BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Di dalam kurikulum ditegaskan bahwa pembelajaran IPA dilaksanakan untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Di dalam kurikulum telah di tegaskan bahwa pembelajaran IPA harus
menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah. Namun,
pada kenyataan hal tersebut sulit untuk direalisasikan karena masih terdapat
beberapa kelemahan dalam pembelajaran IPA, yaitu : 1) Berpusat pada guru, 2) Tidak menantang siswa
untuk berpikir kritis, 3) Kegiatan percobaan atau demonstrasi jarang dilakukan, 4) Kurang menekankan penguasaan
keterampilan. Perubahan kurikulum pada pembelajaran IPA yang lebih
menitikberatkan pada penguasaan keterampilan memeberikan dampak
yang baik untuk mengembangkan pembelajaran IPA. Oleh karena itu pembelajaran
IPA di SD harus menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah
(Depdiknas 2006:124)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi
peserta didik untuk
mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar,
serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya
di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar (KTSP, Depdiknas, 2006:48)
IPA membahas tentang gejala-gejala
alam yang disusun
secara sistematis yang didasarkan pada
hasil percobaan dan pengamatan yang
dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukan
oleh Powler (dalam Winataputra 1992 : 122) bahwa IPA
merupakan ilmu yang
berhubungan dengan gejala-gejala
alam dan kebendaan yang
sistematis yang tersusun
secara teratur, berlaku
umum yang berupa kumpulan dari
hasil observasi dan eksperimen.
Aktivitas belajar merupakan
segala kegiatan yang
dilakukan dalam proses interaksi (guru
dan siswa) dalam
rangka mencapai tujuan
belajar. Aktivitas yang dimaksudkan disini
penekanannya adalah pada
siswa dalam proses
pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan
oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005: 31) belajar aktif adalah “suatu
sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara
fisik, mental, intelektual,
emosional gunamemperoleh hasil
belajar berupa perpaduan
antara aspek kognitif,
afektif psikomotor”. dapat
mengarah kepada tingkah
laku yang lebih
baik. Seperti yang dikemukakan oleh
Gagne (1984) dalam
Syaiful (2010: 13), belajar
adalah suatu proses dimana
suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar merupakan tindakan
dan perilaku siswa yang kompleks sebagai
tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Metode mengajar yang
digunakan dalam penyampaian materi pembelajaran
IPA di SD
masih konvensional atau
guru belum mengajak siswa
terlibat sepenuhnya dalam
proses pembelajaran sehingga aktivitas siswa
pada saat pembelajaran
berlangsung hanya mendengarkan penjelasan dari
guru dan menjawab
pertanyaan saja. Selain dari itu,
latar belakang penelitian ini yaitu
peneliti melihat dari
kurangnya minat siswa terhadap konsep gerak benda, padahal materi
gerak benda sangat penting
karena siswa akan menemukan permasalahan tentang
gaya dalam kehidupan
sehari-harinya, dan ini
berpengaruh pada hasil
belajar siswa. Setelah
mengetahui kurangnya minat
serta pemahaman siswa
pada konsep gerak benda,
maka guru perlu mengadakan
evaluasi diri untuk
memperbaiki aktivitas belajar
siswa dalam pembelajaran sehingga
materi tersebut dapat
dipahami siswa dan nilai
hasil belajar siswa
meningkat sehingga dapat
mencapai nilai KKM
Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi Dasar
(KD) IPA di
SD/MI merupakan standar minimum
yang secara nasional
harus dicapai oleh
peserta didik dan menjadi
acuan dalam pengembangan
kurikulum di setiap
satuan pendidikan.
Pencapaian SK dan
KD didasarkan pada
pemberdayaan peserta didik
untuk membangun kemampuan, bekerja
ilmiah, dan pengetahuan
sendiri yang difasilitasi oleh guru. (Depdiknas, 2006:
484)
Materi penting pada pembelajaran IPA di
Kelas 3 Sekolah
Dasar adalah konsep
energi gerak. Gerak merupakan salah
satu dari bentuk
energi yang ada.
Energi gerak biasa
dijumpai sehari. Energi gerak
merupakan bentuk energi
yang dihasilkan dari
benda yang bergerak (Kangenan,
2000: 37). Ilustrasi
sederhana mengenai energi
gerak dipaparkan sebagai berikut: Udara
yang bergerak disebut
juga angin. Pakaian
basah dapat kering karena
tiupan angin. Energi
dari gerakan angin
disebut energi gerak. Energi
gerak yang dihasilkan
angin dapat menghasilkan
listrik. Caranya dengan
menggerakkan kincir angin. Selain angin, energi gerak dihasilkan oleh air.
(Sularmi dan Wijayanti, 2008: 92)
Setelah melakukan pengamatan
terhadap proses dan
hasil pembelajaran IPA di
kelas III SD Negeri .........., didapatkan informasi bahwa
penguasaan siswa terhadap
pengetahuan secara konseptual masih belum
mencapai kompetensi dasar
yang diharapkan. Berdasarkan
catatan lapangan, indikasi rendahnya capaian nilai siswa dapat diamati melalui
beberapa indikator antara lain hasil
ulangan formatif pada studi awal
hanya mencapai angka
rata-rata 65 dan
presentase pencapaian nilai siswa yang mendapat nilai di atas KKM
sebesar 75 adalah 17,24 % atau hanya 5
orang dari 17 siswa.
Rendahnya prestasi belajar
siswa pada mata
pelajaran IPA di
atas merupakan indikasi bahwa
pembelajaran tidak berjalan
secara efektif. Capaian hasil belajar yang belum optimal
tersebut menunjukkan telah terjadi kesenjangan antara harapan
dan kenyataan dalam proses
dan hasil pembelajaran.
Rendahnya efektifitas
pembelajaran diduga karena
ada beberapa komponen
pembelajaran yang tidak atau
belum berfungsi secara
optimal. Oleh karena
itu, penelusuran terhadap berbagai
komponen pembelajaran yang
belum berjalan secara
optimal perlu dilakukan agar akar permasalahan dapat ditemukan.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data tersebut,
peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari
hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan
pembelajaran, yaitu :
a. Rendahnya prestasi belajar siswa
b. Rendahnya pemahaman belajar siswa
c. Rendahnya aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
d. Rendahnya tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa
2. Analisis Masalah
Berdasarkan indentifikasi
masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti mencari dan
menganalisis penyebab masalah yang terjadi diantaranya :
a. Kurangnya inovatif guru dalam
mengefektifkan waktu belajar.
b. Guru kurang melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran
c. Guru dalam menjelaskan materi terlalu
cepat.
d. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam penyampaian
materi kurang tepat
e. Guru kurang mampu meningkatkan peran aktif
siswa dapat pembelajaran.
3. Alternatif Pemecahan Masalah
Salah satu metode
yang dapat diterapkan
oleh guru dalam
mengembangkan aktivitas siswa adalah metode proyek.
Hal ini sesuai dengan pendapat Katz dan Chard (1991: 9) bahwa metode
proyek adalah metode pembelajaran yang tepat untuk merangsang dan
memantapkan perkembangan intelektual
dan sosial anak.
Lebih lanjut Moeslihatoen (1999:
122) mengungkapkan bahwa
metode proyek merupakan salah satu
cara pemberian pengalaman
belajar dengan menghadapkan
anak pada persoalan sehari-hari
yang harus dipecahkan secara kelompok.
Memperhatikan pendapat di
atas, metode proyek
dapat memberikan kesempatan bagi
anak untuk berinteraksi
sosial, oleh karena
itu keterlibatan anak dalam
suatu kegiatan bersama
teman-temannya diharapkan keterampilan
sosial anak berkembang optimal.
Metode proyek merupakan
salah satu pendekatan
yang berpusat pada
anak, karena anak memiliki
kesempatan untuk belajar
mencari jalan keluar
dari permasalahan yang mereka
hadapi. Penggunaan metode
proyek memberikan anak pengalaman belajar dalam berbagi
pekerjaan dan tanggung jawab yang
dilaksanakan secara terpadu dalam
rangka mencapai tujuan
akhir bersama. Adapun
pelaksanaan metode proyek terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Mengingat metode proyek erat kaitannya dengan interaksi sosial, maka
sebagai motivator, fasilitator dan evaluator
guru mempunyai banyak
kesempatan untuk membantu
anak didik dalam meningkatkan keterampilannya.
Metode proyek juga didukung
oleh teori belajar
konstruktivistik, sejalan dengan
yang diungkap oleh Murphy
(Khamdi, 2007:38) bahwa
konstruktivisme adalah teori belajar
yang mendapat dukungan
luas yang bersandar
pada ide bahwa
siswa membangun
pengetahuannya sendiri di
dalam konteks pengalamannya
sendiri. Pendapat tersebut semakin
dipertegas oleh pendapat
J.J Rousseau (Armstrong, 2002 :
77) menyatakan dalam
riset klasiknya tentang pendidikan, Emile,
bahwa anak harus belajar
bukan melalui kata-kata,
melainkan melalui pengalaman; bukan melalui
buku, melainkan melalui
“buku kehidupan”. Pelaksanaan
metode proyek dipandang dari segi filosofis pendidikan sangat relevan
dengan pandangan kaum humanis yang
memandang bahwa peserta
didik adalah manusia
yang merupakan bagian dari
alam (Saptorini, 2007).
Senada dengan yang
diungkap Musfiroh (Agustin dan
Muslihuddin, 2008 :
89) menyatakan bahwa
cara yang dapat dilakukan guru
untuk mengembangkan kecerdasan naturalis pada anak. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, semakin
dipertegas dengan ungkapan
dari Yudha (2009 :
68) menyatakan bahwa
dengan mengajak anak
untuk melakukan kegiatan proyek
seperti menanam dan merawat sendiri tanaman mereka di sekolah dalam pot atau di
kebun sekolah, hal tersebut mampu membantu mengembangkan kecerdasan naturalis
anak.
Berdasarkan uraian di atas dan
hasil studi literatur
ada beberapa metode pembelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar siswa, salah
satu yang disarankan
yaitu metode proyek.
Dari kenyataan di atas,
maka penulis merasa
perlu melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Penerapan
Metode Proyek Pada
Pembelajaran IPA Materi
Energi Gerak Untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa
Kelas III SD Negeri ...........
B.
Rumusan Masalah
Untuk mempermudah dan
memfokuskan proses penelitian rumusan masalah tersebut
selanjutnya diperinci sebagai berikut :
1.
Apakah penerapan metode proyek dalam pembelajaran IPA
pada materi energi gerak dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa?
2.
Apakah penerapan metode proyek dalam pembelajaran IPA
pada materi energi gerak dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa?
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan
penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan penerapan metode
proyek sebagai upaya meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran IPA materi energi
gerak.
2. `Tujuan
Khusus
Secara khusus dilaksanaknnya Penelitian
Tindakan Kelas ini memiliki beberapa tujuan yaitu :.
a.
Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada
pembelajaran IPA materi energi gerak melalui penerapan metode proyek.
b.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA materi energi gerak melalui penerapan metode proyek.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi
siswa.
a. Dengan
menggunakan penerapan metode proyek
siswa dapat belajar secara
aktif dan dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki.
b. Dengan
menggunakan penerapan metode
proyek membantu siswa untuk meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar siswa.
2. `Bagi guru.
a.` Membantu memberikan
solusi dan mempermudah
dalam penyampaian pelajaran IPA.
b. `Dapat
menambah wawasan bagi
guru tentang jenis-jenis metode pembelajaran terutama
penggunaan metode proyek, yang diharapkan dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang aktif sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
3.
Bagi Sekolah.
Penelitian ini diharapkan memberikan masukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran IPA
melalui penggunaan metode proyek
yang disesuaikan dengan
siswa dan karakteristik
pelajaran yang akan meningkatkan prestasi sekolah.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih