Lencana Facebook

banner image

Thursday 3 April 2014

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATERI KEDUDUKAN MATAHARI MELALUI PENERAPAN METODE PERCOBAAN PADA SISWA KELAS II



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan  yang  sangat  luas  terkait  dengan  kehidupan  manusia.  Pembelajaran  Ilmu Pengetahuan Alam sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi,  karena  IPA  memiliki  upaya  untuk  membangkitkan  minat  manusia  serta kemampuan  dalam  mengembangkan  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  serta pemahaman  tentang  alam  semesta  yang  mempunyai  banyak  fakta  yang  belum terungkap  dan  masih  bersifat  rahasia  sehingga  hasil  penemuannya  dapat dikembangkan dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari..
Selama  ini  pengajaran  pendidikan  IPA  lebih  banyak  dilakukan  di  dalam  kelas dengan hanya berpedoman pada buku-buku pendamping saja, siswa kurang dilibatkan dalam  kegiatan  yang  sebenarnya.  Perlu  disadari  bahwa  keberhasilan  proses pembelajaran  IPA  di  tentukan  oleh  banyak  faktor,  antara  lain  :  guru,  siswa, lingkungan,  proses  pembelajaran,  sarana  prasarana  penunjang  lainnya.  Kondisi pembelajaran  yang  relatif  majemuk  dengan  penggunaan  metode  yang  sama  dan monoton  menyebabkan  kebosanan  belajar  bagi  siswa.  Hal  ini  menyebabkan rendahnya  aktivitas  siswa,  siswa  pasif  dan  suasana  kelas  kurang  komunikatif sehingga menyebabkan keaktifan dan hasil belajar siswa rendah. Kurang  diminatinya  pelajaran  IPA  karena  proses  pembelajarannya  hanya  di dalam kelas dan metode pembelajaran kurang bervariasi. Hal tersebut mengakibatkan masih banyaknya siswa mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
Dalam pembelajaran bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam materi kedudukan matahari, guru telah berusaha mengajar dengan sebaik-baiknya, membuat rencana perbaikan, melaksanakan rencana pembelajaran dan melaksanakan evaluasi. Dalam kegiatan belajar mengajar banyak faktor yang menentukan keberhasilan belajar. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas mengajar tentu menjadi harapan semua guru.
Pada studi awal pembelajaran IPA materi penerapan konsep energi panas, hasil dari tes formatif menunjukkan rendahnya tingkat penguasaan materi yang diajarkan. Ini dapat ditunjukkan hanya delapan siswa dari 33 siswa (24,24) yang mengikuti tes formatif dapat mencapai tingkat penguasaan materi 80% ke atas, dengan rata-rata hasil belajar sebesar 66,97 serta motivasi siswa sebesar 30,30% atau hanya 10 siswa dari 33 siswa
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan data tersebut, peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk membantu mengidentifikasi masalah dalam proses pembelajaran. Dari hasil diskusi terungkap beberapa masalah sebagai berikut :
a.       Siswa tampak ragu-ragu dan bingung saat menjawab pertanyaan guru
b.      Siswa kurang menguasai materi pembelajaran
c.       Siswa kurang aktif dalam pembelajaran
d.      Hasil ulangan Ilmu Pengetahuan Alam yang diperoleh masih sangat rendah.
2.      Analisis Masalah
Dengan melakukan refleksi diri, kaji literatur dan diskusi dengan teman sejawat dapat diketahui bahwa kemungkinan faktor penyebab timbulnya masalah di atas adalah :
a.       Metode pembelajaran kurang menarik siswa
b.      Guru tidak melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran
c.       Guru kurang memotivasi siswa dalam pembelajaran
d.      Guru kurang memberikan soal-soal latihan.
Berdasarkan uraian tentang indentifikasi dan analisis masalah sebagaimana dijelaskan di atas yang menjadi fokus perbaikan pembelajaran adalah  bagaimana  meningkatan  keaktifan dan hasil  belajar  siswa  melalui  penerapan metode percobaan  pada pembelajaran IPA materi kedudukan matahari. Diharapkan  melalui penerapan metode eksperimen  akan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil  belajar  siswa.  Dari  kenyataan mengenai permasalahan pembelajaran tersebut  penulis  tertarik  untuk  melakukan  penelitian tindakan  kelas  dengan  peningkatan keaktifan dan hasil belajar materi kedudukan matahari melalui penerapan metode percobaan pada siswa kelas II ..........................

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut  :
1.      Bagaimana upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas II .................... pada pembelajaran IPA materi kedudukan matahari melalui penerapan metode percobaan?
2.      Bagaimana upaya meningkatkan hasil belajar siswa kelas II ..................... pada pembelajaran IPA materi kedudukan matahari melalui penerapan metode percobaan?

C.    Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, agar memiliki arah yang jelas, maka ditetapkan tujuan sebagai berikut :
  1. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa kelas II ....................... pada pembelajaran IPA materi kedudukan matahari penerapan metode percobaan.
  2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa siswa kelas ...................... pada IPA materi kedudukan matahari  penerapan metode percobaan.

D.    Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan manfaat :
  1. Manfaat Teoritis
a.   Untuk  menambah  khasanah  hasil  penelitian  dan  memperluas  cakrawala pengetahuan guru dan siswa.
b.   Bagi para pengembang pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan  dapat  digunakan  sebagai  acuan  penelitian  lebih  lanjut,  khususnya  dalam mendesain metode pembelajaran di Sekolah Dasar.
  1. Manfaat Praktis
a.       Siswa
1)      Keaktifan siswa dalam belajar dan mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok lebih baik dan meningkat.
2)      Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran IPA dapat ditingkatkan.
b.      Guru
1)      Proses belajar mengajar mata pelajaran IPA tidak lagi berjalan secara  monoton.
2)      Ditemukannya strategi pembelajaran yang tepat.
3)      Metode  yang  digunakan  tidak  lagi  bersifat  konvensional,  tetapi  lebih bersifat variatif dan inovatif.
4)      Dapat  memberikan informasi  yang  bisa  dijadikan  dalam  peningkatan hasil belajar melalui pendekatan kooperatif.
c.       Sekolah
1)      Membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan kemampuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah
2)      Meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan bagi siswa
3)      Mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh
4)      Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Kerangka Teori

1.      Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
a.       Pengertian
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti ”saya tahu”.  Dalam bahasa Inggris, kata  sains  berasal  dari  kata science  yang  berarti ”pengetahuan”.  Science  kemudian berkembang  menjadi social  science yang  dalam  bahasa  Indonesia  dikenal  dengan  ilmu pengetahuan  sosial  (IPS) dan natural  science  yang  dalam  bahasa  Indonesia  dikenal dengan ilmu pengetahuan alam (IPA).
1)      Nash  dalam  bukunya  The  Nature  of  Natural  Science  (Darmojo  dan Kaligis, 1992 : 3), menyatakan bahwa “Science is away of looking at the world”.  IPA  itu  suatu  cara  atau  metode  untuk    mengamati  alam. Selanjutnya Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat  analitis,  lengkap,  cermat,  serta  menghubungkan  antara  satu fenomena  dengan  fenomena  yang  lain  sehingga  keseluruhannya membentuk  suatu  perspektif  yang  baru  tentang  objek  yang  diamatinya itu.
2)      Carin  dan  Sund  (Margo,  Syahrudin,  1999  :  2)  menyatakan  bahwa  ‘IPA merupakan    suatu  “system  of  knowing”  atau  sistem  untuk  mengetahui alam,  dan  IPA  merupakan  kumpulan  pengetahuan  Alam  yang  berfungsi untuk menjelaskan apa yang diperoleh.
3)      Rom  Harre  seorang  ahli  falsafah  IPA  dalam  bukunya  “The  Philosophies of  science”  (Darmojo  dan  Kaligis,  1992  :  4)  menyatakan  bahwa  ‘IPA adalah kumpulan teori  yang telah diuji kebenarannya,  yang menjelaskan tentang  pola-pola  keteraturan  dari  gejala  alam    yang  diamati  secara seksama’.                       
4)      Suyoso(1998  :  23  )  merupakan”pengetahuan  hasil  kegiatan  manusia yang  bersipat  aktif  dan  dinamis.Tiada  hentinya  serta  diperoleh  melalui metode  tertentu  yaitu  teratur,  sistemmatis,berobjek,bermetode,dan berlaku secara universal.”

Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.” Sains mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis (Depdiknas,2002a: 1).
IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alamsemesta. Dalam kurikulum pendidikan dasar terdahulu (2004) dijelaskan pengertian IPA (sains) sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahun, gagasan, dankonsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalamanmelalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Sedangkan dalam kurikulum 2006 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Hendro dan Jenny (1993:3) ucapan Einstein: Science is theatempt to make the chaotic diversity of our sense experience correspond to a logi-cally uniform system of thought, mempertegas bahwa IPA merupakan suatu bentuk upaya yang membuat berbagai pengalaman menjadi suatu sistem pola berpikiryang logis tertentu, yang dikenal dengan istilah pola berpikir ilmiah.
Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  pada  hakikat  IPA  ada  tiga  yaitu :
1.      IPA sebagai proses
Merupakan:  cara  kerja,  cara  berpikir  dan  cara  memecahkan  masalah  dengan  menggunakan  sikap-sikap  tertentu  yang  dapat  menunjang  pencapaian  hasil  yang diharapkan.
2.      IPA sebagai produk
Merupakan: hasil yang diperoleh dari proses IPA. Bentuk-bentuknya berupa:
a)      Fakta yaitu sesuatu yang benar-benar ada atau peristiwa yang betul-betul  terjadi.
b)      Konsep adalah kumpulan beberapa fakta yang saling berkaitan.
c)      Prinsip yaitu gabungan konsep-konsep.
d)     Teori atau hukum adalah ketentuan mengenai peristiwa alam.
3.      IPA sebagai sikap ilmiah
Merupakan:  perilaku  yang  ada  di  dalam  diri  seseorang  yang  dapat  dikembangkan dan digunakan dalam proses IPA
b.      Pendidikan IPA di Sekolah Dasar
Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar bertujuan agar siswa : memahami konsep-konsep IPA, memiliki keterampilan proses, mempunyai minat mempelajari alam sekitar, bersikap ilmiah, mampu menerapkan konsep-konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan. Berdasarkan tujuan di atas, maka pembelajaran pendidikan IPA di SD menuntut proses belajar mengajar yang tidak terlalu akademis dan verbalistik.
Selain itu dalam kondisi ketergantungan hidup manusia akan ilmu dan teknologi yang sangat tinggi, maka pembelajaran IPA di SD harus dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dan diarahkan untuk menghasilkan warga Negara yang melek IPA. Rutherford dan Ahlgren (1990) dalam kata pengantarnya untuk buku Science for All Americans mengemukakan beberapa alasan mengapa IPA layak dijadikan sebagai mata pelajaran dasar dalam pendidikan : Pertama, IPA dapat memberi seseorang pengetahuan tentang lingkungan biofisik dan perilaku social yang diperlukan untuk pengembangan pemecahan yang efektif bagi masalah-masalah local dan global; Kedua, dengan penekanan dan penjelasan akan adanya saling ketergantungan antara makhluk hidup yang satu dengan  makhluk hidup yang lain beserta lingkungannya, IPA akan membantu mengembangkan sikap berpikir seseorang terhadap lingkungan dan dalam memanfaatkan teknologi; Ketiga, Kebiasaan berpikir ilmiah dapat membantu seseorang dalam setiap kegiatan kehidupan sehingga peka terhadap permasalahan yang seringkali melibatkan sejumlah bukti, pertimbangan kuantitatif, alasan logis, dan ketidak pastian; Keempat, prinsip-prinsip teknologi memberi sesorang dasar yang kuat untuk menilai penggunaan teknologi baru beserta implikasinya bagi lingkungan dan budaya; Kelima, pendidikan IPA dan teknologi secara terus menerus dapat memberikan piranti untuk menentukan sikap terhadap sejumlah masalah dan pengetahuan baru yang penting; Keenam, potensi IPA dan teknologi guna meningkatkan kehidupan tidak akan terealisasikan tanpa didukung oleh pemahaman masyarakat umum terhadap IPA, matematika, dan teknologi, serta kebiasaan berpikir ilmiah.
Carin dan Sund (1989:87) memberikan petunjuk tentang bagaimana seharusnya IPA diajarkan pada pendidikan dasar. Salah satu diantaranya adalah menanamkan ke dalam diri siswa keingintahuan akan alam sekitar, serta dapat memahami pejelasan-penjelasan ilmiah tentang fenomena alam. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pendidikan IPA yaitu bahwa IPA harus mampu meberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia dimana kita hidup, dan bagaimana kita sebagai makhluk hidup harus bersikap terhadap alam.
Secara singkat, Connor (1990:124) mengemukakan, pendidikan IPA di SD harus secara konsisten berorientasi pada (a) pengembangan keterampilan proses, (b) pengembangan konsep, (c) aplikasi, dan (d) isu sosial yang berdasar pada IPA. Khusus untuk keterampilan proses dalam pembelajaran IPA, Mechling dan Oliver (1983:156)  mengemukakan bahwa penekanan yang diberikan dalam pengajaran keterampilan proses IPA adalah pada keterampilan-keterampilan berpikir. Keterampilan berpikir ini dapat berkembang pada anak selama anak diberi kesempatan untuk berlatih menggunakan keterampilan-keterampilan tersebut. Dengan keterampilan-keterampilan proses IPA, yang salah satu diantaranya adalah keterampilan mengajukan pertanyaan, maka siswa sekolah dasar dapat mempelajari IPA sebanyak-banyaknya, sesuai dengan keinginan mereka untuk mengetahui dan mempelajari IPA tersebut selama hidupnya.
Marek (1997:88) menyebutkan ciri-ciri siswa SD, antara lain rasa ingin tahu yang berlebih, mengeksplorasi, menemukan, mempelajari sesuatu yang baru, dan berkreasi. Untuk mendorong munculnya rasa ingin tahu siswa SD tersebut, terlebih dahulu perlu dilakukan eksplorasi terhadap apa yang akan dipelajari, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari kegiatan eksplorasi tersebut dapat dijawab dengan percobaan yang dilakukan oleh siswa sendiri untuk menemukan konsep-konsep baru.
Berdasarkan pada beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, maka sebaiknya pembelajaran IPA di SD menggunakan perasaan keingintahuan siswa sebagai titik awal dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penyelidikan atau percobaan. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk menemukan dan menanamkan pemahaman konsep-konsep baru dan mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui oleh siswa SD dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting untk dilaksanakan karena langkah awal untuk menghasilkan orang dewasa yang melek IPA adalah dengan melibatkan anak-anak, dalam hal ini adalah anak-anak SD secar aktif sejak dini ke dalam kegiatan IPA seperti disebutkan di atas.
c.       Tujuan Pendidikan IPA di Sekolah Dasar
Suatu  tujuan  pendidikan  ditetapkan  untuk  menentukan  arah  kegiatan  pendidikan  yang  dilaksanakan.  Menurut  Sandall  &  Barbara  (2003:176)  tujuan  pembelajaran  IPA  di  sekolah  dasar  adalah  membangun  rasa  ingin  tahu  siswa,  ketertarikan siswa tentang alam dan dirinya, dan menyediakan kesempatan untuk  mempraktekkan  metode  ilmiah  serta  mengkomunikasikannya.  Tujuan  pendidikan  IPA di  Indonesia dinyatakan dalam tujuan kurikuler mata pelajaran  IPA Sekolah  Dasar  yang  dinyatakan  dalam  peraturan  menteri  (PERMEN)  No.  22  tahun  2006  Tentang Standar Isi sebagai cakupan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan  dan teknologi.   “Kelompok  mata  pelajaran  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi  pada  SD/MI/SDLB  dimaksudkan  untuk  mengenal,  menyikapi,  dan  mengapresiasi  ilmu  pengetahuan  dan  teknologi,  serta  menanamkan  kebiasaan berpikir dan perilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan mandiri”. 
Tujuan kurikuler tersebut diuraikan secara rinci dalam lampiran standar isi  PERMEN  No.  22  tahun  2006.  Berdasarkan  PERMEN  No.  22  tahun  2006  mata  Pelajaran  IPA  di  SD/MI  bertujuan  agar  peserta  didik  memiliki  kemampuan  sebagai berikut: a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha  Esa  berdasarkan  keberadaan,  keindahan  dan  keteraturan  alam  ciptaan-Nya;  b)  Mengembangkan  pengetahuan  dan  pemahaman  konsep-konsep  IPA  yang  bermanfaat  dan  dapat  diterapkan  dalam  kehidupan  sehari-hari;  c) Mengembangkan  rasa  ingin  tahu,  sikap  positip  dan  kesadaran  tentang  adanya  hubungan  yang  saling  mempengaruhi  antara  IPA,  lingkungan,  teknologi  dan  masyarakat;  d)  Mengembangkan  keterampilan  proses  untuk  menyelidiki  alam  sekitar  memecahkan  masalah  dan  membuat  keputusan;  e)  Meningkatkan  kesadaran  untuk  berperan  dalam  memelihara,  menjaga  dan  melestarikan  lingkungan  alam;  f)  Meningkatkan  kesadaran  untuk  menghargai  alam  dan  segala  keteraturannya  sebagai  salah  satu  ciptaan  Tuhan;  g)  Memperoleh  bekal  pengetahuan,  konsep  dan  keterampilan  IPA  sebagai  dasar  untuk  melanjutkan  pendidikan  ke  SMP/MTs. 
Dengan  melihat  rumusan  tujuan  yang  tertuang  dalam  PERMEN  No.22  tahun  2006,  maka  dapat  dikatakan  bahwa  tujuan  pembelajaran  IPA  di  Sekolah  Dasar  mencakup  ranah  kognitif,  afektif  dan  psikomotor.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  pembelajaran  IPA  di  Sekolah  Dasar  bedasarkan  PERMEN  No.  22  tahun  2006  tentang  Standar  Isi  mengandung  ketiga  unsur  hakikat  pembelajaran IPA, yaitu sebagai proses, produk dan nilai.  Tujuan yang tertuang dalam PERMEN No. 22 tahun 2006 tentang Standar  Isi  dirumuskan  untuk  mencapai  kompetensi  lulusan  yang  memiliki  kemampuan  sebagai  berikut:  a)  Dapat  melakukan  pengamatan  terhadap  gejala  alam  dan  menceritakan  hasil  pengamatannya  secara  lisan  dan  tertulis;  b)  Memahami  penggolongan  hewan  dan  tumbuhan,  serta  manfaat  hewan  dan  tumbuhan  bagi  manusia,  upaya  pelestariannya  dan  interaksi  antara  mahluk  hidup  dengan  lingkungannya;  c)  Memahami  bagian-bagian  tubuh  pada  manusia,  hewan  dan  tumbuhan  serta  fungsinya  dan  perubahan  pada  makhluk  hidup;  d)  Memahami  beragam sifat benda hubungannya dengan penyusunnya, perubahan wujud benda  dan  kegunaanya;  e)  Memahami  berbagai  bentuk  energi,  perubahan  dan  kemanfaatnya; f) Memahami matahari sebagai pusat tata surya, kenampakan dan  perubahan  permukaan  bumi  dan  hubungan  peristiwa  alam  dengan  kegiatan  manusia (PERMEN No. 23 Tahun 2006).  
d.      Strategi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Setiap siswa merupakan individu yang memiliki karakteristik tertentu yang  sifatnya  khusus  dan  unik.  Secara  garis  besar  karakteristik  siswa  dapat  dibedakan menjadi karakteristik yang berkaitan dengan aspek fisik dan psikis yang keduanya saling mempengaruhi satu sama lain (Sukmadinata, 2004:45). Siswa di sekolah dasar  ditandai  dengan  karakteristik  secara  fisik  yang  senantiasa  mengalami perkembangan. Dengan demikian, salah satu fungsi pembelajaran si sekolah dasar adalah membantu siswa untuk untuk mencapi perkembangan yang optimal. 
Dalam  segi  psikis,  perkembangan  siswa  dapat  terjadi  dalam  berbagai  macam  aspek,  yaitu:  perkembangan  aspek  kognitif,  perkembangan  aspek  sosial  dan  kemandirian,  perkembangan  dalam  hal  erotis  (rangsangan  seksual),  perkembangan dalam hal motivasi dan perkembangan dalam segi moral. Menurut  Boyd  (1996:78)  pembelajaran  di  sekolah  dasar  hendaknya  dilangsungkan  selaras  dengan  karakteristik  perkembangan  siswa  baik  yang  ditinjau  dari  empat  aspek  perkembangan yang telah disebutkan di atas.  Perkembangan  aspek  kognitif  yang  banyak  diacu  dalam  pendidikan  adalah perkembangan  yang  digagaskan  oleh  Piaget.  Piaget  (1990:24)  menyatakan  bahwa  tahapan  perkembangan  individu  terjadi  dalam  empat  tahap,  yaitu:  1)  Tahap  sensori  motor  (usia  0-2  tahun).  Pada  tahap  ini  anak  berpikir  melalui  proses  penginderaan,  melihat,  mendengar,  meraba,  mencium,  dan  mengecap;  2)  Tahap  pra-operasional (usia 2-7 tahun). Pada tahap ini pemikiran anak masih dalam taraf  pra  konsep  dan  masih  banyak  terkait  dengan  intuisi  serta  fantasi;  3)  Tahap  operasional  konkrit  (usia  7 –  11  tahun).  Dalam  tahap  ini  anak  sudah  mampu  berpikir  secara  logis  namun  masih  terkait  dengan  hal-hal  konkrit;  dan  4)  Tahap  operasional  formal  (usia  11  tahun  ke  atas).  Pada  tahap  ini  anak  sudah  mencapai  tahap berpikir tingkat tinggi, analisis-sintesis, evaluasi, pemecahan masalah dan lain-lain. 
Dengan mengacu pada perkembangan siswa yang di uraikan di atas, maka  siswa  kelas  empat  dan  lima  SD  dari  aspek  perkembangan  kognitif  berada  pada  tahap-tahap  operasional  kongkrit,  dimana  dalam  tahap  ini  mereka  sudah  mampu berpikir  secara  logis  namun  masih  terkait  dengan  hal-hal  kongkrit.  Dari  aspek  perkembangan sosial dan kemandirian, mereka berada pada tahap industry versus  inferiority,  dimana  anak  sudah  mampu  menghasilkan  suatu  karya  tetapi  masih  disertai  dengan  rasa  rendah  diri  terhadap  hasil  karya  yang  dihasilkannya.  Berdasarkan  ciri  dari  aspek  perkembangan  kognitif,  sosial ,  maka  pembelajaran  di  sekolah  dasar  termasuk  di  dalamnya  dalam  melangsungkan  pembelajaran  IPA  memiliki  karakteristik child  centeredness  yang  menempatkan  siswa  sebagai  subjek  dalam  pembelajaran,  project  based  learning  dimana  siswa  beraktivitas  untuk  menghasilkan  karya,  pembelajaran  yang  menyenangkan  dan  penggunaan  media  dalam  pembelajaran  (Boyd,  1984:40).  Pembelajaran  tidak  hanya  dapat  dilangsungkan  di  dalam  kelas,  alam  dan  lingkungan  sekitar  dapat  digunakan  sebagai sumber belajar sehingga siswa dapat secara langsung berinteraksi dengan  alam  dan  mengekplorasi  alam  sekitar  mereka.  Sumber  belajar  tidak  hanya  diperoleh  dari  buku-buku  teks  tetapi  melalui  pengamatan  terhadap  objek-objek  yang berada di sekitar siswa.   Frensham et  al.  (1994)  mengungkapkan  bahwa  pada  kelas    yang  lebih  rendah, pembelajaran  IPA di sekolah dasar harus lebih difokuskan pada kegiatan pengamatan/observasi  terhadap  objek-objek  yang  ada  di  sekitar  siswa  melalui  kegiatan sederhana. Sedangkan Wortham (2006) menyatakan bahwa pembelajaran  IPA dapat diintegrasikan dengan topik-topik lain pada bidang lain seperti bahasa,  IPS  dan  lain-lain  yang  disajikan  dalam  bentuk  tema  (tematik)  untuk  kelas  yang  lebih  rendah  (kelas  1  sampai  kelas  3).  Pada  kelas  yang  lebih  tinggi  (4  sampai  6)  lebih  dituntut  untuk  disajikan  melalui  kegiatan  individual  tanpa  diintegrasikan  dengan  bidang  studi  lain.  Siswa  mulai  dapat  diajak  untuk  melakukan  eksplorasi    terhadap  alam  melalui  kegiatan  inkuiri.  Lebih  lanjut  Boyd  (1984),  mengungkapkan  bahwa  pembelajaran  di  sekolah  dasar  termasuk  di  dalamnya  pembelajaran  IPA  harus  menghindari subject  based  dimana  materi  diambil  dari  buku-buku teks, tetapi dikembangkan dari pengalaman  yang paling dekat dengan  siswa. 
e.       Fungsi IPA
Darmojo  &  Kaligis,  1992  :  67-68  menyebutkan bahwa lmu pengetahuan alam diperlukan di SD karena dapat memberikan kontribusi untuk tercapainya sebagian dari tujuan pendidikan di SD. Dengan pengajaran IPA diharapkan siswa akan dapat :
1)      Memahami  alam  sekitarnya,  meliputi  benda-benda  alam  dan  buatan manusia  serta  konsep-konsep  IPA  yang  terkandung  didalamnya. Memiliki  keterampilan  untuk  mendapatkan  ilmu  khususnya  IPA berupa  “ketrampilan  proses  atau  metode  ilmiah  yang  sederhana”. Memiliki  sifat  ilmiah  didalam  mengenal  alam  sekitarnya  dan memecahkan  masalah  yang  dihadapinya,  serta  menyadari  kebesaran penciptanya.
2)      Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Secara khusus fungsi Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar, yaitu :
1)      Memberikan  pengetahuan  tentang  berbagai  jenis  lingkungan  alam dan  lingkungan  buatan  dalam  kaitannya  dengan  pemanfaatan  bagi kehidupan sehari-hari.
2)      Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
3)      Mengembangkan  kesadaran  hubungan  keterkaitan  yang  saling mempengaruhi  antara  kemajuan  IPA  dan  teknologi  dengan  keadaan lingkungan dan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.
4)      Mengembangkan  kemampuan  untuk  menerapkan  ilmu  pengetahuan dan  teknologi  (Iptek),  serta  ketrampilan  yang  berguna  untuk kehidupan  sehari-hari  maupun  untuk  melanjutkan  pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi.
5)      Pernyataan  di atas  lebih  menekankan  kepada  yang  seharusnya  dilakukan pelajaran ilmu pengetahuan alam. Dengan kata lain fungsi ilmu  pengetahuan  alam  akan  menjadi  acuan  dalam  melakukan  kewajiban  sehingga  apa  yang  tertulis  di dalam  fungsi  mata  pelajaran  IPA  dapat  diimplementasikan  dalam  kegiatan  belajar  mengajar  dalam kehidupan sehari-hari.


f.       Karakteristik Pembelajaran IPA
Objek kajian pendidikan IPA berada pada berbagai persoalan/fenomena alam. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Supriyadi (1999: 1) bahwa objek kajian IPA adalah segala fenomena lingkungan (alam) yang berujud titik kecil hingga alam raya yang sangat besar. IPA menurut Depdiknas (2003: 6) merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis untuk menguasai pengetahuan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Trowbidge dan Byebee (1986: 38) mendefinisikan IPA sebagai berikut : Science is body of knowledge, formed by of continous inquiry, and compassing the people who are engaged in the scientific enterprise. Jadi karakteristik IPA yang kemudian membedakannya dengan ilmu pengetahuan yang lain adalah bahwa IPA ditempuh melalui berbagai penemuan proses empiris secara berkelanjutan yang masing-masing akan memberi kontribusi dengan berbagai jalan untuk membentuk sistem unik yang disebut IPA.
Suyoso (2001: 1-4) mengungkapkan bahwa nilai intelektualitas IPA menuntut kecerdasan dan ketekunan, dalam mencari jawaban suatu persoalan didasarkan atas pertimbangan rasional dan objektivitas dengan
 melalui observasi atau kegiatan eksperimen untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Secara lebih terperinci. Robert B. Sund (1973: 12) menjelaskan tentang bagaimana suatu pemahaman IPA ditemukan atau yang sekarang dikenal sebagai metode IPA (scientific method). Setidaknya ada enam langkah untuk melakukan proses IPA , yaitu (1) stating the problem, (2) formulating hypotheses, (3) designing an experiment, (4) making obsevation, (5) collecting data from the experiment, (6) drawing conclutions.
2.      Keaktifan Belajar
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, keaktifan adalah kegiatan (Poerwodarminto, 1992 : 17), sedang belajar merupakan proses perubahan pada diri individu kearah yang lebih baik yang bersifat tetap berkat adanya interaksi dan latihan. Jadi keaktifan belajar adalah suatu kegiatan individu yang dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan.
Keaktifan belajar adalah suatu kegiatan yang menimbulkan perubahan pada diri individu baik tingkah laku maupun kepribadian yang bersifat kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian yang bersifat konstan dan berbekas. Keaktifan belajar akan terjadi pada diri siswa apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus dengan isi memori, sehingga perilaku siswa berubah dari waktu sebelum dan sesudah adanya situasi stimulus tersebut.
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26) keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatankegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Menurut Sanjaya (2007: 101-106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif. Menurut Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas 2005 : 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif atau hanya menerima informasi dari guru saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa, dimana siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan, sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan. Menurut Raka Joni (1992: 19-20) dan Martinis Yamin (2007: 80- 81) menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala : (1) pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, (2) guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam belajar (3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar), (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep, dan (5) melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Secara bahasa keaktifan berasal dari kata dasar aktif yang diberi tambahan  imbuhan  awal  ke-  dan  imbuhan  akhir  -an.  Keaktifan  merupakan  perubahan  kata  dari  kata  kerja  menjadi  kata  sifat,  yaitu  dari  kata  aktifitas  menjadi  keaktifan.  Menurut  kamus  bahasa  Indonesia  aktifitas/activities  berarti  perbuatan  atau  kegiatan.  Dalam  setiap  pembelajaran  di  kelas,  setiap  aktifitas  yang  dilakukan  sangat  mendukung  bagi  tercapainya  pembelajaran  yang  sehat,  baik  itu  bagi  guru  sebagai  pendidik  maupun  siswa  sebagai  peserta  didik.  Dalam  kegiatan  belajar  mengajar diperlukan aktifitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, untuk  mengubah  tingkah  laku  (Sardiman,  2004:95)  hal  ini  juga  sependapat  dengan  apa yang  diungkap  oleh  Nasution  dalam  bukunya  (1986:86)  yang  mengungkapkan  bahwa aktifitas adalah asas yang terpenting dalam kegiatan belajar mengajar.  William  Burton  dalam  Mohd.  Uzer  Usman  (1995:21)  mengatakan  bahwa  mengajar  adalah  membimbing  kegiatan  belajar  siswa  sehingga  ia  mau  belajar.  Pendapat  tersebut  memperlihatkan  pentingnya  aktifitas  yang  dilakukan  siswa  dalam  kegiatan  belajar  mengajar. 
Selanjutnya,  William  Burton  menggolongkan  aktifitas ke dalam beberapa kategori, diantaranya:
a.       aktifitas  visual  (visual  activities)  seperti  membaca,  menulis,  melakukan  eksperimen dan demonstrasi.
b.      aktifitas  lisan  (oral  activities)  seperti  bercerita,  membaca  sajak,  tanya  jawab, diskusi, dan menyanyi.
c.       aktifitas  mendengarkan  (listening  activities)  seperti  mendengarkan  penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan.
d.      aktifitas  gerak  (motor  activities)  seperti  senam,  atletik,  menari,  dan  melukis.
e.       aktifitas  menulis  (writing  activities)  seperti  mengarang,  membuat  makalah, dan membuat surat.
Beberapa aktifitas di atas tentunya tidak cukup mudah untuk dapat dilakukan oleh  siswa  dalam  setiap  kegiatan  belajar  mereka.  Terlebih  ketika  pembelajaran  yang  selama ini mereka lakukan kurang mendukung untuk mereka melakukan beberapa  aktifitas tersebut. Oleh karena itu dengan melalui penerapan enrichment ke dalam  kegiatan  belajar  yang  siswa  lakukan  diharapkan  dapat  meningkatkan  ke  lima  aktifitas  yang  telah  dipaparkan  di  atas,  dengan  tentu  saja  berdasar  pada  prinsip- prinsip  dan  karakteristik  yang  dimiliki  oleh  enrichment. Selain  itu  terdapat  pula  beberapa  cara  yang  dapat  memancing  siswa  untuk  lebih  meningkatkan  keaktifannya,    seperti  apa  yang  diungkap  Mohd.  Uzer  Usman  (1995:26)  berikut  ini:
a.       Kenalilah  dan  bantulah  siswa-siswa  yang  kurang  terlibat.  Selidiki  apa  yang  menyebabkan  dan  usaha  apa  yang  bias  dilakukan  untuk  meningkatkan partisipasi siswa tersebut.
b.      Siapkanlah  siswa  secara  tepat.  Persyaratan  awal  apa  yang  diperlukan  siswa untuk mempelajari tugas yang baru.
c.       Sesuaikan  pengajaran  dengan  kebutuhan-kebutuhan  individual  siswa.  Hal  ini  sangat  penting  untuk  meningkatkan  usaha  dan  keinginan  siswa  untuk berperan secara aktif dalam proses pembelajaran.
Dengan adanya beberapa cara meningkatkan aktifitas di atas, diharapkan di setiap  pembelajaran yang dilakukan selanjutnya, keaktifan yang terjadi pada siswa akan  menjadi  lebih  baik  dan  bermanfaat,  terutama  bagi  mereka  yang  termasuk  pada  siswa yang berbakat dan memiliki kemampuan di atas rata-rata
3.      Hasil Belajar
a.       Pengertian Hasil Belajar
Menurut Catharina Tri Anni (2002:4) hasil belajar merupakan  perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas  belajar. Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa  setelah melalui kegiatan belajar (H. Nashar, 2004: 77). Hasil belajar adalah  terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan  harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan  dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terdadap besarnya usaha  yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar (Keller dalam H Nashar, 2004: 77). Seseorang dapat  dikatakan telah belajar  sesuatu  apabila dalam dirinya telah terjadi  suatu perubahan, akan tetapi tidak  semua perubahan yang terjadi. Jadi  hasil belajar merupakan pencapaian  tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar, maka  didapat hasil belajar.
Siswa - Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Secara  umum,  hasil  belajar  siswa  dipengaruhi  oleh  faktor  internal,  yaitu  faktor –faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor – faktor  yang ada dalam diri siswa dan faktor yang ada di luar diri pelajar.
1)      Yang tergolong faktor internal ialah :
a)      Faktor  fisiologi atau  jasmani  individu  baik  bersifat  bawaan  maupun  yang  diperoleh  dengan  melihat,  mendengar,  struktur  tubuh,cacat  tubuh  dan  sebagainya.
b)      Faktor  psikologis  baik  yang  bersifat  bawaan  maupun keturunan  yang  meliputi : intelektual, sikap, minat, kebiasaan,motivasi,dll.
c)      Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.
2)      Yang tergolong faktor eksternal ialah :
Pencapaian  tujuan  belajar  perlu  diciptakan  adanya  sistem  lingkungan  belajar  yang  kondusif.  Hal  ini  akan  berkaitan  dengan  faktor  dari  luar  siswa.  Adapun  faktor  yang  mempengaruhi  adalah  mendapatkan  pengetahuan,penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap
b.      Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark (1981 : 21) menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39). "Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya" (Ali Muhammad, 204 : 14). Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik). Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
c.       Indikator Hasil Belajar
Untuk memahami indikator hasil belajar siswa, maka perlu diketahui terlebih dahulu  macam-macam hasil belajar. Nana Sudjana (1984 : 215) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa terbagi menjadi tiga macam, yaitu : 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, serta 3) sikap dan cita-cita.
Sementara secara lebih khusus, Suharsimi Arikunto (1996 : 105) mengidentifikasikan “Indikator hasil belajar siswa terdiri dari nilai harian, nilai ulangan umum, nilai tugas-tugas, cara menjawab  pertanyaan di kelas, nilai ketelitian catatan, pembuatan laporan, ketekunan, keuletan dan usaha”. Sedangkan Winarno Surakhmad (1994 : 150) mengemukakan “ Hasil belajar tidak hanya ditentukan oleh metoda dan media yang dipakai, akan tetapi juga oleh sejumlah  lainnya yang mempengaruhi tingkah laku siswa terhadap situasi belajar”. Selanjutnya  dari segi tujuan, Sedangkan Winarno Surakhmad (1994 : 164) mengemukakan  belajar diajukan pada  1) pengumpulan pengetahuan dan, 2) penanaman konsep dan kecakapan (pembentukan sikap dan kebiasaan).
Benyamin Bloom, sebagaimana  dikutip Abin Syamsudin Makmun (1990 : 14) yang  membagi perilaku hasil belajar pada  tiga kawasan (domain), yaitu 1) kawasan kognitif (cognitif domain), 2) kawasan afektif (afektif domain) dan 3) kawasan psikomotor (psikomotor domain)”. Khusus mengenai kawasan kognitif dan psikomotor domain yang menjadi sorotan dalam kajian ini memiliki enam jenjang, sebagaimana dikemukakan alam Abin Syamsudin Makmun (1990 : 15) sebagai berikut :
1)      Knowledge (pengetahuan), yaitu mengingat kembali sesuatu yang sebelumnya sudah dikenal.
2)      Comprehension (pemahaman), yaitu memahami bahan yang akan dikomunikasikan  dengan tidak dikaitkan dengan bahan lain.
3)      Aplication (aplikasi), yaitu menggunakan suatu abstraksi dengan situasi nyata  atau khusus, dalam arti bahwa dapat memberikan contoh atau menggunakan dengan tepat atau memecahkan masalah.
4)      Analysis (analisis), yaitu menghubungkan elemen-elemen menjadi kesatuan yang membentuk  keseluruhan.
5)      Syintesa (sintesa), dalam  bentuk komunikasi, rencana dan kesimpulan tentang  berbagai hubungan yang abstrak.
6)      Evaluation (evaluasi), yaitu memberikan penilaian pada program atau yang telah diberikan.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka penulis dapat  mengemukakan  bahwa indikator hasil belajar siswa berhubungan dengan hal yang bersifat konkrit (nilai hasil belajar sebagai manifestasi dan pengetahuan) dan bersifat abstrak (perilaku siswa sebagai manifestasi dan keterampilan).
4.      Metode Pembelajaran
Menurut Winarno Surakhmad (1984 : 19), metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan, berlaku baik bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran. Efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih metode pembelajaran sesuai dengan materi yang harus disampaikan pada siswa. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suatu metode, diantaranya adalah siswa, tujuan pembelajaran, situasi setempat, fasilitas yang terdapat dalam kelas, dan profesionalisme guru.
Ada beberapa metode yang lazim digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengatahuan Alam, antara lain adalah metode diskusi, demonstrasi dan eksperimen. dimana masing-masing metode mempunyai suatu karakteristik dan kelebihan atau kekurangan. Tidak ada suatu metode yang paling baik, tetapi penggunaan metode harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Pendekatan khusus dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah pendekatan keterampilan proses yaitu seluruh ketrampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip–prinsip, hukum–hukum, keterampilan fisik maupun keterampilan sosial. (Nuryani dan Andrian Rustam, 1997 : 45)
Sedangkan menurut Syamsu Yusuf (1993 : 53) “proses belajar mengajar merupakan interaksi dinamis atau transaksi antara guru dengan siswa, yang menyiratkan adanya perbutan mengajar, belajar, tujuan pengajaran, pengajaran, kemudahan, dan suasana sekitar pada saat belajar.      
5.      Metode Percobaan
Priyono, dkk (2007:156) menyebutkan kedudukan matahari adalah Metode percobaan (eksperimen) adalah  cara penyajian pelajaran, dimana  siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu  yang  dipelajari  (Sri  Haryati,  2010:56).  Dalam  proses  belajar  mengajar  dengan  metode  percobaan  ini  siswa  diberi  kesempatan  untuk mengalami  sendiri  atau  melakukan  sendiri,  mengikuti  suatu  proses,  mengamati  suatu  objek,  menganalisis,  membuktikan  dan  menarik  kesimpulan  sendiri  mengenai  suatu  objek,  keadaan,  atau  proses  sesuatu.  Dengan  demikian,  siswa  dituntut  untuk  mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau  dalil,  dan  menarik  kesimpulan  atau  proses  yang  dialaminya  itu.  Metode  percobaan adalah metode mengajar dalam penyajian atau pembahasan materinya  melalui  percobaan  dan  mencobakan  sesuatu  serta  mengamati  proses  (Syaiful  Bahri Djamarah, 2002).
Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :  
a.       Membuat  siswa  lebih  percaya  atas  kebenaran  atau  kesimpulan  berdasarkan  percobaannya.
b.      Dalam  membina  siswa  untuk  membuat  terobosan-terobosan  baru  dengan  penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
c.       Hasil-hasil  percobaan  yang  berharga  dapat  dimanfaatkan  untuk  kemakmuran  umat manusia.
d.      Anak  didik  dapat  mengembangkan  sikap  untuk  mengadakan  studi  eksplorasi  (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :
a.       Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
b.      Metode  ini  memerlukan  berbagai  fasilitas  peralatan dan  bahan  yang  tidak  selalu mudah diperoleh dan mahal.
c.       Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.  
d.      Setiap  percobaan  tidak  selalu  memberikan  hasil  yang  diharapkan  karena  mungkin  ada  faktor-faktor  tertentu  yang  berada  di  luar  jangkauan  kemampuan atau pengendalian.
Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan  menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya  dengan  mengadakan  percobaan  sendiri.  Juga  siswa  dapat  terlatih  dengan  cara  berpikir yang ilmiah.
Cara mengatasi kekurangan-kekurangan metode percobaaan (eksperimen) adalah  sebagai berikut :
a.       Hendaknya  guru  menerangkan  sejelas-jelasnya  tentang  hasil  yang  ingin  dicapai  sehingga  siswa  mengetahui  pertanyaan-pertanyaan  yang  perlu  dijawab dengan eksperimen.
b.      Hendaknya  guru  membicarakan  bersama-sama  dengan  siswa  tentang  langkah  yang  dianggap  baik  untuk  memecahkan  masalah  dalam  eksperimen,  serta  bahan-bahan  yang  diperlukan,  variabel  yang  perlu  dikontrol serta hal-hal yang perlu dicatat.
c.       Bila  perlu,  guru  menolong  siswa  untuk  memperoleh  bahan-bahan  yang  diperlukan.
d.      Guru perlu merangsang agar setelah eksperimen atau percobaan berakhir,  siswa  membanding-bandingkan  hasilnya  dengan  hasil  eksperimen  orang  lain  dan  mendiskusikannya  bila  ada  perbedaan-perbedaan  atau  kekeliruan-kekeliruan.
Adapun  langkah-langkah  pemakaian  metode  eksperimen menurut  Winataputra, dkk (1993: 132) adalah sebagai berikut :
a.   Mempersiapkan eksperimen (percobaan)
1)   Sebelum  eksperimen  (percobaan)  dimulai,  berikan  penjelasan  tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam eksperimen dan  prosedur  yang  ditempuh  selama  eksperimen  serta  tata  tertib  yang  harus dipatuhi.
2)  Kemukakan  data-data  yang  akan  ditempuh  selama  eksperimen  berlangsung melalui pengamatan yang cermat.
3)  Cek  segala  alat  dan  fasilitas  untuk  keperluan  eksperimen  atau  percobaan.
b.   Pelaksanaan eksperimen (percobaan)
1)  Siswa mulai eksperimen atau percobaan dengan bantuan guru.
2)  Guru  membimbing  dan  mengarahkan  siswa  dalam  melakukan  percobaan.
3)  Guru  mendorong  siswa  berbuat  aktif  melakukan  eksperimen  dengan cermat dan penuh hati-hati.
4)  Evaluasi berlangsung selama proses percobaan.
c.   Mengambil kesimpulan dari hasil eksperimen (percobaan)
1)   Siswa  melaporkan  hasil-hasil  eksperimen  yang  telah  dilakukannya di depan kelas.
2)  Laporan didiskusikan bersama dengan bimbingan guru.
3)   Kesimpulan-kesimpulan  hasil  percobaan  harus  sederhana  dan  terarah.
6.      Kedudukan matahari
Matahari adalah bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak rata-rata 149.680.000 kilometer (93.026.724 mil). Matahari serta kedelapan buah planet (yang sudah diketahui/ditemukan oleh manusia) membentuk Tata Surya. Matahari dikategorikan sebagai bintang kecil jenis G.
Matahari adalah suatu bola gas yang pijar dan ternyata tidak berbentuk bulat betul. Matahari mempunyai katulistiwa dan kutub karena gerak rotasinya. Garis tengah ekuatorialnya 864.000 mil, sedangkan garis tengah antar kutubnya 43 mil lebih pendek. Matahari merupakan anggota Tata Surya yang paling besar, karena 98% massa Tata Surya terkumpul pada matahari.
Di samping sebagai pusat peredaran, matahari juga merupakan pusat sumber tenaga di lingkungan tata surya. Matahari terdiri dari inti dan tiga lapisan kulit, masing-masing fotosfer, kromosfer dan korona. Untuk terus bersinar, matahari, yang terdiri dari gas panas menukar zat hidrogen dengan zat helium melalui reaksi fusi nuklir pada kadar 600 juta ton, dengan itu kehilangan empat juta ton massa setiap saat.
Matahari dipercayai terbentuk pada 4,6 miliar tahun lalu. Kepadatan massa matahari adalah 1,41 berbanding massa air. Jumlah tenaga matahari yang sampai ke permukaan Bumi yang dikenali sebagai konstan surya menyamai 1.370 watt per meter persegi setiap saat. Matahari sebagai pusat Tata Surya merupakan bintang generasi kedua. Material dari matahari terbentuk dari ledakan bintang generasi pertama seperti yang diyakini oleh ilmuwan, bahwasanya alam semesta ini terbentuk oleh ledakan big bang sekitar 14.000 juta tahun lalu.
Jarak matahari ke bumi adalah 93.000.000 mil. Jarak ini dipakai sebagai satuan astronomi. Satu satuan astronomi (Astronomical Unit = AU) adalah 93 juta mil = 148 juta km. Dibandingkan dengan bumi, diameter matahari kira-kira 112 kali diameter Bumi. Gaya tarik matahari kira-kira 30 kali gaya tarik bumi. Cahaya matahari menempuh masa 8 menit untuk sampai ke Bumi dan cahaya matahari yang terang ini dapat mengakibatkan siapapun yang memandang terus kepada matahari menjadi buta.
Matahari tidak berbentuk padat melainkan dalam bentuk plasma, menyebabkan rotasinya lebih cepat di khatulistiwa daripada di kutub. Rotasi pada wilayah khatulistiwanya adalah sekitar 25 hari dan 35 hari pada wilayah kutub. Setiap putaran dan mempunyai gravitasi 27,9 kali gravitasi Bumi. Terdapat julangan gas teramat panas yang dapat mencapai hingga beribu bahkan berjuta kilometer ke angkasa. Semburan matahari ‘sun flare’ ini dapat mengganggu gelombang komunikasi seperti radio, TV dan radar di Bumi dan mampu merusak satelit atau stasiun angkasa yang tidak terlindungi. Matahari juga menghasilkan gelombang radio, gelombang ultra-violet, sinar infra-merah, sinar-X, dan angin matahari yang merebak ke seluruh tata surya.
Bumi terlindungi daripada angin matahari oleh medan magnet bumi, sementara lapisan ozon pula melindungi Bumi daripada sinar ultra-violet dan sinar infra-merah. Terdapat bintik matahari yang muncul dari masa ke masa pada matahari yang disebabkan oleh perbedaan suhu di permukaan matahari. Bintik matahari itu menandakan kawasan yang “kurang panas” berbanding kawasan lain dan mencapai keluasan melebihi ukuran Bumi. Kadang-kala peredaran Bulan mengelilingi bumi menghalangi sinaran matahari yang sampai ke Bumi, oleh itu mengakibatkan terjadinya gerhana matahari.
Matahari mempunyai dua macam gerakan sebagai berikut (1) Rotasi, yaitu gerakan mengelilingi sumbunya, lamanya 25 1/2 hari satu kali putaran. Gerakan rotasi dapat dibuktikan dengan terlihat noda-noda hitam di bagian inti yang kadang-kadang berada di sebelah kanan dan kira-kira 2 minggu berada di sebelah kiri, dan (2) bergerak di antara gugusan-gugusan bintang. Selain berotasi, matahari bergerak diantara gugusan bintang dengan kecepatan 20 km per detik, pergerakan itu mengelilingi pusat galaksi.
Matahari memiliki beberapa manfaat antara lain : (1) matahari mempunyai fungsi yang sangat penting bagi bumi, (2) energi pancaran matahari telah membuat bumi tetap hangat bagi kehidupan, membuat udara dan air di bumi bersirkulasi, tumbuhan bisa berfotosintesis, dan banyak hal lainnya, dan merupakan sumber energi (sinar panas), (3) energi yang terkandung dalam batu bara dan minyak bumi sebenarnya juga berasal dari matahari, serta mengontrol stabilitas peredaran bumi yang juga berarti mengontrol terjadinya siang dan malam, tahun serta mengontrol planet-planet lainnya. Tanpa matahari, sulit dibayangkan kalau akan ada kehidupan di bumi.

B.     Hasil Penelitian yang Relevan

1.      Penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono, Samsiar Tri B. 2011. Penerapan Metode Eksperimen pada Pembelajaran IPA Kelas II Materi Kenampakan Benda-benda Langit di SDN Oro-Oro Dowo Malang. Skripsi, Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Kependidikan Guru Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dra. Sukamti, M.Pd, (II) Drs. Sumanto, M.Pd. Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menghasilkan produk media pembelajaran yang dapat meingkatkan kualitas pembelajaran. Serta, anak dapat lebih termotivasi dan tertarik untuk memperhatikan pelajaran agar nantinya pembelajaran di SDN Oro-Oro Dowo khususnya kelas II dapat lebih efektif.  Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pengembangan. Data penelitian berupa hasil validasi, diperoleh dari ahli media, ahli materi, guru kelas II dan siswa kelas II SDN Oro-Oro Dowo. Kegiatan analisis data dimulai dari tahap penelaahan data, tahap identifikasi dan klasifikasi data, dan tahap evaluasi data. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut. Penerapan Metode Eksperimen pada Pembelajaran IPA Kelas II Materi Kenampakan Benda-benda Langit terbukti mampu meningkatkan hasil belajar IPA kelas II di SDN Oro-Oro Dowo Malang. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan statistik yaitu dari ahli media didapatkan skor persentase sebesar 73,75%, ahli materi didapatkan skor persentase sebesar 93,75%, sedangkan dari siswa/audiens perorangan didapatkan skor persentase sebesar 90,77%, dari siswa/audiens kelompok kecil didapatkan skor persentase sebesar 96,22%, dan dari siswa/audiens kelompok lapangan didapatkan skor persentase sebesar 91,95%.
2.      Penelitian yang dilakukan oleh Warat, Mashuri. 2011. Penerapan Metode Percobaan untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPA Konsep Kenampakan Bulan Siswa Kelas IV SDN Sukoharjo II Kota Malang . Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dra.Sri Estu Winahyu M.Pd. (2) Drs.Ir. Endro Wahyuno M.Si penerapan metode percobaan merupakan salah satu pendekatan yang memberikan suasana belajar aktif dan memberi kesempatan kapada siswa untuk melakukan proses penemuan. Berdasarkan data yang di peroleh dari hasil baelajar siswa konsep kenampakan bulan menunjukan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas IV adalah 67.56. Hasil belajar siswa tersebut masih kurang dari standar ketuntasan individu maupun klasikal yang ditentukan 70%, pembelajaran cenderung berpusat kepada guru dikarenakan pendekatan pembelajaran yang di gunakan masih bersifat informatif. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sukoharjo II Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan aktivtas dan hasil belajar melalui penerapan metode percobaan. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif jenis penelitian tindakan kelas (PTK) collaborative yang dilakukan dengan terapan: perencanaan, pelaksanaan tindakan/observasi, dan refleksi. Subyek dalam Penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sukoharjo II Kota Malang yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 39 siswa. Hasil penelitian diperoleh data bahwa nilai rata-rata aktivitas siswa pada akhir siklus I yaitu 68,37% dan hasil belajar akhir siklus I yaitu 70,48. Pada akhir siklus II nilai rata-rata aktivitas siswa yaitu 87,77% dan hasil belajar akhir siklus II yaitu 90%. Hasil tersebut telah mencapai standar ketuntasan klasikal baik aktivitas maupun hasil belajar siswa.. Sehinggga dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA konsep kenampakan bulan telah tuntas. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka disimpulkan bahwa Penerapan metode percobaan pada pembelajaran IPA dapat menciptakan suasana belajar yang lebih di peran oleh siswa dan guru sebagai pembimbing belajar (siswa aktif dan guru pasif). Dengan menggunakan metode percobaan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Sesuai kesimpulan diatas maka dapat disarankan kepada: guru yang mengembangkan pembelajaran IPA melalui metode percobaan diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal kepada siswa untuk dapat berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Bagi sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembagan mutu pendidikan serta pengetahuan yang dijadikan sebagai sumber dalam menciptakan tenaga lulusan yang Skill Continius Quality di masa yang akan datang serta bagi peneliti dapat mengembangkan metode percobaan pada sekolah yang akan diabdinya dan dapat lebih memperdalam lagi metode percobaan agar memperoleh hasil yang lebih baik.

C.    Kerangka Berpikir

Keaktifan dan hasil belajar siswa  siswa pada pembelajaran IPA materi kedudukan matahari  pada umumnya masih rendah. Siswa pada umumnya masih merasa sulit untuk memahami materi pelajaran dikerenakan guru belum menerapkan metode yang tepat untuk membangkitkan keaktifan dan hasil belajar siswa, maka dalam dalam kegiatan pembelajaran perlu menggunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran dan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi kedudukan matahari dilakukan dengan menerapkan metode percobaan berupa gerak matahari mengelilingi bumi dan kedudukan matahari pada peristiwa pagi siang dan sore hari. Diharapkan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran menggungkan  metode percobaan berupa gerak matahari mengelilingi bumi dan kedudukan matahari pada peristiwa pagi siang dan sore hari dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi oleh siswa dengan baik, karena pembelajaran tidak lagi dilakukan dengan kegiatan ceramah, sehingga persepsi siswa tidak lagi abstrak terhadap materi pembelajaran yang dilaksanakan.
Berdasarkan uraian atas, maka pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas  pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam materi kedudukan matahari siswa kelas ..................... dengan menerapkan metode percobaan.
Secara ringkas kerangkan berpikir pelaksanaan perbaikan pembelajaran menggunakan metode percobaan pada pembelajaran IPA materi kedudukan matahari sebagaimana gambar diagram di bawah ini :















Rounded Rectangle: Keaktifan siswa rendah
Hasil belajar siswa rendah















 








































Gambar 2.1  Kerangka Berpikir  Penelitian Tindakan Kelas

D.    Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini  dirumuskan sebagai berikut :
1.      Penerapan metode percobaan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas II ................ materi kedudukan matahari.
2.      Penerapan metode percobaan  dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas kelas II ................... materi kedudukan matahari.

Konfirmasi file secara utuh, silahkan hub. 081327121707 (SMS only)
Mohon tidak disadur secara utuh, hanya sebagai referensi penulisan. Terima kasih atas kerjasamanya.