LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERMAIN KELERENG MELALUI PENERAPAN METODE DEMONTRASI
SISWA KELAS VII C SLBN PEMBINA ......................
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat Golongan dari ........ ke ..........
Oleh
........................
NIP. ........................
SLBN PEMBINA ......................
Jl. ……………….. Kecamatan …………….. Kabupaten ......................
Kode Pos …………….
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSSROOM ACTION RESEARCH)
1. a. Judul Penelitian : Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Bermain Kelereng melalui Penerapan Metode Demontrasi Siswa Kelas VII C SLBN Pembina ...................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020
b. Kategori Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap : ........................
b. NIP : ........................
c. Pangkat / Golongan : ........................
d. Jabatan : Guru Mata Pelajaran
e. Sekolah : SLBN Pembina ......................
3. Jumlah peneliti : 1 orang
4. Lokasi : Kelas VII C SLBN Pembina ......................
5. Jangka waktu : 3 (tiga) bulan
(Bulan Januari 2020 s.d Maret 2020)
Mengetahui ......................, Maret 2020
Kepala Sekolah Peneliti
……………………… ........................
NIP. ……………………. NIP. ........................
Mengesahkan
Pengawas Sekolah
………………………
NIP. ………………………
ABSTRAK
Penelitian ini tentang penerapan metode demontrasi pada pembelajaran tentang bermain kelereng untuk meningkatkan proses pembelajaran, aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas VII C SLBN Pembina ...................... Kabupaten ...................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan menggunakan model Kemmis dan Mc, Taggart. Model ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian siswa kelas VII C SLBN Pembina ...................... Kabupaten ...................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020 berjumlah 4 siswa. Instrumen pengumpulan data yaitu, lembar observasi dan soal tes. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, tes dan dokumentasi. Validasi data mengunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perencanaan Pembelajaran (RPP) pada pembelajran tema bermain kelereng dengan penerapan metode demonstrasi cukup efektif dan berhasil sehingga pelaksanaan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi membawa dampak yang positip dalam pelaksanaan pembelajaran terutama pada peningkatan aktivitas belajar siswa terbukti dari tiap siklusnya terdapat peningkatan. Pada sebelum perbaikan hanya terdapat 0 siswa atau 0,00% yang dinyatakan tuntas, pada siklus pertama meningkat menjadi 2 siswa atau 50,00% dan pada siklus II menjadi 100% atau 4 siswa dinyatakan meningkat aktivitas belajarnya. Penerapan metode demontrasi pada pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa ini dapat dilihat peningkatan nilai rata-rata hasil belajar serta ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Dimana pada kondisi awal hanya 50,00 meningkat menjadi 60,00 pada siklus pertama dan 72,50 pada siklus kedua dengan ketuntasan belajar dari 0 siswa atau 0,00% pada sebelum perbaikan menjadi 1 siswa atau 25,00% pada siklus pertama dan 4 siswa atau 100% pada siklus kedua. Hal ini terbukti bahwa penerapan metode demontrasi dapat meningkatkan proses, aktivitas dan hasil belajar siswa secara signifikan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa VI SLBN Pembina ...................... Kabupaten ...................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020.
Kata Kunci : demonstrasi, aktivitas, hasil belajar
KATA PENGANTAR
Peneliti bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian sampai penyusunan laporan berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Bermain Kelereng melalui Penerapan Metode Demontrasi Siswa Kelas VII C SLBN Pembina ...................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020” dapat terselesaikan. Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan dari …… ke ……….
Peneliti menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan laporan penelitian tindakan kelas ini, oleh sebab itu kepada pembaca diharapkan untuk memberi sumbang saran maupun kritik yang bersifat membangun ke arah perbaikan. Pada kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan guru yang telah membantu sampai selesainya penyusunan laporan penelitian tindakan kelas ini dan semua pihak yang tidak sempat peneliti sebut namanya satu persatu atas segala bantuannya dalam penyusunan laporan penelitian tindakan kelas ini.
Peneliti berharap semoga Allah Swt. memberikan balasan yang berlipat ganda kepada mereka yang telah membantu. Akhir kata peneliti mengharapkan kepada yang membaca agar bersedia memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan dan peningkatan mutu laporan hasil penelitian tindakan kelas ini serta mudah-mudahan bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca umumnya. Amin Yarobal Alamin.
......................, Maret 2020
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
ABSTRAK.......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori................................................................................. 6
B. Kerangka Pikir Penelitian............................................................ 20
C. Hipotesis Tindakan...................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian......................................................................... 23
B. Metode dan Rancangan Penelitian ............................................. 23
C. Subjek Penelitian.......................................................................... 25
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ........................................... 25
E. Validasi Data............................................................................... 26
F. Teknik Analisa Data..................................................................... 27
G. Prosedur Penelitian ..................................................................... 29
H. Indikator dan Kriteria Keberhasilan ........................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data............................................................................. 34
B. Hasil Penelitian............................................................................ 45
C. Pembahasan................................................................................. 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..................................................................................... 52
B. Saran ........................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Aktivitas Belajar Siswa................................ 28
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran bermain kelerang pada Kondisi Awal .................................................................................................. 35
Tabel 4.2 Tabel Aktivitas Siswa Pembelajaran Materi Gaya Magnet pada Kondisi Awal 36
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran bermain kelerang pada Siklus I 39
Tabel 4.5 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Pembelajaran bermain kelerang pada Siklus I 40
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Pembelajaran bermain kelerang pada Siklus II 43
Tabel 4.7 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Pembelajaran bermain kelerang pada Siklus II 44
Tabel 4.8 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa pada Pembelajaran Bermain Kelerang pada Sebelum Perbaikan, Siklus I dan Siklus II............................................... 46
Tabel 4.9 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran bermain kelerang pada Sebelum Perbaikan, Siklus I dan Siklus II................................ 47
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas......................... 21
Gambar 3.1 Langkah-langkah PTS (Arikunto, 2010:16).............................. 26
Gambar 4.1 Diagram Batang Peningkatan Angka Nilai Rerata Hasil Belajar dan Ketuntasan Siswa pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran ...................................... 46
Gambar 4.2 Diagram Batang Peningkatan Aktivitas Belajar pada Sebelum Perbaikan, Siklus I dan Siklus II.................................................................................................. 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 5 : Instrumen Pengumpulan Data
Lampiran 6.a : Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 6.b : Lembar Observasi Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 : Daftar Hadir Siswa
Lampiran 8 : Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 9 : Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang memiliki keunikan
tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak
normal pada umumnya. Salah satunya yaitu anak yang mengalami hambatan
atau retardasi mental dan biasa disebut dengan anak tunagrahita. Anak
tunagrahita adalah anak yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan
normal dan membutuhkan layanan, perawatan, supervisi, kontrol dan
dukungan dari pihak luar (Mumpuniarti, 2007: 17). Klasifikasi anak
tunagrahita meliputi anak tunagrahita ringan, sedang dan berat. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah dalam memberikan penanganan kepada anak
agar mendapatkan layanan yang sesuai terutama dalam layanan
pendidikannya. Subjek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita sedang.
Sri Rumini (1987: 42)
menyatakan ciri-ciri anak tunagrahita sedang,
mempunyai IQ antara 20/25-50/55, tidak dapat berkonsentrasi atau lekas
bosan, terkadang gerakannya kaku dan tidak bertujuan. Anak tunagrahita
sedang masih mempunyai potensi untuk dilatih menahan diri dan beberapa
pekerjaan yang memerlukan latihan secara mekanis. Kemampuan yang dapat
dikembangkan yaitu diberikan sedikit pelajaran menghitung, menulis, dan
membaca yang fungsional untuk kehidupan sehari-hari sebagai bekal
mengenal lingkungannya, serta latihan-latihan memelihara diri dan beberapa
keterampilan sederhana.
Pendapat yang disampaikan di
atas, mengacu pada sebuah konsep
bahwasannya anak tunagrahita sedang merupakan anak yang mempunyai
kecerdasan intelektual di bawah rata-rata dan memerlukan suatu pembelajaran
khusus. Pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan anak
agar dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan kondisi anak.
Anak tunagrahita sedang mempunyai kemampuan berpikir yang rendah,
perhatian dan daya ingat yang lemah, konsentrasi yang mudah beralih, sukar
berpikir abstrak dan berbelit-belit, cenderung dengan hal yang konkrit, serta
sikap yang mudah bosan yang dialami anak tunagrahita sedang menyebabkan
anak mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran atau mengikuti
pembelajaran yang diberikan guru. Anak mempunyai perkembangan yang
lambat dan tidak dapat dipaksakan untuk mencapai target sesuai dengan
kurikulum anak normal, namun anak dapat mempelajari kecakapan dasar yang
dibutuhkan seperti membaca, menulis dan menghitung.
Sebagai tolak ukur dalam mengevaluasi keberhasilan pembelajaran pada materi bermain kelereng adalah nilai KKM di kelas VII C SLBN Pembina ...................... yaitu 70. Setelah dilakukan analisis terhadap hasil belajar siswa dalam tes studi awal ternyata dari 4 orang siswa kelas VII SLBN Pembina ...................... sebanyak 4 orang siswa atau sebesar 100% memperoleh nilai di bawah KKM, dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai ≥ KKM (70) dengan perolehan nilai rata-rata secara klasikal mencapai angka 50,00.
Dari hasil identifikasi masalah sebagaimana tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran. Adapun prioritas masalah yang menjadi tujuan perbaikan proses pembelajaran adalah memperbaiki proses pelaksanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran materi bermain kelereng.
Metode demontrasi merupakan metode yang dimana guru memperlihatkan proses terjadinya sesuatu melalui alat peraga sehingga anak dapat memahami konsep dari suatu materi yang diajarkan. Selain itu anak juga akan lebih termotivasi untuk melakukan pembelajaran karena timbulnya rasa aingin tahu terhadap apa yang di ajarkan oleh guru. Dengan metode demontrasi ini diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar siswa. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing.
Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru. Penyampaian materi pelajaran perlu dirancang suatu strategi pembelajaran yang tepat, yakni anak akan mendapatkan pengalaman baru dalam belajarnya, selain itu siswa akan merasa nyaman. Strategi pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa dengan mempertimbangkan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di samping harus bertumpu pada pengalaman indera menuju terbentuknya pengalaman kesimpulan yang logis.
Metode Demontrasi sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih aktif nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang di atas maka dapat teridentifikasi beberapa permasalahan pembelajaran yang muncul, diantaranya :
- Proses pembelajaran kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif berinteraksi dengan guru dan materi pelajaran sehingga siswa cenderung pasif sementara gurunyalah yang aktif (teacher centered)
- Siswa menerima materi secara pasif, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa diikutsertakan dalam pembelajaran;
- Sebagian siswa tidak ada yang berani bertanya tentang materi yang belum dipahami
C. Rumusan Masalah
Agar penelitian memiliki arah yang jelas, maka diperlukan suatu rumusan masalah yang dijadikan penuntun terhadap pelaksanaan penelitian. Adapun rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII C SLBN Pembina ...................... dalam pembelajaran materi bermain kelereng?
2. Bagaimana penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C SLBN Pembina ...................... dalam pembelajaran materi bermain kelereng?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka ditetapkan tujuan dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk :
- Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa siswa kelas VII C SLBN Pembina ...................... dalam pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran materi bermain kelereng.
- Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VII C SLBN Pembina ...................... setelah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran materi bermain kelereng.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
1) Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran khususnya pada materi bermain kelereng.
2) Menambah khasanah pengembangan pengetahuan mengenai pembelajaran khususnya pada materi bermain kelereng dengan menggunakan metode demonstrasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
1) Aktivitas siswa dalam pembelajaran materi bermain kelereng meningkat.
2) Hasil belajar siswa meningkat pada pembelajaran materi bermain kelereng.
3) Siswa lebih dapat mencintai alam sekitar.
b. Bagi Guru
1) Menambah pengetahuan tentang penerapan metode demontrasi sebagai metode pembelajaran.
2) Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.
3) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.
c. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Aktivitas Belajar Siswa
Istilah aktivitas sering dikenal dalam kehidupan sehari-hari yang bermakna kegiatan. dijelaskan bahwa "Activity is being active or lively, when a man is over seventy last time of full us usually past," Artinya: Aktivitas mengerjakan sesuatu kegiatan dengan aktif, di mana seseorang mempergunakan waktunya semuanya selalu berhasil, Sedangkan belajar atau learning dapat didefenisikan : "Learning Is a relatively permanent change In behavioral tendency and is the result of reinforced practice," (John P. De Cacco, 1996:243) Yang bermaksud: Belajar adalah perubahan yang relatif tetap dalam kecenderungan berpusat dan ia membawa hasil kenyataan yang kuat. Pendapat lain tentang belajar berbunyi :"Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian (M.Ngalim Purwanto, 1985: 81)
Dalam proses pembelajaran, aktivitas merupakan salah satu faktor penting, karena aktivitas merupakan proses pergerakan secara berkala dan tidak akan tercapainya proses pembelajaran yang efektif apabila tidak adanya aktivitas. Seperti yang diungkapkan oleh Dave Meiner (dalam Iis Indraeni 2009:10) bahwa “belajar berdasar aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin, sehingga dapat membuat seluruh tubuh dan fikiran terlibat dalam proses belajar mengajar”
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa adalah bergerak aktif secara berkala yang melibatkan fisik, fikiran dan semua indera yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Oeh sebab itulah aktivitas dikatakan asas yang snagt penting dalam pembelajaran.
Bila pengertian aktivitas dikaitkan dengan pengertian belajar dapat dimaksudkan : Aktivitas adalah melakukan suatu perbuatan yang dapat merubah kepribadian seseorang dengan aktif, dimana seseorang mempergunakan waktunya, kecakapannya sehingga menghasilkan kecakapan baru yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kapandaian dan pengertian. Dengan kata lain aktivitas belajar adalah kegiatan yang aktif dilakukan oleh seseorang untuk membawanya pada perubahan tingkah laku yang baru dan dicerminkan dalam kepribadiannya.
Menurut Usman ( dalam Iis Indraeni 2009:11) mengemukakan bahwa aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:
a. Aktivitas visual (Visual activities) meliputi membaca, menulis, melakukan eksperimen dan demontrasi.
b. Aktivitas lisan (Oral activities) meliputi bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi.
c. Aktivitas mendengarkan (Listening activities) meliputi mendengarkan penjelasan dari guru, mendengarkan ceramah, mendengarkan pengarahan.
d. Aktivitas gerak (Motor actifities) meliputi senam, atletik, menari.
e. Aktivitas menulis (Writing activities) meliputi mengarang, menulis surat, membuat makalah.
2. Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar menurut Sudjana (2005:19) adalah “Suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.”. Nasution (2000:35), mengemukakan bahwa “Hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi membentuk kecakapan dan pengahayatan dalam diri pribadi individu yang belajar.”.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2007:213) mengungkap bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (1990: 110) bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Oemar Hamalik (2000:67) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.”
Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : Keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah (Nana Sudjana, 2004:22).
Berdasarkan pengertian tersebut maka hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti satu kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan dalam beberapa bentuk perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Hal ini sesuai dengan pendapat Benyamin Bloom (2007:85) yang mengemukakan bahwa yang diukur dalam penilaian hasil belajar adalah:
a. Aspek kognitif mencakup : pengetahuan (recaling) kemampuan mengingat, pemahaman (comprehention) kemampuan memahami, aplikasi (application) kemampuan penerapan, analisi (anazlysis) kemampuan menganalisa informasi yang luas menjadi bagian-bagian yang kecil, sintesis (syntesis) kemampuan menggabungkan beberapa informasi menjadi suatu kesimpulan, evaluasi (evaluating) kemampuan mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk memutuskan untuk mengambil tindakan tertentu.
b. Aspek afektif mencakup : menerima (receiving) termasuk kesadaran keinginan untuk menerima stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar, menanggapi (responding) reaksi yang diberikan ketepatan aksi, perasaan, kepuasan dan lain-lain, menilai (evaluating ) kesadaran menerima norma, sistem nilai dan lain-lain, mengorganisasi (organization), membentuk watak (characterization) sistem nilai yang terbentuk mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.
c. Aspek psikomotor mencakup : meniru (perception), menyusun (manipulating), melakukan dengan prosedur (precision), melakukan dengan baik dan tepat (articulating), melakukan tindakan secara alami (naturalization).
Keberhasilan suatu pembelajaran dilihat dari perubahan perilaku siswa sebagai hasil belajar. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa antara lain :
a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran dapat berhasil berpangkal dari jelas tidaknya perumusan tujuan pembelajaran.
b. Guru
Guru adalah tenaga pengajar yang memberi atau mentransfer ilmu pengetahuan serta mendidik dan membimbing anak didiknya di sekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya dengan keilmuan yang dimilikinya akan menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa yaitu hasil belajar.
c. Anak didik (siswa)
Anak didik (siswa) adalah orang yang sengaja datang ke sekolah dengan tujuan untuk belajar agar menjadi orang yang berilmu dan pintar sebagai bekal dikemudian hari. Faktor dari dalam diri siswalah yang menentukan dan sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
d. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan proses belajar mengajar adalah terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga siswa merasa senang dan berminat untuk belajar. Penggunaan metode, teknik dan strategi mengajar yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran sehingga hasil belajar yang diharapkan dari siswa akan dicapai.
e. Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan atau materi yang terdapat di dalam kurikulum yang akan dipelajari oleh siswa. Suatu materi pelajaran harus dikemas sedemikian rupa agar siswa tertarik untuk mempelajarinya. Alat evaluasi adalah alat yang digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa baik berupa tes atau non tes
3. Hakikat Bermain dan Permainan
Bermain adalah kegiatan atau pekerjaan yang anak-anak lakukan sepanjang hari, karena bagi anak bermain adalah hidup anak dan hidupan anak anak adalah bermain. Pada saat anak usia dini tidak dapat membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun ketika mereka memiliki kesempatan. Bermain sendiri terdapat suatu kegitan yang serius, tetapi mengasikkan.
Bermain yaitu sarana untuk merangsang aktifitas anak. Anak akan menyerap dan mempelajari segala sesuatu yang terjadi pada lingkungannya ketika anak melakukan aktivitas bermain. Sebuah permainan harus bernilai positif karena anak akan mengambil manfaat dan menyimpan segala sesuatu yang terjadi sebagai pembelajaran. Bermain juga dilakukan secara suka rela atau volunter dan biasanya muncul dari motivasi internal (Sudono, 2006:2). Kegiatan bermain biasanya bersifat simbolik atau pura-pura karena tidak terjadi secara nyata. Bermain memiliki arti yang penting bagi anak, meskipun kegiatan bermain ini tidak terjadi nyata.
Menurut Tedjasaputra (2001:12), bermain adalah memberikan suatu cara bagi anak untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan (stimulasi), baik dari dunia luar maupun dari dalam yaitu aktivitas otak yang secara konstan memainkan kembali dan merekam pengalaman-pengalaman. Bermain adalah suatu kebutuhan dan hak yang perlu untuk anak usia dini, dengan bermain anak akan tercapai keinginan dan kebutuhan perkembangannya, seperti motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, sosial, nilai, dan sikap hidup. Bermain juga memberikan kesempatan yang luas untuk anak dapat bergerak, pengalaman belajar untuk mengasah, aktivitas sensori motor, yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan konsep motorik.
4. Macam Permainan
Macam–macam permaian ada dua yaitu permainan modern dan permainan tradisional
a. Permainan Modern
Teknologi diciptakan untuk kesejahteraan manusia. Permainan modern merupakan permainan yang dilakukan dengan mengunakan alat alat teknologi yang sudah berkembang dimasyarakat dan dimainkan kurang lebih dari dua orang bahkan bisa dilakukan sendirian tanpa adanya teman untuk bermain seperti permainan modern yang lebih berkembang pesat di masyarakat seperti play station, game on line. Model-model permainan baru selalu dikeluarkan oleh perusahaan permainan untuk menarik para pecinta permainan modern dari perusahan yang memproduksi play station pun sudah mengeluarkan banyak model dengan tampilan yang berbeda. Play station sampai saat ini sudah mengeluarkan empat play station dengan keluaran teknologi yang saat ini berupa virtual game. Permainan dunia maya ini dapat membuat pemainnya seolah-olah hidup di dunia nyata (Husnan, 2009:6). Masyarakat dikalangan pedesaan dulunya sangat sulit untuk menjumpai permainan modern karena belum berkembangnya teknologi. dengan perkembangan zaman teknologi pun sekarang semakin berkembang, pertumbuhan perokonomian masyarakat desa juga ikut berkembang. Masyarakat desa mulai mengenal dengan dunia teknologi terutama pada anak-anak karena sifat keinginan untuk mengetahui lebih tinggi dari pada orang dewasa, play station merupakan salah satu permainan modern sangatlah menarik bagi anak-anak karena banyak menyediakan menu permainan yang dapat dipilih dan dimainkan mulai dari Super Mario, Metal Sluk, Wining Eleven, dan pes/bola.
b. Permainan Tradisional
Masyarakat pedesaan mempunyai salah satu budaya kebangsaan yang banyak tersebar di penjuru nusantara yaitu permainan tradisional. Permainan tradisional sangat digemari karna kesulitan untuk menemukan permainan modern di masyarakat pedesaan. Tetapi kini setelah berkembangnya zaman permainan modern menjadikan pilihan pertama dibandingkan permainan tradisional yang sudah jarang dimainkan atau hampir punah. Permainan tradisional sebaiknya diperkenalkan dan dilestarikan oleh orang tua atau orang dewasa yang pernah mengalami masa bermain, karena permainan tradisional mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak. Permainan yang tumbuh dan berkembang pada masa lalu yang sering dimainkan oleh orang pedesaan sering disebut sebagai permainan rakyat merupakan sebutan lain dari permainan tradisional. Permainan tradisional dipengaruhi oleh alam sekitar karena permainan tradisional tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan masyarakat setempat, oleh karena itu permainan tradisional selalu menarik, menghibur sesuai dengan kondisi saat itu (Arista, 2012:53). Permainan tradisional sangat cocok untuk anak usia dini karena dapat menghibur dan menyenangkan hati anak. Usia 3-5 tahun merupakan masa permainan. Media yang digunakan untuk bermain memiliki nilai praktis dalam menggunakannya untuk kegiatan permainan. Bermain pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang memiliki karakteristik aktif dan menyenangkan. Bermain juga dilakukan secara suka rela dan biasanya muncul dari motivasi internal. Simbolik atau pura-pura dalam suatu kegiatan bermain merupakan sifat bermain karna tidak bersifat secara nyata.
Bermain memiliki arti yang penting bagi anak, meskipun kegiatan bermain ini tidak terjadi nyata, mainan mempunyai manfaat antara lain untuk: (a) mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak; (b) memenuhi kebutuhan emosi anak; (c) mengembangkan kreatifitas dan kemampuan kognitif dan bahasa anak; (d) membantu proses sosialisasi anak. Mengembangkan aspek perkembangan anak adalah fungsi dari bermain, antara lain untuk mengembangkan kemampuan motorik, kognitif, afektif, bahasa serta aspek sosial (Arista, 2012:56).
5. Bermain Kelereng
Kelereng merupakan benda kecil hasil pabrik. Sebagai alat permainan untuk masyarakat pedesaan yang jauh dari perkotaan, pada beberapa tahun yang lalu. Daerah yang jauh dari perkotaan fungsi kelereng banyak yang diganti dengan biji bijian seperti telah diuraikan terdahulu. Permainan tradisional kelereng adalah permainan kecil yang berbentuk bulat yang terbuat dari kaca (Rudiana, 2016:657). Permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki maupun perempuan.Permainan kelereng termasuk salah satu permainan rakyat yang sangat populer.
Permainan kelereng disukai banyak anak pada zaman dahulu. Kelereng dibuat dari adonan semen dan kapur dan dibentuk bulat sebesar ibu jari kaki atau terbuat dari batu wali yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai kelereng yang sebenarnya. Permainan ini sangat membutuhkan keahlian. Adapun cara untuk melakukan permainan kelereng ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 teknik melakukan permainan kelereng
a. Cobalah jari tengah dan telunjuk ditekan dengan ibu jari sehingga membentuk angka nol.
b. Letakkan kelereng di antara pertemuan jari telunjuk dan ibu jari.
c. Lalu tekan dan dorong kelereng itu kuat-kuat dengan bantuan ibu jari kemudian lepaskan.
Peraturan dalam memainkan permainan ini yaitu pada intinya tergantung dari pemain bagaimana jotosan atau lemparan kelereng lewat jari supaya mengenai kelereng lain. Nama permainan kelereng di antaranya disebut pot-potan, ban-banan atau jarum jam.
Bermain kelereng mempunyai banyak variasi. Pada saat ini penulis menuliskan 2 jenis permainan.
a. Jenis pertama
1) Terlebih dahulu menggambar sebuah bangun di tanah kemudian masing masing pemain meletakkan beberapa kelerengnya di atas gambar, untuk dipertaruhkan dengan anak yang lainnya.
2) Jumlah kelereng yang dipertaruhkan tersebut disesuaikan dengan kesepakatan bersama.
3) Pemain dalam permainan kelereng jenis pertama ini tergantung jumlah. Biasanya paling sedikit 3 pemain atau paling banyak ideal 6 pemain, atau biasanya juga lebih dari itu, sesuai dengan kesempatankatan bersama.
4) Pemain bersiap-siap menunggu giliran menggunakan sebuah kelereng induk sebagai “gacoannya” (kelereng jagoan setiap anak) lalu melempar buah pasangan tersebut dari jarak 2 atau 3 meter, sesuai dengan kesepakatan, biasanya dibatasi garis.
5) Pemain secara bergantian melempar sesuai dengan urutan berdasarkan hasil undian dengan hompimpa atau adu suit tangan. Pelempar gaco dilakukan dengan membidik dan melempar keras dengan maksud mengenai kelereng yang di taruhkan atau agar hasil lemparan mendarat di lapangan permainan terjauh.
6) Selanjutnya yang mengawali permainan adalah pemain yang mengenai kelereng yang dipertaruhkan dalam lingkaran, dialah mendapat giliran pertama. Jika tidak ada yang mengenai maka yang akan mulai bermain adalah anak yang kelerengnya terjauh.
7) Pemain harus berusaha menghabiskan kelereng yang dipertaruhkan pada saat giliran bermain. Ada yang giliran main sudah mampu menghabiskan semua buah pasangan. Tandanya, ia adalah pemain yang terampil berbagai teknik dan taktik dilakukan agar menang.
b. Jenis kedua
Permainan kedua tidak ada kelereng dipertaruhkan. Tetapi yang mengumpulkan poin terbanyak itulah yang menjadi pemenang. Poin pertama didapat, ketik anak berhasil memasukkan kelereng ke dalam lubang, lalu poin selanjutnya didapat dalam proses permainan tersebut ketika mengenai kelereng lawan dan masuk lubang. Cara bermainnya seperti berikut:
1) Terlebih dahulu anak membuat sebuah lubang sebagai pusat permulaan.
2) Satu persatu anak melempar kelereng ke dalam lubang . ketika semua anak sudah melempar kelereng, maka yang terjauh dari lubang yang memulai permainan.
3) Hal pertama yang harus dilakukan anak dalam permainan ini adalah harus memasukkan kelereng ke dalam lubang, mulai dari 1, 2, 3 dan seterusnya, sampai dengan angka yang ditentukan. Permainan selesai ketika ada anak yang mencapai angka yang ditentukan.
4) Jika anak belum bisa memasukkan ke dalam lubang, maka anak tersebut belum bisa bermain atau memainkan kelereng milik temannya untuk mendapat poin.
6. Metode Demonstrasi
1) Pengertian Metode Demontrasi
Metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2008:210). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan” (Muhibbin Syah, 2000:22).
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, (2000:2) bahwa “metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran”.
Menurut Syaiful (2008:210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan.
2) Tahapan Metode Demontrasi
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
(1) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir.
(2) Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.
(3) Melakukan uji coba demonstrasi yang akan dilaksananakan sebelum melaksanakannya di kelas, agar tidak terjadi kekeliruan berkaitan dengan materi pembelajaran dan juga tujuan dari demontrasi yang dilakukan.
b) Tahap Pelaksanaan
(1) Langkah pembukaan.
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya :
· Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
· Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.
· Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
(2) Langkah pelaksanaan demonstrasi.
· Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
· Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
· Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
· Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
(3) Langkah mengakhiri demonstrasi.
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
c) Tindak Lanjut
Di ahir pembelajaran setelah siswa diberi tugas, peneliti memeriksa hasil pekerjan siswa untuk dapat menyimpulkan sejauh mana tujuan yang di tentukan dapat tercapai.
3) Kelebihan dan Kekurangan Metode Demontrasi
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2008:211) kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai berikut :
a) Kelebihan metode demonstrasi
(1) Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingg hal yang penting itu dapat diamati secara teliti. Di samping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainya.
(2) Dapat membimbing siswa ke arahberpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.
(3) Ekonmis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.
(4) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahn bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaan yang jelas dari hasil pengamatannya.
(5) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banysk
(6) Beberapa persoalan yang menimbulkan petanyaan atau keraguan dapat diperjelas waktu proses demonstrasi.
b) Kekurangan metode demonstrasi
(1) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemonstrasikan kadang-kadang terjadiperubahan yang tidak terkontrol.
(2) Untuk mengadakan demonstrasi digunakan ala-alat yang khusus, kadang-kadang alat itu susah didapat. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.
(3) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan leh peserta didik.
(4) Tidak semua hal dapatdidemonstrasikan di kelas.
(5) Memerlukan banyak waku sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum.
(6) Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata atau sebenarnya.
(7) Agar demonstrasi mendapaptkan hasil yang baik diperlukan ketekitian dan kesabaran.
Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secra mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proes mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu.
B. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran masih bersifat konvensional karena siswa diminta membaca soal kemudian menjawab pertanyaan, serta minimnya penggunaan alat peraga dan pemilihan metode mengajar yang kurang sesuai dengan karakteristik siswa, akibatnya aktivitas siswa menjadi kurang yang berujung pada rendahnya hasil belajar. Hal tersebut juga terjadi pada pembelajaran materi bermain kelereng siswa kelas VII C SLBN Pembina ...................... . Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu solusi sebagai upaya perbaikan terhadap proses dan hasil pembelajaran adalah dengan menerapkan metode demonstrasi. Kondisi akhir yang ingin dicapai dalam penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran materi bermain kelereng siswa kelas VII C SLBN Pembina ...................... adalah meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa.
Penerapan metode demonstrasi sangat cocok digunakan untuk menyampaikan informasi tentang konsep-konsep . Penerapan metode demonstrasi dalam mata pelajaran akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, jika dalam proses penerapan metode demonstrasi betul-betul dapat diterapkan sesuai dengan langkah langkah dari penerapan masing-masing metode tersebut.
Untuk memperoleh gambaran lebih jelas mengenai alur berpikir dari permasalahan dan solusi tindakan serta hasil yang diharapkan dengan penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran materi bermain kelereng siswa kelas VII C SLBN Pembina ...................... sebagaimana dijelaskan pada bagan kerangka berpikir di bawah ini :
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan paradigma dari kerangka pikir di atas, dapat diturunkan hipotesis tindakan sebagai berikut: Diduga penerapan metode demonstrasi dapat meningkatkan proses, aktivitas dan hasil pembelajaran materi bermain kelerengnya pada siswa kelas VII C SLBN Pembina ...................... Semester 2 Tahun Pelajaran 2019/2020.
Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan :
klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 - 081327789201 terima kasih
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih