Lencana Facebook

banner image

Monday 13 January 2014

PTK : PRESTASI BELAJAR IPA MATERI ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN METODE PROYEK PADA SISWA KELAS III SD NEGERI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Di dalam kurikulum ditegaskan bahwa pembelajaran IPA dilaksanakan  untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Di dalam kurikulum telah di tegaskan bahwa pembelajaran IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah. Namun, pada kenyataan hal tersebut sulit untuk direalisasikan karena masih terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran IPA, yaitu : 1)  Berpusat pada guru, 2) Tidak menantang siswa untuk berpikir kritis, 3) Kegiatan percobaan atau demonstrasi jarang  dilakukan, 4) Kurang menekankan penguasaan keterampilan. Perubahan kurikulum pada pembelajaran IPA yang lebih menitikberatkan pada    penguasaan keterampilan memeberikan dampak yang baik untuk mengembangkan pembelajaran IPA. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas 2006:124)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam  secara  sistematis,  sehingga  IPA  bukan  hanya  penguasaan  kumpulan pengetahuan  yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga  merupakan  suatu  proses  penemuan.  Pendidikan  IPA  diharapkan  dapat  menjadi wahana  bagi  peserta  didik  untuk  mempelajari  diri  sendiri  dan  alam  sekitar,  serta prospek  pengembangan  lebih  lanjut  dalam  menerapkannya  di  dalam  kehidupan sehari-hari. Proses  pembelajarannya  menekankan  pada  pemberian  pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar  menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri  dan berbuat sehingga dapat membantu peserta  didik untuk  memperoleh pemahaman  yang lebih  mendalam tentang alam sekitar (KTSP, Depdiknas, 2006:48)
IPA membahas  tentang  gejala-gejala  alam  yang  disusun  secara  sistematis  yang didasarkan  pada  hasil  percobaan  dan  pengamatan  yang  dilakukan  oleh  manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukan oleh Powler (dalam Winataputra 1992 : 122) bahwa  IPA  merupakan  ilmu  yang  berhubungan  dengan  gejala-gejala  alam  dan kebendaan  yang  sistematis  yang  tersusun  secara  teratur,  berlaku  umum  yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.
Aktivitas  belajar  merupakan  segala  kegiatan  yang  dilakukan  dalam  proses interaksi  (guru  dan  siswa)  dalam  rangka  mencapai  tujuan  belajar.  Aktivitas  yang dimaksudkan  disini  penekanannya  adalah  pada  siswa  dalam  proses  pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005: 31) belajar aktif adalah “suatu sistem belajar mengajar yang menekankan  keaktifan  siswa  secara  fisik,  mental,  intelektual,  emosional  gunamemperoleh  hasil  belajar  berupa  perpaduan  antara    aspek  kognitif,  afektif psikomotor”. dapat  mengarah  kepada  tingkah  laku  yang  lebih  baik.  Seperti  yang dikemukakan  oleh  Gagne  (1984)  dalam  Syaiful  (2010: 13),  belajar  adalah suatu  proses  dimana  suatu  organisme  berubah  perilakunya  sebagai  akibat pengalaman. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa  yang kompleks sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. 
Metode  mengajar  yang  digunakan  dalam  penyampaian materi  pembelajaran  IPA  di  SD  masih  konvensional  atau  guru  belum mengajak  siswa  terlibat  sepenuhnya  dalam    proses    pembelajaran  sehingga aktivitas  siswa  pada  saat  pembelajaran  berlangsung  hanya  mendengarkan penjelasan  dari  guru  dan  menjawab  pertanyaan  saja. Selain dari itu, latar belakang penelitian ini yaitu   peneliti melihat dari  kurangnya  minat  siswa terhadap   konsep gerak benda, padahal  materi  gerak benda  sangat  penting  karena siswa akan  menemukan    permasalahan    tentang    gaya  dalam  kehidupan  sehari-harinya,  dan  ini  berpengaruh  pada  hasil  belajar  siswa.  Setelah    mengetahui  kurangnya    minat    serta  pemahaman  siswa  pada  konsep  gerak benda,  maka  guru perlu  mengadakan  evaluasi  diri  untuk  memperbaiki  aktivitas  belajar  siswa dalam  pembelajaran  sehingga   materi  tersebut  dapat  dipahami  siswa  dan nilai  hasil  belajar  siswa  meningkat  sehingga  dapat  mencapai  nilai  KKM
Standar  Kompetensi  (SK)  dan  Kompetensi  Dasar  (KD)  IPA  di  SD/MI merupakan  standar  minimum  yang  secara  nasional  harus  dicapai  oleh  peserta  didik dan  menjadi  acuan  dalam  pengembangan  kurikulum  di  setiap  satuan  pendidikan. Pencapaian  SK  dan  KD  didasarkan  pada  pemberdayaan  peserta  didik  untuk membangun  kemampuan,  bekerja  ilmiah,  dan  pengetahuan  sendiri  yang  difasilitasi oleh guru. (Depdiknas, 2006: 484)
Materi  penting  pada pembelajaran  IPA  di  Kelas  3  Sekolah  Dasar  adalah  konsep  energi  gerak.  Gerak merupakan  salah  satu  dari  bentuk  energi  yang  ada.  Energi  gerak  biasa  dijumpai sehari.  Energi  gerak  merupakan  bentuk  energi  yang  dihasilkan  dari  benda  yang bergerak  (Kangenan,  2000:  37).    Ilustrasi  sederhana  mengenai  energi  gerak dipaparkan sebagai berikut: Udara  yang  bergerak  disebut  juga  angin.  Pakaian  basah  dapat  kering karena  tiupan  angin.  Energi  dari  gerakan  angin  disebut  energi  gerak. Energi  gerak  yang  dihasilkan  angin  dapat  menghasilkan  listrik.  Caranya dengan menggerakkan kincir angin. Selain angin, energi gerak dihasilkan oleh air. (Sularmi dan Wijayanti, 2008: 92)
Setelah  melakukan  pengamatan  terhadap  proses  dan  hasil  pembelajaran IPA  di  kelas  III SD Negeri ..........,  didapatkan informasi  bahwa  penguasaan  siswa  terhadap  pengetahuan  secara  konseptual masih  belum  mencapai  kompetensi  dasar  yang  diharapkan.  Berdasarkan  catatan lapangan, indikasi rendahnya  capaian nilai siswa dapat diamati melalui beberapa indikator antara lain hasil  ulangan  formatif pada studi awal hanya  mencapai  angka  rata-rata  65  dan  presentase pencapaian nilai siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebesar 75 adalah 17,24 %  atau hanya 5 orang  dari 17 siswa.
Rendahnya  prestasi  belajar  siswa  pada  mata  pelajaran  IPA  di  atas merupakan  indikasi  bahwa  pembelajaran  tidak  berjalan  secara  efektif.  Capaian hasil belajar yang belum optimal tersebut menunjukkan telah terjadi kesenjangan antara  harapan  dan kenyataan  dalam  proses  dan  hasil  pembelajaran.  Rendahnya efektifitas  pembelajaran  diduga  karena  ada  beberapa  komponen  pembelajaran yang  tidak  atau  belum  berfungsi  secara  optimal.  Oleh  karena  itu,  penelusuran terhadap  berbagai  komponen  pembelajaran  yang  belum  berjalan  secara  optimal perlu dilakukan agar akar permasalahan dapat ditemukan.
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu :
a.       Rendahnya prestasi belajar siswa
b.      Rendahnya pemahaman belajar siswa
c.       Rendahnya aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
d.      Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa
2.      Analisis Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti mencari dan menganalisis penyebab masalah yang terjadi diantaranya :
a.       Kurangnya inovatif guru dalam mengefektifkan waktu belajar.
b.      Guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
c.       Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat.
d.      Metode pembelajaran  yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi kurang tepat
e.       Guru kurang mampu meningkatkan peran aktif siswa dapat pembelajaran.
3.      Alternatif Pemecahan Masalah
Salah  satu  metode  yang  dapat  diterapkan  oleh  guru  dalam  mengembangkan aktivitas siswa adalah metode  proyek.  Hal ini sesuai dengan pendapat Katz dan Chard (1991: 9) bahwa metode proyek adalah metode pembelajaran yang tepat untuk merangsang  dan  memantapkan  perkembangan  intelektual  dan  sosial  anak.  Lebih lanjut  Moeslihatoen  (1999:  122)  mengungkapkan  bahwa  metode  proyek  merupakan salah  satu  cara  pemberian  pengalaman  belajar  dengan  menghadapkan  anak  pada persoalan sehari-hari yang harus dipecahkan secara kelompok.  Memperhatikan  pendapat  di  atas,  metode  proyek  dapat  memberikan kesempatan  bagi  anak  untuk  berinteraksi  sosial,  oleh  karena  itu  keterlibatan  anak dalam  suatu  kegiatan  bersama  teman-temannya  diharapkan  keterampilan  sosial  anak berkembang optimal.
Metode  proyek  merupakan  salah  satu  pendekatan  yang  berpusat  pada  anak, karena  anak  memiliki  kesempatan  untuk  belajar  mencari  jalan  keluar  dari permasalahan  yang  mereka  hadapi.  Penggunaan  metode  proyek  memberikan  anak pengalaman belajar dalam berbagi pekerjaan dan tanggung jawab  yang dilaksanakan secara  terpadu  dalam  rangka  mencapai  tujuan  akhir  bersama.  Adapun  pelaksanaan metode proyek terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Mengingat metode proyek erat kaitannya dengan interaksi sosial, maka sebagai motivator, fasilitator dan evaluator  guru  mempunyai  banyak  kesempatan  untuk  membantu  anak  didik  dalam meningkatkan keterampilannya.
Metode proyek  juga  didukung  oleh  teori  belajar  konstruktivistik,  sejalan  dengan  yang diungkap  oleh  Murphy  (Khamdi,  2007:38)  bahwa  konstruktivisme  adalah  teori belajar  yang  mendapat  dukungan  luas  yang  bersandar  pada  ide  bahwa  siswa membangun  pengetahuannya  sendiri  di  dalam  konteks  pengalamannya  sendiri. Pendapat  tersebut  semakin  dipertegas  oleh  pendapat  J.J  Rousseau  (Armstrong, 2002  :  77)  menyatakan  dalam  riset  klasiknya  tentang pendidikan,  Emile,  bahwa anak  harus  belajar  bukan  melalui  kata-kata,  melainkan  melalui  pengalaman; bukan  melalui  buku,  melainkan  melalui  “buku  kehidupan”.  Pelaksanaan  metode proyek dipandang dari segi filosofis pendidikan sangat relevan dengan pandangan kaum  humanis  yang  memandang  bahwa  peserta  didik  adalah  manusia  yang merupakan  bagian  dari  alam  (Saptorini,  2007).  Senada  dengan  yang  diungkap Musfiroh  (Agustin  dan  Muslihuddin,  2008  :  89)  menyatakan  bahwa  cara  yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kecerdasan naturalis pada anak. Sejalan  dengan  pernyataan  tersebut,  semakin  dipertegas  dengan  ungkapan  dari Yudha  (2009  :  68)  menyatakan  bahwa  dengan  mengajak  anak  untuk  melakukan kegiatan proyek seperti menanam dan merawat sendiri tanaman mereka di sekolah dalam pot atau di kebun sekolah, hal tersebut mampu membantu mengembangkan kecerdasan naturalis anak.
Berdasarkan  uraian di atas dan hasil  studi  literatur  ada  beberapa  metode pembelajaran  yang diharapkan  dapat  meningkatkan  aktivitas  dan  prestasi belajar  siswa,  salah  satu  yang  disarankan  yaitu  metode  proyek.  Dari  kenyataan  di  atas,  maka  penulis  merasa  perlu  melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan  judul  Penerapan  Metode  Proyek  Pada  Pembelajaran  IPA  Materi  Energi Gerak  Untuk  Meningkatkan  Aktivitas dan Prestasi  Belajar  Siswa  Kelas  III SD Negeri ...........

B.     Rumusan Masalah
Untuk  mempermudah  dan  memfokuskan  proses  penelitian rumusan masalah tersebut selanjutnya diperinci sebagai berikut :
1.      Apakah penerapan metode proyek dalam pembelajaran  IPA  pada  materi  energi gerak dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa?
2.      Apakah penerapan metode proyek dalam pembelajaran  IPA  pada  materi  energi gerak dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

C.    Tujuan Penelitian
1.  Tujuan Umum
Secara  umum  tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk mendeskripsikan  penerapan  metode  proyek  sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan prestasi  belajar  siswa  dalam  pembelajaran  IPA  materi  energi  gerak.
2.  `Tujuan Khusus
Secara  khusus  dilaksanaknnya  Penelitian  Tindakan  Kelas  ini memiliki beberapa tujuan yaitu :.
a.       Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA materi  energi  gerak melalui penerapan metode proyek.
b.      Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi  energi  gerak melalui penerapan metode proyek.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan  manfaat  bagi  semua  pihak, diantaranya sebagai berikut:
1.  Bagi siswa.
a.  Dengan  menggunakan penerapan metode proyek  siswa dapat  belajar  secara  aktif  dan  dapat  mengembangkan  potensi yang dimiliki.
b.  Dengan  menggunakan  penerapan metode proyek  membantu siswa untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
2.  `Bagi guru.
a.`  Membantu  memberikan  solusi  dan  mempermudah  dalam penyampaian pelajaran IPA.
b. `Dapat  menambah  wawasan  bagi  guru  tentang  jenis-jenis metode pembelajaran terutama penggunaan metode proyek, yang diharapkan dapat  menciptakan  suasana  pembelajaran yang aktif sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3.   Bagi Sekolah.
Penelitian ini diharapkan memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas  pembelajaran  IPA  melalui  penggunaan metode proyek yang  disesuaikan  dengan  siswa  dan  karakteristik  pelajaran yang akan meningkatkan prestasi sekolah.


http://adf.ly/b7xth