BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) merupakan
salah satu disiplin
ilmu yang berhubungan dengan
cara mencari tahu
tentang alam semesta
secara sistematis sehingga IPA
bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,
konsep atau prinsip
saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan
sehingga dapat membantu
peserta didik memperoleh pengalaman
langsung dan pemahaman untuk mengembangkan potensinya.
Dalam proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar faktor
guru, siswa atau
metode pembelajaran tidak
berkembang maka akan berpengaruh pada
proses pembelajaran yang
dilaksanakan di dalam
kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula pada hasil pemahaman
konsep siswa. Berdasarkan temuan di
sekolah, pembelajaran IPA
di SD ternyata masih cenderung
menekankan aspek kognitif,
dimana konsep-konsep yang diajarkan hanya
sekedar pengetahuan kurangnya
penghayatan dan kurangnya realisasi sebagai
sikap hidup dan
perilaku yang nyata,
siswa bersifat pasif dalam aktivitas belajarnya sebab guru
hanya menggunakan metode ceramah.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa
sebagian besar siswa mengalami kesulitan
untuk memahami konsep,
diduga karena pendekatan, metode, model
pembelajaran, maupun strategi
pembelajaran yang digunakan kurang tepat,
juga kemampuan guru
serta sarana pembelajaran
yang meliputi media, alat
peraga, dan buku
pegangan siswa yang masih terbatas
sehingga mengakibatkan
rendahnya keaktifan dan prestasi
belajar siswa yang berimplikasi pada
rendahnya pemahaman siswa terhadap
konsep pada pembelajaran
IPA materi
pokok pengaruh gaya.
Hal tersebut dibuktikan pada
pelaksanaan studi awal pembelajaran mata pelajaran IPA materi pengaruh gaya menunjukkan prestasi belajar siswa yang kurang
memuaskan. Dari 36 siswa kelas .................... yang mengikuti tes formatif
hanya ada delapan siswa (22,22%) yang dikategorikan tuntas belajar, sementara 28
siswa (77,78%) lainnya dinyatakan belum tuntas belajarnya karena masih mendapat
nilai kurang dari 80 dengan perolehan nilai rata-rata prestasi belajar secara
klasikal 68,06 dan keaktifan siswa sebesar 27,78% atau sebanyak 10 orang siswa
dari jumlah seluruh siswa sebanyak 38 orang siswa.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data tersebut,
peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah
dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul
dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu :
a. Rendahnya prestasi belajar siswa tentang pengaruh gaya
b. Rendahnya motivasi belajar siswa tentang pengaruh gaya
c. Siswa tidak menguasai konsep yang tertuang
dalam RPP.
d. Rendahnya aktivitas, sikap ilmiah
dan prestasi belajar siswa.
e. Rendahnya tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa
2. Analisis Masalah
Berdasarkan indentifikasi
masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti mencari dan
menganalisis penyebab masalah yang terjadi diantaranya :
a. Kurangnya inovatif guru
dalam mengefektifkan waktu belajar.
b. Guru kurang melibatkan
siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
c. Guru dalam menjelaskan
materi terlalu cepat.
d. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam penyampaian
materi kurang tepat
e. Guru kurang mampu
meningkatkan peran aktif siswa dapat pembelajaran.
Adapun
prioritas masalah yang akan diteliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini adalah :
- Rendahnya keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya
- Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya
Berdasarkan permasalahan di atas, maka upaya perbaikan yang dilaksanakan
adalah dengan pelaksanaan penelitian tindakan
kelas untuk meningkatan pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya melalui penerapan metode eksperimen kelas IV ....................”
B. Perumusan Masalah
Dari
penjelasan pada latar belakang masalah
dan melalui refleksi diri serta diskusi dengan teman sejawat, dapat
disimpulkan beberapa rumusan masalahnya, yaitu
:
1. Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan
belajar siswa kelas ............ pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya dengan
penerapan metode eksperimen?
2. Bagaimana upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas ................. pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya dengan
penerapan metode eksperimen?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan
dari pelaksanaan penelitian tindakan
kelas ini adalah :
1. Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran IPA materi pokok
pengaruh gaya melalui penerapan metode eksperimen.
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran IPA materi
pokok pengaruh gaya melalui penerapan metode.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat
diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
- Bagi Siswa
a. Meningkatkan prestasi belajar siswa
b. Meningkatkan keaktifan belajar siswa
c. Melalui pembelajaran aktif, menjadikan
pembelajaran menjadi menyenangkan dan memudahkan siswa memahami dan mencapai
kompetensi pembelajaran IPA.
- Bagi Guru
a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b. Meningkatkan profesionalisme pembelajaran guru
c. Memberi kesempatan untuk berperan aktif
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
- Bagi Sekolah
Pihak sekolah dengan sendirinya
akan mengalami peningkatkan kualitas dengan ditandai oleh lulusan yang baik,
kualitas dan variasi pembelajaran guru dan membaiknya motivasi siswa serta
prestasi prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA khususnya dan mata pelajaran lain pada
umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran IPA
a.
Pengertian
Berbagai pendapat
menyatakan tentang pengertian
IPA, ada yang menyatakan bahwa
IPA adalah sekumpulan
ilmu pengetahuan yang
dapat menjelaskan tentang kejadian
alam, ada juga
yang memandang bahwa
IPA bukan sekedar ilmu pengetahuan yang harus dipelajari dalam bentuk
teori tapi juga dalam bentuk
proses. Berikut pendapat
dari para ahli
: Nas ,
Carin dan Sund, Rom Harre tentang
pengertian IPA:
1)
Nash dalam
bukunya The Nature of
Natural Science (Darmojo
dan Kaligis, 1992 : 3), menyatakan bahwa “Science is away of looking at the world”. IPA
itu suatu cara
atau metode untuk
mengamati alam. Selanjutnya Nash
juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analitis,
lengkap, cermat, serta
menghubungkan antara satu fenomena
dengan fenomena yang
lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu
perspektif yang baru
tentang objek yang
diamatinya itu.
