DISKUSI 4 DIFUSI INOVASI PENDIDIKAN
Kesiapan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (e-readiness) untuk inovasi pembelajaran mengacu pada kapabilitas suatu entitas, seperti institusi pendidikan atau organisasi, dalam mengadopsi dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
Jelaskan esensi e-readiness dalam menghadapi perubahan paradigma pembelajaran!
Esensi e-readiness dalam konteks perubahan paradigma pembelajaran terletak pada kesiapan individu, institusi, dan sistem secara keseluruhan untuk mengadopsi dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) secara efektif dalam proses belajar mengajar (Waryanto, 2010). Perubahan paradigma pembelajaran yang semakin bergeser ke arah model yang lebih fleksibel, personal, kolaboratif, dan didukung oleh teknologi, menuntut tingkat e-readiness yang tinggi agar implementasinya berhasil.
Berikut adalah beberapa poin penting yang menjadi esensi e-readiness:
1. Kesiapan Teknologi
Ini mencakup ketersediaan
infrastruktur TIK yang memadai dan andal, seperti perangkat keras (komputer,
laptop, tablet), koneksi internet yang stabil, dan platform atau perangkat
lunak pembelajaran daring (LMS). Tanpa akses yang memadai, partisipasi dalam
pembelajaran berbasis teknologi akan terhambat. e-readiness
merupakan kondisi kesiapan suatu negara untuk mendapatkan
manfaat yang ditawarkan oleh TIK pada umumnya yaitu dalam hal kebijakan,
infrastruktur dan iniasiatif di tingkat dasar (Dilip Potnis & Pardo, 2011)
2. Kesiapan Sumber Daya Manusia
Aspek ini melibatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para pemangku kepentingan pendidikan (guru, siswa, tenaga kependidikan) dalam menggunakan TIK untuk pembelajaran. Ini termasuk literasi digital, kemampuan mengoperasikan perangkat dan aplikasi, serta pemahaman tentang pedagogi yang efektif dalam lingkungan digital. Kesiapan manusia, pada model ELR Aydin & Tasci seperti sumber daya manusia (SDM) yang berpengalaman, pengguna e-readiness, penyedia jasa e-readiness, serta kemampuan manusia untuk belajar dengan menggunakan teknologi (Masrura, 2015).
3. Kesiapan Konten dan Kurikulum
Materi pembelajaran dan kurikulum perlu diadaptasi agar sesuai dengan format dan metode pembelajaran daring. Ini melibatkan pengembangan konten digital yang menarik dan interaktif, serta desain kurikulum yang memanfaatkan potensi TIK untuk meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar. Ketersediaan sumber penunjang tersebut, perlu diimbangi dengan kesiapan guru dalam menghadapi dan melaksanakan pembelajaran online. Kesiapan individu akan membawa individu untuk siap memberikan respon terhadap situasi yang dihadapi melalui cara sendiri (Mulyani, 2013)
4. Kesiapan Organisasi dan Manajemen
Institusi pendidikan perlu memiliki kebijakan, strategi, dan dukungan teknis yang memadai untuk mengelola dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis teknologi. Ini termasuk dukungan untuk pelatihan staf, pemeliharaan infrastruktur, dan penyediaan bantuan teknis bagi pengguna (Mutula & Brakel, 2006)
5. Kesiapan Finansial
Implementasi pembelajaran berbasis teknologi memerlukan investasi dalam infrastruktur, perangkat, perangkat lunak, pelatihan, dan dukungan teknis. Kesiapan finansial memastikan keberlanjutan dan kualitas inisiatif pembelajaran daring (Indrajit et al. (2005 : 12-13)
6. Kesiapan Sosial dan Budaya
Perubahan paradigma pembelajaran juga memerlukan adaptasi dari sisi sosial dan budaya. Ini mencakup penerimaan terhadap metode pembelajaran baru, perubahan peran guru dan siswa, serta kesediaan untuk berkolaborasi dan berinteraksi dalam lingkungan digital. Bagaimanapun keberhasilan penerapan e-readiness tidak hanya dilihat dari kesiapan teknologinya, tetapi juga melibatkan faktor lain yang sangat kompleks seperti aspek sosial politik, organisasi, ekonomi, budaya, kelembagaan lingkungan (Dukic, et al., 2016).
Coba saudara evaluasi kesiapan guru dan siswa di Indonesia dalam menggunakan teknologi sebagai inovasi pembelajaran!
Eevaluasi kesiapan guru dan siswa di Indonesia dalam mengadopsi teknologi sebagai inovasi pembelajaran.
1. Kesiapan Guru:
Pemahaman pengguna (guru) terhadap teknologi akan menentukan keberhasilan suatu sistem informasi, begitu pula kesadaran atau kekhawatiran pengguna terhadap sistem yang dapat menimbulkan masalah selama penggunaan teknologi informasi. Keberhasilan pemanfaatan teknologi informasi juga dipengaruhi oleh peningkatan pemahaman terhadap sistem informasi terutama oleh guru (Ariana & Antoni, 2020).
Selama penggunaan teknologi di sekolah, peran guru sangat penting untuk keberhasilan implementasinya. Teknologi harus dikuasai oleh guru yang akan mengajar dan membimbing siswa. Pembelajaran teknologi juga membutuhkan dukungan dari kelengkapan fasilitas yang ada. Namun, kegiatan pembelajaran berbasis teknologi tidak selalu dapat diterapkan dengan baik di semua sekolah. Tidak adanya kemajuan dalam penggunaan pembelajaran berbasis teknologi di sekolah dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satu faktor utama adalah guru yang tidak memiliki kemampuan untuk menerapkan pembelajaran berbasis teknologi.
Selain itu, tidak adanya fasilitas yang cukup untuk mendukung kegiatan ini. Oleh karena itu kesiapan guru untuk menghadapi tantangan teknologi dalam pendidikan saat sekolah diminta untuk menerapkan kebijakan digitalisasi untuk menyeimbangkan perkembangan zaman dalam pendidikan. Ini sejalan dengan pendapat Jayanti, yang menyatakan bahwa kebijakan bebas belajar akan menjadi strategi utama untuk meningkatkan pendidikan di tahun 2035, dengan teknologi dimasukkan dalam strategi pelaksanaan pembelajarannya (Jayanti et al., 2021).
Perkembangan teknologi dalam pendidikan memiliki dampak pada guru. Penggunaan teknologi oleh guru dapat membantu siswa memperoleh kemampuan dasar belajar, seperti kemampuan membaca dan menyelesaikan masalah matematika, penguasaan alat belajar lainnya, dan pendidikan nilai moral masyarakat industri (Hayati, 2018). Akses pembelajaran yang luas di internet dapat membantu guru merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain itu, penggunaan alat elektronik selama pembelajaran dapat meningkatkan pengetahuan dan minat peserta didik. E-learning memungkinkan guru untuk memanfaatkannya, dan siswa dapat belajar secara mandiri kapan pun mereka mau (Huda, 2020). Hal ini dapat membantu guru memberi siswa kesempatan untuk bereksperimen dengan materi dan mengurangi kemungkinan siswa bosan.
Komputer atau laptop LCD (Liquid Crystal Display), Smart TV, jaringan internet, e-mail (Electronic Mail), presentasi PowerPoint, smart phone, dan CD pembelajaran adalah beberapa jenis sumber dan media pembelajaran berbasis teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan guru di sekolah (Aka, 2017). Dengan menggunakan sumber dan media pembelajaran yang berbasis teknologi, guru dapat meningkatkan referensi dan menciptakan suasana pembelajaran yang baru dan menarik minat siswa. Hal ini dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien. Efektif karena sumber dan media pembelajaran yang beragam dan efisien karena menggunakan alat bantu yang memudahkan guru untuk memaparkan materi kepada peserta didik, sehingga peserta didik dapat menangkap materi pembelajaran dengan lebih mudah karena penggunaan alat bantu.
Menurut Warsihna (2013), empat elemen harus dipenuhi agar teknologi pendidikan dapat dimanfaatkan secara efektif. Mereka adalah infrastruktur, materi pembelajaran digital, sumber daya manusia, dan kebijakan (Warsihna, 2013). Namun, teknologi tidak selalu berhasil dalam pendidikan. Faktor-faktor berikut dapat menghambat penggunaan teknologi dalam pendidikan:
a. Kurangnya sarana dan prasarana sekolah
beberapa sekolah di daerah pelosok memiliki sarana dan prasarana yang kurang memadai, sehingga jumlah perangkat teknologi yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran masih sedikit. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa teknologi tidak dapat digunakan selama pembelajaran. Sekolah-sekolah di daerah terpencil ini masih memiliki fasilitas dan sarana yang kurang memadai. Ini ditandai dengan gedung sekolah dan ruang kelas yang kurang layak, beberapa di antaranya bahkan tidak memiliki fasilitas yang diperlukan, seperti ruang lab. Selain itu, perangkat elektronik yang tersedia di institusi pendidikan masih kurang (Rajagukguk et al., 2023). Terdapat keterbatasan pada sarana dan prasarana ini, yang menghambat pelaksanaan kegiatan pembelajaran teknologi. sehingga teknologi tidak dapat digunakan dengan baik untuk pembelajaran.
b. Guru tidak memiliki pengetahuan teknologi yang cukup.
Selain itu, guru teknologi masih ada. Tidak semua guru mampu menggunakan teknologi dalam pembelajaran. Guru-guru masih belum memahami cara menggunakan perangkat elektronik seperti LCD dalam kegiatan pembelajaran. Mereka juga masih belum memahami cara menggunakan internet untuk mencari materi dan media pembelajaran. Karena itu, pembelajaran biasanya hanya bergantung pada buku dan jarang menggunakan teknologi. Faktor usia juga dapat menjadi penyebab guru tidak memahami teknologi. Menurut Munthe (2019), mengakses informasi menggunakan alat digital seperti komputer dan ponsel pintar merupakan tantangan bagi guru yang lebih tua.
c. Kemampuan Guru menerapkan teknologi pada ranah pendidikan
Dalam penggunaan teknologi di dunia pendidikan, guru adalah orang yang bertanggung jawab atas penerapan pembelajaran di sekolah. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulansyah et al. (Diki Maulansyah et al., 2023), yang menemukan bahwa guru adalah komponen penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Termasuk penting untuk memperhatikan bahwa meningkatkan kualitas pembelajaran dimulai dengan meningkatkan profesi guru karena mereka adalah orang-orang yang secara langsung mengajar siswa di sekolah. Mengingat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, tugas guru semakin berat. Kebijakan tentang digitalisasi pendidikan merupakan dasar untuk penggunaan teknologi dalam pendidikan. seperti menjalankan ujian yang sekarang sering menggunakan teknologi. Ada siswa yang memerlukan bantuan guru untuk menggunakan perangkat tersebut selama mereka menggunakannya. Oleh karena itu, pengetahuan dan keterampilan guru dalam penggunaan teknologi sangat penting. Di era pendidikan yang semakin modern ini, guru harus meningkatkan kemampuan mereka dalam menggunakan teknologi untuk membantu siswa belajar.
2. Kesiapan Siswa
Sebuah kebutuhan untuk meningkatkan pemahaman siswa dan menyesuaikannya dengan perkembangan zaman adalah penggunaan teknologi. Menurut Amin (2020), guru harus mampu mengintegrasikan teknologi ke dalam proses pembelajaran agar materi yang disampaikan lebih kontekstual, menarik, dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah dan buku teks seringkali dianggap tidak menarik dan kurang kontekstual bagi siswa, sehingga mengurangi minat dan motivasi mereka untuk belajar.
Teknologi telah mengubah dunia pendidikan dengan membuat pembelajaran lebih mudah dan menarik. Dengan teknologi, siswa dapat mengakses berbagai sumber daya pendidikan, seperti buku elektronik, simulasi interaktif, dan video pembelajaran, yang dapat meningkatkan minat siswa dalam pelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran, seperti video, audio, dan gambar, juga dapat membuat materi pembelajaran lebih menarik.
Siswa harus siap untuk menerima kebijakan agar proses pembelajaran berhasil. Kondisi siswa secara fisik, mental, emosional, dan motivasi mereka untuk mengikuti pelajaran ditentukan oleh kemampuan mereka untuk mengikuti pelajaran, baik secara langsung di kelas maupun secara online. Selanjutnya, pemanfaatan teknologi mengharuskan setiap siswa menggunakan teknologi untuk memaksimalkan potensinya dalam proses pembelajaran.
Meskipun teknologi telah terbukti efektif dalam meningkatkan keinginan untuk belajar, ada beberapa masalah yang perlu diatasi. Salah satu masalah tersebut adalah akses terbatas terhadap teknologi; kurangnya instruksi untuk guru tentang cara menggunakan teknologi dalam pembelajaran; dan ketidakseimbangan dalam penggunaan teknologi di berbagai konteks pendidikan. Solusi yang tepat diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Di antara solusi yang dapat diterapkan termasuk membuat kebijakan yang mendukung aksesibilitas teknologi bagi semua siswa, memberikan pelatihan terus-menerus kepada guru tentang cara menggunakan teknologi dalam pembelajaran, dan mengintegrasikan teknologi secara merata dalam kurikulum. Dengan cara ini, siswa akan lebih termotivasi untuk belajar (Arif, S. (2024).
Secara keseluruhan, Indonesia sedang dalam proses menuju adopsi teknologi yang lebih luas dalam pendidikan. Kesiapan guru dan siswa menunjukkan perkembangan positif, terutama dalam hal kesadaran dan adaptasi. Namun, tantangan signifikan terkait infrastruktur, kompetensi digital, dukungan teknis, dan literasi digital perlu diatasi secara komprehensif agar inovasi pembelajaran berbasis teknologi dapat diimplementasikan secara merata dan efektif di seluruh Indonesia. Diperlukan upaya berkelanjutan dari pemerintah, lembaga pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak terkait lainnya untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang kondusif bagi pemanfaatan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ini meliputi investasi dalam infrastruktur, program pelatihan yang berkelanjutan, pengembangan konten digital berkualitas, serta peningkatan kesadaran akan pentingnya literasi digital.
Rancanglah strategi yang dapat meningkatkan tingkat e-readiness dalam pengembangan inovasi pendidikan!
Rancangan strategi komprehensif untuk meningkatkan tingkat e-readiness dalam pengembangan inovasi pendidikan di Indonesia. Strategi ini akan mencakup berbagai aspek yang saling terkait untuk memastikan adopsi teknologi yang efektif dan berkelanjutan.
Akselerasi Transformasi Digital Pendidikan Indonesia: Ekosistem e-Readiness yang Inklusif dan Berkelanjutan"
Visi : Mewujudkan ekosistem pendidikan yang sepenuhnya siap dan adaptif terhadap inovasi teknologi, memberdayakan pendidik dan peserta didik untuk mencapai potensi maksimal mereka di era digital.
Misi :
1. Membangun infrastruktur teknologi pendidikan yang merata dan berkualitas tinggi.
2. Meningkatkan kompetensi digital pendidik dan tenaga kependidikan secara berkelanjutan.
3. Memperkuat literasi digital dan pemanfaatan teknologi yang bertanggung jawab bagi peserta didik.
4. Mengembangkan konten dan sumber belajar digital yang relevan, berkualitas, dan mudah diakses.
5. Menciptakan kebijakan dan regulasi yang mendukung inovasi dan pemanfaatan teknologi dalam pendidikan.
6. Membangun kolaborasi dan kemitraan yang kuat antara pemerintah, institusi pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat.
Empat Pilar Strategi:
Strategi ini akan dibangun di atas empat pilar utama yang saling mendukung sebagaimana dirangkum dari buku Inovasi Pendidikan di Era Digital Tantangan dan Solusi (Nurhayati, et, all,. 2024) :
Pilar 1
Penguatan Infrastruktur dan Aksesibilitas Teknologi
Aksi:
1. Perluasan Jaringan Internet
Investasi besar-besaran dalam perluasan dan peningkatan kualitas jaringan internet, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Memanfaatkan teknologi alternatif seperti satelit untuk menjangkau wilayah sulit.
2. Penyediaan Perangkat TIK
Program subsidi atau bantuan pengadaan perangkat teknologi (laptop, tablet) yang terjangkau bagi sekolah dan siswa yang membutuhkan, dengan prioritas pada daerah dengan tingkat ekonomi rendah.
3. Pengembangan Infrastruktur Digital Sekolah
Mendukung sekolah dalam membangun dan memelihara infrastruktur digital internal, termasuk jaringan lokal (LAN/WLAN) yang memadai.
4. Kemitraan dengan Penyedia Layanan
Mengembangkan kemitraan strategis dengan penyedia layanan internet dan teknologi untuk menawarkan solusi yang terjangkau dan sesuai dengan kebutuhan pendidikan.
5. Standarisasi Teknis
Menerapkan standar teknis untuk perangkat dan infrastruktur TIK di sekolah untuk memastikan interoperabilitas dan kemudahan pemeliharaan.
Pilar 2
Peningkatan Kompetensi Digital Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Aksi:
1. Pelatihan Berkelanjutan
Mengembangkan dan melaksanakan program pelatihan kompetensi digital yang berkelanjutan dan terstruktur bagi guru dan tenaga kependidikan di semua jenjang. Pelatihan harus mencakup aspek pedagogis penggunaan teknologi, pembuatan konten digital, keamanan siber, dan pemanfaatan platform pembelajaran.
2. Pengembangan Kurikulum Pelatihan Digital
Menyusun kurikulum pelatihan digital yang relevan dengan kebutuhan guru dan perkembangan teknologi pendidikan.
3. Pemanfaatan Platform Pelatihan Daring
Mengoptimalkan platform pelatihan daring (seperti MOOC) untuk menjangkau lebih banyak guru secara efisien dan fleksibel.
4. Pengembangan Komunitas Praktisi
Mendorong pembentukan komunitas praktisi guru berbasis teknologi untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan praktik baik.
5. Integrasi Kompetensi Digital dalam Sertifikasi Guru
Memasukkan kompetensi digital sebagai salah satu kriteria dalam proses sertifikasi dan pengembangan karir guru.
6. Program Mentorship dan Pendampingan
Menyediakan program mentorship dan pendampingan bagi guru yang baru memulai mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.
Pilar 3
Pemberdayaan Literasi Digital Peserta Didik dan Pemanfaatan Teknologi yang Bertanggung Jawab
Aksi:
1. Integrasi Literasi Digital dalam Kurikulum
Mengintegrasikan literasi digital sebagai kompetensi lintas mata pelajaran dalam kurikulum di semua jenjang pendidikan.
2. Pengembangan Materi Ajar Literasi Digital
Menyediakan materi ajar yang menarik dan relevan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang keamanan siber, etika digital, evaluasi informasi daring, dan penggunaan teknologi secara produktif.
3. Program Kesadaran Keamanan Siber
Mengadakan program kesadaran tentang keamanan siber dan risiko daring bagi siswa, guru, dan orang tua.
4. Penggunaan Platform Pembelajaran Adaptif
Mendorong penggunaan platform pembelajaran adaptif yang dapat mempersonalisasi pengalaman belajar siswa dan meningkatkan keterlibatan mereka.
5. Pengembangan Keterampilan Abad ke-21
Memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 siswa seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.
6. Keterlibatan Orang Tua
Mengembangkan program untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan orang tua dalam mendukung pembelajaran berbasis teknologi di rumah.
Pilar 4
Pengembangan Ekosistem Inovasi dan Kolaborasi
Aksi:
1. Fasilitasi Pengembangan Konten Digital
Mendukung pengembangan konten dan sumber belajar digital yang berkualitas, interaktif, dan sesuai dengan kurikulum nasional. Melibatkan guru, ahli materi, dan pengembang teknologi dalam proses ini.
2. Penyediaan Platform dan Alat Pengembangan
Menyediakan platform dan alat yang mudah digunakan bagi guru untuk membuat dan berbagi materi pembelajaran digital.
3. Inkubasi dan Akselerasi Inovasi
Mendirikan pusat-pusat inkubasi dan akselerasi inovasi pendidikan berbasis teknologi untuk mendukung pengembangan dan implementasi ide-ide baru.
4. Kemitraan dengan Sektor Swasta
Membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan perusahaan teknologi pendidikan (EdTech) untuk menyediakan solusi dan dukungan teknis.
5. Kolaborasi Antar Institusi Pendidikan
Mendorong kolaborasi antar sekolah dan perguruan tinggi dalam berbagi praktik baik dan sumber daya terkait pemanfaatan teknologi.
6. Kebijakan dan Regulasi yang Adaptif
Menyusun kebijakan dan regulasi yang mendukung inovasi teknologi dalam pendidikan, termasuk standar kualitas konten digital, perlindungan data, dan penggunaan teknologi yang etis.
7. Pendanaan dan Insentif
Mengalokasikan anggaran yang memadai untuk mendukung inisiatif e-readiness dan memberikan insentif bagi sekolah dan guru yang berhasil mengimplementasikan inovasi teknologi.
8. Monitoring dan Evaluasi
Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap implementasi strategi dan dampaknya terhadap kualitas pembelajaran. Hasil evaluasi digunakan untuk perbaikan dan penyesuaian strategi.
Dengan implementasi strategi "Akselerasi Transformasi Digital Pendidikan Indonesia: Ekosistem e-Readiness yang Inklusif dan Berkelanjutan" secara terencana dan terkoordinasi, diharapkan tingkat e-readiness dalam pengembangan inovasi pendidikan di Indonesia dapat meningkat secara signifikan, membawa dampak positif bagi kualitas pembelajaran dan masa depan generasi penerus bangsa.
REFERENSINYA
Aka, K. A. (2017). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik) Sebagai Wujud Inovasi Sumber Belajar Di Sekolah Dasar. 1, 28–37. Http://Journal.Um Surabaya.Ac.Id/Index.Php/Pgsd/Article/View/1041/724
Ariana, S., Azim, C., & Antoni, D. (2020). Clustering of ICT human resources capacity in the implementation of E-government in expansion area: A case study from Pali regency. Cogent Business & Management, 7(1), 1754103.
Arif, S. (2024). Peran Kepala Sekolah sebagai Edupreneur dalam Transformasi Sekolah yang Unggul. Jurnal Review Pendidikan Dasar : Jurnal Kajian Pendidikan Dan Hasil Penelitian, 10(1), 24–31. https://doi.org/10.26740/jrpd.v10n1.p24-31
Aydin, C. H. & Tasci, D., (2005). Measuring Readiness For E-Learning: Reflections From an Emerging Country: Educational Technology & Society, 8(4), 244-257.
Diki Maulansyah, R., Febrianty, D., & Asbari, M. (2023). Peran Guru Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan: Penting Dan Genting! Journal Of Information Systems And Management (Jisma), 2(5), 31–35. Https://Jisma.Org/Index.Php/Jisma/Article/View/483
Dilip Potnis, D. and Pardo, T.A. (2011), "Mapping the evolution of e‐Readiness assessments", Transforming Government: People, Process and Policy, Vol. 5 No. 4, pp. 345-363. https://doi.org/10.1108/17506161111173595
Dukic, et.al., (2016). Public administration employe “rediness and acceptance of e-governemnt” : Finding from a Croatian Survei. International Jurnal Information Development. Volume: 33 issue: 5, page(s): 525-539
Hayati, Z. (2018). Pendidikan Sekolah Dasar Dan Peningkatan Sdm Yang Berkualitas. Primary Education Journal (Pej), 1(2), 66–71. Http://Pej.Ftk.Uinjambi.Ac.Id/Index.Php/Pej/Article/View/13%0ahttp://Pej.Ftk.Uinjambi.Ac.Id/Index.Php/Pej/Article/Download/13/13
Huda, I. A. (2020). Perkembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik) Terhadap Kualitas Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (Jpdk), 2(1), 121–125. Https://Doi.Org/10.31004/Jpdk.V1i2.622
Indrajit, Richardus Eko. 2004. e-Government Strategi Pembangunan
Dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta: Andi Offset.
Jayanti, G. D., Setiawan, F., Azhari, R., & Putri Siregar, N. (2021). Analisis Kebijakan Peta Jalan Pendidikan Nasional 2020-2035. Jurnal Pendidikan Dasar Dan Keguruan, 6(1), 40–48. Https://Doi.Org/10.47435/Jpdk.V6i1.618
Masrura Mailany. Analisis Faktor-Faktor Pengukuran Tingkat
Kesiapan
Implementasi E-learning. Tesis. Fakultas Ilmu Komputer. Universitas
Indonesia. Jakarta, 2015.
Mulyani, Dessy. 2013. “Hubungan Kesiapan Belajar Siswa Dengan
Prestasi Belajar”. KONSELOR: Jurnal Ilmiah Konseling. Vol. 2 No. 1. Januari
2013.
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/article/view/729
Munthe, E. (2019). Pentingnya Penguasaan Iptek Bagi Guru Di Era Revolusi 4.0. Seminar Nasinal Pendidikan Pascasarjana Unimed, 443–448.
Mutula, S. M., Brakel, P. V, 2006, An evaluation of e-readiness
assessment tools with
respect to information access: Towards an integrated information rich tool,
International
Journal of Information Management, No. 3, Vol. 26, Hal. 212–223. doi:
10.1016/j.ijinfomgt.2006.02.004.
Nurhayati, Stenlly Sedubun, Elina Lulu Bimawati Rumapea,. Ahmad, 2024. Inovasi Pendidikan di Era Digital Tantangan dan Solusi, Medan : PT Media Penerbit Indonesia
Rajagukguk, S. R. J., Tumanggor, S., Malau, J. G., & Turnip, H. (2023). Pentingnya Pemerhatian Sarana dan Prasarana bagi Pendidikan di Sekolah yang Terpencil. PEDIAQU: Jurnal Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 2(1), 204–215. https://publisherqu.com/index.php/pediaqu/article/view/76
Salmilah, S. (2019). Kesiapan Implementasi E-Learning (E-Learning Readiness). Didaktika: Jurnal Kependidikan, 8(2), 83-88. https://doi.org/10.58230/27454312.70
Warsihna, J. (2013). Pemanfaatan TIK untuk Pendidikan (E-Learning) di SMP . Jurnal Teknodik Vol. 17, No. 1, 525.
Untuk tindak lanjut silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707-(WA) 081327789201 terima kasih
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih