Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Wednesday, 10 July 2013

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK ................................. KELOMPOK B TAHUN PELAJARAN 2011/2012



UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR DI  TAMAN KANAK-KANAK EKO-KAPTI ..........................
KELOMPOK B TAHUN PELAJARAN 2011/2012



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Anak didik mampu membaca bukan karena secara kebetulan atau didorong oleh inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat komponen yang dikuasai secara pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi dan menjadi otomatis. Dalam hal ini William S. Gray (dalam I Gusti Ngurah Oka 2005: 34) menekankan bahwa membaca tidak lain daripada kegiatan pembaca menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan) yang dibacanya dalam rangka memahami bacaan.
Dalam proses pembelajaran biasanya seorang pembelajar merasakan nikmatnya membaca bukan hanya sebagai peristiwa pemecahan kode, tetapi lebih sebagai penerimaan pengetahuan dan kebahagiaan. Orang seperti akan tampil tenang dan matang karena memiliki berbagai pengalaman tambahan seperti ia bisa menikmati dari bukan hanya fiksi tetapi juga non fiksi yang dibacanya. Ditinjau dari segi anak kemungkinan mereka menemukan kegembiraan tetapi sangat bergantung pada asuhan dan arahan para orang tua dan guru.
Tujuan pelajaran membaca adalah menciptakan anak yang gemar membaca. Biasanya hal ini dapat diransang dengan mempergunakan cerita. Karena cerita pasti menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dipahami dengan melihat bagaimana bersemangat mengisahkan pengalamannya dengan tuturan orang lain dalam perjalanan waktu berkembang menjadi kemampuan menyerap dan menganalisa pengalaman, dalam bentuk pengalaman contoh panutan. Anak memanfaatkan kemampuan membacanya dengan santai, sesuai dengan kebutuhan: apakah sekedar kenikmatan atau penambah pengetahuan. Berbicara tentang anak TK, hingga saat ini, kita kerapkali mendengar polemik mengenai boleh tidaknya mengharuskan anak-anak TK untuk bisa membaca dan menulis.  
Pendapat yang mengharuskan anak TK bisa baca tulis, biasanya dilatar belakangi oleh keinginan untuk bisa masuk SD dengan mudah karena pada saat tes masuk SD, ada banyak sekolah yang mensyaratkan calon siswanya untuk bisa baca tulis. Sedangkan pendapat yang berlawanan dengan hal tersebut, mengatakan bahwa mengharuskan anak TK bisa membaca dan menulis, berarti memaksakan anak untuk memiliki kemampuan yang seharusnya baru diajarkan di SD. Hal ini membuat aktivitas bermain anak yang seyogyanya dominan untuk usia mereka, menjadi berkurang atau bahkan terabaikan, sehingga dikhawatirkan akan menghambat perkembangan potensi-potensi kemampuan anak secara optimal kelak kemudian hari. Dengan adanya polemik tersebut, tidak jarang membuat orangtua menjadi bingung, pendapat mana yang harus diikuti, karena masing-masing pendapat, tampak memiliki alasan yang cukup kuat.
Selain memperhatikan masa peka anak untuk belajar baca tulis, penting pula untuk mengetahui bagaimana cara memberikan pelajaran baca tulis tersebut. Mengacu pada karakteristik umum anak TK, dimana aktivitas bermain menjadi aktivitas dominan mereka, maka perlu diingat bahwa dalam memberikan pelajaran baca tulis pada anak TK hendaknya dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan anak dan tidak memaksa anak. Pendekatan informal dimana pelajaran disampaikan dalam koridor bermain tampaknya menjadi sesuatu yang cocok untuk diterapkan pada pengajaran baca tulis anak-anak TK. Pendekatan informal yang dapat dilakukan, misalnya membacakan buku cerita sambil memperlihatkan gambar dan tulisan di buku/majalah yang sedang dibacakan, menempelkan gambar-gambar yang berhubungan dengan huruf atau tulisan pada ruang bermain atau kamar tidur anak, mecoba meniru bentuk lingkaran/garis atau huruf tertentu, mengajak anak menonton film yang bersifat mendidik sekaligus menghibur sehubungan dengan pelajaran baca tulis, bermain tebak-tebakan huruf, menelusuri bentuk huruf dengan jari, dan lain sebagainya.
Proses belajar menuju kemampuan baca tulis pada anak TK sebaiknya tidak dilakukan dengan pendekatan formal, seperti layaknya anak-anak SD. Karena hal ini dikhawatirkan akan membuat anak merasa tertekan dan jenuh, mengingat kemampuan anak untuk bisa berkonsentrasi pada satu topik bahasan biasanya masih sangat terbatas dan secara umum anak masih berada dalam dunia bermain. Apalagi bila dalam memberi pelajaran tersebut dilakukan dengan kekerasan, misalnya disertai dengan bentakan-bentakan, hinaan atau ejekan manakala anak belum mampu mengikuti pelajaran baca tulis yang diberikan, maka bukan tidak mungkin anak akan tumbuh menjadi anak rendah diri, yang justru hal ini akan menghambat perkembangan kemampuannya secara optimal kelak kemudian hari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan bermain sambil belajar, merupakan cara terbaik menuju kemampuan baca tulis pada anak TK. Guru dan orang tua hendaknya saling bekerjasama untuk dapat memberikan cara belajar dan mengajar yang sesuai untuk anak-anak TK mereka. Orangtua atau guru perlu menyesuaikan cara mengajar baca tulis sesuai dengan kemampuan yang dimiliki tiap anak.
Mengharuskan semua anak TK untuk bisa baca tulis, tampaknya menjadi hal yang kurang bijaksana mengingat setiap anak memiliki kemampuan dan kesiapan belajar baca tulis yang berbeda satu sama lainnya. Sebenarnya masih banyak hal-hal lain yang penting untuk dapat diajarkan pada anak TK, ketimbang hanya terfokus pada kemampuan baca tulis semata, misalnya penanaman disiplin, kemandirian, tanggung jawab serta budi pekerti yang baik. Stimulasi terhadap kecerdasan intelektual anak, seperti pada kegiatan baca tulis, memang penting, namun perlu diupayakan jangan sampai stimulasi terhadap kecerdasan intelektual terlalu berlebihan sehingga cenderung memaksakan anak dan melupakan aspek-aspek kecerdasan lain yang juga perlu mendapat stimulasi seperti kecerdasan sosial, emosional, dan lain sebagainya, yang semuanya sangat diperlukan agar dapat menjadi bekal bagi anak dalam menghadapi masa depannya kelak.
Dunia anak adalah dunia pasif ide, maka dalam menunjang kemampuan penyesuaian diri seorang anak membutuhkan rangsangan yang cocok dengan jiwa mereka. Secara kejiwaan anak-anak ialah manusia yang akrab dengan simbol-simbol kasih sayang orang lain yang ada di sekitarnya, seperti melalui kata-kata sanjungan atau pujian. Guru yang mampu memberikan cerita akan menimbulkan semangat dan pemahaman kepada anak terhadap pelajaran yang diterima dari cerita tersebut. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan salah satu teknik penyampaian yang digunakan dalam proses pendidikan di Taman Kanak-kanak yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan teknik yang bervariasi dalam penyampaian materi pelajaran akan membantu guru dalam melaksanakan tugas secara baik. Oleh sebab itu, metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, orang tua kepada anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita.
 Di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti  ...................., kelemahan dalam hal baca tulis dikarenakan lemahnya daya konsentrasi anak yang akan berpengaruh terhadap kemampuan membaca pada anak karena atensi dan motivasi perlu ditumbuhkan untuk mengembangkan kemampuan membaca. Selain itu, di kelas pun tidak ditemukan huruf-huruf yang ditempel atau gambar-gambar disertai tulisan di bawahnya, yang sebenarnya dapat memberi rangsangan awal bagi anak dalam hal baca dan tulis.
Praktik pengajaran baca tulis di dalam kelas juga memuat beberapa kelemahan. Materi dalam buku penunjang lebih banyak menuntut anak untuk belajar menulis dengan menebalkan garis yang sudah ditentukan sebelumnya. Praktik ini pun justru bertentangan dengan prinsip pembelajaran konstruktivisme dan kontekstual dalam KTSP itu sendiri yang mensyaratkan untuk memungkinkan siswa bereksplorasi dan menggali secara lebih dalam kemampuan, potensi, serta keindahan. Kurangnya kesempatan siswa dalam bereksplorasi dikarenakan ketersediaan alat peraga yang sangat terbatas. Akibatnya, menurut keterangan beberapa orangtua, anak-anak lebih mudah menangkap pelajaran membaca yang diberikan di rumah karena alat-alat peraga yang disediakan orangtua di rumah.
Proses membaca melibatkan ketrampilan diskriminasi visual dan suara, proses perhatian, dan memori. Penggunaan berbagai alat bantu sebagai media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses belajar. Pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis pada siswa.
Dari 18 orang siswa di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012, pada studi pendahuluan ternyata hanya 5 orang  siswa  atau 28% yang memiliki kemampuan membaca dengan baik, sehingga masih terdapat 13 orang siswa atau 72% yang kemampuan membacanya kurang baik.
Berdasarkan uraian di atas maka sebagai upaya peningkatan kemampuan membaca siswa maka peneliti akan melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas dengan judul upaya meningkatkan kemampuan membaca melalui metode bercerita dengan gambar di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012.
B.     Identifikasi Masalah
Dari uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas permasalahan yang ada pada pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.   Metode yang digunakan guru kurang bervariasi, sehingga anak mangalami kebosanan.
2.   Adanya kenyataan bahwa metode bercerita dengan gambar yang kurang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
3.   Adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca anak baik faktor dari dalam diri anak maupun faktor luar diri anak, salah satunya adalah faktor metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.
C.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan muncul berbagai masalah. Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah, maka pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.   Metode membaca pada anak usia dini yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode bercerita dengan gambar.
2.   Indikator dalam kemampuan membaca anak usia dini adalah anak mampu membaca kata sederhana dan menirukan 4 – 5 urutan kata.
3.   Penelitian tentang membaca dengan metode bercerita dengan gambar ini terbatas pada anak didik di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012.
D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, yaitu : apakah penggunaan metode bercerita dengan gambar dapat meningkatkan kemampuan meningkatkan kemampuan membaca di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012.
E.     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatkan kemampuan anak didik di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam hal membaca melalui metode bercerita dengan gambar
F.     Manfaat Penelitian
1.   Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan referensi di bidang psikologi perkembangan, terutama perkembangan pada masa awal anak-anak; dan psikologi pendidikan, terutama bagi pendidikan anak usia dini.
2.   Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a.   Siswa Taman Kanak-kanak, untuk meningkatkan kemampuan membaca sejak dini.
b.   Para guru khususnya dan para praktisi pendidikan pada umumnya, sebagai referensi bahwa dalam mengajar membaca, penting untuk memperhatikan anak secara spesifik berdasarkan kemampuan dan tipe belajar mereka.
c.   Sekolah, penelitian ini dapatnya bermanfaat sebagai pedoman lebih lanjut dalam mengambil kebijakan di sekolah dalam memberikan bimbingan mengajar kepada guru dan pengembangan lebih lanjut.


File lengkap bab 1-5 + SKH + Lampiran silahkan hub. 081327121707
semoga bermanfaat !

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih