Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Thursday, 3 April 2014

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MENULIS PUISI ANAK DI KELAS II SD NEGERI


BAB I

PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang Masalah
Setiap  keterampilan  berbahasa  erat  pula  hubungannya  dengan  proses-proses yang mendasari bahasa. Bahasa mencerminkan pikiran seseorang. Semakin  terampil  berbahasa  akan  semakin  cerah  dan  jelas  jalan  pikirannya.  Untuk  memperoleh  keterampilan  itu,  kita  perlu  memperbanyak  latihan. Salah  satu materi pelajaran yang termasuk dalam keterampilan menulis adalah menulis puisi anak.
Menulis puisi anak merupakan satu keterampilan berbahasa yang  dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penguasan  keterampilan menulis, diharapkan siswa dapat mengungkapkan, pikiran,  perasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam  berbagai tulisan.
Ketidakberhasilan proses pembelajaran menulis puisi anak kebanyakan disebabkan  guru dalam  mengajar keterampilan  menulis puisi anak tidak menggunakan media  pembelajaran  yang  bervariatif.  Ada  berbagai  media  pembelajaran  yang dapat  meningkatkan  keterampilan  menulis  puisi  salah  satunya  adalah  media gambar.  Sa’adah  (dalam  Rohmat,  2008:  26),  mengemukakan  bahwa  gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran, bahwa gambar adalah lukisan, ilustrasi, iklan, kartun, potret, karikatur dan gambar seri
Demikian pula yang dialami peneliti  pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis puisi anak anak. Hasil tes yang peneliti  lakukan hanya empat siswa (13,33%) dari 30 siswa yang mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat 26 siswa (86,67%) yang belum mampu menguasai materi pelajaran perolehan nilai rata-rata hasil belajar secara klasikal sebesar 65,33 dan  minat belajar sebanyak delapan orang siswa atau 26,67% dari jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 30 orang siswa.
1.      Identifikasi Masalah
Upaya untuk mengatasi hal itu, peneliti mencoba berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, dan supervisor. Hasil diskusi dengan mereka, akhirnya dapat teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
a.       Kurangnya motivasi belajar siswa
b.      Siswa kurang menguasai materi pembelajaran
c.       Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.
d.      Ketidakseriusan siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang kurang memperhatikan penjelasan yang diberikan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
e.       Pengaturan posisi duduk siswa kurang sesuai sehingga persebaran siswa yang pandai dan tidak masih belum merata.
2.      Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis merasa perlu untuk merefleksi diri sejauhmana kemampuan pribadi di dalam proses pembelajaran.  Selain itu juga melakukan diskusi dengan teman sejawat, melakukan kegiatan literatur mengenai masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran sehingga diketahui kemungkinan adanya kelemahan dalam proses pembelajaran sebagai berikut :
a.       Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran
b.      Guru dalam menjelaskan tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai.
c.       Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
d.      Metode penyajian materi yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik dan tahap perkembangan siswa sekolah dasar
e.       Guru kurang mampu membaca situasi dan kondisi pada saat pembelajaran berlangsung.
Melihat kondisi tersebut di atas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa dapat tercapai dengan penerapan penggunaan media gambar seri.
Atas dasar itulah, peneliti termotivasi untuk melakukan perbaikan pembelajaran agar prestasi belajar siswa dapat meningkat. Upaya perbaikan yang peneliti lakukan dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mata pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis puisi anak berdasarkan gambar seri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II SD Negeri .........................


B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana identifikasi masalah di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalahnya yaitu :
1.      Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas II .......................... melalui penerapan media gambar seri pada pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi anak dapat?
2.      Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas II ................. melalui penerapan media gambar seri pada pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi anak dapat?

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah sebagai berikut.
1.   Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa hingga memenuhi batas minimal tuntas belajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi anak.
2.   Untuk meningkatkan hasil belajar siswa hingga memenuhi batas minimal tuntas belajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi anak.

D.    Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian perbaikan pembelajaran ini akan memberikan  manfaat  bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut.
1.      Manfaat Teoritis
Untuk dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pengembangan  keilmuan terutama di bidang pengajaran bahasa Indonesia khususnya materi menulis puisi anak dan  sebagai dasar pijakan penelitian selanjutnya
2.      Manfaat Praktis
a.       Siswa
a.       Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia khususnya materi menulis puisi anak.
b.      Siswa dapat mencapai hasil yang lebih baik dalam pembelajaran bahasa Indonesia sesuai tujuan yang telah ditetapkan sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
b.      Guru
a.       Membantu guru meningkatkan kinerjanya serta profesi dalam memupuk rasa percaya dirinya
b.      Mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
c.       Sekolah
Sekolah dapat memberikan perhatian agar penyelenggaraan pembelajaran bahasa Indonesia lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia seoptimal mungkin khususnya materi menulis puisi anak.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


A.    Kerangka Teori
1.      Pembelajaran Bahasa Indonesia
a.       Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989:89). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi.
Tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999:104) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut. Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila (1)  diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa, (4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1994:121).
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia maka diperlukan berbagai upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian bahasa Indonesia adalah dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indo-nesia dalam sebuah buku yang disebut dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan upaya lain yang dapat digunakan untuk melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan menanamkan bahasa Indonesia sejak dini.
Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah memberikan pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan pendi-dikan bahasa Indonesia pada anak dapat dilakukan melalui pendidikan informal, pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Pendidikan informal dilaku-kan oleh keluarga di rumah. Pendidikan ini dilakukan saat anak berada di rumah bersama dengan keluarganya. Sedangkan pendidikan formal dilaksanakan di dalam lembaga pendidikan resmi mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal ini gurulah yang berperan penting dalam menanamkan pengetahuan akan bahasa Indonesia. Sedangkan pendidikan nonformal dilaksanakan di luar rumah dan sekolah, dapat melalui kursus, pelatihan-pelatihan, pondok pesantren dan lain sebagainya.
Pendidikan bahasa Indonesia di lembaga formal dimulai dari SD. Jumlah jam pelajaran bahasa Indonesia di SD kelas I, II dan III sebanyak 6 jam pelajaran. Sedangkan kelas IV, V dan VI sebanyak 5 jam pelajaran. Banyaknya jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar siswa mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta mempunyai kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat disampaikan melalui bahasa yang baik pula.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat pen-ting bagi kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai-mana dinyatakan oleh Akhadiah dkk. (1991: 1) adalah agar siswa ”memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar”. Dari penjelasan Akhadiah tersebut maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat dirumuskan menjadi empat bagian. (1) Lulusan SD diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. (2) Lulusan SD diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia. (3) Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa. (4) Pengajaran disesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa SD. Butir (1) dan (2) menunjukkan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia SD yang mencakup tujuan pada ranah kognitif dan afektif. Butir (3) menyiratkan pen-dekatan komunikatif yang digunakan. Sedangkan butir (4) menyiratkan sampai di mana tingkat kesulitan materi pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan.
Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi pengajaran bahasa Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangakan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa itu, terutama sebagai alat ko-munikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa yag diperlukan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah menengah maupun untuk menyerap ilmu yang dipelajari lewat bahasa itu. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membentuk sikap berbahasa yang positif serta memberikan dasar untuk menikmati dan menghargai sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan rasa persatuan nasional.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dalam BSNP (2006) dijabarkan menjadi beberapa tujuan. Tujuan bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Adapun tujuan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa siswa , serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya. Tujuan bagi orang tua siswa adalah agar mereka dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program pembelajaran. Tujuan bagi sekolah adalah agar sekolah dapat menyusun program pendidikan kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia. Sedangkan tujuan bagi daerah adalah agar daerah dapat menentukan sendiri bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan sosial.
b.      Karakteristik Mata pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa  memiliki  peran  sentral  dalam  perkembangan  intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam  mempelajari  semua  bidang  studi.  Pembelajaran  bahasa  diharapkan membantu  peserta  didik  mengenal  dirinya,  budayanya,  dan  budaya  orang lain,  mengemukakan  gagasan  dan  perasaan,  berpartisipasi  dalam masyarakat  yang  menggunakan  bahasa  tersebut,  dan  menemukan  serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran  bahasa  Indonesia  diarahkan  untuk  meningkatkan kemampuan  peserta  didik  untuk  berkomunikasi  dalam  bahasa  Indonesia dengan  baik  dan  benar,  baik  secara  lisan  maupun  tulis,  serta menumbuhkan  apresiasi  terhadap  hasil  karya  kesastraan  manusia Indonesia.
Bredekamp (1997:3) menyatakan bahwa anak berkembang pada semua aspek perkembangannya baik fisik,  emosional, sosial, dan kognitif.  Tidak ada  jalan  lain  kecuali  guru  harus  memiliki  tanggungjawab  dan  perhatian penuh  bagi  keutuhan  perkembangan  anak.  Sehubungan  dengan  itu Goodman  dalam  Akhadiah (1994:9) menyatakan  bahwa  (1)  belajar  bahasa  lebih mudah  terjadi  jika  bahasa  itu  disajikan  secara  holistik  nyata,  relevan, bermakna,  serta  fungsional  jika  bahasa  itu  disajikan  dalam  konteks  dan dipilih peserta  didik untuk  digunakan,  (2)  belajar  bahasa  adalah  belajar bagaimana  mengungkapkan  maksud  sesuai  dengan  konteks  lingkungan orang  tua,  kerabat,  dan  kebudayaan  terdapat  interdependensi  antara perkembangan  kognitif  dan  perkembangan  kemampuan  bahasa yang meliputi pikiran bergantung kepada bahasa dan bahasa bergantung kepada pikiran  (Akhadiah,  1994:10-11).  Dinyatakan  pula  bahwa  sesuai  dengan teori  belajar,  perkembangan  kognitif  serta  perkembangan  bahasa  pada anak  usia  lima  sampai  dengan  delapan  tahun  atau  anak  kelas  awal  SD mempunyai  karakteristik  sebagai  berikut:  (1)  kemampuan  kognitif  dan bahasa anak usia tersebut telah memadai untuk belajar dalam situasi yang lebih  formal,  (2)  anak-anak  seusia  itu  masih  memandang  sesuatu  lebih sebagai  keseluruhan/  secara,  (3)  sesuatu  lebih  mudah  mereka  pahami  jika diperoleh  melalui  interaksi  sosial  dengan  mengalaminya  secara  nyata dalam  situasi  yang  menyenangkan,  (4)  situasi  yang  akrab,  dilandasi penghargaan,  pengertian,  dan  kasih  sayang,  serta  lingkungan  belajar kondusif  dan  terencana  sangat  membantu  proses  belajar  yang  efektif (Akhadiah,  1994:  18-19).  Kenyataan  itu  menuntut  agar  guru  sebagai pengelola  pembelajaran  dapat  menyediakan  lingkungan  belajar  yang kondusif  dan  pendekatan  pembelajaran  yang  bermuatan  keterkaitan atau keterpaduan  sehingga  membuat  anak  secara  aktif  terlibat  dalam  proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
Senada  dengan  pendapat  Goodman,  Suriasumantri  (1995:257) menyatakan  bahwa  belajar  bahasa  akan  lebih  mudah  jika  pembelajaran bersifat  holistik,realistik,  relevan,  bermakna,  dan  fungsional,  serta  tidak lepas  dari  konteks  pembicaraan.  Pendekatan  pembelajaran  terpadu  dalam pengajaran  bahasa  sebenarnya  dilandasi  oleh  pandangan  bahasa  holistic (whole language) yang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang bulat dan  utuh,  dan  dalam  proses  belajar  sesuai  dengan  perkembanganpeserta didik.  Dalam  proses  pembelajaran  bahasa  holistic  guru  menjadi  model dalam  berbahasa  (membaca  dan  menulis),  serta  bertindak  sebagai fasilitator  dan  memberikan  umpan  balik  yang positif.  Hal  ini  sejalan dengan  pendapat  yang  dikemukakan  oleh  Gunarsa (2001:76) bahwa  proses  belajar anak  melalui  conditioning  dan  melalui  pengamatan  terdapat  model-model tingkah laku di luar dirinya.
Pembelajaran  Bahasa  Indonesia  mencakup  aspek  mendengarkan, berbicara,  membaca,  dan  menulis.  Keempat  aspek  tersebut  sebaiknya mendapat  porsi  yang  seimbang.  Dalam  pelaksanaanya  sebaiknya dilaksanakan secara terpadu. Pelajaran  Bahasa  dan  Sastra  Indonesia di  kelas-kelas  rendah  dalam pelaksanaannya dipadukan  atau  dikaitkan  dengan  mata  pelajaran  lain seperti IPA, IPS, atau Matematika.
Dari  berbagai  pendapat  para  ahli  dan  rambu-rambu  pembelajaran Bahasa  Indonesia,  dapat  disimpulkan  bahwa  pembelajaran  Bahasa Indonesia,  khususnya di  kelas-kelas  awal, harusmempertimbangkan  asas keterkaitan  atau  keterpaduan  sebagai  pendekatan  pembelajaran  sesuai dengan  perkembangan  anak  sekolah  dasar  yang  holistik  yaitu  pendekatan pembelajaran  terpadu.Guru  sebagai  model  dalam  berbahasa  (membaca dan  menulis)  selama  proses  pembelajaran  berlangsung  serta  bertindak sebagai  fasilitator  dan  memberikan  umpan  balik  yang  positif.  Kualitas hasil  pembelajaran  Bahasa  Indonesia  dipengaruhi  berbagai  faktor.  Salah satu  faktor  yang  mempengaruhi  adalah  pendekatan  dalam  proses pembelajaran  yang  terjadi  di  dalam  kelas.  Proses  tersebut  menyangkut materi  ajar  yang  digunakan,  kegiatan  guru  dan peserta  didik,  interaksi peserta  didik dengan peserta  didik, peserta  didik dengan  guru,  dan  bahan ajar,  alat  dan  lingkungan  belajar  serta  cara  dan  alat  evaluasi  dan kesesuaian dengan kebutuhan perkembangan peserta didik itu sendiri.
c.       Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa  memungkinkan  manusia  untuk  saling  berkomunikasi, saling  berbagi  pengalaman, saling belajar  dari  yang  lain,  dan  untuk meningkatkan  kemampuan  intelektual  dan  kesusasteraan  merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Standar  kompetensi  mata  pelajaran  Bahasa  Indonesia  adalah  salah satu  program  yang  bertujuan  untuk  mengembangkan  pengetahuan, keterampilan berbahasapeserta didik, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia.
Tujuan pembelajaran mata  pelajaran  Bahasa  Indonesia  di  sekolah dasar yaitu :
1)   Berkomunikasi  secara  efektif  dan  efisien  sesuai  dengan  etika  yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis,
2)   Menghargai  dan  bangga  menggunakan  bahasa  Indonesia  sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara,
3)   Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan,
4)   Menggunakan  bahasa  Indonesia  untuk  meningkatkan  kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial,
5)   Menikmati  dan  memanfaatkan  karya  sastra  untuk  memperluas wawasan,  memperhalus  budi  pekerti,  serta  meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,
6)   Menghargai  dan  membanggakan  sastra  Indonesia  sebagai  khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Sedangkan  tujuan pembelajaran Bahasa  Indonesia di  sekolah dasar pada aspek menulis adalah agar  peserta  didik  memiliki  kemampuan    untuk  melakukan  berbagai  jenis  kegiatan  menulis  untuk  mengungkapkan pikiran,  perasaan,  dan  informasi  dalam  bentuk  karangan  sederhana, petunjuk,  surat,  pengumuman,  dialog,  formulir,  teks  pidato,  laporan, ringkasan,  parafrase,  serta  berbagai  karya  sastra  untuk  anak  berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
d.      Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Dengan  standar  kompetensi  mata  pelajaran  Bahasa  Indonesia  ini diharapkan:
1)      peserta  didik  dapat  mengembangkan  potensinya  sesuai  dengan kemampuan,  kebutuhan,  dan  minatnya,  serta  dapat  menumbuhkan penghargaan  terhadap  hasil  karya  kesastraan  dan  hasil  intelektual bangsa sendiri;
2)      guru  dapat  memusatkan  perhatian  kepada  pengembangan kompetensi  bahasa peserta  didik  dengan menyediakan  berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;
3)      guru  lebih  mandiri  dan  leluasa  dalam  menentukan  bahan  ajar kebahasaan  dan  kesastraan  sesuai  dengan  kondisi  lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
4)      orang  tua  dan  masyarakat  dapat  secara  aktif  terlibat  dalam pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah;
5)      sekolah  dapat  menyusun  program  pendidikan  tentang  kebahasaan dan  kesastraan  sesuai  dengan  keadaan  peserta  didik  dan  sumber belajar yang tersedia;
6)      daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Adapun  ruang  lingkup  mata  pelajaran Bahasa  Indonesia  di sekolah dasar  dapat dikategorisasi sebagai berikut :
1)      Aspek Mendengarkan mencakup dua sub aspek yaitu mendengarkan aktif  dan  aktif  produktif.  Adapun  contoh  dari  masing-masing  sub aspek itu sebagai berikut:
a)      Mendengarkan  Aktif  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi  dasar seperti; Membedakan  berbagai  bunyi  bahasa  perintah,  dan dongeng yang dilisankan,
b)      Mendengarkan  Aktif  Produktif  dapat  dicontohkan  pada kompetensi  dasar  seperti; Menyebutkan  tokoh-tokoh  dalam cerita,  Mengulang  deskripsi  tentang  benda-benda  di  tentang deskripsi  benda-benda  di  sekitar  dan  dongeng,  Menyebutkan  isi dongeng, Mendeskripsikan isi puisi.
2)      Aspek Berbicara mencakup dua sub aspek yaitu mendengarkan aktif dan aktif produktif.
a)      Berbicara  Aktif  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi  dasar seperti; Mendeskipsikan  benda-benda  di  sekitar  dan  fungsi anggota  tubuh  dengan  kalimat  sederhana,  Mendeklamasikan puisi anak dengan lafal dan intonasi yang sesuai,
b)      Berbicara  Aktif  Produktif  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi dasar  seperti; Bertanya  kepada  orang  lain  dengan  pikiran, perasaan, dan menggunakan pilihan kata yang tepat dan santun, Menceritakan  kembali  cerita  anak  yang  didengarkan  dengan menggunakan kata-kata sendiri.
3)      Aspek Membaca mencakup dua sub aspek yaitu mendengarkan aktif dan aktif produktif.
a)      Membaca  Aktif  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi  dasar seperti; Membaca  nyaringteks  (15-20  kalimat)  dengan  wacana tulis  dengan  memperhatikan  lafal  dan  intonasi  yang  tepat membaca nyaring dan membaca dalam hati.
b)      Membaca  Aktif  Produktif  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi dasar seperti;Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat) yang  dibaca  dalam  hati,  Menjawab  dan  atau  mengajukan pertanyaan.
4)      Aspek Menulis mencakup dua sub aspek yaitu Sastra dan Non sastra.
a)      Sub  aspek  Sastra  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi  dasar seperti;  Menulis  karangan sederhana, Menulisberbagai  karya sastrauntuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
b)      Sub  aspek  Non  sastra  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi  dasar seperti;  Menulis petunjuk,  surat,  pengumuman,  formulir,  teks pidato, laporan dan ringkasan.
2.      Keaktifan Belajar
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26) keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Menurut Sanjaya (2007:101-106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.
Menurut Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, dimana siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.
Menurut Raka Joni (1992: 19-20) dan Martinis Yamin (2007: 80- 81) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala : (1) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, (2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar (3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan (5) melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keaktifan adalah kegiatan (Poerwodarminto, 1992 : 17), sedang belajar merupakan proses perubahan pada diri individu kearah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan.
Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan dan berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku siswa berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut.
Selama proses belajar siswa dituntut aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru, disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, keinginannya. Guru hendaknya mampu membina rasa keberanian, keingintahuan siswa, untuk itu siswa hendaknya merasa aman, nyaman, dan kondusif dalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran siswa aktif adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa yang memberi berbagai kemudahan siswa dalam belajar serta mampu mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin.
Keaktifan belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental (Sardiman: 2001: 99). Selama kegiatan belajar kedua aktifitas tersebut harus terkait, sehingga akan mengahasilkan aktifitas belajar yang optimal.
3.      Hasil Belajar
a.    Pengertian Hasil Belajar
Belajar  dan  mengajar  merupakan  konsep  yang  tidak  bisa  dipisahkan.  Belajar  merujuk  pada  apa  yang  harus  dilakukan  seseorang  sebagai subjek dalam belajar, sedangkan mengajar marujuk pada apa yang  seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar.    Dua  konsep  belajar  mengajar  yang  dilakukan  oleh  siswa  dan  guru  terpadu  dalam  satu  kegiatan.  Diantara  keduannya  itu  terjadi  interaksi  dengan  guru.  Kemampuan  yang  dimiliki  siswa  dari  proses  belajar  mengajar  saja  harus  bisa  mendapatkan  hasil  bisa  juga  melalui  kreatifitas  seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. 
Oleh  karena  itu  hasil  belajar  yang  dimaksud  disini  adalah  kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru),  seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.  Hasil  belajar  adalah  kemampuan-kemampuan  yang  dimiliki  siswa  setelah  menerima  pengalaman  belajarnya  (Sudjana,  2004  :  22).  Sedangkan  menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam  hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan  dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). 
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah  kemampuan  keterampilan,  sikap  dan  keterampilan  yang  diperoleh  siswa  setelah  ia  menerima  perlakuan  yang  diberikan  oleh  guru  sehingga  dapat  mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. 
b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar 
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni  faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 :  39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa  perubahan  kemampuan  yang  dimilikinya  seperti  yang  dikemukakan  oleh  Clark  (1981  :  21)  menyatakan  bahwa  hasil  belajar  siswa  disekolah  70  %  dipengaruhi  oleh   kemampuan  siswa  dan  30  %  dipengaruhi  oleh  lingkungan.  Demikian  juga  faktor  dari  luar  diri  siswa  yakni  lingkungan  yang  paling  dominan  berupa  kualitas  pembelajaran  (Sudjana,  2002  :  39). 
"Belajar   adalah  suatu  perubahan  perilaku,  akibat  interaksi  dengan  lingkungannya"  (Ali  Muhammad,  204  :  14).  Perubahan  perilaku  dalam proses  belajar  terjadi  akibat  dari  interaksi  dengan  lingkungan.  Interaksi biasanya  berlangsung  secara  sengaja.  Dengan  demikian  belajar  dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila  terjadi  perubahan  dalam  diri  individu  maka  belajar  tidak  dikatakan  berhasil. 
Abin Syamsudin M ( dalam Hefi Tusilawati, 2009 :23) mengemukakan bahwa ‘Hasil  belajar  merupakan  perubahan-perubahan  yang  diharapkan  terjadi  pada  perilaku  dan  pribadi  siswa setelah mengalami dan melalui proses belajar’. Ada juga yang mengemukakan bahwa ‘Hasil belajar merupakan kemampuan  melakukan  sesuatu secara permanent,  dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama’.  Hasil belajar merupakan perilaku yang dimiliki peserta didik sebagai akibat dari proses  belajar  yang  ditempuhnya  dan  berupa  suatu  konsep  yang  bersifat  umum  didalamnya  tercakup prestasi. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar,  yang  wujudnya  berupa  kemampuan  kognitif,  afektif  dan  pisikomotor.  Derajat  kemampuan  yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS. Dalam pembelajaran  IPS,  hasil  proses  pembelajaran  yang  penting  yakni  sesuai  dengan  tujuan/sasaran  hasil  pembelajaran  atau  standar  kompetensi  dan  kompetensi  dasar  tertuang  dalam  silabus
Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP)  yang  terjabarkan  pada  silabus  tersebut  dan  guru pun menyusun beberapa indikator yang dapat menjelaskan dan menunjukan jenis-jenis  tingkah  laku  yang  perlu  dimiliki  oleh  siswa  setelah  mengikuti  proses  pembelajaran,  dan  tercapai tidaknya indikator tersebut baru dapat diketahui setelah dilakukan serangkaian tes.    
Hasil  belajar  siswa  dipengaruhi  oleh  kamampuan  siswa  dan  kualitas  pengajaran.  Kualitas  pengajaran  yang  dimaksud  adalah  profesional  yang  dimiliki  oleh  guru.  Artinya  kemampuan  dasar  guru  baik  di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku  (psikomotorik). 
Dari  beberapa  pendapat  di  atas,  maka  hasil  belajar  siswa  dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan  personal  (internal)  dan  faktor  dari  luar  diri  siswa  yakni  lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh  siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan  dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat  dalam  berbagai  aspek  kehidupa  sehingga  nampak  pada  diri  indivdu  penggunaan  penilaian  terhadap  sikap,  pengetahuan  dan  kecakapan  dasar  yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri  individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif
4.      Menulis
a.       Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1986:3). Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan memahami lambang-lambang grafik itu (Tarigan, 1982:21).
Menulis merupakan suatu medium yang penting untuk mengekspresikan diri pribadi, untuk berkomunikasi, dan untuk menemukan makna. Kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bertambah oleh adanya perkembangan media baru untuk komunikasi masa. Oleh karena itu praktik, latihan, dan studi menulis tetap merupakan bagian yang penting dari kurikulum sekolah dan menjadi bagian sentral dalam pengajaran bahasa Indonesia.
Menurut Akhadiah, dkk. (1988:2) menulis adalah kemampuan kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.
Menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang saksama, pembeda yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya. Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang digunakan sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus-menerus dan teratur (Suriamiharja, dkk., 1996:2).
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik, penulis harus berpikir, menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak penulis timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat menulis adalah suatu kegiatan untuk mengekspresikan diri dan perasaan yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.
b.      Hakikat Pembelajaran Menulis
Tarigan (1982:9) berpendapat bahwa pembelajaran menulis adalah (1) membantu siswa memahami cara mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis; (2) mendorong siswa mengekspresikan diri secara bebas dalam bahasa tulis; (3) membantu siswa menggunakan bentuk bahasa yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis.
Soenardji (1998:102) berpendapat bahwa pembelajaran menulis jika dikaitkan dengan proses pendidikan secara makro termasuk salah satu komponen yang sengaja disiapkan dan dilaksanakan oleh pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku sesudah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis merupakan hasil pengaruh kemampuan berpikir, berbuat, dan merasakan perihal apa yang disampaikan sebagai bahan pembelajaran menulis.
Bertumpu pada pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis.
c.       Tujuan Menulis
Setiap jenis tulisan memiliki tujuan yang beranekaragam, yaitu memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang belum berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan, 1986:23).
Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan ingin memberitahu atau mengajarkan sesuatu kepada pembaca sehingga pembaca menjadi tahu mengenai sesuatu yang disampaikan oleh penulis. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse). Melalui tulisan, pengarang bertujuan ingin meyakinkan pembacanya akan kebenaran gagasan yang disampaikan sehingga pembaca dapat dipengaruhi dan merasa yakin akan gagasan penulis.
Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literary discourse). Penulis bertujuan untuk menyenangkan dan menghindarkan kedukaan para pembaca. Melalui tulisan, penulis ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, serta membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.  Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspresive discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi agar pembaca dapat memahami makna yang ada dalam tulisan.
Menurut Suriamiharja, dkk. (1996:2), tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Dengan demikian, keterampilan menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi karena dalam pengertian tersebut muncul satu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai tujuan untuk memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api agar dipahami oleh orang lain.
d.      Manfaat Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengutarakan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1986:22), menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis juga dapat mendorong kita untuk berpikir secara kritis, memudahkan penulis memahami hubungan gagasan dalam tulisan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan mampu menambah pengalaman menulis.
Menurut pendapat Akhadiah, dkk. (1988:1), banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan menulis. Keuntungan yang pertama adalah dengan menulis seseorang dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan pengalamannya.
Kedua, melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membandingkan fakta-fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. keuntungan ketiga, penulis lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
Keempat, penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar. Keuntungan kelima, melalui tulisan,penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya secara lebih objektif. Keenam, dengan menuliskan sesuatu di kertas, penulis akan mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisis secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. Ketujuh, dengan menulis mengenai suatu topik, penulis terdorong untuk belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Keuntungan kedelapan, kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat dalam kehidupan. Menulis dapat meningkatkan penalaran untuk mengembangkan berbagai gagasan yang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.
e.       Ragam Tulisan
Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Beberapa klasifikasi yang pernah dibuat seperti yang disampaikan oleh Tarigan (1986:26) adalah tulisan bentuk objektif dan tulisan bentuk subjektif. Tulisan yang berbentuk objektif mencakup penjelasan yang terperinci mengenai proses, batasan, laporan, dan dokumen. Tulisan yang berbentuk subjektif mencakup otobiografi, surat-surat, penilaian pribadi, esei informal, potret atau gambaran, dan satire.
Berdasarkan bentuknya, Tarigan (1986:27) juga menyampaikan klasifikasi yang lain, yaitu eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Selain itu terdapat klasifikasi lain, yaitu tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri secara pribadi dan tulisan ekspositori yang mencakup penulisan surat, penulisan laporan, timbangan buku, resensi buku, dan rencana penelitian.
Keraf (2002:24) membuat klasifikasi tulisan menjadi empat jenis, yaitu deskripsi, narasi, argumentasi, dan eksposisi. Deskripsi adalah bentuk tulisan yang menceritakan suatu objek atau suatu hal sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata dan dilihat sendiri oleh pembaca. Narasi adalah bentuk tulisan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca. Argumentasi adalah bentuk tulisan yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Eksposisi adalah bentuk tulisan yang menguraikan suatu objek yang memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.
5.      Puisi
a.       Definisi Puisi
Kata  puisi  berasal  dari  bahasa  Yunani  “Poises”  yang  berarti  penciptaan. Puisi dapat di definisikan sebagai karya sastra yang cenderung  pada  irama  (ritme)  yang  dibangun  dengan  irama,  bait,  dan  baris.  Irama  merupakan nada-nada yang ada pada suatu puisi. (Djuanda 2: 2006 dalam  Windy Nur Azhar).
Adapun  pengertian  dari  para  ahli  adalah  sebagai  berikut  menurut  (Salam, dalam Erlina Yulianingsih, 2010) menjelaskan bahwa puisi adalah  pengungkapan  pikiran,  perasaan,  dan  pengalaman  dengan  susunan  kata  yang  kaya  imajinasi  dengan  penyingkapan  pendirian  atau  keyakinan  penulisnya.  Waluyo  1991:  25  (dalam  Windy  Nur  Azhar  :  2010)  menjelaskan  bahwa  puisi  adalah  karya  sastra  yang  mengungkapkan pikiran  dan  perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan  semua  kekuatan  bahasa  dengan  pengonsentrasian  struktur  fisik  dan  struktur batinnya.
Menurut  Pradopo  2002:  7  (dalam  Sri  Purwantini,  2010)  menjelaskan  bahwa  puisi  adalah  merupakan  ekspresi  pemikiran  yang  membangkitkan  perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindera ke dalam susunan yang  berirama.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan  perwujudan pikiran, perasaan, dan pengalaman intelektual seorang penyair  yang  bersifat  imajinatif  yang  diungkapkan  melalui  bahasa  yang  memikat  dengan  didukung  oleh  kekuatan  dua  unsurnya  yaitu  struktur  fisik  dan  struktur batinnya.  
b.      Hakikat Puisi (Struktur Batin Puisi)
1)      Tema
Tema  adalah  gagasan  pokok  yang  dikemukan  penyair  lewat  puisinya.  Tema  puisi  biasanya  mengungkapkan  persoalan  manusia  yang  bersifat  hakiki,  seperti  cinta  kasih,  ketakutan,  kebahagiaan,  kedukaan,  kesengsaraan  hidup,  keadilan  dan  kebenaran,  ketuhanan,  kritik social, dan protes. Tema puisi kadang-kadang sering disebut pula  dengan makna puisi atau sense. (Djuanda 21: 2006 dalam Windy Nur  Azhar)
2)      Rasa (feeling)
Dalam  puisi  diungkapkan  perasaan  penyair,  gembira, sedih,  terharu,  takut,  gelisah,  rindu,  penasaran,  benci,  cinta,  dendam  dan  sebagainya.  Perasaan  yang  diungkapkan  penyair  bersifat  total  artinya  tidak setengah-setengah, rasa atau sikap dalam dunia puisi merupakan  salah  satu  aspek  penting  berkanaan  dengan  apresiasi  puisi.  (Djuanda  41: 2006 dalam Wndy Nur Azhar)
3)      Nada
Nada  sering  dikatkan  dengan  suasana.  Jika  nada  berarti  sikap  penyair terhadap pokok persoalan (feeling) dan sikap penyair terhadap  pembaca  (tone)  suasana.  Berarti  keadaan  perasaan  yang  dapat  ditangkap oleh panca indera menurut Efendi, 1982: 134 (dalam Windy  Nur Azhar)
4)      Amanat
Amanat  merupakan  pesan-pesan  yang  ingin  disampaikan  penyair  kepada pembaca. Di dalam satu puisi bisa saja terdapat lebih dari satu  amanat.  Amanat  ada  yang  diungkapkan  secara  langsung  dan  ada  juga  yang  teselubung.  Melalui  amanat  inilah,  mungkin  saja  penyair  mengharapkan  pembaca  marah,  benci,  menyenangi  sesuatu  atau  berontak  dan  berbuat  sesuatu.  Barangkali  juga  penyair  mengharapkan  pembaca  untuk  merenung  dan  menjadi  bijak  setelah  membaca  puisi.  Amanat  ini  kadang-kadang  juga  disebut  pemecahan  persoalan  yang  dikemukakan dalam tema.


c.       Metode Puisi (Struktur Fisik Puisi)
1)      Diksi
Diksi  atau  pilihan  kata  yaitu  pemilihan  kata  dalam sajak  (Pradopo,  2009:  54  dalam  Erlina  Yulianingsih).  Ciri  umum  puisi  yang  membedakannya  dengan  karya  sastra  lain  yaitu  penggunaan  bahasa  puisi  yang  dibentuk  oleh  susunan  pilihan  kata  yang  relatif  singkat,  padat,  dan  indah.  Pilhan  kata  yang  diperlukan  untuk menciptakan  kepadatan,  kepuitisan,  dan  nilai  estetik.  Pradopo  (2009: 54) mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilh dan disusun  dengan  cara  yang  sedemikian  rupa  hingga  artinya  menimbulkan  imajinasi  estetik,  maka  hasilnya  itu  disebut  diksi  puitis.  Penggunaan  kata-kata  bahasa  sehari-hari  dalam  puisi  dapat  memberi efek gaya yang realistis, sedangkan penggunaan kata-kata  bahasa  yang  puitis  dapat  memberi  efek  yang  romantic.  Untuk  ketepatan penggunaan kata dalm puisi, penyair dapat memperbaiki  pilihan kata yang dirasa belum tepat dalam puisinya. (dalam Erlina  Yulianingsih, 2010)
2)      Pengimajian
Pengimajian  disebut  juga  pencitraan.  Pengimajian  dapat  memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus,  membuat  hidup  (lebih  hidup)  gambaran  dalam  pikiran,  dan  penginderaan  untuk  menarik  perhatian,  untuk  memberikan  kesan  mental  atau  bayangan  visual  penyair,  menggunakan  gambaran-gambaran  angan.  Imaji  adalah  gambaran-gambaran  angan,  gambaran  pikiran,  kesan  mental  atau  bayangan  visual  dan  bahasa  yang menggambarkannya. (dalam Windy Nur Azhar)
3)      Kata Konkret
Kata  kongkrit  digunakan  untuk  membangkitkan  imaji  (daya  bayang) pembaca. Jika penyair berhasil memperkongkret kata-kata  maka  pembaca  seolah-olah  melihat,  mendengar,  atau  merasa  apa  yang  dilukiskan  oleh  penyair.  Dengan  kata  yang  diperkongkret,  pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan  yang dilukiskan oleh penyair.
4)      Bahasa Figuratif (Gaya Bahasa)
Bahasa  figuratif  merupakan  bahasa  yang  digunakan  penyair  untuk  mengatakan  sesuatu  dengan  pengiasan,  yakni  secara  tidak  langsung  dalam  mengungkapkan  makna  sehingga  menuntut  pembaca untuk dapat menafsirkan kiasan tersebut. Dengan bahasa  figuratif, membuat puisi lebih indah, artinya memancarkan banyak  makna  atau  kaya  akan  makna.  Bahasa  figuratif  dipakai  untuk  menghidupkan  lukisan,  untuk  mengkonkretkan  dan  lebih  mengekpresikan  perasaan  yang  diungkapkan.  Denagn  demikian,  pemakaian  bahasa  figuratif  menyebabakan  konsep-konsep  abstrk  terasa  dekat  pada  pembaca  karena  dalam  bahasa  figurative  oleh  penyair  diciptakan  kekonkretan,  kedekatan,  keakraban,  dan  kesegaran.
5)      Irama dan Rima
Rima adalah bunyi yang berselang/berulang, baik di dalam larik  puisi  maupun  pada  akhir  larik-larik  puisi  (Aminuddin,  2009:  137  dalam Erlina Yulianingsih).  Irama  adalah  paduan  bunyi  yang  menimbulkan  unsur   musikalitas,  baik  berupa  alunan  keras-lemah  yang  keseluruhannya  mampu  menumbuhkan  kemerduan,  kesan  suasana,  serta  nuansa  makna tertentu. Irama dalam puisi berkaitan dengan gerak, alunan,  bunyi  yang  teratur  ritmis,  dan  itu  akan  terasa  jika  puisi  itu  dibaca  dan di dengarkan.
6)      Tipografi
Tipografi  atau  tata  wajah  yaitu  cara  penulisan  suatu  puisi  sehingga  menampilkan  bentuk-bentuk  tertentu  yang  dapat  diamati  secara  visual  (Aminuddin,  2009:  146).  Tipografi  merupakan  pembeda  yang  paling  awal  dapat  dilihat  dalam  membedakan  puisi  dengan  prosa  fiksi  dan  drama.  Tipografi  merupakan  bentuk  dari  puisi  yang  bermacam-macam  tergantung  yang  mengarangnya.  Adapun  fungsi  tipografi  adalah  untuk  keindahan  indrawi  dan  mendukung makna.
6.      Media Gambar Seri
a.       Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah yang berarti tengah, perantara, atau pengantar.  Menurut Arsyad  (2004 : 4) mengatakan bahwa ”istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, TV, film, foto, radio, rekaman audio, gambar, bahan-bahan cetakan, dan sejenis adalah media komunikas”i. Hamidjojo (dalam Arsyad 2004) memberikan batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, dan pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:124) mengemukakan bahwa:
 Media gambar seri (gambar seri) adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan .gambar seri ini ada yang menampilkan gambar diam sepert film strip (film rangkai),slide (film bingkai) foto,gambar atau lukisan,dan cetakan.adapula gambar seri yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa media gambar seri masuk dalam bagian gambar seri yang memungkinkann seorang guru dapat menggunakannya sebagai media didalam menyampaikan pesan pembelajaran agar pesan yang disampaikan lebih mudah dipahami. salah satu penyampaian pesan ini yaitu menggunakan gambar seri didalam meningkatkan keterampilan menulis puisi pada pelajaran bahasa Indonesia.
Meningkatkan keterampilan menulis puisi berdasarkan urutan gambar seri merupakan salah satu keterampilan menulis yang diajarkan di kelas II SD. Gambar seri yang kelihatan sangat sederhana sebenarnya mengandung banyak arti. Oleh karena itu, pemilihan gambar harus tepat, menarik dan merangsang siswa. Selain gambar seri dapat pula digunakan diagram, grafik, skema dan sejenisnya sebagai media untuk menulis. menulis dengan media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinatif  siswa.
b.      Kelebihan dan Keterbatasan Gambar Seri
Wibawa dan Mukti (1992: 29) mengemukakan kelebihan dan keterbatasan gambar seri yaitu gambar seri memiliki kelebihan sebagai berikut : (1) umumnya murah harganya, (2) mudah didapat, (3) mudah digunakanya, (4) dapat memperjelas suatu masalah, (5) lebih realitis, (6) dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan, (7) dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Gambar seri juga memiliki keterbatasan, antara lain: (1) semata-mata hanya medium visual, (2) ukuran gambar sering kali kurang tepat untuk pengajaran dalam kelompok besar, (3) memerlukan ketersediaan sumber, keterampilan dan kejelian guru untuk dapat memanfaatkannya.
Sejalan yang dikemukakan oleh Wibawa dan Mukti  di atas menurut Amir (2007:31) memberikan beberapa prinsip tentang pertimbangan yaang harus dilakukan oleh seorang guru didalam menggunakan media pembelajaran yaitu: (1) tidak ada media yang paling unggul untuk semua tujuan.suatu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu,tetapi mungkin tidak cocok untuk yang lain. (2) media adalah bagian integral dari proses belajar-mengajar.Hala ini berarti bahwa media bukkan hanyya sekedar alat bantu mengajar guru saja,tetapi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar – mengajar. (3) media apapun yang digunakan ,sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar siswa. (4) penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar selingan /pengisi waktu atau hiburan , melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. (5) pemilihan media hendaknya objektif,tidak didasarkan pada kesenangan pribadi. (6) pengunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan siswa penggunaan multi media tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus,tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula. (7) kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya.media yang konkrit wujudnya mungkin sukar untuk dipahami karena rumitnya,tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat.
Olehnya itu keberhasilan dari media yang digunakan dalam setiap pembelajaran bukan tergantung hanya pada orang yang menggunakan media tersebut akan tetapi ketidak optimalan dari hasil penggunaan media yang kita gunakan dalam PBM juga sangat tergantung pada siapa dan di mana tempaat media yang kita gunakan pada saat kegiatan PBM berlangsung serta kesesuain media yang digunakan dengan karakteristik siswa yang diajar.
c.       Fungsi Gambar Seri (Gambar seri)
Levie dan Lentz (dalam Arsyad, 2004: 16) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,khususnya gambar seri yaitu :  (a) fungsi atensi gambar seri, merupakan inti yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran, (b) fumgsi afektif gambar seri dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks yang bergambar,(c) fungsi kognitif gambar seri terlihat dari temuan-temuan peneliti yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar, (d) fungsi kompensatoris gambar seri yang memberikan konteks untuk memahami teks dalam membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Selanjutnya Wibawa dan Mukti (1992 : 31) mengemukakan gambar seri dalam proses belajar mengajar dapat berfungsi untuk: (a) mengembangkan kemampuan visual, (b) mengembangkan imajinasi anak, (c) membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak, atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan didalam kelas, (d) mengembangkan kreativitas siswa.
7.      Penggunaan Media Gambar Seri dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis puisi.
Tujuan pengajaran menulis di SD menurut kurikulum pendidikan dasar 1994 tercermin dalam tujuan penggunaan (dalam Nur Mustakim dan Syamsudin, 2007: 24), yakni ”(1) siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, informasi, pesan, dan perasaan secara tertulis, (2) siswa memiliki kegemaran menulis (3) siswa mampu memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan dalam menulis”.
Untuk mencapai tujuan tersebut guru dituntut mengupayakan strategi dan model pembelajaran yang baik serta ketepatan dalam menggunakan media dalam proses pembelajaran. Untuk itu pembelajaran hendaknya dikemas dalam aktivitas yang menarik, bermakna, bervariasi, menantang, dan sesuai dengan dunia anak. Untuk itu pembelajaran harus di bentuk sedemikian rupa sehingga tampak menyenangkan anak, misalnya dengan permainan, pengalaman praktis ataupun penggunaan media yang bisa menarik perhatian siswa yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dewasa ini keterampilan menulis siswa dikelas awal belum begitu menggembirakan. Kendala yang sering dihadapi dalam pembelajaran menulis salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa. Penggunaan media dalam proses pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang tepat didalam proses pembelajaran khususnya penggunaan media gambar seri didalam meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas II.
Untuk lebih jelasnya dari penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi maka, dapat dilakukan dengan langkah- langkah pembelajaran sebagai berikut:
a.       Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
Pada langkah ini, guru menjelaskan kompetensi yang menjadi target serta indikator apa saja yang ada di dalamnya.
b.      Menyajikan meteri sebagai pengantar
Tahap berikutnya adalah guru menyajikan materi. Dalam penyajian materi ini, guru memperkenalkan materi yang akan dibawakan serta memeberikan pengetahuan awal kepada siswa tentang pembelajaran menulis puisi dengan  penggunaan media gambar seri.
c.       Memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
Setelah guru menyajikan materi sebagai pengantar, tindakan selanjutnya adalah guru memperlihatkan gambar seri yang disusun secara acak di papan tulis.
d.      Memanggil siswa secara bergantian mengurutkan menjadi urutan yang logis
Pada langkah ini, guru meminta siswa maju ke papan tulis untuk mengurutkan gamabr seri yang acak tersebut menjadi gambar seri yang runtut dan sesuai denagn alurnya. Hal ini dilakukan secara bergantian untuk mendapatkan susnan gambar seri yang sesuai dan benar.
e.       Menanyakan alasan pemikiran urutan gambar tersebut
Selanjutnya guru meminta siswa untuk memberikan alasan yang logis tentang pemilihan urutan gambar seri yang diberikan.
f.       Guru menanamkan konsep sesuai kompetensi yang akan dicapai
Selanjutnya guru memberikan konsep kepada siswa tentang bagaiman cara menulis puisi berdasarkan gambar seri yang baik dan benar. Dalam menulis puisi berdasarkan gambar seri ini, ada beberapa aspek yang diperkenalkan kepada siswa dan aspek ini yang menjadi acuan dalam memberikan penilaian terhadap hasil tulisan siswa. Aspek tersebut adalah pengembangan topik (logis, relevan, dan jelas), pengorganisasian isi (runtut, utuh, dan koheren), struktur (morfologi, sintaksis), pilihan kata (diksi), dan penerapan ejaan dan kerapihan.
g.      Menulis puisi berdasarkan gambar tersebut
Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk menulis puisi berdasarkan gambar seri dengan memperhatikan aspek dalam menulis puisi.
h.      Kesimpulan
Kegiatan berikutnya adalah guru bersama denagn siswa menyimpulkan materi.
i.        Evaluasi
Langkah terakhir yang dilakukan adalah memberikan evaluasi berupa tes formatif yakni mengurutka gambar seri yang acak kemudian menulis puisi berdasarkan gambar seri yang telah diururkan. Evaluasi dilakukan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam menulis puisi berdasarkan gambar seri.

B.     Hasil Penelitian yang Relevan
1.      Alfiah, 2010, Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Skripsi, Jurusan KSDP Program S1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.  Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Dengan pendekatan komunikatif ini siswa harus diberi kesempatan untuk melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Supaya siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka siswa perlu dilatih sebanyak-banyaknya atau diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan kegiatan berkomunikasi. Dengan mempertimbangkan karakteristik anak yang lebih memperhatikan terhadap sesuatu yang menarik perhatian mereka, membangkitkan minat dan motivasi belajar serta melatih imajinasi anak, maka penggunaan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk meningkatkan kemampuan bercerita anak dapat dilakukan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan cara menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan bercerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, (2) Mendeskripsikan adanya peningkatan kemampuan bercerita siswa dengan penggunaan media gambar seri pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini merupakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan yang berjumlah 13 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan dan seorang guru kelas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Lembar Kerja Siswa (LKS), soal tes, pedoman wawancara, catatan lapangan serta rencana pelaksanaan tindakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Penerapan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri tidak hanya dapat meningkatkan aspek kognitif saja, tetapi juga kelancaran membaca, keberanian dan semua aspek yang menyangkut perkembangan siswa dalam pembelajaran seperti kemampuan bekerja sama serta partisipasi siswa dalam pembelajaran itu, selain itu pembelajaran ini juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang serta mengelola pembelajaran secara individual, klasikal maupun berkelompok. 2) Penerapan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas III SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan prestasi murid di setiap siklus, pada siklus I mencapai rata-rata 69,12 dan meningkat menjadi rata-rata 77,15 (100%) pada siklus II. Pada pratindakan kosa kata yang dikuasai murid masih sangat kurang, setelah adanya pembelajaran dengan menggunakan gambar seri untuk kemampuan bercerita diadakan wawancara dengan murid, perbendaharaan kata yang terkuasai bertambah, keberanian anak untuk mengungkapkan pertanyaan balik dengan peneliti patut diacungi jempol.
2.      Sriyati, 2010. Pengggunaan  Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Pada Siswa Kelas III SDN Mergosono II Malang Ujian Akhir Progam,Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Kependidikan Sekolah dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Dosen Pembimbing: Dr. Musa Sukardi, M.Pd. Masalah mendasar yang dikeluhkan  guru kelas II SDN Mergosono II pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah rendahnya kemampuan menulis siswa, terutama pada pembelajaran menulis karangan.Hal tersebut ditandai antara lain oleh rendahnya kemampuan siswa dalam menemukan ide yang akan dituliskannya ke dalam bentuk karangan sehingga karangan yang ditulisnya hanya seadanya, biasanya hanya terdiri atas 4-5 kalimat.  Peneliti menggunakan gambar seri sebagai media pembelajaran karena gambar seri baik sekali untuk dijadikan media pembelajaran karena gambarnya sederhana, menarik dan langsung selesai. Hal ini sesuai dengan sifat anak kelas III yang berusia rata-rata 9 tahun. Pada tahap ini, anak mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya. Selain itu gambar seri juga berfungsi sebagai sarana berpikir anak. Sebab dengan melihat gambar, fantasi dan daya cipta anak akan berpikir sesuai alur cerita dalam gambar seri. Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data bahwa penggunaan media gambar seri terbukti mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mennulis karangan. Pada siklus I pertemuan ke-1 nilai rata-rata kemampuan siswa menulis karangan mencapai 72,1. Pada pertemuan ke-2 meningkat menjadi 75,8. Pada siklus II pertemuan ke-1 nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan mencapai 77,9 sedangkan pada pertemuan ke-2 nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan meningkat menjadi 82,0
C.    Kerangka Berpikir
Adanya  kemampuan  menulis yang  rendah  dalam  pembelajaran  Bahasa  Indonesia, hal  ini dikarenakan pembelajaran  yang  dilaksanakan  guru  masih bersifat konvensional yang hanya berceramah dan menggunakan metode  penugasan  sehingga  siswa  kurang  tertarik  dalam  mengikuti  pelajaran,  hal   juga  mengakibatkan  siswa  kurang  mengerti  makna  dan  tujuan  dari  pembelajaran  sehingga  Bahasa  Indonesia  selalu  dianggap  sebagai  mata  pelajaran yang sulit, rumit dan kurang menarik dan membosankan.
Untuk  mengatasi  hal  tersebut  di  atas  perlu  diadakan  pembenahan  dalam  proses  pembelajaran  yang  dilakukan  oleh  guru  khususnya  dalam  pembelajaran  menulis khususnya menulis puisi. Atas dasar uraian tersebut di atas, hendaknya guru mempertimbangkan penggunaan media gambar seri di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terutama dalam pengajaran menulis puisi, karena dengan gambar dapat merangsang imajinasi siswa untuk menulis tentang gambar yang dilihatnya sehingga keterampilan siswa dalam menulis cerita dapat meningkat.
Untuk mempermudah kita dalam memahami alur dari penelitian tindakan kelas ini maka kami membuat kerangka pikir yang disesuaikan dengan langkah-langkah strategi dari pembelajaran keterampilan menulis berdasarkan gambar seri.sehingga dengan hanya melihat dan membaca kerangka pikir ini kita bisa melihat gambaran apa saja yang peneliti lakukan didalam memecahkan permasalahan yang dihadapi peneliti yaitu rendahnya kemampuan menulis puisi anak pada siswa kelas .............................
Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis.  Adapun kerangka berpikir dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :





 



































Gambar 2.1  Kerangka Berpikir  Penelitian Tindakan Kelas


D.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1.      Melalui penerapan media gambar seri pada pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi anak diharapkan  dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas II ...............................
2.      Penerapan media gambar seri diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II ......................... pada  pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi anak.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA


A.    Kerangka Teori
1.      Pembelajaran Bahasa Indonesia
a.       Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989:89). Kegiatan pengupayaan ini akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat terpenuhi.
Tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999:104) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Untuk mencapai tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai berikut. Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila (1)  diperlakukan sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam aktivitas, (3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa, (4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan hakikat bahasa dan budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri (Aminuddin, 1994:121).
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia maka diperlukan berbagai upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian bahasa Indonesia adalah dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indo-nesia dalam sebuah buku yang disebut dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan benar, baik komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan upaya lain yang dapat digunakan untuk melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan menanamkan bahasa Indonesia sejak dini.
Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah memberikan pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil. Pelaksanaan pendi-dikan bahasa Indonesia pada anak dapat dilakukan melalui pendidikan informal, pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Pendidikan informal dilaku-kan oleh keluarga di rumah. Pendidikan ini dilakukan saat anak berada di rumah bersama dengan keluarganya. Sedangkan pendidikan formal dilaksanakan di dalam lembaga pendidikan resmi mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal ini gurulah yang berperan penting dalam menanamkan pengetahuan akan bahasa Indonesia. Sedangkan pendidikan nonformal dilaksanakan di luar rumah dan sekolah, dapat melalui kursus, pelatihan-pelatihan, pondok pesantren dan lain sebagainya.
Pendidikan bahasa Indonesia di lembaga formal dimulai dari SD. Jumlah jam pelajaran bahasa Indonesia di SD kelas I, II dan III sebanyak 6 jam pelajaran. Sedangkan kelas IV, V dan VI sebanyak 5 jam pelajaran. Banyaknya jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar siswa mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta mempunyai kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat disampaikan melalui bahasa yang baik pula.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat pen-ting bagi kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai-mana dinyatakan oleh Akhadiah dkk. (1991: 1) adalah agar siswa ”memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa serta tingkat pengalaman siswa sekolah dasar”. Dari penjelasan Akhadiah tersebut maka tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dapat dirumuskan menjadi empat bagian. (1) Lulusan SD diharapkan mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. (2) Lulusan SD diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia. (3) Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa. (4) Pengajaran disesuaikan dengan tingkat pengalaman siswa SD. Butir (1) dan (2) menunjukkan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia SD yang mencakup tujuan pada ranah kognitif dan afektif. Butir (3) menyiratkan pen-dekatan komunikatif yang digunakan. Sedangkan butir (4) menyiratkan sampai di mana tingkat kesulitan materi pelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan.
Dari tujuan tersebut jelas tergambar bahwa fungsi pengajaran bahasa Indonesia di SD adalah sebagai wadah untuk mengembangakan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa itu, terutama sebagai alat ko-munikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat memberikan kemampuan dasar berbahasa yag diperlukan untuk melanjutkan pendidikan di sekolah menengah maupun untuk menyerap ilmu yang dipelajari lewat bahasa itu. Selain itu pembelajaran bahasa Indonesia juga dapat membentuk sikap berbahasa yang positif serta memberikan dasar untuk menikmati dan menghargai sastra Indonesia. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan rasa persatuan nasional.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dalam BSNP (2006) dijabarkan menjadi beberapa tujuan. Tujuan bagi siswa adalah untuk mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Adapun tujuan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi bahasa siswa , serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya. Tujuan bagi orang tua siswa adalah agar mereka dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program pembelajaran. Tujuan bagi sekolah adalah agar sekolah dapat menyusun program pendidikan kebahasaan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia. Sedangkan tujuan bagi daerah adalah agar daerah dapat menentukan sendiri bahan dan sumber belajar kebahasaan dengan kondisi kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan sosial.
b.      Karakteristik Mata pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa  memiliki  peran  sentral  dalam  perkembangan  intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam  mempelajari  semua  bidang  studi.  Pembelajaran  bahasa  diharapkan membantu  peserta  didik  mengenal  dirinya,  budayanya,  dan  budaya  orang lain,  mengemukakan  gagasan  dan  perasaan,  berpartisipasi  dalam masyarakat  yang  menggunakan  bahasa  tersebut,  dan  menemukan  serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran  bahasa  Indonesia  diarahkan  untuk  meningkatkan kemampuan  peserta  didik  untuk  berkomunikasi  dalam  bahasa  Indonesia dengan  baik  dan  benar,  baik  secara  lisan  maupun  tulis,  serta menumbuhkan  apresiasi  terhadap  hasil  karya  kesastraan  manusia Indonesia.
Bredekamp (1997:3) menyatakan bahwa anak berkembang pada semua aspek perkembangannya baik fisik,  emosional, sosial, dan kognitif.  Tidak ada  jalan  lain  kecuali  guru  harus  memiliki  tanggungjawab  dan  perhatian penuh  bagi  keutuhan  perkembangan  anak.  Sehubungan  dengan  itu Goodman  dalam  Akhadiah (1994:9) menyatakan  bahwa  (1)  belajar  bahasa  lebih mudah  terjadi  jika  bahasa  itu  disajikan  secara  holistik  nyata,  relevan, bermakna,  serta  fungsional  jika  bahasa  itu  disajikan  dalam  konteks  dan dipilih peserta  didik untuk  digunakan,  (2)  belajar  bahasa  adalah  belajar bagaimana  mengungkapkan  maksud  sesuai  dengan  konteks  lingkungan orang  tua,  kerabat,  dan  kebudayaan  terdapat  interdependensi  antara perkembangan  kognitif  dan  perkembangan  kemampuan  bahasa yang meliputi pikiran bergantung kepada bahasa dan bahasa bergantung kepada pikiran  (Akhadiah,  1994:10-11).  Dinyatakan  pula  bahwa  sesuai  dengan teori  belajar,  perkembangan  kognitif  serta  perkembangan  bahasa  pada anak  usia  lima  sampai  dengan  delapan  tahun  atau  anak  kelas  awal  SD mempunyai  karakteristik  sebagai  berikut:  (1)  kemampuan  kognitif  dan bahasa anak usia tersebut telah memadai untuk belajar dalam situasi yang lebih  formal,  (2)  anak-anak  seusia  itu  masih  memandang  sesuatu  lebih sebagai  keseluruhan/  secara,  (3)  sesuatu  lebih  mudah  mereka  pahami  jika diperoleh  melalui  interaksi  sosial  dengan  mengalaminya  secara  nyata dalam  situasi  yang  menyenangkan,  (4)  situasi  yang  akrab,  dilandasi penghargaan,  pengertian,  dan  kasih  sayang,  serta  lingkungan  belajar kondusif  dan  terencana  sangat  membantu  proses  belajar  yang  efektif (Akhadiah,  1994:  18-19).  Kenyataan  itu  menuntut  agar  guru  sebagai pengelola  pembelajaran  dapat  menyediakan  lingkungan  belajar  yang kondusif  dan  pendekatan  pembelajaran  yang  bermuatan  keterkaitan atau keterpaduan  sehingga  membuat  anak  secara  aktif  terlibat  dalam  proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.
Senada  dengan  pendapat  Goodman,  Suriasumantri  (1995:257) menyatakan  bahwa  belajar  bahasa  akan  lebih  mudah  jika  pembelajaran bersifat  holistik,realistik,  relevan,  bermakna,  dan  fungsional,  serta  tidak lepas  dari  konteks  pembicaraan.  Pendekatan  pembelajaran  terpadu  dalam pengajaran  bahasa  sebenarnya  dilandasi  oleh  pandangan  bahasa  holistic (whole language) yang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang bulat dan  utuh,  dan  dalam  proses  belajar  sesuai  dengan  perkembanganpeserta didik.  Dalam  proses  pembelajaran  bahasa  holistic  guru  menjadi  model dalam  berbahasa  (membaca  dan  menulis),  serta  bertindak  sebagai fasilitator  dan  memberikan  umpan  balik  yang positif.  Hal  ini  sejalan dengan  pendapat  yang  dikemukakan  oleh  Gunarsa (2001:76) bahwa  proses  belajar anak  melalui  conditioning  dan  melalui  pengamatan  terdapat  model-model tingkah laku di luar dirinya.
Pembelajaran  Bahasa  Indonesia  mencakup  aspek  mendengarkan, berbicara,  membaca,  dan  menulis.  Keempat  aspek  tersebut  sebaiknya mendapat  porsi  yang  seimbang.  Dalam  pelaksanaanya  sebaiknya dilaksanakan secara terpadu. Pelajaran  Bahasa  dan  Sastra  Indonesia di  kelas-kelas  rendah  dalam pelaksanaannya dipadukan  atau  dikaitkan  dengan  mata  pelajaran  lain seperti IPA, IPS, atau Matematika.
Dari  berbagai  pendapat  para  ahli  dan  rambu-rambu  pembelajaran Bahasa  Indonesia,  dapat  disimpulkan  bahwa  pembelajaran  Bahasa Indonesia,  khususnya di  kelas-kelas  awal, harusmempertimbangkan  asas keterkaitan  atau  keterpaduan  sebagai  pendekatan  pembelajaran  sesuai dengan  perkembangan  anak  sekolah  dasar  yang  holistik  yaitu  pendekatan pembelajaran  terpadu.Guru  sebagai  model  dalam  berbahasa  (membaca dan  menulis)  selama  proses  pembelajaran  berlangsung  serta  bertindak sebagai  fasilitator  dan  memberikan  umpan  balik  yang  positif.  Kualitas hasil  pembelajaran  Bahasa  Indonesia  dipengaruhi  berbagai  faktor.  Salah satu  faktor  yang  mempengaruhi  adalah  pendekatan  dalam  proses pembelajaran  yang  terjadi  di  dalam  kelas.  Proses  tersebut  menyangkut materi  ajar  yang  digunakan,  kegiatan  guru  dan peserta  didik,  interaksi peserta  didik dengan peserta  didik, peserta  didik dengan  guru,  dan  bahan ajar,  alat  dan  lingkungan  belajar  serta  cara  dan  alat  evaluasi  dan kesesuaian dengan kebutuhan perkembangan peserta didik itu sendiri.
c.       Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa  memungkinkan  manusia  untuk  saling  berkomunikasi, saling  berbagi  pengalaman, saling belajar  dari  yang  lain,  dan  untuk meningkatkan  kemampuan  intelektual  dan  kesusasteraan  merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Standar  kompetensi  mata  pelajaran  Bahasa  Indonesia  adalah  salah satu  program  yang  bertujuan  untuk  mengembangkan  pengetahuan, keterampilan berbahasapeserta didik, serta sikap positif terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia.
Tujuan pembelajaran mata  pelajaran  Bahasa  Indonesia  di  sekolah dasar yaitu :
1)   Berkomunikasi  secara  efektif  dan  efisien  sesuai  dengan  etika  yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis,
2)   Menghargai  dan  bangga  menggunakan  bahasa  Indonesia  sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara,
3)   Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan,
4)   Menggunakan  bahasa  Indonesia  untuk  meningkatkan  kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial,
5)   Menikmati  dan  memanfaatkan  karya  sastra  untuk  memperluas wawasan,  memperhalus  budi  pekerti,  serta  meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,
6)   Menghargai  dan  membanggakan  sastra  Indonesia  sebagai  khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Sedangkan  tujuan pembelajaran Bahasa  Indonesia di  sekolah dasar pada aspek menulis adalah agar  peserta  didik  memiliki  kemampuan    untuk  melakukan  berbagai  jenis  kegiatan  menulis  untuk  mengungkapkan pikiran,  perasaan,  dan  informasi  dalam  bentuk  karangan  sederhana, petunjuk,  surat,  pengumuman,  dialog,  formulir,  teks  pidato,  laporan, ringkasan,  parafrase,  serta  berbagai  karya  sastra  untuk  anak  berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
d.      Ruang Lingkup Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Dengan  standar  kompetensi  mata  pelajaran  Bahasa  Indonesia  ini diharapkan:
1)      peserta  didik  dapat  mengembangkan  potensinya  sesuai  dengan kemampuan,  kebutuhan,  dan  minatnya,  serta  dapat  menumbuhkan penghargaan  terhadap  hasil  karya  kesastraan  dan  hasil  intelektual bangsa sendiri;
2)      guru  dapat  memusatkan  perhatian  kepada  pengembangan kompetensi  bahasa peserta  didik  dengan menyediakan  berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;
3)      guru  lebih  mandiri  dan  leluasa  dalam  menentukan  bahan  ajar kebahasaan  dan  kesastraan  sesuai  dengan  kondisi  lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya;
4)      orang  tua  dan  masyarakat  dapat  secara  aktif  terlibat  dalam pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah;
5)      sekolah  dapat  menyusun  program  pendidikan  tentang  kebahasaan dan  kesastraan  sesuai  dengan  keadaan  peserta  didik  dan  sumber belajar yang tersedia;
6)      daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.
Adapun  ruang  lingkup  mata  pelajaran Bahasa  Indonesia  di sekolah dasar  dapat dikategorisasi sebagai berikut :
1)      Aspek Mendengarkan mencakup dua sub aspek yaitu mendengarkan aktif  dan  aktif  produktif.  Adapun  contoh  dari  masing-masing  sub aspek itu sebagai berikut:
a)      Mendengarkan  Aktif  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi  dasar seperti; Membedakan  berbagai  bunyi  bahasa  perintah,  dan dongeng yang dilisankan,
b)      Mendengarkan  Aktif  Produktif  dapat  dicontohkan  pada kompetensi  dasar  seperti; Menyebutkan  tokoh-tokoh  dalam cerita,  Mengulang  deskripsi  tentang  benda-benda  di  tentang deskripsi  benda-benda  di  sekitar  dan  dongeng,  Menyebutkan  isi dongeng, Mendeskripsikan isi puisi.
2)      Aspek Berbicara mencakup dua sub aspek yaitu mendengarkan aktif dan aktif produktif.
a)      Berbicara  Aktif  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi  dasar seperti; Mendeskipsikan  benda-benda  di  sekitar  dan  fungsi anggota  tubuh  dengan  kalimat  sederhana,  Mendeklamasikan puisi anak dengan lafal dan intonasi yang sesuai,
b)      Berbicara  Aktif  Produktif  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi dasar  seperti; Bertanya  kepada  orang  lain  dengan  pikiran, perasaan, dan menggunakan pilihan kata yang tepat dan santun, Menceritakan  kembali  cerita  anak  yang  didengarkan  dengan menggunakan kata-kata sendiri.
3)      Aspek Membaca mencakup dua sub aspek yaitu mendengarkan aktif dan aktif produktif.
a)      Membaca  Aktif  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi  dasar seperti; Membaca  nyaringteks  (15-20  kalimat)  dengan  wacana tulis  dengan  memperhatikan  lafal  dan  intonasi  yang  tepat membaca nyaring dan membaca dalam hati.
b)      Membaca  Aktif  Produktif  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi dasar seperti;Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat) yang  dibaca  dalam  hati,  Menjawab  dan  atau  mengajukan pertanyaan.
4)      Aspek Menulis mencakup dua sub aspek yaitu Sastra dan Non sastra.
a)      Sub  aspek  Sastra  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi  dasar seperti;  Menulis  karangan sederhana, Menulisberbagai  karya sastrauntuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
b)      Sub  aspek  Non  sastra  dapat  dicontohkan  pada  kompetensi  dasar seperti;  Menulis petunjuk,  surat,  pengumuman,  formulir,  teks pidato, laporan dan ringkasan.
2.      Keaktifan Belajar
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26) keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Menurut Sanjaya (2007:101-106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.
Menurut Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, dimana siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.
Menurut Raka Joni (1992: 19-20) dan Martinis Yamin (2007: 80- 81) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala : (1) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, (2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar (3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan (5) melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keaktifan adalah kegiatan (Poerwodarminto, 1992 : 17), sedang belajar merupakan proses perubahan pada diri individu kearah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan.
Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan dan berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku siswa berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut.
Selama proses belajar siswa dituntut aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru, disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, keinginannya. Guru hendaknya mampu membina rasa keberanian, keingintahuan siswa, untuk itu siswa hendaknya merasa aman, nyaman, dan kondusif dalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran siswa aktif adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa yang memberi berbagai kemudahan siswa dalam belajar serta mampu mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin.
Keaktifan belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental (Sardiman: 2001: 99). Selama kegiatan belajar kedua aktifitas tersebut harus terkait, sehingga akan mengahasilkan aktifitas belajar yang optimal.
3.      Hasil Belajar
a.    Pengertian Hasil Belajar
Belajar  dan  mengajar  merupakan  konsep  yang  tidak  bisa  dipisahkan.  Belajar  merujuk  pada  apa  yang  harus  dilakukan  seseorang  sebagai subjek dalam belajar, sedangkan mengajar marujuk pada apa yang  seharusnya dilakukan seorang guru sebagai pengajar.    Dua  konsep  belajar  mengajar  yang  dilakukan  oleh  siswa  dan  guru  terpadu  dalam  satu  kegiatan.  Diantara  keduannya  itu  terjadi  interaksi  dengan  guru.  Kemampuan  yang  dimiliki  siswa  dari  proses  belajar  mengajar  saja  harus  bisa  mendapatkan  hasil  bisa  juga  melalui  kreatifitas  seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. 
Oleh  karena  itu  hasil  belajar  yang  dimaksud  disini  adalah  kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru),  seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.  Hasil  belajar  adalah  kemampuan-kemampuan  yang  dimiliki  siswa  setelah  menerima  pengalaman  belajarnya  (Sudjana,  2004  :  22).  Sedangkan  menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam  hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan  dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). 
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah  kemampuan  keterampilan,  sikap  dan  keterampilan  yang  diperoleh  siswa  setelah  ia  menerima  perlakuan  yang  diberikan  oleh  guru  sehingga  dapat  mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. 
b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar 
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni  faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 :  39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa  perubahan  kemampuan  yang  dimilikinya  seperti  yang  dikemukakan  oleh  Clark  (1981  :  21)  menyatakan  bahwa  hasil  belajar  siswa  disekolah  70  %  dipengaruhi  oleh   kemampuan  siswa  dan  30  %  dipengaruhi  oleh  lingkungan.  Demikian  juga  faktor  dari  luar  diri  siswa  yakni  lingkungan  yang  paling  dominan  berupa  kualitas  pembelajaran  (Sudjana,  2002  :  39). 
"Belajar   adalah  suatu  perubahan  perilaku,  akibat  interaksi  dengan  lingkungannya"  (Ali  Muhammad,  204  :  14).  Perubahan  perilaku  dalam proses  belajar  terjadi  akibat  dari  interaksi  dengan  lingkungan.  Interaksi biasanya  berlangsung  secara  sengaja.  Dengan  demikian  belajar  dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila  terjadi  perubahan  dalam  diri  individu  maka  belajar  tidak  dikatakan  berhasil. 
Abin Syamsudin M ( dalam Hefi Tusilawati, 2009 :23) mengemukakan bahwa ‘Hasil  belajar  merupakan  perubahan-perubahan  yang  diharapkan  terjadi  pada  perilaku  dan  pribadi  siswa setelah mengalami dan melalui proses belajar’. Ada juga yang mengemukakan bahwa ‘Hasil belajar merupakan kemampuan  melakukan  sesuatu secara permanent,  dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama’.  Hasil belajar merupakan perilaku yang dimiliki peserta didik sebagai akibat dari proses  belajar  yang  ditempuhnya  dan  berupa  suatu  konsep  yang  bersifat  umum  didalamnya  tercakup prestasi. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar,  yang  wujudnya  berupa  kemampuan  kognitif,  afektif  dan  pisikomotor.  Derajat  kemampuan  yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS. Dalam pembelajaran  IPS,  hasil  proses  pembelajaran  yang  penting  yakni  sesuai  dengan  tujuan/sasaran  hasil  pembelajaran  atau  standar  kompetensi  dan  kompetensi  dasar  tertuang  dalam  silabus
Kurikulum  Tingkat  Satuan  Pendidikan  (KTSP)  yang  terjabarkan  pada  silabus  tersebut  dan  guru pun menyusun beberapa indikator yang dapat menjelaskan dan menunjukan jenis-jenis  tingkah  laku  yang  perlu  dimiliki  oleh  siswa  setelah  mengikuti  proses  pembelajaran,  dan  tercapai tidaknya indikator tersebut baru dapat diketahui setelah dilakukan serangkaian tes.    
Hasil  belajar  siswa  dipengaruhi  oleh  kamampuan  siswa  dan  kualitas  pengajaran.  Kualitas  pengajaran  yang  dimaksud  adalah  profesional  yang  dimiliki  oleh  guru.  Artinya  kemampuan  dasar  guru  baik  di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku  (psikomotorik). 
Dari  beberapa  pendapat  di  atas,  maka  hasil  belajar  siswa  dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan  personal  (internal)  dan  faktor  dari  luar  diri  siswa  yakni  lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh  siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan  dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat  dalam  berbagai  aspek  kehidupa  sehingga  nampak  pada  diri  indivdu  penggunaan  penilaian  terhadap  sikap,  pengetahuan  dan  kecakapan  dasar  yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri  individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif
4.      Menulis
a.       Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1986:3). Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan memahami lambang-lambang grafik itu (Tarigan, 1982:21).
Menulis merupakan suatu medium yang penting untuk mengekspresikan diri pribadi, untuk berkomunikasi, dan untuk menemukan makna. Kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bertambah oleh adanya perkembangan media baru untuk komunikasi masa. Oleh karena itu praktik, latihan, dan studi menulis tetap merupakan bagian yang penting dari kurikulum sekolah dan menjadi bagian sentral dalam pengajaran bahasa Indonesia.
Menurut Akhadiah, dkk. (1988:2) menulis adalah kemampuan kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret. Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.
Menulis, seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menulis menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan secara jelas, dan ditata secara menarik. Selanjutnya, menuntut penelitian yang terperinci, observasi yang saksama, pembeda yang tepat dalam pemilihan judul, bentuk, dan gaya. Dalam menulis diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosakata dan tatabahasa tertentu atau kaidah kebahasaan yang digunakan sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk terampil menulis diperlukan latihan dan praktik yang terus-menerus dan teratur (Suriamiharja, dkk., 1996:2).
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis suatu topik, penulis harus berpikir, menghubungkan berbagai fakta, membandingkan, dan sebagainya. Berpikir merupakan kegiatan mental. Ketika penulis berpikir, dalam benak penulis timbul serangkaian gambaran tentang sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini tidak terkendali terjadi dengan sendirinya dan tanpa kesadaran. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan tujuan untuk sampai pada suatu simpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Proses bernalar atau penalaran merupakan proses berpikir sistematik untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat menulis adalah suatu kegiatan untuk mengekspresikan diri dan perasaan yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tidak langsung.
b.      Hakikat Pembelajaran Menulis
Tarigan (1982:9) berpendapat bahwa pembelajaran menulis adalah (1) membantu siswa memahami cara mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis; (2) mendorong siswa mengekspresikan diri secara bebas dalam bahasa tulis; (3) membantu siswa menggunakan bentuk bahasa yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis.
Soenardji (1998:102) berpendapat bahwa pembelajaran menulis jika dikaitkan dengan proses pendidikan secara makro termasuk salah satu komponen yang sengaja disiapkan dan dilaksanakan oleh pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku sesudah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis merupakan hasil pengaruh kemampuan berpikir, berbuat, dan merasakan perihal apa yang disampaikan sebagai bahan pembelajaran menulis.
Bertumpu pada pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis adalah upaya membantu dan mendorong siswa mengekspresikan bahasa dalam bentuk tulis, atau komponen yang disiapkan pendidik untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dalam pembelajaran menulis.
c.       Tujuan Menulis
Setiap jenis tulisan memiliki tujuan yang beranekaragam, yaitu memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang belum berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan, 1986:23).
Tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar disebut wacana informatif (informative discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan ingin memberitahu atau mengajarkan sesuatu kepada pembaca sehingga pembaca menjadi tahu mengenai sesuatu yang disampaikan oleh penulis. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive discourse). Melalui tulisan, pengarang bertujuan ingin meyakinkan pembacanya akan kebenaran gagasan yang disampaikan sehingga pembaca dapat dipengaruhi dan merasa yakin akan gagasan penulis.
Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau yang mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana kesastraan (literary discourse). Penulis bertujuan untuk menyenangkan dan menghindarkan kedukaan para pembaca. Melalui tulisan, penulis ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, serta membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan karyanya itu.  Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspresive discourse). Melalui tulisan, penulis bertujuan untuk mengekspresikan perasaan dan emosi agar pembaca dapat memahami makna yang ada dalam tulisan.
Menurut Suriamiharja, dkk. (1996:2), tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Dengan demikian, keterampilan menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi karena dalam pengertian tersebut muncul satu kesan adanya pengiriman dan penerimaan pesan.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai tujuan untuk memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api agar dipahami oleh orang lain.
d.      Manfaat Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat mengutarakan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan. Menurut Tarigan (1986:22), menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. Menulis juga dapat mendorong kita untuk berpikir secara kritis, memudahkan penulis memahami hubungan gagasan dalam tulisan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah yang dihadapi, dan mampu menambah pengalaman menulis.
Menurut pendapat Akhadiah, dkk. (1988:1), banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan menulis. Keuntungan yang pertama adalah dengan menulis seseorang dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan topik itu, penulis harus berpikir untuk memperoleh pengetahuan dan pengalamannya.
Kedua, melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membandingkan fakta-fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. keuntungan ketiga, penulis lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi yang berhubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
Keempat, penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar. Keuntungan kelima, melalui tulisan,penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya secara lebih objektif. Keenam, dengan menuliskan sesuatu di kertas, penulis akan mudah memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisis secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. Ketujuh, dengan menulis mengenai suatu topik, penulis terdorong untuk belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain. Keuntungan kedelapan, kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis sangat bermanfaat dalam kehidupan. Menulis dapat meningkatkan penalaran untuk mengembangkan berbagai gagasan yang dapat memperluas wawasan dan pengetahuan.
e.       Ragam Tulisan
Telah banyak ahli yang membuat klasifikasi mengenai tulisan. Beberapa klasifikasi yang pernah dibuat seperti yang disampaikan oleh Tarigan (1986:26) adalah tulisan bentuk objektif dan tulisan bentuk subjektif. Tulisan yang berbentuk objektif mencakup penjelasan yang terperinci mengenai proses, batasan, laporan, dan dokumen. Tulisan yang berbentuk subjektif mencakup otobiografi, surat-surat, penilaian pribadi, esei informal, potret atau gambaran, dan satire.
Berdasarkan bentuknya, Tarigan (1986:27) juga menyampaikan klasifikasi yang lain, yaitu eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Selain itu terdapat klasifikasi lain, yaitu tulisan kreatif yang memberi penekanan pada ekspresi diri secara pribadi dan tulisan ekspositori yang mencakup penulisan surat, penulisan laporan, timbangan buku, resensi buku, dan rencana penelitian.
Keraf (2002:24) membuat klasifikasi tulisan menjadi empat jenis, yaitu deskripsi, narasi, argumentasi, dan eksposisi. Deskripsi adalah bentuk tulisan yang menceritakan suatu objek atau suatu hal sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata dan dilihat sendiri oleh pembaca. Narasi adalah bentuk tulisan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian yang seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca. Argumentasi adalah bentuk tulisan yang berusaha membuktikan suatu kebenaran. Eksposisi adalah bentuk tulisan yang menguraikan suatu objek yang memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.
5.      Puisi
a.       Definisi Puisi
Kata  puisi  berasal  dari  bahasa  Yunani  “Poises”  yang  berarti  penciptaan. Puisi dapat di definisikan sebagai karya sastra yang cenderung  pada  irama  (ritme)  yang  dibangun  dengan  irama,  bait,  dan  baris.  Irama  merupakan nada-nada yang ada pada suatu puisi. (Djuanda 2: 2006 dalam  Windy Nur Azhar).
Adapun  pengertian  dari  para  ahli  adalah  sebagai  berikut  menurut  (Salam, dalam Erlina Yulianingsih, 2010) menjelaskan bahwa puisi adalah  pengungkapan  pikiran,  perasaan,  dan  pengalaman  dengan  susunan  kata  yang  kaya  imajinasi  dengan  penyingkapan  pendirian  atau  keyakinan  penulisnya.  Waluyo  1991:  25  (dalam  Windy  Nur  Azhar  :  2010)  menjelaskan  bahwa  puisi  adalah  karya  sastra  yang  mengungkapkan pikiran  dan  perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan  semua  kekuatan  bahasa  dengan  pengonsentrasian  struktur  fisik  dan  struktur batinnya.
Menurut  Pradopo  2002:  7  (dalam  Sri  Purwantini,  2010)  menjelaskan  bahwa  puisi  adalah  merupakan  ekspresi  pemikiran  yang  membangkitkan  perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindera ke dalam susunan yang  berirama.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan  perwujudan pikiran, perasaan, dan pengalaman intelektual seorang penyair  yang  bersifat  imajinatif  yang  diungkapkan  melalui  bahasa  yang  memikat  dengan  didukung  oleh  kekuatan  dua  unsurnya  yaitu  struktur  fisik  dan  struktur batinnya.  
b.      Hakikat Puisi (Struktur Batin Puisi)
1)      Tema
Tema  adalah  gagasan  pokok  yang  dikemukan  penyair  lewat  puisinya.  Tema  puisi  biasanya  mengungkapkan  persoalan  manusia  yang  bersifat  hakiki,  seperti  cinta  kasih,  ketakutan,  kebahagiaan,  kedukaan,  kesengsaraan  hidup,  keadilan  dan  kebenaran,  ketuhanan,  kritik social, dan protes. Tema puisi kadang-kadang sering disebut pula  dengan makna puisi atau sense. (Djuanda 21: 2006 dalam Windy Nur  Azhar)
2)      Rasa (feeling)
Dalam  puisi  diungkapkan  perasaan  penyair,  gembira, sedih,  terharu,  takut,  gelisah,  rindu,  penasaran,  benci,  cinta,  dendam  dan  sebagainya.  Perasaan  yang  diungkapkan  penyair  bersifat  total  artinya  tidak setengah-setengah, rasa atau sikap dalam dunia puisi merupakan  salah  satu  aspek  penting  berkanaan  dengan  apresiasi  puisi.  (Djuanda  41: 2006 dalam Wndy Nur Azhar)
3)      Nada
Nada  sering  dikatkan  dengan  suasana.  Jika  nada  berarti  sikap  penyair terhadap pokok persoalan (feeling) dan sikap penyair terhadap  pembaca  (tone)  suasana.  Berarti  keadaan  perasaan  yang  dapat  ditangkap oleh panca indera menurut Efendi, 1982: 134 (dalam Windy  Nur Azhar)
4)      Amanat
Amanat  merupakan  pesan-pesan  yang  ingin  disampaikan  penyair  kepada pembaca. Di dalam satu puisi bisa saja terdapat lebih dari satu  amanat.  Amanat  ada  yang  diungkapkan  secara  langsung  dan  ada  juga  yang  teselubung.  Melalui  amanat  inilah,  mungkin  saja  penyair  mengharapkan  pembaca  marah,  benci,  menyenangi  sesuatu  atau  berontak  dan  berbuat  sesuatu.  Barangkali  juga  penyair  mengharapkan  pembaca  untuk  merenung  dan  menjadi  bijak  setelah  membaca  puisi.  Amanat  ini  kadang-kadang  juga  disebut  pemecahan  persoalan  yang  dikemukakan dalam tema.


c.       Metode Puisi (Struktur Fisik Puisi)
1)      Diksi
Diksi  atau  pilihan  kata  yaitu  pemilihan  kata  dalam sajak  (Pradopo,  2009:  54  dalam  Erlina  Yulianingsih).  Ciri  umum  puisi  yang  membedakannya  dengan  karya  sastra  lain  yaitu  penggunaan  bahasa  puisi  yang  dibentuk  oleh  susunan  pilihan  kata  yang  relatif  singkat,  padat,  dan  indah.  Pilhan  kata  yang  diperlukan  untuk menciptakan  kepadatan,  kepuitisan,  dan  nilai  estetik.  Pradopo  (2009: 54) mengemukakan bahwa bila kata-kata dipilh dan disusun  dengan  cara  yang  sedemikian  rupa  hingga  artinya  menimbulkan  imajinasi  estetik,  maka  hasilnya  itu  disebut  diksi  puitis.  Penggunaan  kata-kata  bahasa  sehari-hari  dalam  puisi  dapat  memberi efek gaya yang realistis, sedangkan penggunaan kata-kata  bahasa  yang  puitis  dapat  memberi  efek  yang  romantic.  Untuk  ketepatan penggunaan kata dalm puisi, penyair dapat memperbaiki  pilihan kata yang dirasa belum tepat dalam puisinya. (dalam Erlina  Yulianingsih, 2010)
2)      Pengimajian
Pengimajian  disebut  juga  pencitraan.  Pengimajian  dapat  memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana yang khusus,  membuat  hidup  (lebih  hidup)  gambaran  dalam  pikiran,  dan  penginderaan  untuk  menarik  perhatian,  untuk  memberikan  kesan  mental  atau  bayangan  visual  penyair,  menggunakan  gambaran-gambaran  angan.  Imaji  adalah  gambaran-gambaran  angan,  gambaran  pikiran,  kesan  mental  atau  bayangan  visual  dan  bahasa  yang menggambarkannya. (dalam Windy Nur Azhar)
3)      Kata Konkret
Kata  kongkrit  digunakan  untuk  membangkitkan  imaji  (daya  bayang) pembaca. Jika penyair berhasil memperkongkret kata-kata  maka  pembaca  seolah-olah  melihat,  mendengar,  atau  merasa  apa  yang  dilukiskan  oleh  penyair.  Dengan  kata  yang  diperkongkret,  pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan  yang dilukiskan oleh penyair.
4)      Bahasa Figuratif (Gaya Bahasa)
Bahasa  figuratif  merupakan  bahasa  yang  digunakan  penyair  untuk  mengatakan  sesuatu  dengan  pengiasan,  yakni  secara  tidak  langsung  dalam  mengungkapkan  makna  sehingga  menuntut  pembaca untuk dapat menafsirkan kiasan tersebut. Dengan bahasa  figuratif, membuat puisi lebih indah, artinya memancarkan banyak  makna  atau  kaya  akan  makna.  Bahasa  figuratif  dipakai  untuk  menghidupkan  lukisan,  untuk  mengkonkretkan  dan  lebih  mengekpresikan  perasaan  yang  diungkapkan.  Denagn  demikian,  pemakaian  bahasa  figuratif  menyebabakan  konsep-konsep  abstrk  terasa  dekat  pada  pembaca  karena  dalam  bahasa  figurative  oleh  penyair  diciptakan  kekonkretan,  kedekatan,  keakraban,  dan  kesegaran.
5)      Irama dan Rima
Rima adalah bunyi yang berselang/berulang, baik di dalam larik  puisi  maupun  pada  akhir  larik-larik  puisi  (Aminuddin,  2009:  137  dalam Erlina Yulianingsih).  Irama  adalah  paduan  bunyi  yang  menimbulkan  unsur   musikalitas,  baik  berupa  alunan  keras-lemah  yang  keseluruhannya  mampu  menumbuhkan  kemerduan,  kesan  suasana,  serta  nuansa  makna tertentu. Irama dalam puisi berkaitan dengan gerak, alunan,  bunyi  yang  teratur  ritmis,  dan  itu  akan  terasa  jika  puisi  itu  dibaca  dan di dengarkan.
6)      Tipografi
Tipografi  atau  tata  wajah  yaitu  cara  penulisan  suatu  puisi  sehingga  menampilkan  bentuk-bentuk  tertentu  yang  dapat  diamati  secara  visual  (Aminuddin,  2009:  146).  Tipografi  merupakan  pembeda  yang  paling  awal  dapat  dilihat  dalam  membedakan  puisi  dengan  prosa  fiksi  dan  drama.  Tipografi  merupakan  bentuk  dari  puisi  yang  bermacam-macam  tergantung  yang  mengarangnya.  Adapun  fungsi  tipografi  adalah  untuk  keindahan  indrawi  dan  mendukung makna.
6.      Media Gambar Seri
a.       Pengertian
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah yang berarti tengah, perantara, atau pengantar.  Menurut Arsyad  (2004 : 4) mengatakan bahwa ”istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, TV, film, foto, radio, rekaman audio, gambar, bahan-bahan cetakan, dan sejenis adalah media komunikas”i. Hamidjojo (dalam Arsyad 2004) memberikan batasan media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, dan pendapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:124) mengemukakan bahwa:
 Media gambar seri (gambar seri) adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan .gambar seri ini ada yang menampilkan gambar diam sepert film strip (film rangkai),slide (film bingkai) foto,gambar atau lukisan,dan cetakan.adapula gambar seri yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film kartun.
Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa media gambar seri masuk dalam bagian gambar seri yang memungkinkann seorang guru dapat menggunakannya sebagai media didalam menyampaikan pesan pembelajaran agar pesan yang disampaikan lebih mudah dipahami. salah satu penyampaian pesan ini yaitu menggunakan gambar seri didalam meningkatkan keterampilan menulis puisi pada pelajaran bahasa Indonesia.
Meningkatkan keterampilan menulis puisi berdasarkan urutan gambar seri merupakan salah satu keterampilan menulis yang diajarkan di kelas II SD. Gambar seri yang kelihatan sangat sederhana sebenarnya mengandung banyak arti. Oleh karena itu, pemilihan gambar harus tepat, menarik dan merangsang siswa. Selain gambar seri dapat pula digunakan diagram, grafik, skema dan sejenisnya sebagai media untuk menulis. menulis dengan media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya imajinatif  siswa.
b.      Kelebihan dan Keterbatasan Gambar Seri
Wibawa dan Mukti (1992: 29) mengemukakan kelebihan dan keterbatasan gambar seri yaitu gambar seri memiliki kelebihan sebagai berikut : (1) umumnya murah harganya, (2) mudah didapat, (3) mudah digunakanya, (4) dapat memperjelas suatu masalah, (5) lebih realitis, (6) dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan, (7) dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Gambar seri juga memiliki keterbatasan, antara lain: (1) semata-mata hanya medium visual, (2) ukuran gambar sering kali kurang tepat untuk pengajaran dalam kelompok besar, (3) memerlukan ketersediaan sumber, keterampilan dan kejelian guru untuk dapat memanfaatkannya.
Sejalan yang dikemukakan oleh Wibawa dan Mukti  di atas menurut Amir (2007:31) memberikan beberapa prinsip tentang pertimbangan yaang harus dilakukan oleh seorang guru didalam menggunakan media pembelajaran yaitu: (1) tidak ada media yang paling unggul untuk semua tujuan.suatu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu,tetapi mungkin tidak cocok untuk yang lain. (2) media adalah bagian integral dari proses belajar-mengajar.Hala ini berarti bahwa media bukkan hanyya sekedar alat bantu mengajar guru saja,tetapi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar – mengajar. (3) media apapun yang digunakan ,sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar siswa. (4) penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar selingan /pengisi waktu atau hiburan , melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. (5) pemilihan media hendaknya objektif,tidak didasarkan pada kesenangan pribadi. (6) pengunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan siswa penggunaan multi media tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus,tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula. (7) kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya.media yang konkrit wujudnya mungkin sukar untuk dipahami karena rumitnya,tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat.
Olehnya itu keberhasilan dari media yang digunakan dalam setiap pembelajaran bukan tergantung hanya pada orang yang menggunakan media tersebut akan tetapi ketidak optimalan dari hasil penggunaan media yang kita gunakan dalam PBM juga sangat tergantung pada siapa dan di mana tempaat media yang kita gunakan pada saat kegiatan PBM berlangsung serta kesesuain media yang digunakan dengan karakteristik siswa yang diajar.
c.       Fungsi Gambar Seri (Gambar seri)
Levie dan Lentz (dalam Arsyad, 2004: 16) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,khususnya gambar seri yaitu :  (a) fungsi atensi gambar seri, merupakan inti yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran, (b) fumgsi afektif gambar seri dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (membaca) teks yang bergambar,(c) fungsi kognitif gambar seri terlihat dari temuan-temuan peneliti yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar, (d) fungsi kompensatoris gambar seri yang memberikan konteks untuk memahami teks dalam membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Selanjutnya Wibawa dan Mukti (1992 : 31) mengemukakan gambar seri dalam proses belajar mengajar dapat berfungsi untuk: (a) mengembangkan kemampuan visual, (b) mengembangkan imajinasi anak, (c) membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak, atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan didalam kelas, (d) mengembangkan kreativitas siswa.
7.      Penggunaan Media Gambar Seri dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis puisi.
Tujuan pengajaran menulis di SD menurut kurikulum pendidikan dasar 1994 tercermin dalam tujuan penggunaan (dalam Nur Mustakim dan Syamsudin, 2007: 24), yakni ”(1) siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman, informasi, pesan, dan perasaan secara tertulis, (2) siswa memiliki kegemaran menulis (3) siswa mampu memanfaatkan unsur-unsur kebahasaan dalam menulis”.
Untuk mencapai tujuan tersebut guru dituntut mengupayakan strategi dan model pembelajaran yang baik serta ketepatan dalam menggunakan media dalam proses pembelajaran. Untuk itu pembelajaran hendaknya dikemas dalam aktivitas yang menarik, bermakna, bervariasi, menantang, dan sesuai dengan dunia anak. Untuk itu pembelajaran harus di bentuk sedemikian rupa sehingga tampak menyenangkan anak, misalnya dengan permainan, pengalaman praktis ataupun penggunaan media yang bisa menarik perhatian siswa yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dewasa ini keterampilan menulis siswa dikelas awal belum begitu menggembirakan. Kendala yang sering dihadapi dalam pembelajaran menulis salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa. Penggunaan media dalam proses pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang tepat didalam proses pembelajaran khususnya penggunaan media gambar seri didalam meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa kelas II.
Untuk lebih jelasnya dari penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis puisi maka, dapat dilakukan dengan langkah- langkah pembelajaran sebagai berikut:
a.       Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai
Pada langkah ini, guru menjelaskan kompetensi yang menjadi target serta indikator apa saja yang ada di dalamnya.
b.      Menyajikan meteri sebagai pengantar
Tahap berikutnya adalah guru menyajikan materi. Dalam penyajian materi ini, guru memperkenalkan materi yang akan dibawakan serta memeberikan pengetahuan awal kepada siswa tentang pembelajaran menulis puisi dengan  penggunaan media gambar seri.
c.       Memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
Setelah guru menyajikan materi sebagai pengantar, tindakan selanjutnya adalah guru memperlihatkan gambar seri yang disusun secara acak di papan tulis.
d.      Memanggil siswa secara bergantian mengurutkan menjadi urutan yang logis
Pada langkah ini, guru meminta siswa maju ke papan tulis untuk mengurutkan gamabr seri yang acak tersebut menjadi gambar seri yang runtut dan sesuai denagn alurnya. Hal ini dilakukan secara bergantian untuk mendapatkan susnan gambar seri yang sesuai dan benar.
e.       Menanyakan alasan pemikiran urutan gambar tersebut
Selanjutnya guru meminta siswa untuk memberikan alasan yang logis tentang pemilihan urutan gambar seri yang diberikan.
f.       Guru menanamkan konsep sesuai kompetensi yang akan dicapai
Selanjutnya guru memberikan konsep kepada siswa tentang bagaiman cara menulis puisi berdasarkan gambar seri yang baik dan benar. Dalam menulis puisi berdasarkan gambar seri ini, ada beberapa aspek yang diperkenalkan kepada siswa dan aspek ini yang menjadi acuan dalam memberikan penilaian terhadap hasil tulisan siswa. Aspek tersebut adalah pengembangan topik (logis, relevan, dan jelas), pengorganisasian isi (runtut, utuh, dan koheren), struktur (morfologi, sintaksis), pilihan kata (diksi), dan penerapan ejaan dan kerapihan.
g.      Menulis puisi berdasarkan gambar tersebut
Langkah berikutnya adalah siswa diminta untuk menulis puisi berdasarkan gambar seri dengan memperhatikan aspek dalam menulis puisi.
h.      Kesimpulan
Kegiatan berikutnya adalah guru bersama denagn siswa menyimpulkan materi.
i.        Evaluasi
Langkah terakhir yang dilakukan adalah memberikan evaluasi berupa tes formatif yakni mengurutka gambar seri yang acak kemudian menulis puisi berdasarkan gambar seri yang telah diururkan. Evaluasi dilakukan untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam menulis puisi berdasarkan gambar seri.

B.     Hasil Penelitian yang Relevan
1.      Alfiah, 2010, Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Skripsi, Jurusan KSDP Program S1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.  Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Dengan pendekatan komunikatif ini siswa harus diberi kesempatan untuk melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulis. Supaya siswa mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka siswa perlu dilatih sebanyak-banyaknya atau diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan kegiatan berkomunikasi. Dengan mempertimbangkan karakteristik anak yang lebih memperhatikan terhadap sesuatu yang menarik perhatian mereka, membangkitkan minat dan motivasi belajar serta melatih imajinasi anak, maka penggunaan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya untuk meningkatkan kemampuan bercerita anak dapat dilakukan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan cara menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan kemampuan bercerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, (2) Mendeskripsikan adanya peningkatan kemampuan bercerita siswa dengan penggunaan media gambar seri pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini merupakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan yang berjumlah 13 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan dan seorang guru kelas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Lembar Kerja Siswa (LKS), soal tes, pedoman wawancara, catatan lapangan serta rencana pelaksanaan tindakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Penerapan pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri tidak hanya dapat meningkatkan aspek kognitif saja, tetapi juga kelancaran membaca, keberanian dan semua aspek yang menyangkut perkembangan siswa dalam pembelajaran seperti kemampuan bekerja sama serta partisipasi siswa dalam pembelajaran itu, selain itu pembelajaran ini juga dapat meningkatkan kemampuan guru dalam merancang serta mengelola pembelajaran secara individual, klasikal maupun berkelompok. 2) Penerapan pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas III SDN Palangsari II, Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan prestasi murid di setiap siklus, pada siklus I mencapai rata-rata 69,12 dan meningkat menjadi rata-rata 77,15 (100%) pada siklus II. Pada pratindakan kosa kata yang dikuasai murid masih sangat kurang, setelah adanya pembelajaran dengan menggunakan gambar seri untuk kemampuan bercerita diadakan wawancara dengan murid, perbendaharaan kata yang terkuasai bertambah, keberanian anak untuk mengungkapkan pertanyaan balik dengan peneliti patut diacungi jempol.
2.      Sriyati, 2010. Pengggunaan  Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Pada Siswa Kelas III SDN Mergosono II Malang Ujian Akhir Progam,Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Kependidikan Sekolah dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Dosen Pembimbing: Dr. Musa Sukardi, M.Pd. Masalah mendasar yang dikeluhkan  guru kelas II SDN Mergosono II pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah rendahnya kemampuan menulis siswa, terutama pada pembelajaran menulis karangan.Hal tersebut ditandai antara lain oleh rendahnya kemampuan siswa dalam menemukan ide yang akan dituliskannya ke dalam bentuk karangan sehingga karangan yang ditulisnya hanya seadanya, biasanya hanya terdiri atas 4-5 kalimat.  Peneliti menggunakan gambar seri sebagai media pembelajaran karena gambar seri baik sekali untuk dijadikan media pembelajaran karena gambarnya sederhana, menarik dan langsung selesai. Hal ini sesuai dengan sifat anak kelas III yang berusia rata-rata 9 tahun. Pada tahap ini, anak mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya. Selain itu gambar seri juga berfungsi sebagai sarana berpikir anak. Sebab dengan melihat gambar, fantasi dan daya cipta anak akan berpikir sesuai alur cerita dalam gambar seri. Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data bahwa penggunaan media gambar seri terbukti mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam mennulis karangan. Pada siklus I pertemuan ke-1 nilai rata-rata kemampuan siswa menulis karangan mencapai 72,1. Pada pertemuan ke-2 meningkat menjadi 75,8. Pada siklus II pertemuan ke-1 nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan mencapai 77,9 sedangkan pada pertemuan ke-2 nilai rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan meningkat menjadi 82,0
C.    Kerangka Berpikir
Adanya  kemampuan  menulis yang  rendah  dalam  pembelajaran  Bahasa  Indonesia, hal  ini dikarenakan pembelajaran  yang  dilaksanakan  guru  masih bersifat konvensional yang hanya berceramah dan menggunakan metode  penugasan  sehingga  siswa  kurang  tertarik  dalam  mengikuti  pelajaran,  hal   juga  mengakibatkan  siswa  kurang  mengerti  makna  dan  tujuan  dari  pembelajaran  sehingga  Bahasa  Indonesia  selalu  dianggap  sebagai  mata  pelajaran yang sulit, rumit dan kurang menarik dan membosankan.
Untuk  mengatasi  hal  tersebut  di  atas  perlu  diadakan  pembenahan  dalam  proses  pembelajaran  yang  dilakukan  oleh  guru  khususnya  dalam  pembelajaran  menulis khususnya menulis puisi. Atas dasar uraian tersebut di atas, hendaknya guru mempertimbangkan penggunaan media gambar seri di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terutama dalam pengajaran menulis puisi, karena dengan gambar dapat merangsang imajinasi siswa untuk menulis tentang gambar yang dilihatnya sehingga keterampilan siswa dalam menulis cerita dapat meningkat.
Untuk mempermudah kita dalam memahami alur dari penelitian tindakan kelas ini maka kami membuat kerangka pikir yang disesuaikan dengan langkah-langkah strategi dari pembelajaran keterampilan menulis berdasarkan gambar seri.sehingga dengan hanya melihat dan membaca kerangka pikir ini kita bisa melihat gambaran apa saja yang peneliti lakukan didalam memecahkan permasalahan yang dihadapi peneliti yaitu rendahnya kemampuan menulis puisi anak pada siswa kelas .............................
Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis.  Adapun kerangka berpikir dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :





 



































Gambar 2.1  Kerangka Berpikir  Penelitian Tindakan Kelas


D.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
1.      Melalui penerapan media gambar seri pada pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi anak diharapkan  dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas II ...............................
2.      Penerapan media gambar seri diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas II ......................... pada  pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis puisi anak.


Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih