BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara mendasar pengajaran
IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan
kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi
kebutuhan materialnya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan jiwanya,
pemanfaatan sumber daya yang ada dimuka bumi, mengatur kesejahteraan dan
pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan
kehidupan masyarakat. Pokoknya mempelajari-menelaah-mengkaji sistem-kehidupan
manusia dipermukaan bumi ini, itulah hakekat yang dipelajari pada pembelajaran
IPS.
Ilmu
pengetahuan sosial sebagai
salah satu bidang
studi yang mempunyai tujuan
membekali siswa untuk
mengembangkan penalarannya di samping
aspek nilai dan
moral, banyak memuat
materi sosial dan
bersifat hapalan sehingga pengetahuan
dan informasi yang
diterima siswa sebatas produk hapalan.
Kenyataanya
saat ini proses
pembelajaran IPS lebih diwarnai
oleh pendekatan yang menitikberatkan
pada model belajar konvensional
seperti ceramah, pola
pembelajaran lebih bersifat
guru sentris. Pada umumnya
guru lebih banyak
menggunakan buku paket
dan menyuruh siswa untuk
menghapal materi. Dengan pola
pembelajaran seperti itu, kurang mampu
merangsang siswa untuk
terlibat aktif dalam
proses pembelajaran dan lemahnya
pengembangan potensi diri
siswa. Selain daripada
itu, cara belajar setiap peserta
didik itu berbeda-beda,
ada peserta didik
yang lebih senang membaca, senang berdiskusi, dan ada
juga yang lebih senang praktek langsung.
Untuk
dapat membantu siswa
secara maksimal dalam
belajar dan mengurangi peran
guru yang terlalu
menonjol dalam proses
pembelajaran, maka
kesenangan dalam belajar
itu sendiri perlu
diperhatikan. Untuk dapat mengakomodir kebutuhan tersebut adalah
dengan menggunakan variasi strategi pembelajaran dan metode yang beragam yang melibatkan
indera belajar yang banyak yang
disesuaikan dengan metari yang akan disampaikan kepada siswa dalam
pembelajaran IPS. Salah
satu dari metode-metode
pembelajaran tersebut yaitu menggunakan metode role
playing.
Metode role playing adalah
suatu cara penguasaan
bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi
dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi
dan penghayatan dilakukan
siswa dengan memerankannya sebagai
tokoh hidup atau
benda mati. Permainan
ini pada umumnya dilakukan lebih
dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
Dalam metode role playing, siswa mengkaji masalah-masalah
dengan memerankan situasi-situasi masalah,
kemudian mendiskusikannya.
Siswa dapat menjelajah
dan mengkaji perasaan,
sikap, nilai dan strategi
pemecahan masalah. Dengan
metode bermain peran,
siswa akan lebih bisa mengekspresikan diri sesuai dengan yang
diperankannya, siswa tidak hanya mendengarkan guru ceramah tetapi dengan metode bermain peran menutut siswa untuk lebih aktif selama proses pembelajaran
berlangsung.
Dalam pembelajaran bidang
studi Ilmu Pengetahuan Sosial materi “Berbagai peninggalan sejarah dan
pelestariannya”, guru telah berusaha mengajar dengan sebaik-baiknya. Membuat
rencana pembelajaran, melaksanakan rencana pembelajaran dan melaksanakan
evaluasi. Peneliti menjalankan tugas sebagaimana mestinya guru mengajar. Selama
pembelajaran berlangsung jarang siswa yang mengajukan pertanyaan atau
memberikan respon terhadap penjelasan maupun pertanyaan yang diajukan guru.
Siswa kurang sungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran dan tidak mampu memahami
konsep, memberikan respon terhadap penjelasan maupun pertanyaan yang diajukan
guru. Selama pembelajaran berlangsung jarang siswa yang mengajukan pertanyaan
atau memberikan respon terhadap penjelasan maupun pertanyaan yang diajukan
guru. Siswa kurang sungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran dan tidak mampu
memahami konsep, memberikan respon terhadap penjelasan maupun pertanyaan yang
diajukan guru
Ketika dilakukan tes formatif
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi “Berbagai peninggalan
sejarah dan pelestariannya”, hasil ujian menujukkan rendahnya tingkat penguasaan materi yang diajarkan. Dari
23 siswa, hanya lima orang siswa (21,74%) yang dapat mencapai penguasaan materi
80% ke atas atau mendapat nilai minimal 70, dengan perolehan nilai rata-rata
hasil belajar secara klasikal sebesar 58,70.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan keadaan tersebut
peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah
dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah
sebagai berikut :
- Rendahnya minat siswa terhadap materi pembelajaran
- Siswa menyepelekan materi pembelajaran yang dianggap terlalu mudah.
- Suasana pembelajaran yang terkesan monoton dan kurang menarik siswa.
- Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.
- Kondisi lingkungan di kelas yang tidak mendukung proses pembelajaran secara aktif.
- Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan.
Sehubungan dengan rendahnya
hasil belajar tersebut, peneliti merenung, merefleksi, dan berdiskusi dengan teman sejawat. Dari
hasil diskusi tersebut penyebab rendahnya hasil belajar siswa antara lain :
1. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam penyampaian
materi kurang tepat
2. Guru kurang mampu meningkatkan peran aktif
siswa dalam pembelajaran.
3. Penciptaan kondisi lingkungan kelas yang
lebih kondusif.
4. Guru dapat menciptakan kondisi
pembelajaran yang lebih aktif.
5. Metode penyajian materi yang digunakan
guru tidak sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan siswa sekolah
dasar
6. Guru kurang mampu mengelola kelas dan ini
berdampak pada proses edukatif yang diharapkan kurang berhasil
Melihat kondisi awal
sebagaimana tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi
masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik
sehingga prestasi belajar siswa dapat tercapai dengan melaksanakan perbaikan
pembelajaran IPS materi berbagai peninggalan sejarah dan pelestariannya.
Upaya perbaikan yang
peneliti lakukan dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Kelas IV
SD Negeri ........... 04 Kecamatan ........... Kabupaten ........... Semester 1 Tahun
Pelajaran 2011/2012 pada mata pelajaran IPS materi berbagai peninggalan sejarah
dan pelestariannya dengan menggunakan metode role playing.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian tindakan
kelas ini dipusatkan pada upaya peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV pada pembelajaran IPS materi materi berbagai peninggalan sejarah dan pelestariannya melalui penerapan
metode bermain peran dengan subjek penelitian adalah
siswa kelas Kelas IV SD
Negeri ........... 04 Kecamatan ........... Kabupaten ........... Semester 1 Tahun
Pelajaran 2011/2012.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumuskan masalah yang menjadi fokus perbaikan adalah :
1.
Apakah dengan penerapan metode
bermain peran dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV materi berbagai peninggalan sejarah dan
pelestariannya keaktifan siswa dapat ditingkatkan ?
2.
Apakah dengan penerapan metode
bermain peran dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV
materi berbagai peninggalan sejarah dan pelestariannya hasil belajar
siswa dapat ditingkatkan ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, agar memiliki arah yang jelas, maka ditetapkan tujuan
penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui peningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa setelah penggunaan metode role playing.
2. Mengetahui daya serap siswa terhadap
penyampaian materi pembelajaran dengan menggunakan metode role playing.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi
Siswa
a.
Mengembangkan kreativitas,
inovasi, kemandirian dan
keaktifan siswa,
b.
Membangkitkan minat dan rasa
ingin tahu siswa,
c.
Memberikan pengalaman yang
bermakna,
d.
Meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar siswa,
e.
Memberikan motivasi untuk
mengoptimalkan kemampuan berfikir dan mengembangkan potensi diri siswa.
2. Bagi
Guru
a.
Mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan guru
dalam merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran IPS dengan
menggunakan metode role playing
b.
Mampu melahirkan
model pembelajaran yang
sesuai dengan tuntutan lingkungan,
c.
Meningkatkan unjuk
kerja guru dalam
mengelola pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna.
3. Bagi
Sekolah
a.
Dapat mengembangkan kurikulum
pembelajaran di tingkat sekolah dan kelas.
b.
Dapat meningkatkan
kualitas pendidikan di
sekolah khususnya mata pelajaran IPS.
c.
Dapat menjadi
pemecahan masalah dalam
pembelajaran IPS dengan penggunaan metode
role playing bagi sekolah
itu sendiri ataupun sekolah lain.
d.
Memberi kontribusi yang positif bagi sekolah dalam mengembangkan
model pembelajaran.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih