Lencana Facebook

banner image

Thursday 3 April 2014

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA TOPIK PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK MELALUI PENDEKATAN METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS II



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan dalam memberikan materi pelajaran. Dari faktor anak, tingkat intelegensi dan latar belakang anak didik yang berbeda-beda menyebabkan hasil pembelajaran yang tidak sama pula. Sedangkan penyebab lain dari pihak guru adalah cara penyampaian materi yang dianggap anak didik sulit memahaminya, kurangnya media pembelajaran, metode pembelajaran yang salah, sehingga tujuan pembelajaran kepada anak didik tidak mengenai sasaran, dan masih banyak lagi sebab-sebab kegagalan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Dengan adanya kegagalan dalam memberikan materi pelajaran kepada anak didik, penulis menggunakan hal ini sebagai dasar dalam usaha memperbaiki pembelajaran. Penulis mencoba memperbaiki pembelajaran melalui prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sesuai dengan karakteristik PTK yaitu adanya masalah dalam PTK dipicu oleh kesadaran pada diri guru bahwa praktek yang dilakukan di kelas mempunyai masalah yang harus diselesaikan dan ditindaklanjuti agar terjadi perubahan pada keberhasilan anak didik. Penulis melakukan PTK yang diawali dengan refleksi diri, mengidentifikasi permasalahan pembelajaran dengan bantuan teman sejawat.
Seperti halnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan materi penggunaan energi listrik. Kegagalan penulis dalam pembelajaran mata pelajaran IPA ini ditandai dengan rendahnya nilai yang diperoleh siswa pada akhir pembahasan materi. Pada pembelajaran awal, hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik sangat rendah, yaitu  mencapai 25,53% (12 siswa) dari 47 siswa yang tuntas dalam belajar, dengan perolehan nilai rata-rata hasil belajar 68,72 serta motivasi belajar 31,91 atau 15 siswa dari jumlah siswa seluruhnya 47 orang. Hal ini menunjukkan motivasi dan ketuntasan siswa dalam menguasai materi penggunaan energi listrik sangat sangat rendah.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti meminta bantuan supervisor, kepala sekolah dan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi dalam pembelajaran yaitu :
1.   Identifikasi Masalah
Adapun hasil diskusi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah sebagai berikut :
a.       Siswa kurang menguasai materi pembelajaran
b.      Kreativitas siswa untuk menanyakan sesuatu kepada guru sama sekali tidak muncul.
c.       Sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada saat proses mempelajari materi ajar, dan ini telah menyebabkan mereka tidak tuntas belajar karena kekurang tepatan pemilihan metode pembelajaran
d.      Ketidakaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi pada saat proses pembelajaran berlansung.
2.   Analisis Masalah
Sehubungan dengan rendahnya hasil belajar tersebut, peneliti merefleksi  dan berdiskusi dengan teman sejawat. Dari hasil diskusi tersebut dapat dimungkinkan penyebab rendahnya hasil belajar siswa antara lain :
1.      Model pembelajaran yang diambil tidak tepat dan penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
2.      Guru tidak mampu menciptakan partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi
3.      Guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik.
4.      Guru harus lebih teliti melihat siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
Melihat permasalahan di atas, upaya yang dilakukan memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya akan dilakukan melalui upaya penelitian tindakan kelas dengan metode eksperimen pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri ......................

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat disimpulkan perumusan masalah sebagai berikut  :
1.      Bagaimana meningkatkan motivasi belajar siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik melalui penerapan metode eksperimen ?
2.      Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik melalui penerapan metode eksperimen ?

C.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, agar memiliki arah yang jelas, maka ditetapkan tujuan sebagai berikut :
  1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik  penerapan metode eksperimen.
  2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi penggunaan energi listrik dengan  penerapan metode eksperimen.

D.    Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi :
  1. Siswa
a.       Memperbaiki belajar siswa, agar hasil belajar siswa meningkat
b.      Siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru sehingga minat belajar siswa meningkat
c.       Siswa dapat berperan sebagai peneliti bagi hasil belajarnya sendiri
d.      Untuk memperbaiki pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa meningkat.
  1. Guru
a.       Untuk memperbaiki pembelajaran yang dikeloloanya
b.      Memperbaiki kinerja guru untuk berkembang secara profesional
c.       Meningkatkan aktifitas guru dalam pembelajaran untuk berperan aktif  mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
  1. Sekolah
a.       Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah
b.      Meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan bagi siswa
c.       Mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh
d.      Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif



BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA

A.    Kajian Teori

1.      Pembelajaran IPA
a.       Hakikat Pembelajaran IPA
Berbagai  pendapat  menyatakan  tentang  pengertian    IPA,  ada  yang menyatakan  bahwa  IPA  adalah  sekumpulan  ilmu  pengetahuan  yang  dapat menjelaskan  tentang  kejadian  alam,  ada  juga  yang  memandang  bahwa  IPA bukan sekedar ilmu pengetahuan yang harus dipelajari dalam bentuk teori tapi juga  dalam  bentuk  proses.  Berikut  pendapat  dari  para  ahli  :  Nas ,  Carin  dan Sund, Rom Harre tentang pengertian IPA:
1)      Nash  dalam  bukunya  The  Nature  of  Natural  Science  (Darmojo  dan Kaligis, 1992 : 3), menyatakan bahwa “Science is away of looking at the world”.  IPA  itu  suatu  cara  atau  metode  untuk    mengamati  alam. Selanjutnya Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat  analitis,  lengkap,  cermat,  serta  menghubungkan  antara  satu fenomena  dengan  fenomena  yang  lain  sehingga  keseluruhannya membentuk  suatu  perspektif  yang  baru  tentang  objek  yang  diamatinya itu.
2)      Carin  dan  Sund  (Margo,  Syahrudin,  1999  :  2)  menyatakan  bahwa  ‘IPA merupakan    suatu  system  of  knowing  atau  sistem  untuk  mengetahui alam,  dan  IPA  merupakan  kumpulan  pengetahuan  Alam  yang  berfungsi untuk menjelaskan apa yang diperoleh.
3)      Rom  Harre  seorang  ahli  falsafah  IPA  dalam  bukunya  The  Philosophies of  science  (Darmojo  dan  Kaligis,  1992  :  4)  menyatakan  bahwa  ‘IPA adalah kumpulan teori  yang telah diuji kebenarannya,  yang menjelaskan tentang  pola-pola  keteraturan  dari  gejala  alam    yang  diamati  secara seksama’.                       
4)      Suyoso(1998  :  23  )  merupakan”pengetahuan  hasil  kegiatan  manusia yang  bersipat  aktif  dan  dinamis.Tiada  hentinya  serta  diperoleh  melalui metode  tertentu  yaitu  teratur,  sistemmatis,berobjek,bermetode,dan berlaku secara universal.”
5)      Abdulah  (1998  :  18)  IPA  merupakan  pemgetahuan  yang  teoritis  yang diperoleh  atau  disusun  dengan  cara  yang  has  atau  khusus  yaitu  dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan penyusunan teori dan seterusnya merangkai antara cara yang satu dengan cara yang lain, 
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang dapat menjelaskan tentang fakta-fakta yang terjadi di alam  berdasarkan  alasan  yang  rasional  atau  masuk  akal.  IPA  juga menekankan  bagaimana  cara  memperoleh  suatu  fakta  sehingga  didapatkan data yang analitis dan sintesis atau dengan kata lain IPA juga dapat dipandang sebagai  suatu  proses.  Dalam  proses  pencarian  data-data  yang  dibutuhkan untuk menjelaskan suatu fenomena atau kejadian maka IPA juga mengajarkan bagaimana cara bersikap ilmiah berdasarkan data yang telah diperoleh.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta  di  sekolah  dasar,  dengan  menggunakan  metode-metode  sains.  IPA membahas  tentang  gejala-gejala  alam  yang  disusun  secara  sistematis  yang didasarkan  pada  hasil  percobaan  dan  pengamatan  yang  dilakukan  oleh  manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukan oleh Powler (dalam Wina-Putra 1992 : 122) bahwa  IPA  merupakan  ilmu  yang  berhubungan  dengan  gejala-gejala  alam  dan kebendaan  yang  sistematis  yang  tersusun  secara  teratur,  berlaku  umum  yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Berdasarkan pengertian di atas, tujuan pembelajaran IPA adalah untuk membekali siswa tentang : 1)  Pengetahuan alam atau sains, 2)  Kemampuan  mengindentifikasi,  menganalisis,  dan  menyusun  alternatif pemecahan masalah secara kritis berdasarkan prinsip-prinsip sains, 3)  Kemampuan  untuk  mengaplikasikan  ilmu  yang  didapat  dari  sekolah dengan kehidupan sehari-hari yang berkenaan dengan pengetahuan alam, 4)  Kesadaran sikap mental yang kritis positif dan keterampilan ilmiah  terhadap lingkungan hidup, dan 5)  Kemampuan mengembangkan pengetahuan IPA.Dengan  demikian  pada  hakekatnya  pembelajaran  IPA  di  SD  akan membentuk  individu-individu  yang  berkemampuan  ilmiah  dan  kritis  dalam menghadapi  masalah  serta  gejala-gejala  yang  terjadi  di  lingkungan  sekitar  dalam kehidupan
 Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar ditinjau dari sudut  kegiatan  siswa  berupa  pengalaman  belajar  siswa  yaitu  kegiatan siswa  yang  direncanakan  guru  untuk  dialami  siswa  selama  kegiatan belajar mengajar (Mulyani,2000). Fungsi pembelajaran Sains di sekolah dasar  antara  lain  adalah  memberikan  pengetahuan  tentang  lingkungan alam dan lingkungan buatan, dan keterkaitannya dengan pemanfaatannya bagi  kehidupan  sehari-hari,  pengembangan  keterampilan  proses  sains, mengembangkan  wawasan,  sikap,  nilai  dan  keterampilan  yang  berguna untuk  meningkatkan  kualitas  hidup. 
Tujuan  pembelajaran  sains  tidak  hanya  untuk  memahami  pengetahuan,  tetapi  juga  memberikan kesempatan  agar  siswa  terlibat  dalam  belajar  dengan  menggunakan berpikir  ilmiah,  sehingga  hasil  yang  diperoleh  adalah  pengetahuan  cara berpikir, sikap, dan keterampilan termasuk keterampilan komunikasi. Menurut  Kurikulum  2004,  Sains  adalah  cara  mencari  tahu tentang  alam  secara  sistematis  untuk  menguasai  pengetahuan,  fakta-fakta,  konsep-konsep,  prinsip prinsip,  proses  penemuan  dan  memiliki sikap  ilmiah.  Berdasarkan  kamus  lain,  science  berasal  dari  kata “scientia  yang  berarti  pengetahuan  tentang,  tahu  tentang  ilmu, pengertian atau keahlian atau juga paham yang benar-benar.  Nash  (1963)  dalam  bukunya  The  nature  of  natural  sciences menyatakan  bahwa  sains  adalah  suatu  cara  atau  metode  untuk mengamati  alam.  Nash  menjelaskan  bahwa  cara  sains  mengamati  alam ini  bersifat  analitis,  cermat  dan  lengkap  serta  menghubungkan  satu fenomena  dengan  fenomena  lain  sehingga  keseluruhannya  membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang di amati itu. Bahwa sains merupakan suatu cara atau metode berpikir yang di perkuat oleh Einstein yang juga di kutip dalam buku Nash tersebut.   Carin dan Sund (1985) dalam bukunya Teahing Modern Science menyatakan bahwa sains merupakan system untuk menjelaskan apa yang di peroleh . Ada  enam  pertimbangan  yang  perlu  diperhatikan  dalam melaksanakan pembelajaran sains, yaitu :
1)      Empat  pilar  pendidikan  (belajar  untuk  mengetahui,  belajar  untuk berbuat,  belajar  untuk  hidup  dalam  kebersamaan  dan  belajar  untuk menjadi dirinya sendiri)
2)      Inkuiri Sains
3)      Konstruktivisme 
4)      Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
5)      Pemecahan masalah 
6)      Pembelajaran sains yang bermuatan nilai. 
Pembelajaran  Sains  dapat  dilakukan  melalui  berbagai  kegiatan seperti  pengamatan,  pengujian/penelitian,  diskusi,  penggalian  informasi mandiri melalui  tugas  baca,  wawancara  narasumber,  simulasi/bermain  peran,  nyanyian,  demostrasi peragaan model. Kegiatan pembelajaran lebih diarahkan pada pengalaman  belajar  langsung  daripada  pengajaran  (belajar).  Guru berperan  sebagai  fasilitator  sehingga  siswa  lebih  aktif  berperan  dalam proses  belajar.  Guru  harus  memberi  respon  yang  mengaktifkan  semua siswa secara positif dan edukatif. 
b.      Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran  pada  hakekatnya  adalah  proses  interaksi  antar  paserta  didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa,2003:100).  Pembelajaran  pada  hakekatnya  merupakan  suatu  proses interaksi  antara  guru  dengan  siswa,  baik  interaksi  antar  guru  dengan  siswa,  baik interaksi  secara  langsung  seperti  kegiatan  tatap  muka  maupun  kegiatan  tidak langsung yaitu dengan cara menggunakan berbagai media. (Rusman, 2008:100). Ilmu  Pengetahuan  Alam  (IPA)  sebagai  disiplin  ilmu  yang  berhubungan dengan  cara  mencari  tahu  tentang  alam  yang  sistematis,  sehingga  IPA  bukan hanya  penguasaan  kumpulan  pengetahuan  berupa  fakta,  konsep  atau  prinsip  saja tetapi  juga  merupakan  suatu  proses  penemuan.  Pembelajaran  IPA  di  harapkan dapat  menjadi  wahana  peserta  didik  untuk  mempalajari  diri  sendiri  dan  alam sekitar,  serta  prospek  pengembangan  lebih  lanjut  dalam  menerapkan  di  dalam kehidupan  sehari-hari.  Proses  pembelajaran  IPA  menekankan  pada  pemberian pengalaman  langsung  untuk  mengembangkan  kompetensi  agar  menjelajahi  dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara  inkuiri  ilmiah  untuk  menumbuhkan  kemampuan  berfikir,  bekerja    dan bersikap  ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD  menekankan  pada     pemberian pengalaman  belajar  secara  langsung  melalui  penggunaan  dan  pengembangan keterampilan  dan  proses  sikap  ilmiah.  Sebagaimana  dalam  kurikulum  2006 (KTSP)  tujuan  mata  pelajaran  IPA  diantaranya  untuk  mengembangkan pengetahuan  dan  pemahaman  konsep-konsep  IPA  yang  bermanfaat  dan  dapat  di terapkan  dalam  kehidupan  sehari-hari,  mengembangkan  rasa  ingin  tahu,  sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,  lingkungan,  teknologi  dan  masyarakat  serta  mengembangkan  keterampilan proses  untuk  menyelidiki  alam  sekitar,  memecahkan  masalah  dan  membuat keputusan. IPA sebagai hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar melalui penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan. Melalui pembelajaran IPA, kerja ilmiah seperti melakukan pengamatan,  memprediksi,  dan  keterampilan  IPA  lainnya  serta  keterampilan berfikir  dapat  dilatih  kepada  peserta  didik  dalam  usaha  memberi  bekal pengetahuan,  keterampilan,  nilai  dan  sikap  yang  diperlukan  untuk  melanjutkan
pendidikan maupun untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan–perubahan di  sekelilingnya.  Oleh  karena  itu  pengembangan  kurikulum  IPA  beralih  dari pengembangan  kurikulum  berbasis  materi  (content-based)  atau  siswa  belajar sejumlah  fakta  ke  pengembangan  kurikulum  berbasis  kopetensi  (competency-based),  di  mana  ada  keseimbangan  peningkatan  kemampuan  konseptual  dan procedural.  Pendidikan    IPA    menekankan    pada    pemberian    pengalaman    langsung.  Pada prinsipnya IPA di sekolah dasar membekali siswa untuk mengembangkan  kemampuan  berbagai  cara  “mengetahui”  dan  suatu  cara  “mengerjakan”  yang dapat  membantu  siswa  untuk  memahami  alam  sekitar  secara  mendalam  dan  menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan  dunia yang sangat cepat.
c.       Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pendidikan  IPA  di  SD  tidak  terlepas  dari  fungsi  sosial  pendidikan  di  atas namun  IPA  memiliki  ciri-ciri  tersendiri  yang  membedakannya  dari  pendidikan lain seperti IPS, Matematika, dan sebagainya. Di dalam kurikulum 2006 diuraikan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.  Pendidikan  IPA  diharapkan  dapat  menjadi  wahana  bagi  peserta  didik untuk  mempelajari  diri  sendiri  dan  alam  sekitar,  serta  prospek  pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan  mata  pelajaran  IPA  di  Sekolah  Dasar  berdasarkan  Kurikulum 2006, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1)      Memperoleh  keyakinan  terhadap  kebesaran  Tuhan  Yang  Maha  Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2)      Mengembangkan  pengetahuan  dan  pemahaman  konsep-konsep  IPA  yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3)      Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan  yang  saling  mempengaruhi  antara  IPA,  lingkungan,  teknologi  dan masyarakat.
4)      Mengembangkan  keterampilan  proses  untuk  menyelidiki  alam  sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5)      Meningkatkan  kesadaran  untuk  menghargai  alam  dan  segala  keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
6)      Memperoleh pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (Depdiknas, 23006:84-85).
d.      Karakteristik Pembelajaran IPA
Pembelajaran  IPA  di  SD  hendaknya  dilangsungkan  selaras  dengan perkembangan  siswa  yang  ditinjau  dari  perkembangan  aspek  kognitif, perkembangan  aspek  social  dan  kemandirian.  Pembelajaran  IPA  tidak  hanya dilangsungkan  sebagai  sumber  belajar  sehingga  siswa  dapat  langsung berinteraksi dengan alam dan mengekspresikan alam sekitar mereka.Sedangkan  menurut  Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  SD  (2006  : 454) bahwa : IPA  berhubungan  dengan  cara  mencari  tahu  tentang    alam  secara sistematis,  sehingga  IPA  bukan  hanya  penguasaan  kumpulan pengetahuan  yang  bersifat  fakta-fakta,  konsep-konsep,  prinsip-prinsip saja,  tetapi    juga  merupakan  suatu  proses  penemuan.  Pendidikan  IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri  sendiri  dan  alam  sekitar,  serta  prospek  pengembangan  lebih  lanjut dalam  dalam kehidupan sehari-hari.
e.       Fungsi IPA
Darmojo  &  Kaligis,  1992  :  67-68  menyebutkan bahwa lmu pengetahuan alam diperlukan di SD karena dapat memberikan kontribusi untuk tercapainya sebagian dari tujuan pendidikan di SD. Dengan pengajaran IPA diharapkan siswa akan dapat :
1)      Memahami  alam  sekitarnya,  meliputi  benda-benda  alam  dan  buatan manusia  serta  konsep-konsep  IPA  yang  terkandung  didalamnya. Memiliki  keterampilan  untuk  mendapatkan  ilmu  khususnya  IPA berupa  “ketrampilan  proses  atau  metode  ilmiah  yang  sederhana”. Memiliki  sifat  ilmiah  didalam  mengenal  alam  sekitarnya  dan memecahkan  masalah  yang  dihadapinya,  serta  menyadari  kebesaran penciptanya.
2)      Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Secara khusus fungsi Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar, yaitu :
1)      Memberikan  pengetahuan  tentang  berbagai  jenis  lingkungan  alam dan  lingkungan  buatan  dalam  kaitannya  dengan  pemanfaatan  bagi kehidupan sehari-hari.
2)      Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
3)      Mengembangkan  kesadaran  hubungan  keterkaitan  yang  saling mempengaruhi  antara  kemajuan  IPA  dan  teknologi  dengan  keadaan lingkungan dan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.
4)      Mengembangkan  kemampuan  untuk  menerapkan  ilmu  pengetahuan dan  teknologi  (Iptek),  serta  ketrampilan  yang  berguna  untuk kehidupan  sehari-hari  maupun  untuk  melanjutkan  pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.
5)      Pernyataan  di atas  lebih  menekankan  kepada  yang  seharusnya  dilakukan pelajaran ilmu pengetahuan alam. Dengan kata lain fungsi ilmu  pengetahuan  alam  akan  menjadi  acuan  dalam  melakukan  kewajiban  sehingga  apa  yang  tertulis  di dalam  fungsi  mata  pelajaran  IPA  dapat  diimplementasikan  dalam  kegiatan  belajar  mengajar  dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Motivasi
a.       Pengertian Motivasi
Kata  “motif”  diartikan  sebagai  daya  upaya  yang  mendorong seseorang  melakukan  sesuatu.  Motif  dapat  dikatakan  sebagai  daya penggerak  dari  dalam  dan  dalam  subjek  untuk  melakukan  aktivitas-aktivitas  tertentu  demi  mencapai  suatu  tujuan.  Bahkan  motif  dapat diartikan  sebagai  suatu  kondisi  intern.  Berawal  dari  kata  motif  itu,  maka motivasi  dapat  diartikan  sebagai  daya  penggerak  yang  telah  menjadi  aktif.
Motif  menjadi  aktif  pada  saat-saat  tertentu,  terutama  bila  kebutuhan  untuk mencapai tujuan dirasakan atau mendesak. Motivasi  merupakan  proses  pengarahan  atau  pemberian  perangsang terhadap  individu  dalam  rangka  pencapaian  tujuan  yang  telah  ditetapkan. Motivasi  menyangkut  proses  psikologis,  yang  sifatnya  kompleks  yang di dalamnya  terkandung  berbagai  aspek  yang  mempengaruhi  kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh individu.  Adam  Ibrahim Wijaya  (1983:62) mengemukakan bahwa “...motivasi sesungguhnya  merupakan  proses  psikologis  dalam  mana  terjadinya interaksi  sikap,  kebutuhan,  persepsi,  proses  belajar,  dan  pemecahan masalah...”  
Mc. Donald dalam Sardiman (2007: 73) menyatakan bahwa motivasi adalah  perubahan  energi  dalam  diri  seseorang  yang  ditandai  dengan munculnya  feeling  dan  didahului  dengan  tanggapan  terhadap  adanya tujuan.  Berdasarkan  pegertian  tersebut  dapat  diartikan  bahwa  motivasi menyebabkan  adanya  perubahan  energi  pada  diri  seseorang  yang  dapat menentukan  tingkah  laku  individu  tersebut  yang  terdorong  oleh  adanya tujuan. Pada  dasarnya  karakteristik  motivasi  ialah  sebagai  hasil  dari kebutuhan,  terarah  pada  suatu  tujuan,  dan  menopang  perilaku.  Motivasi suatu individu yang tinggi akan mengarahkan perilaku yang baik dan sesuai dengan  arah  tujuan  sehingga  membawa  hasil  yang  baik.  Sebaliknya  jika motivasi  yang  dimiliki  lemah  maka  perilaku  atau  perbuatan  yang dikerjakan  akan  tidak  sungguh-sungguh,  tidak  terarah  dan  kemungkinan besar tidak akan membawa hasil.
Menurut  beberapa  ahli  psikologi,  pada  diri  seseorang  terdapat penentuan tingkah  laku.  Faktor  penentu tersebut  adalah  motivasi  atau  daya penggerak  tingkah  laku  manusia.  Motivasi  merupakan  dorongan  keras dalam  diri  seseorang  untuk  melakukan  tujuan  tertentu  yang  ingin dicapainya.
Arcy  (Soeharto  1998:  116)  dalam  the  Science  and  Art  of  Teaching memberikan  batasan  tentang  motivasi  sebagai  berikut  An  internal  state that  leads  to  effort  expended  toward  objectives  atau  jika  diterjemahkan secara bebas adalah kondisi internal dalam diri seseorang yang mempunyai peranan penting dalam mengupayakan tercapainya tujuan instruksional.  Sutadipura  (1985:  114)  menyatakan  bahwa  motivasi  adalah  suatu proses  yang  dapat:  1)  membimbing  anak-anak  didik  kita  ke arah pengalaman-pengalaman  dimana  kegiatan  belajar  itu  dapat  berlangsung;  2) memberikan  kepada  pesrta  didik  kekuatan  dan  keaktifan  serta  memberikan kepadanya  kewaspadaan  yang  memadai;  3)  pada  suatu  saat  mengarahkan perhatian mereka terhadap suatu tujuan.
Berdasarkan  pengertian-pengertian  yang  telah  disampaikan  oleh para  ahli  dapat  disimpulkan  bahwa  apabila  motivasi  diterapkan  dalam bidang  pendidikan maka  motivasi belajar dapat  diartikan  sebagai  dorongan dalam  diri  individu  berupa  gairah,  kesenangan,  maupun  semangat  untuk melakukan  sesuatu  dalam  hal  ini  belajar  guna  mencapai  tujuan  tertentu. Siswa  yang  mempunyai  motivasi  belajar  yang  kuat  akan  mempunyai banyak  energi  untuk  melakukan  kegiatan  dalam  rangka  proses  belajar. Motivasi  belajar  dalam  penelitian  ini  akan  diamati  dan  diukur  melalui respon dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas yang  dilihat  dari  banyaknya  siswa  yang  bertanya,  menjawab  pertanyaan, menyimak pelajaran, dan lain-lain. Selain itu, respon siswa dapat diketahui dari hasil obsevasi dan diskusi dengan guru dan siswa.
b.      Jenis-jenis Motivasi
Lebih  lanjut  Komaruddin  (1983:306)  menggolongkan  motivasi ke dalam dua jenis, yaitu:
1)   Motivasi  Intrinsik,  adalah  motivasi  yang  timbul  dari  dalam  diri  seseorang, motivasi ini sering di sebut motivasi murni.
2)   Motivasi  ekstrinsik,  yang  timbul  disebabkan  oleh  faktor  yang  datang  dari  luar  diri  seseorang  misalnya:  pujian,  hadiah,  kenaikan pangkat dan gaji. 
 Dari  pengertian  di  atas,  motivasi  intrinsik  adalah  daya  penggerak  yang  timbul  dari  dalam  diri  individu  yang  mempengaruhi,  dan  membimbing  ke  arah  aktivitas  yang  sifatnya  khas  dan  berbeda  antara  individu yang satu dengan individu yang lain.  Motivasi  dipandang  sebagai  dorongan  mental  yang  menggerakan  dan  yang  mengarahkan  perilaku manusia, termasuk  prilaku  belajar. Dalam  motivasi  terkandung  adanya  keinginan  yang  mengaktifkan,  menggerakan,  menyalurkan,  dan  mengarahkan  sikap  dan  prilaku  individu  belajar  (Koeswara, 1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs dan Telfer, 1987).
Ada  tiga  komponen utama  dalam motivasi  (Koeswara,  1989; Siagian, 1989; Schein, 1991; Biggs dan Telfer, 1987) yaitu:
1)      Kebutuhan.
Kebutuhan terjadi  bila individu  merasa  ada  ketidak seimbangan  antara  apa yang ia miliki dan yang ia harapkan.
2)      Dorongan. 
Dorongan merupakan kekutan mental untuk melakukan kegiatan dalam  rangka  memenuhi  harapan.  Dorongan  merupakan  kekuatan  mental  yang  berorientasi  pada  pemenuhan  harapan  atau  pencapaian  tujuan.  Dorongan yang berorientasi pada tujuan merupakan inti motivasi.
3)      c.  Tujuan. 
Tujuan  adalah  hal  yang  ingin  dicapai  oleh  seorang  individu.  Tujuan  tersebut mengarahkan prilaku dalam hal ini prilaku belajar. 
Nurhayati  (dalam  Maulana 2009:17)  berpendapat  bahwa  “...Motivasi  adalah  dorongan  atau  usaha  untuk  menciptakan  situasi,  kondisi  dan  aktivitas  belajar,  karena  didorong  adanya  kebutuhan  untuk  mencapai  tujuan  belajar...”
Hamalik  (1995:  109,  dalam  Saputri :  2004)  mengungkapkan  bahwa  motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1)      Motivasi menentukan tingkat keberhasilan siswa
2)      Motivasi merupakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
3)      Motivasi  menuntut  adanya  kreativitas  dan  imajinasi  guru  untuk  berupaya  bersungguh-sungguh  mencari  cara  yang  relevan  dan  sesuai  guna memelihara motivsi siswa. 
4)      Kedisiplinan kelas tergantung pada motivasi siswa
5)      Penggunaan  azas  motivasi  belajar  merupakan  sesuatu  yang  essensial  dalam proses belajar dan pembelajaran.
 Motivasi  dapat  diartikan  sebagai  suatu  upaya  untuk  menimbulkan  atau  meningkatkan  dorongan  untuk  mewujudkan  perilaku  tertentu  yang  terarah pada pencapaian suatu tujuan tertentu (Mohamad Surya, 2003: 16).  Motivasi  mempunyai  karakteristik  (Mohamad  Surya,  2003:  18)  sebagai  berikut: 1) Sebagai hasil dari kebutuhan,  2) Terarah kepada tujuan dan 3) Menopang perilaku.
Motivasi  dapat  digambarkan  dalam  kerangka  bentuk  yang  sederhana (Mohamad Surya: 2003). yaitu: Motif  → perilaku → tujuan.  Kerangka  di  atas  merupakan  model  proses  motivasi  yang  bersifat  umum.  Dalam  kenyataannya  motivasi  merupakan  suatu  proses  yang  kompleks  sesuai  dengan  kompleksnya  kondisi  prilaku  manusia  dengan  segala aspek yang terkait baik eksternal maupun internal.
Berdasarkan  hal-hal  di  atas,  beberapa  prinsip  motivasi  yang  dapat  dijadikan acuan adalah antara lain:
1)      Prinsip kompetisi
Prinsip  kompetisi  merupakan  persaingan  secara  sehat  baik  inter  maupun antara pribadi.
2)      Prinsip pemacu
Dorongan  untuk  melakukan  berbagai  tindakan  akan  terjadi  apabila  ada  pemacu  tertentu.  Pemicu  dapat  berupa  informasi,  nasehat,  amanat,  peringatan, dan lain sebagainya.
3)      Prinsip pengajaran dan hukum
Ganjaran  yang  diterima  seseorang  dapt  meningkatkan  motivasi  untuk  melakukan tindakan yang menimbulkan ganjaran itu.
4)      Kejelasan dan kedekatan tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan maka akan makin mendorong  seseorang untuk melakukan tindakan.
5)      Pemahaman hasil
Hasil  yang  dicapai  seseorang  akan  merupakan  balikan  dari upaya  yang  telah  dilakukannya,  dan  itu  semua  dapat  memberikan  motivasi  untuk  melakukan tindakan selanjutnya.  
6)      Pengembangan minat
Motivasi  seseorang  cenderung  akan  meningkat  apabila  yang  bersangkutan  memiliki  minat yang besar terhadap tindakannya.
7)      lingkungan yang kondusif
Lingkungan  kerja  yang  kondusif  baik  lingkungan  fisik,  sosial,  maupun  psikologis  dapat  menumbuhkan  dan  mengembangkan  motif  untuk bekerja dengan baik.
8)      Keteladanan
Prilaku  guru  dapat  meningkatkan  motivasi  belajar  para  siswa  dan  sebaliknya dapat menurunkan motivasi belajar siswa. 
Berdasarkan  uraian  di atas  motivasi  merupakan  salah satu  faktor  yang  dapat menentukan suatu kegiatan pembelajaran yang efektif.
c.       Indikator Motivasi Belajar
Sardiman  (Hasna,  2008:  77)  mengungkapkan  bahwa  dalam  proses  pembelajaran, motivasi memiliki peranan yang sangat penting untuk menciptakan  suatu  pelajaran  yang  baik.  Adanya  motivasi  yang  tinggi  pada  diri  siswa memungkinkan  dirinya  dapat  mengembangkan  aktivitas  dalam  setiap  kegiatan belajar  yang  dilakukan.  Motivasi  dapat  mengarahkan  dan  menjaga  ketekunan siswa dalam belajar baik di kelas maupun diluar kelas.
Motivasi  yang  dapat  diamati  secara  langsung  adalah  tingkah  laku  yang  didorongnya yaitu dengan cara mengidentifikasi beberapa indikator tingkah laku  yang memperlihatkan adanya motivasi belajar. Indikator tersebut diantaranya:
1)      Durasi  kegiatan  (berapa  lama  kemampuan  penggunaan  waktunya  untuk  melakukan kegiatan)
2)      Frekwensi  kegiaatan  (  berapa  sering  kegiatan  dilakukan  dalam  periode  tertentu)
3)      Persitensinya (ketepatan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan.
4)      Ketabahan,  keuletan,  dan  kemampuan  dalam  menghadapi  rintangan  dan  kesultan dalam mencapai tujuan
5)      Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana,cita-cita, sasaran atau target, dan  idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.
6)      Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk yang dicapai dari kegiatannya.
3.      Hasil  Belajar Siswa
a.       Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan  yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman  belajarnya.  Hasil  belajar  mempunyai  peranan  penting  dalam  proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada  guru  tentang  kemajuan  siswa  dalam  upaya  mencapai  tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2007:213) mengungkap bahwa  hasil belajar merupakan hal  yang dapat dipandang dari dua sisi  yaitu sisi siswa  dan  dari  sisi  guru.  Dari  sisi  siswa,  hasil  belajar  merupakan  tingkat  perkembangan  mental  yang  lebih  baik  bila  dibandingkan  pada  saat  sebelum  belajar.
Prestasi  adalah  hasil  yang  telah  dicapai  seseorang  dalam  melakukan  kegiatan.  menurut  Bloom  dalam  Suharsimi  Arikunto  (1990:  110)  bahwa  hasil  belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.   Oemar  Hamalik  (2000:67) mengatakan  bahwa  “hasil  belajar  adalah  bila  seseorang telah  belajar  akan  terjadi  perubahan  tingkah  laku  pada  orang  tersebut,  misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.”
Hasil  belajar  merupakan  hal  yang  tidak  dapat  dipisahkan  dari  kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan  prestasi merupakan hasil dari proses belajar.  Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : Keterampilan dan  kebiasaan,  pengetahuan  dan  pengertian,  sikap  dan  cita-cita  yang  masing-masing  golongan  dapat  diisi  dengan  bahan  yang  ada pada  kurikulum  sekolah (Nana Sudjana, 2004:22).
Berdasarkan  teori  Taksonomi  Bloom  hasil  belajar  dalam  rangka  studi dicapai melalui  tiga  kategori  ranah  antara  lain  kognitif,  afektif,  psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1)      Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu  pengetahuan,  pemahaman,  penerapan,  analisis,  sintesis  dan  penilaian.
2)      Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan  yaitu  menerima,  menjawab  atau  reaksi,  menilai,  organisasi  dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3)      Ranah Psikomotor
Meliputi  keterampilan  motorik,  manipulasi  benda-benda,  koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
b.       Belajar Siswa 
Belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan  serangkaian  kegiatan  misalnya  dengan  membaca,  mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya. Belajar  sebagai  kegiatan  individu  sebenarnya  merupakan  rangsangan-rangsangan  individu  yang  dikirim  kepadanya  oleh  lingkungan.  Dengan  demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan. Sedangkan  pengertian  belajar  (Depdikbud,  1995:  14)  adalah  berusaha mencapai  memperoleh  kepandaian  atau  ilmu.  Namun  banyak  orang  yang beranggapan  bahwa  yang  dimaksud  dengan  belajar  adalah  mencari  ilmu  dan menuntut ilmu. Ada  lagi  yang  lebih  khusus  mengartikan  bahwa  belajar  adalah  menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan  yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses  tersebut  tidak  akan  terjadi  apabila  tidak  ada  sesuatu  yang  mendorong pribadi yang bersangkutan. Hasil  belajar  dikatakan  sempurna  apabila  memenuhi  tiga  aspek,  yaitu  : kognitif,  afektif,  dan  psikomotor.  Sebaliknya  dikatakan  hasil  kurang  memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga aspek tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat di jelaskan bahwa hasil belajar merupakan  tingkat  kemanusiaan  yang  dimilki  siswa  dalam  menerima,  menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Hasil  belajar  sesorang  sesuai  dengan  tingkat  keberhasilan  sesuatu  dalam mempelajari  materi  pelajaran  yang  dinyatakan  dalam  bentuk  nilai  raport  setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Hasil belajar siswa dapat diketahui  setelah  diadakan  evaluasi,  hasil  dari  evalusai  dapat  memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Untuk  mencapai  hasil  belajar  siswa  sebagaimana  yang  diharapkan  maka perlu diperhatikan beberapa faktor yamg mempengaruhi hasil dan prestasi belajar, anatar lain : faktor yang terdapat dalam diri siswa (intern) dan faktor yang terdiri dari  luar  diri  siswa  (ekstern).  Faktor  yang  berasal  dari  dalam  diri  anak bersifat biologis, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak yaitu, faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
c.       Faktor-faktor Keberhasilan Belajar
Setiap  proses  belajar  mengajar  selalu  menghasilkan  hasil  belajar, masalah yang dihadapi adalah sampai tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Ada  beberapa  faktor  yang  mempengaruhi  keberhasilan  belajar siswa adalah tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, bahan dan alat evaluasi, dan suasana evaluasi. (Syaiful B, Aswan Z ; 2002)
1)      Tujuan
Tujuan  adalah  pedoman  sekaligus  sebagai  sasaran  yang  akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari perjalanan proses belajar  mengajar  berpangkal  tolak  dari  jelas  tidaknya  perumusan  tujuan pengajaran.  Tercapainya  tujuan  sama  halnya  keberhasilan  pengajaran. Akhirnya,  tujuan  merupakan  salah  satu  faktor  yang  mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar dalam setiap kali pertemuan kelas.

2)      Guru
Guru  adalah  tenaga  pengajar  yang  memberikan  sejumlah  ilmu pengetahuan  kepada  anak  didik  disekolah.  Guru  adalah  orang  yang berpengalaman  dalam  bidang  profesinya  dengan  keilmuan  yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas.
3)      Anak Didik
Anak  didik  adalah  orang  yang  dengan  sengaja  datang  ke  sekolah untuk di didik agar menjadi orang  yang berilmu pengetahuan dikemudian hari, tugas itu diemban oleh guru dengan penuh tanggung jawab. Sikap minat, bakat dan motivasi anak terhadap pelajaran pun akan mempengaruhi  keberhasilan  belajar  mengajar.  Anak  didik  adalah  unsur manusia yang mempengaruhi  kegiatan belajar mengajar berikut hasil dari kegiatan itu, yaitu keberhasilan belajar mengajar.
4)      Kegiatan Pengajaran
Kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan anak didik, guru menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar anak didik. Anak didik adalah orang yang dibimbing kedalam lingkungan belajar  yang  telah  diciptakan  oleh  guru.  Gaya  mengajar  dapat mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Penggunaan  metode  mengajar  akan  mempengaruhi  tinggi rendahnya keberhasilan belajar mengajar.
5)      Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan  evaluasi  adalah  suatu  bahan  yang  terdapat  didalam kurikulum  yang  sudah  dipelajari  oleh  anak  didik  guna  kepentingan ulangan.  Biasanya  bahan  pelajaran  itu  sudah  dikemas  dalam  bentuk  buku paket  untuk  dipakai  oleh  anak  didik,  guna  kepentingan  belajar  mengajar di kelas.


6)      Suasana Evaluasi
Suasana  evaluasi  merupakan  faktor  yang  mempengaruhi keberhasilan  belajar  mengajar,  pelaksanaan  evaluasi  biasanya dilaksanakan  di dalam  kelas,  semua  anak  didik  dibagi  menurut  kelas  dan tingkatannya.  Besar  kecilnya  jumlah anak  didik  yang  dikumpulkan di dalam  kelas  akan  mempengaruhi  suasana  dalam  kelas,  sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilakukan.
d.      Tipe-tipe Hasil Belajar
Tipe-tipe  hasil  belajar  sangat  penting  diketahui  oleh  seorang  guru agar  dapat  menyusun  perencanaan  pengajaran,  khususnya  dalam merumuskan  rencana  tujuan  pengajaran.  Biasanya  tujuan  pengajaran dirumuskan  dalam  bentuk  kognitif,  afektif,  dan  psikomotor  yang diharapkan dapat memiliki atau dikuasai oleh siswa setelah menyelesaikan pelajaran.
4.      Ketuntasan Belajar
Konsep ketuntasan belajar didasarkan pada konsep pembelajaran tuntas. Pembelajaran tuntas merupakan istilah yang diterjemahkan dari istilah“mastery Learning”. Nasution, S (1982: 36) menyebutkan bahwa mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh. Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut. Nasution, S (1982: 38) juga menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh, yaitu: (1) bakat untuk mempelajari sesuatu, (2) mutu pengajaran, (3) kesanggupan untuk memahami pengajaran, (4) ketekunan, (5) waktu yang tersedia untuk belajar. Kelima faktor tersebut perlu diperhatikan guru, ketika melaksanakan pembelajaran tuntas. Sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
 Block, James H. (1971: 62) menyatakan bahwa mastery learning dapat memberikan semangat pada pembelajaran di sekolah dan dapat membantu mengembangkan minat dalam pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang berkesinambungan ini harus menjadi tujuan utama dalam pendidikan yang modern. Ciri-ciri pembelajaran tuntas antara lain: (1) pendekatan pembelajaran lebih berpusat pada siswa (child center), (2) mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa (individual personal), (3) strategi pembelajaran berasaskan maju berkelanjutan (continuous progress), (4) pembelajaran dipecah-pecah menjadi satuan-satuan (cremental units) (KTSP SDN Sumberkembar 02, 2007).
 Dalam pembelajaran tuntas seorang siswa yang dapat mempelajari unit pelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pelajaran berikutnya jika siswa yang bersangkutan telah menguasai secara tuntas sesuai standar ketuntasan belajar minimal yang telah ditentukan oleh sekolah. Dalam pembelajaran tuntas terdapat dua layanan yang diberikan pada siswa, yaitu layanan program remedial dan layanan program pengayaan. Pertama, layanan program remedial dilaksanakan dengan cara: (a) memberikan bimbingan secara khusus dan perorangan bagi siswa yang mengalami kesulitan, (b) memberikan tugas-tugas atau perlakuan secara khusus yang sifatnya penyederhanaan dari pelaksanaan pembelajaran reguler, (c) materi program remedial diberikan pada Kompetensi Dasar (KD) yang  belum dikuasai siswa, (d) pelaksanaan program remedial dilakukan setelah siswa mengikuti tes/ujian semester.
Kedua, layanan program pengayaan dilaksanakan dengan cara: (a) memberikan bacaan tambahan atau diskusi yang bertujuan untuk memperluas wawasan yang masih dalam lingkup seputar KD yang dipelajari, (b) eksperimenuntuk melakukan analisis gambar, model, grafik, bacaan/paragraf dan lainnya, (c) memberikan soal-aoal latihan tambahan yang bersifat pengayaan, (d) membantu guru dalam rangka membimbing teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan, (e) materi pengayaan diberikan sesuai dengan KD yang dipelajari, (f) program pengayaan dilaksanakan setelah mengikuti tes/ujian KD tertentu atau tes/ujian semester. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tuntas menjadi dasar dari konsep ketuntasan belajar. Sehingga guru diharapkan menerapkan pembelajaran tuntas dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan pembelajaran tuntas, siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan belajar yang ideal.
Ketuntasan belajar adalah proses belajar mengajar yang juga bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Sebagai guru yang dalam mengajar menggunakan pendekatan mastery learning apabila menemukan siswanya mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap pelajaran, hendaknya guru benar-benar memahami apa saja beberapa variabel ketuntasan belajar. Variabel ketuntasan belajar antara lain:
1)   Bakat siswa (guru hendaknya mengetahui bakat terbesar yang dipunyai siswa agar siswa bisa langsung diarahkan dengan tepat sehingga nantinya ada korelasi antara bakat dengan hasil belajar
2)   Ketekunan belajar (guru harus bisa mendorong siswanya agar mempunyai motivasi untuk belajar.misalnya saja dengan diadakanya pretest sehingga mau tidak mau siswa harus belajar)
3)   Kualitas pembelajaran (kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsur-unsur tugas belajar jadi berkualitas atau tidaknya suatu pembelajaran ada di tangan guru)
4)   Kesempatan yang tersedia untuk belajar dalam memahami mata pelajaran, bidang studi,atau pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitannya dalam hal ini guru harus benar-benar paham)
Ketuntasan belajar merupakan salah satu muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Standar ketuntasan belajar siswa ditentukan dari hasil prosentase penguasaan siswa pada Kompetensi Dasar dalam suatu materi tertentu. Kriteria ketuntasan belajar setiap Kompetensi Dasar berkisar antara 0-100%. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, idealnya untuk masing-masing indikator mencapai 75%. Sekolah dapat menetapkan sendiri kriteria ketuntasan belajar sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, sekolah perlu menetapkan kriteria ketuntasan belajar dan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara berkelanjutan sampai mendekati ideal.
5.      Metode Pembelajaran
Menurut Winarno Surakhmad (1984 : 19), metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, berlaku baik bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu metode, diantaranya adalah siswa, tujuan pembelajaran, situasi setempat, fasilitas yang terdapat dalam kelas, dan profesionalisme guru.
Ada beberapa metode yang lazim digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengatahuan Alam, antara lain adalah metode diskusi, demonstrasi dan eksperimen. dimana masing-masing metode mempunyai suatu karakteristik dan kelebihan atau kekurangan. Tidak ada suatu metode yang paling baik, tetapi penggunaan metode harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Pendekatan khusus dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah pendekatan keterampilan proses yaitu seluruh keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip–prinsip, hukum–hukum, keterampilan fisik maupun keterampilan sosial. (Nuryani dan Andrian Rustam, 1997 : 45)
6.      Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA 
a.       Pengertian Metode Eksperimen 
Proses  belajar  dan  mengajar  yang  efektif  memerlukan  penggunaan strategi, metode  dan  media  pembelajaran  yang  tepat.  ‘’metode  pembelajaran dapat  diartikan  sebagai  cara-cara  yang  dilaksanakan  untuk  mengadakan interaksi  belajar  mengajar  dalam  rangka  mencapai  tunjuan  pembelajaran’’ (Suharjo, 2006:56).
Metode  pembelajaran  harus  dipilih  dan  dikembangkan  untuk meningkatkan  aktipitas  dan  kreatifitas  peserta  didk.  Didalam  pembelajaran IPA  banyak  metode  metode-metode  yang  digunakan  salah  satu  diantaranya adalah metode eksperimen.  Dalam proses pembelajaran IPA, keempat unsur itu diharapkan dapat muncul,  sehingga  peserta  didik  dapat  mengalami  proses  pembelajaran  secara utuh, memahami fenomena dan melalui kegiatan pemecahan masalah. 
Schoner  (1996)  yang  dikutip  oleh  Palendeng  (2003:81)  menyatakan  metode  eksperimen  adalah  metode  yang  sesuai  untuk  pembelajaran  IPA (Sains), karena metode eksperimen maupun memberikan kondisi belajar yang tepat  mengembangkan  kemampuan  berpikir  dan  kreatifitas  secara  optimal. Siswa  diberi  kesempatan  untuk  menyusun  sendiri  konsep-konsep  dalam stuktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidu-pannya. Keberhasilan  proses  belajar  mengajar  (PBM)  tergantung  pada  banyak faktor  salah satunya  adalah  metode  mengajar  yang  dilakukan  oleh  pendidik (guru).  Guru  yang  megajar  dengan  metode  yang  tepat  akan  membuat  siswa senang,  tekun,  antusias,  dan  mudah  memahami  materi  pelajaran  sehingga tujuan  pembelajaran  dapat  tercapai  secara  optimal.  Ada  berbagai  macam metode mengajar yang dapat dilakukan oleh guru salah satunya adalah metode eksperimen.  Salah  satu  metode  mengajar  yang  penting  dan  erat  kaitannya dengan  pembelajaran  IPA  adalah  metode  eksperimen.  Metode  eksperimen merupakan  suatu  metode  mengajar  dimana  guru  bersama  siswa  mencoba mengerjakan  sesuatu  serta  mengamati  proses  dari  hasil  percobaan  itu, misalnya  ingin  memperoleh  jawaban  tentang  kebenaran  sesuatu,  mencari cara-cara  yang  lebih  baik,  mengetahui  elemen  atau  unsur-unsur  apakah  yang ada  pada  suatu  benda,  ingin  mengetahui  apakah  yang  akan  terjadi,  dan sebagainya. 
Metode  eksperimen  adalah  metode  yang  menekankan  untuk menemukan  kebenaran  atas  pendapat  orang  lain  tentang  satu  teori.  Satu  hal yang  penting  dalam  eksperimen  yaitu  siswa  yang  melakukan  percobaan  itu dapat menguasai situasi yang berarti bahwa yang melakukan percobaan harus dapat menghilangkan  atau  menimbulkan  berbagai  macam  situasi  sesuai dengan kehendaknya. Eksperimen  adalah  cara  penyajian  pelajaran  dimana  siswa  melakukan percobaan  dengan  mengalami  dan  membuktikan  sendiri  sesuatu  yang dipelajari.  Dalam  proses  pembelajaran  melalui  metode  eksperimen,  siswa diberi  kesempatan  untuk  mengalami  sendiri,  atau  melakukan  sendiri, mengikuti  suatu  proses,  mengamati  suatu  objek,  menganalisis,  membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang objek, keadaan atau proses tertentu.
Berdasarkan  hasil  penemuan  Dr.  Umar  Fauzi (dalam (Herawati, 2006:11-12),  metode  eksperimen dalam  pembelajaran  IPA  mempunyai  3  manfaat,  antara lain  :  1)  Mendorong siswa untuk  berpikir  kritis,  kreatif  dan  inovatif  dengan  bekal  onsep  yang diajarkan. 2) menuntun siswa melakukan pengatan, melakukan penafsiran dan dugaan  terhadap  data.  3)  Memandu  siswa  menemukan  sendiri  suatu  kaidah, aturan  atau  hukum  alam  yang  sering  dipakai  dalam  pembahasan  IPA.
Dalam  proses  belajar  mengajar  dengan  metode  eksperimen (percobaan)  ini  siswa  diberi  kesempatan  untuk  mengalami  sendir  atau melakukan  sendiri,  mengikuti  proses,  mengamati  objek,  menganalisis, membuktikan  dan  menarik  kesimpulan  sendiri  tentang  suatu  objek,  keadaan, atau proses sesuatu. Dengan  demikian  siswa  dituntut  untuk  mengalami  sendiri,  mencari tahu  suatu  kebenaran,  atau  mencoba  mencari  data  baru  yang  diperlukannya, mengolah  sendiri  membuktikan  suatu  hukum  atau  aidil,  dan  menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya.
Ditinjau  dari  teori  perkembangan  kagnitif  Piaget,  siswa  berada  pada tahap operasional konkrit. Oleh karena itu siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep melalui peristiwa nyata. Brunner  (dalam (Hilda dan Margareta, 2002:42).          menyatakan  bahwa  cara  berpikir  kongkret  akan  membawa siswa  kearah  berpikir    konseptual  dengan  cara  yang  lebih  mudah.  Artinya melalui pengalaman langsung dan objek nyata mempersiapkan siswa berpikir ketahap yang lebih tinggi yakni tahap simbol/pictorial.
Penggunaan  metode  ini  bertujuan  agar  siswa  mampu  mencari  dan menemukan  sendiri  berbagai  jawaban  atau  persoalan-persoalan  yang dihadapinya  dengan  mengadakan  eksperimen  sendiri  dan  juga  dapat  terlatih dalam cara berpikir yang ilmiah (scientific thinking ). Metode  eksperimen  diartikan  sebagai  cara  belajar  mengajar  yang melibatkan  aktifkan  peserta  didik  mengalami  dan  membuktikan  sendri  hasil percobaan itu. (Sumantri dan Permana, 1998/1999).
Dalam melakukan eksperimen dalam pembelajaran IPA, bahan-bahan yang digunakan tidak harus tetbuat dari bahan-bahan yang maahal, sebab  IPA dipelajari dengan memakai bahan-bahan sederhana yang biasa dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan alat-alat dan bahan sederhana yang telah mereka kenal pusat perhatian siswa akan lebih terpusat obyek yang diselidiki. Dengan  demikian  penggunaan  alat  dan  bahan  sederhana  eksperimen dapat  memberikan  kesempatan  pada  siswa  untuk  mengembangkan  berfikir dalam  memecahkan suatu masalah. 
Berdasarkan  uraian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  metode eksperimen  dalam  pembelajaran  sangat  penting  dilakukan  terutama  untuk menggali  dan  mengembangkan  potensi  peserta  didik.  Pengguna  metode eksperimen  dalam  pembelajaran  IPA  merupakan  hal  yang  sangat  tepat, sehingga  anak  terbiasa    untuk  berpikir  dan  memecahkan  masalah  sendiri melalui  kegiatan  eksperimen  sehingga  pada  akhirnya  tingkat  berpikir  anak akan terlatih dan berkembang secara optimal. 
b.      Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen  
Metode eksperimen lebih sesuai untuk menyajikan pembelajaran IPA, namun  seperti  metode  lainnya.  Metode  eksperimen  juga  memiliki  kelebihan dan kekurangan.
1)      Membuat  peserta  didk  percaya  pada  kebenaran  kesimpulan percobaannya  sendiri  dari  pada  hanya  menerima  kata  guru  atau  dari buku.
2)      Peserta  didik  aktif  terlibat  mengumpulkan  fakta,  informasi  atau  data yang diperlukan melaluui percobaan yang dilakukan.
3)      Dapat  menggunakan  dan  menjelaskan  prosedur  metode  ilmiah  dan bepikir ilmiah.
4)      Memperkaya  pengalaman  dengan  hal-hal  yang  bersifat  objektif realistis dan menghilangkan verbalisme.
Selain  kelebihan  tersebut,  metode  eksperimen  juga  memiliki kelemahan, yang sebagai berikut:
1)      Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang IPA dan teknologi.
2)      Metode ini menuntut ketelitian, keuletan, dan ketabahan.
3)      Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.
4)      Dalam kehidupan tidak semua hal dapat dijadikan materi eksperimen.
c.       Pelaksanaan Metode Eksperimen 
Meskipun  metode  eksperimen  memiliki  beberapa  kekurangan,  tetap dianggap  baik  digunakan  guru  asalkan  dilakukan  dengan  pertimbangan  yang matang  dilaksanakan  secara  efektif  sehingga  menggunakan  metode  ini berhasil  sesuai  dengan  apa  yang  diharapkan.  Terhadap  beberapa  langkah-langkah yang harus diperhatikan, yaitu:
1)      Persiapan Eksperimen 
Persiapan  ekperimen  yang  matang  mutlak  diperlukan  untuk mengadakan sesuatu eksperimen, yang perlu dipersiapkan  atara lain:   
a)      Menetapkan tujuan eksperimen 
b)      Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan 
c)      Mempersiapkan tempat eksperimen 
d)     Mempertimbangkan  tujuan  siswa  dengan  alat  yang  diperlukan dengan tempat eksperimen 
e)      Mempersiapkan  soal  dan  keamanan  dan  kesehatann  agar  dapat memperkecil  atau  menghindarkan  resiko  berbahaya  atau merugikan 
f)       Memperhatikan  soal  disiplin  atau  tata  tertib,  terutama  dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan  
g)      Memberikaan penjelasan tentang apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan  yang  mesti  dilakukan  siswa,  termasuk  yang dilarang atau yang membahayakan    
2)      Pelaksanaan Eksperimen  
Setelah  semua    diperiksakan,    termasuk    apa  yang    seharusnya dilakukan    siswa    dan    dalam    mengadakan    eksperimen,    kegiatan selanjutnya ialah: 
a)      Siswa memulai percobaan 
b)      Pada waktu percobaan yang dilakukan  guru,    memperhatikan     apabila  perlu,  mendekati  untuk  mengamati    proses percobaan yang  dilakukan  siswa  atau  mendiskusikan  gejala-gejala  yang ditemukan  siswa  serta  memberikan  dorongan  dan  bantuan  terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. 
c)      Selama  proses  berjalan,  guru  hendaknya  memperhatikan  situasi secara keseluruhan
3)      Tindakan Lanjut Eksperimen 
Setelah  eksperimen  dilakukan  siswa,  kegiatan-kegiatan    selanjutnya antara lain: 
a)      Meminta siswa untuk mengumpulkan laporan eksperimen siswa untuk diperiksa guru. 
b)      Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan eksperimen. 
c)      Memeriksa  dan  menyimpan  segala  peralatan  yang  digunakan  dengan membersihkannya terlebih dahulu. (Rusyan, dkk, 1991:99).
Metode eksperimen adalah alat yang penting untuk mendapatkan data yang baik pembelajaran dengan metode ekperimen menurut Palendeng (2003:102) meliputi tahap-tahap sebagai berikut:  
a)      Meminta siswa mengumpulkan eksperimen siswa diperiksa guru. 
b)      Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen 
c)      Memeriksa dan menyimpan kembali segala peralatan yang digunakan dengan membersihkannya terlebih dahulu. (Rusyan, dkk, 1991:102). 
Metode eksperimen adalah alat yang penting untuk mendapatkan data yang  baik  pembelajaran  metode  eksperimen  menurut  Palendeng  (2003:104) meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
a)      Percobaan  awal,  pembelajaran  diawali  dengan  melakukan  percobaan yang  didemokratisikan  guru  atau  dengan  mengamati  fenomena  alam. Demontrasi ini menampilkan yang berkaitan dengan materi  yang akan dipelajari. 
b)      Pengamatan,  merupakan  kegiatan  siswa  saat  guru  melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.
c)      Hipotesis  awal    ,siswa  dapat  merumuskan  hipotesis  sementara bedasarkan hasil pengamatannya.
d)     Vertifikasi,  kegiatan  untuk  membuktikan  kebenaran  dari  dugaan  awal yang  telah  dirumuskan  dan  dilakukan  melalui  kerja  kelompok.  Siswa diharapkan merumuskan  hasil  percobaan  dan  membuat  kesimpulan, selanjutnya dilaporkan hasilnya.
e)      Aplikasi  konsep,  setelah  siswa  merumuskan  dan  menemukan  konsep, hasilnya  diaplikasikan  dalam  kehidupan.  Kegiatan  ini  merupakan pemantapan konsepyang dipelajari. 
f)       Evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai konsep. Penerapan  pembelejaran  dengan  metode  eksperimen  akan  membantu siswa  untuk  memahami  konsep.  Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa  mampu  mengutarakan  secara  lisan,  tulisan,    maupun  aplikasi  dalam kehidupannya.  Dengan  kata  lain,  siswa  memiliki  kemampuan  menjelaskan, menyebutkan,  memberikan  contoh,  dan  menerapkan  konsep  terkait  dengan meteri pembelajaran.
Roestiyah  (2001:44)  menyatakan  tentang  prosedur  eksperimen  adalah sebagai  berikut:  (1)  Perlu  dilaksanakan  kepada  siswa  tentang  tujuan eksperimen, mereka harus memahami masalah  yang  akan dibuktikan melalui eksperimen,  (2)  Memberi  penjelasan  kepada  siswa  tentang  alat-alat  serta bahan-bahan  yang  akan  dipergunakan  dalam  eksperimen,  hal-hal  yang  perlu dikontrol ketat, urutan eksperimen dan hal-hal  yang perlu dicatat, (3) Selama eksperimen  berlangsung  guru  harus  mengawasi  pekerjaan  siswa,  bila  perlu memberi saran  atau  pertayaan  yang  menunjang  kesempurnaan  berjalannya eksperimen,  (4)  Setelah  eksperimen  selesai,  guru  harus  mengumpulkan  hasil penelitian siswa, berdiskusi di kelas dan mengevaluasi tes atau tanya jawab

B.     Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk menambah literatur dan bahan kajian dalam penulisan laporan pelaksanaan pembelajaran ini, penulis menggunakan beberapa sumber literatur berupa hasil penelitian lain yang relevan dengan penelitian yang peneliti laksanakan, antara lain :
1.      Ulum, Nurul. 2009. Penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA konsep benda dan sifatnya Kelas IV SDN Plososari III Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan. Skripsi, Program Studi S1 pendidikan guru sekolah dasar, Jurusan kependidikan sekolah dasar dan prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Pembimbing : Dra. Sukamti, M.Pd. (2) Drs. H. Syaiful Imam, M.Pd.
Hasil penelitian setelah diterapkan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA konsep benda dan sifatnya menunjukkan adanya peningkatan kerja ilmiah siswa dari siklus I dengan rata-rata 67,5% ke siklus II meningkat rata-ratanya menjadi 70%. Sehingga dapat diketahui bahwa ada peningkatan kerja ilmiah sebesar 2,5%. Begitu juga dengan hasil belajar kognitif siswa meningkat dari siklus I dengan rata-rata 71,87 ke siklus II meningkat rata-ratanya menjadi 76,25. persentase ketuntasan kelas pada siklus I adalah 71%, dan pada siklus II meningkat menjadi 93%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan agar di dalam pembelajaran IPA dapat menerapkan metode eksperimen untuk meningkatkan kerja ilmiah dan hasil belajar kognitif siswa.
2.      Sumiyati, Wiwik 2010. Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran IPA Pada Siswa Kelas V SDN Pagentan 05 Kecamatan Singosari Kabupaten Malang Tahun Pelajaran 2009/2010. UAP. Program Studi PJJ S-I PGSD Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Pembimbing : Dra. Hj. Sukamti, M. Pd
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan pada satu kelas agar diperoleh pengamatan yang mendalam. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Evaluasi dilaksanakan dua kali setelah pertemuan 2 dan pertemuan 4 selesai. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap rencana tindakan (planning, pelaksanaan tindakan (action), mengamati (observasi) dan melakukan refleksi (reflection).
Ketuntasan belajar yang dapat dicapai oleh siswa pada pra tindakan adalah 24 % (6 siswa), pada siklus I ketuntasan belajar siswa mencapai 32 % (8 siswa) dan pada siklus 2 nilai ketuntasan belajar siswa mencapai 84 %. (29 siswa). Nilai rata-rata yang dapat dicapai oleh siswa adalah 69,92 % SKBM untuk mata pelajaran IPA adalah 60 %. Ini berarti sudah mencapai SKIM yang telah ditentukan oleh Dinas Pendidikan Kecamatan Singosari. Pada penelitian ini rata-rata nilai IPA yang diperoleh siswa mencapai > 70, ini berarti secara klasikal dianggap telah tuntas belajar.
3.      Hakim, Lukman. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Eksperimen untuk meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa kelas V SDN Kandung Pasuruan. Skripsi. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah. Program Studi S I PGSD. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Pembimbing (I) Drs. Heru Agus Triwidjaja, M. Pd. Pembimbing (II). Dr. Musa Sukardi. M. Pd.
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri dengan dibantu oleh guru wali kelas V SDN Kandung Pasuruan dan teman mahasiswa sebagai observer, penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan yaitu : Pra tindakan, siklus I, dan siklus II. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN kandung. Hal ini dapat ditunjukkan pada kemampuan guru dalam membuat RPP mengalami peningkatan dari (87, 5) pada siklus I menjadi (89) pada siklus II, sedangkan kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran eksperimen menunjukkan peningkatan dari (84, 1) pada siklus I menjadi (87, 5) pada siklus II. Aktivitas belajar siswa pada siklus I  terdapat  9 siswa yang mendapatkan skor antara (56-70) dengan tingkat keberhasilan cukup, dan 19 siswa yang mendapatkan skor antara (71-85) dengan tingkat keberhasilan baik. Pada siklus II terdapat  4 siswa yang mendapatkan skor antara (56-70) dengan taraf keberhasilan cukup, 21 siswa yang mendapatkan skor antara (71-85) dengan taraf keberhasilan baik, dan 3 siswa yang mendapatkan skor antara (86-100) dengan taraf keberhasilan baik sekali. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada pra tindakan adalah (36, 1), dan terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar pada siklus I menjadi (77, 6), rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II meningkat lagi menjadi (87, 7)

C.    Kerangka Berpikir

Permasalahan pembelajaran di kelas tempat peneliti mengajar adalah hasil belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Siswa pasif, tidak berani bertanya, tidak berani menjawab pertanyaan dan hasil yang dicapai rendah. Upaya memperbaiki hasil pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam pada materi perubahan bentuk benda dilakukan peneliti dengan maksud untuk memperbaiki hasil belajar siswa agar mengalami perubahan ke arah yang diharapkan.
Upaya yang dilakukan adalah dengan memperbaiki proses pelaksanaan  pembelajaran yang akan dilaksanakan  melalui metode eksperimen  pada materi pembelajaran IPA materi penggunaan energi listrik dengan harapan upaya pelaksanaan perbaikan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan  motivasi, motivasi dan prestasi belajar  siswa sehingga tingkat ketuntasan belajar dapat tercapai.
Kondisi akhir yang diharapkan adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tingkat ketuntasan belajar siswa dapat tercapai, memperbaiki proses dan memberikan  pengalaman nyata kepada siswa  tentang konsep pembelajaran yang diterimanya sehingga proses  pembelajaran dapat berjalan dengan baik serta tercapainya tujuan pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa.
Dalam bentuk bagan, kerangka pikir pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA materi penggunaan energi listrik  dengan penerapan metode eksperimen pada siswa kelas II .................... sebagaimana gambar di bawah ini :









Rounded Rectangle: Keaktifan dan hasil belajar siswa belum maksimal





 













 

































Peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dapat memenuhi kriteria yang ditentukan yaitu 85% dari jumlah seluruh siswa.
 

 






Gambar 2.1  Kerangka Berpikir  Penelitian Tindakan Kelas

D.    Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini  dirumuskan sebagai berikut :
1.      Penerapan metode eksperimen akan meningkatkan motivasi belajar siswa kelas II .........................  materi penggunaan energi listrik.
2.      Penerapan metode eksperimen akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas II ...................... materi penggunaan energi listrik.

Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.