Lencana Facebook

banner image

Monday 13 January 2014

PTK : PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI IMPLEMENTASI METODE BERMAIN PERAN DI KELAS II SD NEGERI



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pembelajaran  IPS  di  Sekolah  Dasar  pada  kenyataannya  masih  dianggap oleh  sebagian  besar  siswa  sebagai  mata  pelajaran  yang  sulit  dipahami, membosankan,  dan  kurang  menantang  minat  belajar  siswa.  Hal  ini  diduga bersumbu  pada  lemahnya  mutu  proses  belajar  mengajar.  Kondisi  pembelajaran tersebut  dikarenakan  kegiatan  belajar  mengajar  di  kelas  masih  bersumber  pada guru atau “teacher centered” sehingga beranggapan bahwa guru adalah satu-satunya orang yang menjadi sumber belajar di kelas. Oleh karena itu guru sebagai moderator  harus  memiliki  pengetahuan  tentang  media  pendidikan  dan  alat pembelajaran yang dapat membantu pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, sedangkan  sebagai  motivator  guru  memiliki  kemampuan  untuk  memberikan motivasi  terhadap  siswa  supaya  mereka  terdorong  untuk  melakukan  kegiatan belajar sehingga kegiatan belajar tidak selalu bersumber pada guru (Muslich, 2008:29).
Menurut Sumaatmadja (Istianti, Rustini, Adisaputra, 2005:51) bahwa : Proses  kegiatan  pembelajaran  IPS,  harus  terbina  dalam  suasana  sosial kemasyarakatan  yang  kondusif,  sehingga  para  siswa  tetap  merasakan  ada dalam lingkungan yang wajar. Kekakuan suasana pembelajaran IPS, teritama di  dalam  kelas,  dapat  berakibat  timbulnya  perasaan  pada  siswa  seolah-olah ada dalam isolasi dari masyarakat nyata.
Kegiatan  belajar  mengajar  secara  konvensional  ditekankan  pada  aktivitas guru,  bagaimana  guru  mentransfer  pengetahuan  kepada  siswa.  Pembelajaran konvensional disebut juga dengan model ceramah yang mana model pembelajaran ini  sudah  lama  digunakan  sebagai  alat  komunikasi  antara  guru  dengan  muridnya dalam  proses  belajar  mengajar.  Akan  tetapi  konsep  belajar  seperti  ini  membuat siswa  kurang  aktif.  Oleh  karena  itu  guru  harus  merubah  pembelajarannya. Pembelajaran  yang  dapat  mengembangkan  kemampuan  siswa,  dimana  siswa terlibat  secara  fisik,  psikis  maupun  sosialnya.  Perkembangan  tersebut  dapat terwujud  jika  dalam  pembelajaran  memperhatikan  perkembangan  kognitif  siswa, materi  yang  akan  dipelajari,  maupun  pendekatan  atau  model  yang  dipergunakan dalam pembelajaran tersebut( Muhamad  Ali  (1992 :42) 
Upaya  peningkatan  mutu  pendidikan  harus  dilakukan  secara  menyeluruh mencakup  perkembangan  manusia  seutuhnya,  yaitu  aspek  moral,  akhlak,  budi pekerti,  perilaku  (afektif),  pengetahuan  (kognitif),  kesehatan,  keterampilan (psikomotorik)  dan  seni.  Salah  satunya  yaitu  melalui  pelajaran  IPS.  Mata pelajaran  IPS  yang  diberikan  di Sekolah  Dasar  perlu  penyesuaian  karena  adanya laju  perkembangan  kehidupan  masyarakat,  bangsa  dan  negara  sebagai  dampak pembangunan  serta  kebutuhan  untuk  mempersiapkan  sumber  daya  manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global.
Terdapat  kesulitan  belajar  yang  dialami  oleh  siswa  pada  saat pembelajaran dalam memahami permasalahan yang dihadapi oleh siswa.. Mereka mengalami  kesulitan  dalam  memahami  pelajaran  tersebut.Misalnya  salah  satu contoh  mereka  sulit  memahami    apa  yang  dimaksud  dengan  sebuah  keluarga. Seperti  yang  dikemukakan oleh  Shinto  Adheler  (1991:89)  Universitas  Indonesia menyatakan  bahwa  kesulitan  belajar  tidak  selalu  dikarenakan  oleh  gangguan syaraf, bisa juga dikarenakan gangguan emosional. Karena dalam belajar, banyak faktor  yang  berpengaruh  terhadap  diri  siswa,  sehingga  siswa  berpengaruh  juga terhadap  prestasi  belajar  siswa, sehingga  guru  perlu menggunakan  beragam  metode  dan  media  pengajaran  dalam  proses  kegiatan belajar  mengajarnya.  Selain  itu  pula  guru  harus  mampu  memberikan  dengan metode  dan  media  pembelajaran  yang  tepat  dalam  setiap  mata  pelajaran  yang diajarkannya.
Kegiatan  belajar  mengajar  secara  konvensional  ditekankan  pada  aktivitas guru,  bagaimana  guru  mentransfer  pengetahuan  kepada  siswa.  Pembelajaran konvensional disebut juga dengan model ceramah yang mana model pembelajaran ini  sudah  lama  digunakan  sebagai  alat  komunikasi  antara  guru  dengan  muridnya dalam  proses  belajar  mengajar.  Akan  tetapi  konsep  belajar  seperti  ini  membuat siswa  kurang  aktif.  Oleh  karena  itu  guru  harus  merubah  pembelajarannya. Pembelajaran  yang  dapat  mengembangkan  kemampuan  siswa,  dimana  siswa terlibat  secara  fisik,  psikis  maupun  sosialnya.  Perkembangan  tersebut  dapat terwujud  jika  dalam  pembelajaran  memperhatikan  perkembangan  kognitif  siswa, materi  yang  akan  dipelajari,  maupun  pendekatan  atau  model  yang  dipergunakan dalam pembelajaran tersebut. 
Pembelajaran IPS di kelas II SD, pada umumnya peserta  didik  kelas  II  masih  merasa  kesulitan  dalam  menjelaskan  kedudukan dan  peran  anggota  keluarga  serta  pemahamannya  mengenai  silsilah  keluarga masih  belum  maksimal  Posisi  anggota  keluarga  dalam  silsilah  keluarga menentukan  posisi  atau  kedudukan  anggota  keluarga.  Kedudukan  setiap anggota  keluarga  berhubungan  dengan  peran  atau  kewajiban  yang  harus dilaksanakan oleh setiap anggota keluarga. Peserta didik hanya mempelajarinya dengan  menghapal,  tanpa  mengetahui  maknanya.  Mereka  hanya  hapal  kalau “ayah”  berkedudukan  sebagai  kepala  keluarga,  tanpa  mengetahui  makna  dari “kepala keluarga” tersebut.
Guru  cenderung  menjadikan  siswa  sebagai  objek  belajar.  Keadaan  inilah yang  membuat  peserta  didik  keals  II  pasif  dan  cenderung  menerima pengetahuan  dari  guru,  tanpa  ada  kemauan  untuk  mencarinya  sendiri. Kerjasama  antar  peserta  didik  pun  tidak  nampak.  Peserta  didik  tidak  mau membantu  temannya  yang  kurang  mampu,  cenderung  acuh  tak  acuh  Hal  ini berdampak  pada  hasil  belajar  peserta  didik  mengenai  kedudukan  dan  peran anggota  keluarga  belum  mencapai  maksimal  dan  Proses  Belajar  Mengajar (PBM) yang tidak menyenangkan bagi merekaBerdasarkan  pengamatan  di  lapangan,  sejumlah  fakta  yang  dapat  dilihat dari proses pembelajaran yang berlangsung di kelas  II  menunjukan  bahwa  hasil pembelajaran IPS kurang  berhasil meningkatkan  keaktifan dan hasil belajar belajar  siswa. 
Hal  ini  telihat  pada  hasil  belajar  siswa  yang mendapatkan  nilai  di  bawah  Kriteria  Ketuntasan  Minimal  (KKM).  Diantara 12 siswa kelas II, 4 siswa atau 33,33% mendapatkan nilai di bawah KKM, dengan kata  lain  66,67%  siswa  kelas  II  belum  mencapai  nilai  KKM yang ditentukan sebesar 73.
1.      Identifikasi Masalah
Dari hasil tes studi awal  yang peneliti lakukan, ternyata prestasinya tidak sesuai dengan yang peneliti harapkan. Hasil tes studi awal  menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi tersebut masih rendah. Sebagai upaya untuk mengatasi hal itu, peneliti mencoba berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, dan supervisor akhirnya dapat teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
a.       Kondisi siswa dalam pembelajaran kurang kondusif  
b.      Pembelajaran  monoton  dan  membosankan  bagi  siswa  (hanya  metode ceramah dan penugasan)
c.       Siswa masih suka bermain mainan pada saat belajar
d.      Kurangnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung sehingga tidak terjadi dialog yang efektif, aktif dan kreatif pada saat proses pembelajaran berlangsung.
e.       Rendahnya keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
f.       Rendahnya hasil belajar siswa
2.      Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis merasa perlu untuk merefleksi diri sejauhmana kemampuan pribadi di dalam proses pembelajaran.  Selain itu juga melakukan diskusi dengan teman sejawat, melakukan kegiatan literatur mengenai masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran sehingga diketahui adanya kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
a.       Guru,  dalam  proses  pembelajaran  guru  kurang  menggunakan  metode  yang bervariasi,  guru  juga  memberikan  bahan  pelajaran  yang  terbatas  pada  buku paket yang digunakan oleh siswa,
b.      Siswa,  hasil  belajar  yang  kurang  dikarenakan  latar  belakang  siswa  yang beragam, baik itu dari kemampuan dasar kognitif siswa maupun latar belakang sosial siswa atau keluarganya,
c.       Sarana  dan  prasarana,  terbatasnya  sarana  dan  prasarana  yang  dimiliki  sekolah mengakibatkan penggunaan media pembelajaran yang kurang, sehingga kurang membantu  siswa  dalam  memahami  konsep  pembelajaran  IPS  khususnya materi peran anggota dalam keluarga.
d.      Model pembelajaran yang digunakan peneliti  tidak sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar, khususnya siswa kelas II.
3.      Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan pembelajaran di atas  peneliti  belum  merasa  optimal  mengajar secara baik, untuk itu menurut peneliti agar pemahaman materi lebih mudah dan hasil  belajar  siswa  meningkat,  peneliti  merasa  cocok  untuk  menggunakan  metode bermain peran pada pembelajaran IPS materi peran anggota dalam keluarga.
Metode  pengajaran  atau    lebih  dikenal  saat  ini  metode  pembelajaran adalah  merupakan faktor penunjang dalam menyampaikan pembelajaran.  seperti yang  telah  dikemukakan  oleh  Nana  Sudjana  dalam  bukunya  (2000:76)  bahwa  : “Metode mengajar  adalah  cara  yang  dipergunakan  guru  dalam    mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.” 
Banyak metode  pembelajaran  yang  dapat  digunakan  oleh  guru  dalam  melaksanakan   proses  pembelajaran  agar  tujuan  pembelajaran  yang  diharapkan dapat  tercapai.  Penggunaan  metode  pembelajaran  diharapkan  agar  proses pembelajaran  lebih  menarik  dan  tidak  membuat  siswa  bosan    serta membangkitkan  minat  dan  motivasi  siswa  yang  akan  mendukung  pada  hasil belajarnya  salah  satunya  adalah  metode  pembelajaran  bermain  peran (Wahab,  2008:36)
Dalam  pendidikan  kata  metode  digunakan  untuk  menunjukkan serangkaian  kegiatan  guru  yang  terarah  yang  menyebabkan  siswa  belajar (Wahab 2008 : 110).  Metode  dapat  pula  dianggap  sebagai  cara  atau  prosedur yang  keberhasilannya  dapat  dilihat  dalam  belajar  atau  sebagai  alat  yang menjadikan mengajar lebih efektif.
Metode  pembelajaran  bermain  peran  ini  dianggap  salah satu    metode  pembelajaran    yang  banyak  digemari  oleh  siswa.  karena  sangat menyenangkan.  santai.  dan  mudah  diikuti  oleh  semua  siswa.  Ditetapkannya  metode    Bermain  peran  ini  dikarenakan  yang  paling  praktis  dan  mudah  untuk menyampaikan bahan pengajaran kepada siswa.  Sehingga materi pengajaran bisa diserap  dengan  baik  oleh  siswa  salah  satunya  pada  Mata  pelajaran  Ilmu Pengetahuan Sosial. 
Ilmu  Pengetahuan  Sosial  (IPS)  sebagai  salah  satu    mata  pelajaran  di Sekolah  Dasar  menempati  posisi  strategis  dalam  rangka  mengintegrasikan pengetahuan  siswa  yang  mana  memahami  dan  memecahkan  masalah    masalah dalam  masyarakat.    Pendidikan  Ilmu  Pengetahuan  Sosial    di  Sekolah  Dasar  diharapkan  para  siswa  dapat  memiliki  konsep-konsep  dasar    ilmu  sosial  dan kepekaan terhadap lingkungannya.   Peserta  didik  yang  berada  pada  sekolah  dasar  kelas  I.  II  dan  III  berada pada  rentang  usia  dini.  Pada  usia  tersebut  seluruh  aspek  perkembangannya. kecerdasan Intelektual (IQ). Kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spritual (SQ)  tumbuh  dan  berkembang  sangat  luar  biasa (Nursid Sumaatmaja, 2001:33). Pada  umumnya  tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu  keutuhan (holistik) serta mampu  memahami  hubungan  antara  konsep  secara  sederhana.  Proses pembelajaran  masih  tergantung  pada  objek-objek  kongkret  sehingga  siswa  bisa mendapatkan pengalaman secara langsung.
Tidak  semua  topik  dalam  pembelajaran  IPS  dapat  menggunakan  metode bermain peran. Metode ini hanya sesuai dengan topik yang dekat dengan  kehidupan  anak  sehingga  dalam  pelaksanaan  akan  mudah  memerankan sesuatu  yang  diminta  sesuai  yang  diajarkan.  Pengalaman  belajar  yang  diperoleh dari  penggunaan  metode  ini  meliputi  kemampuan  kerjasama.  komunikatif  dan menginterprestasikan  suatu  kejadian.  Ditetapkannya  metode  bermain  peran    ini dikarenakan  yang  paling  praktis  dan  mudah  untuk  menyampaikan  bahan pengajaran  kepada  siswasehingga  suasana  belajar  dapat    menyenangkan.  materi pengajaran bisa diserap dengan baik oleh siswa.  Oleh karena itulah penulis tertarik dan mengangkat sebuah judul Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Materi  Peran Anggota dalam Keluarga melalui Implementasi Metode Bermain Peran  di Kelas II SD Negeri ........... 03.

B.     Rumusan Masalah
Dalam  penelitian  ini  penulis  merumuskan  masalah  berdasarkan  uraian di atas  maka masalah-masalah ini penulis batasi sebagai berikut :
1.      Apakah penerapan    metode  bermain  peran dapat meningkatkan keaktifan siswa pada  pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas II SD Negeri ........... 03?
2.      Apakah penerapan    metode  bermain  peran  dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada  pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas II SD Negeri ........... 03?

C.    Tujuan Penelitian
  Adapun tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1.   Untuk meningkatkan keaktifan siswa  dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peran anggota dalam keluarga melalui penerapan  metode bermain peran.
2.   Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi peran anggota dalam keluarga melalui penerapan  metode bermain pera.

D.    Manfaat Penelitian
Berkaitan dengan masalah di atas kegunaan penelitian ini penulis membagi ke dalam dua bagian yaitu :
1.  Manfaat Teoritis
Memberi  sumbangan  substantif  berupa  informasi    ilmiah  data.  penjelasan konsep  dan    teori  bagi  ilmu  pendidikan  khususnya  bagi  Pendidikan  Ilmu Pengetahuan Sosial.
2.  Manfaat Praktis
a.       Bagi  peserta  didik,  diharapkan meningkatkan  keaktifan dan pemahamannya  khususnya  dalam mendeskripsikan peran anggota  dalam keluarga.
b.      Bagi guru, menambah wawasan baik dalam merencanakan pembelajaran,  mengelola kelas, maupun mengevaluasi hasil belajar peserta didik
c.       Bagi  sekolah  sebagai  masukan  yang  perlu  di  sikapi  dan  ditindaklanjuti secara  kelembagaan  oleh  SD Negeri ........... 03  terutama  berkaitan  dengan  kualifikasi  proses  dan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Download