Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Saturday, 26 October 2013

PTS : ILMU KEPADA AN UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA PUSTAKAWAN DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA DI SD NEGERI ................ KECAMATAN ................ KABUPATEN .................




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan dan menyegarkan. Perpustakaan memberi kontribusi penting bagi terbukanya informasi tentang ilmu pengetahuan. Sedangkan perpustakaan merupakan jantung bagi kehidupan aktifitas akademik, karena dengan adanya perpustakaan dapat diperoleh data atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, perpustakaan harus menjadi sarana aktif/interaktif dan menjadi tempat dihasilkannya berbagai hal baru.
Untuk mewujudkan kondisi perpustakaan sesuai dengan fungsi dan peranannya maka perpustakaan harus dirubah sistem operasionalnya dari perpustakaan manual/tradisional menjadi perpustakaan yang berbasis pada teknologi informasi dan komunikasi (Perpustakaan digital). Dengan menerapkan teknologi informasi dan komunikasi diharapkan setiap perpustakaan secara bertahap dapat mengejar ketinggalannya dari perpustakaan-perpustakaan yang lebih maju dan lebih modern serta dapat mengoptimalkan fungsi perpustakaan bagi masyarakat. Selain hal tersebut diperlukan suatu manajemen pengelolaan yang sesuai dengan standar internasional dalam mengelola perpustakaan. Karena tanpa manajemen yang baik pekerjaan tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dasar pengembangan sebuah perpustakaan harus dilakukan berdasarkan kebijakan dari lembaga penaung, kecuali jika perpustakaan tersebut bersifat independen. Dasar utama yang harus menjadi landasan adalah visi dan misi lembaga. Perpustakaan harus berperan mendukung tercapainya visi dan misi ini. Ada anggapan yang salah yaitu menganggap perpustakaan sekolah hanya diperuntukkan bagi siswa saja, yang sebenarnya perpustakaan sekolah diperuntukkan bagi seluruh arga sekolah atau stakeholder. Berbagai upaya reformasi di bidang pendidikan oleh pemerintah baik pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi pendidik, profesional tenaga kependidikan dan pengembangan sarana prasarana, pada akhirnya bertujuan  meningkatkan mutu pendidikan.
Rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan dan satuan pendidikan adalah merupakan permasalahan yang dihadapi pemerintah dewasa ini. Dalam hal ini pemerintah telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan, misalnya dengan mengganti Kurikulum 1994 dengan Kurikulum 2006 atau lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan KTS- nya (Kurikulu Tingkat Satuan Pendidikan). Salah satu faktor penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah penyelenggaraan pendidikan dengan menggunakan pendekatan education production function  (input-output analysis tidak dilaksanakan dengan konsekuen).
Pendekatan ini beranggapan mutu pendidikan akan mengungkap secara otomatis apabila input (masukan) seperti pendidik, tenaga kependidikan, buku, media pembelajaran dan sarana prasarana pendidikan dipenuhi. Dalam, kenyataannya peningkatan mutu pendidikan tidak seperti yang diharapkan. Permasalahannya pendekatan education production function kurang memperhatikan proses pendidikan, tetapi hanya beranggapan lembaga pendidikan hanya berfungsi sebagai pusat produksi.
Berdasarkan pengamatan peneliti di SD Negeri ................, permasalahan yang dihadapi dalam rangka peningkatan minat baca siswa di perpustakaan sekolah adalah rendahnya kemampuan tenaga pustakawan dalam mengelola perpustakaan secara profesional. Untuk mengatasi keadaan tersebut, maka kepala sekolah selaku pemegang manajemen di sekolah memutuskan untuk mengadakan penelitian tindakan sekolah sebagai upaya peningkatan kemampuan tenaga pustakawan dalam meningkatkan minat baca siswa di SD Negeri ................ Kecamatan ................ Kabupaten .................
[

B.     Identifikasi  Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diperoleh suatu pengamatan dan analisis mengenai apa yang menyebabkan kekurangmampuan tenaga perpustakaan sehingga muncul identifikasi masalah diantaranya sebagai berikut :
1.   Kurangnya pengetahuan tenaga pustakawan dalam mengelola perpustakaan di SD Negeri .................
2.   Kurangnya fasilitas pendukung sarana perpustakaan yang ada sehingga kinerja tenaga pustakawan dalam mengelola perpustakaan kurang maksimal.
3.   Tidak adanya pelatihan-pelatihan tenaga pustakawan yang diadakan khusus dan rutin setiap bulannya.

C.    Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi permasalahan di atas penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti oleh penulis yaitu upaya meningkatkan tenaga pustakawan terhadap minat baca siswa di kelas V SDN ................ dengan pelaksanaan pembinaan kepala sekolah..

D.    Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada fenomena yang ada berdasarkan judul, latar belakang serta identifikasi masalah di atas maka fokus masalah penulis adalah Bagaimana meningkatan kemampuan tenaga pustakawan terhadap minat baca siswa di kelas V SDN ..................Kecamatan ................ Kabupaten ................ Tahun Pelajaran ................?

E.     Tujuan Penelitian
Sesuai fokus masalah yang telah dikemukakan tadi, maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tugas dan fungsi tenaga perpustakaan dan tanggung jawabnya dalam mengelola perpustakaan dan meningkatkan minat baca siswa melalui pembinaan kepala sekolah.

F.     Manfaat Penelitian
1.   Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatan kemampuan tenaga pustakawan  SDN ................ Kecamatan ................ Kabupaten .................
2.   Manfaat Praktis
a.   Bagi Peneliti
Menambah dan memperluas pengetahuan tentang proses pembinaan kepala sekolah terhadap tenaga pustakawan.
b.   Bagi Tenaga Pustakana
Mengembangkan wawasan, masukan dan sumbangan pemikiran kepada pihak sekolah tentang cara-cara meningkatkan minat baca siswa sehingga dapat dilaksanakan dan dikembangkan demi peningkatan mutu di SD Negeri Bantrmangu 04 Kecamatan ................ Kabupaten .................

G.    Definisi Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalahan menafsirkan judul, perlu memberikan penjelasan terhadap istilah yang dipakai dalam judul ini yaitu :
1.   Upaya
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia, upaya adalah usaha atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud. Upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan.
2.   Meningkatkan
Meningkatkan adalah suatu usaha menaikkan derajat atau taraf mempertinggi. (Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, 2003: 1198). Dapat pula diartikan sebagai usaha perubahan atau pengembangan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar pengertian meningkatkan merupakan perkembangan pada diri siswa dari tidak tahu menjadi tahu di dalam menguasai ilmu pengetahuan tertentu


3.   Kemampuan
   Kemampuan yang dimaksud adalah gambaran hakikat kualitatif dari perilaku seseorang dalam memecahkan masalah  dan upaya untuk melakukan tindakan dalam mengidentifikasi berbagai faktor yang akan berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan yang akan dicapai (KKKBI : 21)
4.   Tenaga Pustakawan
Seseorang yang ditunjuk khusus untuk mengelola perpustakaan yang dipercayakan kepadanya.












PTS : PELAKSANAAN SUPERVISI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU KELAS IV, V DAN VI DALAM MEMBERDAYAKAN LINGKUNGAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR?



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan tercermin dari kondisi lingkungan disekitar yang telah mengalami kerusakan alam dan pencemaran lingkungan. Untuk lebih meningkatkan rasa kesadaran, tanggung jawab serta kepedulian terhadap lingkungan, perlu ditanamkan pendidikan lingkungan sejak dini, yaitu melalui pendidikan berbudaya lingkungan di Sekolah Dasar. Gagasan pemerintah untuk menerapkan Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai muatan lokal ditingkat SD hingga SMA merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
Oleh sebab itu telah dilakukan penelitian deskriptif yang terdiri dari 2 tahap yaitu analisa kurikulum dan, observasi lapangan untuk memperoleh data yang meliputi model pembelajaran, media pembelajaran, kendala pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup, dan fasilitas sekolah yang menunjang pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup belum terlaksana secara maksimal karena beberapa permasakahan yang dialami oleh para guru sekolah dasar. Agar pembelajaran lingkungan hidup dapat terlaksana secara maksimal, maka sebagai tindak lanjut dilakukan kegiatan sosialisasi dan lokakarya terhadap guru-guru sekolah dasar dalam meningkatkan proses pembelajaran lingkungan hidup serta pemberdayaan sumber daya manusia.
Sebagai contoh, sebagian siswa SLTP dan SMU yang menggemari petualangan melakukan kegiatan pendakian di berbagai gunung, kemudian menorehkan identitas mereka di pohon-pohon dengan menggunakan pisau, menyemprotkan cat (pilox) di bebatuan dan gua-gua; kemudian membawa pulang beberapa tangkai edelwise sebagai persembangan kepada teman-teman "dekat". Sebagian lagi memodifikasi knalpot sepeda motor yang dikendarai sehingga terdengar raungan yang memekakkan telinga dan mengepulkan asap yang memedihkan mata. Berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan semestinya dapat dikendalikan karena mereka telah memperoleh materi lingkungan, yang terintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Di jenjang sekolah dasar, materi lingkungan terintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPA dan IPS; demikian juga di jenjang SLTP, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran IPA-Biologi, IPA-Fisika, IPA-Geografl, dan IPS-Ekonomi; sedangkan di jenjang SMU, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran Biologi dan Sosiologi.
Dalam era globalisasi sekarang ini negara mengalami persaingan yang luar biasa dalam berbagai bidang. Antara lain dalam bidang perniagaan, industri, ilmu pendidikan dan berbagai dimensi lain, baik pembangunan fisik maupun pembangunan sepiritual. Dalam upaya menjawab tantangan ini perkembangan sumber daya diproritaskan. Perkembangan sumber daya yang diprioritasakan adalah perkembangan sumber daya manusia. Salah satu cara untuk meningkatkan sumberdaya manusia dapat melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan besama-sama membangun bangsa. Disamping itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia muda tidak hanya cukup tumbuh dan berkembang dengan dorongan insting saja, melainkan perlu bimbingan dan dorongan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia purna. Menurut undang- undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal 1 menyatakan;
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, Masyarakat maupun bangsa dan negara, sebagai wujud perhatian negara Republik Indonesia, maka pemerintah berusaha meningkatkan mutu pendidikan sekarang ini. Peningkatan mutu pendidikan senantiasa disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat pembangunan bangsa akan menjadi lebih baik dan mampu bersaing dengan negara-negara lain.
Usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan antara lain: peningkatan mutu para guru, pembaharuan kurikulum, penambahan berbagai fasilitas belajar, dan sebagainya. Meskipun usaha-usaha tersebut telah dilakukan tetapi masih banyak sekolah-sekolah yang menghasilkan lulusan yang kurang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat, orangtua, guru, dan siswa itu sendiri.
Menurut Ngalim Purwanto (1988: 148) lingkungan pendidikan atau lingkungan belajar dibedakan menjadi 3 golongan. antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkuangan masyarakat. Lingkungan belajar tersebut mendukung dan berperan besar dalam keberhasilan perestasi belajar anak didik. Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama, tetapi juga dapat menjadi faktor kesulitan belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991: 81) Lingkungan keluarga terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor Orangtua, suasana rumah tangga atau keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga. Anak lahir dalam lingkungan keluarga dan dalam pemeliharaan Orangtua. Orangtua disini memikul tugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, maupun sebagai guru dan pengasuh bagi Anak-anaknya. Orangtua merupakan contoh terdekat bagi anaknya. Segala perbuatan yang dilakukan tanpa disadari akan ditiru anaknya, untuk itu sikap Orangtua yang bermasalah harus dihindari. Orangtua harus memperhatikan pendidikan, dan perkembangan belajar anaknya. Disamping itu hubungan Orangtua dengan anak sangat berpengaruh dalam kemajuan belajar anak. Yang dimaksud perhatian disini adalah kasih sayang yang penuh perhatian atau kebencian. Kasih sayang, perhatian atau penghargaan kepada anak akan menimbulkan mental yang sehat bagi anak-anaknya.Suasana rumah adalah keadaan lingkungan fisik maupun nonfisik dalam rumah. Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin anak akan dapat belajar dengan baik, anak akan terganggu konsenterasinya sehingga sulit untuk belajar.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya. Dikatakan sebagai lembaga pendidikan formal karena diadakan di sekolah atau tempat tertentu dan mempunyai jenjang mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab VI pasal 14. Pendidikan dasar merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam lingkungan masyarakat. Dan sekaligus mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ketingkat menengah. Pendidikan dasar ini diselengarakan selama 9 tahun, yang dilaksanakan 6 tahun di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiah (MI) atau bentuk lain yang sederajat, serta 3 tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat.
Secara hakikat, hasil sebuah pembelajaran adalah adanya perubahan perilaku. Berbagai fakta menunjukkan, berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan masih mudah ditemukan. Dengan kata lain, kesadaran lingkungan siswa masih perlu ditingkatkan. Selain itu, permasalahan yang sering ditemukan di sekolah adalah kurangnya persiapan Guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang masih monoton. Dan dari data yang ada, hanya sekitar 30 % guru yang memiliki kemampuan dalam pemberdayaan lingkungan sekolah, sehingga dampak dari kegiatan proses belajar mengajar di kelas menjadi tidak  menarik dan tidak memotivasi siswa. Permasalahan tersebut timbul dikarenakan minimnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam  pemberdayaan lingkungan sekolah sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak dipersiapkan dan dirancang dengan baik.
Melalui PTS ini diharapkan guru-guru dapat lebih melatih diri dan meningkatkan kemampuan dalam memberdayakan lingkungan sekolah dengan maksimal sehingga secara otomatis jika proses pembelajaran dapat dirancang dengan baik, maka akan menciptakan suasana kelas yang kondusif dan dapat dengan mudah mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah dan menyenangkan.

B.   Identifikasi Masalah
         Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
  1. Guru belum maksimal dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar;
  2. Kurangnya supervisi kepala sekolah terhadap pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
  3. Rendahnya motivasi dan kreatifitas guru dalam melaksanakan tugas mengajar;

C. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah teridentifikasi seperti disebutkan di atas, maka masalah penelitian dibatasi pada masalah kurangnya kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:  “Apakah dengan pelaksanaan supervisi dapat meningkatkan kemampuan guru kelas IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar?”

E.   Tujuan Penelitian
            Penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk:
(1)        Meningkatkan kemampuan guru IV, V dan VI dalam memberdayakan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar;
(2)        Meningkatkan motivasi, inovasi dan kreatifitas guru melaksanakan tugas mengajar;
(3)        Meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

F.   Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan sekolah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi kepala sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga menjadi lebih profesional, meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja dan mutu sekolah secara keseluruhan.
Di samping itu langkah-langkah yang tepat dalam meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan menggunakan pemberdayaan lingkungan sekolah dapat menjadi acuan dalam menyeselaikan masalah yang sama bagi peneliti lain.

G.  Definisi Istilah
1.   Lingkungan Sekolah sebagai sumber belajar
Keadaan-keadaan di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran.
2.   Supervisi
Serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
3.   Kemampuan
Adalah apasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan
4.   Guru
Guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

Thursday, 24 October 2013

PTS : ENINGKATAN KEMAMPUAN GURU KELAS VI DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PERMAINAN DI SD NEGERI ..................... 03 KECAMATAN ..................... KABUPATEN ..................... TAHUN PELAJARAN .....................



PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU KELAS VI DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE PERMAINAN
DI SD NEGERI ..................... 03
KECAMATAN .....................  KABUPATEN .....................
TAHUN PELAJARAN .....................


BAB  I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/ karakter seorang siswa. Pendidikan yang baik akan membentuk mental atau karakter siswa yang lurus dan terarah. Pembinaan mental yang baik pada akhirnya akan bermuara pada kebaikan di kehidupan yang akan datang. Kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan persoalan-persoalan yang rumit. Dengan berbekal pendidikan yang baik, maka siswa akan mempunyai mental/ karakter yang kuat, dan mempunyai pengetahuan yang luas. Pengetahuan yang luas bisa diperoleh dari bangku sekolah. Di sekolah anak-anak akan memperoleh ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru-guru mereka. Dalam pembelajaran guru dan peserta didik sering dihadapkan pada berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan mata pelajaran maupun yang menyangkut hubungan social.
Pemecahan masalah pembelajaran dapat dilakukan melalui berbagai cara, melalui diskusi kelas, tanya jawab antara guru dan peserta didik, penemuan dan inkuiri. Guru yang kreatif senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada cara tertentu yang monoton, melainkan memilih variasi lain yang sesuai.
Bermain peran merupakan salah satu alternative yang dapat ditempuh. Hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa bermain peran merupakan salah satu model yang dapat digunakan secara efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini, bermain peran (role playing) diarahkan pada pemecahan masalah yang menyangkut hubungan antar manusia, terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Manusia merupakan makhluk social dan individual, yang dalam hidupnya senantiasa berhadapan dengan manusia lain atau situasi di sekelilingnya. Mereka berinteraksi, berinterdepedensi dan pengaruh mempengaruhi. Sebagai individu manusia memiliki pola yang unik dalam berhubungan dengan manusia lain. Ia memiliki rasa senang, tidak senang, percaya, curiga, dan ragu terhadap orang lain. Namun perasaan tersebut diarahkan juga pada dirinya. Perasaan dan sikap terhadap orang lain dan dirinya itu mempengaruhi pola respon individu terhadap individu lain atau situasi di luar dirinya. Karena senang dan penasaran ia cenderung mendekat. Karena tidak senang dan curiga ia cenderung menjauh. Manipestasi tersebut disebut peran.
Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan dan tindakan, sebagai suatu pola hubungan unik yang ditunjukkan oleh individu terhadap individu lain. Peran yang dimainkan individu dalam hidupnya dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap dirinya dan terhadap orang lain. Oleh sebab itu, untuk dapat berperan dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap peran pribadi dan orang lain. Pemahaman tersebut tidak terbatas pada tindakan, tetapi pada factor penentunya, yakni perasaan, persepsi dan sikap. Bermain peran berusaha membantu individu untuk memahami perannya sendiri dan peran yang dimainkan orang lain sambil mengerti perasaan, sikap dan nilai yang mendasarinya. Bermain peran dalam pembelajaran merupakan usaha untuk memecahkan masalah melalui peragaan, serta langkah-langkah identifikasi masalah, analisis, pemeranan, dan diskusi. Untuk kepentingan tersebut, sejumlah peserta didik bertindak sebagai pemeran dan yang lainnya sebagai pengamat. Seorang pemeran harus mampu menghayati peran yang dimainkannya. Melalui peran, peserta didik berinteraksi dengan orang lain yang juga membawakan peran tertentu sesuai dengan tema yang dipilih. Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan.
Pada pembelajaran bermain peran, pemeranan tidak dilakukan secara tuntas sampai masalah dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan untuk mengundang rasa kepenasaran peserta didik yang menjadi pengamat agar turut aktif mendiskusikan dan mencari jalan ke luar. Dengan demikian, diskusi setelah bermain peran akan berlangsung hidup dan menggairahkan peserta didik. Hakekat pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran dalam pembelajaran, diharapkan para peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaannya; (2) memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya; (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi; dan (4) mengeksplorasi inti permasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.
Pembelajaran partisipatif memiliki prinsip tersendiri dalam kegiatan belajar dan kegiatan pembelajaran. Prinsip dalam kegiatan belajar adalah bahwa peserta didik memiliki kebutuhan belajar, memahami teknik belajar, dan berperilaku belajar. Prinsip dalam kegiatan membelajarkan bahwa pendidik menguasai metode dan teknik pembelajaran, memaham materi atau bahan belajar yang cocok dengan kebutuhan belajar, dan berperilaku membelajarkan peserta didik. Prinsip-prinsip tersebut dijabarkan dalam langkah operasional kegiatan pembelajaran, sebagai wujud interaksi dukasi antara pendidik dengan peserta didik dan/atau antar peserta didik. Pendidik berperan untuk memotivasi, menunjukkan, dan membimbing peserta didik supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar. Seangkan peserta didik berperan untuk mempelajari, mempelajari kembali, memecahkan masalah guna meningkatkan taraf hidup dengan berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya.
Penerapan pembelajaran partisipatif mensyaratkan tersedianya berbagai metode dan teknik pembelajaran yang cocok untuk itu. Metode pembelajaran adalah kegiatan atau cara umum penggolongan peserta didik, sedangkan teknik pembelajaran adalah langkah atau cara khusus yang digunakan pendidik dalam masing-masing metode pembelajaran. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif ternyata bermacam ragam, yang dapat digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu metode pembelajaran perorangan (individual methods), metode pembelajaran kelompok (group methods), dan metode pembelajaran missal atau pembangunan masyarakat (community methods) (Verne dan Knowles, 1977:13). Teknik-teknik pembelajaran partisipatif, berdasarkan pengelompokan metode, beraneka ragam pula. Dalam metode pembelajaran perorangan dikenal teknik pembelajaran yaitu tutorial, bimbingan perorangan, pembelajaran individual, magang, sorogan. Dalam metode pembelajaran kelompok terdapat teknik diskusi, demontrasi, simulasi, kerja kelompok, situasi hiptetis, pemecaham masalah kritis, bermain peran dan sebagainya. Ke dalam metode pembelajaran masal atau pembangunan masyarakat, termasuk teknik kontak social, ‘’paksaan sosial’’ (social pressure), demontrasi proses dan/atau demontrasi hasil, aksi partisipasi. Teknik-teknik pembelajaran dalam setiap metode itu tidak dapat dipisahkan secara mutlak, karena suatu teknik dapat pula digunakan dalam metode yang berbeda, seperti metode demonstrasi yang digunakan dalam metode pembelajaran kelompok dapat digunakan pula dalam metode pembelajaran missal/pembangunan masyarakat atau dalam metode pembelajaran perorangan.
Dalam bermain drama, memerlukan cara/ strategi untuk mengajarkan. Strategi yang cocok untuk meningkatkan keterampilan bermain drama adalah strategi bermain peran (role playing).Pada pelaksanaan studi awal pembelajaran mata pelajaran PKn di seluruh kelas menunjukkan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan. Dari enam kelas yang mengikuti tes formatif  menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran PKn yang memperoleh rata-rata paling rendah yaitu kelas VI, sehingga fokus pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini ditetapkan pada kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan ..................... Kabupaten ..................... Tahun Pelajaran ......................

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian sebagaimana latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut adalah penggunaan model pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan proses pembelajaran belum tepat.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah yang ada, refleksi diri dan studi literatur peneliti membatasi  masalah  yang akan dibahas pada pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini yaitu penggunaan metode bermain peran  oleh guru  dalam upaya peningkatan hasil belajar mata pelajaran PKN di Kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan ..................... Kabupaten ..................... Tahun Pelajaran ......................

D. Rumusan  Masalah
Dari penjelasan pada latar belakang masalah  dan melalui refleksi diri serta diskusi dengan teman sejawat, dapat disimpulkan rumusan masalahnya, yaitu  apakah penggunaan metode bermain peran oleh guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa  kelas VI SDN Cibalung 02 Kecamatan ..................... Kabupaten ..................... pada pembelajaran PKN?


E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari  pelaksanaan penelitian tindakan sekolah  ini adalah :
1.      Untuk mengetahui dampak penggunaan metode bermain peran pada pembelajaran PKN di kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan ..................... Kabupaten ..................... Tahun Pelajaran ......................
2.      Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode bermain peran pada pembelajaran PKN di kelas VI SD Negeri Cibalung 02 Kecamatan ..................... Kabupaten ..................... Tahun Pelajaran ......................

F.   Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas  ini adalah :

  1. Bagi Siswa
a.       Meningkatkan hasil belajar siswa
b.      Meningkatkan minat belajar siswa
c.       Melalui pembelajaran aktif, menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan memudahkan siswa memahami dan mencapai kompetensi pembelajaran PKN.
  1. Bagi Guru
a.       Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.
b.      Meningkatkan profesionalisme pembelajaran guru
c.       Memberi kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri.
  1. Bagi Sekolah
Pihak sekolah dengan sendirinya akan mengalami peningkatkan kualitas dengan ditandai oleh lulusan yang baik, kualitas dan variasi pembelajaran guru dan membaiknya motivasi siswa serta prestasi hasil belajar siswa pada pelajaran PKN  khususnya dan mata pelajaran lain pada umumnya.


Bab 2 - 3- 4- 5-lampiran menyusul.

atau klik pojok kanan atas "CARA MENDAPATKAN FILE" atau klik pojok kanan atas "DOWNLOAD".
pengin cepet.... hub. 081327121707 (sms only)


PTS : MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SD NEGERI ………………. MELALUI PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)



MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SD NEGERI ………………. MELALUI PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Maju mundurnya ataupun baik buruknya dunia pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai tenaga pengajar. Hal ini dikuatkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mendefinisikan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Hal tersebut bertujuan untuk mengatur kedudukan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai tenaga profesional disini mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidikan sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Dan yang lebih utama lagi adalah guru harus memperoleh penghasilan di atas kebutuhan minimum sehingga memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.
Selain sebagai tenaga pengajar, guru juga berperan sebagai agen pembelajaran (learning agent). Maksud dari agen pembelajaran adalah guru tidak hanya berperan sebagai tenaga pengajar saja, tetapi guru juga harus bisa berperan sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik. Sehingga guru benar-benar menjadi seseorang yang dapat digugu dan ditiru.
Pengakuan dari pemerintah tersebut setidaknya dapat menjadi satu motivasi bagi guru untuk bekerja lebih giat dengan menunjukkan kinerja yang lebih baik demi mempertanggungjawabkan kedudukannya sebagai tenaga profesional. Seperti tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk: (a) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Guru yang profesional diharapkan dapat mengantar siswa mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga siswa mempunyai kompetensi dan mampu bersaing. Oleh karena itu, hal tersebut perlu menjadi  perhatian dan pemikiran pemerintah, masyarakat dan sekolah (guru) untuk bersama-sama menetapkan strategi dan konstribusi optimal terhadap pengembangan profesionalisme guru.  Selain itu,  hal yang penting adalah dibentuknya segera kesadaran bersama bahwa : (1) peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan bangsa dan (2) pemerataan daya tampung pendidikan harus disertai pemerataan mutu pendidikan, sehingga mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat.           
Kondisi di SD Negeri ..................... 04 saat sekarang aktivitas guru dalam pembelajaran lebih mendominasi, bahkan selama belajar pembelajaran guru cenderung tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut aktif.  Guru terjebak pada metode mengajar ceramah yang monoton, statis, tanpa menggunakan metode variasi yang lainnya. Hal ini berarti merupakan kendala atau hambatan yang dihadapi oleh guru. Akibatnya aktivitas dan perkembangan potensi siswa dalam pembelajaran rendah dan tidak mencapai secara optimal. Agar pembelajaran bisa mencapai tujuan secara optimal, maka guru berupaya dalam peningkatan kualitas pendidikan dimulai dari peran guru sebagai nahkoda dan yang akan menghantarkan siswa ke tempat tujuan. Melalui kegiatan belajar, pembelajaran seorang guru perlu memilih strategi pembelajaran yang menarik.
Mutu pendidikan yang rendah kadang-kadang ditimpakan kepada siswa dengan berbagai alasan misalnya motivasi siswa rendah, input sekolah rendah, fasilitas tidak memadai dan kurang adanya dana. Jika fenomena ini di cermati, maka permasalahan-permasalahan yang muncul tersebut disebabkan oleh kemampuan guru dalam pembelajaran. Pembelajaran  selama  ini belum baik dan   menyenangkan.  Guru belum memberdayakan semua potensi dalam kelas untuk mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.  Guru mengajar belum dengan penuh motivasi yang tinggi.  Guru mengajar belum mengoptimalkan interaksi guru-siswa di kelas. Siswa dalam kegiatan belajar belum menggunakan berbagai sumber belajar. Siswa dalam belajar belum menggunakan  buku ajar. Guru mengajar belum menggunakan media pembelajaran yang tepat dan sesuai karakteristik pokok bahasan. Guru dalam mengajar belum mempunyai strategi dan panduan pembelajaran. Guru belum mengimplementasikan teknik mengajar yang tepat.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang bermutu, para guru dituntut supaya memiliki kemampuan profesional yang memadai agar dapat melaksanakan pembelajaran secara komunikatif dan terpadu, mengingat hasil belajar yang bermutu sangat ditentukan oleh proses pembelajaran. Menurut Sudjarwo (2003) bahwa, mutu pembelajaran bergantung pada tiga unsur yaitu: (1) tingkat partisipasi siswa dan jenis kegiatan pembelajaran; (2) peran guru dalam pembelajaran dengan metode dan teknik-teknik yang bervariasi; dan (3) pengorganisasian kelas.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru saat ini dalam menyampaikan mata pelajaran masih menggunakan strategi penyampaian dengan komunikasi satu arah. Karena itu guru cenderung aktif dan siswa cenderung pasif. Disamping itu, strategi penyampaian yang digunakan cenderung verbal (hanya dengan kata-kata). Guru jarang menggunakan strategi penyampaian yang menekankan pada aktivitas siswa. Kondisi tersebut memerlukan perhatian yang serius, dan akan membawa implikasi usaha peningkatan kemampuan guru khususnya dalam merencanakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Sejalan dengan itu, berdasarkan analisis konseptual dan pembelajaran di SD Negeri ..................... 04, pembelajaran masih kurang mengembangkan potensi siswa dan masih belum banyak guru menyampaikan mata pelajaran menggunakan model pembelajaran tertentu sehingga proses pembelajaran kurang variatif dan masih bersifat transfer informasi.
Fenomena rendahnya mutu prestasi belajar siswa dan layanan pembelajaran yang belum mengoptimalkan kemampuan siswa itu merupakan tantangan yang perlu dihadapi. Mutu proses pembelajaran dan hasil belajar siswa akan dapat distimulasi dan dicapai jika guru dapat membangkitkan motivasi belajar, minat atau perhatian, keaktifan, dan kemandirian siswa. Materi pelajaran akan lebih menarik jika dikaitkan dengan kehidupan siswa sehari-hari serta pada kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat menjawab fenomena tersebut.
Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas maka perlu adanya metode pebelajaran yang menarik bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya melalui pembelajaran. Adapun salah satu cara untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa yakni dengan peningkatan mutu pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut serta mencermati pentingnya kompotensi guru di SD Negeri ..................... 04, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
  1. Kecenderungan guru yang mengajar di SD Negeri ..................... 04 tidak bekerja dengan sepenuh hati, mereka sering menunjukkan sikap yang tidak professional
  2. Guru kurang empati terhadap profesinya sebagai guru, tidak peduli dengan prestasi kerja, apalagi peduli terhadap hasil belajar siswa.
  3. Pemahaman guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang aktual seperti pendekatan kontekstual masih kurang.
  4. Proses pembelajaran yang dilaksanakan cenderung kurang memperhatikan pengalaman peserta didik.
  5. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum memberikan ruang kepada peserta didik untuk meningkatkan kreativitasnya.
  6. Guru kurang dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bermakna, hal ini mengakibatkan peserta didik tidak serius dalam mengikuti proses belajar mengajar.

C.    Pembatasan masalah
Dari beberapa identifikasi yang telah diuraikan tersebut, maka yang akan diteliti adalah masalah yang berkaitan dengan peningkatan kompotensi guru. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan peningkatan melalaui pengetahuan guru tentang metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk mencapai pembelajaran secara optimal. Dalam penelitian ini yang akan menjadi pelaku dari penelitian adalah guru SD Negeri ..................... 04 sedang peneliti sebagai kolaborator.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan yang muncul, penelitian merumuskan sebagai berikut :”Apakah dengan peningkatan pengetahuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan kompotensi guru SD Negeri ..................... 04?”

E.     Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah yang ditentunkan diatas yaitu untuk meningkatkan kompotensi guru, maka akan  dilakukan pendampingan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada guru.


F.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah peningkatan pengetahuan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), dapat  meningkatkan kompetensi guru-guru SD Negeri ..................... 04.

G.    Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan sekolah ini diharapkan akan bermanfaat bagi pengembangan dan peningkatan kompotensi guru bagi :
1.      Guru
Guru lebih kompetensi, sehingga           penyampaian materi  menjadi efektif dan lebih menarik karena menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL). Di samping itu model pembelajaran menjadi efektif tidak monoton dan didukung oleh media pembelajaran yang dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru untuk mengetahui masalah-masalah yang mungkin dan akan dihadapinya.
2.      Sekolah
   Menambah nilai plus dalam beraktivitas dan berkreativitasnya para guru melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran agar proses kegiatan belajar pembelajaran lebih meningkat.         Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah terkait untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan kinerja guru sebagai tenaga profesional.
3.      Bagi Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan kompetensi guru, khususnya pada guru yang mengajar di SD Negeri ..................... 04.


Bab 2 - 3- 4- 5-lampiran menyusul.

atau klik pojok kanan atas "CARA MENDAPATKAN FILE" atau klik pojok kanan atas "DOWNLOAD".
pengin cepet.... hub. 081327121707 (sms only)