Lencana Facebook

banner image

Thursday 24 October 2013

PTS : ENINGKATAN KEMAMPUAN GURU KELAS VI DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PERMAINAN DI SD NEGERI ..................... 03 KECAMATAN ..................... KABUPATEN ..................... TAHUN PELAJARAN .....................



PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU KELAS VI DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PERMAINAN
DI SD NEGERI ..................... 03
KECAMATAN .....................  KABUPATEN .....................
TAHUN PELAJARAN .....................


BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/ karakter seorang siswa. Pendidikan yang baik akan membentuk mental atau karakter siswa yang lurus dan terarah. Pembinaan mental yang baik pada akhirnya akan bermuara pada kebaikan di kehidupan yang akan datang. Kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan persoalan-persoalan yang rumit. Dengan berbekal pendidikan yang baik, maka siswa akan mempunyai mental/ karakter yang kuat, dan mempunyai pengetahuan yang luas. Pengetahuan yang luas bisa diperoleh dari bangku sekolah. Di sekolah anak-anak akan memperoleh ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru-guru mereka. Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan social.
Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri. Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai.
Bermain peran merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran (role playing) diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Manusia merupakan makhluk social dan individual, yang dalam hidupnya senantiasa berhadapan dengan manusia lain atau situasi di sekelilingnya. Mereka berinteraksi, berinterdepedensi dan pengaruh mempengaruhi. Sebagai individu manusia memiliki pola yang unik dalam berhubungan dengan manusia lain. Ia memiliki rasa senang, tidak senang, percaya, curiga, dan ragu terhadap orang lain. Namun perasaan tersebut diarahkan juga pada dirinya. Perasaan dan sikap terhadap orang lain dan dirinya itu mempengaruhi pola respon individu terhadap individu lain atau situasi di luar dirinya. Karena senang dan penasaran ia cenderung mendekat. Karena tidak senang dan curiga ia cenderung menjauh. Manipestasi tersebut disebut peran.
Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan, tetapi pada factor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Bermain peran berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dan nilai yang mendasarinya. Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
Pada pembelajaran bermain peran, pemeranan tidak dilakukan secara tuntas sampai masalah dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengundang rasa kepenasaran peserta didik yang menjadi pengamat agar turut aktif mendiskusikan dan mencari jalan ke luar. Dengan demikian, diskusi setelah bermain peran akan berlangsung hidup dan menggairahkan peserta didik. Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaannya; (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan (4) mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.
Pembelajaran partisipatif memiliki prinsip tersendiri dalam kegiatan belajar dan kegiatan pembelajaran. Prinsip dalam kegiatan belajar adalah bahwa peserta didik memiliki kebutuhan belajar, memahami teknik belajar, dan berperilaku belajar. Prinsip dalam kegiatan membelajarkan bahwa pendidik menguasai metode dan teknik pembelajaran, memaham materi atau bahan belajar yang cocok dengan kebutuhan belajar, dan berperilaku membelajarkan peserta didik. Prinsip-prinsip tersebut dijabarkan dalam langkah operasional kegiatan pembelajaran, sebagai wujud interaksi dukasi antara pendidik dengan peserta didik dan/atau antar peserta didik. Pendidik berperan untuk memotivasi, menunjukkan, dan membimbing peserta didik supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar. Seangkan peserta didik berperan untuk mempelajari, mempelajari kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan taraf hidup dengan berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.
Penerapan pembelajaran partisipatif mensyaratkan tersedianya berbagai metode dan teknik pembelajaran yang cocok untuk itu. Metode pembelajaran adalah kegiatan atau cara umum penggolongan peserta didik, sedangkan teknik pembelajaran adalah langkah atau cara khusus yang digunakan pendidik dalam masing-masing metode pembelajaran. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif ternyata bermacam ragam, yang dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu metode pembelajaran perorangan (individual methods), metode pembelajaran kelompok (group methods), dan metode pembelajaran missal atau pembangunan masyarakat (community methods) (Verne dan Knowles, 1977:13). Teknik-teknik pembelajaran partisipatif, berdasarkan pengelompokan metode, beraneka ragam pula. Dalam metode pembelajaran perorangan dikenal teknik pembelajaran yaitu tutorial, bimbingan perorangan, pembelajaran individual, magang, sorogan. Dalam metode pembelajaran kelompok terdapat teknik diskusi, demontrasi, simulasi, kerja kelompok, situasi hiptetis, pemecaham masalah kritis, bermain peran dan sebagainya. Ke dalam metode pembelajaran masal atau pembangunan masyarakat, termasuk teknik kontak social, ‘’paksaan sosial’’ (social pressure), demontrasi proses dan/atau demontrasi hasil, aksi partisipasi. Teknik-teknik pembelajaran dalam setiap metode itu tidak dapat dipisahkan secara mutlak, karena suatu teknik dapat pula digunakan dalam metode yang berbeda, seperti metode demonstrasi yang digunakan dalam metode pembelajaran kelompok dapat digunakan pula dalam metode pembelajaran missal/pembangunan masyarakat atau dalam metode pembelajaran perorangan.
Dalam bermain drama, memerlukan cara/ strategi untuk mengajarkan. Strategi yang cocok untuk meningkatkan keterampilan bermain drama adalah strategi bermain peran (role playing).Pada pelaksanaan studi awal pembelajaran mata pelajaran PKn di seluruh kelas menunjukkan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dari enam kelas yang mengikuti tes formatif  menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran PKn yang memperoleh rata-rata paling rendah yaitu kelas VI, sehingga fokus pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini ditetapkan pada kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan ..................... Kabupaten ..................... Tahun Pelajaran ......................

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut adalah penggunaan model pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran belum tepat.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti membatasi  masalah  yang akan dibahas pada pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini yaitu penggunaan metode bermain peran  oleh guru  dalam upaya peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKN di Kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan ..................... Kabupaten ..................... Tahun Pelajaran ......................

D. Rumusan  Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang masalah  dan melalui refleksi diri serta diskusi dengan teman sejawat, dapat disimpulkan rumusan masalahnya, yaitu  apakah penggunaan metode bermain peran oleh guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa  kelas VI SDN Cibalung 02 Kecamatan ..................... Kabupaten ..................... pada pembelajaran PKN?


E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari  pelaksanaan penelitian tindakan sekolah  ini adalah :
1.      Untuk mengetahui dampak penggunaan metode bermain peran pada pembelajaran PKN di kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan ..................... Kabupaten ..................... Tahun Pelajaran ......................
2.      Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode bermain peran pada pembelajaran PKN di kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan ..................... Kabupaten ..................... Tahun Pelajaran ......................

F.   Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas  ini adalah :

  1. Bagi Siswa
a.       Meningkatkan hasil belajar siswa
b.      Meningkatkan minat belajar siswa
c.       Melalui pembelajaran aktif, menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan memudahkan siswa memahami dan mencapai kompetensi pembelajaran PKN.
  1. Bagi Guru
a.       Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b.      Meningkatkan profesionalisme pembelajaran guru
c.       Memberi kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
  1. Bagi Sekolah
Pihak sekolah dengan sendirinya akan mengalami peningkatkan kualitas dengan ditandai oleh lulusan yang baik, kualitas dan variasi pembelajaran guru dan membaiknya motivasi siswa serta prestasi hasil belajar siswa pada pelajaran PKN  khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya.


Bab 2 - 3- 4- 5-lampiran menyusul.

atau klik pojok kanan atas "CARA MENDAPATKAN FILE" atau klik pojok kanan atas "DOWNLOAD".
pengin cepet.... hub. 081327121707 (sms only)