2)
Carin dan
Sund (Margo, Syahrudin,
1999 : 2)
menyatakan bahwa ‘IPA merupakan suatu
“system of
knowing” atau sistem
untuk mengetahui alam, dan
IPA merupakan kumpulan
pengetahuan Alam yang
berfungsi untuk menjelaskan apa yang diperoleh.
3)
Rom Harre
seorang ahli falsafah
IPA dalam bukunya
“The Philosophies of science”
(Darmojo dan Kaligis,
1992 : 4)
menyatakan bahwa ‘IPA adalah kumpulan teori yang telah diuji kebenarannya, yang menjelaskan tentang pola-pola
keteraturan dari gejala
alam yang diamati
secara seksama’.
4)
Suyoso(1998 :
23 ) merupakan ”pengetahuan hasil
kegiatan manusia yang bersipat
aktif dan dinamis.Tiada
hentinya serta diperoleh
melalui metode tertentu yaitu
teratur, sistemmatis, berobjek,
bermetode dan berlaku secara universal.”
5)
Abdulah (1998
: 18) IPA
merupakan pemgetahuan yang
teoritis yang diperoleh atau
disusun dengan cara
yang has atau
khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan
penyusunan teori dan seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain,
Dari uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang dapat menjelaskan
tentang fakta-fakta yang terjadi di alam
berdasarkan alasan yang
rasional atau masuk
akal. IPA juga menekankan bagaimana
cara memperoleh suatu
fakta sehingga didapatkan data yang analitis dan sintesis
atau dengan kata lain IPA juga dapat dipandang sebagai suatu
proses. Dalam proses
pencarian data-data yang
dibutuhkan untuk menjelaskan suatu fenomena atau kejadian maka IPA juga
mengajarkan bagaimana cara bersikap ilmiah berdasarkan data yang telah
diperoleh.
b.
Hakikat Pendidikan IPA
Menurut Tohari(1978
: 3 )
pendidikan IPA merupakan
usaha untuk menggunakan tingkahlaku
siswa hingga siswa
memahami proses –
proses IPA memiliki nilai-nilai
sikap yang baik
terhadap IPA serta
menguasai materi IPA berupa
fakta,konsep,prinsip,hUkum
dan teori IPA,
berdasarkan ungkapan
tersebut diatas bahwa
pendidikan IPA merupakan
suatu usaha untuk menggunakan
tingkah laku manusia
sehingga siswa memiliki
nilai-nilai yang baik terhadap IPA shingga mampu menguasai materi IPA
berupa fakta, konsep dan teori IPA.
c.
Pembelajaran IPA di SD
Untuk menciptakan suatu pembelajaran
yang efektif bagi siswa termasuk dalam pembelajaran IPA, karena dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya diharuskan belajar
berdasarkan buku sumber yang ada, tapi juga berdasarkan fakta-fakta yang
terjadi di lingkungan
belajar siswa. Oleh
karena itu, maka usaha untuk menciptakan
pembelajaran yang baik tidak lepas dari
teori-teori belajar yang harus dikuasai dan diperhatikan oleh guru.
Pemahaman terhadap
teori belajar-mengajar akan memudahkan
guru dalam menyampaikan
materi pembelajaran. Selain
itu penguasaan terhadap teori
belajar-mengajar juga akan
membantu guru dalam meningkatkan keterampilannya untuk
memilih suatu metode atau pendekatan yang
sesuai dengan kebutuhan
siswa, sehingga siswa
dapat belajar dengan mudah,
bahkan dapat memotivasi
siswa untuk meningkatkan
minat belajar terhadap pelajaran
IPA.
Pada awalnya science memiliki arti
sebagai ilmu pengetahuan. Secara umum,
namun sains (sience)
yang digunakan saat
ini lebih dimaknai
sebagai natural sains, yang di Indonesia lebih dikenal dengan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Kata sains
berasal dari bahasa
lain yaitu science
yang artinya pengetahuan atau
knowladge (Fisher dalam Mariana, 1994 : 15).
Sains
tidak hanya berupa
kumpulan konsep-konsep tentang
kealaman yang tersusun secara sistematis, tetapi juga diperoleh melalui
proses observasi dua arah dan
memberikan peluang untuk
menjadi dasar perkembangan selanjutnya, selain sains
sebagai produk dengan konsep-konsep, teori-teori dan hukum-hukum, serta sebagai
proses untuk mendapatkan (proses ilmiah). Sains juga dapat mengembangkan sikap
ilmiah. Sikap ilmiah tersebut meliputi
rasa tanggung jawab, keingin
tahuan, jujur, terbuka,
obyektif, kerja keras, kecermatan, disiplin dan percaya diri
(Yunita, 1994 : 14).
Dalam proses pendidikan, tidak
terlepas dari kata belajar mengajar. Keduanya merupakan komponen utama dalam
pendidikan. Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Menurut
Ngalim Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan
dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang
buruk. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA
didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam
yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan
dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Pada dasarnya manusia ingin tahu
lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan
filsafat sains. Pada saat setiap orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan
dipahami, tidak semua masyarakat mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa
sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai
seperti bila akan menjadi seorang ilmuwan. Ada tiga alasan perlunya memahami sains
antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuan yang baik,
kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut
untuk mempelajari sains. Mendefinisikan sains secara sederhana, singkat dan
yang dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan
mendefinisikan ilmu-ilmu lain.
Sains mengandung makna pengajuan
pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik
tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis
(Depdiknas,2002a: 1). Belajar sains tidak sekadar belajar informasi sains
tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’,
akan tetapi belajar sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains,
cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk
kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Berdasar pada definisi yang telah
dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk
juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pernyataan di atas selaras dengan pendapat
Carin yang menyatakan bahwa sains sebagai produk atau isi mencakup fakta,
konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori sains. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan
empiris di dalam sains dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan
kegiatan-kegiatan analisis di dalam sains. Sebagai proses sains dipandang
sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal
dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara
lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial,
mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional,
merumuskan hipotesis, menginterpretasikan data, mengontrol variabel, melakukan
eksperimen. Sebagai sikap sains dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup
rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima
perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang
positif.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses,
dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta
yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan
pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
d.
Karakteristik Pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar
Ilmu
Pengetahuan Alam berhubungan
dengan cara mencari
tahu tentang alam secara
sistematis. Sehingga, IPA
bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,
konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan proses penemuan (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA
diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar serta prospek lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat
dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai
produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep,
prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau
cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut
sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau
peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari
hakekatnya IPA sebagai proses.
Siswa SD yang secara umum berusia 6-12 tahun, secara perkembangan kognitif termasuk
dalam tahapan perkembangan operasional konkrit. Tahapan ini ditandai dengan
cara berpikir yang cenderung konkrit/nyata. Siswa mulai mampu berpikir logis
yang elementer, misalnya mengelompokkan, merangkaikan sederetan objek, dan
menghubungkan satu dengan yang lain. Konsep reversibilitas mulai berkembang.
Pada mulanya bilangan, kemudian panjang, luas, dan volume. Siswa masih berpikir
tahap demi tahap tetapi belum dihubungkan satu dengan yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa
dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA
karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai fasilitator
siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ada
beberapa prinsip pembelajaran IPA untuk SD yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip
tersebut antara lain:
1)
Pemahaman kita tentang dunia di
sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun non
inderawi.
2)
Pengetahuan yang diperoleh
tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses
pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu
diungkap di setiap awal pembelajaran.
3) Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten
dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang Anda miliki. Pengetahuan yang
demikian Anda sebut miskonsepsi. Anda perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama
pembelajaran.
4) Setiap pengetahuan mengandung fakta, data,
konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA
adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari
itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.
5)
IPA
terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan kedua aspek ini walaupun
hingga kini masih banyak guru yang lebih senang menekankan pada produk IPA
saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat
pesat.
Guru yang akan mengembangkan IPA
sebagai proses, maka akan memasuki bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru
perlu mengenalkan cara-cara mengumpulkan data, cara menyajikan data, cara
mengolah data, serta cara-cara menarik kesimpulan.
Pembelajaran IPA di sekolah
diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan
alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan
“berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam
menyajikan pembelajaran IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman
produk serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada
sikap siswa yang mempelajari IPA.
2. Keaktifan Belajar
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26)
keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan
atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Menurut
Sanjaya (2007:101-106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik
semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas nonfisik seperti mental,
intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya
adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.
Menurut Rochman Natawijaya (dalam
Depdiknas 2005 : 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang
menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh
hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil
belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari
guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah
diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat
mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan di
dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa,
dimana siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih
banyak membimbing dan mengarahkan.
Menurut Raka Joni (1992: 19-20) dan
Martinis Yamin (2007: 80- 81) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan
pembelajaran dapat dilaksanakan manakala : (1) pembelajaran yang dilakukan
lebih berpusat pada siswa, (2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman
dalam belajar (3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa
(kompetensi dasar), (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada
kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang
kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan (5) melakukan pengukuran
secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia,
keaktifan adalah kegiatan (Poerwodarminto, 1992 : 17), sedang belajar merupakan
proses perubahan pada diri individu kearah yang lebih baik yang bersifat tetap
berkat adanya interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu
kegiatan individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri
individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu
dengan lingkungan.
Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan
yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun
kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat
konstan dan berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila
terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku
siswa berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut.
Selama proses belajar siswa dituntut
aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang
diberikan guru, disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberikan balikan
berupa pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, keinginannya. Guru hendaknya
mampu membina rasa keberanian, keingintahuan siswa, untuk itu siswa hendaknya
merasa aman, nyaman, dan kondusif dalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran
siswa aktif adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa yang memberi
berbagai kemudahan siswa dalam belajar serta mampu mendorong siswa untuk
belajar seoptimal mungkin.
Keaktifan belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik
maupun mental (Sardiman: 2001:
99). Selama kegiatan belajar kedua aktifitas tersebut harus terkait, sehingga
akan mengahasilkan aktifitas belajar yang optimal.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar terdiri dari
dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus
Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467) didefinisikan sebagai
hasil yang telah
dicapai. Noehi Nasution
(1998: 4) menyimpulkan bahwa
belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan
timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya
respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu
bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara
karena sesuatu hal.
Sementara itu Muhibbin Syah (2008:
90-91) mengutip pendapat beberapa pakar psikologi tentang definisi belajar, di
antaranya adalah:
1)
Skinner, seperti
yang dikutip Barlow
dalam bukunya educational
Psychology : The Teaching-Learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah suau proses
adaptasi atau penyesuaian tinkah laku yang berlangsung secara progresif
(a process
of progressive behavior
adaptation). Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa
proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi
penguat (reinforce).
2)
Dalam Dictionary
of Psychology, Chaplin
memberikan batasan belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama
berbunyi : …..acquisition of any
relatively permanent change
in behavior as
a result of
practice and experience.
Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai
akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua : ..process of acquiring responses
as a result of special practice, belajar
adalah proses memperoleh respon-respon ebagai akibat adanya latihan khusus.
Bertolak dari berbagai definisi yang
telah diuraikan para pakar tersebut,
secara umum belajar dapat dipahami sebagai suatu tahapan perubahan seluruh
tingkah laku inividu
yang relatif menetap (permanent) sebagai hasil pengalaman Sehubungan dengan
pengertian itu perlu ditegaskan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang
timbul akibat proses kematangan (maturation), keadaan gila, mabuk, lelah,
dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai hasil proses belajar.
Berdasarkan hal
tersebut dapat diambil
sebuah kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
tingkah laku individu yang relatif menetap
(permanent) sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif dan
psikomotor.Istilah menetap (permanent) dalam
definisi ini mensyaratkan bahwa segala perubahan yang bersifat
sementara tidak dapat disebut sebagai hasil atau akibat dari belajar. Demikian
pula istilah pengalaman, ia menafikan keterkaitan antara belajar dengan segala
tingkah laku yang merupakan hasil dari proseskematangan (maturation) fisik atau psikis. Sehingga
kemampuan-kemampuan yang disebabkan oleh kematangan fisik atau psikis tidak
dapat disebut sebagai hasil dari belajar.
Adapun yang dimaksud dengan prestasi
belajar atau hasil belajar menurut Muhibbin
Syah, sebagaimana yang
dikutip oleh Abu
Muhammad Ibnu Abdullah (2008)
adalah “taraf keberhasilan murid
atau santri dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah
atau pondok pesantren
yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai
sejumlah materi pelajaran tertentu”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah
“penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru”.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang
dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes
tertentu.Adapun dalam penelitian
ini yang dimaksud
prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan peserta
didik setelah menempuh proses
pembelajaran tentang materi tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan
emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu
dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor.
Belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu dalam lingkungannya. Dengan
demikian belajar dapat terjadi kapan
saja, di mana saja, dan dengan siapa saja, sepanjang adanya perubahan tingkah laku dan hasil pengalaman
individu dengan lingkungannya. Dengan
belajar maka manusia akan mengalami perubahan kualitatif sehingga perbuatan,
sikap dan tingkah lakunya akan berkembang.
Belajar yang merupakan aktivitas,
pasti memiliki faktor yang berpengaruh. Pengaruh positif membuat belajar
menjadi lebih berhasil dan pengaruh
negatif akan membuat belajar kurang berhasil.
Menurut Tabrani
Rusyam, Atasy Kusnidar,
Zaenal Arifin, (1986 : 61) bahwa prestasi belajar yang dicapai individu
merupakan interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari
dalam (faktor intern) maupun faktor
dari luar individu (ekstern). Jadi
yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah
melakukan aktivitas belajar.
Kemampuan intelektual siswa sangat
menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui
berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi,
tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar
mengajar berlangsung.
Adapun prestasi dapat diartikan hasil
diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak
orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan
menuntut ilmu. Ada
lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses
tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang
bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan
proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Untuk itu para
ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang
mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik
persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan
pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha
belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162)
mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution
(1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam
berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target
dalam ketiga kriteria tersebut.”
Untuk mencapai prestasi belajar siswa
sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri
siswa (faktor intern), dan faktor
yang terdiri dari luar siswa (faktor
ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis
sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor
keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka
dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang
dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang
diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai
dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami
proses belajar mengajar.
b. Jenis dan indikator prestasi belajar
Prestasi belajar pada dasarnya adalah
hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar. Menurut
Ahmad Tafsir (2008: 34-35), hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku
yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang
meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing) ; 2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia
ketahui itu (doing); dan 3)
melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekwen (being).
Adapun menurut Benjamin S. Bloom,
sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008), bahwa hasil
belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain); 2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor
(psychomotor domain).
Bertolak dari kedua pendapat tersebut
di atas, penulis lebih cenderung kepada pendapat Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini
didasarkan pada alasan bahwa ketiga ranah yang diajukan lebih terukur, dalam
artian bahwa untuk mengetahui prestasi
belajar yang dimaksudkan
mudah dan dapat dilaksanakan, khususnya pada
pembelajaran yang bersifat formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan pembelajaran
yang diajukan oleh Ahmad Tafsir sangat sulit untuk diukur. Walaupun pada
dasarnya bisa saja dilakukan pengukuran untuk ketiga aspek
tersebut, namun ia
membutuhkan waktu yang
tidak sedikit, khususnya pada aspek being, di mana proses pengukuran aspek ini
harus dilakukan melalui pengamatan
yang berkelanjutan sehingga
diperoleh informasi yang meyakinkan bahwa seseorang telah benar-benar
melaksanakan apa yang ia ketahui dalam kesehariannya secara rutin dan
konsekwen.
Berdasarkan hal
tersebut, maka penulis
berkesimpulan bahwa jenis prestasi belajar itu meliputi 3 (tiga)
ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain);
2) ranah afektif
(affective domain); dan
3) ranah psikomotor (psychomotor domain).
Untuk mengungkap hasil belajar atau
prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas diperlukan patokan-patokan
atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih
prestasi pada tingkat tertentu dari
ketiga ranah tersebut.
Dalam hal ini
Muhibbin Syah (2008:
150) mengemukakan bahwa kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data
hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui
garis-garis besar indikator
(penunjuk adanya prestasi
tertentu) dikaitkan dengan
jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Pengetahuan dan
pemahaman yang mendalam
mengenai indikator-indikator
prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat dan
kiat evaluasi. Menurut
Muhibbin Syah (2008:150),
urgensi pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi
belajar dan indikator-indikatornya adalah bahwa pemilihan dan pengunaan alat
evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel, dan valid.
4. Metode Pembelajaran
Metodologi
mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang
tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik
untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses
belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Metode
pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan
guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran
merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai
metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur
pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.
Belajar
atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan
kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk
menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan
ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa,
negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang
efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar
mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.
Agar tujuan
pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka
perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada
saat mengajar. Menurut Winarno Surakhmad (1984:96), metode adalah cara yang
didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, berlaku baik bagi
guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Efektivitas pencapaian tujuan
pembelajaran ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran
sesuai dengan materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi suatu metode, diantaranya adalah siswa, tujuan pembelajaran,
situasi setempat, fasilitas yang terdapat dalam kelas, dan profesionalisme
guru.
Apabila
tingkatan SD yang siswanya belum mampu berfikir abstrak, masih berpikir
kongrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikongkritkan dengan kehadiran
media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa
bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media
pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.,
apabila diabadikan media pengajaran bukanya membantu proses belajar mengajar,
tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas
bahan pelajaran, sehingaga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat siswa dalam proses belajar.
5. Metode Eksperimen
Metode eksperimen
menurut pendapat yang
dikemukakan oleh Winartapura (1997
: 420) ”metode
eksperimen adalah metode
mengajar dalam
penyajiannya,pembahasan materinya melalui
percobaan dan mencobakan sesuatu
serta mengamati proses ” Dalam jangkauan IPA
pada hakikatnya terdapat
2 jenis dasar eksperimen Vossen (1986 : 83).
a.
Eksperimen Nyata
Eksperimen ini
tergantung pada keterlaksanaan berdasarkan ketentuan teknis
yang cocok, orang
yang melakuikan eksperimen
secara sadar memecahkan masalah mengenai benda yang teliti serta
pengaruhnya, dari sifat dan keadaan alamnya, selanjutnya melalui pemilihan
sarana yang cocok untuk melakukan percobaan, eksperimen dapat dibuat dalam
sistem yang telah di
organisasikan dan telah
diatur sebelumnya hal
tersebut dilakukan agar disatu
pihak sejauh mungkin
meniadakan pengaruh kebetulan dan
efek gangguan dan
pihak lain untuk
dapat membuat pernyataan tanpa
membuat kesalahan tentang
kelangsungan dan hasil eksperimennya.
b.
Eksperimen Pemikiran
Suatu
eksperimen yang menggambarkan
gambaran idealtentang eksperimen
dalam arti persoalan bersama mengenai hukum alam, peneliti eksperimen pemikiran
meniadakan semua efek pengganggu yang mungkin termasuk dalam
hukum alam. Hal
itu dilakukan agar
hanya yang mempengaruhi pembentukan
hukum tentang benda
atau sistemnya yang dapat dikenal atau diketahui. Dalam lingkup
pembelajaran di sekolah,
eksperimen dapat diartikan bahwa
siswa dibiasakan dengan proses berfikr dan proses bekerja (Vossen, 1986
: 85) dengan
melakukan eksperimen, siswa
belajar berhadapan dengan benda
atau bahan serta
beserta persoalan dan masalahnya. Siswa harus berusaha menjawab
pertanyaan dan memecahkan masalah
yang dikemukakan oleh
guru sesai dengan
perkembangan dan pengetahuan
siswa atau yang dikemukakan oleh siswa itu sendiri. Jawaban dan pemecahan
masalah didapatkan dari perencanaan, pelaksanaan praktis dan penilaian
eksperimen yang sedang dilaksanakan.
Metode eksperimen merupakan suatu
bentuk kegiatan pengajaran yang melibatkan
siswa bekerja dengan
benda, bahan-bahan dan
peralatan laboratorium, baik secara
perorangan maupun kelompok.
Eksperimen yang dilakukan siswa
dalam laboratorium, jarang
sekali yang menggunakan eksperimen yang
sebenarnya, namun demikian
bagi para siswa
yang menggunakan laboratorium dan
sumber-sumber lainya untuk
mencari permasalahan
masalah, kerja laboratorium
tersebut merupakan suatu eksperimen yang
sebenarnya, walaupun jawaban
masalah tersebut sudah diketahui orang
lain, gurunya atau
siswa lainya, bagi
mereka merupakan suatu kegiatan
penelitian.
Mempelajari
IPA kurang dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan eksperimen di
laboratorium. Laboratorium IPA tidak hanya sebatas ruangan khusus yang dibatasi
dinding, tetapi dapat lebih luas mencakup laboratorium terbuka berupa alam
semesta. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini siswa diberi kesempatan
untuk mengalami atau melakukan eksperimen sendiri baik secara individual maupun
kelompok kecil.
Ada dua
istilah berbeda yang sering digunakan berkaitan dengan metode eksperimen ini,
yaitu praktikum (practical work) dan eksperimen. Praktikum lebih
cenderung untuk membangun keterampilan menggunakan alat-alat IPA atau
mempraktikkan suatu teknik/prosedur tertentu. Sedangkan eksperimen bertujuan
untuk mengetahui/menyelidiki sesuatu yang baru menggunakan alat-alat sains
tertentu. Baik praktikum maupun eksperimen memegang peranan yang penting dalam
pendidikan sains, karena dapat memberikan latihan metode dan sikap ilmiah bagi
siswa.
Dalam
menyusun petunjuk praktikum/eksperimen, guru harus dapat menyajikan lembar
kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam me-laksanakan tugas
prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk cookbook, yang
petunjuknya begitu lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak
ada peluang untuk melatih kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang
ilmiah dan efektif.
Metode
eksperimen sebagai salah satu metode
pembelajaran adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran dengan mencoba
mengerjakan sesuatu serta mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu proses
eksperimen. Menurut Winarno Surakhmad (1984:21) dengan metode eksperimen dapat diketahui dan dijawab pertanyaan
diantaranya Bagaimana cara mengerjakannya ? cara manakah yang paling baik ? Apa
yang akan terjadi dengan reaksi itu ?
Menurut
Robert J.H. Navighurt (dalam Rusna Ristasa. 1995:71), anak usia sekolah dasar
memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang belajar atau
bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan atau melaksanakan serta meragakan
sesuatu secara langsung.
Karakteristik
ini membawa implikasi bahwa guru harus mampu merancang model pembelajaran yang
memungkinkan adanya unsur permainan, anak berpindah atau bergerak, anak bekerja
atau belajar dalam kelompok dan anak terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran dan penemuan informasi.
Di samping
itu Richard Suchman (dalam Widiarni, 1995:19), mengemukakan bahwa siswa akan
memiliki motivasi alamiah untuk meneliti atau berinkuri. Dan dalam penelitian
membutuhkan partisipasi aktif dari anak didik untuk meneliti sendiri secara
ilmiah masalah yang dihadapi. prosedur metode eksperimen memungkinkan siswa
melakukan eksperimen untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau
hipotesis yang dipelajari. Metode ini dapat menumbuhkan cara berpikir rasional
dan ilmiah.
Menurut Toto
Ruhimat (dalam Udin S.W.1997:167), metode eksperimen memiliki karakteristik :
1) Ada alat bantu yang digunakan;
2) Siswa aktif mencobakan;
3) Guru membimbing;
4) Tempat dikondisikan;
5) Ada pedoman untuk siswa;
6) Ada topik yang di eksperimen;
7) Ada temuan-temuan.
Sedangkan
bagi siswa dapat memperoleh pengalaman belajar : 1) Mengamati sesuatu; 2)
Membuktikan sesuatu; 3) Menemukan hasil eksperimen;
4) Membuat kesimpulan; 5) Membangkitkan rasa ingin tahu; 6) Menerapkan konsep
informasi dari eksperimen.
Keunggulan-keunggulan
penggunaan metode eksperimen
1) Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa;
2) Dapat membangkitkan rasa ingin menguji
sesuatu;
3) Menimbulkan rasa kurang puas, ingin lebih
baik;
4) Isi pembelajaran dapat bersifat aktual;
5) Siswa dapat membuktikan sesuatu;
6) Dapat mengembangkan sikap kritis dan
ilmiah;
7) Belajar membuktikan sesuatu.
Dari
pendapat beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu cara memberikan kesempatan
kepada siswa secara perseorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu
proses eksperimen secara mandiri. Karena melalui berbagai eksperimen, anak akan
menemukan pengetahuan dan keterampilan. Metode eksperimen sangat bermanfaat untuk mengembangkan sikap
ilmiah pada siswa.
Metode
eksperimen memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan, diantaranya sebagai berikut :
1)
Kelebihan metode eksperimen:
a)
Metode ini
dapat membuat siswa
lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya sendiri daripada
hanya menerima kata guru atau hanya sekedar membaca buku
paket.
b)
Siswa dapat mengembangkan sikap
untuk mengadakan eksplorasi tentang
ilmu pengetahuan dan teknologi.
c)
Metode ini
dapat menumbuhkan dan membina manusia
yang dapat membawa
respons-respons baru dengan
penemuan hasil percobaan
yang bermanfaat nantinya dalam
kehidupan sehari-hari.
d)
Hasil percobaan yang berharga
yang ditemukan dapat memanfaatkan alam
yang kaya untuk kemakmuran manusia
e)
Siswa terhindar dari
verbalisme.
f)
Mengembangkan sikap berpikir
secara alamiah.
g)
Memperkaya pengalaman
siswa akan hal-hal
yang bersifat obyektif
atau realistis.
2)
Kekurangan metode
eksperimen:
a)
Metode ini lebih sesuai untuk
bidang-bidang sains dan teknologi.
b)
Metode ini
memerlukan berbagai fasilitas
peralatan dan bahan
yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal.
c)
Metode ini menuntut ketelitian
dan keuletan.
d)
Setiap percobaan
tidak selalu memberikan
hasil yang diharapkan karena mungkin
ada faktor-faktor tertentu
yang berada di
luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
e)
Memerlukan waktu
yang lama, akan
membutuhkan alokasi waktu pelajaran yang lama pula.
Kelebihan dan
kekurangan itulah yang
harus lebih dicermati
guru dalam proses pembelajaran.
Kelebihan metode ini
harus dimaksimalkan agar
proses belajar mengajar lebih
efektif dan menyenangkan
sedangkan kekurangan metode eksperimen dapat diatasi oleh guru
dengan cara guru harus lebih kreatif agar dapat membuat peralatan
eksperimen sehingga tidak
lagi memerlukan fasilitas
dan peralatan yang tidak mudah diperoleh dan dalam setiap percobaan harus
teliti dan sabar sehingga dapat
mencapai hasil yang
terbaik. Hal tersebut
sesuai dengan karakteristik anak
sekolah dasar sebagaimana
diungkapkan Piaget dalam Wikipedia, “(1) Pelajar aktif membina
pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah
ada, dalam konteks
pembelajaran, pelajar seharusnya
membina sendiri pengetahuan mereka.
(2) Pentingnya membina
pengetahuan secara aktif
oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara
pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. (3) Unsur terpenting dalam
teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara
membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada. (4) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi
pembelajaran yang utama.
Faktor ini berlaku
apabila seorang pelajar menyadari
gagasan-gagasannya tidak konsisten
atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
(5) Bahan pengajaran
yang disediakan perlu
mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat
pelajar.”
Dari
beberapa pendapat di
atas dapat disimpulkan
bahwa metode eksperimen adalah
sebuah metode yang
dapat digunakan oleh
guru dan siswa
di dalam proses pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dengan
melakukan percobaan-percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari
suatu aksi.
Untuk menggunakan metode eksperimen
agar hasil yang yang diharapkan dapat dicapai dengan baik, maka langkah-langkah
dalam metode eksperimen perlu dipersiapkan, diantaranya :
1)
Langkah Persiapan
Persiapan ini
penting untuk melakukan
eksperimen, sebab dengan persiapan yang
matang kelemahan-kelemahan yang
muncul dapat diperkecil. Persiapan untuk pelaksanaan
metode eksperimen antara lain:
a)
Menetapkan tujuan eksperimen.
b)
Mempersiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan.
c)
Mempersiapkan tempat
eksperimen.
d)
Mempertimbangkan jumlah
siswa dengan jumlah
alat yang ada
dan kapasitas tempat eksperimen.
e)
Mempersiapkan tata
tertib terutama untuk
menjaga peralatan bahan yang akan dipergunakan.
f)
Membuat petunjuk
langkah-langkah yang harus
ditempuh selama eksperimen berlangsung
secara sistematis.
2)
Langkah Pelaksanaan Metode
Eksperimen
a)
Sebelum siswa
melaksanakan eksperimen, siswa
mendiskusikan persiapan
dengan guru, setelah
itu barulah minta
alat-alat atau perlengkapan yang
akan digunakan dalan eksperimen.
b)
Selama berlangsungnya proses
pelaksanaan metode eksperimen guru perlu
mendekati siswa untuk
mengamati proses eksperimen
yang sedang dilaksanakan.
c)
Selama eksperimen
berlangsung, guru memberikan
dorongan dan bantuan terhadap
kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa sehingga percobaan
tersebut dapat diselesaikan.
3)
Tindak Lanjut Metode Eksperimen
Setelah eksperimen dilaksanakan,
kegiatan selanjutnya antara lain:
a)
Meminta siswa mengumpulkan
lembar kegiatan eksperimen.
b)
Mendiskusikan masalah-masalah yang
ditemukan selama eksperimen.
c)
Memeriksa kebersihan alat dan
menyimpan kembali semua peralatan yang
telah digunakan setelah selesai eksperimen.
Metode eksperimen
merupakan suatu cara
penyajian pelajaran yang banyak
melibatkan siswa dalam
proses-proses mental dalam
rangka penemuannya.
6. Gaya
Gerakan menarik
atau dorongan itu
dalam IPA disebut
gaya.Jadi gaya dapat menyebabkan
bergerak atau berubah
bentuk. Gaya tidak
dapat dilihat tetapi pengaruhnya
dapat dirasakan. Gaya
dapat dibagi menjadi beberapa macam, antara lain: Gaya
otot, yaitu gaya yang dihasilkan oleh otot, misalnya tangan
meremas benda. Gaya
pegas, yaitu gaya
yang dihasilkan oleh pegas,
misalnya anak panah meluncur karena adanya pegas busur panah. Gaya magnet,
yaitu gaya yang
dihasilkan oleh magnet,
misalnya dinamo sepeda. Gaya
gesek, yaitu gaya
karena adanya gesekan
dua benda, misalnya ban
kendaraan bergesekan dengan
permukaan jalan. Gaya gravitasi, yaitu gaya tarik bumi, misalnya buku yang
jatuh ke lantai.
Gerakan
mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang
dikerjakan pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap
suatu benda dapat mengakibatkan benda bergerak, berubah bentuk, dan berubah
arah. Berdasarkan sumbernya, gaya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu gaya
magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Gaya magnet adalah Tarikan atau
dorongan yang disebabkan oleh magnet, sedangkan gaya gravitasi adalah gaya
tarik bumi yang menyebabkan benda yang ada di bumi tertarik ke bawah, dan gaya
gesekan adalah gaya yang ditimbulkan karena dua permukaan yang saling
bersentuhan.
Contoh
penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari dalam di antaranya adalah
pengunci kotak pensil atau tas, kompas, speaker radio, mikrofon, antena pada
mobil remot kontrol, dan alarm pengaman mobil. Magnet juga digunakan pada
alat-alat berat untuk mengangkut benda- benda dari besi. Magnet tersebut
berasal dari aliran listrik oleh karena itu disebut elektromagnet. Jika tidak
ada aliran listrik maka sifat kemagnetannya akan hilang, sedangkan gaya
gravitasi yang terjadi pada benda yang
jatuh dari ketinggian tertentu tentunya berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena
gaya gravitasi dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk benda tersebut.
Gravitasi
adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai
massa di alam semesta. Bumi yang mempunyai massa yang sangat besar menghasilkan
gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya,
termasuk benda-benda yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga menarik
benda-benda yang ada di luar angkasa seperti meteor, satelit buatan manusia,
dan bulan. Gaya tarik ini menyebabkan benda-benda tersebut selalu berada di
tempatnya, sedangkan gaya gesekan merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua
pemukaan yang saling bersentuhan. Sebagai contoh lantai yang licin membuat kita
sulit berjalan di atasnya karena gaya gesekan yang terjadi antara kaki kita
dengan lantai sangat kecil. Manfaat gaya
gesekan dalam kehidupan sehari-hari : ( a) Membantu benda bergerak tanpa
tergelincir, (b) menghentikan benda yang sedang bergerak. Sedangkan kerugiannya
antara lain : (a) menghambat gerakan, (b) menyebabkan aus.
Jadi dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya pada benda juga mengakibatkan benda
berubah bentuk. Sebagai contohnya, ketika bermain dengan plastisin maka
plastisin tersebut dapat membuat berbagai macam bentuk. Gaya tangan menyebabkan
bentuk plastisin berubah sesuai dengan bentuk yang diinginkan. (Heri
Sulistyanto, 2007 : 89-92).
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam
penulisan laporan perbaikan pembelajaran ini, peneliti mengambil beberapa
referensi dari berbagai literatur yang ada, salah satunya adalah dengan
mengambil referensi berupa literatur penulisan laporan yang relevan dengan
judul penulisan laporan perbaikan pembelajaran yang akan peneliti susun,
diantaranya
1.
Dewanti,
Dina. 2011. Penerapan Metode Eksperimen
Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV Pada Konsep Pengaruh Gaya. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Kependidikan
Sekolah Dasar dan Pra Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Bumi
Siliwangi. Pembimbing : (I) Dede Somarya, M.Pd (II) Mimin Nurjhani . Penelitian ini adalah untuk mengetahui
pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode eksperimen pada konsep
pengaruh gaya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), guru
merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisifatif dengan tujuan memperbaiki kinerja guru sehingga penguasaan konsep
meningkat. Instrumen penelitian berupa tes untuk mengetahui penguasaan konsep
siswa, lembar observasi dan angket siswa untuk mengungkap respon siswa terhadap
pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode eksperimen dalam
pembelajaran IPA dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dapat dilihat
dari perolehan nilai gain pada siklus I sebesar 2,60, pada siklus II
2,65.
2.
Subarkah,
Ahmad. 2011. Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Pada Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Bendogerit 2 Kota Blitar.
Penelitian Tindakan Kelas. PJJ S1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Malang. Pembimbing: Drs. I Wayan Sutama, M. Pd. Tujuan penelitian ini
adalah: (1) untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan metode
eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas 4 Sekolah Dasar Negeri
Bendogerit 2 Kota Blitar; (2) untuk mendeskripsikan apakah metode
eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
kelas 4 Sekolah Dasar Negeri
Bendogerit 2 Kota Blitar. Hasil dari keseluruhan analisis menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari nilai rata-rata
59,25 pada pra-tindakan naik menjadi 65,50 pada siklus I dan 75,00 pada siklus
II. Adapun ketuntasan belajar siswa pada pra tindakan adalah 55%, pada siklus I
meningkat menjadi 80%, kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 95%.
3.
Umiyati (2010) Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Energi Bunyi melalui Metode Eksperimen
bagi Siswa Kelas IV Semester II
SD Negeri 01 Karang Kecamatan
Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2009/2010. Skripsi thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah
untuk mengetahui penerapan metode eksperimen sebagai upaya meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV semester II terhadap materi energi bunyi pada mata
pelajaran IPA. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek yang melakukan
tindakan adalah guru, sedangkan subjek yang dikenai tindakan adalah siswa kelas
IV. Tehnik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan
tes. Tehnik analisis data menggunakan tehnik analisis deskriptif yang meliputi
: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil
belajar IPA siswa kelas IV SDN 01 Karang pada materi energi bunyi yang dapat
dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 58,63 sebelum siklus
menjadi 68 pada siklus I dan 73 pada siklus II dengan menerapkan pendekatan
metode eksperimen.
C. Kerangka Berpikir
Dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas
IV ................ pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda, secara klasikal hasil belajar siswa masih
rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adanya rendahnya
keaktifan belajar siswa yang berujung pada rendahnya hasil belajar siswa secara
keseluruhan.
Berdasarkan temuan
di sekolah, pembelajaran
IPA di SD
ternyata masih cenderung menekankan
aspek kognitif, dimana
konsep-konsep yang diajarkan hanya
sekedar pengetahuan kurangnya
penghayatan dan kurangnya realisasi sebagai
sikap hidup dan
perilaku yang nyata,
siswa bersifat pasif dalam aktivitas belajarnya sebab guru
hanya menggunakan metode ceramah.
Berdasarkan
data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu
mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi
terungkap beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran,
yaitu rendahnya keaktifan dan prestasi
belajar siswa tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu
benda Dari hal di atas peneliti ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas peningkatan
prestasi belajar IPA materi pengaruh gaya melalui penerapan
metode eksperimen siswa kelas IV .......................”.
Dalam bentuk
diagram, kerangka berpikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
D. Hipotesis Tindakan
Dengan
mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli, disusunlah hipotesis
tindakan sebagai berikut :
1. Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan
keaktifan siswa siswa kelas IV ..................... dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya.
2. Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa siswa kelas
IV ................... dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya.
Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih