Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Thursday, 3 April 2014

PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA TENTANG KONSEP GAYA SISWA KELAS IV



BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Ilmu  Pengetahuan  Alam  (IPA)  merupakan  salah  satu  disiplin  ilmu yang  berhubungan  dengan  cara  mencari  tahu  tentang  alam  semesta  secara sistematis  sehingga  IPA  bukan  hanya  penguasaan  kumpulan  pengetahuan berupa  fakta-fakta,  konsep  atau  prinsip  saja  tetapi  juga  merupakan  suatu proses  penemuan  sehingga  dapat  membantu  peserta  didik memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan potensinya.
Dalam proses pembelajaran  atau kegiatan belajar mengajar faktor guru,  siswa  atau  metode  pembelajaran  tidak  berkembang  maka  akan berpengaruh  pada  proses  pembelajaran  yang  dilaksanakan  di  dalam  kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula pada hasil pemahaman konsep siswa. Berdasarkan  temuan  di  sekolah,  pembelajaran  IPA  di  SD  ternyata masih  cenderung  menekankan  aspek  kognitif,  dimana  konsep-konsep  yang diajarkan  hanya  sekedar  pengetahuan  kurangnya  penghayatan  dan  kurangnya realisasi  sebagai  sikap  hidup  dan  perilaku  yang  nyata,  siswa  bersifat  pasif dalam aktivitas belajarnya sebab guru hanya menggunakan metode ceramah. 
Dengan  demikian  dapat  dikatakan  bahwa  sebagian  besar  siswa mengalami  kesulitan  untuk  memahami  konsep,  diduga  karena  pendekatan, metode,  model  pembelajaran,  maupun  strategi  pembelajaran  yang  digunakan kurang  tepat,  juga  kemampuan  guru  serta  sarana  pembelajaran  yang  meliputi media,  alat  peraga,  dan  buku  pegangan  siswa  yang  masih  terbatas  sehingga mengakibatkan  rendahnya  keaktifan dan prestasi belajar siswa yang berimplikasi pada  rendahnya pemahaman  siswa  terhadap  konsep  pada  pembelajaran  IPA materi pokok pengaruh gaya.
Hal tersebut dibuktikan pada pelaksanaan studi awal pembelajaran mata pelajaran IPA materi pengaruh gaya  menunjukkan prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan. Dari 36 siswa kelas .................... yang mengikuti tes formatif hanya ada delapan siswa (22,22%) yang dikategorikan tuntas belajar, sementara 28 siswa (77,78%) lainnya dinyatakan belum tuntas belajarnya karena masih mendapat nilai kurang dari 80 dengan perolehan nilai rata-rata prestasi belajar secara klasikal 68,06 dan keaktifan siswa sebesar 27,78% atau sebanyak 10 orang siswa dari jumlah seluruh siswa sebanyak 38 orang siswa.
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu :
a.       Rendahnya prestasi belajar siswa tentang pengaruh gaya
b.      Rendahnya motivasi belajar siswa tentang pengaruh gaya
c.       Siswa tidak menguasai konsep yang tertuang dalam RPP.
d.      Rendahnya aktivitas, sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa.
e.       Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa
2.      Analisis Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti mencari dan menganalisis penyebab masalah yang terjadi diantaranya :
a.       Kurangnya inovatif guru dalam mengefektifkan waktu belajar.
b.      Guru kurang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
c.       Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat.
d.      Metode pembelajaran  yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi kurang tepat
e.       Guru kurang mampu meningkatkan peran aktif siswa dapat pembelajaran.
Adapun prioritas masalah yang akan diteliti dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
  1. Rendahnya keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya
  2. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya
Berdasarkan permasalahan di atas, maka upaya perbaikan yang dilaksanakan adalah dengan pelaksanaan penelitian tindakan  kelas  untuk meningkatan pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya  melalui penerapan metode eksperimen kelas IV  ....................”



B. Perumusan  Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang masalah  dan melalui refleksi diri serta diskusi dengan teman sejawat, dapat disimpulkan beberapa rumusan masalahnya, yaitu  :
1.      Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas ............ pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya  dengan penerapan metode eksperimen?
2.      Bagaimana upaya meningkatkan prestasi belajar siswa  kelas ................. pada pembelajaran IPA materi pengaruh gaya  dengan penerapan metode eksperimen?


C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari  pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.      Untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya  melalui penerapan metode eksperimen.
2.      Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya  melalui penerapan metode.


D.  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas  ini adalah :

  1. Bagi Siswa
a.       Meningkatkan prestasi belajar siswa
b.      Meningkatkan keaktifan belajar siswa
c.       Melalui pembelajaran aktif, menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan memudahkan siswa memahami dan mencapai kompetensi pembelajaran IPA.
  1. Bagi Guru
a.       Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b.      Meningkatkan profesionalisme pembelajaran guru
c.       Memberi kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
  1. Bagi Sekolah
Pihak sekolah dengan sendirinya akan mengalami peningkatkan kualitas dengan ditandai oleh lulusan yang baik, kualitas dan variasi pembelajaran guru dan membaiknya motivasi siswa serta prestasi prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA  khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kajian Teori

1.      Pembelajaran IPA
a.       Pengertian
Berbagai  pendapat  menyatakan  tentang  pengertian    IPA,  ada  yang menyatakan  bahwa  IPA  adalah  sekumpulan  ilmu  pengetahuan  yang  dapat menjelaskan  tentang  kejadian  alam,  ada  juga  yang  memandang  bahwa  IPA bukan sekedar ilmu pengetahuan yang harus dipelajari dalam bentuk teori tapi juga  dalam  bentuk  proses.  Berikut  pendapat  dari  para  ahli  :  Nas  ,  Carin  dan Sund, Rom Harre tentang pengertian IPA:
1)      Nash  dalam  bukunya  The  Nature  of  Natural  Science  (Darmojo  dan Kaligis, 1992 : 3), menyatakan bahwa “Science is away of looking at the world”.  IPA  itu  suatu  cara  atau  metode  untuk    mengamati  alam. Selanjutnya Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat  analitis,  lengkap,  cermat,  serta  menghubungkan  antara  satu fenomena  dengan  fenomena  yang  lain  sehingga  keseluruhannya membentuk  suatu  perspektif  yang  baru  tentang  objek  yang  diamatinya itu.
2)      Carin  dan  Sund  (Margo,  Syahrudin,  1999  :  2)  menyatakan  bahwa  ‘IPA merupakan    suatu  “system  of  knowing”  atau  sistem  untuk  mengetahui alam,  dan  IPA  merupakan  kumpulan  pengetahuan  Alam  yang  berfungsi untuk menjelaskan apa yang diperoleh.
3)      Rom  Harre  seorang  ahli  falsafah  IPA  dalam  bukunya  “The  Philosophies of  science”  (Darmojo  dan  Kaligis,  1992  :  4)  menyatakan  bahwa  ‘IPA adalah kumpulan teori  yang telah diuji kebenarannya,  yang menjelaskan tentang  pola-pola  keteraturan  dari  gejala  alam    yang  diamati  secara seksama’.                       
4)      Suyoso(1998  :  23  )  merupakan ”pengetahuan  hasil  kegiatan  manusia yang  bersipat  aktif  dan  dinamis.Tiada  hentinya  serta  diperoleh  melalui metode  tertentu  yaitu  teratur,  sistemmatis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal.”
5)      Abdulah  (1998  :  18)  IPA  merupakan  pemgetahuan  yang  teoritis  yang diperoleh  atau  disusun  dengan  cara  yang  has  atau  khusus  yaitu  dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan penyusunan teori dan seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain, 
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang dapat menjelaskan tentang fakta-fakta yang terjadi di alam  berdasarkan  alasan  yang  rasional  atau  masuk  akal.  IPA  juga menekankan  bagaimana  cara  memperoleh  suatu  fakta  sehingga  didapatkan data yang analitis dan sintesis atau dengan kata lain IPA juga dapat dipandang sebagai  suatu  proses.  Dalam  proses  pencarian  data-data  yang  dibutuhkan untuk menjelaskan suatu fenomena atau kejadian maka IPA juga mengajarkan bagaimana cara bersikap ilmiah berdasarkan data yang telah diperoleh.
b.      Hakikat Pendidikan IPA
Menurut  Tohari(1978  :  3  )  pendidikan  IPA  merupakan  usaha  untuk menggunakan  tingkahlaku  siswa  hingga  siswa  memahami  proses    proses IPA  memiliki  nilai-nilai  sikap  yang  baik  terhadap  IPA  serta  menguasai materi  IPA  berupa  fakta,konsep,prinsip,hUkum  dan  teori  IPA,  berdasarkan ungkapan  tersebut  diatas  bahwa  pendidikan  IPA  merupakan  suatu  usaha untuk  menggunakan  tingkah  laku  manusia  sehingga  siswa  memiliki  nilai-nilai yang baik terhadap IPA shingga mampu menguasai materi IPA berupa fakta, konsep dan teori IPA.
c.       Pembelajaran IPA di SD
Untuk menciptakan suatu pembelajaran yang efektif bagi siswa termasuk dalam pembelajaran  IPA, karena dalam pembelajaran  IPA siswa tidak hanya diharuskan belajar berdasarkan buku sumber yang ada, tapi juga berdasarkan fakta-fakta  yang  terjadi  di  lingkungan  belajar  siswa.  Oleh  karena  itu,  maka usaha untuk menciptakan pembelajaran  yang baik tidak lepas dari teori-teori belajar yang harus dikuasai dan diperhatikan oleh guru.
Pemahaman  terhadap  teori  belajar-mengajar  akan  memudahkan guru  dalam  menyampaikan  materi  pembelajaran.  Selain  itu  penguasaan terhadap  teori  belajar-mengajar  juga  akan  membantu  guru  dalam meningkatkan keterampilannya untuk memilih suatu metode atau pendekatan yang  sesuai  dengan  kebutuhan  siswa,  sehingga  siswa  dapat  belajar  dengan mudah,  bahkan  dapat  memotivasi  siswa  untuk  meningkatkan  minat  belajar terhadap pelajaran IPA.
Pada awalnya science memiliki arti sebagai ilmu pengetahuan. Secara umum,  namun  sains  (sience)  yang  digunakan  saat  ini  lebih  dimaknai  sebagai natural sains, yang di Indonesia lebih dikenal dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).  Kata  sains  berasal  dari  bahasa  lain  yaitu  science  yang  artinya pengetahuan atau knowladge (Fisher dalam Mariana, 1994 : 15). 
Sains  tidak  hanya  berupa  kumpulan  konsep-konsep  tentang  kealaman yang tersusun secara sistematis, tetapi juga diperoleh melalui proses observasi dua  arah  dan  memberikan  peluang  untuk  menjadi  dasar  perkembangan selanjutnya, selain sains sebagai produk dengan konsep-konsep, teori-teori dan hukum-hukum, serta sebagai proses untuk mendapatkan (proses ilmiah). Sains juga dapat mengembangkan sikap ilmiah. Sikap  ilmiah tersebut meliputi rasa tanggung  jawab,  keingin  tahuan,  jujur,  terbuka,  obyektif,  kerja  keras, kecermatan, disiplin dan percaya diri (Yunita, 1994 : 14). 
Dalam proses pendidikan, tidak terlepas dari kata belajar mengajar. Keduanya merupakan komponen utama dalam pendidikan. Belajar merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan. Menurut Ngalim Purwanto (1995: 85) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang buruk. IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah.
Pada dasarnya manusia ingin tahu lebih banyak tentang IPA atau Sains, antara lain sifat sains, model sains, dan filsafat sains. Pada saat setiap orang mengakui pentingnya sains dipelajari dan dipahami, tidak semua masyarakat mendukung. Pada umumnya siswa merasa bahwa sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai seperti bila akan menjadi seorang ilmuwan. Ada tiga alasan perlunya memahami sains antara lain, pertama bahwa kita membutuhkan lebih banyak ilmuan yang baik, kedua untuk mendapatkan penghasilan, ketiga karena tiap kurikulum menuntut untuk mempelajari sains. Mendefinisikan sains secara sederhana, singkat dan yang dapat diterima secara universal sangat sulit dibandingkan dengan mendefinisikan ilmu-ilmu lain.
Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1). Belajar sains tidak sekadar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Berdasar pada definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain.  Pernyataan di atas selaras dengan pendapat Carin yang menyatakan bahwa sains sebagai produk atau isi mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori sains. Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam sains dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis di dalam sains. Sebagai proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menginterpretasikan data, mengontrol variabel, melakukan eksperimen. Sebagai sikap sains dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.
d.      Karakteristik Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ilmu  Pengetahuan  Alam  berhubungan  dengan  cara  mencari  tahu  tentang alam  secara  sistematis.  Sehingga,  IPA  bukan  hanya  penguasaan  kumpulan pengetahuan  berupa  fakta-fakta,  konsep-konsep  atau  prinsip-prinsip  saja  tetapi juga merupakan proses penemuan (Depdiknas, 2006). Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Secara definisi, IPA sebagai produk adalah hasil temuan-temuan para ahli saintis, berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori-teori. Sedangkan IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. IPA sebagai produk tidak dapat dipisahkan dari hakekatnya IPA sebagai proses.
Siswa SD yang secara umum berusia 6-12 tahun, secara perkembangan kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional konkrit. Tahapan ini ditandai dengan cara berpikir yang cenderung konkrit/nyata. Siswa mulai mampu berpikir logis yang elementer, misalnya mengelompokkan, merangkaikan sederetan objek, dan menghubungkan satu dengan yang lain. Konsep reversibilitas mulai berkembang. Pada mulanya bilangan, kemudian panjang, luas, dan volume. Siswa masih berpikir tahap demi tahap tetapi belum dihubungkan satu dengan yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses IPA karena keduanya tidak dapat dipisahkan. Guru yang berperan sebagai fasilitator siswa dalam belajar produk dan proses IPA harus dapat mengemas pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Ada beberapa prinsip pembelajaran IPA untuk SD yang harus diperhatikan oleh guru. Prinsip tersebut antara lain:
1)      Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun non inderawi.
2)      Pengetahuan yang diperoleh tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran.
3)      Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang Anda miliki. Pengetahuan yang demikian Anda sebut miskonsepsi. Anda perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.
4)      Setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas sebagai guru IPA adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, simbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.
5)      IPA terdiri atas produk dan proses. Guru perlu mengenalkan kedua aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang menekankan pada produk IPA saja. Perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat pesat.
Guru yang akan mengembangkan IPA sebagai proses, maka akan memasuki bidang yang disebut prosedur ilmiah. Guru perlu mengenalkan cara-cara mengumpulkan data, cara menyajikan data, cara mengolah data, serta cara-cara menarik kesimpulan.
Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman produk serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada sikap siswa yang mempelajari IPA.
2.      Keaktifan Belajar
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26) keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Menurut Sanjaya (2007:101-106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas nonfisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.
Menurut Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, dimana siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.
Menurut Raka Joni (1992: 19-20) dan Martinis Yamin (2007: 80- 81) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala : (1) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, (2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar (3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan (5) melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keaktifan adalah kegiatan (Poerwodarminto, 1992 : 17), sedang belajar merupakan proses perubahan pada diri individu kearah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan.
Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan dan berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku siswa berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut.
Selama proses belajar siswa dituntut aktivitasnya untuk mendengarkan, memperhatikan dan mencerna pelajaran yang diberikan guru, disamping itu sangat dimungkinkan para siswa memberikan balikan berupa pertanyaan, gagasan pikiran, perasaan, keinginannya. Guru hendaknya mampu membina rasa keberanian, keingintahuan siswa, untuk itu siswa hendaknya merasa aman, nyaman, dan kondusif dalam belajar. Peran guru dalam pembelajaran siswa aktif adalah sebagai fasilitator dan pembimbing siswa yang memberi berbagai kemudahan siswa dalam belajar serta mampu mendorong siswa untuk belajar seoptimal mungkin.
Keaktifan belajar adalah aktifitas yang bersifat fisik maupun mental (Sardiman: 2001: 99). Selama kegiatan belajar kedua aktifitas tersebut harus terkait, sehingga akan mengahasilkan aktifitas belajar yang optimal.
3.      Prestasi Belajar
a.       Pengertian Prestasi Belajar
Istilah prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu  prestasi  dan belajar. Istilah prestasi di dalam Kamus Ilmiah Populer (Adi Satrio, 2005: 467) didefinisikan   sebagai   hasil   yang   telah   dicapai.   Noehi   Nasution   (1998:   4) menyimpulkan bahwa belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal.
Sementara itu Muhibbin Syah (2008: 90-91) mengutip pendapat beberapa pakar psikologi tentang definisi belajar, di antaranya adalah:
1)      Skinner,   seperti   yang   dikutip   Barlow   dalam   bukunya  educational Psychology : The Teaching-Learning Process,   berpendapat bahwa belajar adalah suau proses adaptasi atau penyesuaian tinkah laku yang berlangsung secara   progresif    (a   process   of   progressive   behavior   adaptation). Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).
2)      Dalam  Dictionary  of   Psychology,   Chaplin   memberikan   batasan   belajar dengan dua rumusan. Rumusan pertama berbunyi : …..acquisition of any relatively   permanent   change   in   behavior   as   a   result   of   practice   and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan kedua : ..process of acquiring responses as a result of special practice,  belajar adalah proses memperoleh respon-respon ebagai akibat adanya latihan khusus.

Bertolak dari berbagai definisi yang telah diuraikan para  pakar tersebut, secara umum belajar dapat dipahami sebagai suatu tahapan perubahan   seluruh   tingkah   laku   inividu   yang   relatif   menetap (permanent)  sebagai hasil pengalaman Sehubungan dengan pengertian itu perlu ditegaskan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan  (maturation), keadaan gila, mabuk, lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai hasil proses belajar.
Berdasarkan   hal   tersebut   dapat   diambil   sebuah   kesimpulan   bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap  (permanent)  sebagai hasil atau akibat dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif, afektif dan psikomotor.Istilah   menetap  (permanent)  dalam   definisi   ini   mensyaratkan   bahwa segala perubahan yang bersifat sementara tidak dapat disebut sebagai hasil atau akibat dari belajar. Demikian pula istilah pengalaman, ia menafikan keterkaitan antara belajar dengan segala tingkah laku yang merupakan hasil dari proseskematangan (maturation)  fisik atau psikis. Sehingga kemampuan-kemampuan yang disebabkan oleh kematangan fisik atau psikis tidak dapat disebut sebagai hasil dari belajar.
Adapun yang dimaksud dengan prestasi belajar atau hasil belajar menurut Muhibbin   Syah,   sebagaimana   yang   dikutip   oleh   Abu   Muhammad   Ibnu Abdullah   (2008)   adalah   “taraf   keberhasilan   murid   atau   santri   dalam mempelajari   materi   pelajaran   di   sekolah   atau   pondok   pesantren   yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa yang dimaksud dengan prestasi   belajar   adalah   “penguasaan   pengetahuan   atau   keterampilan   yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa  prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu.Adapun   dalam   penelitian   ini   yang   dimaksud   prestasi   belajar   adalah tingkat keberhasilan peserta didik   setelah menempuh proses pembelajaran tentang materi tertentu, yakni tingkat penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau skor.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu dalam lingkungannya. Dengan demikian  belajar dapat terjadi kapan saja, di mana saja, dan dengan siapa saja, sepanjang adanya  perubahan tingkah laku dan hasil pengalaman individu  dengan lingkungannya. Dengan belajar maka manusia akan mengalami perubahan kualitatif sehingga perbuatan, sikap dan tingkah lakunya akan berkembang.
Belajar yang merupakan aktivitas, pasti memiliki faktor yang berpengaruh. Pengaruh positif membuat belajar menjadi  lebih berhasil dan pengaruh negatif akan membuat belajar kurang berhasil.
Menurut  Tabrani  Rusyam,  Atasy  Kusnidar,  Zaenal Arifin, (1986 : 61) bahwa prestasi belajar yang dicapai individu merupakan interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam (faktor intern) maupun faktor dari luar individu (ekstern). Jadi yang dimaksud prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan aktivitas belajar.
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Namun banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.”
Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S. Nasution (1996:17) prestasi belajar adalah: “Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.”
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.
b.      Jenis dan indikator prestasi belajar
Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai setelah seseorang belajar. Menurut Ahmad Tafsir (2008: 34-35), hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang meliputi 3 (tiga) aspek yaitu: 1) tahu, mengetahui (knowing) ; 2) terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui itu (doing); dan 3) melaksanakan yang ia ketahui itu secara rutin dan konsekwen (being).
Adapun menurut Benjamin S. Bloom, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah (2008), bahwa hasil belajar diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive domain);  2) ranah afektif (affective domain); dan 3) ranah psikomotor (psychomotor domain).
Bertolak dari kedua pendapat tersebut di atas, penulis lebih cenderung kepada pendapat   Benjamin S. Bloom. Kecenderungan ini didasarkan pada alasan bahwa ketiga ranah yang diajukan lebih terukur, dalam artian bahwa untuk   mengetahui   prestasi   belajar   yang   dimaksudkan   mudah   dan   dapat dilaksanakan, khususnya pada pembelajaran yang bersifat formal. Sedangkan ketiga aspek tujuan pembelajaran yang diajukan oleh Ahmad Tafsir sangat sulit untuk diukur. Walaupun pada dasarnya bisa saja dilakukan pengukuran untuk ketiga   aspek   tersebut,   namun   ia   membutuhkan   waktu   yang   tidak   sedikit, khususnya pada aspek  being, di mana proses pengukuran aspek ini harus dilakukan   melalui   pengamatan   yang   berkelanjutan   sehingga   diperoleh informasi yang meyakinkan bahwa seseorang telah benar-benar melaksanakan apa yang ia ketahui dalam kesehariannya secara rutin dan konsekwen.
Berdasarkan   hal   tersebut,   maka   penulis   berkesimpulan   bahwa   jenis prestasi belajar itu meliputi 3 (tiga) ranah atau aspek, yaitu: 1) ranah kognitif (cognitive   domain);  2)   ranah   afektif  (affective   domain);   dan   3)   ranah psikomotor (psychomotor domain).
Untuk mengungkap hasil belajar atau prestasi belajar pada ketiga ranah tersebut di atas diperlukan patokan-patokan atau indikator-indikator sebagai penunjuk bahwa seseorang telah berhasil meraih prestasi pada tingkat tertentu dari   ketiga   ranah   tersebut.   Dalam   hal   ini   Muhibbin   Syah   (2008:   150) mengemukakan bahwa kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah mengetahui garis-garis besar indikator   (penunjuk   adanya   prestasi   tertentu)   dikaitkan   dengan   jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Pengetahuan   dan   pemahaman   yang   mendalam   mengenai   indikator-indikator prestasi belajar sangat diperlukan ketika seseorang akan menggunakan alat   dan   kiat   evaluasi.   Menurut   Muhibbin   Syah (2008:150), urgensi pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai jenis-jenis prestasi belajar dan indikator-indikatornya adalah bahwa pemilihan dan pengunaan alat evaluasi akan menjadi lebih tepat, reliabel, dan valid.
4.      Metode Pembelajaran
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran. Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena ia merupakan kunci sukses unutk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi. Yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan berjalan menyenangkan dan tidak membosankan.
Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Menurut Winarno Surakhmad (1984:96), metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, berlaku baik bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu metode, diantaranya adalah siswa, tujuan pembelajaran, situasi setempat, fasilitas yang terdapat dalam kelas, dan profesionalisme guru.
Apabila tingkatan SD yang siswanya belum mampu berfikir abstrak, masih berpikir kongrit. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikongkritkan dengan kehadiran media, sehinga anak didik lebih mudah mencerna bahan pelajaran daripada tanpa bantuan media. Dalam penggunaan media, perlu diperhatikan bahwa pemilihan media pengajaran haruslah jelas dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan., apabila diabadikan media pengajaran bukanya membantu proses belajar mengajar, tapi sebagai penghambat dalam pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, membantu mempertegas bahan pelajaran, sehingaga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam proses belajar.
5.      Metode Eksperimen
Metode  eksperimen  menurut  pendapat  yang  dikemukakan  oleh Winartapura    (1997  :  420)  ”metode  eksperimen  adalah  metode  mengajar dalam  penyajiannya,pembahasan  materinya  melalui  percobaan  dan mencobakan sesuatu serta mengamati proses ” Dalam  jangkauan  IPA  pada  hakikatnya  terdapat  2  jenis  dasar eksperimen Vossen (1986 : 83).
a.       Eksperimen Nyata
Eksperimen  ini  tergantung  pada  keterlaksanaan  berdasarkan ketentuan  teknis  yang  cocok,  orang  yang  melakuikan  eksperimen  secara sadar memecahkan masalah mengenai benda yang teliti serta pengaruhnya, dari sifat dan keadaan alamnya, selanjutnya melalui pemilihan sarana yang cocok untuk melakukan percobaan, eksperimen dapat dibuat dalam sistem yang  telah  di  organisasikan  dan  telah  diatur  sebelumnya  hal  tersebut dilakukan  agar  disatu  pihak  sejauh  mungkin  meniadakan  pengaruh kebetulan  dan  efek  gangguan  dan  pihak  lain  untuk  dapat  membuat pernyataan  tanpa  membuat  kesalahan  tentang  kelangsungan  dan  hasil eksperimennya.
b.      Eksperimen Pemikiran 
Suatu  eksperimen  yang  menggambarkan  gambaran  idealtentang eksperimen dalam arti persoalan bersama mengenai hukum alam, peneliti eksperimen pemikiran meniadakan semua efek pengganggu yang mungkin termasuk  dalam  hukum  alam.  Hal  itu  dilakukan  agar  hanya  yang mempengaruhi  pembentukan  hukum  tentang  benda  atau  sistemnya  yang dapat dikenal atau diketahui. Dalam  lingkup  pembelajaran  di  sekolah,  eksperimen  dapat diartikan bahwa siswa dibiasakan dengan proses berfikr dan proses bekerja (Vossen,  1986  :  85)  dengan  melakukan  eksperimen,  siswa  belajar berhadapan  dengan  benda  atau  bahan  serta  beserta  persoalan  dan masalahnya. Siswa harus berusaha menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah  yang  dikemukakan  oleh  guru  sesai  dengan  perkembangan  dan pengetahuan siswa atau yang dikemukakan oleh siswa itu sendiri. Jawaban dan pemecahan masalah didapatkan dari perencanaan, pelaksanaan praktis dan penilaian eksperimen yang sedang dilaksanakan.
Metode eksperimen merupakan suatu bentuk  kegiatan pengajaran yang  melibatkan  siswa  bekerja  dengan  benda,  bahan-bahan  dan  peralatan laboratorium,  baik  secara  perorangan  maupun  kelompok.  Eksperimen  yang dilakukan  siswa  dalam  laboratorium,  jarang  sekali  yang  menggunakan eksperimen  yang  sebenarnya,  namun  demikian  bagi  para  siswa  yang menggunakan  laboratorium  dan  sumber-sumber  lainya  untuk  mencari permasalahan  masalah,  kerja  laboratorium  tersebut  merupakan  suatu eksperimen  yang  sebenarnya,  walaupun  jawaban  masalah  tersebut  sudah diketahui  orang  lain,  gurunya  atau  siswa  lainya,  bagi  mereka  merupakan suatu kegiatan penelitian.
Mempelajari IPA kurang dapat berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan eksperimen di laboratorium. Laboratorium IPA tidak hanya sebatas ruangan khusus yang dibatasi dinding, tetapi dapat lebih luas mencakup laboratorium terbuka berupa alam semesta. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami atau melakukan eksperimen sendiri baik secara individual maupun kelompok kecil.
Ada dua istilah berbeda yang sering digunakan berkaitan dengan metode eksperimen ini, yaitu praktikum (practical work) dan eksperimen. Praktikum lebih cenderung untuk membangun keterampilan menggunakan alat-alat IPA atau mempraktikkan suatu teknik/prosedur tertentu. Sedangkan eksperimen bertujuan untuk mengetahui/menyelidiki sesuatu yang baru menggunakan alat-alat sains tertentu. Baik praktikum maupun eksperimen memegang peranan yang penting dalam pendidikan sains, karena dapat memberikan latihan metode dan sikap ilmiah bagi siswa.
Dalam menyusun petunjuk praktikum/eksperimen, guru harus dapat menyajikan lembar kerja siswa (LKS) yang mengajak siswa berpikir dalam me-laksanakan tugas prakteknya. Perlu dihindarkan LKS yang berbentuk cookbook, yang petunjuknya begitu lengkap sehingga siswa hanya bekerja seperti mesin dan tidak ada peluang untuk melatih kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak yang ilmiah dan efektif.
Metode eksperimen  sebagai salah satu metode pembelajaran adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran dengan mencoba mengerjakan sesuatu serta mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu proses eksperimen. Menurut Winarno Surakhmad (1984:21) dengan metode eksperimen  dapat diketahui dan dijawab pertanyaan diantaranya Bagaimana cara mengerjakannya ? cara manakah yang paling baik ? Apa yang akan terjadi dengan reaksi itu ?
Menurut Robert J.H. Navighurt (dalam Rusna Ristasa. 1995:71), anak usia sekolah dasar memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang belajar atau bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan atau melaksanakan serta meragakan sesuatu secara langsung.
Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus mampu merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan, anak berpindah atau bergerak, anak bekerja atau belajar dalam kelompok dan anak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi.
Di samping itu Richard Suchman (dalam Widiarni, 1995:19), mengemukakan bahwa siswa akan memiliki motivasi alamiah untuk meneliti atau berinkuri. Dan dalam penelitian membutuhkan partisipasi aktif dari anak didik untuk meneliti sendiri secara ilmiah masalah yang dihadapi. prosedur metode eksperimen memungkinkan siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Metode ini dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.
Menurut Toto Ruhimat (dalam Udin S.W.1997:167), metode eksperimen  memiliki karakteristik  : 
1)   Ada alat bantu yang digunakan;
2)   Siswa aktif mencobakan;
3)   Guru membimbing;
4)   Tempat dikondisikan;
5)   Ada pedoman untuk siswa;
6)   Ada topik yang di eksperimen; 
7)   Ada temuan-temuan.
Sedangkan bagi siswa dapat memperoleh pengalaman belajar : 1) Mengamati sesuatu; 2) Membuktikan sesuatu;  3) Menemukan hasil eksperimen; 4) Membuat kesimpulan; 5) Membangkitkan rasa ingin tahu; 6) Menerapkan konsep informasi dari eksperimen.
Keunggulan-keunggulan penggunaan metode eksperimen 
1)      Dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa;
2)      Dapat membangkitkan rasa ingin menguji sesuatu;
3)      Menimbulkan rasa kurang puas, ingin lebih baik;
4)      Isi pembelajaran dapat bersifat aktual;
5)      Siswa dapat membuktikan sesuatu;
6)      Dapat mengembangkan sikap kritis dan ilmiah;
7)      Belajar membuktikan sesuatu.
Dari pendapat beberapa pakar di atas dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen  adalah suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perseorangan atau kelompok untuk berlatih melakukan suatu proses eksperimen secara mandiri. Karena melalui berbagai eksperimen, anak akan menemukan pengetahuan dan keterampilan. Metode eksperimen  sangat bermanfaat untuk mengembangkan sikap ilmiah pada siswa.
Metode  eksperimen  memiliki  beberapa  kelebihan  dan  kekurangan, diantaranya sebagai berikut :
1)      Kelebihan metode eksperimen:
a)      Metode  ini  dapat  membuat  siswa  lebih  percaya  atas  kebenaran  atau  kesimpulan  berdasarkan  percobaannya  sendiri  daripada  hanya  menerima  kata guru atau hanya sekedar membaca buku paket.
b)      Siswa dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan eksplorasi tentang   ilmu pengetahuan dan teknologi. 
c)      Metode  ini  dapat  menumbuhkan  dan  membina  manusia  yang  dapat  membawa  respons-respons  baru  dengan  penemuan  hasil  percobaan  yang  bermanfaat nantinya dalam kehidupan sehari-hari. 
d)     Hasil percobaan yang berharga yang ditemukan dapat memanfaatkan alam  yang kaya untuk kemakmuran manusia
e)      Siswa terhindar dari verbalisme.
f)       Mengembangkan sikap berpikir secara alamiah.
g)      Memperkaya  pengalaman  siswa  akan  hal-hal  yang  bersifat  obyektif  atau  realistis.
2)      Kekurangan metode eksperimen: 
a)      Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. 
b)      Metode  ini  memerlukan  berbagai  fasilitas  peralatan  dan  bahan  yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. 
c)      Metode ini menuntut ketelitian dan keuletan.
d)     Setiap  percobaan  tidak  selalu  memberikan  hasil  yang  diharapkan karena  mungkin  ada  faktor-faktor  tertentu  yang  berada  di  luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
e)      Memerlukan  waktu  yang  lama,  akan  membutuhkan  alokasi  waktu pelajaran yang lama pula.
Kelebihan  dan  kekurangan  itulah  yang  harus  lebih  dicermati  guru  dalam proses  pembelajaran.  Kelebihan  metode  ini  harus  dimaksimalkan  agar  proses belajar  mengajar  lebih  efektif  dan  menyenangkan  sedangkan  kekurangan  metode eksperimen dapat diatasi oleh guru dengan cara guru harus lebih kreatif agar dapat membuat  peralatan  eksperimen  sehingga  tidak  lagi  memerlukan  fasilitas  dan peralatan yang tidak mudah diperoleh dan dalam setiap percobaan harus teliti dan sabar  sehingga  dapat  mencapai  hasil  yang  terbaik.  Hal  tersebut  sesuai  dengan karakteristik  anak  sekolah  dasar  sebagaimana  diungkapkan  Piaget  dalam Wikipedia, “(1) Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah  ada,  dalam  konteks  pembelajaran,  pelajar  seharusnya  membina  sendiri pengetahuan  mereka.  (2)  Pentingnya  membina  pengetahuan  secara  aktif  oleh pelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. (3) Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya  yang sudah ada. (4)  Ketidakseimbangan merupakan faktor  motivasi  pembelajaran  yang  utama.  Faktor  ini  berlaku  apabila  seorang pelajar  menyadari  gagasan-gagasannya  tidak  konsisten  atau  sesuai  dengan pengetahuan  ilmiah.  (5)  Bahan  pengajaran  yang  disediakan  perlu  mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.”
Dari  beberapa  pendapat  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  metode eksperimen  adalah  sebuah  metode  yang  dapat  digunakan  oleh  guru  dan  siswa  di dalam  proses pembelajaran  Ilmu  Pengetahuan  Alam  dengan  melakukan percobaan-percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi.
Untuk menggunakan metode eksperimen agar hasil yang yang diharapkan dapat dicapai dengan baik, maka langkah-langkah dalam metode eksperimen perlu dipersiapkan, diantaranya  :
1)      Langkah Persiapan
Persiapan  ini  penting  untuk  melakukan  eksperimen,  sebab  dengan persiapan  yang  matang  kelemahan-kelemahan  yang  muncul  dapat  diperkecil. Persiapan untuk pelaksanaan metode eksperimen antara lain:
a)      Menetapkan tujuan eksperimen.
b)      Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
c)      Mempersiapkan tempat eksperimen.
d)     Mempertimbangkan  jumlah  siswa  dengan  jumlah  alat  yang  ada  dan kapasitas tempat eksperimen.
e)      Mempersiapkan  tata  tertib  terutama  untuk  menjaga  peralatan  bahan yang akan dipergunakan.
f)       Membuat  petunjuk  langkah-langkah  yang  harus  ditempuh  selama eksperimen  berlangsung  secara  sistematis.
2)      Langkah Pelaksanaan Metode Eksperimen
a)      Sebelum  siswa  melaksanakan  eksperimen,  siswa  mendiskusikan persiapan  dengan  guru,  setelah  itu  barulah  minta  alat-alat  atau perlengkapan yang akan digunakan dalan eksperimen.
b)      Selama berlangsungnya proses pelaksanaan metode eksperimen guru perlu    mendekati  siswa  untuk  mengamati  proses  eksperimen  yang sedang  dilaksanakan.
c)      Selama  eksperimen  berlangsung,  guru  memberikan  dorongan  dan bantuan  terhadap  kesulitan-kesulitan  yang  dihadapi  siswa  sehingga percobaan tersebut  dapat diselesaikan.
3)      Tindak Lanjut Metode Eksperimen
Setelah eksperimen dilaksanakan, kegiatan selanjutnya antara lain:
a)      Meminta siswa mengumpulkan lembar kegiatan eksperimen.
b)      Mendiskusikan  masalah-masalah  yang  ditemukan  selama eksperimen.
c)      Memeriksa kebersihan alat dan menyimpan kembali semua peralatan yang    telah digunakan setelah selesai eksperimen.
Metode  eksperimen  merupakan  suatu  cara  penyajian  pelajaran  yang banyak  melibatkan  siswa  dalam  proses-proses  mental  dalam  rangka penemuannya.
6.      Gaya
Gerakan  menarik  atau  dorongan  itu  dalam  IPA  disebut  gaya.Jadi gaya  dapat  menyebabkan  bergerak  atau  berubah  bentuk.  Gaya  tidak  dapat dilihat  tetapi  pengaruhnya  dapat  dirasakan.  Gaya  dapat  dibagi  menjadi beberapa macam, antara lain: Gaya otot, yaitu gaya yang dihasilkan oleh otot, misalnya  tangan  meremas  benda.  Gaya  pegas,  yaitu  gaya  yang  dihasilkan oleh pegas, misalnya anak panah meluncur karena adanya pegas busur panah. Gaya  magnet,  yaitu  gaya  yang  dihasilkan  oleh  magnet,  misalnya  dinamo sepeda.  Gaya  gesek,  yaitu  gaya  karena  adanya  gesekan  dua  benda,  misalnya ban  kendaraan  bergesekan  dengan  permukaan  jalan.  Gaya  gravitasi,  yaitu gaya tarik bumi, misalnya buku yang jatuh ke lantai.
Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang dikerjakan pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda dapat mengakibatkan benda bergerak, berubah bentuk, dan berubah arah. Berdasarkan sumbernya, gaya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan. Gaya magnet adalah Tarikan atau dorongan yang disebabkan oleh magnet, sedangkan gaya gravitasi adalah gaya tarik bumi yang menyebabkan benda yang ada di bumi tertarik ke bawah, dan gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan karena dua permukaan yang saling bersentuhan.
Contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari dalam di antaranya adalah pengunci kotak pensil atau tas, kompas, speaker radio, mikrofon, antena pada mobil remot kontrol, dan alarm pengaman mobil. Magnet juga digunakan pada alat-alat berat untuk mengangkut benda- benda dari besi. Magnet tersebut berasal dari aliran listrik oleh karena itu disebut elektromagnet. Jika tidak ada aliran listrik maka sifat kemagnetannya akan hilang, sedangkan gaya gravitasi  yang terjadi pada benda yang jatuh dari ketinggian tertentu tentunya berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena gaya gravitasi dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk benda tersebut.
Gravitasi adalah gaya tarik-menarik yang terjadi antara semua partikel yang mempunyai massa di alam semesta. Bumi yang mempunyai massa yang sangat besar menghasilkan gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya, termasuk benda-benda yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga menarik benda-benda yang ada di luar angkasa seperti meteor, satelit buatan manusia, dan bulan. Gaya tarik ini menyebabkan benda-benda tersebut selalu berada di tempatnya, sedangkan gaya gesekan merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua pemukaan yang saling bersentuhan. Sebagai contoh lantai yang licin membuat kita sulit berjalan di atasnya karena gaya gesekan yang terjadi antara kaki kita dengan lantai sangat kecil.  Manfaat gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari : ( a) Membantu benda bergerak tanpa tergelincir, (b) menghentikan benda yang sedang bergerak. Sedangkan kerugiannya antara lain : (a) menghambat gerakan, (b) menyebabkan aus.
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya pada benda juga mengakibatkan benda berubah bentuk. Sebagai contohnya, ketika bermain dengan plastisin maka plastisin tersebut dapat membuat berbagai macam bentuk. Gaya tangan menyebabkan bentuk plastisin berubah sesuai dengan bentuk yang diinginkan. (Heri Sulistyanto, 2007 : 89-92).

B.     Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penulisan laporan perbaikan pembelajaran ini, peneliti mengambil beberapa referensi dari berbagai literatur yang ada, salah satunya adalah dengan mengambil referensi berupa literatur penulisan laporan yang relevan dengan judul penulisan laporan perbaikan pembelajaran yang akan peneliti susun, diantaranya
1.      Dewanti, Dina. 2011. Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas IV Pada Konsep Pengaruh Gaya. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Bumi Siliwangi. Pembimbing : (I) Dede Somarya, M.Pd (II) Mimin Nurjhani . Penelitian ini adalah untuk mengetahui  pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode eksperimen pada konsep pengaruh gaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), guru merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisifatif dengan tujuan memperbaiki kinerja guru sehingga penguasaan konsep meningkat. Instrumen penelitian berupa tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa, lembar observasi dan angket siswa untuk mengungkap respon siswa terhadap pembelajaran dengan menerapkan metode eksperimen. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menerapkan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan  pemahaman konsep siswa dapat dilihat dari  perolehan nilai gain pada siklus I sebesar 2,60, pada siklus II 2,65.
2.      Subarkah, Ahmad. 2011. Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Bendogerit 2 Kota Blitar. Penelitian Tindakan Kelas. PJJ S1 PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Drs. I Wayan Sutama, M. Pd. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan bagaimana penerapan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Bendogerit 2 Kota Blitar; (2) untuk mendeskripsikan apakah metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Bendogerit 2 Kota Blitar. Hasil dari keseluruhan analisis menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari nilai rata-rata 59,25 pada pra-tindakan naik menjadi 65,50 pada siklus I dan 75,00 pada siklus II. Adapun ketuntasan belajar siswa pada pra tindakan adalah 55%, pada siklus I meningkat menjadi 80%, kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 95%.
3.      Umiyati (2010) Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang Energi Bunyi melalui Metode Eksperimen bagi Siswa Kelas IV Semester II SD Negeri 01 Karang Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar Tahun 2009/2010. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui penerapan metode eksperimen sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV semester II terhadap materi energi bunyi pada mata pelajaran IPA. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek yang melakukan tindakan adalah guru, sedangkan subjek yang dikenai tindakan adalah siswa kelas IV. Tehnik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Tehnik analisis data menggunakan tehnik analisis deskriptif yang meliputi : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 01 Karang pada materi energi bunyi yang dapat dilihat dari meningkatnya nilai rata-rata siswa dari 58,63 sebelum siklus menjadi 68 pada siklus I dan 73 pada siklus II dengan menerapkan pendekatan metode eksperimen.

C.    Kerangka Berpikir

Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas IV ................ pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda, secara klasikal hasil belajar siswa masih rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adanya rendahnya keaktifan belajar siswa yang berujung pada rendahnya hasil belajar siswa secara keseluruhan.
Berdasarkan  temuan  di  sekolah,  pembelajaran  IPA  di  SD  ternyata masih  cenderung  menekankan  aspek  kognitif,  dimana  konsep-konsep  yang diajarkan  hanya  sekedar  pengetahuan  kurangnya  penghayatan  dan  kurangnya realisasi  sebagai  sikap  hidup  dan  perilaku  yang  nyata,  siswa  bersifat  pasif dalam aktivitas belajarnya sebab guru hanya menggunakan metode ceramah. 
Berdasarkan data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu  rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa tentang pengaruh gaya terhadap bentuk dan gerak suatu benda Dari hal di atas peneliti ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas peningkatan prestasi belajar IPA materi pengaruh gaya melalui penerapan metode eksperimen siswa kelas IV  .......................”.
Dalam bentuk diagram, kerangka berpikir pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :













Rounded Rectangle: Keaktifan dan prestasi belajar siswa rendah













 

























 





Gambar 2.1. Kerangka Berpikir  Penelitian Tindakan Kelas

D.    Hipotesis Tindakan

Dengan mempertimbangkan dan merujuk pada beberapa pendapat ahli, disusunlah hipotesis tindakan sebagai berikut :
1.      Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan keaktifan siswa siswa kelas IV  ..................... dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya.
2.      Penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa siswa kelas IV  ................... dalam pembelajaran IPA materi pokok pengaruh gaya.



Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih