Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Monday, 30 June 2014

PTS : PENJASKES SEKOLAH DASAR


EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR MELALUI PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK 
SISWA KELAS IV SD NEGERI ........................


ABSTRAK

…………………………………..
NIP. …………………..

Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Melalui Pendekatan Bermain Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siswa Kelas IV SD Negeri .........


Pelaksanaan pembelajaran lompat jauh pada siswa kelas IV SD Negeri .........Kecamatan ......... Kabupaten ............ kurang memuaskan bagi guru penjasorkes, hasil yang didapatkan siswa pada tes evaluasi akhir pembelajaran masih banyak siswa yang nilainya belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Sedangkan tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengefektifitaskan pembelajaran dengan cara pendekatan bermain atau memvariasikan berbagai macam permainan ke dalam pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas maka peneliti menyimpulkan rumusan permasalahan yang dihadapi oleh peneliti permainan lompat kanguru sebagai pembelajaran dapat meningkatkan minat dan kemampuan lompat jauh pada siswa kelas IV D Negeri .........Kecamatan ......... Kabupaten .............Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data pengamatan di lapangan.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan bermain pada materi lompat jauh dengan menggunakan media botol aqua dan pralon sebagai sarana dan prasarana pembelajaran mengalami peningkatan dalam hasil belajar siswa kelas IV SD D Negeri .........Kecamatan ......... Kabupaten ............
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal aktivitas siswa mendapat nilai 20, meningkat menjadi 38 pada siklus pertama dan 54 pada siklus kedua. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dan dinyatakan tuntas pada siklus kedua. Peningkatan kemampuan siswa juga meningkat di mana pada kondisi awal, kemampuan lompat jauh siswa masih sangat kurang dari harapan karena hanya terdapat 2 siswa atau hanya 10% dari jumlah siswa sebanyak 20 siswa. Pada siklus pertama meningkat menjadi 9 siswa atau 45% dan pada siklus terakhir menjadi 100% atau seluruh siswa meningkat kemampuna lompat jauhnya setelah pembelajaran menggunakan metode bermain.
Saran dari peneliti meliputi beberapa hal yaitu : diharapkan bagi guru penjasorkes di Sekolah Dasar untuk menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pembelajaran, guru dapat menvariasikan berbagai macam bentuk permainan dalam pembelajaran, dan media botol aqua dan pralon dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan alat peraga dalam pembelajaran lompat jauh.

Kata Kunci :, minat, kemampuan, lompat jauh, permainan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik untukmeningkatkan kebugaran jasmani. Mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif serta kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan jasmani adalah pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya, cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek kognitif, afektip dan psikomotor selain itu pendidikan jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spritual. Salah satu masalah utama dalam Penjas di Indonesia dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran Penjas di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran Penjas dan terbatasnya kemampuan guru Penjas untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran Penjas.
Fenomena itulah yang saat ini terjadi di SD Negeri 09 Zed yang mana kemampuan peserta didik dalam melakukan gerak dasar lompat sangat kurang.Menurut hasil pengamatan peneliti, rendahnya kemampuan gerak dasar di kelas IV SD Negeri 09 Zed tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: (1) Siswa terlihat kurang memperhatikan saat pelajaran Penjas. (2) Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas. (3) Guru kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas. (4) Guru kesulitan dalam menemukan metode pembelajaran bermain yang tepat untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar adalah pendekatan bermain, seperti dijelaskan oleh Djumaidir (2007: 11:31) “dunia anak lebih dekat dengan situasi permainan dari pada yang seruis, didalam pembelajaran banyak disajikan variasi-variasi supaya tidak mudah jenuh sebab siswa kerap kali juga cepat bosan melaksanakan kegiatannya”
Agar pembelajaran Penjas khususnya materi gerak dasar lompat dapat berhasil, maka harus diciptakan lingkungan yang kondusif diantaranya dengan cara memodifikasi alat dan menciptakan metode-metode pembelajaran yang menyenangkan. Dilihat dari karakteristik anak, dunia anak adalah dunia bermain.Siswa SD/MI yang masih tergolong anak-anak bentuk aktivitasnya cenderung berupa permainan. Seperti pada saat jam istirahat mereka sangat antusias untuk melakukan bermacam-macam bentuk permainan. Tanpa disadari mereka sering bermain dengan melakukan gerakan-gerakan dasar dalam cabang olahraga.
Agar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai pedoman, maksud dan tujuan sebagaimana yang ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pembelajaran yang efektif adalah pengajaran yang reflektif yaitu menggunakan pendekatan modern sebagai pengganti pengajaran tradisional. Oleh sebab itu ada pendekatan, maupun variasi modifikasi dalam pembelajaran. Salah satu  pokok bahasan dalam pendidikan jasmani sekolah dasar adalah gerak dasar lompat, karena setiap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah pasti banyak menggunakan gerakan melompat. Modifikasi pembelajaran melompat sangat penting karena banyak siswa yang malas melaksanakan kegiatan tersebut pada saat pembelajaran. Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Oleh karena itulah penulis melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Melalui Pendekatan Bermain Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas IV SD Negeri 09 Zed.
Dengan adanya kurikulum tingkat satuan pendidikan yang merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka peserta didik perlu mempelajari dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan tersebut bukanlah hal yang mudah. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul di lapangan adalah sebagai berikut:
1.      Peserta didik terlihat lambat dalam penguasaan pembelajaran penjas terutama penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya jongkok.
2.      Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas.
3.      Metode pembelajaran atletik khususnya lompat jauh gaya jongkok yang menggunakan metode lama atau tradisional sehingga anak kurang tertarik mengikuti pembelajaran.
4.      Kurangnya pemahaman peserta didik tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga mereka mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut dan memperoleh nilai.
5.      Guru kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas.
6.      Latar belakang pendidikan guru yang mengajar penjas yang bukan guru penjas
Dari identifikasi masalah di atas, peneliti bermaksud meningkatkan pembelajaran lompat jauh dengan  menggunakan metode pendekatan bermain. Bermain bagi anak mampu meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya eksplorasi, memberi tempat berteduh yang aman bagi  perilaku yang secara potensial berbahaya. Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berkomunikasi dan berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anak-anak mempraktekkan peran yang mereka laksanakan dalam hidup masa depannya.
Bermain juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Bermain digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya bermain digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Bermain sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah ranah sikap-nilai.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan alasan memilih judul tersebut, maka permasalahan yang dimunculkan adalah sebagai berikut: Apakah dengan  pendekatan bermain dapat meningkatkan minat dan kemampuan lompat jauh pada siswa kelas IV SD Negeri 09 Zed tahun pelajaran 2012/2013.
C.    Tujuan Penelitian
Berawal dari permasalahan tersebut di atas, penulis bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran lompat jauh melalui pendekatan bermain dapat meningkat. Dengan pendekatan bermain diharapkan dapat meningkatkan minat dan kemampuan gerak siswa, serta dengan pendekatan bermain dapat menarik dan menumbuhkan motivasi serta menjadikan rasa senang  pada semua siswa untuk mengikuti pembelajaran lompat jauh. Sehingga terjadi peningkatan kemampuan aktivitas lompat jauh pada siswa kelas IV SD Negeri 09 Zed tahun pelajaran 2012/2013.
D.    Manfaat Penelitian 
1.   Secara teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran penjas khususnya yang berkaitan dengan peningkatan pembelajaran lompat jauh.
2.   Secara praktis
a.       Bagi sekolah :
Dapat meningkatkan pemberdayaan metode ini agar kemampuan  siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada mata pelajaran yang lain.
b.   Bagi guru :
1)      Dapat dijadikan referensi dalam melaksanakan proses pembelajaran
2)      Dapat menjadi bahan masukan dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.
3)      Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru penjas dalam menyusun program pembelajaran penjas selanjutnya.
c.   Bagi siswa :
1)      Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran lompat jauh
2)      Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut serta dalam penilaian atas diri sendiri    


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian
1.      Kondisi Awal
Berdasarkan tes uji kompetensi dasar atletik pada materi pembelajran lompat jauh, ternyata hasilnya masih kurang memuaskan, padahal guru sudah berusaha semaksimal mungkin agar siswa memahami dengan diberi contoh secara berulang –ulang. Pada kondisi awal setelah dilakukan tes, masih ada nilai yang dibawah KKM. Oleh karena itu peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk bersama-sama mengidentifikasi kekurangan pembelajaran pada mata pelajaran penjasorkes yang telah dilaksanakan.
Kompetensi dasar pada materi atletik lompat jauh khususnya kelas IV Sekolah Dasar, kenyataan yang ada dalam proses pembelajaran penjasorkes, guru kurang kreatif dalam mengajar dan cenderung monoton dalam kegiatan penjas serta tidak memanfaatkan lingkungan sekitarnya.
Data-data pada kondisi awal sebagaimana dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini :
Tabel 4.1    Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Kondisi Awal

No
Indikator yang Diamati
Skor
Jumlah
1
2
3
4
I
PENDAHULUAN





1
5 menit sebelum jam pelajaran siswa sudah hadir di Lapangan

v


2
2
Siswa baris di lapangan dengan tertib
v



1
3
Siswa berdoa dengan seksama
v



1
II
PEMANASAN




0
1
Siswa melakukan pemanasan dengan bersemangat
v



1
2
Seluruh siswa melakukan pemanasan dalam bentuk permainan
v



1
3
Seluruh siswa melakukan stretching
v



1
III
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN





1
Siswa mendengarkan guru yang menyampaikan tujuan dalam proses pembelajaran

v


2
No
Indikator yang Diamati
Skor
Jumlah
1
2
3
4
2
Siswa melakukan proses pembelajaran sesuai dengan instruksi guru
v



1
3
Siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan gembira dan menyenangkan
v



1
4
Masing-masing siswa melakukan proses pembelajaran dengan tidak terpaksa

v


2
5
Siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan berkelompok dan dapat menyesuaikan diri.
v



1
6
Siswa melakukan latihan lompat kotak dengan baik
v



1
7
Siswa melakukan evaluasi lompat jauh

v


2
IV
PENDINGINAN/ COOLING DOWN





1
Siswa melakukan penenangan dalam bentuk permainan yang menggembirakan.

v


2
2
Siswa terlihat termotivasi setelah menerima materi pembelajaran
v



1

Jumlah
20
Keterangan :
Skor yang diperoleh:

0 – 20, berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah.
21 – 40, berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sedang.
41 – 60, berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tinggi.

Dari penjelasan pada tabel di atas dapat dismpulkan bahwa aktivitas siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil pengamatan dinyatakan masih rendah, karena hanya memperoleh skor 20, atau masuk dalam kategori rendah.
Penjelasan mengenai tes kemampuan siswa pada kondisi awal sebagaimana dijelaskan pada  tabel di bawah ini.
Tabel 4.2    Rekapitulasi Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Kondisi Awal

No
Siklus
Berhasil
%
Belum
%
Ket
1
Kondisi Awal
2
10
18
90



Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang dinyatakan berhasil sebanyak 2 siswa atau 10%, sedangkan 18 siswa dinyatakan berlum berhasil atau sebesar 90%. Penjelasan secara rinci mengenai hasil tes proses kemampuan lompat jauh pada kondisi awal dapat dilihat pada lampiran.
2.      Siklus I
a.      Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan penelitian, yaitu dengan mempersiapkan:
1)      Rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan jadwal Penelitian.
2)      Media pembelajaran yang digunakan sebagai alat bantu mengajar di dengan bentuk permainan yang akan dilakukan.
3)      Sarana dan prasarana yang akan diperlukan dalam proses penelitian tindakan kelas.
4)      Menyiapkan lembar observasi yang digunakan teman sejawat untuk mengamati kegiatan siswa dan guru.
5)      Menyiapkan lembar angket yang diisi oleh siswa.
6)      Koordinasi dengan pengamat yaitu teman sejawat tentang isi dan cara penggunaan instrumen.
b.      Tindakan
Pada tahap tindakan ini penulis melakukan kegiatan sebagai berikut :
1)      Guru mengucapkan salam.
2)      Guru menyampaikan apresiasi.
3)      Guru menyampaikan tujan pembelajaran.
4)      Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang melompat jauh yang benar.
5)      Secara individual siswa disuruh melompat-lompat sebelum menggunakan botol aqua dan pralon (boqualon) dalam bermain.
6)      Guru menyiapkan botol aqua dan pralon (boqualon) dan pilar sebagai media pembelajaran
7)      Siswa disuruh melakukan lompat jauh melewati rintangan boqualon (botol aqua dan pralon) secara bergiliran dan berlomba dengan lempar tangkap bola.
8)      Guru mencatat hasil belajar siswa.
9)      Guru melakukan analisa data.
10)  Guru mempersilahkan siswa untuk memberikan komentar tentang bermain.
c.       Observasi / Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh teman sejawat. Selain siswa, guru juga diamati dengan format penilaian yang telah diadakan bersama antara teman sejawat dengan penulis. Teman sejawat mengamati siswa saat melakukan kegiatan yang diberikan oleh guru. Yang dicatat oleh teman sejawat adalah antusiasi siswa, keberanian siswa, dan juga keefektifan penggunaan media pembelajaran botol aqua dan pralon (boqualon) dan pilar sebagai media lompat jauh.

Tabel 4.3    Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Siklus Pertama

No
Indikator yang Diamati
Skor
Jumlah
1
2
3
4
I
PENDAHULUAN





1
5 menit sebelum jam pelajaran siswa sudah hadir di Lapangan

v


2
2
Siswa baris di lapangan dengan tertib


v

3
3
Siswa berdoa dengan seksama

v


2
II
PEMANASAN




0
1
Siswa melakukan pemanasan dengan bersemangat

v


2
2
Seluruh siswa melakukan pemanasan dalam bentuk permainan


v

3
3
Seluruh siswa melakukan stretching


v

3
III
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN




0
1
Siswa mendengarkan guru yang menyampaikan tujuan dalam proses pembelajaran

v


2
No
Indikator yang Diamati
Skor
Jumlah
1
2
3
4
2
Siswa melakukan proses pembelajaran sesuai dengan instruksi guru

v


2
3
Siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan gembira dan menyenangkan


v

3
4
Masing-masing siswa melakukan proses pembelajaran dengan tidak terpaksa


v

3
5
Siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan berkelompok dan dapat menyesuaikan diri.


v

3
6
Siswa melakukan latihan lompat kotak dengan baik

v


2
7
Siswa melakukan evaluasi lompat jauh

v


2
IV
PENDINGINAN/ COOLING DOWN




0
1
Siswa melakukan penenangan dalam bentuk permainan yang menggembirakan.


v

3
2
Siswa terlihat termotivasi setelah menerima materi pembelajaran


v

3

Jumlah
38
Keterangan :
Skor yang diperoleh:

0 – 20, berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah.
21 – 40, berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sedang.
41 – 60, berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tinggi.

Dari penjelasan pada tabel di atas dapat dismpulkan bahwa aktivitas siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil pengamatan dinyatakan masih rendah, karena hanya memperoleh skor 20, atau masuk dalam kategori rendah.
Penjelasan mengenai tes kemampuan siswa pada kondisi awal sebagaimana dijelaskan pada  tabel di bawah ini.
Tabel 4.4    Rekapitulasi Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Siklus Pertama

No
Siklus
Berhasil
%
Belum
%
Ket
1
Kondisi Awal
2
10
18
90

2
Siklus I
9
45
11
55


Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang dinyatakan berhasil sebanyak 2 siswa atau 10%, sedangkan 18 siswa dinyatakan berlum berhasil atau sebesar 90%. Penjelasan secara rinci mengenai hasil tes proses kemampuan lompat jauh pada siklus perta,a dapat dilihat pada lampiran.
d.      Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai  berikut :
1)      Guru kurang baik dalam memotivasi siswa  dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
2)      Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3)      Siswa kurang bisa antusias  selama pembelajaran berlangsung
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1)      Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa an lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2)      Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3)      Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias
3.      Siklus II
a.       Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini guru atau peneliti juga harus menyiapkan segala sesuatunya seperti di siklus I. Misalnya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagaimana disiklus I. Hasil dari siklus I yang dibahas dalam analisis dan refleksi, maka perencanaan pada siklus II ini pada dasarnya sama hanya menyempurnakan siklus I. Perbedaannya adalah bahwa siklus II, observasi dapat memperolah laporan hasil pengamatan secara utuh.
b.      Tindakan
Tindakan pada siklus II dilakukan sesuai dengan rancangan pembelajaran, yaitu pada rencana mengajar harian seperti yang dilakukan pada siklus I juga menggunakan media botol aqua dan pralon (boqualon) dan pilar sebagai media untuk bermain. akan tetapi pada siklus II ini akan dilakukan pelaksanaan penggunaan media botol aqua dan pralon (boqualon) dan secara efesien, sehingga nantinya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c.       Pengamatan/observasi.
Pengamatan dilakukan pada setiap perubahan perilaku yang dialami oleh siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan membuat catatan penting yang dapat dipakai sebagai data penilaian. Sebagaimana pada siklus I pengamatan dilakukan pula terhadap proses mengajar dengan menggunakan pedoman pengamatan yaitu lembar observasi / lembar pengamatan.
Tabel 4.5    Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Siklus Kedua

No
Indikator yang Diamati
Skor
Jumlah
1
2
3
4
I
PENDAHULUAN





1
5 menit sebelum jam pelajaran siswa sudah hadir di Lapangan


v

3
2
Siswa baris di lapangan dengan tertib



v
4
3
Siswa berdoa dengan seksama


v

3
II
PEMANASAN





1
Siswa melakukan pemanasan dengan bersemangat



v
4
2
Seluruh siswa melakukan pemanasan dalam bentuk permainan



v
4
3
Seluruh siswa melakukan stretching



v
4
III
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN





1
Siswa mendengarkan guru yang menyampaikan tujuan dalam proses pembelajaran


v

3
No
Indikator yang Diamati
Skor
Jumlah
1
2
3
4
2
Siswa melakukan proses pembelajaran sesuai dengan instruksi guru


v

3
3
Siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan gembira dan menyenangkan



v
4
4
Masing-masing siswa melakukan proses pembelajaran dengan tidak terpaksa



v
4
5
Siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan berkelompok dan dapat menyesuaikan diri.



v
4
6
Siswa melakukan latihan lompat kotak dengan baik


v

3
7
Siswa melakukan evaluasi lompat jauh


v

3
IV
PENDINGINAN/ COOLING DOWN





1
Siswa melakukan penenangan dalam bentuk permainan yang menggembirakan.



v
4
2
Siswa terlihat termotivasi setelah menerima materi pembelajaran



v
4

 Nilai rata-rata




54
 Keterangan :
Skor yang diperoleh:

0 – 20, berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah.
21 – 40, berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sedang.
41 – 60, berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tinggi.

Dari penjelasan pada tabel di atas dapat dismpulkan bahwa aktivitas siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil pengamatan dinyatakan tinggi, karena hanya memperoleh skor 54, atau masuk dalam kategori tinggi.
Penjelasan mengenai tes kemampuan siswa pada kondisi awal sebagaimana dijelaskan pada  tabel di bawah ini.
Tabel 4.6    Rekapitulasi Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Siklus II

No
Siklus
Berhasil
%
Belum
%
Ket
1
Kondisi Awal
2
10
18
90

2
Siklus I
9
45
11
55

3
Siklus II
20
100
-
-

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang dinyatakan berhasil sebanyak 2 siswa atau 10%, sedangkan 18 siswa dinyatakan berlum berhasil atau sebesar 90%. Penjelasan secara rinci mengenai hasil tes proses kemampuan lompat jauh pada kondisi awal dapat dilihat pada lampiran.
d.      Refleksi
                        Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dngan penerapan pembelajaran metode bermain. Dari  data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan  sebagai berikut:
              1.  Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran  dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek  cukup besar.
              2.  berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung
              3.  Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga  menjadi lebih baik
              4.  Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai  ketuntasan.
Dari pelaksanaan kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus, dapat disimpulkan :
1.      Peningkatan Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan dari kondisi awal, siklus pertama dan siklus kedua dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa mengalami kenaikan pada setiap siklusnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.7    Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No
Siklus
Nilai
Kriteria
Ketuntasan
Ket
1
Kondisi Awal
20
Rendah
Belum Tuntas

2
Siklus I
38
Sedang
Belum Tuntas

3
Siklus I
54
Tinggi
Tuntas

Skor yang diperoleh:

0 – 20,    berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah
21 – 40,                 berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sedang
41 – 60,                 berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tinggi

Dari tabel di atas dapat dijelaskan pada pada kondisi awal aktivitas siswa mendapat nilai 20, meningkat menjadi 38 pada siklus pertama dan 54 pada siklus kedua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini :










Gambar    4.1 Peningkatan Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

2.      Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh  Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan dari kondisi awal, siklus pertama dan siklus kedua dapat disimpulkan bahwa kemampuan lompat jauh siswa mengalami kenaikan pada setiap siklusnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8    Rekapitulasi Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No
Siklus
Berhasil
%
Belum
%
Ket
1
Kondisi Awal
2
10
18
90

2
Siklus I
9
45
11
55

3
Siklus II
20
100
-
-


Dari tabel di atas dapat dijelaskan pada pada kondisi awal, kemampuan lompat jauh siswa masih sangat kurang dari harapan karena hanya terdapat 2 siswa atau hanya 10% dari jumlah siswa sebanyak 20 siswa. Pada siklus pertama meningkat menjadi 9 siswa atau 45% dan pada siklus terakhir menjadi 100% atau seluruh siswa meningkat kemampuna lompat jauhnya setelah pembelajaran menggunakan metode bermain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini :












Gambar    4.2 Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

B.     Pembahasan
Pada pembahasan ini akan disajikan menurut hasil penelitian lompat jauh melalui pendekatan bermain pada siswa kelas IV di SD Negeri 09 Zed  mengalami peningkatan dalam pembelajaran lompat jauh.
Pelaksanan perbaikan aktifitas pembelajaran siswa berjalan cukup baik. pada kondisi awal, aktivitas siswa mendapat nilai 20, meningkat menjadi 38 pada siklus pertama dan 54 pada siklus kedua. Sedangkan peningkatan kemampuan siswa dalam pelaksanaan kegiatan lompat jauh dengan menggunakan metode bermain juga mengalami peningkatan dari 2 siswa atau 10% pada kondisi awal, menjadi 9 siswa atau 45% pada siklus pertama dan 100% atau 20 siswa pada siklus kedua.
Peningkatan efektifitas pembelajaran lompat jauh pada siswa kelas IV SD Negeri 09 Zed terjadi karena dalam perbaikan pembelajaran secara konsekuen penulis melaksanakan aktifitas-aktifitas perbaikan pembelajaran dalam proses belajar mengajar antara lain sebagai berikut :
1.      Menjelaskan materi pembelajaran dengan pelan dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.
2.      Menggunakan metode permainan karena anak usia SD senang dengan bermain yaitu dengan pendekatan bermain.
3.      Pemanfaatan media yang tepat dan menarik
4.      Pelaksanaan pemberian bimbingan yang sesuai.
5.      Pemberian tugas dan latihan.



DAFTAR PUSTAKA


Achmad munib, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.

Achmad Sugandi, dkk. 2007. Teori Pembelajaran.Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.

Aip Syarifuddin, dkk. 1992. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.Jakarta: Departemen pendidkan dan kebudayaan.

Bismo Suryatmo, dkk. 2006. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk kelas IV. Jakarta:PT. Widya Utama.

Bismo Suryatmo, dkk. 2006. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk kelas V. Jakarta:PT. Widya Utama.

Buku Panduan penulisan skripsi fakultas ilmu keolahragaan, 2011. Universitas Negeri Semarang.

Catharina tri anni, dkk. Psikologi Belajar.Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.

Eko Suwarso, dkk.2010. pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.Jakarta: PT.Arya Duta

Juari, dkk. 2010. Pendidikan jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.Jakarta:CV Bina Pustaka.

Purwaningsih, Puji. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Lompat Jauh Melalui Penggunaan Media Botol Plastik Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sibebek Kec. Bawang Kab. Batang. Skripsi S-1. Semarang. UNNES.

Sugiyanto dan Sudjarwo. 1991. Perrkembangan dan belajar gerak, modul 1 –6.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sujadi, Untung. 2012. Penggunaan Media Balok Berjenjang Dalam Pembelajaran Senam Keseimbangan Pada Siswa Kelas III SD Negeri Karangtejo Kec.Jumo Kab. Temanggung. Skripsi S-1. Semarang. UNNES.

Syarifudin. 2009. Tahapan Belajar Gerak dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Diunduh dari  http://syarifudinteta.wordpress.com/2009/04/07/tahapan- belajar-gerak-dan-pembelajaran-pendidikan-jasmani/ [ 20 Juli 2013, pukul 11:33]


Bab 2, 3, 5 dan lampiran2 bila berminat silahkan klik DOWNLOAD
terima kasih.