BAB I
LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan
pendorong utama penerapan komputer dalam pembelajaran, yang dikenal dengan
istilah Computer Assisted Learning
(CAL) atau pembelajaran dengan bantuan komputer. Komputer sebagai media dapat
dimanfaatkan untuk membantu orang atau siswa dalam belajar termasuk belajar
bahasa. Namun, perlu diingat bahwa komputer hanyalah alat atau media dan
sepenuhnya tergantung penggunanya. Oleh karena itu, komputer tidak akan berdaya
guna apabila tidak digunakan dengan tepat. Komputer memiliki peran sebagai
media yang membantu dalam proses pembelajaran, oleh karena itu, komputer dapat
diganti peranannya. (Hartoyo: 2006).
Dalam
pengajaran bahasa, sangat dimungkinkan adanya penyampaian materi oleh guru yang
tidak mudah dipahami oleh peserta didik. Sebagai contoh penyampaian materi pembacaan
puisi pada siswa Sekolah Dasar yang kurang variatif dan inovatif dan dianggap
menjenuhkan, dengan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kekurangan
itu dapat diminimalisir.
Dengan
penggunaan TIK dalam pengajaran bahasa Indonesia khususnya sastra, pengajaran
yang dinilai sulit untuk disampaikan akan lebih mudah untuk disampaikan dan
diterima oleh siswa. Pengajaran yang kreatif dan inovatif akan memberikan kesan tersendiri bagi siswa
yang berdampak penguatan ingatan pada diri seorang siswa.
Saat
ini, pengajaran secara konvensional sudah seharusnya ditinggalkan oleh tenaga
pengajar. Sudah sepantasnya tenaga pengajar atau guru menggunakan TIK sebagai
sarana mempermudah pekerjaannya sekaligus sebagai media memperkaya pengetahuan
siswa dan guru. Lebih dari itu, seorang guru mulai dituntut untuk bisa
mengoperasikan TIK dalam pengajarannya sebagai cara menghilangkan kejenuhan
siswa kepada mata pelajaran atau kepada gurunya itu sendiri. Misalnya,
pengajaran sastra secara konvensional, guru memberikan contoh pembacaan puisi,
siswa mendengarkan, dan siswa melakukan.
Dalam
kasus ini, pengajaran sastra tanpa menggunakan TIK, guru memberikan contoh
pembacaan puisi walaupun dengan dengan intonasi yang tepat, ekspresi wajah yang
tepat serta pelafalan yang benar, seolah tidak menjadi hal yang menarik di mata
siswa dan kurang dapat diingat oleh seorang siswa. Mulai dari pembacaan puisi
oleh seorang guru yang berumur di atas 30 tahun, pemilihan puisi untuk usia
anak-anak, sampai pada pemberian contoh yang kurang disukai oleh siswa. Hal ini
menjadi satu masalah atas ketertarikan atau minat siswa dengan cara pengajaran
guru di sekolah.
Akan
tetapi, jika pengajaran itu divariasikan dengan menggunakan TIK, pemberian
contoh pun sudah tidak secara langsung ditampakkan oleh seorang guru. Guru
dapat memberikan rekaman dengan menggunakan LCD proyektor melalui media audio
visual dengan model yang berumur sebaya dengan peserta didik. Dengan
menggunakan model yang berumur sebaya, sangat dimungkinkan dapat merangsang dan
memotivasi siswa untuk lebih percaya diri dan membangun minat siswa untuk
membaca puisi di depan kelas dengan ekspresi wajah, intonasi, dan pelafalan
yang baik.
Pencapaian
tujuan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah media
pembelajaran. Media pembelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa dalam
menciptakan suasana belajar secara kolaboratif, dan membuat siswa aktif. Media
pembelajaran yang dimaksud adalah Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK)
yaitu komputer. Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) secara umum diartikan sebagai teknologi yang memiliki
fungsi penunjang proses penyampaian informasi dan komunikasi. Sejalan dengan berkembangnya
teknologi, TIK dengan dukungan sistem dan jaringan (network) komputer memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dengan
melihat fisik maupun mendengar suara secara langsung meskipun pihak-pihak yang
berkomunikasi berada di tempat yang berbeda.
Seperti yang dikemukakan Hartoyo dalam
makalah (Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia); (2009), bahwa teknologi dan informasi (TIK)
secara umum diartikan sebagai teknologi yang memiliki fungsi penunjang proses
penyampaian informasi dan komunikasi. Perkembangan TIK yang sedemikian pesat
telah berpengaruh terhadap aplikasi komputer dalam penunjang pembelajaran
bahasa, yang sering dikenal dengan istilah Komputer-Assisted Language Leraning (CALL).
Komputer sebagai media digunakan untuk membantu pembelajar dalam pembelajaran,
seperti halnya pembelajaran bahasa. Selanjutnya Hartoyo mengemukakan: jika
dicermati dengan seksama, salah satu permasalahan utama pembelajaran bahasa
adalah isu-isu terkait dengan metode pembelajaran bahasa. Ditilik dari sejarah
perkembangan pembelajaran bahasa, telah terjadi berbagai upaya untuk
mewujiudkan metode pembelajaran yang lebih baik. Upaya mencari
metode
pembelajaran yang lebih baik selalu didasari atas kritik terhadap kekuranagn
metode pembelajaran yang telah ada sebelumnya. Sebagai contoh, Grammar Translation Method yang
menekankan pada pembelajaran membaca, tata bahasa, dan kosa kata dianggap
kurang efektif dalam membekali siswa dengan kemampuan komunikatif. Dengan dasar
kritik inilah maka muncullah metode pembelajaran bahasa yang lainnya seperti
Direct Methode, yang menekankan pada penggunaan bahasa yang dipelajari dalam
berkomunikasi. Direct method juga akhirnya menuai kritik, dan lahirlah Audio Lingual Method, The Silent way,
Suggestopedia, Community Language, Communicative Approach, hingga Total
Physical Respone. Kehadiran Total Physical Responsepun menuai kritik, dan
sejalan dengan perkembangan TIK munculah gagasan untuk mengembangkan Computer-Assisted Language Learning (CALL)
– Multimedia.
Memperhatikan dampak
positif berbagai kajian tentang pemanfaatan TIK dalam menunjang pembelajaran di
sekolah, tidak berlebihan jika di sekolah di tanah air ini juga memiliki
prospek masa depan yang memungkinkan untuk mengaplikasikan TIK dalam menunjang
pembelajaran. Terlepas dari peran komputer yang hanya merupakan media, komputer
memberikan berbagai manfaat bagi siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu
manfaat atau kelebihan komputer adalah komputer merupakan alat yang lebih
interaktif dibandingkan dengan media yang lain, misalnya tape recorder,
proyektor film, dan jenis perangkat media yang lain termasuk kapur dan papan
tulis. Menurut Nelson et al., (1976) sifat unik komputer
sebagai media pendidikan adalah terletak pada kemampuannya untuk berinteraksi
dengan siswa. Buku dan materi berupa rekaman data memberi informasi kepada
siswa tentang beragamperaturan dan solusi, namu keduanya tidak dapat
menganalisis kesalahan yang dibuat siswa, serta tidak dapat beraksi terhadap
kesalahan tertentu, mengarahkannya, dan hanya mengoreksi jawaban.
Pada
aplikasi tertentu, komputer dapat bertindak sebagai tutor, menyediakan materi,
memandu siswa bagaimana mempelajari materi, dan memberikan informasi serta
penjelasan yang lebih komprehensif. Manfaat lain adalah komputer dapat menjadi
buku referensi yang sangat efektif dan efisien. Komputer juga dapat digunakan untuk berkomunikasi secara
visual dengan siswa. Jelaslah bahwa komputer sebagai media pembelajaran,
sangatlah mungkin menjadi partner guru dan siswa dalam kegian belajar mengajar
jika seorang guru dapat mengoperasikan media tersebut. Kembali pada tulisan
Hartoyo sebelumnya bahwa komputer hanyalah alat atau media dan sepenuhnya
tergantung penggunanya. Oleh sebab itu, pengajaran konvensional akan lebih
terbantu jika seorang guru mampu menggunakan media ini menjadi teman dalam
pengajarannya.
Berdasarkan hasil pengamatan
penulis terhadap kegiatan
mengajar di kelas, penilaian
guru terhadap kemampuan
membaca puisi murid,
hasil pengamatan peneliti dapat
dikemukakan bahwa kemampuan membaca, khususnya membaca indah puisi siswa kelas VI
SD Negeri Sungai Malang 4 belum menunjukkan hasil yang memuaskan atau maksimal.
Hasil tersebut ditunjukkan dengan
pembacaan puisi yang
dilakukan oleh murid.
Pada umumnya terkesan seadanya, artinya membaca puisi tidak layaknya
seperti orang membaca puisi. Intonasi,
lafal, penghayatan maupun penampilan sangat
kurang. Jarang terlihat murid
yang mampu membaca
puisi dengan memperhatikan
naik turun, tinggi rendah, dan keras lembut volume suara dalam
bacaannya. Para murid juga malu dan tidak percaya diri ketika membaca puisi di
depan kelas. Tidak ada siswa dengan kemauan
sendiri tampil di
depan kelas untuk
membaca puisi. Hasilnya, siswa membaca
dengan semaunya dan tidak bersungguh-sungguh.Penghayatan pada saat tampil
membaca puisi di depan kelas masih sangat kurang. Tercermin
dari ekspresi saat
membaca puisi. Hal
itu disebabkan murid tidak memahami terlebih dahulu puisi
yang akan dibaca. Beberapa murid terlihat menutupi wajahnya dengan buku pada
saat membaca puisi. Demikian juga dalam
hal penampilan, siswa
kurang memahami pembacaan
puisi sebagai sebuah pertunjukan yang harus memperhatikan
tentang teknik, gerakan tubuh, pandangan mata,
dan bloking. Saat
membaca puisi, penampilan
murid adalah kaki
dengan sikap sempurna, kedua
tangan memegang buku
hingga pembacaan selesai
dan pandangan mata selalu tertuju pada teks. Adapun dari segi lafal murid
kurang jelas dalam mengucapkan kata-kata, dari
deret belakang bangku
hanya terdengar samar,
bahkan ada pula
yang tidak terdengar. Tempo
rata-rata pembacaan puisi murid terlalu cepat.
Hal itu terkesan bahwa
membaca puisi adalah
sesuatu yang terlalu
memberatkan sehingga sesegera
mungkin menyelesaikan puisi tersebut.
Seseorang yang akan
membaca sebuah puisi,
sebelumnya harus memahami dan
menghayati isi puisi
yang akan dibacanya
dengan bersungguh-sungguh.
Dia harus dapat
mewujudkan kembali apa
yang dikehendaki penyair. Seorang pembaca puisi adalah
perantara antara penyair sebagai pencipta dengan pendengar sebagai penikmat.
Oleh karena itu, tugas seorang pembaca puisi tidak dapat dikatakan
ringan karena pembaca
puisi harus berusaha
mewujudkan ide/pesan penyair dengan
cara setepat-tepatnya. Persiapan
sangat diperlukan sebelum seseorang
tampil membacakan puisi.
Persiapan tersebut, antara
lain: memahami isi puisi
yang akan dibaca,
menghayati makna dari puisi,
mengekspresikan puisi, berlatih
membaca sebelum tampil,
dan memberi tanda atau anotasi pada puisi.
Berdasarkan observasi yang
dilakukan peneliti, permasalahan
tentang kemampuan membaca puisi
timbul karena: (1)
siswa kurang antusias
dalam pembelajaran membaca puisi,
(2) siswa kurang
percaya diri dan
masih malu terhadap kemampuan
membacanya karena siswa
kurang aktif dalam
kegiatan pembelajaran sejak awal,
(3) guru belum
menggunakan strategi atau
model pembelajaran yang tepat terhadap kemampuan membacanya, dan (4)
guru kurang memberikan motivasi kepada siswa. Fakta-fakta di
atas menunjukkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran kemampuan membaca
puisi masih kurang
optimal. Oleh karena
itu, diperlukan perbaikan yang
dapat mendorong seluruh
siswa untuk dapat
memahami dan menghayati puisi
yang akan dibacanya
agar mereka mampu
membaca puisi tersebut dengan
indah. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan agar pembelajaran pendekatan pembelajaran yang
digunakan oleh guru
dengan lebih melibatkan
keikutsertaan siswa dalam proses
pembelajaran, yakni dengan
menerapkan pendekatan pembelajaran quantum.
Pembelajaran tersebut akan
lebih mengoptimalkan
kualitas proses dan
hasil karena sesuai
atau tepat dengan
permasalahan yang terjadi. Selain
itu, pembelajaran tersebut
lebih menekankan pada
proses kreatif, praktik, interaksi antara siswa dan lingkungan kelas,
dan kegiatan berapresiasi.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan pesert didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik
dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap
hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran sastra dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi
sastra berkaitan dengan latihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya
khayal, serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Selain
itu, pembelajaran sastra juga bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap
nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif, nilai keagamaan, dan nilai
sosial. Secara sendirisendiri, atau gabungan dari keseluruhan itu, sebagaimana
tercermin dalam karya sastra. Memahami puisi adalah kegiatan siswa dalam
mencermati setiap detail puisi mulai dari kegiatan mendengarkan, mengapresiasi,
hingga mengidentifikasi unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah puisi sehingga
siswa menjadi faham dan mengerti apa maksud dari puisi yang dihadapinya.
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran puisi
termasuk nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah puisi. Dari pernyataan
tersebut maka ditawarkanlah teknik pengajaran memahami puisi dengan menggunakan
model musikalisasi puisi. Pengajaran puisi sebagai satu bagian dari pengajaran
sastra bertugas mengasah kemampuan siswa dalam memahami makna yang tersurat
dalam sebuah puisi untuk itu pengajaran puisi hendaklah diarahkan kepada
pembinaan apresiasi puisi. Standar kompetensi pengajaran puisi yang berisi
Memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung dan,
kompetensi dasar Mengungkapkan isi suatu puisi yang
disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman akan lebih efektif bila
mengggunkan metode penugasan pada anak.
Sebagai tenaga pendidik yang kreatif dan inovati guru
dituntuntut untuk mengenal model-model dalam pembelajaran. model pembelajaran
pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, bahwa untuk dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami
dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Salah satunya menggunakan sarana TIK
berupa video pembacaan puisi dengan memanfaatkan fasilitas multimedia dengan
media audio visual pada komputer.
BAB
II
DASAR
PENYELESAIAN MASALAH
Teknologi Informasi dan Komunikasi,
TIK adalah paling besar terminology yang mencakup seluruh peralatan teknis
untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek , yaitu
teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi
segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu,
manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah
segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memeroses dan
menransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi
informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak
terpisahkan.Jadi, Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas
yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemerosesan, manipulasi, pengelolaan,
dan pemindahan informasi antara media.
ICT atau yang lebih dikenal dengan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) secara umum diartikan sebagai
teknologi yang memiliki fungsi penunjang proses penyampaian informasi dan
komunikasi. Sejalan dengan berkembangnya teknologi, TIK dengan dukungan system
dan jaringn (network) computer memungkinkan manusia untuk berkomunikasi dengan
melihat fisik maupun mendengar suara secara langsung meskipun pihak-pihak yang
berkomunikasi berada di tempet yang berbeda.
Menurut Nelson, et.al., (dalam
Hartoyo, 2010) sifat unik computer sebagai media pendidikan adalah terletak
pada kemampuannya untuk berinteraksi dengan siswa. Buku dan materi berupa
rekaman data memberi informasi kepada siswa tentang beragam peraturan dan
solusi.Namun keduanya tidak menganalisis kesalahan yang dibuat siswa serta
tidak dapat bereaksi terhadap kesalahan tertentu, mengarahkannya dan hanya
mengoreksi.
Puisi merupakan sebuah karya sastra
yang memerlukan penghayatan dalam pembacaan dan pembawaan. Hudson (dalam
Aminuddin, 2002), mengungkapkan bahwa puisi merupakan salah satu cabang sastra
yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan
imajinasi, dimana kata-kata yang digunakan tentunya bersifat kiasan.
Luxemburg,et: 1987) mengungkapkan bahwa puisi merupakan pengungkapan perasaan.
Jadi puisi merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan perasaan dimana
didalamnya terdapat imajinasi yang berbentuk kata-kata yan bersifat kiasan.
Sementara itu di dalam puisi juga terdpat unsur-unsur estetika, misalnya gaya
bahasa dan komposisinya, persajakan, diksi, irama, dan gaya bahasa.
Secara makna leksikal, apresiasi
mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan,
penilaian, dan pernyataan yang memberikan penilaian (Hornby dalam Sayuti,
1985:2002). Sementara itu, Effendi (1973:18) menyatakan bahwa apresiasi sastra
adalah menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh
pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang
baik terhadap cipta sastra.
Pada dasarnya kegiatan membaca puisi
merupakan upaya apresiasi puisi. Secara tidak langsung, bahwa dalam membaca
puisi, pembaca akan berusaha mengenali, memahami, menggairahi, memberi
pengertian, memberi penghargaan, membuat berpikir kritis, dan memiliki kepekaan
rasa. Semua aspek dalam karya sastra difahami, dihargai bagaimana
persajakannya, irama, citra, diksi, gaya bahasa, dan apa saja yang dikemukakan
oleh media. Pembaca akan berusaha untuk menerjemahkan bait per bait untuk
merangkai makna dari puisi yang hendak disampaikan pengarang. Pembaca memberi
apresiasi, tafsiran, interpretasi terhadap teks yang dibacanya setelah
diperoleh pemahaman yang dipandang cukup, pembaca dapat membaca puisi.
Menurut Peu Aftarudin membaca ouisi
berarti berusaha menyelami diri penyair ke intinya. Sedangkan Sumardi dan Abdul
Rozak Zaidan menyetakan bahwa membaca sajak di depan kelals atau berdeklamasi
pada dasarnya adalah kegiatan ekspresi tahap awal. Agar dapat membacakan sajak
dengan baik atau mendeklamasikan secara tepat memerlukan latihan.
Menurut Sumardi dan Abdul Rozak
Zaidan (1997:3) kemampuan membaca puisi seseorang adalah keberhasilan terletak
pada ketepatan memahami nada dan suasana sajak karena nada dan suasana sajak
mencerminkan jiwa penyairnya.
Setiap bentuk dan gaya baca puisi
menuntut adanya ekspresi wajah, gerakan kepala, gerakan tangan, dan gerakan
badan. Keempat ekspresi dan gerakan tersebut harus diperhatikan.Misalnya jenis
acara, tempat, jenis puisi, pemahaman puisi itu sendiri, audiens, music dan
lain-lain.
Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggunakan sarana TIK dengan
menggunakan LCD proyektor melalui media
audio visual, sebagaimana dijelaskan secara rinci di bawah ini.
1.
Langkah-1
Penyampaian tujuan pembelajaran. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai
serta memberikan motivasi kepada
peserta didik bahwa
materi membaca puisi ini
sangat penting dipelajari
dan menjelaskan prosedur
pembelajaran menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual.
2.
Langkah-2
Peserta
didik dibagi ke
dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan
4-5 orang. Dan
kepada setiap anggota kelompok
diberi nomor 1
sampai 5 sebagai
pengganti identitas. Guru memberi
nama kelompok yang
berbeda kepada peserta
didik serta mengarahkan peserta
didik agar memusyawarahkan pemilihan
ketua kelompok dari masing-masing
kelompok. Setelah itu,
memberikan tugas kepada
masing-masing kelompok dan penjelasan
tentang kerja kelompok yang harus dilakukan.
3.
Langkah-3
Penyajian materi
sarana TIK
dengan menggunakana LCD proyektor
melalui media audio visual: menampilkan / menayangkan materi
membaca puisi dengan
menggunakan media audio-visual
berupa LCD dan
masing-masing anggota kelompok ditugaskan
untuk mengamati dan
memperhatikan tampilan yang disajikan melalui media audiovisual.
4.
Langkah-4
Berdasarkan tampilan tersebut,
siswa diberikan soal-soal latihan
yang berhubungan dengan materi membaca puisi dan setiap
kelompok harus mendiskusikan
dan mengerjakannya secara bersama. Setiap
kelompok harus memutuskan cara-cara membaca puisi yang baik
dan benar dengan memperhatikan aspek-aspek membaca puisi, yaitu yaitu 1) lafal, 2) jeda,
3) intonasi, 4) gesture, 5) nada suara, 6) tekanan, 7) ekspresi dan penghayatan yang dijadikan dasar penilaian.
5.
Langkah-5
Observasi dan
pembimbingan Diskusi kelompok:
Pada saat diskusi kelompok sedang berlangsung, guru
memantau, mengarahkan
keterampilan bekerjasama, mendorong
siswa untuk berdialog,
berdiskusi antar teman dalam
satu kelompok, dan
membimbing peserta didik
untuk memahami pertanyaan atau
soal yang diberikan.
6.
Langkah-6
Laporan
kelompok, setelah waktu
mengerjakan tugas selesai, guru
memanggil salah satu
nomor, kemudian peserta
didik yang nomornya dipanggil
membacakan puisi oleh perwakilan dari masing-masing kelompok. Setelah selesai membaca puisi, guru
meminta tanggapan dari siswa yang
lain dengan cara menunjuk
nomor siswa yang
lain untuk menjawab
pertanyaan yang berikutnya dan
seterusnya sampai masing-masing kelompok mendapatkan giliran untuk menjawab pertanyaan
dan memberikan tanggapan.
7.
Langkah-7
Konfirmasi, Guru
memberikan konfirmasi atau
penjelasan dan penguatan dari hasil diskusi.
8.
Langkah-8
Penghargaan, Guru
memberikan penilaian terhadap
hasil belajar masing-masing kelompok
dan memberikan penghargaan
hadiah (reward). kepada
kelompok dengan hasil yang terbaik
BAB
III
LANGKAH-LANGKAH
DALAM PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Apresiasi puisi merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan
dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Namun, kenyataan di lapangan,
kegiatan ini sering menemui berbagai kendala, baik dari pihak guru maupun
siswa. Guru yang tidak menyukai sastra cenderung menghindari pembelajaran
apresiasi puisi ini. Kalau pun mau mengajarkan, mereka akan mengajarkannya
dengan sepintas lalu, dengan cara ala kadarnya, sehingga tidak menarik dan terasa
sangat membosankan.
Sementara itu, tak jauh beda pula bila ditilik dari sisi
siswa. Bukan rahasia lagi, di dalam kelas masih banyak (tidak semua) siswa yang
kurang suka pada puisi. Siswa seringkali sudah apriori ketika mendengar kata
’puisi’. Mereka menganggap bahwa puisi itu sesuatu yang sulit untuk dipelajari.
Dalam kegiatan apresiasi puisi, banyak siswa yang merasa akan dihadapkan pada
sebuah pekerjaan berat yang sering menimbulkan rasa was-was, bimbang,
ragu.
Kondisi semacam ini bila dibiarkan tentu akan semakin
menjauhkan siswa dari puisi. Padahal, kegiatan apresiasi sastra – termasuk
puisi – sangat bermanfaat untuk memperkaya jiwa penikmatnya. Bukankah dalam
puisi sering dijumpai banyak hal? Mulai hal-hal yang berkaitan dengan
religiusitas, sosial, politik, moral, dan masih banyak lagi.
Pemegang kunci utama untuk memperbaiki kondisi ini tentu saja
guru. Guru harus mau berupaya untuk menciptakan pembelajaran puisi yang
menarik. Guru harus berani melakukan inovasi pembelajaran. Selama ini, guru bahasa
Indonesia di sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran sastra – termasuk puisi –
terlalu berorientasi pada teori. Jalannya pembelajaran sangat teoretis sehingga
produknya adalah membosankan. Apresiasi sebagai titik berat
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pun sering diabaikan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan
pembelajaran puisi yang menarik adalah dengan memanfaatkan teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengalami revolusi yang sangat cepat. Dalam
bidang pendidikan, perubahan-perubahan ini menjadi salah satu modal penting
penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efisien dan efektif. Dalam hal
ini, pendekatan teknologis menjadi bagian yang penting dan tidak dapat
dipisahkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Sekolah-sekolah pun
terus berupaya melengkapi fasilitas yang terkait dengan perkembangan teknologi
ini. Misalnya, laboratorium bahasa, LCD Proyektor, jaringan internet dan
sebagainya.
Dalam pembelajaran membaca puisi
diperlukan suatu media yang tepat agar tidak menjadikan beban bagi siswa. Hal
ini harus menjadi pertimbangan guru dalam memberikan materi pembelajaran Bahasa
Indonesia khususnya membaca indah puisi. Jika media dan media yang digunakan
guru keliru bukan mustahil siswa akan kehilangan makna sebenarnya tentang
pembelajaran membaca puisi.
Media pembelajaran adalah sebuah
alat yang berfungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah
proses komunikasi antara guru dengan siswa dan bahan ajar. Media pembelajaran
terdiri dari dua unsur penting, yaitu unsur peralatan dan unsur pesan yang
dibawanya.
Dalam proses belajar mengajaar,
media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam pembelajaran
ketidakjelasana bahan yang disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan
pembuatan media. Media dapat mewakili apa yang kurang dikuasai oleh guru dalam
mengungkapkan kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan dapat
dikonkretkan dengan kehadiran media.Dengan demikian siswa dapat dengan mudah
memahami bahan pembelajaran daripada tanpa menggunakan media.
Penyelidikan di dunia menunjukkan
bahwa TIK bisa menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang
dimuat oleh National Institute of
Multimedia pendidikan di Jepang, membuktikan bahwa peningkatan kemampuan
pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi TIK mempunyai kesan yang
signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Teknologi merupakan produk kreatif
manusia untuk memenuhi berbagai keperluan hidup secara efektif.Internet sebagai
bagian dari produk teknologi informasi berkembang pesat dan telah membawa
perubahan yang luar biasa pada kehidupan manusia.Internet telah memengaruhi
pola berkomunikasi antarmanusia dalam dunia maya.
Internet menawarkan banyak fasilitas
dalam dunia pendidikan. Fasilitas komunikasi yang disediakan internet telah
memungkinkan kelas online menjadi kenyataan dengan mempergunakan halaman web
berbasis teks, surat elektronik(e-mail), pertukaran teks dan atau suara secara
langsung, dan berbagai fasilitas multimedia interaktif lainnya. Dengan demikian
kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Guru dan siswa dapat
melakukan komunikasi lintas waktu sehingga pembelajaran dapat dimaksimalkan
untuk pencapaian hasil belajar.
Penggunaan multimedia berbasis
computer dalam pembelajaran dirasakan semakin memberikan peranan yang penting. Bentuk
pembelajaran yang dahuu dirasa tidak mungkin dilaksanakan, multimedia
memberikan jawabannya. Penyelidikan di dunia menunjukkan bahwa TIK bisa
menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang dimuat oleh
National Institute of Multimedia pendidikan di Jepun, membuktikan bahwa
peningkatan pendedehan pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi ICT
mempunyai kesan yang signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Dalam dunia pendidikan, khususnya
pendidikan bahasa, penggunaan TIK sangat membantu tercapainya tujuan
pembelajaran. Dikaitkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
keterampilan berbahasa khususnya membaca puisi akan terasa lebih menarik dan
membangkitkan minat siswa dalam mempelajari apresiasi sastra. Banyak hal yang
dapat dilakukan dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kebiasaan-kebiasaan
yang menjadi beban guru dalam memberika pelajaran membaca puisi terkisis
sedikit demi sedikit.
Gambar 2.2 Guru
Sedang Menerangkan Pembelajaran Membaca Puisi dengan Menggunakan Media
Laptop Menggunakan LCD Proyektor
Salah satu cara yang dapat dilakukan
guru untuk menciptakan pembelajaran membaca puisi lebih menarik adalah dengan
memanfaatkan teknologi. Guru dapat menyajikan pembelajaran menarik melalui
pembelajaran berbasis TIK. Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi
puisi ataupun video pembacaan puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan
dan dapat diunduh dari internet.
Gambar 2.2
Siswa Mengamati video Musikalisasi Puisi ataupun Video Pembacaan Puisi Dari
Para Sastrawan
Hal ini dapat menambah wawasan siswa
tentang tokoh-tokoh sastra Indonesia yang selama ini mungkin siswa hanya
mendengar dan membaca nama dan karya-karya sastrawan tersebut. Dengan bantuan
teknologi, guru dapat menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang
kelas.Bagaimana wajah penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka
membacakan puisi yang mereka ciptakan.
Selain itu guru juga dapat
menampilkan contoh-contoh pembacaan puisi yang dilakukan oleh orang lain.
Misalnya pemenang lomba baca puisi tingkat provinsi, pemenang lomba baca puisi
tingkat sekolah yang disesuaikan dengan jenjang pendidikannya, yang dapat
diunduh dari internet sehingga siswa dapt secara langsung membandingkan model
pembacaan puisi dari beberapa tokoh yang ditampilkan.
Gambar 2.3 Siswa Mengamati video Pembacaan Puisi
Menyimak contoh pembacaan puisi
melalui video tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca
buku teks dan hanyamendengarkan penjelasan guru tentang isi puisi itu sendiri.
Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi dan lebih mudah memilih
bentuk atau gaya pembacaan puisi yang diinginkan. Siswa dapat berekspresi
menurut pemahamannya tentang puisi tersebut. Dengan menampilkan video
melalui internet dan dilengkapi dengan suara dan gambar secara langsung siswa
juga memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru
ceramah di depan kelas. Jika ini sudah terjadi maka guru dapat lebih mudah menyampaikan inti dari pembelajaran
membaca puisi sehingga sasaran utama pembelajaran sastra sebagai wahana
memperkaya jiwa dapat tercapai.
Gambar 2.4 Siswa Sedang Membacakan Puisi di Depan Kelas
Berdasarkan potensi yang dimiliki sekolah, guru dapat
menyajikan pembelajaran yang menarik melalui pembelajaran berbasis TIK.
Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi puisi atau pun video pembacaan
puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan dan dapat diunduh dari
internet. Selama ini, mungkin siswa hanya mendengar nama dan membaca
karya-karya sastrawan Taufik Ismail, W.S. Rendra, Emha Ainun Nadjib, dan
kawan-kawan dari buku yang siswa baca. Dengan bantuan teknologi, guru dapat
menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang kelas. Bagaimana wajah
penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka membacakan puisi-puisi yang
mereka cipta.
Menyimak pembacaan puisi maupun musikalisasi puisi melalui
video ini tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca buku
teks. Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi. Sebab video
seringkali dilengkapi dengan suara dan gambar. Di samping itu, siswa juga
memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru ceramah
di depan kelas. Bila siswa sudah tertarik, maka guru dapat lebih mudah
menyampaikan inti dari pembelajaran puisi sehingga sasaran utama pembelajaran
apresiasi sastra sebagai wahana memperkaya jiwa dapat tercapai.
Pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan sarana TIK
dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual untuk memutar
video tentang pembacaan puisi dengan menggunakan berbagai contoh, baik dari
para sastrawan maupun lainnya terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca puisi. Hal tersebut dibuktikan dengan diraihnya Peringkat
atau Juara Ke 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten pada Tahun 2014.
Gambar 2.5
Siswa yang Menjadi Juara 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten Tahun 2014 (catt. Kla bisa anak sedang membawa tropi
atau piala kejuaraannya)
Selamat mencoba.
BAB
III
LANGKAH-LANGKAH
DALAM PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Apresiasi puisi merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan
dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Namun, kenyataan di lapangan,
kegiatan ini sering menemui berbagai kendala, baik dari pihak guru maupun
siswa. Guru yang tidak menyukai sastra cenderung menghindari pembelajaran
apresiasi puisi ini. Kalau pun mau mengajarkan, mereka akan mengajarkannya
dengan sepintas lalu, dengan cara ala kadarnya, sehingga tidak menarik dan terasa
sangat membosankan.
Sementara itu, tak jauh beda pula bila ditilik dari sisi
siswa. Bukan rahasia lagi, di dalam kelas masih banyak (tidak semua) siswa yang
kurang suka pada puisi. Siswa seringkali sudah apriori ketika mendengar kata
’puisi’. Mereka menganggap bahwa puisi itu sesuatu yang sulit untuk dipelajari.
Dalam kegiatan apresiasi puisi, banyak siswa yang merasa akan dihadapkan pada
sebuah pekerjaan berat yang sering menimbulkan rasa was-was, bimbang,
ragu.
Kondisi semacam ini bila dibiarkan tentu akan semakin
menjauhkan siswa dari puisi. Padahal, kegiatan apresiasi sastra – termasuk
puisi – sangat bermanfaat untuk memperkaya jiwa penikmatnya. Bukankah dalam
puisi sering dijumpai banyak hal? Mulai hal-hal yang berkaitan dengan
religiusitas, sosial, politik, moral, dan masih banyak lagi.
Pemegang kunci utama untuk memperbaiki kondisi ini tentu saja
guru. Guru harus mau berupaya untuk menciptakan pembelajaran puisi yang
menarik. Guru harus berani melakukan inovasi pembelajaran. Selama ini, guru bahasa
Indonesia di sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran sastra – termasuk puisi –
terlalu berorientasi pada teori. Jalannya pembelajaran sangat teoretis sehingga
produknya adalah membosankan. Apresiasi sebagai titik berat
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pun sering diabaikan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan
pembelajaran puisi yang menarik adalah dengan memanfaatkan teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengalami revolusi yang sangat cepat. Dalam
bidang pendidikan, perubahan-perubahan ini menjadi salah satu modal penting
penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efisien dan efektif. Dalam hal
ini, pendekatan teknologis menjadi bagian yang penting dan tidak dapat
dipisahkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Sekolah-sekolah pun
terus berupaya melengkapi fasilitas yang terkait dengan perkembangan teknologi
ini. Misalnya, laboratorium bahasa, LCD Proyektor, jaringan internet dan
sebagainya.
Dalam pembelajaran membaca puisi
diperlukan suatu media yang tepat agar tidak menjadikan beban bagi siswa. Hal
ini harus menjadi pertimbangan guru dalam memberikan materi pembelajaran Bahasa
Indonesia khususnya membaca indah puisi. Jika media dan media yang digunakan
guru keliru bukan mustahil siswa akan kehilangan makna sebenarnya tentang
pembelajaran membaca puisi.
Media pembelajaran adalah sebuah
alat yang berfungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah
proses komunikasi antara guru dengan siswa dan bahan ajar. Media pembelajaran
terdiri dari dua unsur penting, yaitu unsur peralatan dan unsur pesan yang
dibawanya.
Dalam proses belajar mengajaar,
media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam pembelajaran
ketidakjelasana bahan yang disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan
pembuatan media. Media dapat mewakili apa yang kurang dikuasai oleh guru dalam
mengungkapkan kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan dapat
dikonkretkan dengan kehadiran media.Dengan demikian siswa dapat dengan mudah
memahami bahan pembelajaran daripada tanpa menggunakan media.
Penyelidikan di dunia menunjukkan
bahwa TIK bisa menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang
dimuat oleh National Institute of
Multimedia pendidikan di Jepang, membuktikan bahwa peningkatan kemampuan
pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi TIK mempunyai kesan yang
signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Teknologi merupakan produk kreatif
manusia untuk memenuhi berbagai keperluan hidup secara efektif.Internet sebagai
bagian dari produk teknologi informasi berkembang pesat dan telah membawa
perubahan yang luar biasa pada kehidupan manusia.Internet telah memengaruhi
pola berkomunikasi antarmanusia dalam dunia maya.
Internet menawarkan banyak fasilitas
dalam dunia pendidikan. Fasilitas komunikasi yang disediakan internet telah
memungkinkan kelas online menjadi kenyataan dengan mempergunakan halaman web
berbasis teks, surat elektronik(e-mail), pertukaran teks dan atau suara secara
langsung, dan berbagai fasilitas multimedia interaktif lainnya. Dengan demikian
kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Guru dan siswa dapat
melakukan komunikasi lintas waktu sehingga pembelajaran dapat dimaksimalkan
untuk pencapaian hasil belajar.
Penggunaan multimedia berbasis
computer dalam pembelajaran dirasakan semakin memberikan peranan yang penting. Bentuk
pembelajaran yang dahuu dirasa tidak mungkin dilaksanakan, multimedia
memberikan jawabannya. Penyelidikan di dunia menunjukkan bahwa TIK bisa
menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang dimuat oleh
National Institute of Multimedia pendidikan di Jepun, membuktikan bahwa
peningkatan pendedehan pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi ICT
mempunyai kesan yang signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Dalam dunia pendidikan, khususnya
pendidikan bahasa, penggunaan TIK sangat membantu tercapainya tujuan
pembelajaran. Dikaitkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
keterampilan berbahasa khususnya membaca puisi akan terasa lebih menarik dan
membangkitkan minat siswa dalam mempelajari apresiasi sastra. Banyak hal yang
dapat dilakukan dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kebiasaan-kebiasaan
yang menjadi beban guru dalam memberika pelajaran membaca puisi terkisis
sedikit demi sedikit.
Gambar 2.2 Guru
Sedang Menerangkan Pembelajaran Membaca Puisi dengan Menggunakan Media
Laptop Menggunakan LCD Proyektor
Salah satu cara yang dapat dilakukan
guru untuk menciptakan pembelajaran membaca puisi lebih menarik adalah dengan
memanfaatkan teknologi. Guru dapat menyajikan pembelajaran menarik melalui
pembelajaran berbasis TIK. Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi
puisi ataupun video pembacaan puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan
dan dapat diunduh dari internet.
Gambar 2.2
Siswa Mengamati video Musikalisasi Puisi ataupun Video Pembacaan Puisi Dari
Para Sastrawan
Hal ini dapat menambah wawasan siswa
tentang tokoh-tokoh sastra Indonesia yang selama ini mungkin siswa hanya
mendengar dan membaca nama dan karya-karya sastrawan tersebut. Dengan bantuan
teknologi, guru dapat menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang
kelas.Bagaimana wajah penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka
membacakan puisi yang mereka ciptakan.
Selain itu guru juga dapat
menampilkan contoh-contoh pembacaan puisi yang dilakukan oleh orang lain.
Misalnya pemenang lomba baca puisi tingkat provinsi, pemenang lomba baca puisi
tingkat sekolah yang disesuaikan dengan jenjang pendidikannya, yang dapat
diunduh dari internet sehingga siswa dapt secara langsung membandingkan model
pembacaan puisi dari beberapa tokoh yang ditampilkan.
Gambar 2.3 Siswa Mengamati video Pembacaan Puisi
Menyimak contoh pembacaan puisi
melalui video tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca
buku teks dan hanyamendengarkan penjelasan guru tentang isi puisi itu sendiri.
Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi dan lebih mudah memilih
bentuk atau gaya pembacaan puisi yang diinginkan. Siswa dapat berekspresi
menurut pemahamannya tentang puisi tersebut. Dengan menampilkan video
melalui internet dan dilengkapi dengan suara dan gambar secara langsung siswa
juga memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru
ceramah di depan kelas. Jika ini sudah terjadi maka guru dapat lebih mudah menyampaikan inti dari pembelajaran
membaca puisi sehingga sasaran utama pembelajaran sastra sebagai wahana
memperkaya jiwa dapat tercapai.
Gambar 2.4 Siswa Sedang Membacakan Puisi di Depan Kelas
Berdasarkan potensi yang dimiliki sekolah, guru dapat
menyajikan pembelajaran yang menarik melalui pembelajaran berbasis TIK.
Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi puisi atau pun video pembacaan
puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan dan dapat diunduh dari
internet. Selama ini, mungkin siswa hanya mendengar nama dan membaca
karya-karya sastrawan Taufik Ismail, W.S. Rendra, Emha Ainun Nadjib, dan
kawan-kawan dari buku yang siswa baca. Dengan bantuan teknologi, guru dapat
menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang kelas. Bagaimana wajah
penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka membacakan puisi-puisi yang
mereka cipta.
Menyimak pembacaan puisi maupun musikalisasi puisi melalui
video ini tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca buku
teks. Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi. Sebab video
seringkali dilengkapi dengan suara dan gambar. Di samping itu, siswa juga
memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru ceramah
di depan kelas. Bila siswa sudah tertarik, maka guru dapat lebih mudah
menyampaikan inti dari pembelajaran puisi sehingga sasaran utama pembelajaran
apresiasi sastra sebagai wahana memperkaya jiwa dapat tercapai.
Pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan sarana TIK
dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual untuk memutar
video tentang pembacaan puisi dengan menggunakan berbagai contoh, baik dari
para sastrawan maupun lainnya terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca puisi. Hal tersebut dibuktikan dengan diraihnya Peringkat
atau Juara Ke 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten pada Tahun 2014.
Gambar 2.5
Siswa yang Menjadi Juara 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten Tahun 2014 (catt. Kla bisa anak sedang membawa tropi
atau piala kejuaraannya)
Selamat mencoba.
BAB
III
LANGKAH-LANGKAH
DALAM PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Apresiasi puisi merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan
dari pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Namun, kenyataan di lapangan,
kegiatan ini sering menemui berbagai kendala, baik dari pihak guru maupun
siswa. Guru yang tidak menyukai sastra cenderung menghindari pembelajaran
apresiasi puisi ini. Kalau pun mau mengajarkan, mereka akan mengajarkannya
dengan sepintas lalu, dengan cara ala kadarnya, sehingga tidak menarik dan terasa
sangat membosankan.
Sementara itu, tak jauh beda pula bila ditilik dari sisi
siswa. Bukan rahasia lagi, di dalam kelas masih banyak (tidak semua) siswa yang
kurang suka pada puisi. Siswa seringkali sudah apriori ketika mendengar kata
’puisi’. Mereka menganggap bahwa puisi itu sesuatu yang sulit untuk dipelajari.
Dalam kegiatan apresiasi puisi, banyak siswa yang merasa akan dihadapkan pada
sebuah pekerjaan berat yang sering menimbulkan rasa was-was, bimbang,
ragu.
Kondisi semacam ini bila dibiarkan tentu akan semakin
menjauhkan siswa dari puisi. Padahal, kegiatan apresiasi sastra – termasuk
puisi – sangat bermanfaat untuk memperkaya jiwa penikmatnya. Bukankah dalam
puisi sering dijumpai banyak hal? Mulai hal-hal yang berkaitan dengan
religiusitas, sosial, politik, moral, dan masih banyak lagi.
Pemegang kunci utama untuk memperbaiki kondisi ini tentu saja
guru. Guru harus mau berupaya untuk menciptakan pembelajaran puisi yang
menarik. Guru harus berani melakukan inovasi pembelajaran. Selama ini, guru bahasa
Indonesia di sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran sastra – termasuk puisi –
terlalu berorientasi pada teori. Jalannya pembelajaran sangat teoretis sehingga
produknya adalah membosankan. Apresiasi sebagai titik berat
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia pun sering diabaikan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan
pembelajaran puisi yang menarik adalah dengan memanfaatkan teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengalami revolusi yang sangat cepat. Dalam
bidang pendidikan, perubahan-perubahan ini menjadi salah satu modal penting
penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efisien dan efektif. Dalam hal
ini, pendekatan teknologis menjadi bagian yang penting dan tidak dapat
dipisahkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran. Sekolah-sekolah pun
terus berupaya melengkapi fasilitas yang terkait dengan perkembangan teknologi
ini. Misalnya, laboratorium bahasa, LCD Proyektor, jaringan internet dan
sebagainya.
Dalam pembelajaran membaca puisi
diperlukan suatu media yang tepat agar tidak menjadikan beban bagi siswa. Hal
ini harus menjadi pertimbangan guru dalam memberikan materi pembelajaran Bahasa
Indonesia khususnya membaca indah puisi. Jika media dan media yang digunakan
guru keliru bukan mustahil siswa akan kehilangan makna sebenarnya tentang
pembelajaran membaca puisi.
Media pembelajaran adalah sebuah
alat yang berfungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah sebuah
proses komunikasi antara guru dengan siswa dan bahan ajar. Media pembelajaran
terdiri dari dua unsur penting, yaitu unsur peralatan dan unsur pesan yang
dibawanya.
Dalam proses belajar mengajaar,
media mempunyai arti yang cukup penting. Karena dalam pembelajaran
ketidakjelasana bahan yang disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan
pembuatan media. Media dapat mewakili apa yang kurang dikuasai oleh guru dalam
mengungkapkan kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan dapat
dikonkretkan dengan kehadiran media.Dengan demikian siswa dapat dengan mudah
memahami bahan pembelajaran daripada tanpa menggunakan media.
Penyelidikan di dunia menunjukkan
bahwa TIK bisa menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang
dimuat oleh National Institute of
Multimedia pendidikan di Jepang, membuktikan bahwa peningkatan kemampuan
pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi TIK mempunyai kesan yang
signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Teknologi merupakan produk kreatif
manusia untuk memenuhi berbagai keperluan hidup secara efektif.Internet sebagai
bagian dari produk teknologi informasi berkembang pesat dan telah membawa
perubahan yang luar biasa pada kehidupan manusia.Internet telah memengaruhi
pola berkomunikasi antarmanusia dalam dunia maya.
Internet menawarkan banyak fasilitas
dalam dunia pendidikan. Fasilitas komunikasi yang disediakan internet telah
memungkinkan kelas online menjadi kenyataan dengan mempergunakan halaman web
berbasis teks, surat elektronik(e-mail), pertukaran teks dan atau suara secara
langsung, dan berbagai fasilitas multimedia interaktif lainnya. Dengan demikian
kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Guru dan siswa dapat
melakukan komunikasi lintas waktu sehingga pembelajaran dapat dimaksimalkan
untuk pencapaian hasil belajar.
Penggunaan multimedia berbasis
computer dalam pembelajaran dirasakan semakin memberikan peranan yang penting. Bentuk
pembelajaran yang dahuu dirasa tidak mungkin dilaksanakan, multimedia
memberikan jawabannya. Penyelidikan di dunia menunjukkan bahwa TIK bisa
menolong proses pengajaran dan pembelajaran. Sebuah laporan yang dimuat oleh
National Institute of Multimedia pendidikan di Jepun, membuktikan bahwa
peningkatan pendedehan pelajar melalui kurikulum pendidikan integrasi ICT
mempunyai kesan yang signifikan dan positif tentang prestasi pelajar.
Dalam dunia pendidikan, khususnya
pendidikan bahasa, penggunaan TIK sangat membantu tercapainya tujuan
pembelajaran. Dikaitkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
keterampilan berbahasa khususnya membaca puisi akan terasa lebih menarik dan
membangkitkan minat siswa dalam mempelajari apresiasi sastra. Banyak hal yang
dapat dilakukan dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Kebiasaan-kebiasaan
yang menjadi beban guru dalam memberika pelajaran membaca puisi terkisis
sedikit demi sedikit.
Gambar 2.2 Guru
Sedang Menerangkan Pembelajaran Membaca Puisi dengan Menggunakan Media
Laptop Menggunakan LCD Proyektor
Salah satu cara yang dapat dilakukan
guru untuk menciptakan pembelajaran membaca puisi lebih menarik adalah dengan
memanfaatkan teknologi. Guru dapat menyajikan pembelajaran menarik melalui
pembelajaran berbasis TIK. Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi
puisi ataupun video pembacaan puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan
dan dapat diunduh dari internet.
Gambar 2.2
Siswa Mengamati video Musikalisasi Puisi ataupun Video Pembacaan Puisi Dari
Para Sastrawan
Hal ini dapat menambah wawasan siswa
tentang tokoh-tokoh sastra Indonesia yang selama ini mungkin siswa hanya
mendengar dan membaca nama dan karya-karya sastrawan tersebut. Dengan bantuan
teknologi, guru dapat menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang
kelas.Bagaimana wajah penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka
membacakan puisi yang mereka ciptakan.
Selain itu guru juga dapat
menampilkan contoh-contoh pembacaan puisi yang dilakukan oleh orang lain.
Misalnya pemenang lomba baca puisi tingkat provinsi, pemenang lomba baca puisi
tingkat sekolah yang disesuaikan dengan jenjang pendidikannya, yang dapat
diunduh dari internet sehingga siswa dapt secara langsung membandingkan model
pembacaan puisi dari beberapa tokoh yang ditampilkan.
Gambar 2.3 Siswa Mengamati video Pembacaan Puisi
Menyimak contoh pembacaan puisi
melalui video tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca
buku teks dan hanyamendengarkan penjelasan guru tentang isi puisi itu sendiri.
Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi dan lebih mudah memilih
bentuk atau gaya pembacaan puisi yang diinginkan. Siswa dapat berekspresi
menurut pemahamannya tentang puisi tersebut. Dengan menampilkan video
melalui internet dan dilengkapi dengan suara dan gambar secara langsung siswa
juga memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru
ceramah di depan kelas. Jika ini sudah terjadi maka guru dapat lebih mudah menyampaikan inti dari pembelajaran
membaca puisi sehingga sasaran utama pembelajaran sastra sebagai wahana
memperkaya jiwa dapat tercapai.
Gambar 2.4 Siswa Sedang Membacakan Puisi di Depan Kelas
Berdasarkan potensi yang dimiliki sekolah, guru dapat
menyajikan pembelajaran yang menarik melalui pembelajaran berbasis TIK.
Misalnya, dengan menampilkan video musikalisasi puisi atau pun video pembacaan
puisi dari para sastrawan yang banyak ditemukan dan dapat diunduh dari
internet. Selama ini, mungkin siswa hanya mendengar nama dan membaca
karya-karya sastrawan Taufik Ismail, W.S. Rendra, Emha Ainun Nadjib, dan
kawan-kawan dari buku yang siswa baca. Dengan bantuan teknologi, guru dapat
menghadirkan sastrawan-sastrawan tersebut ke ruang kelas. Bagaimana wajah
penyair-penyair besar tersebut dan bagaimana mereka membacakan puisi-puisi yang
mereka cipta.
Menyimak pembacaan puisi maupun musikalisasi puisi melalui
video ini tentu lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan hanya membaca buku
teks. Melalui video, siswa lebih mudah menangkap pesan puisi. Sebab video
seringkali dilengkapi dengan suara dan gambar. Di samping itu, siswa juga
memperoleh pengalaman belajar yang baru. Tidak hanya mendengarkan guru ceramah
di depan kelas. Bila siswa sudah tertarik, maka guru dapat lebih mudah
menyampaikan inti dari pembelajaran puisi sehingga sasaran utama pembelajaran
apresiasi sastra sebagai wahana memperkaya jiwa dapat tercapai.
Pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan sarana TIK
dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual untuk memutar
video tentang pembacaan puisi dengan menggunakan berbagai contoh, baik dari
para sastrawan maupun lainnya terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan
siswa dalam membaca puisi. Hal tersebut dibuktikan dengan diraihnya Peringkat
atau Juara Ke 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten pada Tahun 2014.
Gambar 2.5
Siswa yang Menjadi Juara 3 Lomba Baca Puisi Tingkat Kabupaten Tahun 2014 (catt. Kla bisa anak sedang membawa tropi
atau piala kejuaraannya)
Selamat mencoba.
BAB IV
HASIL YANG DIPEROLEH
Hasil penelitian yang diuraikan
pada bagian ini meliputi hasil tes
dan nontes. Hasil tes berupa penilaian
dalam membaca puisi yaitu 1) lafal, 2) jeda, 3) intonasi, 4) gesture, 5) nada
suara, 6) tekanan, 7) ekspresi dan penghayatan.
Sedangkan hasil nontes
berupa hasil wawancara, dan dokumentasi foto. Hasil tes
tersebut disajikan dalam bentuk data kuantitatif, sedangkan hasil penelitian
nontes disajikan dalam bentuk
deskriptif kualitatif.
A. Hasil Tes
Data hasil tes menunjukkan peningkatan yang cukup
baik, dan dari 2 kali pertemuan yang dilaksanakan diperoleh hasil sebagaimana
di bawah ini.
No
|
Nama
|
Pertemuan
|
Keterangan
|
|
I
|
II
|
|||
1
|
|
60
|
70
|
|
2
|
|
70
|
80
|
|
3
|
|
60
|
70
|
|
4
|
|
70
|
80
|
|
5
|
|
50
|
60
|
|
6
|
|
70
|
80
|
|
7
|
|
70
|
70
|
|
8
|
|
70
|
80
|
|
9
|
|
50
|
60
|
|
10
|
|
60
|
70
|
|
11
|
|
70
|
70
|
|
12
|
|
60
|
70
|
|
13
|
|
60
|
70
|
|
14
|
|
70
|
80
|
|
15
|
|
70
|
80
|
|
16
|
|
60
|
70
|
|
17
|
|
70
|
80
|
|
18
|
|
60
|
70
|
|
19
|
|
50
|
60
|
|
20
|
|
60
|
70
|
|
21
|
|
60
|
70
|
|
22
|
|
70
|
80
|
|
Jumlah
|
1390
|
1590
|
|
|
Rata-rata
|
63,18
|
72,27
|
|
B. Hasil Wawancara
Sasaran wawancara difokuskan pada siswa yang mendapat
nilai tinggi, sedang dan rendah pada hasil tes
membaca puisi dengan
menggunakan laptop dan LCD
Proyektor dengan media Video. Wawancara
dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui respons siswa
terhadap pembelajaran membaca
puisi dengan sarana TIK dengan
menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada siswa saat wawancara
meliputi (1) apakah kamu mengetahui
tentang puisi, (2)
apakah kamu menyukai
karya puisi, (3) apakah kamu menyukai pembelajaran membaca puisi, (4) apakah
kesulitan kamu dalam
membaca puisi, (5) bagaimana
sikap kamu belajar
membaca puisi dengan
menggunakan laptop dan LCD
Proyektor dengan media Video, (6) apakah
pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor
melalui media audio visual berupa video menyenangkan,dan
(7) apa penyebab kamu berani membaca puisi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap tiga siswa
yang memperoleh nilai
tinggi, sedang dan
rendah diperoleh informasi bahwa
mereka menyatakan senang terhadap pembelajaran
membaca puisi dengan
metode variasi pemodelan. Mereka
merasakan adanya perubahan
cara mengajar guru menjadi lebih baik. Mereka menyatakan bahwa
metode yang digunakan
oleh guru menjadikan
siswa mampu melakukan membaca
puisi dengan baik.
Siswa menjadi lebih mudah dalam membaca puisi dengan adanya
video pemodelan pembacaan puisi. Mereka
pada umumnya berpendapat
bahwa pembelajaran yang diberikan
guru lebih menarik
dan lebih santai. Hal
ini menjadikan siswa
lebih mudah menyerap informasi dan pengetahuan dalam
pembelajaran tersebut. Siswa tidak
mendapatkan pengetahuan yang
hanya berupa teori/ ceramah tetapi
berupa percontohan/ pemodelan
dan praktik yang mereka
peroleh sendiri dengan
bantuan penguatan dari guru. Pada siklus
I ini puisi
yang digunakan menarik
bagi siswa hal itu
diungkapkan oleh siswa
dengan nilai tinggi
dan sedang. Lain halnya
dengan siswa dengan
nilai kurang yang menyatakan bahwa
puisi yang digunakan
bahasannya masih terlalu sulit,
sehingga sulit untuk
diapresiasikan dalam membaca puisi.
Mereka menginginkan puisi
yang akan digunakan pada
pembelajaran berikutnya lebih
ringan, bahasanya lebih mudah dipahami dan mudah diapresiasikan.
Siswa
menyatakan bahwa belum
terbiasa dengan metode pembelajaran
yang digunakan oleh guru. Pembelajaran dengan
menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media
audio visual dengan media Video merupakan
hal yang baru bagi
siswa. Kesulitan-kesulitan tersebut
berpengaruh terhadap kurang maksimalnya
hasil tes membaca
puisi yang diperoleh dalam
pembelajaran. Dengan demikian
guru dalam hal ini
peneliti berusaha mengukur
perbaikan bagi pembelajaran membaca
puisi berikutnya agar
jumlah siswa yang mengalami
kesulitan dan nilai rendah berkurang.
C. Hasil Dokumentasi Foto
Dokumentasi
berupa gambar ini
digunakan sebagai bukti visual
proses pembelajaran membaca puisi. Pada kegiatan pembelajaran ini dokumentasi
foto yang diambil
meliputi kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa pada saat
mendengarkan dan melihat video pembacaan puisi melalui sarana TIK dengan
menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual dengan menggunakan video,
dan kegiatan membaca puisi. Deskripsi
kegiatan adalah sebagai berikut.
Gambar 4.1 Kegiatan
Guru Mengajar
Gambar di atas menunjukkan kegiatan
guru mengajarkan materi pembelajaran
membaca puisi. Guru
mengajar di ruang perpustakaan dengan
tujuan memberikan suasana
baru yang efektif dan efesian
yaitu ruang yang luas dengan harapan siswa mampu menerima
materi pembelajaran dengan
mudah dan cepat. Tetapi
ada beberapa siswa
yang menyepelekan materi pembelajaran dengan
tidur-tiduran, dan berbicara
dengan teman.
Gambar 4.2 Kegiatan
Menyimak Video Membaca Puisi
Gambar di atas
menunjukkan kegiatan melihat
dan medengarkan video pemodelan membaca puisi. Beberapa siswa sudah terlihat
serius dan antusias
mendengarkan video pemodelan membaca
puisi yang diputarkan
oleh guru, namun sebagian dari
siswa kurang merespons
dengan baik, terlihat melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk
saat mendengarkan video pemodelan
membaca puisi seperti
berbicara sendiri, bergurau dengan
teman, melamun, mengantuk,
dan mengganggu teman.
Gambar 4.3 Kegiatan Membaca Puisi Siklus I
Gambar di atas menunjukkan kegiatan
siswa pada saat membaca dan mengapresiasikan puisi.
Beberapa siswa tampak antusias memperhatikan teman yang sedang membaca di depan
kelas. Namun beberapa
siswa tampak tidak
memperhatikan teman yang sedang
membaca puisi di
depan kelas. Pada gambar
tersebut terlihat beberapa
siswa malah melamun
dan bergurau dengan temanya saat teman membaca puisi.
Pembahasan
hasil tersebut meliputi hasil tes
dan nontes. Pembahasan hasil tes akan menunjukkan ada tidaknya peningkatan
kemampuan membaca puisi
siswa kelas VI setelah
pembelajaran dengan
menggunakan menggunakan sarana TIK
dengan menggunakan LCD proyektor melalui media audio visual dengan media Video. Sedangkan
pembahasan hasil nontes akan
menunjukkan ada tidaknya
perubahan perilaku siswa kelas
VI setelah pembelajaran membaca puisi dengan menggunakan
sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual dengan
media Video.
- Pembahasan hasil tes penelitian mengacu pada pemerolehan skor yang dicapai siswa dalam uji keterampilan membaca puisi yang berbeda pada tiap siklusnya. Aspek-aspek yang dinilai dalam keterampilan membaca puisi meliputi aspek 1) lafal, 2) jeda, 3) intonasi, 4) gestur, 5) nada suara, 6) tekanan, 7) ekspresi dan penghayatan. Skor rata-rata klasikal yang dicapai siswa pada telah memenuhi standar nilai yang telah ditetapkan sebesar 70, adalah sebesar 72,27 pada pertemuan kedua.
- Berdasarkan serangkaian analisis data yang diperoleh dari data nontes yaitu observasi, jurnal, wawancara dan dokumentasi foto terlihat adanya perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih positif dalam mengikuti pembelajaran membaca puisi. Siswa memang masih memperlihatkan perilaku negatif dalam pembelajaran membaca puisi. Perhatian siswa belum terfokus pada pembelajaran khususnya pada kegiatan membaca. Beberapa siswa masih melakukan kebisaaan-kebisaaan buruk dalam kegiatan membaca puisi seperti mengantuk, melamun, bergurau dan berbicara sendiri dengan teman. Beberapa dari mereka masih meremehkan kegiatan membaca puisi, mereka masih terlihat mengganggu teman yang sedang memperhatikan atau mendengarkan video pemodelan yang diputar oleh guru. Siswa juga terlihat masih kurang aktif dan kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dengan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual dengan media Video. Setelah dilakukan analisis berdasarkan wawancara, hal ini dikarenakan siswa belum mampu menyesuaikan diri dengan pola pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pembelajaran dengan menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual dengan media Video merupakan hal yang masih baru bagi siswa. Selama ini pembelajaran yang diberikan cenderung menggunakan metode ceramah. Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa senang dan tertarik dengan pola pembelajaran yang digunakan oleh guru. Siswa tidak lagi merasa kesulitan dalam membacakan sebuah puisi. Pembelajaran tetap bermakna dengan siswa dapat menangkap materi pembelajaran tetapi dengan situasi dan cara yang lebih santai. Pembelajaran membaca puisi melalui metode variasi pemodelan membuat siswa semakin termotivasi dan aktif dalam mengikutinya. Dengan pola pembelajaran tersebut semakin membantu siswa dalam menyerap materi pembelajaran, sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi juga semakin berkurang. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya kemampuan membaca puisi siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan sarana TIK dengan menggunakana LCD proyektor melalui media audio visual dengan media Video sangat menarik karena dapat membantu siswa dalam membaca puisi dan dapat memberi perubahan pada perilaku siswa ke arah yang positif.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kasus pembelajaran
yang diangkat pada latar belakang di atas, penulis berkesimpulan bahwa
permasalahan yang terjadi adalah bahwa kebanyakan guru di Sekolah Dasar masih
sangat kurang memanfaatkan media pembelajaran khususnya berbasis TIK. Permasalahannya
bukan karena ketidakadaan media di sekolah tersebut, akan tetapi ketidaktahuan
dan ketidakmampuan guru dalam mengoperasikan perangkat TIK tersebut. Selain
itu, guru yang mampu mengoperasikan perangkat TIK tersebut dinilai masih
terbiasa dengan cara mengajar konvensional dan ada kecenderungan rasa malas
untuk mempersiapkan media-media tersebut di dalam kelas.
B. Saran
Pada kesempatan ini, penulis
berharap dapat memberikan suatu masukan dan mengajak semua guru atau tenaga
pengajar untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pemberian materi ajar dengan
menggunakan perangkat TIK berupa sarana TIK dengan menggunakan LCD proyektor melalui media audio visual dengan media
video. Kedua, sebaiknya guru yang sudah senior, dalam hal ini guru yang sudah
berumur, sebaiknya tidak kalah dengan guru-guru muda dalam hal pengaplikasian
media TIK dalam pengajaran. Ketiga, peran kepala sekolah dalam penyelenggaraan
pendidikan haruslah lebih berpikir modern terlebih di zaman globalisasi seperti
sekarang ini yang menuntut seseorang untuk menggunakan teknologi sebagai alat
bantunya.
C. Rekomendasi
1.
Pengajaran
dengan media TIK sangat efektif dan efisien dalam pembelajaran yang biasanya
menjenuhkan.
2.
Pengajaran
dengan media TIK diharapkan memudahkan guru dan siswa dalam menyampaikan dan
menerima materi yang diharapakan kurikulum.
3.
Pengajaran
dengan media TIK dinilai dapat memberikan variasi dan menimbulkan ketertarikan
atau minat siswa dalam suatu pembelajaran.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih