Loggo
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BAHASA ARAB MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MAKE MACTH PADA MATERI التعارف SISWA KELAS VII MTsN ......................
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2023/2024
Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat Golongan dari ............ ke .......
Oleh
……………………..………
NIP. ..................
MTs NEGERI …………………..
Alamat : Jl. ……………………………………………………….,
Kecamatan .................... Kabupaten ...................., Provinsi ....................
2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1. a. Judul Penelitian : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Bahasa Arab Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make Macth pada Materi التعارف Siswa Kelas VII MTsN ...................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2023/2024
b. Jenis Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Identitas Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : ……………………….
b. NIP : ........................................
c. Pangkat / Golongan : ………………………….
d. Jabatan : Guru Bahasa Arab
e. Instansi : MTsN ......................
f. Tempat Penelitian : MTsN ......................
3. Lama Penelitian : 3 bulan (Bulan Juli 2023 sampai dengan Bulan September 2023)
4. Sumber Biaya : Swadaya
Mengetahui ...................., 18 September 2023
Kepala Sekolah Peneliti
………………….. ……………………..
NIP. …………………. NIP. ..................
Mengesahkan
Pengawas Sekolah
………………………..
NIP. …………………….
ABSTRAK
Latar belakang masalah penelitian ini adalah proses pembelajaran bahasa Arab yang kurang variatif dan tidak ada inovasi pembelajaran sehingga berujung pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII MTsN ....................... Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Arab dengan menggunakan model pembelajaran make a match. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan kelas. Subjek penelitian sebanyak 27 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes, observasi dan dokumentasi. validasi data dengan teknik triangulasi. Teknik analisis data dengan teknik analisis ketuntasan dan analisis komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran make a match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil dan ketuntasan belajar siswa. Aktivitas belajar siswa pada kondisi awal hanya 13 siswa atau 48,15%, siklus I ada 18 siswa atau 66,67%, dan pada siklus II ada 24 siswa atau 92,59%, hasil ini sesuai dengan indikator yang ditentukan yakni mencapai 85%, dan peningkatan ketuntasan dan hasil belajar siswa yang awalnya pada pembelajaran pra siklus siswa yang tuntas ada 9 siswa atau 33,33%, pada siklus I mengalami kenaikan yaitu ada 17 siswa atau 92,96%, dan pada siklus II ada 24 siswa atau 88,89%, hasil ini sesuai dengan indikator yang ditentukan yakni nilai dengan KKM≥75 di atas 85%. Adapun peningkatan nilai rata-rata hasil belajar meningkat dari 58,52 pada kondisi awal menjadi 68,52 pada siklus pertama dan 75,93 pada siklus kedua sehingga telah memenuhi KKM≥75,00. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran make a match pada pembelajaran Bahasa Arab materi التعارف dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII MTsN ...................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2023/2024.
Kata Kunci : make a match, aktivitas, hasil belajar
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNyalah seluruh proses penelitian sampai penulisan laporan penelitian tindakan kelas berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Bahasa Arab Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make Macth pada Materi التعارف Siswa Kelas VII MTsN ...................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2023/2024” dapat terselesaikan. Laporan penelitian tindakan kelas ini dibuat untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan dari ….. ke ………. Peneliti mengakui, dengan terselesaikannya penulisan laporan penelitian tindakan kelas ini, tentunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Penelitipun menyadari bahwa penulisan laporan penelitian tindakan kelas ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun, akan peneliti terima dengan senang hati. Akhirnya peneliti berharap semoga penulisan laporan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
...................., September 2023
Peneliti
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 5
D. Rumusan Masalah ................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian.................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ........................................................................... 8
B. Kerangka Berpikir ................................................................. 24
C. Hipotesis Tindakan ................................................................ 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian................................................................... 27
B. Metode dan Rancangan Penelitian ........................................ 27
C. Subjek Penelitian.................................................................... 29
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 30
E. Validasi Data.......................................................................... 31
F. Analisis Data.......................................................................... 32
G. Prosedur Penelitian ................................................................ 33
H. Indikator dan Kriteria Keberhasilan ...................................... 38
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ....................................................................... 40
B. Hasil Penelitian ...................................................................... 61
B. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................. 63
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................ 69
B. Saran....................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Kondisi Awal ...... 41
Tabel 4.2 Data Aktivitas Belajar Siswa Pada Kondisi Awal.................... 42
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Siklus I ................ 50
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Aktivitas belajar Siswa Pada Siklus Pertama 51
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Formatif pada Siklus II ............... 58
Tabel 4.6 Data Aktivitas belajar Siswa Pada Siklus Kedua..................... 59
Tabel 4.7 Peningkatan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II... 61
Tabel 4.8 Peningkatan Aktivitas belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 62
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian Tindakan Kelas........................... 26
Gambar 3.1 Daur PTK (dimodifikasi dari Arikunto, 2006 : 46).................. 28
Gambar 4.1 Peningkatan Nilai, dan Ketuntasan Belajar Berdasarkan Nilai Tes Hasil Belajar pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II................................................................ 62
Gambar 4.2 Peningkatan Aktivitas belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 : Jurnal Kegiatan Penelitian
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 5 : Instrumen Pengumpulan Data
(LKS dan Lembar Tes Formatif Siklus I dan II)
Lampiran 6 : Analisis Data Hasil Penelitian
(Daftar Nilai dan Lembar Penilaian Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I dan II)
Lampiran 7 : Daftar Hadir Siswa
Lampiran 8 : Contoh Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 9 : Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 10 : Berkas Pelaksanaan Seminar PTK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karakateristik pembelajaran bahasa Arab:berorientasi pada terwujudnya 3 hal, yaitu kompetensi bahasa (al-kifāyah al-lugawiyyah) Sebuah kompetensi dasar dalam bahasa yang meliputi empat kemahiran berbahasa (al-mah ārāt al-lugawiyyah) yaitu kemahiran mendengar (mah ārah al-istim ā’), kemahiran berbicara (mah ārah al-kalām), kemahiran membaca-memirsa (mah ārah al-qirāʹah), dan kemahiran menulis-mempresentasikan (mah ārah al-kitābah). Keterampilan berbahasa tersebut harus dijalankan berdasarkan unsur-unsur bahasa (al-an āşir al-lugawiyyah) yang baik dan benar meliputi: bunyi (a şwāt), kosakata (mufradāt), dan kaidah bahasa (qawā’id al-lugah). Kompetensi komunikatif (al-kifāyah al-ittişaliyyah), Kompetensi untuk melakukan tindak tutur dengan bahasa target dalam berbagai konteks sosial secara lisan dan tulisan. Bahasa Arab hendaknya dilihat dari sudut pandang fungsionalitasnya, yaitu sebagai alat komunikasi. Jadi kompetensi berkomunikasi ini menjadi hal penting yang harus diajarkan Kompetensi budaya (al-kifāyah al śaqafiyyah). Pembelajaran Bahasa Arab disamping membelajarkan bahasa, ia mengandung pesan-pesan budaya dari bahasa itu sendiri, budaya yang dikandung dalam hal ini adalah budaya Arab Islam (śaqafah arabiyyah islamiyyah), budaya global umum ( śaqafah ālamiyyah āmmah), dan budaya lokal khusus ( śaqafah ma ḥalliyah kh āşah). Kandungan budaya ini tercermin dalam tema-tema atau topik yang diangkat dalam pembelajaran. Semisal: perkenalan, berolahraga, bepergian dan wisata, pelestarian lingkungan, teknologi informasi dan komunikasi, peradaban Islam, haji umrah, puisi Arab, maulid Nabi, cinta Indonesia
Mata pelajaran Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang isinya mencangkup mata pelajaran membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Kenyataan yang ada dilapangan, mata pelajaran bahasa arab dewasa ini mutunya masih sangat rendah karena belum mencapai target yang diinginkan secara maksimal dan memadai. Hal ini disebabkan oleh kesulitan siswa dalam mempelajari sesuatu yang baru dan asing, selain itu metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar masih terpaku pada buku-buku pelajaran dalam suasana formal disekolah. Untuk meningkatkan mutu pelajaran bahasa arab, banyak faktor yang harus dipertimbangkan, diantaranya yaitu dalam hal penyampaian pesan dari sumber melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan atau siswa. Sedangkan metode yang digunakan disekolah dirasakan masih kurang menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan bagi siswa untuk dapat mepelajari sesuatu yang baru dan asing. Hal ini menyebabkan siswa secara mentalitas menganggap bahwa Bahasa Arab sebagai pelajaran yang sukar sehingga siwa kurang bergairah dalam belajar, serta mudah lupa terhadap kosa kata yang telah dipelajari karena metode belajar yang hanya terfokus pada buku pelajaran.
Hal tersebut disebabkan oleh 2 faktor yakni: faktor internal diantaranya adalah 1) kurangnya motivasi dan cita-cita siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Arab, 2) sikap siswa kurang menempatkan pembelajaran bahasa Arab sebagai pembelajaran yang urgen dalam kehidupannya. Sedangkan faktor ekstenal adalah 1) keluarga dan lingkungan yang kurang mendukung proses pembelajaran siswa, 2) sarana dan prasarana, kurangnya sumber bahasa Arab bagi siswa yang dapat memperkuat teori yang diterima dari guru, 3) guru kurang kreatif dalam membuat alat evaluasi pembelajaran yang inovatif, variatif dan menyenangkan. Selain itu, dalam proses pembelajaran bahasa Arab, masih banyak guru menggunakan paradigma konvensional yakni paradigma“guru menjelaskan dan murid mendengarkan”. Artinya guru masih menggunakan metode ceramah atau guru hanya menjelaskan materi tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Kemudian faktor lain yang mengakibatkan siswa kurang meminati pembelajaran bahasa Arab misalnya mata pelajaran yang tidak dicantumkan sebagai salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional sehingga siswa kurang mengutamakan mata pelajaran bahasa Arab sebagai mata pelajaran yang penting. Maka hal inilah yang mengakibatkan semangat dan minat belajar bahasa Arab siswa menjadi rendah.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap pembelajaran bahasa Arab di kelas VII MTsN ......................, dapat dilihat dua aspek penting saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu proses mengajar yang dilakukan oleh guru dan proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa karena saat belajar siswa lebih suka mengandalkan pada penjelasan dari gurunya saja tanpa mencari informasi untuk membangun pengetahuan sendiri.
Hasil tes formatif pada studi awal mata pelajaran bahasa Arab materi التعارف ternyata hanya 33,33% atau 9 siswa dari 27 siswa yang mencapai tingkat penguasaan materi 85% ke atas atau mendapat nilai di atas KKM sebesar 70 dan perolehan nilai rata-rata klasikal sebesar 58,52. Untuk itulah guru perlu mempelajari dan mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran sangat dibutuhkan oleh pendidik agar siswanya bisa menerima informasi atau pesan dengan baik, karena melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Suprijono, 2016:46).
Salah satu model pembelajaran yang tepat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan pada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Taniredja (2017:55) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif dikenal sebagai pembelajaran secara berkelompok. Akan tetapi, belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka.
Belajar secara kelompok merupakan salah satu upaya untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam wilayah afektif, pembelajaran kooperatif berpengaruh signifikan terhadap sikap-sikap positif siswa terhadap teman-teman mereka meskipun mereka berasal dari kebudayaan dan latar belakang sosial yang beragam, serta memiliki kebutuhan-kebutuhan khusus. Pembelajaran kooperatif juga membantu siswa bersikap positif terhadap pembelajaran, bersedia untuk terlibat bersama teman-temannya, dan bekerja sama untuk saling meningkatkan pembelajarannya masing-masing (Huda, 2018:6).
Isjoni (2016:77) menjelaskan bahwa pembelajaran model make a match merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang mendorong anak didik/siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Sehingga pembelajaran dengan menggunakan model yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Adapun pembelajaran perlu dilakukan dengan metode yang berpusat pada guru serta lebih menekankan ada interaksi siswa. Penggunaan model yang bervariasi akan sangat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini mengajak siswa untuk mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Sehingga hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan model make a match adalah kartu- kartu, kartu- kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan- pertanyaan dan kartu- kartu lainnya yang berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut (Fuad, 2018:67).
Dengan adanya model pembelajaran (make a match) siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Disamping itu (make a match) juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berionteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dalam kelas. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Bahasa Arab Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Make Macth pada Materi التعارف Siswa Kelas VII MTsN ...................... Semester 1 Tahun Pelajaran 2023/2024”.
B. Identifikasi Masalah
Melalui pengamatan dan diskusi terindentifikasi beberapa masalah yang mempengaruhi pembelajaran antara lain :
1. Kurangnya motivasi dan cita-cita siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Arab.
2. Sikap siswa kurang menempatkan pembelajaran bahasa Arab sebagai pembelajaran yang urgen dalam kehidupannya.
3. Keluarga dan lingkungan yang kurang mendukung proses pembelajaran siswa.
4. Sarana dan prasarana, kurangnya sumber bahasa Arab bagi siswa yang dapat memperkuat teori yang diterima dari guru.
5. Guru kurang kreatif dalam membuat alat evaluasi pembelajaran yang inovatif, variatif dan menyenangkan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, dapat disimpulkan rumusan masalah fokus perbaikan adalah :
1. Bagaimana upaya peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII MTsN ...................... semester 1 tahun pelajaran 2023/2024 pada pembelajaran bahasa Arab materi التعارف dengan penerapan model pembelajaran make a match?
2. Bagaimana upaya peningkatan hasil belajar siswa kelas VII MTsN ...................... semester 1 tahun pelajaran 2023/2024 pada pembelajaran bahasa Arab materi التعارف dengan penerapan model pembelajaran make a match?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, agar memiliki arah yang jelas, ditentukan tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Arab materi التعارف melalui penerapan model pembelajaran make a match pada siswa kelas VII MTsN ...................... semester 1 tahun pelajaran 2023/2024.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Arab materi التعارف melalui penerapan model pembelajaran make a match pada siswa kelas VII MTsN ...................... semester 1 tahun pelajaran 2023/2024.
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini juga dapat memberikan manfaat baik secara teroris maupun praktis, yaitu :
- Manfaat Teoris
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkaan dapat berguna sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang berhubungan dengan model pembelajaran make a match.
b. Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan pemahaman konsep dasar mengidentifikasi gangguan pada organ peredaran darah manusia melalui model pembelajaran make a match.
- Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Siswa dapat membiasakan diri berpikir logis mengenai hubungan sebab akibat serta dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran pada materi التعارف
2) Peserta didik dapat lebih mudah dan semangat dalam memahami mata pelajaran. Dengan cara pembelajaran yang menarik, dan tidak membosankan.
3) Peserta didik akan lebih aktif belajar dan mereka bisa lebih mudah dalam memahami pelajaran.
4) Peserta didik dapat menyimak pelajaran dengan semangat sehingga peserta dididik akan memperoleh hasil yang baik.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kinerja guru karena dengan model pembelajaran make a match dapat mengefektifkan waktu pembelajaran.
2) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian siswa.
3) Guru dapat mengetahui permasalahan-permasalahan peserta didik, sehingga dapat mempermudah guru untuk mengatasi masalah-masalah apa yang timbul dalam pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Dengan penelitian ini diharapkan sekolah dapat memperoleh gambaran tentang penerapan model pembelajaran make a match sehingga dapat dijadikan salah satu solusi peningkatan proses pembelajaran pada mata pelajaran yang lain.
2) Dengan penelitian ini diharapkan sekolah dapat lebih meningkatkan pemberdayaan model pembelajaran make a match agar hasil belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pembelajaran lain.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Bahasa Arab
Bahasa Arab adalah bahasa AL-Qur’an sebagai mata pelajaran sesuai dengan metode dan kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut, mencakup berbagai macam aspek keterampilan yaitu mufrodāt (kosa kata), hiwār (percakapan), nahwu (tata bahasa), qirōah (membaca), istimā’ (mendengarkan), kalam (berbicara), dan kitābah (menulis). Sebagaimana kita ketahui bahasa Arab masih dianggap oleh sebagian siswa sebagai bahasa yang sulit atau sukar bahkan memandangnya menjadi momok. Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi manakala pengajaran bahasa Arab disajikan secara metodologis. Metode dapat dimaknai sebagai cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan pembelajaran (Syamsuddin, 2006:22).
Menurut Al-Ghalayin, bahasa arab adalah kalimat-kalimat yang dipergunakan oleh orang arab untuk mengungkapkan tujuan-tujuan (pikiran dan perasaan) mereka (Mustafa, 2005:7). Bahasa arab adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur dalam keluarga bahasa simitik. Bahasa Arab adalah kalimat yang dipergunakan oleh orang Arab untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka. Yang berbentuk huruf hijaiyah yang dipergunakan oleh orang Arab dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial baik secara lisan
Selama ini bahasa arab diajarkan dengan metode yang dapat dikatakan masih konvensional. Artinya, proses belajar mengajar dilakukan dengan cara penyampaian materi, dilanjutkan dengan menghafal dan praktik, sehingga yang bekerja hanya lah otak kiri, dan ini bagi sebagian siswa terkesan monoton dan tidak menyenangkan. Tidak jarang pula demi mengejar target kurikulum, para pendidik membebani siswa dengan materi yang begitu banyak tanpa memperdulikan apakah siswa telah benar-benar faham, tertarik dengan yang diajarkan atau tidak.
Bahasa Arab merupakan bahasa internasional ke-lima yang diresmikan PBB, (Aulia Rahman et al., 2022) dan desain pembelajaran bahasa Arab yang baik adalah identik dengan penggunaan materi, metode, strategi, media dan pendekatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi, serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Bahasa arab merupakan bahasa semit dipakai oleh orang-orang yang tinggal di sekitar sungai Tigris dan Eufrat, dataran syiria dan Jazirah Arabia (Timur Tengah), seperti bahasa Finisis, Asyiria, Ibrani, Arabia, Suryania, Babilonia (Suroiyah & Zakiyah, 2021). Bahasa arab memiliki peranan penting dalam peradaban Islam, dan sebagai bahasa persatuan Islam (Mustofa et al., n.d.). Referensi ilmu-ilmu Islam sebagian besar menggunakan bahasa arab, artinya bahasa Arab tidak hanya bahasa agama, melainkan bahasa ilmu pengetahuan Islam. Berdasarkan penyebaran geografisnya, bahasa Arab memiliki banyak variasi (dialek). Misalnya bahasa Arab modern telah diklasifikasikan sebagai satu makro bahasa dengan 27 sub-bahasa dalam ISO 639-3 (Iswanto, 2017). Bahasa arab merupakan bahasa yang bersifat ilmiah dan unik, diantaranya memiliki akar kata mencapai 3000 bentuk perubahan yang tidak dimiliki bahasa lain (Pane, 2018).
Indonesia salah satu Negara non-Arab yang mempelajari bahasa Arab. Berbagai instansi pendidikan menerapkan pembelajaran bahasa Arab dengan berbagai model pembelajaran diupayakan. Model pembelajaran mengalami perkembangan secara terus menerus seiring dengan perkembangan yang terjadi pada disiplin ilmu bahasa, ilmu pendidikan, dan arus perkembangan zaman (Zainuri, 2019). Pembelajaran dipengaruhi juga oleh kurikulum, seperti yang diungkapkan oleh Winarto Eka Wahyudi bahwa kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada posisi yang berbeda. (Wahyudi, 2019) Saat ini kurikulum yang sedang diterapkan di beberapa lembaga sekolah adalah kurikulum merdeka yang tentunya memiliki pengaruh terhadap segala aspek komponen pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran bahasa Arab.
Pemahaman pembelajaran bahasa Arab adalah proses pembelajaran yang
mengarah pada keterampilan berbahasa Arab sehingga menjadikan siswa terampil
membaca, menulis, berbicara dan menerjemahkan pada Bahasa Arab secara baik dan
benar. Didukung oleh Subur (2016) pemahaman pembelajaran bahasa Arab yakni
proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk mengerti dan memahami empat
keterampilan berbahasa, empat keterampilan berbahasa tersebut yakni, maharah
istima',
al-kalam, al-qira'ah dan al-kittabah secara seimbang.
2. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Aktivitas Belajar
Kamus Besar Bahasa Indonesia aktivitas berasal dari kata aktif yang memiliki arti giat (bekerja, berusaha), sedangkan aktivitas itu sendiri merupakan kegiatan atau kesibukan. Jadi, aktivitas dapat dikatakan sebagai kegiatan atau usaha yang dilakukan siswa untuk memahami materi pelajaran. Sardiman (2018:98) berpendapat bahwa aktivitas adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini aktivitas siswa dapat dilihat dari kesungguhan mereka mengikuti pembelajaran. Menurut Rumiyati (2021:8) aktivitas siswa dalam belajar merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun nonfisik siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif.
Pada proses pembelajaran diperlukan metode untuk mengembangkan aktivitas dan interaksi siswa dalam pembelajaran. Menurut Sareong & Supartini (2020:82) aktivitas belajar merupakan kemampuan siswa untuk membangun dan menemukan pengetahuannya melalui kegiatan belajar. Aktivitas belajar juga dapat digunakan sebagai indikator kualitas implementasi proses pembelajaran. Proses belajar harus melibatkan beberapa aktivitas antara lain aktivitas fisik dan psikis. Aktivitas fisik adalah sesuatu yang dilakukan oleh tubuh dan melibatkan gerakan fisik, sedangkan aktivitas psikis merupakan aktivitas yang melibatkan pikiran dan perasaan siswa.
Aktivitas belajar dapat diciptakan melalui desain pembelajaran yang bervariatif dan menarik namun harus tetap sejalan dengan tujuan awal yang sudah ditentukan oleh guru. Hal ini selaras dengan pendapat Dimyati dan Mujiono (2015:95) yang menyebutkan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan fisik dan mental seseorang dalam melaksanakan sesuatu sebagai usaha mencapai tujuan. Guru dalam mengajar perlu menentukan tujuan pembelajaran terlebih dahulu. Tujuan ini merupakan sebuah hal yang harus dicapai oleh siswa. Aktivitas belajar ini digunakan untuk mengkonstruksikan pengetahuan siswa. Siswa akan menjadi lebih memperkuat pemahamannya melalui aktivitas belajar. Guru harus berusaha sedemikian rupa untuk menciptakan aktivitas belajar siswa yang baik. Hal ini dapat diupayakan melalui desain metode, media pembelajaran dan model yang digunakan dalam proses pembelajaran. Selain itu, dapat pula dengan membangun komunikasi interpersonal yang baik dengan siswa. Harapannya melalui upaya yang dilakukan guru dapat tercapai aktivitas belajar yang sesuai dengan harapan guru.
Jadi, menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas itu merupakan suatu usaha yang ditunjukkan dan dilakukan oleh siswa baik secara fisik ataupun non fisik pada saat pembelajaran guna memahami materi pelajaran yang diajarkan sehingga dapat tercapainya tujuan dari pembelajaran.
b. Jenis Aktivitas belajar
Aktivitas belajar tidak hanya berkaitan dengan interaksi di dalam kelas tetapi juga mencakup hal yang lain. Sudjana (Hartika & Mariana, 2019) menyatakan aktivitas siswa dapat dilihat dalam hal:
1) Berpartisipasi dalam memenuhi tugas belajar
2) Berperan dalam memecahkan suatu masalah
3) Bertanya kepada guru atau siswa lain jika mengalami kesulitan dalam mencermati persoalan yang sedang dihadapi
4) Mencoba mencari referensi atau informasi yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu permasalahan
5) Melakukan diskusi kelompok sesuai instruksi yang diberikan guru
6) Mengevaluasi dan menilai kemampuan serta hasil yang didapatkan
7) Berlatih menyelesaikan soal atau permasalahan yang sejenis
8) Kesempatan untuk mengimplementasikan hal yang didapat dalam menyelesaikan tugas atau persoalan.
Melalui pendapat tersebut dapat dilihat bahwa aktivitas belajar juga meliputi dalam hal memperhatikan, memahami, melaksanakan perintah dan lain-lain. Aktivitas belajar sangat bervariasi, disini peran guru sangat dibutuhkan untuk mencapai aktivitas belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan.
Diedrich (dalam Sardiman (2018:101) mengategorikan kegiatan yang menunjukkan aktivitas siswa dalam belajar sebagai berikut:
1) Visual activities, misalnya memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan dan membaca.
2) Oral activities, misalnya mengemukakan pendapat, memberi pertanyaan dan saran, menyatakan dan terlibat diskusi.
3) Listening activities, misalnya mendengarkan penjelasan, pidato dan mendengarkan musik.
4) Writing activities, contohnya menulis laporan, membuat cerita dan menyalin.
5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat diagram dan grafik serta membuat sketsa.
6) Motor activities, misalnya membuat konstruksi dan melakukan percobaan untuk menguji hipotesis.
7) Mental activities, contohnya memecahkan soal, menganalisa, menanggapi permasalahan dan mengambil keputusan.
8) Emotional activities, misalnya bersemangat, bergairah, gembira dan tenang.
Aktivitas belajar sangat kompleks sehingga diperlukan upaya yang tinggi untuk mencapai hal tersebut. Guru harus memberi ruang kepada siswa untuk aktif dalam mencari dan memperoleh informasi agar tercapai aktivitas belajar yang diinginkan. Melalui pemberian ruang kepada siswa untuk aktif dapat membuat siswa merasa bebas mengeluarkan potensi-potensinya sehingga akan terjadi komunikasi interpersonal yang baik dan dapat memengaruhi aktivitas siswa. Tidak hanya dengan memperbaiki komunikasi interpersonal saja melainkan masih banyak hal yang dapat diupayakan oleh guru seperti memberi motivasi dan menerapkan model pembelajaran yang menyenangkan.
c. Indikator Aktivitas Belajar
Berdasarkan kajian pustaka yang telah disebutkan dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar adalah sebuah keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Keterlibatan yang dimaksud adalah keterlibatan pada berbagai aspek seperti diskusi, pengerjaan tugas, presentasi, memecahkan masalah dan lain-lain (Yuwono & Andriani, 2020). Pada penelitian ini indikator yang digunakan mengacu pada indikator aktivitas belajar yang dikemukakan oleh Sudjana (Hartika & Mariana, 2019) yaitu:
1) Berpartisipasi dalam memenuhi tugas belajar, artinya siswa berperan aktif mengerjakan tugas yang telah disampaikan oleh guru.
2) Berperan dalam memecahkan suatu masalah, siswa mencari penyelesaian soal yang sudah disampaikan baik secara individu maupun kelompok.
3) Bertanya kepada guru atau siswa lain apabila mengalami kesulitan dalam mencermati persoalan yang sedang dihadapi, apabila siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi siswa berani bertanya kepada guru atau siswa lain yang dirasa mampu memberikan pengertian dan pemahaman kepada siswa.
4) Mencoba mencari referensi atau informasi yang dibutuhkan dalam memecahkan suatu permasalahan, artinya siswa aktif dalam mencari informasi untuk permasalahan yang sedang dihadapinya seperti mencari referensi di perpustakaan atau sumber internet.
5) Melakukan diskusi kelompok sesuai instruksi yang diberikan guru, artinya siswa terlibat aktif dalam melaksanakan diskusi kelompok baik untuk berpendapat maupun mengerjakan tugas kelompok hingga selesai.
6) Mengevaluasi dan menilai kemampuan beserta hasil yang didapatkan, maksudnya siswa mampu mengetahui apakah dirinya itu mampu atau tidak dalam menyelesaikan soal yang diberikan dan kemudian siswa tahu bagaimana cara menyikapi hal tersebut.
7) Berlatih menyelesaikan soal atau permasalahan yang sejenis, siswa terlibat aktif dalam menyelesaikan soal yang sama dengan materi yang sudah diberikan guru.
8) Kesempatan untuk mengimplementasikan hal yang didapat dalam menyelesaikan tugas atau persoalan, artinya siswa menggunakan atau menerapkan rumus yang sudah diajarkan untuk menyelesaikan persoalan dan tugas yang dimilikinya.
9) Berada dalam kelompok kerja saat kegiatan berlangsung, artinya siswa mampu beradaptasi dengan angota kelompok lain sehingga terbentuk kerja sama yang baik antar anggota kelompoknya.
10) Mendorong siswa lain untuk berpartisipasi dalam tugas kelompok, artinya siswa mempunyai kemampuan untuk mendorong siswa lain dalam satu kelompok untuk berpartisipasi secara aktif.
Indikator tersebut digunakan dalam penelitian ini dan melalui indikator tersebut dapat dilihat bahwa cakupan aktivitas belajar lebih luas. Ketercapaian indikator dapat dilihat pada proses pembelajaran apakah siswa sudah melakukan kegiatan yang terdapat pada indikator tersebut atau belum.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu usaha perubahan tingkah laku maka belajar yang dikatakan berhasil jika usahanya sendiri dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi sehingga mengakibatkan perubahan tingkah laku. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang akibat proses belajar-mengajar yang telah dilaksanakan. Seorang pendidik memegang peranan penting menentukan hasil belajar peserta didik. Jika seorang pendidik menggunakan strategi yang sesuai maka peserta didik dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Hasil belajar dan proses belajar keduanya merupakan hal yang penting dalam belajar, dimana proses belajar dan hasil belajar saling berkaitan satu sama lain. Dari pengertian yang sudah dipaparkan dijelaskan bahwa belajar dituntut adanya perubahan baru dan perubahan dalam belajar melahirkan hasil belajar. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjukkan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.
Sudjana (2017: 3) menyatakan bahwa “Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mencangkup bidang kognitif, afektif, dan psikommotorik”. Sedangkan menurut Juliah dalam Jihad & Haris (2013: 15) menyatakan bahwa ”Hasil belajar merupakan segala sesuatu yang menjadi milik peserta didik sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya, dalam hasil belajar maka peserta didik diharapkan dapat mencapai tujuan belajar yaitu kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menjalani proses belajar”.
Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh melalui proses belajar yang menghasilkan suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif, psikomotorik dan dapat di ukur.
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar peserta didik terkadang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Beberapa peserta didik mengalami peningkatan, namun ada pula yang mengalami penurunan. “Peningkatan dan penurunan hasil belajar peserta didik tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal” (Andiyanto, 2016: 56).
1) Faktor internal (berasal dari dalam diri peserta didik)
a) Faktor kesehatan fisik peserta didik.
b) Tingkat pemahaman peserta didik.
c) Minat belajar.
d) Tingkat motivasi.
e) Faktor bawaan (hereditas).
2) Faktor eksternal (berasal dari luar diri peserta didik)
a) Faktor keluarga.
b) Faktor sekolah diantaranya yaitu metode mengajar, sikap pendidik, fasilitas sekolah.
c) Faktor media massa dan lingkungan sekolah.
Sedangkan pengelompokkan menurut Andiyanto (2016:16) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi empat, yaitu bahan atau materi yang dipelajari, lingkungan, faktor instrumental, dan kondisi peserta didik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2015: 54) sebagai berikut :
1) Faktor internal
Slameto (2015:54) menyebutkan “Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu yang sedang belajar”.
a) Psikologis (tingkat kecerdasan atau intellegensi peserta didik, sikap peserta didik, bakat, minat, dan motivasi).
b) Fisiologis (jasmaniah dan kondisi panca indra yang akan memudahkan peserta didik dalam proses pembelajaran).
2) Faktor eksternal
Slameto (2015:54) menyebutkan “Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar individu yang sedang belajar”.
a) Lingkungan sosial Lingkungan sosial disini dapat diartikan sebagai lingkungan sekolah seperti para pendidik, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memepengaruhi hasil belajar peserta didik.
b) Lingkungan non sosial Gedung sekolah dan letaknya, tempat tinggal keluarga dan peserta didik, alat-alat belajar, keadaan cuaca, waktu yang digunakan saat belajar.
Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian “Belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan dalam diri peserta didik maka belajar tidak dikatakan berhasil” Sudjana dalam Tobing (2019: 15).
Berdasarkan pendapat yang sudah dipaparkan, maka hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu peserta didik berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar peserta didik yakni lingkungan. Dalam penelitian ini dari kedua faktor tersebut faktor eksternal peserta didik yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya pencapaian hasil belajar peserta didik dalam hal ini yaitu faktor sekolah diantaranya metode mengajar, sikap pendidik, dan fasilitas sekolah. Dengan perhatian ini maka akan dapat mengarahkan perilaku peserta didik kearah yang lebih positif sehingga dapat menghadapi kesulitan dalam belajar dan bisa meningkatkan hasil belajar. Kemudian yang kedua yaitu faktor internal peserta didik yakni pemahaman kognitif peserta didik yang bisa mempengaruhi hasil belajar, pemahaman kognitif peserta didik yang baik maka hasil belajar peserta didik pun akan tinggi dan tujuan pembelajaran mudah untuk dicapai.
4. Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu pendekatan pengajaran yang mengutamakan siswa untuk saling bekerjasama satu dengan lainnya untuk memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap perbedaan individu. Menurut Anita Lie (2008: 15) ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam cooperative learning, : Pengelompokan, semangat Gotong Royong, penataan ruang kelas
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap setiap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward) jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok (Sanjaya, 2007: 240-241). Pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, murid diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok tugas anggota kelompok dalam mencapai ketuntasan (Barkah Lestari, dkk 2004: 9).
Belajar kelompok, memiliki kesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar karena memiliki unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
Lundgren mendeskripsikan keterampilan kooperatif yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif sebagai keterampilan interpersonal dalam belajar. Keterampilan kooperatif tersebut meliputi tiga (3) tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir, dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik. Keterampilan tersebut antara lain menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi (tingkat awal), mendengarkan dengan aktif, menunjukkan penghargaan dan simpati, bertanya, menerima tanggung jawab, dan membuat ringkasan (tingkat menengah), mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran dan berkompromi (tingkat mahir).
Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap berikut:
a. Penjelasan Materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum peserta didik belajar dengan kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran yang harus dikuasai, yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini, guru mengguakan metode ceramah. curah pendapat dan tanya jawab, bahkan kalau perlu, guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.
b. Belajar Dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masig yang telah dibentuk sebelumnya.
c. Penilaian
Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif bias dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan test kelompok akan memberikan informasi setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok 13 memiliki nilai sama dengan kelompoknya. Hal ini disebabkan karena kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
d. Pengakuan Kelompok
Pengakuan kelompok Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok mana yang dianggap paling menonjol atau kelompok mana yang paling layak diberikan hadiah Pengakuan dan pemberi perhargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi kelompok untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi kelompok untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.
Berdasarkan pengertian para ahli yang sudah dinyatakan maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran efektif dengan cara membentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling bekerja sama, berinteraksi, dan bertukar pikiran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran..
5. Model Pembelajaran Make a Match
a. Pengertian Make A-Match ( Mencari Pasangan)
Menurut Aris Shoimin (2014: 98) “Make a match adalah siswa diminta untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran.” Menurut Rusman (2018 : 223) “Model pembelajaran Make a match merupakan salah satu jenis model pembelajaran kooperatif,yakni bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.”
Pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe, salah satunya make a match menurut Suprijono dalam Maharani & Kristin, (2017:3-4) model pembelajaran Make a Match yaitu mencari pasangan kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi pertanyaan dan kartu yang berisi jawaban. Menurut Rusman dalam Safitri & Reinita, (2020:22) Pembelajaan kooperatif tipe make a match dilakukan dengan menggunakan kartu pertanyaan dan jawaban yang meminta siswa untuk mencari pasangan kartu yang merupakan pertanyaan atau jawaban sebelum batas waktu yang ditentukan habis, dan siswa yang mampu mencocokkan kartu pertanyaan dan jawaban dengan benar akan diberikan poin. Kooperatif tipe make a match ini bertujuan untuk membantu peserta didik memahami suatu topik melalui kelompok kecil dan kartu pasangan, sehingga membuat siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini cocok digunakan pada pembelajaran karena dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan meningkatkan aktivitas belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan menerapkan model model pembelajaran yang inovatif melalui kerja kelompok untuk menyelesaikan tugas secara terstruktur dengan teknik kerjasama dan tanggungjawab. Dari definisi mengenai pengertian pembelajaran kooperatif di atas, sesuai dengan akar penyebab masalah yang ada peneliti memilih salah satu model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Arab pada siswa kelas XI MTsN ...................... .
b. Langkah langkah Model Pembelajaran Make A Match
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran Make a Match menurut Huda dalam Maharani & Kristin, (2017:6-7) adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi dan memberikan tugas kepada siswa untuk dipelajari. 2) Siswa dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok A dan B kedua kelompok diminta untuk saling berhadapan.
2) Langkah selanjutnya yaitu guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B
3) Guru menyuruh siswa untuk mencocokan kartu yang sudah dipegang kepada teman yang lain. sebelum pemain mencari pasangan dilakukan, guru terlebih dahulu menyampaikan Batasan waktu yang diberikan. Guru meminta siswa untuk mencari pasangannya. Bagi siswa yang sudah menemukan pasangan kartu, maka wajib untuk melaporkan diri kepada guru.
4) Jika waktu yang diberikan sudah habis, guru akan memberitahukan kepada siswa bahwa waktu permainan sudah habis. Siswa yang tidak menemukan pasangannya diminta untuk berkumpul tersendiri.
5) Guru memanggil siswa untuk memprensentasikan hasil pekerjaannya. Teman yang lain memberi tanggapan apakah pasangan kartu itu cocok atau tidak.
6) Pada Langkah terakhir guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaandan jawaban yang telah dikerjakan siswa.
7) Guru memanggil kelompok yang lain, begitu seterusnya sampai seluruh pasangan melakukan presentasi.
Sedangkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match menurut Shoimin dalam Sitompul & Maulina, (2021:441) adalah:
1) Guru melakukan persiapan dengan membuat beberapa kartu yaitu kartu pertanyaan dan kartu jawaban
2) Masing-masing peserta didik mendapatkan satu jenis kartu
3) Tiap peserta didik berfikir mengenai soal dan jawaban kartu yang sudah dipegang
4) Tiap peserta didik diminta mencari pasangan kartu yang memiliki kecocokan dengan kartu yang dipegang
5) Tiap peserta didik yang menemukan kecocokan kartu sebelum mencapai batasan waktu maksimum, maka diberikan poin
6) Apabila sudah selesai satu sesi, dilakukan pencocokan kartu lagi supaya peserta didik memperoleh kartu yang tidak sama dengan sesi satu
7) Guru dan peserta didik menyimpulkan pembelajaran
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, penulis memberikan kesimpulan bahwa langkah model pembelajaran kooperatif tipe make a match harus dilakukan secara urut dan sistematis yang diawali dengan persiapan, membagikan kartu soal dan jawaban, mencari pasangan kartu, mencocokan pasangan kartu, memberikan penghargaan dan melakukan kesimpulan pembelajaran.
c. Kelebihan model Pembelajaran Make A Match
1) Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik
2) Karena ada unsur permainan, metode ini menyenangkan
3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari
4) Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
5) Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil presentasi
6) Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar
Dari Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh pembelajaran kooperatif tipe make a match, pembelajaran dikelas diharapkan menjadi lebih bermakna untuk peserta didik. Peserta didik ikut terlibat aktif saat kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik merasa gembira, asyik, dan berminat dalam menerima materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dan untuk mengatasi kekurangan dari model pembelajaran ini tentunya guru harus benar-benar bisa membagi waktu dan juga mengkontrol kelas supaya pembelajaran masih bisa berjalan dan tujuan dari pembelajaran tercapai.
d. Kelemahan model Pembelaran Make A Match
1) Jika model ini tidak dipersiapkan dengan baik, maka banyak waktu terbuang
2) Pada awal-awal penerapan metode ini, banyak siswa yang malu bisa berpasangan dengan lawan jenisnya
3) Jika guru tidak mengarahkan dengan baik, akan banyak siswa yang tidak memperhatikan pada saat presentasi
4) Menggunakan metode ini secara terus menerus akan menimbulkan kebosanan.
Solusi dari kelemahan model make a match tersebut adalah guru harus mempersiapkan model ini dengan sebaik-baiknya dan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan saat pembelajaran. Selain itu, untuk mengatasi kendala banyak siswa yang malu ketika berpasangan dengan lawan jenisnya, guru dapat membuat kontrak sosial diawal pembelajaran dengan memberikan pengarahan bahwa siswa laki-laki dan perempuan sama saja. Jadi meraka tidak perlu merasa malu. Agar siswa yang sedang presentasi mendapatkan perhatian dari siswa lain, maka sebisa mungkin guru harus mampu mengkondisikan kelas agar tetap dalam suasana yang kondusif, misalnya dengan memberikan hukuman bagi siswa yang ramai dan gaduh sendiri. Model ini tentu akan membuat siswa merasa bosan bila dilaksanakan terus menerus, maka dari itu alangkah lebih baik jika guru tidak menggunakan model ini terus menerus. Selingi juga dengan model yang lain agar siswa tidak merasa bosan dengan suasana pembelajaran. Atau jika guru tetap ingin menggunakan model ini, maka pelaksanaanya dapat divariasikan tergantung kreatifitas guru.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir menurut Hardani (2020:321) adalah suatu representasi yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel yang saling terkait satu sama lain. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi akibat adanya interaksi proses belajar mengajar untuk mengetahui hasil belajar yang ingin dicapai. Dan setelah itu adanya penilaian yang digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan, dan perbaikan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan sangat kompleks. Salah satunya adalah sistem pengajaran yang monoton. Seorang guru dituntut profesionalismenya dalam menghadapi siswa, dan cukup cermat dalam melihat kebutuhan setiap individu yang berbeda. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, guru sebagai moderator dan fasilitator sebaiknya dapat melaksanakan perannya dengan baik yang mampu melayani siswa sesuai karakter mereka masing-masing. Guru dituntut untuk dapat membuat suasana belajar yang nyaman, agar Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dapat berjalan secara efektif. Oleh karena itu, seorang guru harus terampil dan kreatif dalam memanfaatkan berbagai media dalam menyampaikan materi pelajaran, serta mampu menggunakan berbagai model pembelajaran yang mampu mengakomodasi semua kebutuhan siswa.
Banyak sekali jenis model pembelajaran yang dapat digunakan dan divariasikan dalam proses belajar mengajar. Salah satu model yang diharapkan tidak hanya mementingkan siswanya sekedar mengerti tetapi juga paham terhadap materi adalah model make a match. Ketika model make a match digunakan dalam proses pembelajaran maka penekanannya harus pada siswa yang mempelajarinya, bukan hanya pada belajar untuk memecahkan suatu masalah. Hal ini sangat penting karena jika hanya fokus mengajar kepada siswa sebatas terpecahkannya masalah tanpa memperhatikan paham tidaknya siswa terhadap materi yang diajarkan maka mereka hanya mempelajari sedikit pengetahuan atau sekedar tahu langkah-langkah yang harus diikuti untuk memecahkan masalah tertentu. Model make a match dapat mempengaruhi hasil belajar karena dalam metode ini peserta didik dituntut untuk belajar aktif berfikir ilmiah dan mandiri untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, sesuai dengan tujuan sekolah.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai jalannya alur berfikir dari permasalahan yang akan diatasi dan solusi tindakan yang akan dilaksanakan serta hasil yang diharapkan dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Hipotesis Tindakan
Dengan mempertimbangkan dan merujuk penjelasan sebagaimana kajian teori dan kerangka pikir di atas disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut : jika pembelajaran bahasa Arab materi التعارف di kelas VII MTsN ...................... semester 1 tahun pelajaran 2023/2024 menerapkan model pembelajaran make a match maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.
Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih