BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pembelajaran IPS di
Sekolah Dasar pada
kenyataannya masih dianggap oleh
sebagian besar siswa
sebagai mata pelajaran
yang sulit dipahami, membosankan, dan
kurang menantang minat
belajar siswa. Hal
ini diduga bersumbu pada
lemahnya mutu proses
belajar mengajar. Kondisi
pembelajaran tersebut
dikarenakan kegiatan belajar
mengajar di kelas
masih bersumber pada guru atau “teacher centered” sehingga beranggapan bahwa guru adalah satu-satunya
orang yang menjadi sumber belajar di kelas. Oleh karena itu guru sebagai
moderator harus memiliki
pengetahuan tentang media
pendidikan dan alat pembelajaran yang dapat membantu
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, sedangkan sebagai
motivator guru memiliki
kemampuan untuk memberikan motivasi terhadap
siswa supaya mereka
terdorong untuk melakukan
kegiatan belajar sehingga kegiatan belajar tidak selalu bersumber pada guru
(Muslich, 2008:29).
Menurut Sumaatmadja (Istianti, Rustini, Adisaputra, 2005:51) bahwa :
Proses kegiatan pembelajaran
IPS, harus terbina
dalam suasana sosial kemasyarakatan yang
kondusif, sehingga para
siswa tetap merasakan
ada dalam lingkungan yang wajar. Kekakuan suasana pembelajaran IPS,
teritama di dalam kelas,
dapat berakibat timbulnya
perasaan pada siswa
seolah-olah ada dalam isolasi dari masyarakat nyata.
Kegiatan belajar mengajar
secara konvensional ditekankan
pada aktivitas guru, bagaimana
guru mentransfer pengetahuan
kepada siswa. Pembelajaran konvensional disebut juga dengan
model ceramah yang mana model pembelajaran ini
sudah lama digunakan
sebagai alat komunikasi
antara guru dengan
muridnya dalam proses belajar
mengajar. Akan tetapi
konsep belajar seperti
ini membuat siswa kurang
aktif. Oleh karena
itu guru harus
merubah pembelajarannya.
Pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan siswa,
dimana siswa terlibat secara
fisik, psikis maupun
sosialnya. Perkembangan tersebut
dapat terwujud jika dalam
pembelajaran memperhatikan perkembangan
kognitif siswa, materi yang
akan dipelajari, maupun
pendekatan atau model
yang dipergunakan dalam
pembelajaran tersebut( Muhamad Ali (1992 :42)
Upaya peningkatan mutu
pendidikan harus dilakukan
secara menyeluruh mencakup perkembangan
manusia seutuhnya, yaitu
aspek moral, akhlak,
budi pekerti, perilaku (afektif),
pengetahuan (kognitif), kesehatan,
keterampilan (psikomotorik)
dan seni. Salah
satunya yaitu melalui
pelajaran IPS. Mata pelajaran IPS
yang diberikan di Sekolah
Dasar perlu penyesuaian
karena adanya laju perkembangan
kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara sebagai
dampak pembangunan serta kebutuhan
untuk mempersiapkan sumber
daya manusia (SDM) yang mampu
bersaing di era global.
Terdapat kesulitan belajar
yang dialami oleh
siswa pada saat pembelajaran dalam memahami permasalahan
yang dihadapi oleh siswa.. Mereka mengalami
kesulitan dalam memahami
pelajaran tersebut.Misalnya salah
satu contoh mereka sulit
memahami apa yang
dimaksud dengan sebuah
keluarga. Seperti yang dikemukakan oleh Shinto
Adheler (1991:89) Universitas
Indonesia menyatakan bahwa kesulitan
belajar tidak selalu
dikarenakan oleh gangguan syaraf, bisa juga dikarenakan
gangguan emosional. Karena dalam belajar, banyak faktor yang
berpengaruh terhadap diri
siswa, sehingga siswa
berpengaruh juga terhadap prestasi
belajar siswa, sehingga guru
perlu menggunakan beragam metode
dan media pengajaran
dalam proses kegiatan belajar mengajarnya.
Selain itu pula
guru harus mampu
memberikan dengan metode dan
media pembelajaran yang
tepat dalam setiap
mata pelajaran yang diajarkannya.
Kegiatan belajar mengajar
secara konvensional ditekankan
pada aktivitas guru, bagaimana
guru mentransfer pengetahuan
kepada siswa. Pembelajaran konvensional disebut juga dengan
model ceramah yang mana model pembelajaran ini
sudah lama digunakan
sebagai alat komunikasi
antara guru dengan
muridnya dalam proses belajar
mengajar. Akan tetapi
konsep belajar seperti
ini membuat siswa kurang
aktif. Oleh karena
itu guru harus
merubah pembelajarannya.
Pembelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan siswa,
dimana siswa terlibat secara
fisik, psikis maupun
sosialnya. Perkembangan tersebut
dapat terwujud jika dalam
pembelajaran memperhatikan perkembangan
kognitif siswa, materi yang
akan dipelajari, maupun
pendekatan atau model
yang dipergunakan dalam
pembelajaran tersebut.
Pembelajaran IPS di kelas II SD, pada umumnya peserta didik
kelas II masih
merasa kesulitan dalam
menjelaskan kedudukan dan peran
anggota keluarga serta pemahamannya
mengenai silsilah keluarga masih belum
maksimal Posisi anggota
keluarga dalam silsilah
keluarga menentukan posisi atau
kedudukan anggota keluarga.
Kedudukan setiap anggota keluarga
berhubungan dengan peran
atau kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh setiap anggota keluarga. Peserta didik hanya
mempelajarinya dengan menghapal, tanpa
mengetahui maknanya. Mereka
hanya hapal kalau “ayah”
berkedudukan sebagai kepala
keluarga, tanpa mengetahui
makna dari “kepala keluarga”
tersebut.
Guru cenderung menjadikan
siswa sebagai objek
belajar. Keadaan inilah yang
membuat peserta didik
keals II pasif
dan cenderung menerima pengetahuan dari
guru, tanpa ada
kemauan untuk mencarinya
sendiri. Kerjasama antar peserta
didik pun tidak
nampak. Peserta didik
tidak mau membantu temannya
yang kurang mampu,
cenderung acuh tak
acuh Hal ini berdampak
pada hasil belajar
peserta didik mengenai
kedudukan dan peran anggota
keluarga belum mencapai
maksimal dan Proses
Belajar Mengajar (PBM) yang tidak
menyenangkan bagi merekaBerdasarkan
pengamatan di lapangan,
sejumlah fakta yang
dapat dilihat dari proses
pembelajaran yang berlangsung di kelas
II menunjukan bahwa
hasil pembelajaran IPS kurang
berhasil meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar belajar siswa.
Hal ini telihat
pada hasil belajar
siswa yang mendapatkan nilai
di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
Diantara 12 siswa kelas II, 4 siswa atau 33,33% mendapatkan nilai di
bawah KKM, dengan kata lain 66,67%
siswa kelas II
belum mencapai nilai
KKM yang ditentukan sebesar 73.
1.
Identifikasi Masalah
Dari hasil tes studi awal yang
peneliti lakukan, ternyata prestasinya tidak sesuai dengan yang peneliti harapkan.
Hasil tes studi awal menunjukkan
penguasaan siswa terhadap materi tersebut masih rendah. Sebagai upaya untuk mengatasi hal itu, peneliti mencoba
berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, dan supervisor akhirnya
dapat teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
a.
Kondisi siswa dalam pembelajaran kurang kondusif
b.
Pembelajaran
monoton dan membosankan
bagi siswa (hanya
metode ceramah dan penugasan)
c.
Siswa masih suka bermain mainan pada saat belajar
d.
Kurangnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung
sehingga tidak terjadi dialog yang efektif, aktif dan kreatif pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
e.
Rendahnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
f.
Rendahnya hasil belajar siswa
2.
Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi
masalah di atas, penulis merasa perlu untuk merefleksi diri sejauhmana kemampuan pribadi di dalam proses
pembelajaran. Selain itu juga
melakukan diskusi dengan
teman sejawat, melakukan kegiatan literatur mengenai masalah yang dihadapi
dalam proses pembelajaran sehingga diketahui adanya kelemahan dalam proses
pembelajaran sebagai berikut :
a.
Guru, dalam proses
pembelajaran guru kurang
menggunakan metode yang bervariasi, guru
juga memberikan bahan
pelajaran yang terbatas
pada buku paket yang digunakan
oleh siswa,
b.
Siswa,
hasil belajar yang
kurang dikarenakan latar
belakang siswa yang beragam, baik itu dari kemampuan dasar
kognitif siswa maupun latar belakang sosial siswa atau keluarganya,
c.
Sarana dan prasarana, terbatasnya
sarana dan prasarana
yang dimiliki sekolah mengakibatkan penggunaan media
pembelajaran yang kurang, sehingga kurang membantu siswa
dalam memahami konsep
pembelajaran IPS khususnya materi peran anggota dalam
keluarga.
d. Model pembelajaran yang digunakan
peneliti tidak sesuai dengan karakteristik
siswa sekolah dasar, khususnya siswa kelas II.
3.
Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan pembelajaran di atas peneliti
belum merasa optimal
mengajar secara baik, untuk itu menurut peneliti agar pemahaman materi
lebih mudah dan hasil belajar siswa
meningkat, peneliti merasa
cocok untuk menggunakan
metode bermain peran pada pembelajaran IPS materi peran anggota dalam
keluarga.
Metode pengajaran atau lebih
dikenal saat ini
metode pembelajaran adalah merupakan faktor penunjang dalam menyampaikan
pembelajaran. seperti yang telah
dikemukakan oleh Nana
Sudjana dalam bukunya
(2000:76) bahwa : “Metode mengajar adalah
cara yang dipergunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran.”
Banyak metode pembelajaran yang
dapat digunakan oleh
guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran agar
tujuan pembelajaran yang
diharapkan dapat tercapai. Penggunaan
metode pembelajaran diharapkan
agar proses pembelajaran lebih
menarik dan tidak
membuat siswa bosan
serta membangkitkan minat dan
motivasi siswa yang
akan mendukung pada
hasil belajarnya salah satunya
adalah metode pembelajaran
bermain peran (Wahab, 2008:36)
Dalam pendidikan kata
metode digunakan untuk
menunjukkan serangkaian
kegiatan guru yang
terarah yang menyebabkan
siswa belajar (Wahab 2008 :
110). Metode dapat
pula dianggap sebagai cara
atau prosedur yang keberhasilannya dapat
dilihat dalam belajar
atau sebagai alat
yang menjadikan mengajar lebih efektif.
Metode pembelajaran bermain
peran ini dianggap
salah satu metode pembelajaran yang
banyak digemari oleh
siswa. karena sangat menyenangkan. santai.
dan mudah diikuti
oleh semua siswa.
Ditetapkannya metode Bermain
peran ini dikarenakan
yang paling praktis
dan mudah untuk menyampaikan bahan pengajaran kepada
siswa. Sehingga materi pengajaran bisa
diserap dengan baik
oleh siswa salah
satunya pada Mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial.
Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) sebagai salah
satu mata pelajaran
di Sekolah Dasar menempati
posisi strategis dalam
rangka mengintegrasikan
pengetahuan siswa yang
mana memahami dan
memecahkan masalah –
masalah dalam masyarakat. Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial
di Sekolah Dasar
diharapkan para siswa
dapat memiliki konsep-konsep
dasar ilmu sosial dan kepekaan terhadap lingkungannya. Peserta
didik yang berada
pada sekolah dasar
kelas I. II
dan III berada pada
rentang usia dini.
Pada usia tersebut
seluruh aspek perkembangannya. kecerdasan Intelektual (IQ).
Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spritual (SQ) tumbuh
dan berkembang sangat
luar biasa (Nursid Sumaatmaja, 2001:33).
Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala
sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik)
serta mampu memahami hubungan
antara konsep secara
sederhana. Proses
pembelajaran masih tergantung
pada objek-objek kongkret
sehingga siswa bisa mendapatkan pengalaman secara langsung.
Tidak semua topik
dalam pembelajaran IPS
dapat menggunakan metode bermain peran. Metode ini hanya sesuai
dengan topik yang dekat dengan
kehidupan anak sehingga
dalam pelaksanaan akan
mudah memerankan sesuatu yang
diminta sesuai yang
diajarkan. Pengalaman belajar
yang diperoleh dari penggunaan
metode ini meliputi
kemampuan kerjasama. komunikatif
dan menginterprestasikan
suatu kejadian. Ditetapkannya
metode bermain peran
ini dikarenakan yang paling
praktis dan mudah
untuk menyampaikan bahan pengajaran kepada
siswasehingga suasana belajar
dapat menyenangkan. materi pengajaran bisa diserap dengan baik
oleh siswa. Oleh karena itulah penulis
tertarik dan mengangkat sebuah judul Peningkatan
Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Materi
Peran Anggota dalam Keluarga melalui Implementasi Metode Bermain
Peran di Kelas II SD Negeri ...........
03.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam penelitian ini
penulis merumuskan masalah
berdasarkan uraian di atas maka masalah-masalah ini penulis batasi
sebagai berikut :
1.
Apakah penerapan
metode bermain peran dapat meningkatkan keaktifan siswa
pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas II SD Negeri
........... 03?
2.
Apakah penerapan
metode bermain peran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas II SD Negeri
........... 03?
C.
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan
perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk meningkatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial materi peran anggota dalam keluarga melalui penerapan metode bermain peran.
2. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
materi peran anggota dalam keluarga melalui penerapan metode bermain pera.
D.
Manfaat
Penelitian
Berkaitan dengan masalah di atas kegunaan penelitian ini penulis
membagi ke dalam dua bagian yaitu :
1. Manfaat
Teoritis
Memberi sumbangan substantif
berupa informasi ilmiah
data. penjelasan konsep dan
teori bagi ilmu
pendidikan khususnya bagi
Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial.
2. Manfaat
Praktis
a.
Bagi
peserta didik, diharapkan meningkatkan keaktifan dan pemahamannya khususnya
dalam mendeskripsikan peran anggota dalam keluarga.
b.
Bagi guru, menambah wawasan baik dalam merencanakan
pembelajaran, mengelola kelas, maupun
mengevaluasi hasil belajar peserta didik
c.
Bagi
sekolah sebagai masukan
yang perlu di
sikapi dan ditindaklanjuti secara kelembagaan
oleh SD Negeri ...........
03 terutama berkaitan
dengan kualifikasi proses
dan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Download
Download
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih