PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Matematika merupakan
salah satu mata
pelajaran yang diajarkan
di Sekolah Dasar. Kata
matematika berasal dari
perkataan latin mathematika
yang mulanya diambil
dari perkataan Yunani
mathematike yang
berarti mempelajari.
Perkataan itu mempunyai
asal katanya mathema yang
berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,
science). Kata mathematike
berhubungan pula dengan kata lain yang
hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi berdasarkan
asal katanya, maka
perkataan matematika berarti ilmu
pengetahuan yang didapat
dengan berpikir (nalar).
Matematika lebih menekankan
kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan hasil eksperimen atau
hasil observasi, matematika
terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang
berhubungan dengan ide
dan penalaran. Sehubungan
dengan pernyataan bahwa matematika
merupakan ilmu yang
menekankan pada kegiatan penalaran,
maka banyak siswa
yang kurang menyenangi
pelajaran matematika.
Sebagaimana yang
dijelaskan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
tahun 2006 Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) mengenai pembelajaran
matematika diberikan mulai
dari tingkat sekolah
dasar untuk membekali peserta
didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif,
serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar
peserta didik dapat
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan
informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti,
dan kompetitif.
Proses pembelajaran
Matematika, paradigma lama yang
menganggap bahwa guru
adalah satu-satunya sumber
informasi dalam belajar sudah
harus ditinggalkan karena
pembelajaran dalam Matematika
bukan hanya transfer ilmu
pengetahuan dari guru
kepada siswa sebagai
peserta didik, melainkan proses,
sikap dan norma.
Pola pembelajaran lama
mengajar berpusat pada guru (teacher centered) sekarang sudah harus
berubah ke arah aktivitas yang berpusat pada siswa (student centered).
Dalam pembelajaran
matematika, tidak sedikit
siswa yang memandang matematika sebagai
suatu mata pelajaran
yang sangat membosankan, menyeramkan, bahkan
menakutkan. Banyak siswa
yang berusaha menghindari mata pelajaran
tersebut. Hal ini
jelas sangat berakibat
buruk bagi perkembangan pendidikan matematika ke depan.
Oleh karena itu, perubahan proses pembelajaran matematika yang
menyenangkan harus menjadi
prioritas utama. Hasil
empiris di atas jelas
merupakan suatu permasalahan
yang merupakan faktor
penting dalam mewujudkan tujuan
pembelajaran matematika sesuai
yang diamanatkan dalam kurikulum pendidikan matematika.
Guru dalam
menyampaikan pembelajaran Matematika
sering tidak menyenangkan dan tidak menarik bagi
siswa, pembelajaran Matematika
hanya diajarkan sebagaimana seorang
guru membelajarkan sastra
yang hanya mentransfer konsep-konsep
yang diketahui guru
tanpa mengembangkan
keterampilan proses dan
sikap ilmiah siswa,
bahkan berdasarkan observasi lapangan di
kelas III SD Negeri .......... 02,
dalam menyampaikan
pembelajaran Matematika hanya
menggunakan metode ceramah
saja dilanjutkan dengan menyuruh
siswa untuk mengisi
lembar kerja siswa
(LKS) yang isinya hanya terdiri dari kumpulan soal-soal
kognitif bukan berisi petunjukpelaksanaan sebuah penelitian.
Hal
tersebut terbukti dari hasil pembelajaran matematika materi pecahan sederhana,
hasil tes siswa kurang memuaskan. Dari
31 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM sebesar 65 ke atas hanya ada 11
siswa atau 35,48%, dan sebanyak 20 orang siswa
atau (64,52%) mendapatkan nilai di bawah KKM. Kenyataan ini masih jauh
dari kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu secara klasikal
85% siswa mendapat nilai di atas KKM minimal 65.
Dalam bentuk tabel, rentang
nilai studi awal pada pembelajaran matematika materi pecahan sederhana sebagaimana tabel 1.1 di bawah ini :
Tabel 1.1 Daftar
Perolehan Nilai Studi Awal Siswa Kelas III SD Negeri .......... 02
No
|
Rentang Nilai
|
Jumlah
|
Persentase
|
Ket
|
1
|
80-89
|
5
|
16,13
|
|
2
|
70-79
|
6
|
19,35
|
|
3
|
60-69
|
8
|
25,81
|
|
4
|
50-59
|
11
|
35,48
|
|
5
|
40-49
|
1
|
3,23
|
|
Jumlah
|
31
|
100,00
|
|
Berdasarkan
temuan-temuan pada pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan
sebelumnya, peneliti meminta bantuan teman sejawat dan kepala sekolah untuk
membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
Dari hasil observasi dan diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam
pembelajaran, yaitu :
- Banyaknya siswa yang menganggap mata pelajaran matematika itu susah dan tidak menyenangkan.
- Minat belajar siswa pada materi mengurutkan bilangan pecahan sangat kurang.
- Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disajikan oleh guru.
- Ketidakberanian siswa dalam menanyakan materi pelajaran yang belum jelas atau belum dikuasai.
- Ketidakseriusan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
- Pengaturan posisi duduk siswa kurang sesuai, sehingga persebaran siswa yang pandai dan tidak masih belum merata.
Melalui refleksi diri, kaji
literatur dan diskusi dengan observer dapat diketahui bahwa faktor penyebab
rendahnya minat dan hasil belajar siswa antara
lain :
- Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran
- Guru dalam menjelaskan tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai.
- Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
- Metode penyajian materi yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan siswa sekolah dasar
- Guru kurang mampu membaca situasi dan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.
- Ketidakmampuan guru memperhatikan perbedaan kemampuan siswa
Berdasarkan permasalahan di
atas, penerapan model
pembelajaran yang bervariasi dan
inovatif sangat diperlukan
dalam pembelajaran matematika. Adapun salah satu caranya
adalah dengan menggunakan pembelajaran kolaburatif. Pembelajaran kooperatif merupakan alternatif pengajaran yang dapat mengatasi permasalah
tersebut. Dengan pembelajaran
kooperatif siswa yang pandai
diberi kesempatan untuk
menghabiskan waktunya dengan
cara membantu siswa yang
kurang pandai. Sebaliknya
siswa yang kurang
pandai akan bertambah pemahamannya
karena mendapat bimbingan
dari temannya yang lebih
pandai. Pembelajaran kooperatif
memunculkan kerja sam
antar siswa dari semua
tingkatan untuk bekerja
sama dalam rangka
mencapai tujuan, saling membantu untuk belajar dan mencapai tujuan. Melihat kondisi tersebut,
ketidaksesuaian metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa, karena metode dalam pembelajaran merupakan hal
yang sangat dibutuhkan
oleh guru, terutama
metode yang dapat melatih
keterampilan siswa.
Oleh karena itu,
penulis menganggap penting untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif pada
pembelajaran matematika sebagai
upaya meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa, dan
menerapkannya di kelas
III SD Negeri .......... 02,
dengan mengambil judul penelitian Peningkatan Kemampuan dan Prestasi
Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Materi Pecahan Sederhana melalui
Pembelajaran Kolaboratif pada Siswa Kelas III SD Negeri .......... 02
B.
Rumusan
Masalah
Berangkat dari permasalahan-permasalahan pembelajaran
yang ada pada saat proses pembelajaran
berlangsung, selanjutnya dapat
ditentukan rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu
1.
Apakah penggunaan
model pembelajaran kolaburatif
dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas III SD Negeri .......... 02 pada
pembelajaran matematika materi pecahan sederhana?
2.
Apakah penggunaan
model pembelajaran kolaburatif
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri .......... 02
pada pembelajaran matematika materi pecahan sederhana?
C.
Tujuan
Penelitian
Dari rumusan masalah
yang telah diuraikan
di atas, maka dapat
disimpulkan tujuan dari penelitian ini
antara lain:
1. Untuk
mengetahui peningkatan kemampuan siswa
dalam pembelajaran matematika materi pecahan sederhana melalui pendekatan
kolaboratif pada siswa kelas III SD
Negeri .......... 02.
2. Untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi pecahan
sederhana melalui pendekatan kolaboratif
pada siswa kelas III SD Negeri .......... 02.
D.
Manfaat
Penelitian
Penelitian ini sedikitnya dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, yaitu sebagai berikut :
1.
Manfaat Teoritis
Dengan adanya
penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi dalam
dunia pendidikan, khususnya
lembaga pendidikan formal, agar
sekolah dapat menyelenggarakan pendidikan
yang berkualitas, sesuai dengan
potensi yang dimiliki
siswa serta dapat memperkaya khasanah
ilmu pengetahuan khususnya pada
pembelajaran matematika sehingga dapat
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi siswa, dengan
adanya penelitian ini
dapat mengembangkan
pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam suasana
belajar mengajar yang bersifat
terbuka dan demokratis,
mengembangkan aktualitas berbagai
potensi, serta dapat menjadi tutor sebaya bagi temannya.
b.
Bagi guru, dengan
adanya penelitian ini
dapat dijadikan umpan
balik untuk meningkatkan kegiatan
pembelajaran agar mendapat
hasil yang diharapkan.
c.
Bagi
sekolah, dengan adanya
penelitian ini dapat
meningkatkan kualitas
sekolah yang dapat
mendukung terciptanya keberhasilan
lembaga, sehingga sekolah memiliki
suatu aset yang
dapat dijadikan daya
jual kepada masyarakat
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih