, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalahnya, yaitu  :
1.      Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V  SDN Bantarmangu 01 Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya  dengan penerapan metode eksperimen?
2.      Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa  kelas V  SDN Bantarmangu 01 Tahun Pelajaran 2011/2012 pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya  dengan penerapan metode eksperimen?


C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari  pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.      Untuk meningkatkan keaktifan siswa siswa  kelas V  SDN ............. Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya  melalui penerapan metode eksperimen.
2.      Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa siswa  kelas V  SDN ............. Tahun Pelajaran 2011/2012  dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya  melalui penerapan metode.


D.  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas  ini adalah :
  1. Bagi Siswa
a.       Meningkatkan hasil belajar siswa
b.      Meningkatkan minat belajar siswa
c.       Melalui pembelajaran aktif, menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan memudahkan siswa memahami dan mencapai kompetensi pembelajaran IPA.
  1. Bagi Guru
a.       Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b.      Meningkatkan profesionalisme pembelajaran guru
c.       Memberi kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
  1. Bagi Sekolah
Pihak sekolah dengan sendirinya akan mengalami peningkatkan kualitas dengan ditandai oleh lulusan yang baik, kualitas dan variasi pembelajaran guru dan membaiknya motivasi siswa serta prestasi hasil belajar siswa pada pelajaran IPA  khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya.



Konfirmasi file secara utuh dari Bab I, II, III, IV. V, Lampiran2 dan Halaman Depan, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI PERSAMAAN PECAHAN DAN DESIMAL MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS V SD NEGERI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah



Pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup  sulit  dan  tidak menarik bagi banyak siswa di sekolah. Hal ini berdampak buruk bagi  prestasi/  hasil  belajar siswa. Peserta didik juga banyak yang mengeluhkan bahwa  matematika  yang  diajarkan  terlalu  sukar,  Salah  satu  aspek  yang  perlu  ditelusuri  dalam  proses  pengajaran  matematika  tersebut  adalah  aspek  komponen  pengajaran.



Untuk  meningkatkan  hasil  belajar  siswa  ini  terutama  pada materi persamaan pecahan dan desimal biasanya  masih  berada  pada  tahap  hafalan,  sehingga  jika  suatu  saat  lupa  sifat atau  rumusnya  maka  akan  mengalami  kesulitan  menyelesaikan  soal-soal  yang berhubungan dengan bangun persamaan pecahan dan desimal. Untuk siswa yang daya ingatnya tinggi menghafal tidaklah  terlalu  mengalami  kesulitan,  tetapi  bagi  siswa  yang  daya  ingatnya  rendah, biasanya  mengalami  kesulitan  menghafal.  Untuk  menghadapi  permasalahan  tersebut seorang guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan efektif.



Dalam  keseluruhan  pendidikan,  siswa  sebagai  peserta  didik  merupakan subjek utama. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar siswa hendaknya menjadi  kepedulian  utama  dari  pendidik.  Segala  bentuk  kegiatan diarahkan  demi  perkembangan  diri  siswa.  Keberhasilan  proses  belajar  mengajar terletak dalam perwujudan diri siswa sebagai pribadi yang mandiri. 



Keberhasilan  pembelajaran  sangat  dipengaruhi  oleh  kemampuan  guru  dalam  menguasai  dan  menyampaikan  materi  dengan  metode  yang  tepat  dalam  proses  pembelajarannya. Guru juga harus dapat merumuskan tujuan yang hendak dicapai  dalam pembelajaran tersebut. Untuk  meningkatkan  pemahaman  siswa  terhadap  materi persamaan pecahan dan desimal dilakukan  perbaikan  pembelajaran  melalui  serangkaian proses  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK).  Pada  prinsipnya  tujuan  pembelajaran dengan metode demonstrasi  membantu  siswa  bagaimana  merumuskan  pertanyaan,  mencari  jawaban atau  pemecahan  untuk  memuaskan  keingintahuannya  dan  untuk  membantu  teori dan  gagasannya  tentang  dunia.  Lebih  jauh  lagi  dikatakan  bahwa  pembelajaran dengan metode demonstrasi  bertujuan  untuk  mengembangkan  tingkat  berpikir  dan  juga  keterampilan berpikir kritis.



Ternyata hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang peneliti harapkan. Hasil tes formatif menunjukan penguasaan siswa terhadap materi tersebut masih rendah, karena hanya delapan siswa (26,67%) yang mencapai tingkat penguasaan 70% ke atas atau mendapat nilai di atas KKM sebesar 63, dari 30 siswa yang mengikuti tes formatif. Kesenjangan prestasi belajar siswa pada studi awal perlu mendapat penanganan yang lebih baik agar kesenjangan tersebut  semakin berkurang dan akhirnya siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik.



Dari hasil beberapa tes formatif yang ada peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa keadaan tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut karena jika dibiarkan tentu akan berdampak buruk pada hasil belajar siswa nantinya. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti meminta  bantuan teman sejawat untuk mengindentifikasi masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran. Dari hasil observasi dan diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran sebagai berikut :



1.      Rendahnya motivasi dan minat belajar siswa



2.      Rendahnya hasil prestasi belajar siswa



3.      Siswa kurang menguasai konsep tentang pecahan dan desimal



4.      Siswa kurang dapat menerapkan rumus pecahan dan desimal



Faktor-faktor yang menentukan  keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah kemampuan guru, kesiapan siswa dan sarana serta prasarana yang ada dan menunjang di sekolah. Kekurangan dan kelemahan dalam proses pembelajaran pada studi awal dapat berakibat terjadi kesulitan pada siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika selanjutnya. Dari hasil diskusi dengan teman sejawat diketemukan  kelemahan-kelemahan  pada proses pembelajaran sebagai berikut :



1.      Motivasi belajar Matematika tentang persamaan pecahan dan desimal rendah.



2.      Suasana belajar Matematika tentang persamaan pecahan dan desimal kurang mengena.



3.      Prestasi belajar Matematika tentang persamaan pecahan dan desimal rendah.



Melihat kondisi awal sebagaimana tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa melalui metode demonstrasi sehingga masalah-masalah yang menghambat proses pembelajaran dapat teratasi.



Adapun prioritas masalah yang menjadi tujuan perbaikan proses pembelajaran adalah :



1.      Memperbaiki proses pelaksanaan pembelajaran  dengan menggunakan metode demonstrasi.



2.      Penggunaan metode demonstrasi diharapkan mampu meningkatkan  motivasi dan prestasi belajar siswa belajar sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.



Adapun kondisi ideal yang diharapkan adalah untuk meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai, memperbaiki proses dan memberikan  pengalaman nyata kepada siswa  tentang konsep pembelajaran yang diterimanya sehingga proses  pembelajaran dapat berjalan dengan baik serta tercapainya tujuan pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu meningkatnya motivasi dan prestasi belajar siswa belajar siswa.



Sebagai langkah perbaikan, guru  mengambil  langkah  untuk  perbaikan  dengan  cara  dan metode yang berbeda dengan menggunakan metode demonstrasi.  Metode  demonstrasi  adalah  memperlihatkan  bagaimana  terjadinya sesuatu  yang  akan  dipelajari  dan  diperlihatkan  langsung  kepada  anak  (siswa) dengan metode demonstrasi seorang guru dapat memperlihatkan pada seluruh murid  yang  ada  di kelas  memperlihatkan  proses  dan  gambar  yang  akan menjadi bahan catatan, tentang materi persamaan pecahan dan desimal



Sebagai guru yang profesional, peneliti merasa terpanggil untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran, agar hasil belajar siswa dapat meningkat. Upaya perbaikan yang peneliti lakukan dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) pada pembelajaran matematika materi persamaan pecahan dan desimal siswa kelas V SDN .............







B.     Perumusan Masalah



Berdasarkan hal tersebut di atas maka rumusan masalah yang menjadi fokus perbaikan pembelajaran adalah :



1.      Bagaimana meningkatkan  motivasi belajar siswa kelas V SDN ............ dalam pembelajaran matematika materi pokok persamaan pecahan dan desimal  dengan penerapan metode demonstrasi?



2.      Bagaimana meningkatkan  prestasi belajar siswa kelas V SDN ............ dalam pembelajaran matematika materi pokok persamaan pecahan dan desimal  dengan penerapan metode demonstrasi?







C.    Tujuan Penelitian 



1.      Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas V SDN ............ melalui metode demonstrasi pada pembelajaran matematika materi pokok persamaan pecahan dan desimal.



2.      Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN ............  dalam pembelajaran matematika  materi pokok persamaan pecahan dan desimal melalui metode demonstrasi.







D.    Manfaat Penelitian 



Diharapkan penelitian perbaikan pembelajaran ini akan memberikan  manfaat  bagi berbagai pihak, sebagai berikut.



1.      Siswa



a.       Siswa dapat memperbaiki hasil belajarnya menjadi lebih baik dan menumbuhkan sikap kritis terhadap hasil belajarnya.



b.      Siswa dapat mencapai hasil yang lebih baik dalam prestasi pembelajaran matematika sesuai tujuan yang telah ditetapkan.



2.      Guru



a.       Membantu guru meningkatkan kinerjanya serta profesi dalam memupuk rasa percaya dirinya



b.      Mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.



3.      Sekolah



a.       Membantu sekolah dalam mengembangkan prestasi akademiknya dan meningkatkan mutu lulusan terutama mata pelajaran matematika.



b.      Sekolah dapat berkembang karena adanya peningkatan kemampuan profesional guru dan kemampuan siswa, yang mana hal ini akan membawa citra positif bagi sekolah yang bersangkutan




Konfirmasi file secara utuh dari Bab I, II, III, IV. V, Lampiran2 dan Halaman Depan, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG KONSEP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK MELALUI PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS V



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Pembelajaran  IPA  berhubungan  dengan  cara  mencari  tahu  tentang  alam secara sistematis.  IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang  berupa  fakta-fakta,  konsep-konsep,  atau  prinsip-prinsip  saja  tetapi  juga merupakan  suatu  proses  penemuan.  Pendidikan  IPA  diharapkan  dapat  menjadi wahana  bagi  peserta  didik  untuk  mempelajari  diri  sendiri  dan  alam  sekitar,  serta prospek  pengembangan  lebih  lanjut  dalam  menerapkannya  di  dalam  kehidupan sehari-hari.  Proses  pembelajarannya  menekankan  pada  pemberian  pengalaman langsung  untuk  mengembangkan  kompetensi  agar  menjelajahi  dan  memahami alam sekitar secara ilmiah.
Kualitas pendidikan sangat berhubungan erat dengan  kualitas  dan  kemampuan  guru  dalam  menyajikan  materi  terhadap  anak didiknya.  Guru  harus  bersikap  kritis  terhadap  kemajuan  ilmu  pengetahuan  dan teknologi,  guru  yang  peduli  terhadap  kemajuan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi akan  terus  berinovasi  dalam  proses  belajar  mengajarnya.
Penggunaan metode eksperimen pada pembelajaran IPA di lapangan belum dilaksanakan  secara  optimal.  Guru  masih  dominan  menerapkan  metode  yang mengarah  kepada  hafalan  dalam  pembelajaran  IPA,  jarang  menggunakan  alat bantu  pengajaran  (alat  peraga),  serta  kurang  melibatkan  siswa  melakukan eksperimen  untuk  menemukan  konsep-konsep,  teori-teori,  hukum-hukum  dan prinsip-prinsip.  Ini  terjadi  pada  sekolah  tempat  peneliti melaksanakan tugas sehari-harinya.
Pada test pembelajaran awal, hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik sangat rendah, yaitu  mencapai 25% (4 siswa) dari 16 siswa yang tuntas dalam belajar karena memperoleh nilai di atas KKM sebesar minimal 65, dengan nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal 58,13 dan keaktifan siswa 31,25% atau 5 siswa. Hal ini menunjukkan kemampuan siswa dalam menguasai materi penggunaan energi listrik sangat rendah.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala sekolah dan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
  1. Siswa tampak ragu-ragu dan bingung saat menjawab pertanyaan guru
  2. Siswa kurang menguasai materi pembelajaran
  3. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
  4. Hasil ulangan Ilmu Pengetahuan Alam yang diperoleh masih sangat rendah.
  5. Kreativitas siswa untuk menanyakan sesuatu kepada guru sama sekali tidak muncul.
  6. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada saat proses mempelajari materi ajar, dan ini telah menyebabkan siswa tidak tuntas belajar karena kekurang tepatan pemilihan metode pembelajaran
  7. Ketidakaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi pada saat proses pembelajaran berlansung.
Sehubungan dengan rendahnya hasil belajar tersebut, peneliti merefleksi  dan berdiskusi dengan teman sejawat. Dari hasil diskusi tersebut penyebab rendahnya hasil belajar siswa antara lain :
  1. Model pembelajaran yang diambil tidak tepat dan penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
  2. Guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif yang mengakibatkan kurangnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung
  3. Guru tidak mampu menciptakan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi
  4. Guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik.
  5. Guru harus lebih teliti melihat siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
Prioritas masalah yang menjadi tujuan perbaikan proses pembelajaran adalah :
1.      Memperbaiki proses pelaksanaan  pembelajaran yang akan dilaksanakan  melalui metode eksperimen  pada materi pembelajaran IPA materi penggunaan energi listrik.
2.      Upaya pelaksanaan perbaikan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan  motivasi, keaktifan dan prestasi belajar  siswa, sehingga tingkat ketuntasan belajar dapat tercapai.
Metode  eksperimen/percobaan  dalam  pembelajarannya diharapkan meningkatkan keaktifan   dan  hasil  belajarnya  pun  memuaskan.    Selain  itu,  seperti  telah dipaparkan  di  atas  bahwa  salah  satu  karakteristik  pembelajaran  IPA  adalah dengan  menggunakan  berbagai  macam  teknik,  salah  satunya  dengan  cara bereksperimen.
Upaya yang dilakukan memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya akan dilakukan melalui upaya penelitian tindakan kelas dengan metode eksperimen pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik siswa kelas V SD Negeri .............


B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat disimpulkan perumusan masalah sebagai berikut  :
1.      Bagaimana meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Negeri ............ pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik melalui penerapan metode eksperimen ?
2.      Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tambaksari pada pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik melalui penerapan metode eksperimen ?

C.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, agar memiliki arah yang jelas, maka ditetapkan tujuan sebagai berikut :
  1. Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas V SD Negeri ............ mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik  penerapan metode eksperimen.
  2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri ............ mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik dengan  penerapan metode eksperimen.

D.    Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi :
  1. Siswa
a.       Memperbaiki belajar siswa, agar hasil belajar siswa meningkat
b.      Siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru sehingga minat belajar siswa meningkat
c.       Memberikan  pengalaman  secara  langsung  bagi  siswa,  sehingga  siswamempunyai kesan dalam belajarnya. 
d.      Siswa  dapat  menarik  kesimpulan  atau  memecahkan  masalah  setelah melakukan eksperimen dalam pembelajaran IPA. 
e.       Untuk memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar siswa dan keaktifan belajar siswa meningkat.
  1. Guru
a.  Sebagai bahan evaluasi guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen 
b.  Guru  dapat  menentukan  solusi  dalam  memecahkan  permasalahan  yang sedang dihadapi dalam pembelajaran. 
c.  Memberikan  pengalaman  kepada  guru  dalam  membimbing  siswa  pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode eksperimen 
d.  Memberikan  gambaran    hasil  belajar  siswa  dengan  menggunakan  metode eksperimen.
e.   Meningkatkan  kemampuan  guru  dalam  mencapai  tujuan  pembelajaran yang diinginkan. 


  1. Sekolah
a.       Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah
b.      Meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan bagi siswa
c.       Mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh
d.      Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif


Konfirmasi file secara utuh dari Bab I, II, III, IV. V, Lampiran2 dan Halaman Depan, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM MATERI STRUKTUR BAHAN SISWA KELAS V



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung sehingga  siswa  perlu  dibantu  agar  mampu  mengembangkan  sejumlah pengetahuan  yang  menyangkut  cara  kerja  ilmiah  serta  pemahaman  konsep. Pembelajaran  IPA  adalah  cara memberitahu  dan  cara  berbuat  akan membantu  siswa  dalam  memperoleh  pengalaman  yang  mendalam  tentang alam  sekitarnya  dalam  mendudukan  siswa  sebagai  pusat  perhatian  dalam interaksi aktif dengan teman, lingkungan dan nara sumber lainnya.
Metode  yang  dipakai  guru  dalam  mengajar  masih  bersifat  tradisional, seperti metode ceramah dan pemberian tugas. Siswa belajar tergantung pada guru. Guru merupakan satu-satunya sumber belajar. Siswa tidak aktif dalam KBM,  pada  saat  diminta  untuk  menyampaikan  pikiran  atau  gagasan  kemampuan  siswa  berbicara  masih  rendah. Saat  mengerjakan  soal, siswa  selalu  lambat  mengerjakannya  dikarenakan  siswa  tidak memahami materi.  Setiap  siswa  memiliki  buku  paket.  Tugas  yang  dikerjakan  siswa semuanya dari buku paket, walaupun setiap siswa diberi buku paket namun tidak pernah dibaca sebelum ada perintah dari guru.
Kenyataan selama  ini mata  pelajaran  sains  dianggap membosankan dan sulit bagi siswa, sehingga siswa cenderung merasa bosan dan  malas  untuk  belajar  pada  mata  pelajaran  sains. Selain  itu,  pembelajaran IPA  masih  menekankan  pada  tujuan  pengembangan  produk  yang  berupa prestasi akademik siswa. Hal ini berarti baru potensi kecerdasan siswa yang dikedepankan.  Kreativitas siswa  dalam  pembelajaran  belum  dikembangkan seoptimal  mungkin,  sehingga  aktivitas  siswa  belum  optimal  dan pembelajaran  masih  berpusat  pada  guru. Pada  kenyataannya, guru  dalam  melihat  hasil  belajar dititikberatkan  hanya  pada  teorinya  saja,  bersifat  hafalan,  padahal  pembelajaran IPA  harus  selalu  melaksanakan  praktek  atau  percobaan  (eksperimen)  karena pembelajaran IPA identik berhubungan dengan alam dan kejadian sehari-hari dan harus dibuktikan secara real (nyata) walaupun dalam bentuk pelajaran sederhana.
Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan dengan dikuasainya materi pembelajaran siswa. Tercapainya tujuan pembelajaran siswa dapat diukur dengan tes hasil pembelajaran atau formatif. Temuan di lapangan, di tempat peneliti bertugas menunjukkan adanya kesenjangan antar harapan dan kenyataan. Pada studi awal pembelajaran IPA materi struktur bahan, hasil dari tes formatif menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan materi yang diajarkan. Ini dapat ditunjukkan hanya lima siswa (20,83%)  dari 24 siswa yang mengikuti tes formatif dapat mencapai tingkat penguasaan materi 70% ke atas atau mendapat nilai di atas KKM sebesar 65.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala sekolah dan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
  1. Kurangnya motivasi belajar siswa
  2. Siswa kurang menguasai materi pembelajaran
  3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
  4. Ketidakseriusan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
  5. Pengaturan posisi duduk siswa kurang sesuai sehingga persebaran siswa yang pandai dan tidak masih belum merata.
  6. Keaktifan  siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran kurang sesuai dengan harapan.
  7. Kreativitas siswa untuk menanyakan sesuatu kepada guru sama sekali tidak muncul.
  8. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada saat proses mempelajari materi ajar, dan ini telah menyebabkan tidak tuntas belajar karena kekurangtepatan pemilihan metode pembelajaran
Untuk mengetahui masalah yang sedang terjadi, peneliti melakukan anlisis masalah dan menempuh refleksi terhadap kinerja yang telah dilakukan, mengkaji literatur, serta diskusi dengan supervisor dan teman sejawat. Hasil analisis masalah yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa yang menjadi faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa dan aktivitas pembelajaran kurang kondusif adalah sebagai berikut :
1.      Model pembelajaran yang diambil tidak tepat, sehingga guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif.
2.      Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
3.      Guru tidak mampu membaca situasi dan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.
4.      Guru kurang mampu memilih dan menggunakan teknik pembelajaran yang tepat
5.      Guru kurang mampu mengelola kelas dan ini berdampak pada proses edukatif yang diharapkan kurang berhasil.
6.      Metode pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan karakteristik siswa.
7.      Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru tidak kondusif, dalam arti tidak memberikan kesan menyenangkan siswa saat dibelajari materi pembelajaran.
8.      Pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat adalah yang menjadi pemicu perilaku guru saat mempelajari siswa, hingga tidak banyak berbuat sesuatu demi keberhasilannya.
9.      Penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
Alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa  adalah menggunakan metode eksperimen pada pembelajaran IPA materi struktur bahan. Kondisi ideal yang diharapkan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.      Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi struktur bahan meningkat.
2.      Hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi struktur bahan meningkat.
Sadar akan hal tersebut agar tidak berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar selanjutnya, dengan refleksi diri dan mendiskusikan dengan teman sejawat peneliti termotivasi untuk melakukan upaya untuk memperbaiki pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas mata pelajaran IPA materi struktur bahan siswa kelas V SD Negeri .............

B.   Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah,  maka penulis dapat mengambil perumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana meningkatkan keaktifan siswa kelas V SD Negeri ............ dalam pembelajaran IPA materi pokok struktur bahan dengan penerapan metode eksperimen?
2.      Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri ............ dalam pembelajaran IPA materi pokok struktur bahan dengan penerapan metode eksperimen?

C.         Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan adalah untuk :  
1.      Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok struktur bahan melalui metode eksperimen.
2.      Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok struktur bahan melalui metode eksperimen

D.         Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi :
1.   Bagi siswa
a.       Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA.
b.      Memberikan  pengalaman  secara  langsung  bagi  siswa  setelah  dilakukan metode eksperimen sehingga siswa mempunyai pengalaman belajar.
c.       Memotivasi kemauan belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
2.   Bagi guru
a.       Memotivasi  guru  untuk  memilih  dan  menggunakan  alternatif pembelajaran  yang  tepat  dalam  menyampaikan  materi  IPA,  sehingga dapat  memperbaiki  proses  pembelajaran  dan  mengembangkan profesionalisme keguruannya.
b.      Mendorong guru agar lebih kreatif dalam mengelola proses pembelajaran IPA.
3.  Bagi sekolah
a.       Memberikan  kontribusi  yang  positif  bagi  peningkatan  kualitas pembelajaran IPA di sekolah.
b.      Menumbuhkan  suasana  akademis  yang  kondusif  bagi  peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.


Konfirmasi file secara utuh dari Bab I, II, III, IV. V, Lampiran2 dan Halaman Depan, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.