EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GERAK DASAR MELALUI PENDEKATAN BERMAIN TERHADAP
KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK
SISWA KELAS IV SD NEGERI ........................
ABSTRAK
…………………………………..
NIP. …………………..
Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar
Melalui Pendekatan Bermain Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Siswa Kelas IV SD Negeri .........
Pelaksanaan pembelajaran
lompat jauh pada siswa kelas IV SD Negeri .........Kecamatan .........
Kabupaten ............ kurang memuaskan bagi guru penjasorkes, hasil yang didapatkan
siswa pada tes evaluasi akhir pembelajaran masih banyak siswa yang nilainya
belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.
Sedangkan tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengefektifitaskan
pembelajaran dengan cara pendekatan bermain atau memvariasikan berbagai macam
permainan ke dalam pembelajaran.
Berdasarkan permasalahan di atas
maka peneliti menyimpulkan rumusan permasalahan yang dihadapi oleh peneliti
permainan lompat kanguru sebagai pembelajaran dapat meningkatkan minat dan
kemampuan lompat jauh pada siswa kelas IV D Negeri .........Kecamatan .........
Kabupaten .............Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data
pengamatan di lapangan.
Berdasarkan penelitian dapat
disimpulkan bahwa melalui pendekatan bermain pada materi lompat jauh dengan
menggunakan media botol aqua dan pralon sebagai sarana dan prasarana
pembelajaran mengalami peningkatan dalam hasil belajar siswa kelas IV SD D Negeri .........Kecamatan .........
Kabupaten ............
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada kondisi awal aktivitas siswa mendapat nilai 20, meningkat menjadi 38
pada siklus pertama dan 54 pada siklus kedua. Hal ini menunjukkan bahwa
aktivitas siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dan dinyatakan
tuntas pada siklus kedua. Peningkatan kemampuan siswa juga meningkat di mana pada
kondisi awal, kemampuan lompat jauh siswa masih sangat kurang dari harapan
karena hanya terdapat 2 siswa atau hanya 10% dari jumlah siswa sebanyak 20
siswa. Pada siklus pertama meningkat menjadi 9 siswa atau 45% dan pada siklus
terakhir menjadi 100% atau seluruh siswa meningkat kemampuna lompat jauhnya
setelah pembelajaran menggunakan metode bermain.
Saran dari peneliti meliputi
beberapa hal yaitu : diharapkan bagi guru penjasorkes di Sekolah Dasar untuk
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pembelajaran, guru dapat menvariasikan
berbagai macam bentuk permainan dalam pembelajaran, dan media botol aqua dan
pralon dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan alat peraga dalam
pembelajaran lompat jauh.
Kata Kunci :, minat, kemampuan, lompat jauh, permainan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajaran
melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematik
untukmeningkatkan kebugaran jasmani. Mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif,
sikap sportif serta kecerdasan emosi. Tujuan yang ingin dicapai dalam
pendidikan jasmani adalah pengembangan individu secara menyeluruh. Artinya,
cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja tetapi juga aspek
kognitif, afektip dan psikomotor selain itu pendidikan jasmani juga mencakup
aspek mental, emosional, sosial dan spritual. Salah satu masalah utama dalam
Penjas di Indonesia dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran Penjas di
sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya terbatasnya
sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran Penjas
dan terbatasnya kemampuan guru Penjas untuk melakukan inovasi dalam
pembelajaran Penjas.
Fenomena itulah
yang saat ini terjadi di SD Negeri 09 Zed yang mana
kemampuan peserta didik dalam melakukan gerak dasar lompat sangat kurang.Menurut hasil pengamatan peneliti,
rendahnya kemampuan gerak dasar di kelas IV SD Negeri 09 Zed tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: (1) Siswa terlihat kurang
memperhatikan saat pelajaran Penjas. (2) Terbatasnya sarana dan prasarana
Penjas. (3) Guru kurang kreatif menciptakan modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas. (4) Guru kesulitan dalam
menemukan metode pembelajaran bermain yang tepat untuk meningkatkan kemampuan
gerak dasar siswa.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik siswa sekolah dasar adalah pendekatan bermain, seperti dijelaskan
oleh Djumaidir (2007: 11:31) “dunia anak lebih dekat dengan situasi permainan
dari pada yang seruis, didalam pembelajaran banyak disajikan variasi-variasi
supaya tidak mudah jenuh sebab siswa kerap kali juga cepat bosan melaksanakan
kegiatannya”
Agar pembelajaran Penjas khususnya materi gerak dasar
lompat dapat berhasil, maka harus diciptakan lingkungan yang kondusif
diantaranya dengan cara memodifikasi alat dan menciptakan metode-metode
pembelajaran yang menyenangkan. Dilihat dari karakteristik anak, dunia anak
adalah dunia bermain.Siswa SD/MI yang masih tergolong anak-anak bentuk
aktivitasnya cenderung berupa permainan. Seperti
pada saat jam istirahat mereka sangat antusias untuk melakukan bermacam-macam
bentuk permainan. Tanpa disadari mereka sering bermain dengan melakukan
gerakan-gerakan dasar dalam cabang olahraga.
Agar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat
terlaksana sesuai pedoman, maksud dan tujuan sebagaimana yang ada dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka pendidikan jasmani harus mampu
membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Pembelajaran yang efektif
adalah pengajaran yang reflektif yaitu menggunakan pendekatan modern sebagai
pengganti pengajaran tradisional. Oleh sebab itu ada pendekatan, maupun variasi
modifikasi dalam pembelajaran. Salah satu
pokok bahasan dalam pendidikan jasmani sekolah dasar adalah gerak dasar
lompat, karena setiap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah pasti banyak
menggunakan gerakan melompat. Modifikasi pembelajaran melompat sangat penting
karena banyak siswa yang malas melaksanakan kegiatan tersebut pada saat
pembelajaran. Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat
terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada
dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan. Oleh karena itulah penulis melakukan penelitian
dengan judul Efektivitas Pembelajaran Gerak Dasar Melalui Pendekatan Bermain
Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas IV SD Negeri 09 Zed.
Dengan adanya kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran,
maka peserta didik perlu mempelajari dan melaksanakannya untuk mencapai tujuan
yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai tujuan tersebut bukanlah hal yang mudah.
Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul di lapangan adalah sebagai
berikut:
1. Peserta didik terlihat lambat dalam
penguasaan pembelajaran penjas terutama penguasaan gerak dasar lompat jauh gaya
jongkok.
2. Terbatasnya sarana dan prasarana
Penjas.
3. Metode pembelajaran
atletik khususnya lompat jauh gaya jongkok yang menggunakan metode lama atau
tradisional sehingga anak kurang tertarik mengikuti pembelajaran.
4. Kurangnya
pemahaman peserta didik tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga
mereka mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut dan memperoleh nilai.
5. Guru kurang kreatif menciptakan
modifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas.
6. Latar belakang
pendidikan guru yang mengajar penjas yang bukan guru penjas
Dari identifikasi
masalah di atas, peneliti bermaksud meningkatkan pembelajaran lompat jauh
dengan menggunakan metode pendekatan
bermain. Bermain bagi anak mampu meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya,
mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya
eksplorasi, memberi tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya.
Permainan meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak akan berkomunikasi dan
berinteraksi dengan satu sama lain. Selama interaksi ini, anak-anak
mempraktekkan peran yang mereka laksanakan dalam hidup masa depannya.
Bermain juga
dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan
antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Bermain digunakan untuk
penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak
(akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan
belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun
membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya bermain digunakan sebagai
bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar
permainan. Bermain sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang
dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk
menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran).
Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah ranah sikap-nilai.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
latar belakang dan alasan memilih judul tersebut, maka permasalahan yang
dimunculkan adalah sebagai berikut: Apakah dengan pendekatan bermain dapat meningkatkan minat
dan kemampuan lompat jauh pada siswa kelas IV SD Negeri 09 Zed tahun pelajaran
2012/2013.
C.
Tujuan Penelitian
Berawal dari
permasalahan tersebut di atas,
penulis bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pembelajaran lompat jauh melalui
pendekatan bermain dapat meningkat. Dengan pendekatan bermain diharapkan dapat
meningkatkan minat dan kemampuan gerak siswa, serta dengan pendekatan bermain
dapat menarik dan menumbuhkan motivasi
serta menjadikan rasa senang pada semua siswa untuk mengikuti pembelajaran
lompat jauh. Sehingga terjadi peningkatan kemampuan aktivitas lompat jauh pada
siswa kelas IV SD Negeri 09 Zed tahun pelajaran 2012/2013.
D.
Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Secara umum hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran penjas
khususnya yang berkaitan dengan peningkatan pembelajaran lompat jauh.
2. Secara praktis
a. Bagi sekolah :
Dapat meningkatkan pemberdayaan
metode ini agar kemampuan siswa lebih
baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada mata pelajaran yang lain.
b.
Bagi guru :
1) Dapat dijadikan referensi dalam
melaksanakan proses pembelajaran
2) Dapat menjadi bahan masukan dalam
mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.
3) Dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi guru penjas dalam menyusun program pembelajaran penjas selanjutnya.
c. Bagi siswa :
1) Dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran lompat jauh
2) Dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk ikut serta dalam penilaian atas diri
sendiri
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1. Kondisi
Awal
Berdasarkan tes uji kompetensi
dasar atletik pada materi pembelajran lompat jauh, ternyata hasilnya masih
kurang memuaskan, padahal guru sudah berusaha semaksimal mungkin agar siswa
memahami dengan diberi contoh secara berulang –ulang. Pada kondisi awal setelah
dilakukan tes, masih ada nilai yang dibawah KKM. Oleh karena itu peneliti
meminta bantuan teman sejawat untuk bersama-sama mengidentifikasi kekurangan
pembelajaran pada mata pelajaran penjasorkes yang telah dilaksanakan.
Kompetensi dasar pada materi
atletik lompat jauh khususnya kelas IV Sekolah Dasar, kenyataan yang ada dalam
proses pembelajaran penjasorkes, guru kurang kreatif dalam mengajar dan
cenderung monoton dalam kegiatan penjas serta tidak memanfaatkan lingkungan
sekitarnya.
Data-data pada kondisi awal
sebagaimana dijelaskan pada tabel-tabel di bawah ini :
Tabel 4.1 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Kondisi Awal
No
|
Indikator yang Diamati
|
Skor
|
Jumlah
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
I
|
PENDAHULUAN
|
|||||
1
|
5 menit sebelum jam pelajaran siswa sudah hadir di Lapangan
|
v
|
2
|
|||
2
|
Siswa baris di lapangan dengan tertib
|
v
|
1
|
|||
3
|
Siswa berdoa dengan seksama
|
v
|
1
|
|||
II
|
PEMANASAN
|
0
|
||||
1
|
Siswa melakukan pemanasan dengan bersemangat
|
v
|
1
|
|||
2
|
Seluruh siswa melakukan pemanasan dalam bentuk permainan
|
v
|
1
|
|||
3
|
Seluruh siswa melakukan stretching
|
v
|
1
|
|||
III
|
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
|
|||||
1
|
Siswa mendengarkan guru yang menyampaikan tujuan dalam proses
pembelajaran
|
v
|
2
|
|||
No
|
Indikator yang Diamati
|
Skor
|
Jumlah
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
2
|
Siswa melakukan proses pembelajaran sesuai dengan instruksi guru
|
v
|
1
|
|||
3
|
Siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan gembira dan
menyenangkan
|
v
|
1
|
|||
4
|
Masing-masing siswa melakukan proses pembelajaran dengan tidak
terpaksa
|
v
|
2
|
|||
5
|
Siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan berkelompok
dan dapat menyesuaikan diri.
|
v
|
1
|
|||
6
|
Siswa melakukan latihan lompat kotak dengan baik
|
v
|
1
|
|||
7
|
Siswa melakukan evaluasi lompat jauh
|
v
|
2
|
|||
IV
|
PENDINGINAN/ COOLING DOWN
|
|||||
1
|
Siswa melakukan penenangan dalam bentuk permainan yang
menggembirakan.
|
v
|
2
|
|||
2
|
Siswa terlihat termotivasi setelah menerima materi pembelajaran
|
v
|
1
|
|||
Jumlah
|
20
|
Keterangan :
Skor yang diperoleh:
0 – 20,
berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah.
21 – 40,
berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sedang.
41 – 60,
berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tinggi.
Dari penjelasan pada tabel di atas
dapat dismpulkan bahwa aktivitas siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil
pengamatan dinyatakan masih rendah, karena hanya memperoleh skor 20, atau masuk
dalam kategori rendah.
Penjelasan mengenai tes kemampuan
siswa pada kondisi awal sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Kondisi
Awal
No
|
Siklus
|
Berhasil
|
%
|
Belum
|
%
|
Ket
|
1
|
Kondisi Awal
|
2
|
10
|
18
|
90
|
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang
dinyatakan berhasil sebanyak 2 siswa atau 10%, sedangkan 18 siswa dinyatakan
berlum berhasil atau sebesar 90%. Penjelasan secara rinci mengenai hasil tes
proses kemampuan lompat jauh pada kondisi awal dapat dilihat pada lampiran.
2. Siklus
I
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan penelitian,
yaitu dengan mempersiapkan:
1)
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan
jadwal Penelitian.
2)
Media pembelajaran yang digunakan sebagai alat bantu
mengajar di dengan bentuk permainan yang akan dilakukan.
3)
Sarana dan prasarana yang akan diperlukan dalam proses
penelitian tindakan kelas.
4)
Menyiapkan lembar observasi yang digunakan teman
sejawat untuk mengamati kegiatan siswa dan guru.
5)
Menyiapkan lembar angket yang diisi oleh siswa.
6)
Koordinasi dengan pengamat yaitu teman sejawat tentang
isi dan cara penggunaan instrumen.
b. Tindakan
Pada tahap tindakan ini penulis melakukan kegiatan sebagai
berikut :
1) Guru
mengucapkan salam.
2) Guru
menyampaikan apresiasi.
3) Guru
menyampaikan tujan pembelajaran.
4) Siswa
mendengarkan penjelasan guru tentang melompat jauh yang benar.
5) Secara
individual siswa disuruh melompat-lompat sebelum menggunakan botol aqua dan
pralon (boqualon) dalam bermain.
6) Guru
menyiapkan botol aqua dan pralon (boqualon) dan pilar sebagai media
pembelajaran
7) Siswa
disuruh melakukan lompat jauh melewati rintangan boqualon (botol aqua dan
pralon) secara bergiliran dan berlomba dengan lempar tangkap bola.
9) Guru
melakukan analisa data.
10) Guru
mempersilahkan siswa untuk memberikan komentar tentang bermain.
c. Observasi
/ Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh teman sejawat.
Selain siswa, guru juga diamati dengan format penilaian yang telah diadakan
bersama antara teman sejawat dengan penulis. Teman sejawat mengamati siswa saat
melakukan kegiatan yang diberikan oleh guru. Yang dicatat oleh teman sejawat
adalah antusiasi siswa, keberanian siswa, dan juga keefektifan penggunaan media
pembelajaran botol aqua dan pralon (boqualon) dan pilar sebagai media lompat
jauh.
Tabel 4.3 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Siklus Pertama
No
|
Indikator yang Diamati
|
Skor
|
Jumlah
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
I
|
PENDAHULUAN
|
|||||
1
|
5 menit sebelum jam pelajaran siswa sudah hadir di Lapangan
|
v
|
2
|
|||
2
|
Siswa baris di lapangan dengan tertib
|
v
|
3
|
|||
3
|
Siswa berdoa dengan seksama
|
v
|
2
|
|||
II
|
PEMANASAN
|
0
|
||||
1
|
Siswa melakukan pemanasan dengan bersemangat
|
v
|
2
|
|||
2
|
Seluruh siswa melakukan pemanasan dalam bentuk permainan
|
v
|
3
|
|||
3
|
Seluruh siswa melakukan stretching
|
v
|
3
|
|||
III
|
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
|
0
|
||||
1
|
Siswa mendengarkan guru yang menyampaikan tujuan dalam proses
pembelajaran
|
v
|
2
|
|||
No
|
Indikator yang Diamati
|
Skor
|
Jumlah
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
2
|
Siswa melakukan proses pembelajaran sesuai dengan instruksi guru
|
v
|
2
|
|||
3
|
Siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan gembira dan
menyenangkan
|
v
|
3
|
|||
4
|
Masing-masing siswa melakukan proses pembelajaran dengan tidak
terpaksa
|
v
|
3
|
|||
5
|
Siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan berkelompok
dan dapat menyesuaikan diri.
|
v
|
3
|
|||
6
|
Siswa melakukan latihan lompat kotak dengan baik
|
v
|
2
|
|||
7
|
Siswa melakukan evaluasi lompat jauh
|
v
|
2
|
|||
IV
|
PENDINGINAN/ COOLING DOWN
|
0
|
||||
1
|
Siswa melakukan penenangan dalam bentuk permainan yang
menggembirakan.
|
v
|
3
|
|||
2
|
Siswa terlihat termotivasi setelah menerima materi pembelajaran
|
v
|
3
|
|||
Jumlah
|
38
|
Keterangan :
Skor yang diperoleh:
0 – 20,
berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah.
21 – 40,
berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sedang.
41 – 60,
berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tinggi.
Dari penjelasan pada tabel di atas
dapat dismpulkan bahwa aktivitas siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil
pengamatan dinyatakan masih rendah, karena hanya memperoleh skor 20, atau masuk
dalam kategori rendah.
Penjelasan mengenai tes kemampuan
siswa pada kondisi awal sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Siklus
Pertama
No
|
Siklus
|
Berhasil
|
%
|
Belum
|
%
|
Ket
|
1
|
Kondisi Awal
|
2
|
10
|
18
|
90
|
|
2
|
Siklus I
|
9
|
45
|
11
|
55
|
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang
dinyatakan berhasil sebanyak 2 siswa atau 10%, sedangkan 18 siswa dinyatakan
berlum berhasil atau sebesar 90%. Penjelasan secara rinci mengenai hasil tes
proses kemampuan lompat jauh pada siklus perta,a dapat dilihat pada lampiran.
d. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh
informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut :
1)
Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran.
2)
Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3)
Siswa kurang bisa antusias selama pembelajaran berlangsung
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I
ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan
pada siklus berikutnya.
1)
Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa an
lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk
terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2)
Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan
menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan.
3)
Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam
memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias
3. Siklus
II
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini guru
atau peneliti juga harus menyiapkan segala sesuatunya seperti di siklus I.
Misalnya membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagaimana disiklus I.
Hasil dari siklus I yang dibahas dalam analisis dan refleksi, maka perencanaan
pada siklus II ini pada dasarnya sama hanya menyempurnakan siklus I.
Perbedaannya adalah bahwa siklus II, observasi dapat memperolah laporan hasil
pengamatan secara utuh.
Tindakan pada siklus II dilakukan
sesuai dengan rancangan pembelajaran, yaitu pada rencana mengajar harian
seperti yang dilakukan pada siklus I juga menggunakan media botol aqua dan
pralon (boqualon) dan pilar sebagai media untuk bermain. akan tetapi pada
siklus II ini akan dilakukan pelaksanaan penggunaan media botol aqua dan pralon
(boqualon) dan secara efesien, sehingga nantinya akan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
c. Pengamatan/observasi.
Pengamatan dilakukan pada setiap
perubahan perilaku yang dialami oleh siswa pada saat proses pembelajaran
berlangsung dengan membuat catatan penting yang dapat dipakai sebagai data
penilaian. Sebagaimana pada siklus I pengamatan dilakukan pula terhadap proses
mengajar dengan menggunakan pedoman pengamatan yaitu lembar observasi / lembar
pengamatan.
Tabel 4.5 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Siklus Kedua
No
|
Indikator yang Diamati
|
Skor
|
Jumlah
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
I
|
PENDAHULUAN
|
|||||
1
|
5 menit sebelum jam pelajaran siswa
sudah hadir di Lapangan
|
v
|
3
|
|||
2
|
Siswa baris di lapangan dengan tertib
|
v
|
4
|
|||
3
|
Siswa berdoa dengan seksama
|
v
|
3
|
|||
II
|
PEMANASAN
|
|||||
1
|
Siswa melakukan pemanasan dengan
bersemangat
|
v
|
4
|
|||
2
|
Seluruh siswa melakukan pemanasan dalam
bentuk permainan
|
v
|
4
|
|||
3
|
Seluruh siswa melakukan stretching
|
v
|
4
|
|||
III
|
KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
|
|||||
1
|
Siswa mendengarkan guru yang
menyampaikan tujuan dalam proses pembelajaran
|
v
|
3
|
|||
No
|
Indikator yang Diamati
|
Skor
|
Jumlah
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
2
|
Siswa melakukan proses pembelajaran
sesuai dengan instruksi guru
|
v
|
3
|
|||
3
|
Siswa melakukan kegiatan pembelajaran
dengan gembira dan menyenangkan
|
v
|
4
|
|||
4
|
Masing-masing siswa melakukan proses
pembelajaran dengan tidak terpaksa
|
v
|
4
|
|||
5
|
Siswa dapat melakukan kegiatan
pembelajaran dengan berkelompok dan dapat menyesuaikan diri.
|
v
|
4
|
|||
6
|
Siswa melakukan latihan lompat kotak
dengan baik
|
v
|
3
|
|||
7
|
Siswa melakukan evaluasi lompat jauh
|
v
|
3
|
|||
IV
|
PENDINGINAN/
COOLING DOWN
|
|||||
1
|
Siswa melakukan penenangan dalam bentuk
permainan yang menggembirakan.
|
v
|
4
|
|||
2
|
Siswa terlihat termotivasi setelah
menerima materi pembelajaran
|
v
|
4
|
|||
Nilai rata-rata
|
54
|
Keterangan :
Skor yang diperoleh:
0 – 20,
berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah.
21 – 40,
berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sedang.
41 – 60,
berarti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tinggi.
Dari penjelasan pada tabel di atas
dapat dismpulkan bahwa aktivitas siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil
pengamatan dinyatakan tinggi, karena hanya memperoleh skor 54, atau masuk dalam
kategori tinggi.
Penjelasan mengenai tes kemampuan
siswa pada kondisi awal sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Siklus
II
No
|
Siklus
|
Berhasil
|
%
|
Belum
|
%
|
Ket
|
1
|
Kondisi
Awal
|
2
|
10
|
18
|
90
|
|
2
|
Siklus
I
|
9
|
45
|
11
|
55
|
|
3
|
Siklus
II
|
20
|
100
|
-
|
-
|
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang
dinyatakan berhasil sebanyak 2 siswa atau 10%, sedangkan 18 siswa dinyatakan
berlum berhasil atau sebesar 90%. Penjelasan secara rinci mengenai hasil tes
proses kemampuan lompat jauh pada kondisi awal dapat dilihat pada lampiran.
d.
Refleksi
Pada tahap ini akan
dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik
dalam proses belajar mengajar dngan penerapan pembelajaran metode bermain.
Dari data-data yang telah diperoleh
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Selama
proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2. berdasarkan
data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar
berlangsung
3. Kekurangan
pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik
4. Hasil
belajar siswa pada siklus II mencapai
ketuntasan.
Dari pelaksanaan
kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam dua siklus, dapat
disimpulkan :
1.
Peningkatan Aktivitas
Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan dari kondisi awal, siklus
pertama dan siklus kedua dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa mengalami
kenaikan pada setiap siklusnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 4.7 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa Pada Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
No
|
Siklus
|
Nilai
|
Kriteria
|
Ketuntasan
|
Ket
|
1
|
Kondisi
Awal
|
20
|
Rendah
|
Belum Tuntas
|
|
2
|
Siklus
I
|
38
|
Sedang
|
Belum Tuntas
|
|
3
|
Siklus
I
|
54
|
Tinggi
|
Tuntas
|
Skor yang diperoleh:
0 – 20, berarti
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran rendah
21 – 40, berarti
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sedang
41 – 60, berarti
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran tinggi
Dari tabel di atas dapat dijelaskan pada pada kondisi awal
aktivitas siswa mendapat nilai 20, meningkat menjadi 38 pada siklus pertama dan
54 pada siklus kedua. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang di
bawah ini :
Gambar 4.1 Peningkatan
Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
2. Peningkatan
Kemampuan Lompat Jauh Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan dari kondisi awal, siklus
pertama dan siklus kedua dapat disimpulkan bahwa kemampuan lompat jauh siswa
mengalami kenaikan pada setiap siklusnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Tes Proses Kemampuan Lompat Jauh Pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
No
|
Siklus
|
Berhasil
|
%
|
Belum
|
%
|
Ket
|
1
|
Kondisi
Awal
|
2
|
10
|
18
|
90
|
|
2
|
Siklus
I
|
9
|
45
|
11
|
55
|
|
3
|
Siklus
II
|
20
|
100
|
-
|
-
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan pada pada kondisi
awal, kemampuan lompat jauh siswa masih sangat kurang dari harapan karena hanya
terdapat 2 siswa atau hanya 10% dari jumlah siswa sebanyak 20 siswa. Pada
siklus pertama meningkat menjadi 9 siswa atau 45% dan pada siklus terakhir
menjadi 100% atau seluruh siswa meningkat kemampuna lompat jauhnya setelah
pembelajaran menggunakan metode bermain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada diagram batang di bawah ini :
Gambar 4.2 Peningkatan
Kemampuan Lompat Jauh Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
B.
Pembahasan
Pada pembahasan ini akan disajikan menurut hasil
penelitian lompat jauh melalui pendekatan bermain pada siswa kelas IV di SD
Negeri 09 Zed mengalami peningkatan
dalam pembelajaran lompat jauh.
Pelaksanan perbaikan aktifitas
pembelajaran siswa berjalan cukup baik. pada kondisi awal, aktivitas siswa
mendapat nilai 20, meningkat menjadi 38 pada siklus pertama dan 54 pada siklus
kedua. Sedangkan peningkatan kemampuan siswa dalam pelaksanaan kegiatan lompat
jauh dengan menggunakan metode bermain juga mengalami peningkatan dari 2 siswa
atau 10% pada kondisi awal, menjadi 9 siswa atau 45% pada siklus pertama dan
100% atau 20 siswa pada siklus kedua.
Peningkatan efektifitas pembelajaran lompat jauh
pada siswa kelas IV SD Negeri 09 Zed terjadi karena dalam perbaikan
pembelajaran secara konsekuen penulis melaksanakan aktifitas-aktifitas
perbaikan pembelajaran dalam proses belajar mengajar antara lain sebagai berikut
:
1.
Menjelaskan materi pembelajaran dengan pelan dan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa.
2.
Menggunakan metode permainan karena anak usia SD senang
dengan bermain yaitu dengan pendekatan bermain.
3. Pemanfaatan
media yang tepat dan menarik
4. Pelaksanaan
pemberian bimbingan yang sesuai.
5. Pemberian
tugas dan latihan.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad
munib, dkk. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan.Semarang: UPT MKK Universitas
Negeri Semarang.
Achmad
Sugandi, dkk. 2007. Teori Pembelajaran.Semarang: UPT MKK Universitas
Negeri Semarang.
Aip
Syarifuddin, dkk. 1992. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.Jakarta:
Departemen pendidkan dan kebudayaan.
Bismo
Suryatmo, dkk. 2006. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk
kelas IV. Jakarta:PT. Widya Utama.
Bismo
Suryatmo, dkk. 2006. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk
kelas V. Jakarta:PT. Widya Utama.
Buku
Panduan penulisan skripsi fakultas ilmu keolahragaan, 2011. Universitas Negeri
Semarang.
Catharina
tri anni, dkk. Psikologi Belajar.Semarang: UPT MKK Universitas Negeri
Semarang.
Eko
Suwarso, dkk.2010. pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.Jakarta:
PT.Arya Duta
Juari,
dkk. 2010. Pendidikan jasmani, Olahraga, dan Kesehatan.Jakarta:CV Bina
Pustaka.
Purwaningsih,
Puji. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Lompat Jauh Melalui Penggunaan Media
Botol Plastik Pada Siswa Kelas V SD Negeri Sibebek Kec. Bawang Kab. Batang.
Skripsi S-1. Semarang. UNNES.
Sugiyanto dan Sudjarwo.
1991. Perrkembangan dan belajar gerak, modul 1 –6.
Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sujadi,
Untung. 2012. Penggunaan Media Balok Berjenjang Dalam Pembelajaran Senam
Keseimbangan Pada Siswa Kelas III SD Negeri Karangtejo Kec.Jumo Kab.
Temanggung. Skripsi S-1. Semarang. UNNES.
Syarifudin.
2009. Tahapan Belajar Gerak dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Diunduh dari http://syarifudinteta.wordpress.com/2009/04/07/tahapan- belajar-gerak-dan-pembelajaran-pendidikan-jasmani/
[ 20 Juli 2013, pukul 11:33]
Bab 2, 3, 5 dan lampiran2 bila berminat silahkan klik DOWNLOAD
terima kasih.