UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI
METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR DI
TAMAN KANAK-KANAK EKO-KAPTI ..........................
KELOMPOK B TAHUN PELAJARAN 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak didik mampu membaca bukan karena
secara kebetulan atau didorong oleh inspirasi, tetapi karena diajari. Membaca
bukanlah kegiatan alamiah, tetapi seperangkat komponen yang dikuasai secara
pribadi dan bertahap, yang kemudian terintegrasi dan menjadi otomatis. Dalam
hal ini William S. Gray (dalam I Gusti Ngurah Oka
2005: 34) menekankan bahwa membaca tidak lain daripada kegiatan pembaca
menerapkan sejumlah keterampilan mengolah tuturan tertulis (bacaan) yang
dibacanya dalam rangka memahami bacaan.
Dalam proses pembelajaran biasanya
seorang pembelajar merasakan nikmatnya membaca bukan hanya sebagai peristiwa
pemecahan kode, tetapi lebih sebagai penerimaan pengetahuan dan kebahagiaan.
Orang seperti akan tampil tenang dan matang karena memiliki berbagai pengalaman
tambahan seperti ia bisa menikmati dari bukan hanya fiksi tetapi juga non fiksi
yang dibacanya. Ditinjau dari segi anak kemungkinan mereka menemukan
kegembiraan tetapi sangat bergantung pada asuhan dan arahan para orang tua dan
guru.
Tujuan pelajaran membaca adalah
menciptakan anak yang gemar membaca. Biasanya hal ini dapat diransang dengan
mempergunakan cerita. Karena cerita pasti menjadi bagian yang sangat penting
dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat dipahami dengan melihat bagaimana
bersemangat mengisahkan pengalamannya dengan tuturan orang lain dalam
perjalanan waktu berkembang menjadi kemampuan menyerap dan menganalisa
pengalaman, dalam bentuk pengalaman contoh panutan. Anak memanfaatkan kemampuan
membacanya dengan santai, sesuai dengan kebutuhan: apakah sekedar kenikmatan
atau penambah pengetahuan. Berbicara tentang anak TK, hingga saat ini, kita
kerapkali mendengar polemik mengenai boleh tidaknya mengharuskan anak-anak TK
untuk bisa membaca dan menulis.
Pendapat yang mengharuskan anak TK
bisa baca tulis, biasanya dilatar belakangi oleh keinginan untuk bisa masuk SD
dengan mudah karena pada saat tes masuk SD, ada banyak sekolah yang
mensyaratkan calon siswanya untuk bisa baca tulis. Sedangkan pendapat yang
berlawanan dengan hal tersebut, mengatakan bahwa mengharuskan anak TK bisa
membaca dan menulis, berarti memaksakan anak untuk memiliki kemampuan yang
seharusnya baru diajarkan di SD. Hal ini membuat aktivitas bermain anak yang
seyogyanya dominan untuk usia mereka, menjadi berkurang atau bahkan terabaikan,
sehingga dikhawatirkan akan menghambat perkembangan potensi-potensi kemampuan
anak secara optimal kelak kemudian hari. Dengan adanya polemik tersebut, tidak
jarang membuat orangtua menjadi bingung, pendapat mana yang harus diikuti,
karena masing-masing pendapat, tampak memiliki alasan yang cukup kuat.
Selain memperhatikan masa peka anak
untuk belajar baca tulis, penting pula untuk mengetahui bagaimana cara
memberikan pelajaran baca tulis tersebut. Mengacu pada karakteristik umum anak
TK, dimana aktivitas bermain menjadi aktivitas dominan mereka, maka perlu
diingat bahwa dalam memberikan pelajaran baca tulis pada anak TK hendaknya
dilakukan dengan pendekatan yang menyenangkan anak dan tidak memaksa anak. Pendekatan
informal dimana pelajaran disampaikan dalam koridor bermain tampaknya menjadi
sesuatu yang cocok untuk diterapkan pada pengajaran baca tulis anak-anak TK.
Pendekatan informal yang dapat dilakukan, misalnya membacakan buku cerita
sambil memperlihatkan gambar dan tulisan di buku/majalah yang sedang dibacakan,
menempelkan gambar-gambar yang berhubungan dengan huruf atau tulisan pada ruang
bermain atau kamar tidur anak, mecoba meniru bentuk lingkaran/garis atau huruf
tertentu, mengajak anak menonton film yang bersifat mendidik sekaligus
menghibur sehubungan dengan pelajaran baca tulis, bermain tebak-tebakan huruf,
menelusuri bentuk huruf dengan jari, dan lain sebagainya.
Proses belajar menuju kemampuan baca
tulis pada anak TK sebaiknya tidak dilakukan dengan pendekatan formal, seperti
layaknya anak-anak SD. Karena hal ini dikhawatirkan akan membuat anak merasa
tertekan dan jenuh, mengingat kemampuan anak untuk bisa berkonsentrasi pada
satu topik bahasan biasanya masih sangat terbatas dan secara umum anak masih
berada dalam dunia bermain. Apalagi bila dalam memberi pelajaran tersebut
dilakukan dengan kekerasan, misalnya disertai dengan bentakan-bentakan, hinaan
atau ejekan manakala anak belum mampu mengikuti pelajaran baca tulis yang
diberikan, maka bukan tidak mungkin anak akan tumbuh menjadi anak rendah diri,
yang justru hal ini akan menghambat perkembangan kemampuannya secara optimal
kelak kemudian hari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
bermain sambil belajar, merupakan cara terbaik menuju kemampuan baca tulis pada
anak TK. Guru dan orang tua hendaknya saling bekerjasama untuk dapat memberikan
cara belajar dan mengajar yang sesuai untuk anak-anak TK mereka. Orangtua atau
guru perlu menyesuaikan cara mengajar baca tulis sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki tiap anak.
Mengharuskan semua anak TK untuk bisa
baca tulis, tampaknya menjadi hal yang kurang bijaksana mengingat setiap anak
memiliki kemampuan dan kesiapan belajar baca tulis yang berbeda satu sama
lainnya. Sebenarnya masih banyak hal-hal lain yang penting untuk dapat
diajarkan pada anak TK, ketimbang hanya terfokus pada kemampuan baca tulis
semata, misalnya penanaman disiplin, kemandirian, tanggung jawab serta budi
pekerti yang baik. Stimulasi terhadap kecerdasan intelektual anak, seperti pada
kegiatan baca tulis, memang penting, namun perlu diupayakan jangan sampai
stimulasi terhadap kecerdasan intelektual terlalu berlebihan sehingga cenderung
memaksakan anak dan melupakan aspek-aspek kecerdasan lain yang juga perlu
mendapat stimulasi seperti kecerdasan sosial, emosional, dan lain sebagainya,
yang semuanya sangat diperlukan agar dapat menjadi bekal bagi anak dalam
menghadapi masa depannya kelak.
Dunia anak adalah dunia pasif ide,
maka dalam menunjang kemampuan penyesuaian diri seorang anak membutuhkan
rangsangan yang cocok dengan jiwa mereka. Secara kejiwaan anak-anak ialah
manusia yang akrab dengan simbol-simbol kasih sayang orang lain yang ada di
sekitarnya, seperti melalui kata-kata sanjungan atau pujian. Guru yang mampu
memberikan cerita akan menimbulkan semangat dan pemahaman kepada anak terhadap
pelajaran yang diterima dari cerita tersebut. Jika dikaitkan dengan proses
belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan salah satu teknik penyampaian
yang digunakan dalam proses pendidikan di Taman
Kanak-kanak yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan teknik yang
bervariasi dalam penyampaian materi pelajaran akan membantu guru dalam
melaksanakan tugas secara baik. Oleh sebab itu, metode bercerita adalah salah
satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman
Kanak-kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, orang tua kepada
anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni
karena erat kaitannya dengan keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita.
Di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti ...................., kelemahan dalam hal
baca tulis dikarenakan lemahnya daya konsentrasi anak yang akan berpengaruh
terhadap kemampuan membaca pada anak karena atensi dan motivasi perlu
ditumbuhkan untuk mengembangkan kemampuan membaca. Selain itu, di kelas pun tidak
ditemukan huruf-huruf yang ditempel atau gambar-gambar disertai tulisan di
bawahnya, yang sebenarnya dapat memberi rangsangan awal bagi anak dalam hal
baca dan tulis.
Praktik pengajaran baca tulis di
dalam kelas juga memuat beberapa kelemahan. Materi dalam buku penunjang lebih
banyak menuntut anak untuk belajar menulis dengan menebalkan garis yang sudah
ditentukan sebelumnya. Praktik ini pun justru bertentangan dengan prinsip
pembelajaran konstruktivisme dan kontekstual dalam KTSP itu sendiri yang
mensyaratkan untuk memungkinkan siswa bereksplorasi dan menggali secara lebih
dalam kemampuan, potensi, serta keindahan. Kurangnya kesempatan siswa dalam
bereksplorasi dikarenakan ketersediaan alat peraga yang sangat terbatas.
Akibatnya, menurut keterangan beberapa orangtua, anak-anak lebih mudah
menangkap pelajaran membaca yang diberikan di rumah karena alat-alat peraga
yang disediakan orangtua di rumah.
Proses membaca melibatkan ketrampilan
diskriminasi visual dan suara, proses perhatian, dan memori. Penggunaan
berbagai alat bantu sebagai media pembelajaran diharapkan mampu membantu proses
belajar. Pemakaian media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi, memberikan rangsangan kegiatan belajar,
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis pada siswa.
Dari
18 orang siswa di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B
Tahun Pelajaran 2011/2012, pada studi pendahuluan ternyata hanya 5 orang siswa
atau 28% yang memiliki kemampuan membaca dengan baik, sehingga masih
terdapat 13 orang siswa atau 72% yang kemampuan membacanya kurang baik.
Berdasarkan
uraian di atas maka sebagai upaya peningkatan kemampuan membaca siswa maka
peneliti akan melaksanakan kegiatan penelitian tindakan kelas dengan judul
upaya meningkatkan kemampuan membaca melalui metode bercerita dengan gambar di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok
B Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian sebagaimana latar belakang masalah di atas permasalahan
yang ada pada pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Metode
yang digunakan guru kurang bervariasi, sehingga anak mangalami kebosanan.
2. Adanya
kenyataan bahwa metode bercerita dengan gambar yang kurang digunakan dalam
kegiatan pembelajaran.
3. Adanya
beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca anak baik faktor dari dalam
diri anak maupun faktor luar diri anak, salah satunya adalah faktor metode
pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka akan muncul berbagai
masalah. Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah, maka
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Metode
membaca pada anak usia dini yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode bercerita dengan gambar.
2. Indikator
dalam kemampuan membaca anak usia dini adalah anak mampu membaca kata sederhana
dan menirukan 4 – 5 urutan kata.
3. Penelitian
tentang membaca dengan metode bercerita
dengan gambar ini terbatas pada anak didik di Taman
Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar
belakang masalah di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalah dari
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, yaitu : apakah penggunaan metode
bercerita dengan gambar dapat meningkatkan kemampuan meningkatkan kemampuan
membaca di Taman Kanak-kanak Eko-Kapti ....................
Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dengan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
mengetahui peningkatkan kemampuan anak didik di Taman
Kanak-kanak Eko-Kapti .................... Kelompok B Tahun Pelajaran 2011/2012
dalam hal membaca melalui metode bercerita dengan gambar
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan
dapat memberi sumbangan referensi di bidang psikologi perkembangan, terutama
perkembangan pada masa awal anak-anak; dan psikologi pendidikan, terutama bagi
pendidikan anak usia dini.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi:
a. Siswa Taman Kanak-kanak, untuk meningkatkan
kemampuan membaca sejak dini.
b. Para guru
khususnya dan para praktisi pendidikan pada umumnya, sebagai referensi bahwa
dalam mengajar membaca, penting untuk memperhatikan anak secara spesifik
berdasarkan kemampuan dan tipe belajar mereka.
c. Sekolah, penelitian ini dapatnya bermanfaat
sebagai pedoman lebih lanjut dalam mengambil kebijakan di sekolah dalam
memberikan bimbingan mengajar kepada guru dan pengembangan lebih lanjut.
File lengkap bab 1-5 + SKH + Lampiran silahkan hub. 081327121707
semoga bermanfaat !
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih