BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
berlaku sekarang ini, memerlukan
strategi baru terutama dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
yang sebelumnya lebih banyak didominasi oleh peran guru (teacher centered) diperbaharui dengan sistem pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student centered).
Dalam implementasi KTSP guru harus mampu memilih dan menerapkan model, motode
atau setrategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi sehingga
mampu mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.Dengan demikian dalam
pembelajaran guru tidak hanya terpaku dengan pembelajaran di dalam kelas,
melainkan guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan motode yang
variatif.
Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam
meningkatkan sumber daya manusia terus diperbaiki dan direnovasi dari segala
aspek. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap tempat yang memiliki sejumlah
populasi manusia pasti membutuhkan pendidikan. Perkembangan zaman sekarang ini,
menuntut peningkatan kualitas individu. Sehingga di mana pun dia berada dapat
digunakan (siap pakai) setiap saat. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran
pendidikan dalam pembentukan tingkah laku individu (Hamzah,2011:135). Tetapi
dalam kenyataan sekarang masih banyak anak-anak yang tidak sekolah di karenakan
biaya yang tidak tercukupi. Di sekolah-sekolah sekarang ini pembelajaran hanya
di lakukan di dalam kelas saja sehingga siswa tidak pernah merasakan
pembelajaran di luar kelas, siswa pun akan menjadi jenuh jika pembelajaran
hanya terfokus di dalam kelas dan hanya menggunakan buku untuk media
pembelajaran.
Menurut Ahmadi dan Supriyadi (dalam Hamzah,2011:138)
mengemukakan bahwa “secara psikologis belajar berarti suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan.” Kegiatan belajar di dalam kelas pada dasarnya
adalah proses belajar dalam lingkungan yang sempit, dengan segala
keterbatasannya, terutama berkaitan dengan penggunaan media dan bahan
pembelajaran yang terbatas dan hanya di lakukan di dalam ruangan kelas saja,
cenderung membatasi keterlibatan siswa dalam proses pengembangan potensi yang
dimilikinya. Ketika usia anak didik mencapai 6-9 tahun, dalam rentang usia
demikian rupa dan sudah dianggap matang untuk belajar di sekolah formal. Secara
psikis mereka telah dianggap matang dalam membedakan satu benda dengan benda
lainnya dan kemampuan bahasa juga sudah cukup untuk menerjemahkan isi
pikirannya. Namun dengan keterbatasan serta kekurangan keterampilan tentang
pembelajaran tematik guru kelas, potensi anak didik tersebut belum tampak
secara maksimal.
Menurut Yamin (2012:50) belajar tidak mengharuskan
tersedianya kelas, papan tulis, dosen/ guru, dan sarana serta prasarana
lainnya. Belajar dalam konteks paradikmatik adalah mengiyakan kegiatan belajar
dalam mengenal kehidupan bisa lebih interval, tidak lagi partikular. Setiap
yang kita jumpai, amati dan begitu seterusnya dalam kehidupan sehari-hari
sesungguhnya merupakan sebuah praksis belajar mengenal kehidupan. Belajar dalam
mengenal kehidupan bermuara pada pendewasaan diri dalam berfikir, bersikap, dan
bertindak. Belajar dalam konteks yang lebih luas adalah mematangkan kita untuk
lebih bijaksana dalam merespon setiap berbagai realitas kehidupan di
sekeliling. Belajar dengan dunia kenyataan adalah menghendaki sebuah langkah
diri agar bisa lebih peka terhadap lingkungan sekitar.
Salah satu komponen yang sangat penting dalam
pendidikan adalah guru, guru merupakan ujung tombak pendidikan. Dalam konteks
ini, guru mempunyai peranan sangat besar dan strategis, karena gurulah yang
berada dalam barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru langsung
berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang di dalamnya
mencakup kegiatan pentranferan ilmu pengetahuan dan teknologi serta peranan
nilai-nilai positif melalui bimbingan dan juga tauladan. Yang sangat kita dan
harus kita hindari adalah jangan sampai masa-masa keemasan anak tersebut malah
terbalik, justru menjadi masa-masa penumpulan otak anak hanya karena strategi,
teknik, metode atau model pembelajaran yang guru sampaikan tidak tepat dan
tidak sesuai dengan masa perkembangan anak.
Permasalahan yang dihadapi oleh guru yang paling
utama adalah hanya menggunakan metode ceramah saja tanpa menggunakan
metode-metode dan media yang lain saat proses belajar mengajar berlangsung.
Pembelajaran sepenuhnya masih terpusat pada guru (teacher center),
metode-metode yang digunakan masih sangat konvensional yaitu metode ceramah,
dan dalam proses belajar mengajar guru tidak pernah mengajak siswa keluar kelas
untuk diberikan materi diluar kelas, sehingga ketika proses belajar mengajar
berlangsung masih banyak siswa yang belum siap menerima pelajaran, siswa merasa
bosan, jenuh dan mengantuk ketika guru hanya menggunakan metode ceramah
sehingga pengelolaan kelas kurang maksimal.
Untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru di
dalam kelas pada saat proses belajar mengajar, solusi yang peneliti pakai untuk
meningkatkan kembali motivasi belajar siswa, salah satunya cara mengajar dengan
pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitar sekolah. Pemanfatan lingkungan
sekitar sekolah dan rumah itu adalah pemanfaatan segala sesuatu yang berada di
sekeliling sekolah dan rumah sebagai salah satu sumber belajar, contohnya
pembelajaran tematik dalam tema lingkungan.
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan
dengan interaksi manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial,
adat dan kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan,
struktur pemerintahan, agama dam sistem nilai. Lingkungan sosial tepat
digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Dalam praktek
pengajaran penggunaan lingkungan sosial sebagai media dan sumber belajr
hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat, seperti keluarga,
tetangga, rukun tetangga, rukun warga, kampung, desa, kecamatan dan seterusnya.
Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku tinggkat perkembangan anak
didik (Sujana,2010:212). Dengan demikian, penggunaan media harus sesuai dengan
materi yang diajarkan agar cepat mengerti materi yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan permasalahan dan latar belakang diatas
maka peneliti akan melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul
Upaya peningkatan kemampuan guru dalam
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar melalui kegiatan diskusi kelompok kecil guru kelas I, II, III
SD Negeri ................ Kecamatan .......... Kabupaten ...........
B. Identifikasi
Masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut di
atas, serta hasil pengamatan peneliti melalui supervisi,maka dapat
diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
- Pendekatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh peran guru, dan guru satu-satunya sumber belajar, selain buku paket.
- Pembelajaran yang dikembangkan di kelas-kelas kelihatannya lebih ditekankan pada pemikiran reproduktif, menekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban benar terhadap soal-soal yang diberikan.
- Dalam kegiatan pembelajaran guru belum mampu menerapkan model, metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan sehingga kurang mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.
- Dalam proses pembelajaran guru sangat jarang memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, walaupun materi pelajaran ada kaitannya dengan lingkungan sekolah.
Alternatif
strategi pemecahan masalah yang
dipilih sebagai berikut:
1. Menyadarkan dan membimbing guru memahami pentingnya
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai salah satu sumber belajar, menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dengan tetap
memperhatikan prinsip-prinsip bentuk
pembelajaran yang berpihak pada
pembelajaran melalui keterkaitan
(relating) penggalian dan penemuan (experienting),
kondisi terbaru (actuating),
kehidupan nyata (contekstual), dan menularkan (transferring).
2. Memanfaatkan kegiatan diskusi di internal sekolah.
Bentuk tindakan dalam
tahapan operasional pelaksanaannya adalah berupa supervisi (bimbingan kelompok)
kepada guru-guru melalui kegiatan diskusi dalam internal sekolah, agar mampu
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan pelaksanaan pembelajaran
dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar secara efektif.
Secara rinci bentuk tindakan adalah
sebagai berikut: (1) Menyampaikan informasi tentang pentingnya pemanfaatan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar; (2) Membimbing
guru menyusun RPP
yang berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar; (3)
Membimbing guru dalam
memanfaatkan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar; (4)
Membimbing guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar.
C. Pembatasan
Masalah
Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya
akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal-hal tersebut di
bawah ini.
1. Subjek penelitian adalah pada
guru guru yang ada di SD Negeri ...........
2. Kemampuan pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar dimaksudkan agar guru tidak menggunakan buku saja sebagai sumber
belajar.
3. Kelemahan dan kelebihan pelaksanaan diskusi kelompok kecil terhadap
peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar di SD Negeri ..........
D. Rumusan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah
diatas,maka dalam penelitian tindakan sekolah ini difokuskan pada penelitian
masalah memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah kemampuan guru dalam
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dapat ditingkatkan melalui diskusi kelompok
kecil di SD
Negeri .......... Kecamatan .......... Kabupaten ..........?
2. Apakah kelemahan dan kelebihan pelaksanaan diskusi
kelompok kecil di SD Negeri .......... Kecamatan .......... Kabupaten .......... terhadap peningkatan kemampuan guru dalam memanfaatkan
lingkungan sekolah?
E. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
maka tujuan dari dilaksanakan penelitian tindakan sekolah ini adalah : Untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar melalui diskusi kelompok kecil di diskusi kelompok kecil di SD Negeri .......... Kecamatan
.......... Kabupaten ...........
F. Manfaat
Penelitian
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini
diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi :
1.
Guru, dapat menyempurnakan metode
pembelajaran yang diterapkan di sekolah sehingga dapat meningkatkan
kreativiats, motivasi dan hasil belajar siswa.
2.
Sekolah, dapat memberikan motivasi bagi
guru-guru yang lain untuk menyempurnakan
metode dan setrategi pembelajaran yang diterapkan di sekolah dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa.
3.
Kepala sekolah, dapat membantu dalam
membimbing dan pengawas guru dalam
pelaksanaan tugasnya sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme
guru.
Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih