Lencana Facebook

banner image

Monday 13 January 2014

PTK : PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MENCERITAKAN PERISTIWA DI KELAS III



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Bahasa berperan sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyamartaya (1984:11) yang menyatakan bahwa bahasa merupakan sarana atau alat bagi manusia untuk mengekspresikan diri. Salah satu keterampilan berbahasa adalah bercerita. Permatasari (2009:18) menyatakan bahwa bercerita merupakan aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman, atau suatu kejadian yang sungguh-sungguh terjadi atau rekaan.
Bercerita memiliki manfaat yang besar bagi anak-anak. Sesuai dengan Sudarmadji, dkk. (2009:5-9) menyatakan bahwa bercerita pada anak-anak memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, yaitu sebagai (a) kontak batin, (b) media penyampai pesan moral dan nilai, (c) pendidikan imajinasi/fantasi, (d) pendidikan emosi, (e) membantu proses identifikasi diri dan perbuatan, (f) memperkaya pengalaman batin, dan (g) hiburan dan penarik perhatian. Dengan demikian, aktivitas bercerita perlu dilatih dan dikembangkan pada peserta didik.
Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah memiliki fungsi dan peran strategis dalam melahirkan generasi-generasi masa depan yang terampil berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, parapeserta didik diajak untuk berlatih dan belajar berbahasa melalui aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dengan memiliki keterampilan berbahasa Indonesia secara baik dan benar, kelak mereka diharapkan menjadi generasi yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya. (Dardjowidjojo, 2003:69).
Namun, harus diakui secara jujur, keterampilan berbicara dikalangan siswa sekolah dasar, khususnya keterampilan bercerita, belum seperti yang diharapkan. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang dinilai telah gagal dalam membantu siswa terampil berpikir dan berbahasa sekaligus, yang lebih memprihatinkan, ada pihak yang sangat ekstrim berani mengatakan bahwa tidak ada mata pelajaran Bahasa Indonesia pun siswa dapat berbahasa Indonesia seperti saat ini, asalkan mereka diajari berbicara, membaca, dan menulis oleh guru (Depdiknas 2004:9).
Sementara itu, prestasi observasi empirik di lapangan juga menunjukkan
fenomena yang hampir sama. Keterampilan bercerita siswa SD berada pada tingkat yang rendah, diksi (pilihan kata)-nya kurang, kalimatnya tidak efektif, struktur tuturannya rancu, alur tuturannya pun tidak runtut dan kohesif.
Demikian juga keterampilan berbicara siswa kelas III SD Negeri ........... 02.
Berdasarkan observasi, hanya 30,76% (8 siswa) dari 26 siswa yang dinilai sudah terampil bercerita dalam situasi formal di depan kelas. Indikator yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam bercerita, di antaranya kelancaran berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur kalimat, kelogisan (penalaran), dan kontak mata.
Paling tidak, ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam bercerita, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Yang termasuk faktor eksternal, di antaranya pengaruh penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehari-hari, banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga. Demikian juga halnya dengan penggunaan bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat. Rata-rata bahasa ibulah yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Kalau ada tokoh masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia, pada umumnya belum memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa secara baik dan benar. Akibatnya, siswa tidak terbiasa untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan konteks dan situasi tutur.
Dari faktor internal, pendekatan pembelajaran, metode, media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat keterampilan bercerita bagi siswa sekolah dasar. Pada umumnya, guru bahasa Indonesia cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan bercerita berlangsung monoton dan membosankan. Para peserta tidak diajak untuk belajar berbahasa, tetapi cenderung diajak belajar tentang bahasa. Artinya, apa yang disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana siswa bercerita sesuai konteks dan situasi tutur, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang bercerita. Akibatnya, keterampilan bercerita hanya sekadar melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka, belum manunggal secara emosional dan afektif. Ini artinya, rendahnya keterampilan bercerita bisa menjadi hambatan serius bagi siswa untuk menjadi siswa yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya.
Dalam beberapa penelitian ditemukan bahwa pengajaran bahasa Indonesia telah menyimpang jauh dari misi sebenarnya. Guru lebih banyak berbicara tentang bahasa (talk about the language) daripada melatih menggunakan bahasa (using language). Dengan kata lain, yang ditekankan adalah penguasaan tentang bahasa (form-focus). Guru bahasa Indonesia lebih banyak berkutat dengan pengajaran tata bahasa, dibandingkan mengajarkan kemampuan berbahasa Indonesia secara nyata (Nurhadi, 2000:79).
Pembelajaran  bahasa Indonesia    dewasa  ini  cenderung  kepada  pembelajaran  bersifat konvensional  yaitu  hanya  menggunakan  metode  ceramah.  Sedangkan  pada hakekatnya  pembelajaran  bahasa Indonesia  menuntut  siswa  dapat  berpartisipasi  aktif  dalam pembelajaran,  siswa  dapat  mencari  dan  menemukan  masalahnya  sendiri.  Kondisi yang  tidak  jauh  berbeda  dapat  kita  lihat  di  sekolah-sekolah  di  sekitar  kita,  seperti pembelajaran bahasa Indonesia  di  SD Negeri ........... 02. 
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan keadaan tersebut peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari prestasi diskusi terungkap beberapa masalah sebagai berikut :
a.       Rendahnya minat siswa terhadap materi pembelajaran
b.      Siswa menyepelekan materi pembelajaran yang dianggap terlalu mudah.
c.       Suasana pembelajaran yang terkesan monoton dan kurang menarik siswa.
d.      Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.
e.       Kondisi lingkungan di kelas yang tidak mendukung proses pembelajaran secara aktif.
f.       Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan.
2.      Analisis Masalah
Sehubungan dengan rendahnya prestasi belajar tersebut, peneliti merenung, merefleksi,  dan berdiskusi dengan teman sejawat. Dari prestasi diskusi tersebut penyebab rendahnya prestasi belajar siswa antara lain :
a.       Metode pembelajaran  yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi kurang tepat
b.      Guru kurang mampu meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran.
c.       Guru belum dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih aktif bagi siswa.
d.      Metode penyajian materi yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan siswa sekolah dasar
e.       Guru kurang mampu mengelola kelas dan ini berdampak pada proses edukatif yang diharapkan kurang berprestasi
3.      Alternatif Pemecahan Masalah
Melihat kondisi awal sebagaimana tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan melaksanakan perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia materi kegiatan menceritakan peristiwa.
Adapun prioritas masalah yang menjadi tujuan perbaikan proses pembelajaran adalah :
a.       Memperbaiki proses pembelajaran  bahasa Indonesia materi kegiatan menceritakan peristiwa dengan penerapan metode bermain peran
b.      Meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa belajar sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.
Dengan memperhatikan akar masalah tersebut di atas, dan atas saran supervisor, penulis  mencoba memilih alternatif pemecahan masalah melalui penggunaan metode bermain peran. Melalui penggunaan metode bermain peran diharapkan:
a.       Pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan hakekat dan esensi pembelajaran bahasa Indonesia serta karakteristik belajar siswa,
b.      Kemampuan  siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi menceritakan peristiwa dapat ditingkatkan
c.       Siswa dapat membangun pengalaman belajarnya sendiri sehingga prestasi belajarnya bisa meningkat,
Upaya perbaikan yang peneliti lakukan dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Kelas III Negeri ........... 02 pada pembelajaran bahasa Indonesia materi menceritakan peristiwa dengan menggunakan metode bermain peran.


B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumuskan masalah  yang menjadi fokus perbaikan adalah :
1.      Apakah dengan penerapan metode bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi  menceritakan peristiwa dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas III SD Negeri ........... 02?
2.      Apakah dengan penerapan metode bermain peran dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi  kegiatan menceritakan peristiwa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri ........... 02?


C.    Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1.       Untuk meningkatkan keaktifan belajar dalam  pembelajaran bahasa Indonesia materi  menceritakan peristiwa melalui metode bermain peran  siswa kelas III SD Negeri ........... 02.
2.       Untuk meningkatkan prestasi belajar dalam  pembelajaran bahasa Indonesia materi  menceritakan peristiwa melalui metode bermain peran  siswa kelas III SD Negeri ........... 02.


D.    Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan manfaat  bagi :
  1. Siswa yaitu :
a.       Memperbaiki cara belajar siswa agar lebih baik lagi
b.      Memberikan rangsangan dan motivasi belajar siswa
c.       Meningkatkan prestasi belajar siswa
d.      Siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru
  1. Guru yaitu :
a.       Dapat memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena sasaran akhir dari penelitian ini adalah perbaikan pembelajaran
b.      Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya
c.       Membuat guru jadi lebih percaya diri
d.      Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sendiri.
  1. Sekolah yaitu :
a.       Mengembangkan mutu dan prestasi belajarnya
b.      Meningkatkan kualitas pendidikan
c.       Mempunyai kesempatan untuk berkembang pesat
d.      Menciptakan hubungan kolegial yang sehat
e.       Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif
f.       Mempunyai kesempatan besar untuk berubah secara menyeluruh


Download