Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Monday, 13 January 2014

PTK : MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA MELALUI PEMBELAJARAN KOLABORATIF PADA SISWA KELAS III SD NEGERI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Matematika  merupakan  salah  satu  mata  pelajaran  yang  diajarkan  di Sekolah  Dasar.  Kata  matematika  berasal  dari  perkataan  latin  mathematika yang  mulanya  diambil  dari  perkataan  Yunani  mathematike  yang  berarti mempelajari.  Perkataan  itu  mempunyai  asal  katanya  mathema  yang  berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lain  yang hampir sama,  yaitu mathein atau mathenein  yang artinya belajar (berpikir). Jadi  berdasarkan  asal  katanya,  maka  perkataan  matematika  berarti ilmu  pengetahuan  yang  didapat  dengan  berpikir  (nalar).  Matematika  lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan hasil eksperimen  atau  hasil  observasi,  matematika  terbentuk  karena  pikiran-pikiran manusia  yang  berhubungan  dengan  ide  dan  penalaran.  Sehubungan  dengan pernyataan  bahwa  matematika  merupakan  ilmu  yang  menekankan  pada kegiatan  penalaran,  maka  banyak  siswa  yang  kurang  menyenangi  pelajaran matematika.
Sebagaimana  yang  dijelaskan  dalam  Kurikulum  Tingkat  Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) mengenai  pembelajaran  matematika  diberikan  mulai  dari  tingkat  sekolah  dasar untuk  membekali  peserta  didik  dengan  kemampuan  berpikir  logis,  analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan  agar  peserta  didik  dapat  memiliki  kemampuan  memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. 
Proses  pembelajaran  Matematika,  paradigma  lama yang  menganggap  bahwa  guru  adalah    satu-satunya  sumber  informasi  dalam belajar  sudah  harus  ditinggalkan  karena  pembelajaran  dalam  Matematika  bukan hanya  transfer  ilmu  pengetahuan  dari  guru  kepada  siswa  sebagai  peserta  didik, melainkan  proses,  sikap  dan  norma.  Pola  pembelajaran  lama  mengajar  berpusat pada guru (teacher centered) sekarang sudah harus berubah ke arah aktivitas yang berpusat pada siswa (student centered).
Dalam  pembelajaran  matematika,  tidak  sedikit  siswa  yang  memandang matematika  sebagai  suatu  mata  pelajaran  yang  sangat  membosankan, menyeramkan,  bahkan  menakutkan.  Banyak  siswa  yang  berusaha  menghindari mata  pelajaran  tersebut.  Hal  ini  jelas  sangat  berakibat  buruk  bagi  perkembangan pendidikan matematika ke depan. Oleh karena itu, perubahan proses pembelajaran matematika  yang  menyenangkan  harus  menjadi  prioritas  utama.  Hasil  empiris  di atas  jelas  merupakan  suatu  permasalahan  yang  merupakan  faktor  penting  dalam mewujudkan  tujuan  pembelajaran  matematika  sesuai  yang  diamanatkan  dalam kurikulum pendidikan matematika.
Guru    dalam  menyampaikan    pembelajaran  Matematika  sering  tidak menyenangkan  dan tidak menarik  bagi  siswa,  pembelajaran  Matematika  hanya diajarkan  sebagaimana  seorang  guru  membelajarkan  sastra  yang  hanya mentransfer  konsep-konsep  yang  diketahui  guru  tanpa  mengembangkan keterampilan  proses  dan  sikap  ilmiah    siswa,  bahkan  berdasarkan  observasi lapangan  di  kelas III SD Negeri .......... 02,  dalam  menyampaikan pembelajaran  Matematika  hanya  menggunakan  metode  ceramah  saja  dilanjutkan dengan  menyuruh  siswa  untuk  mengisi  lembar  kerja  siswa    (LKS)  yang  isinya hanya terdiri dari kumpulan soal-soal kognitif bukan berisi petunjukpelaksanaan sebuah penelitian.  
Hal tersebut terbukti dari hasil pembelajaran matematika materi pecahan sederhana, hasil tes siswa kurang memuaskan.  Dari 31 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM sebesar 65 ke atas hanya ada 11 siswa atau 35,48%, dan sebanyak 20 orang siswa  atau (64,52%) mendapatkan nilai di bawah KKM. Kenyataan ini masih jauh dari kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan yaitu secara klasikal 85% siswa mendapat nilai di atas KKM minimal 65.
Dalam bentuk tabel, rentang nilai studi awal pada pembelajaran matematika materi pecahan sederhana sebagaimana tabel 1.1 di bawah ini :
Tabel  1.1    Daftar Perolehan Nilai Studi Awal Siswa Kelas III SD Negeri .......... 02

No
Rentang Nilai
Jumlah
Persentase
Ket
1
80-89
5
16,13

2
70-79
6
19,35

3
60-69
8
25,81

4
50-59
11
35,48

5
40-49
1
3,23

Jumlah
31
100,00


Berdasarkan temuan-temuan pada pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya, peneliti meminta bantuan teman sejawat dan kepala sekolah untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Dari hasil observasi dan diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran, yaitu :
  1. Banyaknya siswa yang menganggap mata pelajaran matematika itu susah dan tidak menyenangkan.
  2. Minat belajar siswa pada materi mengurutkan bilangan pecahan sangat kurang.
  3. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disajikan oleh guru.
  4. Ketidakberanian siswa dalam menanyakan materi pelajaran yang belum jelas atau belum dikuasai.
  5. Ketidakseriusan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
  6. Pengaturan posisi duduk siswa kurang sesuai, sehingga persebaran siswa yang pandai dan tidak masih belum merata.
Melalui refleksi diri, kaji literatur dan diskusi dengan observer dapat diketahui bahwa faktor penyebab rendahnya minat dan  hasil belajar siswa antara lain  :
  1. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran
  2. Guru dalam menjelaskan tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai.
  3. Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
  4. Metode penyajian materi yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan siswa sekolah dasar
  5. Guru kurang mampu membaca situasi dan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.
  6. Ketidakmampuan  guru  memperhatikan perbedaan kemampuan siswa
Berdasarkan  permasalahan  di  atas,  penerapan  model  pembelajaran  yang bervariasi  dan  inovatif  sangat  diperlukan  dalam  pembelajaran  matematika. Adapun salah satu  caranya  adalah dengan menggunakan pembelajaran kolaburatif. Pembelajaran kooperatif   merupakan alternatif pengajaran  yang dapat mengatasi  permasalah  tersebut.  Dengan  pembelajaran  kooperatif  siswa  yang pandai  diberi  kesempatan  untuk  menghabiskan  waktunya  dengan  cara membantu  siswa  yang  kurang  pandai.  Sebaliknya  siswa  yang  kurang  pandai akan  bertambah  pemahamannya  karena  mendapat  bimbingan  dari  temannya yang  lebih  pandai.  Pembelajaran  kooperatif  memunculkan  kerja  sam  antar siswa  dari  semua  tingkatan    untuk  bekerja  sama  dalam  rangka  mencapai tujuan, saling membantu untuk belajar  dan mencapai tujuan. Melihat kondisi tersebut, ketidaksesuaian metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, karena metode dalam pembelajaran merupakan  hal  yang  sangat  dibutuhkan  oleh  guru,  terutama  metode  yang dapat  melatih  keterampilan  siswa. 
Oleh  karena  itu,  penulis  menganggap penting untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif pada  pembelajaran  matematika  sebagai  upaya  meningkatkan kemampuan dan hasil  belajar siswa,  dan  menerapkannya  di  kelas  III SD Negeri .......... 02,  dengan mengambil judul penelitian Peningkatan Kemampuan dan Prestasi Belajar Siswa pada Pembelajaran Matematika Materi Pecahan Sederhana melalui Pembelajaran Kolaboratif pada Siswa Kelas III SD Negeri .......... 02

B.     Rumusan Masalah
Berangkat  dari  permasalahan-permasalahan pembelajaran yang  ada pada saat proses pembelajaran berlangsung,  selanjutnya dapat ditentukan rumusan masalah  dalam  penelitian  ini  yaitu 
1.      Apakah penggunaan  model  pembelajaran kolaburatif dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas III SD Negeri .......... 02 pada pembelajaran matematika materi pecahan sederhana?
2.      Apakah penggunaan  model  pembelajaran kolaburatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri .......... 02 pada pembelajaran matematika materi pecahan sederhana?

C.    Tujuan Penelitian
Dari  rumusan  masalah  yang  telah  diuraikan  di  atas,  maka  dapat disimpulkan  tujuan dari penelitian ini antara lain:
1.   Untuk mengetahui peningkatan kemampuan  siswa dalam pembelajaran matematika materi pecahan sederhana melalui pendekatan kolaboratif  pada siswa kelas III SD Negeri .......... 02.
2.   Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi pecahan sederhana melalui pendekatan kolaboratif  pada siswa kelas III SD Negeri .......... 02.

D.    Manfaat Penelitian
Penelitian ini sedikitnya dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut :
1.      Manfaat Teoritis
Dengan  adanya  penelitian  ini  diharapkan  dapat  memberikan informasi  dalam  dunia  pendidikan,  khususnya  lembaga  pendidikan formal,  agar  sekolah  dapat  menyelenggarakan  pendidikan  yang berkualitas,  sesuai  dengan  potensi  yang  dimiliki  siswa serta  dapat memperkaya  khasanah  ilmu  pengetahuan khususnya pada pembelajaran matematika sehingga  dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
2.      Manfaat Praktis
a.       Bagi  siswa,  dengan  adanya  penelitian  ini  dapat  mengembangkan pengetahuan,  sikap,  dan  keterampilan  dalam  suasana  belajar  mengajar yang  bersifat  terbuka  dan  demokratis,  mengembangkan  aktualitas berbagai potensi, serta dapat menjadi tutor sebaya bagi temannya.
b.      Bagi  guru,  dengan  adanya  penelitian  ini  dapat  dijadikan  umpan  balik untuk  meningkatkan  kegiatan  pembelajaran  agar  mendapat  hasil  yang diharapkan.
c.       Bagi  sekolah,  dengan  adanya  penelitian  ini  dapat  meningkatkan  kualitas sekolah  yang  dapat  mendukung  terciptanya  keberhasilan  lembaga, sehingga  sekolah  memiliki  suatu  aset  yang  dapat  dijadikan  daya  jual kepada masyarakat

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih