BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
tercermin dari kondisi lingkungan disekitar yang telah mengalami kerusakan alam
dan pencemaran lingkungan. Untuk lebih meningkatkan rasa kesadaran, tanggung
jawab serta kepedulian terhadap lingkungan, perlu ditanamkan pendidikan
lingkungan sejak dini, yaitu melalui pendidikan berbudaya lingkungan di Sekolah
Dasar. Gagasan pemerintah untuk menerapkan Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai
muatan lokal ditingkat SD hingga SMA merupakan salah satu usaha dalam
meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
Oleh sebab itu telah dilakukan penelitian deskriptif
yang terdiri dari 2 tahap yaitu analisa kurikulum dan, observasi lapangan untuk
memperoleh data yang meliputi model pembelajaran, media pembelajaran, kendala
pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup, dan fasilitas sekolah yang menunjang
pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
lingkungan hidup belum terlaksana secara maksimal karena beberapa permasakahan
yang dialami oleh para guru sekolah dasar. Agar pembelajaran lingkungan hidup
dapat terlaksana secara maksimal, maka sebagai tindak lanjut dilakukan kegiatan
sosialisasi dan lokakarya terhadap guru-guru sekolah dasar dalam meningkatkan proses
pembelajaran lingkungan hidup serta pemberdayaan sumber daya manusia.
Sebagai contoh, sebagian siswa SLTP dan SMU yang
menggemari petualangan melakukan kegiatan pendakian di berbagai gunung,
kemudian menorehkan identitas mereka di pohon-pohon dengan menggunakan pisau,
menyemprotkan cat (pilox) di bebatuan dan gua-gua; kemudian membawa pulang
beberapa tangkai edelwise sebagai persembangan kepada teman-teman
"dekat". Sebagian lagi memodifikasi knalpot sepeda motor yang
dikendarai sehingga terdengar raungan yang memekakkan telinga dan mengepulkan
asap yang memedihkan mata. Berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan
lingkungan semestinya dapat dikendalikan karena mereka telah memperoleh materi
lingkungan, yang terintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Di jenjang
sekolah dasar, materi lingkungan terintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPA
dan IPS; demikian juga di jenjang SLTP, materi lingkungan terintegrasi ke dalam
mata pelajaran IPA-Biologi, IPA-Fisika, IPA-Geografl, dan IPS-Ekonomi; sedangkan
di jenjang SMU, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran Biologi
dan Sosiologi.
Dalam era globalisasi sekarang ini negara mengalami
persaingan yang luar biasa dalam berbagai bidang. Antara lain dalam bidang
perniagaan, industri, ilmu pendidikan dan berbagai dimensi lain, baik
pembangunan fisik maupun pembangunan sepiritual. Dalam upaya menjawab tantangan
ini perkembangan sumber daya diproritaskan. Perkembangan sumber daya yang
diprioritasakan adalah perkembangan sumber daya manusia. Salah satu cara untuk
meningkatkan sumberdaya manusia dapat melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan besama-sama membangun bangsa. Disamping itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak hanya cukup tumbuh dan berkembang dengan dorongan insting saja, melainkan perlu bimbingan dan dorongan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia purna. Menurut undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal 1 menyatakan;
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, Masyarakat maupun bangsa dan negara, sebagai wujud perhatian negara Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat pembangunan bangsa akan menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan besama-sama membangun bangsa. Disamping itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak hanya cukup tumbuh dan berkembang dengan dorongan insting saja, melainkan perlu bimbingan dan dorongan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia purna. Menurut undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal 1 menyatakan;
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, Masyarakat maupun bangsa dan negara, sebagai wujud perhatian negara Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat pembangunan bangsa akan menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan
mutu pendidikan antara lain: peningkatan mutu para guru, pembaharuan kurikulum,
penambahan berbagai fasilitas belajar, dan sebagainya. Meskipun usaha-usaha
tersebut telah dilakukan tetapi masih banyak sekolah-sekolah yang menghasilkan
lulusan yang kurang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat,
orangtua, guru, dan siswa itu sendiri.
Menurut Ngalim Purwanto (1988: 148) lingkungan pendidikan atau lingkungan belajar dibedakan menjadi 3 golongan. antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkuangan masyarakat. Lingkungan belajar tersebut mendukung dan berperan besar dalam keberhasilan perestasi belajar anak didik. Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 81) Lingkungan keluarga terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor Orangtua, suasana rumah tangga atau keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Anak lahir dalam lingkungan keluarga dan dalam pemeliharaan Orangtua. Orangtua disini memikul tugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pengasuh bagi Anak-anaknya. Orangtua merupakan contoh terdekat bagi anaknya. Segala perbuatan yang dilakukan tanpa disadari akan ditiru anaknya, untuk itu sikap Orangtua yang bermasalah harus dihindari. Orangtua harus memperhatikan pendidikan, dan perkembangan belajar anaknya. Disamping itu hubungan Orangtua dengan anak sangat berpengaruh dalam kemajuan belajar anak. Yang dimaksud perhatian disini adalah kasih sayang yang penuh perhatian atau kebencian. Kasih sayang, perhatian atau penghargaan kepada anak akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak-anaknya.Suasana rumah adalah keadaan lingkungan fisik maupun nonfisik dalam rumah. Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik, anak akan terganggu konsenterasinya sehingga sulit untuk belajar.
Menurut Ngalim Purwanto (1988: 148) lingkungan pendidikan atau lingkungan belajar dibedakan menjadi 3 golongan. antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkuangan masyarakat. Lingkungan belajar tersebut mendukung dan berperan besar dalam keberhasilan perestasi belajar anak didik. Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 81) Lingkungan keluarga terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor Orangtua, suasana rumah tangga atau keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Anak lahir dalam lingkungan keluarga dan dalam pemeliharaan Orangtua. Orangtua disini memikul tugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pengasuh bagi Anak-anaknya. Orangtua merupakan contoh terdekat bagi anaknya. Segala perbuatan yang dilakukan tanpa disadari akan ditiru anaknya, untuk itu sikap Orangtua yang bermasalah harus dihindari. Orangtua harus memperhatikan pendidikan, dan perkembangan belajar anaknya. Disamping itu hubungan Orangtua dengan anak sangat berpengaruh dalam kemajuan belajar anak. Yang dimaksud perhatian disini adalah kasih sayang yang penuh perhatian atau kebencian. Kasih sayang, perhatian atau penghargaan kepada anak akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak-anaknya.Suasana rumah adalah keadaan lingkungan fisik maupun nonfisik dalam rumah. Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik, anak akan terganggu konsenterasinya sehingga sulit untuk belajar.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang
memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan bakat yang
dimilikinya. Dikatakan sebagai lembaga pendidikan formal karena diadakan di
sekolah atau tempat tertentu dan mempunyai jenjang mulai dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal itu sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab VI
pasal 14. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang bertujuan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang diperlukan untuk hidup dalam lingkungan masyarakat. Dan sekaligus
mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ketingkat menengah. Pendidikan
dasar ini diselengarakan selama 9 tahun, yang dilaksanakan 6 tahun di Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta 3
tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS)
atau bentuk lain yang sederajat.
Secara hakikat, hasil sebuah pembelajaran adalah
adanya perubahan perilaku. Berbagai fakta menunjukkan, berbagai perilaku siswa
yang mengarah pada perusakan lingkungan masih mudah ditemukan. Dengan kata
lain, kesadaran lingkungan siswa masih perlu ditingkatkan. Selain itu, permasalahan yang sering ditemukan di
sekolah adalah kurangnya persiapan Guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran
yang masih monoton. Dan dari data yang ada, hanya sekitar 30 % guru yang
memiliki kemampuan dalam pemberdayaan lingkungan sekolah, sehingga dampak dari
kegiatan proses belajar mengajar di kelas menjadi tidak menarik dan tidak memotivasi siswa. Permasalahan
tersebut timbul dikarenakan minimnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam pemberdayaan lingkungan sekolah sehingga
kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak dipersiapkan dan dirancang dengan
baik.
Melalui
PTS ini diharapkan guru-guru dapat lebih melatih diri dan meningkatkan
kemampuan dalam memberdayakan lingkungan sekolah dengan maksimal sehingga secara
otomatis jika proses pembelajaran dapat dirancang dengan baik, maka akan
menciptakan suasana kelas yang kondusif dan dapat dengan mudah mencapai tujuan
pembelajaran dengan mudah dan menyenangkan.
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
- Guru belum maksimal dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar;
- Kurangnya supervisi kepala sekolah terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
- Rendahnya motivasi dan kreatifitas guru dalam melaksanakan tugas mengajar;
C. Pembatasan
Masalah
Dari masalah-masalah
yang telah teridentifikasi seperti disebutkan di atas, maka masalah penelitian
dibatasi pada masalah kurangnya kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah
yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut: “Apakah dengan pelaksanaan
supervisi dapat meningkatkan kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar?”
E. Tujuan
Penelitian
Penelitian
tindakan sekolah ini bertujuan untuk:
(1)
Meningkatkan
kemampuan guru IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar;
(2)
Meningkatkan
motivasi, inovasi dan kreatifitas guru melaksanakan tugas mengajar;
(3)
Meningkatkan
semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
F.
Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini diharapkan dapat
memberi manfaat bagi kepala sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan
motivasi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga menjadi lebih
profesional, meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran, dan pada akhirnya
meningkatkan kinerja dan mutu sekolah secara keseluruhan.
Di samping itu langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun dan menggunakan pemberdayaan lingkungan sekolah
dapat menjadi acuan dalam menyeselaikan masalah yang sama bagi peneliti lain.
G. Definisi Istilah
1. Lingkungan
Sekolah sebagai sumber belajar
Keadaan-keadaan di sekolah yang dapat digunakan
sebagai sarana pembelajaran.
2. Supervisi
Serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan
pembelajaran.
3. Kemampuan
Adalah apasitas seorang individu untuk
melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan
4. Guru
Guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik.
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih