Lencana Facebook

banner image

Monday 16 June 2014

CONTOH PTS LENGKAP




PENELITIAN  TINDAKAN SEKOLAH MELALUI  KEGIATAN PELATIHAN   SEBAGAI UPAYA   MENINGKATKAN     KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH  DALAM MENYUSUN   RENCANA PELAKSNAAN  PEMBELAJARAN (RPP) MATA PELAJARAN PKN DI GUGUS BINA ......................... KECAMATAN ..................
KABUPATEN .............................



BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian penting dalam mewujudkan salah satu cita-cita luhur bangsa Indonesia yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat ditingkatkan yang selanjutnya akan memberikan dukungan bagi pelaksanaan pembangunan. Pendidikan sebagai salah satu penentu mutu Sumber Daya Manusia dimana dewasa ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan alam, melainkan pada keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Mutu pendidikan sering diindikasikan dengan kondisi yang baik, memenuhi syarat, dan segala komponen yang harus terdapat dalam pendidikan, komponen-komponen tersebut adalah masukan, proses, keluaran, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana serta biaya.
Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia melalui pendidikan formal, berbagai upaya telah dan terus dilakukan secara berkesinambungan . Salah satu upaya yang dilakukan adalah pengembangan karir guru di lingkungan pendidikan dasar dan menengah. Dengan demikian seorang guru akan dapat dipromosikan sebagai kepala sekolah setelah melalui proses seleksi dan ketentuan lainnya. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan yang sangat penting karena kepala sekolah berhubungan langsung dengan pelaksanaan program pendidikan di sekolah. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
Namun banyak faktor penghambat tercapainya kualitas keprofesionalan kepemimpinan kepala sekolah seperti proses pengangkatannya tidak trasnparan, rendahnya mental kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan seringnya datang terlambat, wawasan kepala sekolah yang masih sempit , serta banyak faktor penghambat lainnya yang menghambat tumbuhnya kepala sekolah yang professional untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Ini mengimplikasikan rendahnya kinerja kepala sekolah yang berimplikasi juga pada mutu (input, proses, dan output)
Mengingat pentingnya pengusaan Administrasi  pendidikan     oleh  seorang guru. Administrasi Pendidikan meliputi Program Tahunan (PT), Program      Semester ( PS),  Rencana     Pelaksanan    Pembelajaran  (RPP),    Program    ujian Harian, Program ujian Semester, Analisis   Soal,   Analisis   hasil   ulangan  harian  maupun  semester, Program Remedial, Teknis Penilaian,Teknis , Teknis Penilaian dan sebagainya.
Sesuai dengan amanat yang tersurat maupun yang tersirat dalam salah satu  Standar Nasional Pendidikan yaitu   tepatnya  Permendiknas Nomor : 41 Tentang  Standar Proses,   Maka  Rencana   Pelaksanaan   Pembelajaran ( RPP) mutlak  harus dikuasai    oleh guru. Administrasi   pendidikan tersebut adalah Rencana  Pelaksanaan   Pembelajaran ( RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP) semua   Mata   Pelajaran  kemudian  didokumentasikan dalam  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )  Dokumen II.
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. (Sudarman 2002: 145). Meskipun senabagi guru yang mendapat tugas tambahan kepala sekolah merupakan orang yang paling betanggung jawab terhadap aflikasi prinsif-prinsif administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah. Sebagai orang yang mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan pendidik,di sisni berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berati kepala sekolah menduduki dua fungsi yaitu sebagai  tenaga kependidikan dan tenaga pendidik
Jabatan kepala sekolah itu  sebagai jabatan tambahaan sedang jabatan sesungguhnya adalah seorang guru. Dalam Permendiknas No. 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan pasal 1 ayat (2) bahwa beban mengajar guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan adalah paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu, atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor.
Berdasarkan   hasil   Supervisi  Kelas  yang    peneliti    lakukan   pada   ketujuh sekolah dasar yang   menjadi   binaan    Peneliti,  Supervisi kelas  tersebut  peneliti  khususkan tentang teknis penulisan Rencana  Pelaksanaan   Pembelajaran (RPP) dan  implementasinya  dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Dari hasil supervisi  kelas  tersebut hampir semua (90 %) kepala sekolah yang mengajar PKn belum menguasai teknis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih lagi tentang tata cara mengimplementasikan dalam proses Pembelajaran di kelas. Di samping itu  juga, berdasar hasil  supervisi  kelas dapat dikatakan   bahwa Kompetensi guru  yang  ada   pada  sekolah  binaan   peneliti   khususnya     masih di bawah  standar.
Berdasarkan hasil kegiatan pengamatan awal tersebutlah, Peneliti  melakukan  penelitian  sebagai upaya tindak lanjut  yaitu  melakukan   Penelitian  Tindakan Sekolah melalui  Kegiatan Pelatihan   sebagai upaya   meningkatkan     kompetensi kepala sekolah  dalam menyusun   Rencana pelaksnaan  Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran PKn di Gugus Bina ......................... Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas.
B.     Identifikasi Masalah
Dari  latar  belakang  permasalahan  di atas,  dapat  diidentifikasi  beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Kepala  sekolah  dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru belum mampu menyusun perangkat pembelajaran khususnya RPP dengan baik dan benar.
2.      Kepala  sekolah  kurang  mengusai cara penyusunan RPP yang baik dan benar sehingga perlu ditingkatkan.
3.      Kurangnya kegiatan pelatihan yang diadakan untuk meningkatkan kompetensi dalam menyusun RPP di Gugus ………………… Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas.
C.    Batasan Masalah
Agar  penelitian  ini  terfokus  dan  terarah,  maka  peneliti  perlu  membatasi permasalahan  yaitu:  peningkatan kompetensi kepala sekolah yang mendapat tugas mengajar dalam menyusun RPP.  Sedangkan kompetensi dalam  penelitian  ini dibatasi hanya dalam kompetensi kepala sekolah dalam menyusun RPP, yaitu mencakup kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran.
D.    Rumusan Masalah
Dari penjelasan pada lata belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah  melalui  Pelatihan   dapat  meningkatkan  kompetensi Kepala Sekolah yang mendapat tugas tambahan mengajar dalam menyusun Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan?
E.     Tujuan Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah ini peneliti lakukan bertujuan antara lain :
1.                                                                                                               Untuk meningkatkan    kompetensi para  guru  dalam menyusun     Rencana  Pelaksanaan  Pembelajaran (RPP) yang  memenuhi   kaidah   Permendiknas  Nomor : 41  Tahun 2007 tentang Standar Proses.
2.                                                                                                               Bagi Kepala Sekolah yang mendapat tugas mengajar setelah mendapat   pelatihan diharapkan   menjadi guru Tutor  sebaya  bagi para guru lain di sekolahnya.
3.                                                                                                               Dapat  menambah  wawasan kepala sekolah  tentang   teknis menyusun RPP dan dapat mengimplementasikan dalam proses pembelajarn di kelas/ sekolahnya.

F.     Manfaat Penelitian
   Dengan  penuh  harapan, pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah ini dapat memberikan manfaat   kepada :               
1.    Kepada Peneliti sendiri dalam rangka meningkatkan kompetensi penelitian pengembangan
2.    Kepada peserta pelatihan  diharapkan mendapat bimbingan   pengetahuan   kepada guru-guru lain di sekolahnya masing-masing  dan mengimplementasikannya di kelas/sekolahnya dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran
3.    Kepada rekan-rekan   pengawas, sebagai panduan dasar untuk memulai melaksanakan penelitian dan menyusun laporan penelitian selanjutnya yang akan mereka susun di waktu kedepannya.
                                 

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Kajian Teori
  1. Pengertian Kompetensi
Menurut   Nana  Sudjana, Prof., Dr (2009; 1 ) secara  sederhana  kompetensi diartikan seperangkat kemampuan yang   meliputi, sikap, nilai   dan  keterampilan  yang  harus  dimiliki dan dikuasai  seseorang  dalam  rangka  melaksanaka   tugas  pokok, fungsi dan tanggung jawab pekerjaan dan/atau jabatan yang disandangnya.
Kompetensi adalah  karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja dan tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki indivindu sebagai syarat untuk dianggap mampu dan memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan atau suatu kemampuan untuk melaksanakan  atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pegetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai pelayanan kesehatan secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sebagai syrarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat (Elfindri, 2011).
Menurut Hasibuan (2000), faktor yang mempengaruhi kompetensi seseorang yaitu: Pendidikan,  keyakinan, keterampilan, pengalaman, karakteristik pibadi, motivasi dan isu emosional. Pendapat Gibson (1997) hal yang berperan mempengaruhi kompetensi adalah : pendidikan, minat, motivasi dan sosial ekonomi, masa kerja.
Dari beberapa pendapat di atas banyak hal yang mempengaruhi  kompetensi dan untuk penelitian ini penulis mengambil beberapa hal yang menurut penulis sangat berpengaruh terhadap kompetensi bidan dalam melaksanakan tugasnya yaitu Pendidikan, Pengetahuan, Masa kerja, pelatihan.
a.       Pendidikan
Pendidikan  merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan seseorang. Pendidikan dan pengalaman kerja merupakan langkah awal untuk melihat seseorang, pendidikan merupakan indicator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk memyelesaikan pekerjaan,dengan latar belakang pendidikan pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan tertentu (Hasibuan, 2000).Selain itu pendidikan merupakan suatu pembinaan dalam proses perkembangan manusia untuk berfikir dan cenderung berkembangnya kemampuan dasar yang ada padanya. Menurut Nadler dalam Moekijat (1996) pendidikan adalah proses pembelajaran yang mempersiapkan individu untuk pekerjaan yang berbeda pada masa yang akan datang.
Menurut Siagian (2000) pendidikan dapat mempengaruhi kompetensi seseorang, karena makin tinggi pendidikan seseorang makin besar keinginannya untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam pelaksanaan tugasnya.
Di samping itu pegawai yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi di harapkan mampu memberikan masukan-masukan yang bermamfaat kepada atasan dalam upaya peningkatan pelaksanaan tugas.
b.      Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indra  mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overbehavior).Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran, prinsip dan keindahan terhadap suatu obyek. Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian membaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rogers dalam Notoatmodjo (2005), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1)      Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2)      Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus (objek) tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul
3)      Evaluation  (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya  stimulus tersebut bagi dirinya
4)      Trial (mencoba) dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apayang dikehendaki oleh stimulus
5)      Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Dari pengalaman dan hasil penelitian, ternyata apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses tersebut yaitu didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positip, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting)  dan sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo, terbagi menjadi 6 tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif, tingkatan tersebut yakni:
1)      Tahu  (Know)  diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, “tahu” ini merupakan tingkatan yang paling rendah.
2)      Memahami  (Comprehension)  diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
3)      Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi Riil (sebenarnya).
4)      Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih  didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5)      Sintesis  (Synthesis)  yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6)      Evaluasi (Evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Lebih lanjut Notoatmodjo(2010), mengemukakan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap, menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu,  untuk mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsistensi. Sikap berfungsi sebagai suatu skema, suatu cara strukturisasi agar dunia di sekitar tampak logis dan masuk akal untuk melakukan evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan mengorganisasikannya.
c.       Masa Kerja
Masa kerja adalah jangka waktu yang orang Sudah bekerja  (pada satu kantor,badan, dan sebagainya),  semakin lama seseorang bekerja maka semakin terampil dan makin berpengalaman pula dalam melaksanakan pekerjaan, masa kerja merupakan faktor individu yang berhubungan dengan prilaku dan persepsi individu yang mempengaruhi kompetensi individu, minsalnya seseorang yang lebih lama bekerja akan dipertimbangkan lebih dahulu dalam hal promosi, hal ini berkaitan erat dengan apa yang disebut senioritas (Siagian, 2000).
d.      Pelatihan
Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama dalam hal pengetahuan (Knowledge), kemampuan (Ability), keahlian (Skill) dan sikap (Attitude). Pelatihan pada dasarnya merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kompetensi seseorang (Arep. I dan Tanjung. H, 2003).Menurut John R Schermerhorn dalam Moekijat (1996) pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang memberikan kesempatan untuk mendapatkan dan meningkatkan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan beberapa tujuan pelatihan bagi pegawai adalah: 1) untuk mengembangkan keterampilan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif,  2) untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, 3) untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kerja sama dengan temanteman pegawai dan pemimpin.
Menurut Spencer   dalam Moeheriono  (2009) kompetensi didefinisikan sebagai karakteristik dasar seseorang yang ada hubunganya sebab- akibat dengan efektifitas kerja. Wibowo (2008) kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan  atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Kompetensi juga menunjukkan karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkans oleh setiap individu yang memampukan mereka untuk melakukan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif. Menurut Spencer (2008), ada  beberapa   komponen utama pembentuk kompetensi:pengetahuan, keterampilan, konsep diri dan motif.
Menurut Wibowo (2008), faktor yang mempengaruhi kompetensi seseorang yaitu : Pendidikan ,pengetahuan,  keyakinan, keterampilan, pelatihan, masa kerja,pengalaman, kharakteristik pibadi, motivasi dan isu emosional. Pendapat Gibson (1997) hal yang berperan mempengaruhi kompetensi adalah:  pendidikan, minat, motivasi dan sosial ekonomi.
  Kompetensi   guru   adalah    seperangkat     kemampuan    yang      meliputi  pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan   yang  harus dikuasai dan ditampilkan guru dalam melaksanakan  proses  pembelajaran  dikelas/ sekolahnya.
        Pengertian  lain tentang  kompetensi  guru adalah pola pikir dan  pola  tindak seorang     guru    dalam     melaksanakan    tugas-tugasnya. Pola   pikir   dilandasi  kemampuan    kognitif    dan    pola    tindak    dilandasi    kemapuan     afektif dan psikomotorik. Sedangkan Kompetensi guru yang tersirat dan tersurat dalam  Permendiknas Nomor : 16  tahun  2007, terdiri dari   atas empat  dimensi   kompetensi.  Keempat dimensi   kompetensi     tersebut    adalah     kompetensi     pedagogik, kompetensi     kepribadian, kompetensi   sosial dan   kompetensi profisional. Dimensi komptensi  kepribadian terdiri atas   delapan   kompetnsi inti. Dimensi  pedagogik  terdiri atas tujuh kometensi inti. Dimensi   kompetensi  sosial  terdiri  atas  empat kompetensi inti. Dimensi kompetensi profisional terdiri atas lima   kompetensi inti. Dari empat  kompetensi  diatas seluruhnya  menjadi  24  kompetensi inti.


  1. Teori / Pengertian RPP
a.       Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses yang ditata dan diatur sedemikian rupa, menurut langkah-langkah tertentu agar dalam pelaksanaan-nya dapat mencapai hasil yang diharapkan. Pengaturan tersebut dituangkan dalam bentuk perencanaan pembelajaran. Setiap perencanaan selalu berkena-an dengan perkiraan atau proyeksi mengenai apa yang diperlukan dan apa yang akan dilakukan. Demikian halnya, perencanaan pembelajaran memper-kirakan atau memproyeksikan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mungkin saja dalam pelak-sanaannya tidak begitu persis seperti apa yang telah direncanakan, karena proses pembelajaran itu sendiri bersifat situasional. Namun, apabila perenca-naan sudah disusun secara matang, maka proses dan hasilnya tidak akan ter-lalu jauh dari apa yang sudah direncanakan. Istilah perencanaan pembelajaran yang saat ini digunakan berkaitan dengan penerapan KTSP di sekolah-seko-lah di Indonesia yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pada waktu yang lalu dikenal istilah satuan pelajaran (satpel), rencana pelajaran (renpel), dan istilah-istilah sejenis lainnya.
1)      Terdapat beberapa pendapat berkenaan dengan perencanaan pembela-jaran ini, di antaranya:
2)      Secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan merumus-kan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau media apa yang diperlukan (Ibrahim 1993: 2).
3)      Untuk mempermudah proses belajar-mengajar diperlukan perencanaan pengajaran. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pengem-bangan instruksional sebagai sistem yang terintegrasi dan terdiri dari be-berapa unsur yang saling berinteraksi (Toeti Soekamto 1993: 9).
4)      Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pedoman mengajar bagi guru dan pedoman belajar bagi siswa. Melalui perencanaan pengajaran dapat diidentifikasi apakah pembelajaran yang dikembangkan/dilaksana-kan sudah menerapkan konsep belajar siswa aktif atau mengembangkan pendekatan keterampilan proses.
5)      Gambaran aktivitas siswa akan terlihat pada rencana kegiatan atau dalam rumusan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang terdapat dalam peren-canaan pengajaran. Kegiatan belajar dan mengajar yang dirumuskan oleh guru harus mengacu pada tujuan pembelajaran. Sehingga perencanaan pengajaran merupakan acuan yang jelas, operasional, sistematis sebagai acuan guru dan siswa berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Istilah pengajaran yang digunakan dalam pengertian di atas sebaiknya diubah dengan pembelajaran, untuk memberi tekanan pada aktivitas belajar yang dilakukan siswa.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorga-nisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembela-jaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (sa-tu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali  pertemuan atau lebih.
b.      Unsur Pokok dalam RPP
Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam RPP meliputi:
1)      Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas, semester, dan wak-tu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
2)      Kompetensi dasar dan indikator-indikator yang hendak dicapai.
3)      Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rang-ka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
4)      Kegiatan pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang ha-rus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan
5)      sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator).
6)      Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kom-petensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pem-belajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
7)      Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan diguna-kan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil peni-laian).
c.       Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
RPP pada dasarnya merupakan kurikulum mikro yang menggambarkan tujuan/kompetensi, materi/isi pembelajaran, kegiatan belajar, dan alat evalua-si yang digunakan. Efektivitas RPP tersebut sangat dipengaruhi beberapa prin-sip perencanaan pembelajaran berikut:
1)      Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kondisi siswa.
2)      Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
3)      Perencanaan pembelajaran harus memperhitungkan waktu yang tersedia
4)      Perencanaan pembelajaran harus merupakan urutan kegiatan pembelajar-an yang sistematis.
5)      Perencanaan pembelajaran bila perlu lengkapi dengan lembaran kerja/tu-gas dan atau lembar observasi.
6)      Perencanaan pembelajaran harus bersifat fleksibel.
7)      Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan pada pendekatan sistem yang mengutamakan keterpaduan antara tujuan/kompetensi, materi, kegi-atan belajar dan evaluasi.
Prinsip-prinsip tersebut harus dijadikan landasan dalam penyusunan RPP. Selain itu, secara praktis dalam penyusunan RPP, seorang guru harus sudah menguasai bagaimana menjabarkan kompetensi dasar menjadi indika-tor, bagaimana dalam memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan kom-petensi dasar, bagaimana memilih alternatif metode mengajar yang dianggap paling sesuai untuk mencapai kompetensi dasar, dan bagaimana mengembang-kan evaluasi proses dan hasil belajar.
d.      Langkah-langkah Penyusunan RPP
Dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Mengisi kolom identitas
2)      Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan
3)      Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun.
4)      Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan (lebih rinci dari KD dan Indikator, pada saat-saat tertentu rumusan indikator sama dengan tujuan pembelajaran, karena in-dikator sudah sangat rinci sehingga tidak dapat dijabarkan lagi). Rumusan tujuan pembelajaran tidak menimbulan penafsiran ganda.
5)      Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran
6)      Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan
7)      Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir. Langkah-langkah pembelajaran berupa rincian ske-nario pembelajaran yang mencerminkan penerapan strategi pembelajaran termasuk alokasi waktu setiap tahap. Dalam merumuskan langkah-lang-kah pembelajaran juga harus mencerminkan proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
8)      Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan.
9)      Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll. Tuliskan prosedur, jenis, bentuk, dan alat/instrumen yang digunakan untuk menilai pencapaian proses dan hasil belajar siswa, serta tindak lanjut hasil penilaian, seperti: remedial, pengayaan, atau percepat-an. Sesuaikan dengan teknik penilaian berbasis kelas, seperti: penilaian hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper & pen).
Berkaitan dengan penyusunan RPP ini, terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan oleh para guru, yaitu:
1)      Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan secara nasional untuk seluruh mata pelajaran harus dijadikan acuan utama dalam merumuskan komponen-komponen RPP. Karena itu, rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar sekalipun sudah dituliskan dalam sila-bus, perlu tetap dituliskan kembali dalam RPP agar dapat terlihat secara langsung keterkaitannya dengan komponen yang lainnya dan menjadi ti-tik tolak untuk menentukan materi pembelajaran, indikator ketercapaian kompetensi, media, metoda, kegiatan pembelajaran serta menentukan ca-ra penilaian.
2)      Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator-indikator ketercapaian kompetensi perlu dipahami oleh guru. Setelah itu guru harus mampu me-nuliskannya dalam RPP dengan menggunakan rumusan-rumusan yang te-pat, terukur, dan operasional. Ketidakmampuan guru dalam merumuskan indikator-indikator tersebut akan mempengaruhi pencapaian kompetensi dasar, yang akhirnya berakibat terhadap rendahnya kemampuan yang di-miliki siswa.
3)      Dalam penentuan materi pembelajaran pada umumnya guru sering menja-dikan buku teks sebagai titik tolak dan sumber utama pembelajaran. Hal ini akan membawa akibat bahwa seluruh proses pembelajaran akan bera-da di sekitar buku teks tersebut. Dalam RPP yang dikembangkan, sebe-narnya buku teks hanya merupakan salah satu sumber. Sumber itu tidak hanya hanya buku, namun ada buku, alat, manusia, lingkungan maupun teknik yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Sebenarnya dengan adanya kompetensi dasar dan indikator akan memudahkan penentuan ma-teri. Apabila kompetensi dasar dan indikator ada dalam kawasan belajar kognitif, maka sifat materi yang akan disajikanpun akan berkenaan dengan pengetahuan ataupun pemahaman. Demikian pula halnya untuk kawasan belajar afektif maupun psikomotor. Materi pembelajaran ini dapat diurai-kan secara terinci atau cukup dengan pokok-pokok materi saja, dan mate-ri terinci nantinya dapat dilampirkan. Materi pembelajaran sifatnya berma-cam-macam ada yang berupa informasi, konsep, prinsip, keterampilan dan sikap. Sifat dan materi tersebut akan membawa implikasi terhadap meto-da yang akan digunakan dan kegiatan belajar yang harus ditempuh oleh siswa.
4)      Dalam penentuan atau pemilihan kegiatan pembelajaran perlu disesuaikan metoda mana yang paling efektif, efesien, dan relevan dengan pencapaian kompetensi dasar dan indikator. Penentuan metode pembelajaran harus memungkinkan terlaksananya cara belajar siswa aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Guru perlu memilih kegiatan-kegiatan pembelajaran yang benar-benar efektif dan efesien dengan mempertimbangkan:
a)      Karakteristik kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.
b)      Keadaan siswa, mencakup perbedaan-perbedaan individu siswa seperti kemampuan belajar, cara belajar, latar belakang, pengalaman, dan kepribadiannya.
c)      Jenis dan jumlah fasilitas/sumber belajar yang tersedia untuk dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran.
d)     Sifat dan karakteristik masing-masing metode yang dipilih untuk men-capai kompetensi dasar.
e.       Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan  hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran),dan evaluasi rencana pembelajaran.  Landasan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada: PP NO 19 TAHUN 2005 Pasal 20 Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. 
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali  pertemuan atau lebih.
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
1)      Mengisi kolom identitas
2)      Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan
3)      Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun
4)      Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan Mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus. Materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran
5)       Menentukan metode pembela-jaran yang akan digunakan
6)      Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.
7)      Menentukan alat/bahan/ sumber belajar yang digunakan
8)      Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran, dll
f.       Format Renacana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Adapun format dan komponen yang terdapat pada rencana pelaksanaan pembelajaran atau RPP dapat dilihat uraian berikut:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah                       : ………………………………………..
Mata Pelajaran         : ………………………………………..
Kelas/Semester         : ………………………………………..
Alokasi Waktu         : ………. x pertemuan (@ …… menit)
Standar Kompetensi   :           ………………………………………..
Kompetensi Dasar    : ………………………………………..
Indikator                     :           ………………………………………..
Tujuan Pembelajaran
.......................................................................................................................
Materi Pembelajaran
.......................................................................................................................
Metode Pembelajaran
.......................................................................................................................
Langkah-langkah Pembelajaran
A.    Kegiatan Awal
…………………………………………………………………………
B.     Kegiatan Inti
…………………………………………………………………………
C.     Kegiatan Akhir
…………………………………………………………………………
 Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
.......................................................................................................................
Penilaian
.......................................................................................................................

  1. Teori Pelatihan
a.       Pengertian Pelatihan
Pelatihan  adalah  salah  satu  cara  untuk  menyampaikan informasi   kepada pihak- pihak  tertentu  sesuai dengan kebutuhan juga disertai dengan  tata  cara   mengerjakan  informasi   dan  diikuti  cara  mempraktekkan  atau    melaksanakan  informasi   tersebut dan  acaranya dipusatkan disatu tempat yang  telah ditentukan sebelumnya.
Gardner mengemukakan, bahwa pelatihan itu lebih difokuskan pada kegiatan pembelajaran. Mc. Gahee, dalam buku “ The Complete book of Training”, dalam Sudirman (2001:21) menjelaskan bahwa;“pelatihan adalah prosedur formal yang difasilitasi dengan pembelajaran guna terciptanya perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan peningkatan tujuan perusahaan atau organisasi”. Pada bagian lain dari buku tersebut mengemukakan bahwa pelatihan merupakan proses pembelajaran untuk meningkatkan kinerja seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan. “Istilah pelatihan menunjukkan suatu proses peningkatan sikap, kemampuan, dan kecakapan dari para pekerja untuk menyelenggarakan pekerjaan secara khusus”. Ungkapan ini menunjukkan kalau kegiatan pelatihan merupakan proses membantu peserta belajar untuk memperoleh keefektifan dalam melakukan pekerjaan mereka baik pada saat sekarang maupun masa yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan pikiran dan tindakan-tindakan, kecakapan, pengetahuan, dan sikap-sikap.      
Kegiatan pelatihan juga dilakukan dalam upaya memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi dalam aktivitas pekerjaan sehari-hari dan mengantisipasi kemungkinan permasalahan yang terjadi dimasa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan pandangan Soenanto dalam Moekijat (1993:4) bahwa ‘pelatihan adalah kegiatan belajar untuk mengubah rencana orang dalam melakukan pekerjaan. Penyelenggaraan pelatihan yang baik dan optimal akan meningkatkan kemampuan peserta pelatihan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dalam menjalankan tugas serta dapat meningkatkanproduktivitas dan kualitas kerja. Tujuan pelatihan sebagai usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan pengetahuan, sesuai dari keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang bersangkutan. Dengan demikian pelatihan dimaksudkan dalam pengertian yang lebih luas, dan tidak terbatas sematamata hanya untuk mengembangkan keterampilan dan bimbingan saja.   Pelatihan diberikan dengan harapan warga masyarakat dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Masyarakat yang telah mengikuti pelatihan dengan baik biasanya akan memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik pula dari pada masyarakat yang tidak mengikuti pelatihan. Sedangkan Hamalik (2007:76) menjelaskan tentang begitu pentingnya suatu pelatihan baik bagi perusahaan maupun masyarakat dengan didasari berbagai alasan seperti :
1)      Pengeluaran biaya pelatihan yang sistematis jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan pengeluaran yang disebabkan dari beberapa kekeliruan dan kelambatan yang disebabkan dari hasil coba-coba dalam mencari pemecahan masalah dalam pekerjaannya sendiri.
2)      Seseorang atau masyarakat yang telah dibina dalam suatu program pelatihan biasanya lebih menyenangi pekerjaannya dan kecenderungan untuk berpindah pekerjaan menjadi kecil.
3)      Adanya jenis-jenis pekerjaan tertentu yang sangat memerlukan program pelatihan, karena tanpa pelatihan pekerjaan tersebut tidak akan mencapai sasaran dengan tepat.
Dengan demikian, kegiatan pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan, keahlian/ keterampilan (skill), pengalaman, dan sikap peserta pelatihan tentang bagaimana melaksanakan aktivitas atau pekerjaan tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat Henry Simamora (1995:287) yang menjelaskan bahwa “pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu atau kelompok dalam menjalankan tugas tertentu.” Pengertian pelatihan antara satu rumusan dengan rumusan lain pada umumnya tidak bertentangan, melainkan memiliki ciri atau unsur yang sama. Dalam suatu pelatihan memiliki beberapa ciri, yaitu: (a) direncanakan dengan sengaja, (b) adanya tujuan yang hendak dicapai, (c) ada peserta (kelompok sasaran) dan pelatihan, (d) ada kegiatan pembelajaran secara praktis, (e) isi belajar dan berlatih menekankan pada keahlian atau keterampilan suatu pekerjaan tertentu, (f) dilaksanakan dalam waktu relatif singkat, dan (g) ada tempat belajar dan berlatih.
Berdasarkan beberapa ungkapan tentang pengertian dan tujuan pelatihan serta ciri-ciri yang digambarkan dalam suatu pelatihan tersebut, maka pelatihan dapat diartikan sebagai suatu upaya melalui proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang atau sekelompok orang dalam suatu tugas pekerjaan tertentu dan dilaksanakan dalam waktu relatif singkat pada tempat tertentu.
b.      Tujuan Pelatihan
1)      Untuk menghilangkan “gap” antara ketrampilan karyawan dengan kualifikasi yang dibutuhkan jabatan tertentu.
2)      Mengembangkan keahlian karyawan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan efektif.
3)      Mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional.
4)      Mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan sesama rekan kerja dan pimpinan.
5)      Menghindarkan karyawan dari kebosanan kerja.
c.       Analisis Kebutuhan Pelatihan
1)      Analisis Tugas : suatu telaah yang rinci untuk mengidentifikasi ketrampilan yang dituntut pada suatu jabatan, sehingga suatu program pelatihan yang tepat dapat direncanakan.
2)      Analisis Kinerja : menilai kinerja karyawan yang ada, untuk menentukan apakah penurunan kinerja dapat diperbaiki melalui pelatihan, atau pemindahan karyawan.
d.      Metode Pelatihan
1)       On the Job Training :
Pelatihan yang diberikan pada saat karyawan bekerja. Sambil bekerja seperti biasa, karyawan memperoleh pelatihan, sehingga dapat memperoleh umpan balik secara langsung dari pelatihnya. (Handoko, 1989). Dilakukan oleh semua perusahaan, terutama untuk karyawan baru s/d karyawan yang berpengalaman. Keuntungannya : relativ tidak mahal, peserta pelatihan bisa belajar sambil tetap menjalankan proses produksi, tidak perlu ruang kelas khusus.
Bentuk pelatihan on the job training :
a)      Coaching/pendampingan : karyawan dibimbing, diarahkan oleh atasan / supervisor / karyawan lain yang lebih berpengalaman. Hungan mereka serupa dengan hubungan karyawan- tutor. Cara ini akan berjalan efektif apabila periode selama bimbingan dan umpan balik diperpanjang.
b)      Rotasi pekerjaan : peserta pelatihan ditugaskan untuk berpindah dari satu bagian ke bagian pekerjaan yang lain dalam satu perusahaan, dengan interval yang terencana, sehingga diperoleh pengalaman kerja. Cara ini umum dipakai dalam melatih manajer dengan level manajerial apapun juga.
c)      Magang/ apprenticeship training : merupakan pembelajaran bagi karyawan baru kepada karyawan lama yg lebih berpengalaman.
d)     Pelatihan Instruksi Jabatan (Job Instruction Training) : diberikan untuk pekerjaan yang terdiri dari urutan langkah-langkah yang logis. Semua langkah perlu ditata dalam urutan yang tepat. Petunjuk pengerjaan diberikan secara langsung pada pekerjaan yang sedang dilakukan. Contoh sederhana : mengoperasikan mesin pintal benang.
2)      Off the Job Training :
Teknik pelatihan yang dilakukan di luar waktu kerja, dan berlangsung di lokasi jauh dari tempat kerja, agar perhatian peserta lebih terfokus. Peserta pelatihan menerima presentasi tentang aspek tertentu, kemudian mereka diminta memberikan tanggapan sebagaimana dalam kondisi yang sebenarnya. Dalam teknik ini juga digunakan metode simulasi.  Keuntungan Off the Job Training:
a)      Trainer/ Instruktur harus lebih trampil dalam mengajar, karena tidak ada tuntutan pekerjaan yang lain.
b)      Trainee/ karyawan terhindar dari kekacauan dan tekanan situasi kerja, sehingga mampu konsentrasi lebih baik/ lebih terfokus perhatiannya.
c)      Tidak mengganggu proses produksi yang sedang berjalan di perusahaan.
d)     Waktu dan perhatian lebih memadai
Contohnya : Balai Pelatihan (Vestibule Training) : Merupakan alternatif untuk mengatasi kekurangan pada metode pelatihan di tempat kerja (on the job). Jenis pekerjaan yang dilatih adalah sama dengan pelatihan di tempat kerja. Cocok digunakan bila jumlah peserta pelatihan melebihi kemampuan supervisior lini.
Pada  penelitian  ini  yang   peneliti  maksud  dengan  pelatihan  adalah  cara  peneliti menyampaikan materi berkaitan dengan tata cara menyusun, faktor-faktor yang harus diperhatian, prinsip - prinsip   menyusun  , Simulasi  penyusunan  RPP dan simulasi praktek proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang  telah  disusun oleh peserta pelatihan .
Disamping itu Pelatihan juga berperan  sebagai sarana untuk melatih peserta pelatihan   menjadi  pelatih  bagi  orang  lain  di tempat  peserta pelatihan tersebut  bertugas atau dalam bahasa lain dinamakan Training of Trainers ( TOT ).
Menurut  D. Dwiyogo  Wasis  ( 2007 : 25) secara sederhana  yang dimaksud dengan  Pelatihan  adalah  sebuah  usaha  yang  dilakukan  oleh  seseorang   untuk meningkatkan   kemampauan  orang  lain  dalam   bidang tertentu, sesuai   dengan keahlian sipelatih atau pembimbing itu sendiri.
Disamping itu perlu diketahui bahwa, pada umumnya para peserta suatu pelatihan diundang  atau  dipanggil oleh  pihak  pelaksana pelatihan  dan biasanya segala biaya yang timbul akibat  dari  memenuhi undangan untuk mengikuti suatu pelatihan ditanggung pihak pelaksana pelatihan. Para undangan boleh- boleh   saja tidak  memenuhi undangan, atau menggantikan  dengan  orang  lain tanpa  adanya sangsi yang mengikat kedua belah pihak, baik pihak yang diundang maupun pihak pelaksana pelatihan tersebut.
Sedangkan menurut, Mulyasa, E. ( 2004: 21 ). Pelatihan Guru adalah prsoses yang dilakukan oleh seorang pelatih atau fasilitator dalam rangka meningkatkatkan kemampuan guru mencapai kompetensinya sebagai guru yang kreatif dan inofatif, yaitu guru yang mampu melaksanakan proses pembelajaran di kelas/ sekolahnya dengan menerapkan berbagai strategi untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Dari pendapat para ahli kita bisa menyikapi bahwa pelatihan merupakan salah satu cara yang ampuh untuk meningkatkan kompetensi sesorang atau kelompok orang sesuai dengan tugas, fungsi dan jabatanya.
B.     Kerangka Pikir
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. (Sudarman 2002: 145). Meskipun senabagi guru yang mendapat tugas tambahan kepala sekolah merupakan orang yang paling betanggung jawab terhadap aflikasi prinsif-prinsif administrasi pendidikan yang inovatif di sekolah. Sebagai orang yang mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok kepala sekolah tersebut adalah guru yaitu sebagai tenaga pengajar dan pendidik,di sisni berarti dalam suatu sekolah seorang kepala sekolah harus mempunyai tugas sebagai seorang guru yang melaksanakan atau memberikan pelajaran atau mengajar bidang studi tertentu atau memberikan bimbingan. Berati kepala sekolah menduduki dua fungsi yaitu sebagai  tenaga kependidikan dan tenaga pendidik.
Berdasarkan   hasil   Supervisi  Kelas  yang    peneliti    lakukan   pada   ketujuh sekolah dasar yang   menjadi   binaan    Peneliti,  Supervisi kelas  tersebut  peneliti  khususkan tentang teknis penulisan Rencana  Pelaksanaan   Pembelajaran (RPP) dan  implementasinya  dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Dari hasil supervisi  kelas  tersebut hampir semua (90 %) kepala sekolah yang mengajar PKn belum menguasai teknis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih lagi tentang tata cara mengimplementasikan dalam proses Pembelajaran di kelas. Di samping itu  juga, berdasar hasil  supervisi  kelas dapat dikatakan   bahwa Kompetensi guru  yang  ada   pada  sekolah  binaan   peneliti   khususnya     masih di bawah  standar.
Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorga-nisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembela-jaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (sa-tu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali  pertemuan atau lebih.
Pelatihan  adalah  salah  satu  cara  untuk  menyampaikan informasi   kepada pihak- pihak  tertentu  sesuai dengan kebutuhan juga disertai dengan  tata  cara   mengerjakan  informasi   dan  diikuti  cara  mempraktekkan  atau    melaksanakan  informasi   tersebut dan  acaranya dipusatkan disatu tempat yang  telah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan hasil kegiatan pengamatan awal tersebutlah, Peneliti  melakukan  penelitian  sebagai upaya tindak lanjut  yaitu  melakukan   Penelitian  Tindakan Sekolah melalui  Kegiatan Pelatihan   sebagai upaya   meningkatkan     kompetensi kepala sekolah  dalam menyusun   Rencana pelaksnaan  Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran PKn di Gugus Bina ......................... Kecamatan Kurun Kabupaten Gunung Mas
C.    Hipotesis Tindakan
Dari penjelasan pada kajian teori dan kerangka pikir  di atas, maka hipotesis tindakan dalam  penelitian ini adalah Melalui  Pelatihan   dapat  meningkatkan  kompetensi Kepala Sekolah yang mendapat tugas tambahan mengajar dalam menyusun Rencana Pelaksana Pembelajaran (RPP) Pendidikan Kewarganegaraan.



BAB III
METOLOGI PENELITIAN

A.  Subjek dan Objek Penelitian
1.    Subjek Penelitian
Yang menjadi  subjek dalam  penelitian ini  adalah enam orang kepala sekolah yang mendapat jam mengajar PKn di masing-masing sekolahnya dalam gugus bina …………….  yang menjadi sekolah binaan peneliti.
2.    Objek Penelitian
Sedangkan yang menjadi Objek penelitian adalah  :
a) Kompetensi menyusun RPP   
b) Pelatihan.
B.   Waktu dan Tempat penelitian Serta Tempat Pelatihan
1.    Waktu Penelitian
Penelitian  ini  peneliti lakukan  selama tiga (3)  bulan yaitu mulai tanggal  ................. sampai dengan .........................
2.    Tempat Penelitian
Tempat  penelitian  adalah SD Negeri ................................ sebagai SD Inti di Gugus Binaan peneliti.
C.  Prosedur Penelitian
        1.     Personalia Penelitian
Penelitian  ini   dilakukan  oleh  satu  orang  yang  berperan sebagai peneliti Utama dan dibantu oleh dua orang observer yang hanya berperan sebagai observator dan hadir pada setiap saat  peneliti  utama   melakukan Tindakan   melalui     Pelatihan  disetiap  siklus. Observer  mencatat   semua    kekurangan  dan   kelebihan     yang dilakukan  peneliti  utama  pada  lembaran   kerja observer  yang   telah  disiapkan sebelumnya oleh peneliti.
        2.     Rincian Tindakan
a.    Planning ( Rencana) penelitian
Penelitian  ini, peneliti  lakukan   sebanyak   dua   siklus   dan   setiap  siklus   dilakukan   sebanyak satu  kali  pertemuan. Setiap pertemuan   dilakukan   selama 120  menit yaitu dari pukul 14.00 WIB s/d 16.00 WIB. Sebelum memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu menyiapkan:
1)   Instrumen Supervisi Kelas
2)   Soal  test tertulis yang  berhubungan dengan teknis menyusun RPP Sebanyak  10  soal  dalam  bentuk   multiple choice lengkap dengan  lembaran jawabannya yang teridiri 10 soal free test dan 10 soal post test
3)   Lembaran  Format RPP   Sesuai Permendiknas Nomor :  41 tentang Standar Proses dan  Materi Diklat KTSP Oleh Depdiknas.
4)   Lembaran  kerja Observer
5)   Surat  pemberitahuan  kepada  kepala sekolah, mohon izin bawahannya untuk mengikuti pelatihan.
6)   Surat Undangan kepada  peserta untuk mengikuti pelatihan 
7)   Setelah semua siklus selesai peneliti lakukan, kemudian peneliti  susun Laporan Penelitian.
8)   Tindakan dalam penelitian
b.    Tindakan dalam penelitian ini, pada setiap siklus sebagai berikut;
1)   Siklus I
Pada pertemuan pertama, peneliti yang  berperan  sebagai peneliti utama,      melakukan tes awal ( Free test) selama 20 menit.Setelah test, lembaran jawabanya dikumpulkan, setelah    peneliti periksa, nilai test tersebut  peneliti  pakai sebagai data awal,  selanjutnya   peneliti   lakukan tindakan penelitian yaitu menyampaikan materi  pelatihan  sesuai judul penelitian, melalui  Model Pembelajaran Ceramah bermakna selama 40 menit, sebelum pelatihan dimulai kepada para peseta pelatihan Peneliti   bagi    format   RPP   yang  telah peneliti  siapkan sebelumnya. Kemudian peneliti  meminta    peserta    pelatihan   untuk    mengisi    dan      peneliti membimbing  cara mengisinya sambil  berdiskusi selama 40 menit serta  meminta dibawa pada pertemuan berikutnya (Siklus 2). Sementara itu Observer yang berperan sebagai observator mencatat semua kelebihan  dan  kekurangan peneliti selama  proses pelatihan   berlangsung  pada lembaran kerja observer. Diakhir siklus pertama, Peneliti lakukan tes (Post test I) selama    20 menit  dan lembaran jawabannya    peneliti kumpulkan untuk diperiksa dan ambil nilai sebagai data pada siklus satu. Setelah  proses    pelatihan   berlangsung   peneliti   lakukan   analisis yang kemudian   peneliti   lanjutkan   dengan   Refleksi, dengan  memperhatikan semua   masukan   dari  observer  baik  berupa  catatn  tetrulis  di lembaran kerjanya   maupun   saran  lisan  melalui  diskusi  kelompok    kecil  antara  peneliti utama dan kedua observer, sebagai dasar perencanaan  pada siklus dua.
2)   Siklus II
Pada siklus ini, berdasarkan   catatan dari   kedua    observer dan hasil  diskusi pada siklus pertama   setelah  peneliti lakukan  refleksi, maka peneliti merencanakan  tindakan  pembelajaran  dalam   pelatihan  pada  siklus kedua     sebagai berikut: Pada  pertemuan  kedua (siklus 2) peneliti mengarahkan peserta  pelatihan  untuk simulasi melaksanakan  proses pembelajaran, sementara peserta lain dikondisikan sebagai peserta didik, proses pembelajaran dilakukan peserta diharapkan   persis  sesuai seperti  RPP   yang  telah   disusun  oleh peserta pelatihan. Pada    simulasi   tersebut, tiga  orang  guru  tampil    sebagai guru Model, masing-masing tampil selama 20 menit. Peneliti dan  observer  kemudian  mengomentari, sebagai bahan  masukan  bagi semua peserta dan semua  peserta  terlibat aktif  sambil berdiskusi.selama 40 menit. Di akhir pertemuan dilakukan   test (post test II) dengan soal    sama yang   telah   peneliti  gunakan    diawal, dimana  nomor soal   dan   redaksi  soal   peneliti telah ubah-ubah. Hasil tes ini peneliti jadikan data siklus 2. Setelah  siklus ini berakhir, maka selesai sudah penelitian ini peneliti akukan sesuai rencana yaitu sebanyak dua Siklus. Kemudian  semua  data, mulai data hasil supervisi kelas, free test, post test 1 dan post test 2  peneliti kumpulkan, selanjutnya Peneliti susun Laporan Penelitian. sebagai bukti penelitian telah selesai peneliti lakukan
c.    Observasi dan Refleksi
Sebagai bahan untuk analisis dan refleksi, maka peneliti terlebih dulu menyiapkan lembaran kerja observer. Pada lembaran kerja observer ini nantinya observer bekerja  sebagai observador yaitu memberi komentar tentang semua kelebihan dan kelemahan tindakan yang dilakukan peneliti selama melakukan pelatihan. Sementara masukan selain dalam bentuk catatan juga disampaikan observer dalam bentuk lisan dan diskusi dengan peneliti.
Semua catatan dan hasil diskusi dengan observer, peneliti jadikan bahan dasar untuk melakukan perubahan dan kemudian peneliti perlakukan pada tindakan atau sebagi bahan pertimbangan  untuk merencanakan siklus berikutnya.
        3.     Jadwal Kegiatan

No
Jenis  Kegiatan
Tanggal Kegiatan
Keterangan
1
Menyiapkan dan memperbanyak



Instrumen Supervisi kelas



Soal test tertulis multiple choice dan lembaran jawaban (free tes    dan Post tes)



Surat Pemberitahuan dan Undangan Peserta pelatihan



Lembaran Kerja Observer



Format RPP


2
Melakukan Supervisi Kelas



a.   Siklus Pertama



SD Negeri ……………………



SD Negeri ……………………



SD Negeri ……………………



SD Negeri ……………………



SD Negeri ……………………



SD Negeri ……………………



b.  Siklus Kedua



SD Negeri ……………………



SD Negeri ……………………


No
Jenis  Kegiatan
Tanggal Kegiatan
Keterangan

SD Negeri ……………………



SD Negeri ……………………



SD Negeri ……………………



SD Negeri ……………………


3
Mengantar Surat pemberitahuan dan undangan peserta pelatihan


4
Melakukan Tindakan/ pelatihan siklus I

Pukul 14.00  s/d 16.00 WIB
5
Melakukan Tindakan/ Pelatihan Siklus II

Pukul 14.00  s/d 16.00 WIB
6
Menyusun Laporan Penelitian dan menggadakan


7
Mengantar Arsip ke Pustaka tiga sekolah.





BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian
1.      Kondisi Awal
Berdasarkan   hasil   Supervisi  Kelas  yang    peneliti    lakukan   pada   keenam sekolah dasar yang   menjadi   binaan    Peneliti,  Supervisi kelas  tersebut  peneliti  khususkan tentang teknis penulisan Rencana  Pelaksanaan   Pembelajaran (RPP) dan  implementasinya  dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Dari hasil supervisi  kelas  tersebut semua kepala sekolah yang mengajar PKn belum menguasai teknis menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih lagi tentang tata cara mengimplementasikan dalam proses Pembelajaran di kelas.
Dari kegiatan supervisi kelas yang dilaksanakan pada keadaan awal sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.

Tabel 4.1
Hasil Supervisi Kelas pada Kondisi Awal

No
Nama KS
Nilai
Kriteria

1
34,82
K

2
42,86
K

3
41,96
K

4
36,61
K

5
42,86
K

6
41,07
K

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua kepala sekolah yang dibebani jam mengajar khususnya pembelajaran PKn semuanya menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam menyusun RPP dengan baik dan benar.
Sedangkan nilai yang peneliti peroleh dari hasil free test pada kondisi awal adalah sebagai berikut :

       Tabel 4.2
Hasil Free Test pada Kondisi Awal

No
Nama KS
Nilai
Ket

1
40,00


2
50,00


3
50,00


4
50,00


5
60,00


6
50,00

     
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepala sekolah yang diberikan beban mengajar khususnya pembelajaran PKN dalam menyusun RPP belum ada yang memenuhi estándar. Melihat hal tersebut, maka peneliti memutuskan untuk mengadakan kegiatan perbaikan dengan melaksanakan kegiatan penelitian tindakan sekolah dengan kegiatan-kegiatan sebagaimana dijelaskan secara rinci pada uraian di bawah ini.
2.      Siklus Pertama
a.    Perencanaan
Penelitian  ini, peneliti  lakukan   sebanyak   dua   siklus   dan   setiap  siklus   dilakukan   sebanyak dua kali  pertemuan. Setiap pertemuan   dilakukan   selama 120  menit yaitu dari pukul 14.00 WIB s/d 16.00 WIB. Sebelum memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu menyiapkan:
1)         Instrumen Supervisi Kelas
2)         Soal  test tertulis yang  berhubungan dengan teknis menyusun RPP Sebanyak  10  soal  dalam  bentuk   multiple choice lengkap dengan  lembaran jawabannya yang teridiri 10 soal free test dan 10 soal post test
3)         Lembaran  Format RPP   Sesuai Permendiknas Nomor :  41 tentang Standar Proses dan  Materi Diklat KTSP Oleh Depdiknas.
4)         Lembaran  kerja Observer
5)         Surat Undangan kepada  peserta untuk mengikuti pelatihan 

b.    Tindakan
1)         Pada pertemuan pertama , peneliti yang  berperan  sebagai peneliti utama,      melakukan tes awal ( Free test) selama 20 menit.
2)         Setelah test, lembaran jawabanya dikumpulkan, setelah    peneliti periksa, nilai test tersebut  peneliti  pakai sebagai data awal,  selanjutnya   peneliti   lakukan tindakan penelitian yaitu menyampaikan materi  pelatihan  sesuai judul penelitian, melalui  Model Pembelajaran Ceramah bermakna selama 40 menit, sebelum pelatihan dimulai kepada para peseta pelatihan Peneliti   bagi    format   RPP   yang  telah peneliti  siapkan sebelumnya. Kemudian peneliti  meminta    peserta    pelatihan   untuk    mengisi    dan      peneliti membimbing  cara mengisinya sambil  berdiskusi selama 40 menit serta  meminta dibawa pada pertemuan berikutnya.
3)         Diakhir pertemuan pertama, Peneliti lakukan tes (Post test I) selama    20 menit  dan lembaran jawabannya    peneliti kumpulkan untuk diperiksa dan ambil nilai sebagai data pada siklus satu.
4)         Pada pertemuan kedua, peneliti melakukan kegiatan supervisi kelas dengan melihat kegiata proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas dan memberikan penilaian berdasarkan format penilaian yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Hasil kegiatan pada fase tindakan pada pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini sebagaiman tabel di bawah ini.
Tabel 4.3
Hasil Supervisi Kelas pada Siklus I

No
Nama KS
Nilai
Kriteria

1
61,61
C

2
70,54
B

3
69,64
C

4
61,61
C

5
69,64
C

6
66,07
C

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hanya ada 1  kepala sekolah yang dibebani jam mengajar khususnya pembelajaran PKn semuanya menunjukkan kompetensi mereka dalam menyusun RPP dengan baik dan benar pada saat kegiatan supervisi kelas.
Sedangkan nilai yang peneliti peroleh dari hasil free test pada kondisi awal adalah sebagai berikut :
       Tabel 4.4
Hasil Free Test pada Siklus I

No
Nama KS
Nilai
Ket

1
60,00


2
60,00


3
70,00


4
70,00


5
80,00


6
60,00

     
Sedangkan pada penilaian hasil free test pada siklus pertama sudah menunjukkan peningkatan yang berarti, karena 3 orang kepala sekolah dinyatakan meningkat kompetensinya dalam menyusun RPP namun secara keseluruhan belum bisa dinyatakan berhasil karena belum memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan.
c.    Observasi
Kegiatan observasi dilakukan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Hasil kegiatan observasi pada siklus pertama sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini. (secara rinci penilaian per-individu guru dapat dilihat pada lampiran-lampiran)
d.   Refleksi
Setelah  proses    pelatihan   berlangsung   peneliti   lakukan   analisis yang kemudian   peneliti   lanjutkan   dengan   Refleksi, dengan  memperhatikan semua   masukan   dari  observer  baik  berupa  catatan  tertulis  di lembaran kerjanya   maupun   saran  lisan  melalui  diskusi  kelompok    kecil  antara  peneliti utama dan kedua observer, sebagai dasar perencanaan  pada siklus dua.
Sebagaimana penjelasan mengenai keberhasilan guru dalam menyusun RPP ditentukan dengan kriteria  guru dinyatakan mampu menyusun RPP dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku apabila minimal berada pada rentang 70%- 85% atau masuk dalam kriteria BAIK, pada pelaksanaan siklus pertama dilihat dari penilaian hasil tindakan maupun observasi semua menunjukkan angka di bawah kriteria minimal keberhasilan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah dinyatakan belum berhasil dan harus dilanjutkan pada siklus berikutnya.
3.      Siklus Kedua
a.    Perencanaan
Penelitian  ini, peneliti  lakukan   sebanyak   dua   siklus   dan   setiap  siklus   dilakukan   sebanyak dua kali  pertemuan. Setiap pertemuan   dilakukan   selama 120  menit yaitu dari pukul 14.00 WIB s/d 16.00 WIB. Sebelum memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu menyiapkan:
1)        Instrumen Supervisi Kelas
2)        Soal  test tertulis yang  berhubungan dengan teknis menyusun RPP Sebanyak  10  soal  dalam  bentuk   multiple choice lengkap dengan  lembaran jawabannya yang teridiri 10 soal free test dan 10 soal post test
3)        Lembaran  Format RPP   Sesuai Permendiknas Nomor :  41 tentang Standar Proses dan  Materi Diklat KTSP Oleh Depdiknas.
4)        Lembaran  kerja Observer
5)        Surat Undangan kepada  peserta untuk mengikuti pelatihan 
b.    Tindakan
Pada siklus ini, berdasarkan   catatan dari   kedua    observer dan hasil  diskusi pada siklus pertama   setelah  peneliti lakukan  refleksi, maka peneliti merencanakan  tindakan  pembelajaran  dalam   pelatihan  pada  siklus kedua     sebagai berikut : Pada  pertemuan  kedua (siklus 2) peneliti mengarahkan peserta  pelatihan  untuk simulasi melaksanakan  proses pembelajaran, sementara peserta lain dikondisikan sebagai peserta didik, proses pembelajaran dilakukan peserta diharapkan   persis  sesuai seperti  RPP   yang  telah   disusun  oleh peserta pelatihan. Pada    simulasi   tersebut, tiga  orang  guru  tampil    sebagai guru Model, masing-masing tampil selama 20 menit. Peneliti dan  observer  kemudian  mengomentari, sebagai bahan  masukan  bagi semua peserta dan semua  peserta  terlibat aktif  sambil berdiskusi.selama 40 menit. Di akhir pertemuan dilakukan   test (post test II) dengan soal    sama yang   telah   peneliti  gunakan    diawal, dimana  nomor soal   dan   redaksi  soal   peneliti telah ubah-ubah. Hasil tes ini peneliti jadikan data siklus 2.
Hasil kegiatan pada fase tindakan pada pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini sebagaiman tabel di bawah ini.
Tabel 4.5
Hasil Supervisi Kelas pada Siklus II

No
Nama KS
Nilai
Kriteria

1
87,50
BS

2
91,07
BS

3
90,18
BS

4
86,61
BS

5
92,86
BS

6
89,29
BS

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua kepala sekolah yang dibebani jam mengajar khususnya pembelajaran PKn semuanya telah menunjukkan peningkatan kompetensi mereka dalam menyusun RPP dengan baik dan benar, karena semua kepala sekolah dinyatakan berhasil karena memenuhi kriteria keberhasilan yaitu minimal dalam rentang 70% - 100% atau dalam kriteria minimal BAIK.
Sedangkan nilai yang peneliti peroleh dari hasil free test pada kondisi awal adalah sebagai berikut :


       Tabel 4.6
Hasil Free Test pada Siklus II

No
Nama KS
Nilai
Ket

1
70,00
70,00

2
70,00
70,00

3
80,00
80,00

4
80,00
80,00

5
90,00
90,00

6
70,00
70,00
     
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepala sekolah yang diberikan beban mengajar khususnya pembelajaran PKN dalam menyusun RPP telah memenuhi stándar. Melihat hal tersebut, maka peneliti memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan kegiatan penelitian karena semua peserta telah memenuhi batasa minimal kriteria nilai keberhasilan yaitu 70.
c.    Observasi
Kegiatan observasi dilakukan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Hasil kegiatan observasi pada siklus pertama sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini. (secara rinci penilaian per-individu guru dapat dilihat pada lampiran-lampiran
d.   Refleksi
Dari hasil pelaksanaan tindakan dan observasi yang dilaksanakan pada siklus pertama, diperoleh hasil dengan penjelasan bahwa persentase minimal peningkatan hasil supervisi kelas mencapai angka 86,61% dengan kriteria BAIK SEKALI, dan nilai hasil free test menunjukkan angka minimal 70,00.
Sebagaimana penjelasan mengenai keberhasilan guru dalam menyusun RPP ditentukan dengan kriteria  guru dinyatakan mampu menyusun RPP dengan baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku apabila minimal berada pada rentang 70%- 85% atau masuk dalam kriteria BAIK, pada pelaksanaan siklus kedua dilihat dari penilaian hasil tindakan maupun observasi semua menunjukkan angka diatas kriteria minimal keberhasilan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan sekolah dinyatakan berhasil dan selesai pada siklus kedua.
B.     Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan data nilai hasil  penelitian, maka dapat dilihat  bahwa   sebelum dilakukan tindakan  berupa   pelatihan   yaitu nilai   supervisi kelas, ternyata  rata-rata     belum   mampu       menyusun  RPP   dengan    benar     sesuai  dengan Permendiknas Nomor : 41 tahun 2007 dan Materi Diklat  KTSP  oleh   Depdiknas tahun 2008.
Rata – rata  nilai  yang  diperoleh  guru yang disupervisi  pada kegiatan awal oleh  peneliti  yaitu  40,03 dengan rata-rata hasil free test sebesar 50,00. Bertitik tolak dari nilai tersebut  maka  peneliti   perlu  melakukan  tindak   lanjut  hasil  supervisi. Tindak   lanjut hasil supervisi  kelas tersebut  peneliti lakukan  tindakan melalui   pelatihan  yang   dipusatkan  pada   SD .................... sebagai SD Inti Gugus Bina ..........................
Pelatihan tersebut  peneliti lakukan sebanyak dua  kali    pertemuan  atau  dua siklus yaitu   pada   tanggal  ...............  dan tanggal  .............   yang  dikuti oleh  enam  orang peserta sebagai peserta undangan. Sementara peserta undangan  semua kepala sekolah dalam SD Binaan peneliti.
Pada   pertemuan     pertama  (Siklus 1) sebelum  peneliti   lakukan   tindakan melalui    Pelatihan   terlebih dulu peneliti lakukan tes awal(free Test). Setelah free test berlangsung selama dua puluh menit,  kemudian  hasil  test   yang   dikerjakan  oleh peserta pelatihan,  peneliti  minta  dikumpulkan .Baru  kemudian   peneliti    lakukan tindakan  atau  pelatihan  selama  delatan   puluh menit  sisanya dengan menerapkan model pembelajaran ceramah bermakna di akhir pelatihan peneliti lakukan post tets 1  sebagai data nilai pada siklus1.
Sementara observer mencatat semua kelebihan dan  kekurangan yang terjadi selama   peneliti  melakukan   tindakan   melalui    pelatihan  dilembaran observer. Disamping    itu  juga   mereka observer memberikan masukan dalam bentuk lisan melalui diskusi personalia penelitian.
Setelah  peneliti  lakukan  Refleksi dengan memperhatikan semua   masukan dari   kedua   observer. Barulah kemudian   peneliti   lanjutkan  tindakan    melalui pelatihan siklus 2  yaitu peneliti meminta  salah   seorang   peserta pelatihan untuk tampil sebagai guru  model untuk   mempraktekkan   proses   pembelajaran  sesuai  dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)yang telah  disusun sebelumnya  oleh peserta pelatihan selama    20 menit. Sedangkan peserta lain   memperhatikan dan  diminta untuk  mengomentari  secara   berdiskusi  selama   80 menit. Diakhir  pertemuan  peneliti  lakukan   post test 2, nilai hasil   post test  2   tersebut peneliti gunakan sebagai data akhir dalam penelitian kali ini.
Di samping itu juga  peneliti  berpikir, bahwa penelitian ini akan memberikan manfaat yang besar bagi guru dalam meningkatkan keempat dimensi   kompetensi. Secara pelan-pelan   dan  bertahap sesuai  dengan   tuntutan yang tersurat  maupun yang tersirat dalam Permendiknas Nomor : 16 tahun 2007
Dari  data  hasil penelitian dalam bentuk  nilai  atau  angka ,  setelah peneliti rekap dapat  dilihat pada tabel di bawah ini :

       Tabel 4.6
Rekapitulasi Peningkatan Hasil Penilaian Supervisi Kelas dan Free Test Pada Kondisi Awal,  Siklus I dan  Siklus II

No
Siklus
Jenis Penilaian
Ket
Supervisi Kelas
Kriteria
Free Test

Awal
40,03
K
50,00


I
66,52
C
66,67


II
89,58
BS
76,67


Berdasarkan nilai dalam bentuk angka yang telah direkap seperti terlihat pada tabel   di atas, terjadi   kenaikan   sebesar     26,49 %  dibandingkan  nilai  sebelum  tindakan  dengan setelah tindakan melalui pelatihan pada siklus 1. Sedangkan setelah dilakukan tindakan melalui pelatihan  pada siklus 2, terjadi kenaikan lagi sebesar 23,07 % dibandingkan nilai pada siklus 1 atau dengan angka yaitu dari 66,52 menjadi  89,58, dengan Indikator keberhasilan  penelitian minimal mencapai angka 85%. Sedangkan bila dilihat dari data nilai awal dan free test dibandingkan dengan data  nilai   pada  siklus  2 ( siklus   akhir)  terjadi   kenaikan   sebesar  16,67% atau perbandingan  nilai  dari 50,00  menjadi 66,67 pada siklus pertama dan 76,67 pada siklus kedua. Berarti   penelitian ini berhasil  peneliti lakukan sesuai  dengan Indikator keberhasilan  penelitian, dimana semua  peserta pelatihan sudah memperoleh nilai  rata-rata di atas 70,00.
Dalam bentuk tabel peningkatan hasil supervisi kelas dan nilai free test dapat dilihat pada diagram di bawah ini.










Gambar   1.    Tabel peningkatan hasil supervisi kelas dan Nilai Free Test Pada Kondisi Awal, siklus I dan Siklus II

Dengan demikian bila  kompetensi guru telah meningkat, maka guru tersebutakan terus berusaha lebih lagi untuk meningkat keempat dimensi kompetensi guru sesuai  Permendiknas No.16 tahun 2007, dan pada akhirnya nanti dapat   merubah pola pembelajaran di kelasnya/sekolahnya kearah  pembelajaran yang    PAIKEM artinya belajar  tidak  lagi  berpusat  pada guru  melainkan  berpusat  pada  peserta didik. Paradigma seperti  inilah  yang  harus  kita tanamkan pada semua guru kita. Bila semua guru, dimana keempat dimensi kompetensinya telah meningkat pasti akan  mendatangkan    perubahan    yang  nyata  terhadap  hasil   belajar     peserta didik terutama di Gugus Binaan............................. tempat peneliti bertugas.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Melalui Pelatihan  sebanyak   dua   siklus    ternyata   dapat     meningkatkan kompetensi kepala sekolah di gugus bina ……………….. yang menjadi sekolah binaan peneliti dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Pada hasil supervisi kelas diperoleh hasil  yang terus meningkat dari rata-rata  40,03 dengan kriteria nilai KURANG, menjadi 66,52 dengan kriteria CUKUP dan 89,58 dengan kriteria BAIK SEKALI, sedangkan bila dilihat dari data nilai awal dan free test dibandingkan dengan data  nilai   pada  siklus  2 ( siklus   akhir)  terjadi   kenaikan   nilai  dari 50,00  menjadi 66,67 pada siklus pertama dan 76,67 pada siklus kedua. Berarti   penelitian ini berhasil  peneliti lakukan sesuai  dengan Indikator keberhasilan  penelitian, dimana semua  peserta pelatihan sudah memperoleh nilai  rata-rata di atas 70,00
Dari perolehan angka-angka di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan penelitian dinyatakan berhasil karena semua indikator keberhasilan telah tercapai pada siklus kedua.

B.     Saran-saran
Dari penjelasan pada kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1.  Motivasi yang sudah tertanam khususnya dalam penyusunan RPP hendaknya terus dipertahankan dan ditingkatkan/ dikembangkan .
2.     RPP yang disusun/dibuat hendaknya mengandung komponen-komponen RPP secara lengkap dan baik karena RPP merupakan acuan/pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
3.    Dokumen  RPP hendaknya dibuat  minimal dua rangkap, satu untuk arsip sekolah dan satunya lagi untuk pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
4.  Lakukanlah pembinaan melalui Pelatihan untuk meningkatkan    kompetensi  guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan   Pembelajaran(RPP) pada sekolah  yang binaan saudara.
5.  Segera  lakukan  Penelitian    Tindakan   Sekolah  (PTS)   dalam   rangka Pengembangan   Profesi   Pengawas   Sekolah, sekaligus   susun  Laporan    penelitinnya    untuk   kelengkapan persyaratan kenaikan pangkat.

DAFTAR  PUSTAKA

Peraturan   Pemerintah   Nomor: 19   tahun   2005    tentang    Standar     Nasional Pendidikan.  Jakarta : Depertemen Pendidikan Nasional.

Peraturan   Menteri   Pendidikan   Nasional   Nomor : 16   tahun    2007     tentang  Standar  Kompetensi Guru. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Peraturan Menteri Pendidikan  Nasional Nomor : 41 tahun 2007  tentang   Standar   Proses. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Boila Jhon I, 1995. Supervisi   Klinis. Jakarta :  Proyek Pengembangan LPTK
                      
Hamalik, Uemar, 2004. Pendidikan  Guru Berdasarkan  Pendekatan   Kompetensi.   Jakarta : Dirjen Ketenagaan Dikti

Kusnandar, 2008. Guru Profesional. Jakarta   : Rosdakarya

Mulyasa, E, 2006. Menjadi   Guru   Profisional      Menciptakan        Pembelajaran    Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nana Sudjana, Prof., Dr. ( 2009 ). Kompetensi           Pengawas                Sekolah. Jakarta : Binamitra Publishing
 
Suharsimi  Arikunto, Suhardjono, Supardi.( 2006 ). Penelitian   Tindakan    Kelas.Jakarta : Bumi Aksara

Wasis, D. Dwiyogo. (2007).    Penelitian       Tindakan        Kepengawasan, Untuk      Memperbaiki Sekolah dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengawas Sekolah.      Malang : Wineka Media.