Menerima Pembuatan TESIS-SKRIPSI-PKP UT, Silahkan Baca Cara Pemesanan di bawah ini

Lencana Facebook

banner image

Sunday, 9 June 2024

TESIS - TAPM S2 UNIVERSITAS TERBUKA

 

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

KEPALA SEKOLAH DAN DISIPLIN KERJA

TERHADAP KINERJA GURU DI SD NEGERI KECAMATAN ....................... KABUPATEN .......................

 

 

 

 TESIS

 

 

 

 

 

 

OLEH

 

.......................

NIM. .......................

 

 

 

 

 

PROGRAM STUDI MAGISTER PRODI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS .......................

.......................

2023

ABSTRAK

 

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan disiplin kerja terhadap kinerja guru. Jumlah populasi dalam penelitian adalah  258 guru-guru yang ada di sekolah dasar negeri kecamatan ....................... Kabupaten ........................ Sampel berjumlah 157 orang guru. Instrumen penelitian menggunakan angket. Teknik analisa data dengan menggunakan uji Parsial dan Uji Simultan F. Hasil penelitian variabel kepemimpinan transformasional memiliki thitung sebesar 9,292 yang berarti lebih besar dibandingkan dengan ttabel sebesar 1,654. dan nilai Sig sebesar 0.000 yang berarti lebih kecil  dibandingkan dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05, variabel disiplin kerja (X2) memiliki thitung sebesar 7,010 yang berarti lebih besar dibandingkan dengan ttabel sebesar 1,654. dan nilai Sig sebesar 0.000 yang berarti lebih kecil  dibandingkan dengan tingkat signifikansi sebesar 0.05, Nilai signifikansi yang dihasilkan untuk uji simultan lebih kecil dari 0,05 atau Ftabel< Fhitung = 3,90 < 63,374. Ftabel 3,90 diperoleh dengan melihat tabel F dengan derajat df=k-1(6-1) dan df= n-k (157-6) pada taraf signifikasi 0,05. Kesimpulan dari hasil penelitian adalah (1) Kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap disiplin kerjaguru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................ (2) Disiplin kerja guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................ (3) Kepemimpinan  trasnformasional kepala sekolah, disiplin kerja secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................

Kata Kunci : kepemimpinan transformasional, disiplin kerja, kinerja guru.

 

 

 

 

 

 

 

 

ABSTRACT

The aim of this research is to determine the influence of the principal's transformational leadership and work discipline on teacher performance. The population in the study was 258 teachers in state elementary schools in ....................... sub-district, Tangerang City. The sample consisted of 157 teachers. The research instrument used a questionnaire. The data analysis technique uses the Partial test and Simultaneous F test. The research results for the transformational leadership variable have a tcount of 9.292, which means it is bigger than the ttable of 1.654. and the Sig value is 0.000 which means it is smaller than the significance level of 0.05, the work discipline variable (X2) has a tcount of 7.010 which means it is bigger than the ttable of 1.654. and the Sig value is 0.000, which means it is smaller than the significance level of 0.05. The resulting significance value for the simultaneous test is smaller than 0.05 or Ftable < Fcount = 3.90 < 63.374. Ftable 3.90 was obtained by looking at the F table with degrees df=k-1(6-1) and df= n-k (157-6) at a significance level of 0.05. The conclusions from the research results are (1) The transformational leadership of the school principal has a positive and significant effect on the work discipline of teachers in the ....................... sub-district, Tangerang City. (2) Teacher work discipline has a positive and significant effect on teacher performance in ....................... sub-district, Tangerang city. (3) The principal's transformational leadership and work discipline simultaneously have a positive and significant effect on teacher performance in ....................... sub-district, Tangerang city.

Keywords: transformational leadership, work discipline, teacher performance.


BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Tuntutan akan pendidikan yang berkualitas semakin tinggi di masyarakat. Oleh karena itu, setiap sekolah sebagai lembaga yang menyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus memiliki visi dan misi yang jauh kedepan yang
sesuai dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan dasar penyelenggaraan  pendidikan nasional yaitu berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan yang berkualitas tidak terjadi pada pembelajaran yang dilaksanakan asal ada guru dan peserta didik. Pendidikan berkualitas dihasilkan dengan adanya guru yang berkompeten (Azizah, 2019, h.73).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen menjelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Kedudukan guru sebagai
tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Begitu pentingnya kedudukan seorang guru sehingga Islam menempatkan guru sebagai orang yang patut untuk dihormati.
hal ini tercantum dalam Al-qur’an surat Al-Fathir ayat 28 yang berbunyi :

وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَاۤبِّ وَالْاَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗ كَذٰلِكَۗ اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤُاۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ غَفُوْرٌ ٢٨

Artinya : Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

 

Islam begitu menghormati seorang pendidik atau ulama. Bahkan memberi penghargaan dan posisi tinggi. Tanpa seorang guru tentu pembelajaran tidak akan dapat berlangsung dengan baik. Proses pembelajaran di kelas dapat terlaksana secara maksimal sangat ditentukan oleh kinerja guru, karena perancang kegiatan pembelajaran di kelas merupakan kewenangan penuh dari guru. Kinerja guru merupakan faktor yang paling menentukan kualitas pembelajaran. Kinerja guru dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Namun kinerja guru yang baik saat pembelajaran berlangsung tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dalam guru sendiri (Azizah, 2019, h.73).

Penilaian kinerja guru semakin penting saat setiap sekolah  berupaya membenahi diri untuk menghasilkan lulusan terbaik. Tantangan dan persoalan yang dihadapi sekolah, serta kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam meningkatkan dan memajukan mutu pendidikan di sekolah. Terdapat beberapa variabel yang memiliki pengaruh terhadap kinerja guru, berdasarkan teori Gibson dan Donnely (2017, h.125) menyebutkan bahwa ada tiga kelompok variabel yang dapat mempengaruhi kinerja guru yaitu variabel individu, variabel psikologi dan juga variabel organisasi. Variabel individu dan psikologi di antaranya adalah motivasi dan disiplin kerja guru, sedangkan variabel organisasi adalah kepemimpinan kepala sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan variabel yang mempengaruhi kinerja guru. Salah satu bentuk kepemimpinan kepala sekolah yaitu kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional merupakan salah satu dari gaya kepemimpinan yang  pendekatan dengan menunjukkan adanya perilaku serta kemampuan dari pemimpin yang memberikan inspirasi terhadap pengikutnya sehingga para pegawai dapat bekerja secara baik dan menghasilkan performa yang diinginkan (Jumiran,et.al,2020,h.600).

Peningkatan kinerja seorang guru tidak hanya bergantung pada diri guru itu sendiri, melainkan memerlukan bantuan dari pihak yang berkepentingan dalam sekolah terutama seorang pemimpin dalam suatu sekolah. Jadi hubungan sosial yang baik dalam sekolah sangat dibutuhkan karena akan berpengaruh terhadap prilaku individu di sekolah tersebut.

Kepemimpinan transformasional hadir untuk menjawab kesulitan zaman yang sarat dengan perubahan. Kewibawaan yang inovatif bukan hanya karena kebutuhan akan harga diri, tetapi tumbuhnya kesadaran para pelopor untuk memberikan segalanya sesuai dengan perkembangan eksekutif dan administrasi berfokus pada pandangan bahwa pada individu, kinerja dan pembangunan berwibawa biasanya merupakan sisi yang kuat (Supandi, 2023, h.113). Keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah dalam memimpin sekolahnya ditunjukkan oleh meningkatnya kesadaran para guru untuk meningkatkan kinerjanya sebagai salah satu faktor dari kinerja, meningkatnya keterampilan guru dalam melaksanakan, tugas pembelajaran, meningkatnya prestasi guru secara professional, dan meningkatnya prestasi belajar peserta didiknya (Jaya, 2022, h.1286).

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi kinerja guru adalah faktor disiplin kerja. Disiplin adalah kesediaan seseorang yang timbul dengan kesadaran sendiri, sebagai rasa hormat, taat, dan mematuhi peraturan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis. Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para atasan sebagai prosedur untuk mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan (Purwanto dan Solihin, 2020,  h.1004).

Dipilihnya sekolah dasar negeri yang ada di kecamatan ....................... dengan jumlah sekolah dasar negeri sebanyak 19 dan jumlah guru 258 orang guru dengan status pegawai negeri sipil, dikarenakan ada fenomena-fenomena yang menarik untuk bisa dilakukan penelitian khususnya mengenai kepemimpinan kepala sekolah, displin kerja guru dan kinerja guru. Seperti yang terlihat pada pengamatan awal kinerja guru di kecamatan ....................... belum memenuhi standar yang ditentukan. Hasil pengamatan awal yang dilakukan peneliti dalam keseharian menunjukkan sikap yang positif terhadap profesionalisme guru. Indikasi ini diperkuat dari kecendrungan para guru pada saat memasuki ruangan dan mengakhiri pembelajaran tidak tepat waktu, karena metode pembelajaran yang digunakan pada proses pembelajaran kurang bervariasi, masih banyak hasil belajar siswa yang belum diperiksa oleh guru, time work belum berjalan secara efektif, serta tidak peduli dengan lingkungan sekolah. Di samping itu masih ditemukan guru-guru yang kurang menyadari tindakan disiplin jika ada kepala sekolah, mereka rajin dalam mengajar tetapi ketika kepala sekolah tidak ada di sekolah, mereka kurang maksimal dalam melaksanakan tugasnya. Begitu juga dengan kepala sekolah, masih banyak yang belum menghargai kinerja guru terbukti dengan kurangnya memberi penghargaan antara guru yang rajin dengan guru yang biasa, kurangnya dalam melaksanakan supervisi pada guru terhadap kelengkapan perangkat pembelajaran guru seperti misalnya kemampuan membuat perencanaan, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajaran; maupun kemampuan menindaklanjuti hasil evaluasi, sehingga kinerja mengajar guru belum mampu menunjukkan hasil yang optimal dan kurang kondusif dalam mencapai prestasi yang baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dan Solihin (2020) menunjukan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Penelitian tersebut juga telah berhasil membuktikan bahwa disiplin kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Penelitian yang diarahkan oleh Syahputri, et al (2022), menunjukan pengaruh positif yang ditunjukan oleh kepemimpinan kepala sekolah dan sisiplin kerja terhadap kinerja guru. Kepemimpinan kepala sekolah sangat berperan dalam meningkatkan semangat kerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat tercipta kondisi kerja yang harmonis dan menyenangkan. Dengan demikian guru akan lebih bersemangat dalam membina siswa baik akademik maupun non akademiknya. Berangkat dari beberapa permasalahan yang peneliti temui saat pengamatan awal dan beberapa penelitian yang telah dilakukan, sehingga tertarik untuk lebih mendalami penelitian mengenai pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan disiplin kerja terhadap kinerja guru.

B.  Identifikasi Masalah

Berdasakan latar belakang masalah yang diuraikan, maka peneliti dapat
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1.    Kinerja guru di kecamatan ....................... masuk dalam kategori kurang.

2.    Kompetensi dan keahlian yang dimiliki oleh guru kurang.

3.    Kepemimpinan kepala sekolah belum maksimal.

4.    Disiplin kerja guru masih rendah.

C.  Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi yang telah dikemukakan diatas, dengan berbagai keterbatasan peneliti maka permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini dibatasi pada pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan disiplin kerja guru terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................

D.  Perumusan Masalah

1.    Apakah terdapat pengaruh positif kepemimpinan trasnformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................?

2.    Apakah terdapat pengaruh positif disiplin kerja terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................?

3.    Apakah terdapat pengaruh positif kepemimpinan trasnformasional kepala sekolah dan disiplin kerja terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten .......................?

E.  Tujuan Penelitian

1.    Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan trasnformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................

2.    Untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................

3.    Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan trasnformasional kepala sekolah dan disiplin kerja terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................

F.   Kegunaan Hasil Penelitian

1.    Manfaat teoritik

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan studi
lanjutan yang relevan, bahan kajian dalam pengembangan kinerja guru
yang sesuai dengan aturan yang berlaku, sumbangan keilmuan tentang
kepemimpinan transformasional, disiplin kerja guru serta kinerja guru,
dan juga sebagai bahan referensi dalam bidang sumber daya manusia.

2.    Manfaat praktis

Adapun manfaat penelitian dikaji secara praktis adalah sebagai berikut:

a.    Bagi peneliti, dapat menambah wawasan mengenai kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dan disiplin kerja guru dalam meningkatkan kinerja guru.

b.    Bagi guru, sebagai bahan mempersiapkan diri agar kedepannya apabila
diamanahkan untuk menjadi kepala sekolah dapat mengerti apa-apa
saja upaya untuk meningkatkan kinerja guru, dan juga memberikan
informasi sebagai bahan evalualuasi dalam melaksanakan tugas
dengan disiplin dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan kualitas
kinerja yang ada.

c.    Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
informasi dalam meningkatkan kinerja guru dengan memperhatikan
kepemimpinan transformasional dan disiplin kerja guru sehingga dapat
menuju pada arah tujuan pendidikan yang berkualitas.

d.   Bagi pihak lain, dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya


BAB II

KERANGKA TEORETIK

A.  Deskripsi Teori

1.    Kinerja Guru

a.    Pengertian Kinerja Guru

Kata kinerja memiliki makna yang luas, karena berkaitan dengan perilaku individu dalam melaksanakan pekerjaannya. kinerja dapat diambil pengertian yaitu suatu wujud perilaku seseorang dalam organisasi dengan orientasi prestasi. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan dan hasil yang di capai dari pekerjaan tersebut (Wibowo, 2019,h.103). Sedangkan menurut Supardi (2019,h.65) kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi atau ukuran dan waktu yang disesuaikan dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan etika yang telah ditetapkan. Susanto (2020,h.69) berpendapat bahwa kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan, dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Sedangkan pendapat dari Simanjuntak (2019,h.69), kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Kinerja guru menurut Marlina (2019,h. 89) adalah prestasi kerja seorang pendidik yang dapat dilakukan melalui aktivitas, prilaku dan produktifitas yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diembannya. Kinerja guru menurut Faozan (2022,h.78) merupakan prestasi yang diraih oleh seorang guru dalam melaksanakan serta mengelola tugas dan tanggungjawab sesuai dengan ukuran yang berlaku bagi pekerjaanya. Kinerja guru adalah proses suatu hasil yang dicapai guru dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya yang didasari atas kecakapan pengalaman,dan kesungguhan serta waktu (Riyadi et al, 2019,h.89).

Kinerja guru menurut Susanto (2020,h.70), kinerja guru adalah perilaku yang dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu. Kinerja guru bisa dilihat saat pada kondisi dan situasi kerja sehari-hari serta bisa dilihat dalam aspek kegiatan dalam menjalankan tugas dan kualitas dalam melaksanakan tugas tersebut. kinerja guru bisa diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, berdasarkan standar kinerja yang sudah ditetapkan, selama periode tertentu agar tercapai tujuan pendidikan.

Dari beberapa pengertian diatas, peneliti mencoba mengambil
kesimpulan tentang kinerja guru, yaitu adalah hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas yang dibebankan, atau pekerjaannya selama periode tertentu sesuai kriteria dan standar kompetensi yang sudah ditetapkan.

b.    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru.

Kualitas dalam pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas kinerja guru, karena pada dasarnya kinerja guru merupakan kinerja yang dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah sebagai pendidik. Setiap tindakan atau pekerjaan yang dilakukan tentu ada yang mempengaruhi baik dalam diri sendiri maupun dari luar diri individu. Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak
lepas dari faktor yang mempengaruhinya.

Prawirosentono (2019,h.56-57) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru sebagai berikut :

1)   Efektivitas dan efesien, efektivitas suatu ukuran yang ditunjukkan oleh kenyataan bahwa tujuan orang tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Efesien berkaitan dengan jumlah yang di keluarkan dalam upaya mencapai tujuan;

2)   Otoritas dan tanggung jawab (Authority and Responbility), Authority (otoritas) adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam suatu kegiatan organisasi formal yang dimiliki (diterima) oleh seorang peserta organisasi kepada para anggota organisasi lain untuk melakukan suatu kegiatan sesuai dengan kontribusinya (sumbangan tenaganya). Perintah tersebut menyatakan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dikerjakan dalam organisasi bersangkutan. Authorit juga dapat diartikan sebagai wewenang yang dimiliki seseorang untuk memerintah orang lain untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepada masingmasing orang tersebut. Dalam hal ini misalnya guru memberikan tugas/kegiatan kepada anak didiknya. Sedangkan tanggung jawab adalah bagian yang tidak terpisahkan atau sebagai akibat dari kepemimpinan wewenang tersebut;

3)   Disiplin (Discipline), secara umum disiplin adalah taat kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Sedangkan disiplin guru adalah ketaatan guru menghormati perjanjian kerja di mana dia bekerja. Dalam hal ini meliputi disiplin waktu dan disiplin kerja;

4)   Inisiatif (Initiative), inisiatif dalam hal ini berkaitan dengan daya pikir dan kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.

Menurut Supardi (2019,h.50) kinerja guru sangat dipengaruhi oleh karakteristik individu yang terdiri atas pengetahuan, keterampilan, kemampuan, motivasi, kepercayaan, nilai-nilai, serta sikap. Karakteristik individu sangat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi dan karakteristik pekerjaan. Kinerja guru tidak terwujud dengan begitu saja, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru. Faktor tersebut dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.Berikut adalah penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi kinerja guru.

1)   Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang datang dari dalam diri guru
yang dapat mempengaruhi kinerjanya, contohnya seperti kemampuan,
keterampilan, kepribadian, motivasi menjadi guru, persepsi, latar belakang keluarga, dan pengalaman lapangan.

2)   Faktor Eksternal

Faktor eksternal kinerja guru merupakan faktor yang datang dari
luar guru yang dapat mempengaruhi kinerjanya, contohnya seperti gaji, sarana dan prasarana, lingkungan kerja fisik, dan kepemimpinan.

Sedangkan menurut Kasmir (2019,h.189-193) faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja baik hasil maupun perilaku kerja adalah sebagai berikut.

1)        Kemampuan dan keahlian merupakan kemampuan atau skill yang dimiliki seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin memiliki kemampuan dan keahlian maka akan dapat menyelesaikan pekerjaannya secara benar, sesuai dengan yang telah ditetapkan.

2)        Pengetahuan maksudnya adalah pengetahuan pekerjaan. Dengan mengetahui pengetahuan tentang pekerjaan akan memudahkan seseoarang untuk melakukan pekerjaannya.

3)        Rancangan kerja merupakan rancangan pekerjaan yang akan memudahkan karyawan dalam mencapai tujuannya. Jika suatu pekerjaan memiliki rancangan yang baik, maka akan memudahkan untuk menjalankan pekerjaan tersebut secara tepat dan benar.

4)        Kepribadian yaitu kepribadian seseorang atau karakter yang dimiliki seseorang. Seseorang yang memiliki kepribadian atau karakter yang baik, akan dapat melakukan pekerjaan secara sungguh-sungguh penuh tanggung jawab sehingga hasil pekerjaannya juga baik.

5)        Motivasi kerja merupakan dorongan bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan. Makin termotivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan maka kinerjanya akan meningkat, demikian pula sebaliknya makin tidak termotivasi seseorang untuk melakukan pekejaannya, maka kinerja akan turun.

6)        Kepemimpinan merupakan perilaku seorang pemimpin dalam mengatur, mengelola dan memerintah bawahannya untuk mengerjakan sesuatu tugas dan tanggung jawab yang diberikannya.

7)        Gaya kepemimpinan merupakan gaya atau sikap seorang pemimpin dalam menghadapi atau memerintahkan bawahannya. Gaya kepemimpinan atau sikap pemimpin ini dapat mempengaruhi kinerja karyawan.

8)        Budaya organisasi merupakan kebiasaan-kebiasaan atau norma-norma yang berlaku dan dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan.

9)        Kepuasan kerja merupakan perasaan senang atau gembira, atau perasaan suka seseorang sebelum dan setelah melakukan suatu pekerjaan.

10)    Lingkungan kerja merupakan suasana atau kondisi di sekitar lokasi tempat bekerja.

11)    Loyalitas merupakan kesetiaan karyawan untuk tetap bekerja dan membela perusahaan di mana tempatnya bekerja.

12)    Komitmen merupakan kepatuhan karyawan untuk menjalankan kebijakan atau peraturan perusahaan dalam bekerja.

13)    Disiplin kerja merupakan usaha karyawan untuk menjalankan aktivitas kerjanya secara sungguh-sungguh.

c.    Standar Kinerja Guru

Kinerja guru dapat diukur dan dilihat berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Standar kinerja guru berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya, seperti :

1)        bekerja dengan peserta didik secara individual,

2)        persiapan dan  perencanaan pembelajaran,

3)        penggunaan media pembelajaran,

4)        melibatkan peserta didik dalam berbagai pengalaman belajar, dan

5)        kepemimpinan yang aktif dari guru.

Selain itu, guru juga memiliki standar beban guru yang harus
dilakukan disaat pembelajaran. Standar beban kerja guru menurut UU No. 14 Tahun 2005 Pasal 35 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa beban kerja guru meliputi kegiatan pokok seperti:

1)        merencanakan pembelajaran,

2)        melaksanakan pembelajaran,

3)        menilai hasil pembelajaran,

4)        membimbing dan melatih peserta didik, serta

5)        melaksanakan tugas tambahan.

d.   Penilaian Kinerja Guru

Untuk menilai kinerja guru dalam melaksanakan standar beban guru
yang diberikan, maka dilakukan kegiatan penilaian kinerja guru. Menurut
Bintoro dan Daryanto (2021,h.196), penilaian kinerja guru merupakan penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dan proses membandingkan antara kinerja ideal dan kinerja aktual untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dalam periode tertentu. Hasil penilaian kinerja guru digunakan untuk membantu dalam upaya mengelola guru dan mengembangkannya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan di sekolah serta dapat dijadikan dasar untuk menentukan kebijakan seperti dalam hal promosi jabatan dan pemberian imbalan.

Sedangkan pengertian sistem penilaian kinerja menurut Bintoro dan Daryanto (2021,h.196), sistem penilaian kinerja guru adalah sebuah sistem pengelolaan kinerja berbasis guru, yang di desain untuk mengevaluasi dan menilai tingkatan kinerja guru secara individu dalam rangka mencapai kinerja sekolah secara maksimal, yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan prestasi peserta didik. Hal ini merupakan bentuk penilaian yang sangat penting untuk mengukur dan menilai kinerja guru dalam melaksanakan pekerjaan dan tugasnya sebagai bentuk akuntabilitas sekolah. Menurut Daryanto (2021,h.196), Sistem penilaian kinerja guru memiliki tujuan.

1)        Menentukan tingkat kompetensi guru

Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru untuk menunjang
tugasnya, yaitu terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

2)        Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja guru dan sekolah

Guru yang efektif mempunyai kualitas sikap dan kemampuan yang sanggup memberikan yang terbaik serta menyenangkan bagi peserta didik dalam proses pembelajarannya.

3)        Menyajikan suatu landasan untuk pengambilan keputusan dalam
mekanisme penetapan efektif atau kurang efektifnya kinerja guru

Penilaian kinerja guru dijadikan sebagai landasan atau acuan untuk menentukan keefektifan kinerja guru dan sebagai sarana untuk mengkaji kekuatan atau kelemahan guru, dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya.

4)        Menjamin bahwa guru melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta mempertahankan sikap positif dalam mendukung pembelajaran peserta didik untuk mencapai prestasi.

Pelaksanaan penilaian kinerja guru dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru dan diharapkan memberikan kontribusi langsung pada peningkatan prestasi peserta didik.

5)        Menyediakan dasar dalam sistem peningkatan promosi dan karir guru serta bentuk penghargaan lainnya.

Penilaian kinerja guru digunakan untuk mendasari tentang kebijakan promosi dan karir guru beserta penghargaan yang patut
diberikan atas kinerjanya.

Penilaian kinerja guru adalah acuan bagi sekolah untuk menetapkan
promosi guru dan pengembangan karir. Bagi guru, penilaian kinerja guru
merupakan pedoman untuk mengetahui unsur-unsur kinerja yang dinilai dan sebagai sarana untuk mengkaji kekuatan dan kelemahan individu guru dalam rangka memperbaiki kualitas kinerjanya.

e.    Indikator Kinerja Guru

Majid (2019.h.45), menyatakan aspek atau indikator yang diukur dari variabel kinerja guru meliputi; 

1)        merencanakan pembelajaran, yaitu suatu proses yang berhubungan dengan kemampuan guru dalam proses penyusunan program kegiatan pembelajaran,

2)        melaksanakan pembelajaran, yaitu inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media, dan sumber belajar serta penggunaan metode strategi pembelajaran, dan

3)        mengevaluasi pembelajaran, yaitu kegiatan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Sedangkan menurut Uno dan Lamatenggo (2019,h.62), kinerja seseorang termasuk guru bisa diukur melalui indikator berikut.

1)        Kualitas Kerja

Indikator ini berkaitan dengan kualitas kerja guru dalam menguasai segala sesuatu berkaitan dengan persiapan perencanaan program pembelajaran dan penerapan hasil penelitian dalam pembelajaran di kelas.

2)        Kecepatan / Ketetapan Kerja

Indikator ini berkaitan dengan ketepatan kerja guru dalam
menyesuaikan materi ajar dengan karakteristik yang dimiliki peserta didik dan penyelesaian program pengajaran sesuai dengan kalender akademik.

3)        Inisiatif dalam Kerja

Indikator ini berkaitan dengan inisiatif guru dalam penggunaan
model pembelajaran yang variatif sesuai materi pelajaran dan penggunaan berbagai inventaris sekolah dengan bijak.

4)        Kemampuan Kerja

Indikator ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam memimpin keadaan kelas agar tetap kondusif, pengelolaan kegiatan belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar peserta didik.

5)        Komunikasi

Indikator ini berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan guru
dalam proses layanan bimbingan belajar dengan siswa yang kurang
mampu mengikuti pembelajaran dan terbuka dalam menerima masukan untuk perbaikan pembelajaran.

Berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, maka peneliti menyimpulkan indikator untuk mengukur kinerja guru yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (a) merencanakan pembelajaran, (b) melaksanakan pembelajaran, (c) mengevaluasi pembelajaran, (d) inisiatif dalam kerja, dan (e) kemampuan kerja.

2.    Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

a.    Pengertian

Pemimpin transformasional dapat diartikan sebagai pemimpin yang memotivasi bawahan untuk mengerjakan lebih dari yang diharapkan semula dengan meningkatkan rasa pentingnya bawahan dan nilai pentingnya pekerjaan. Pemimpin ini mampu membuat bawahan menyadari perspektif yang lebih luas, sehingga kepentingan individu akan disubordinasikan terhadap kepentingan tim, organisasi, atau kepentingan lain yang lebih luas. Pemimpin semacam itu juga mampu meningkatkan kebutuhan bawahan menuju kebutuhan yang paling tinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

Kepala sekolah adalah orang yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah dan melaksanakan kegiatan dalam upaya mempengaruhi orang lain orang-orang di lingkungannya dalam situasi tertentu sehingga orang lain dapat bekerja dengan rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sasaran (Khuluqo,2019, h.110). Dalam kepemimpinan transformasional para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan penghormatan kepada pemimpin serta termotivasi untuk melakukan sesuatu yang lebih dari pada yang awalnya diharapkan dari mereka. Sementara itu menurut Yulk  (2020,h.300), kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang memikat nilai moral para pengikutnya dalam upayanya meningkatkan kesadaran mereka tentang masalah etis dan memobilisasi energi, serta sumber daya mereka untuk mereformasi institusi.

Secara sederhana dapat dipahami bahwa kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang membawa organisasi pada tujuan baru yang lebih besar dan belum pernah dicapai sebelumnya dnegan memberikan kekuatan mental dan keyakinan kepada para anggota organisasi agar bergerak secara sungguh-sungguh menuju tujuan bersama dengan mengesampingkan kepentingan para personalnya. Pemimpin yang transformasional sesungguhnya merupakan agen perubahan, karena memang erat kaitannya dengan transformasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Fungsi utamanya adalah berperan sebagai katalis perubahan, bukan sebagai pengontrol perubahan (Damayanti et al, 2020,h.164).

Secara terminologi, kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, tempat diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat terjadinya interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima pelajaran. Mutohar dan Jani (2020.h.139) menegaskan, bahwa kepala sekolah adalah seorang pemimpin pendidikan yang dituntut untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya yang berkaitan dengan kepemimpinan pendidikan dengan sebaik mungkin, termasuk di dalamnya sebagai pemimpin pengajaran. Kepala sekolah diharapkan dapat melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan seefektif mungkin untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang diemban dalam mengoperasikan sekolah. Selain itu, juga memberikan perhatian kepada pengembangan individu dan organisasi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, bahwa
kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah proses
kepemimpinan seorang kepala sekolah yang memiliki visi jauh ke depan.
Pemimpin transformasional memiliki kemampuan untuk membawa perubahan yang sangat besar terhadap pengikutnya maupun perkembangan organisasi. Seorang pemimpin transformasional
memahami pentingnya menyiapkan generasi penerus yang tangguh, kuat
dan siap mengahadapi berbagai tantangan yang ada, sehingga dapat
mencapai tujuan yang diinginkan.

b.    Indikator Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah

Unjuk kerja pemimpin transformasional dikatakan baik, apabila
pemimpin dapat menjalankan salah satu dimensi atau seluruh dimensi
kepemimpinan transformasional dalam satu kombinasi ketika
menjalankan roda organisasi. Menurut Bass dan Avolio dalam Yukl (2020.h.146) terdapat empat indikator dalam kadar kepemimpinan transformasional yang dikenal dengan konsep 4I. Konsep 4I terdiri dari idealiced influence, inspirational motivation,
intellectual stimulation dan individual consideration. Adapun uraian dari keempat konsep tersebut, sebagai berikut.

1)   Idealized influence (pengaruh ideal)

Perilaku idealiced influence dalam dimensi kepemimpinan
transformasional merupakan perilaku pemimpin yang memiliki
keyakinan diri yang kuat, komitmen tinggi, mempunyai visi yang
jelas, tekun, pekerja keras dan militan, konsistensi, mampu
menunjukkan ide-ide penting, besar dan agung, serta mampu
menularkannya pada komponen-komponen organisasi pendidikan.
Selain itu, pemimpin transformasional mampu memengaruhi dan
menimbulkan emosi-emosi yang kuat pada komponen organisasi
pendidikan, terutama terhadap sasaran organisasi pendidikan,
memberi wawasan dan kesadaran akan misi membangkitkan
kebanggaan, serta menumbuhkan kepercayaan pada para komponen
organisasi pendidikan. Artinya, pada tataran ini pola perilaku seorang
pemimpin transformasional harus menjadi suri tauladan bagi para
komponen organisasi pendidikan, tutur katanya harus sesuai dengan
perbuatannya atau tidak munafik. Pemimpin seperti ini biasanya akan
dikagumi, dihormati dan dipercayai oleh para bawahan.

2)   Inspirational motivation (motivasi inspirasi)

Perilaku inspirational motivation merupakan salah satu
dimensi dari perilaku pemimpin transformasional yang menginspirasi,
memotivasi dan memodifikasi perilaku para komponen organisasi
pendidikan untuk mencapai kemungkinan tidak terbayangkan,
mengajak komponen organisasi pendidikan memandang ancaman
sebagai kesempatan untuk belajar dan berprestasi. Pemimpin
transformasional mencoba untuk mengidentifikasi segala fenomena yang ada dalam organisasi pendidikan dengan tubuh, pikiran dan
emosi yang luas. Perilaku ini diimplikasikan pada seluruh komponen
organisasi pendidikan dengan cara yang bersifat inspirasional dengan
ide-ide atau gagasan yang tinggi sebagai motivasi.

Dalam dimensi ini, kepemimpinan transformasional seorang
pemimpin dapat diketahui dari kemampuannya memberikan inspirasi
dan motivasi kepada bawahannya. Pada saat memberikan inspirasi
dan motivasi kepada bawahan, pemimpin transformasional juga perlu
pandai bermain dengan kiasan-kiasan kalimat atau bermain metafora.
Metafora berarti penggunaan kata-kata, kalimat yang mewakili
gambaran sesungguhnya yang ditujukan untuk memudahkan
pemahaman. Metafora bisa dijadikan sebagai medium dalam
meningkatkan motivasi dan memberikan inspirasi bagi bawahannya
dengan landasan kalimat atau kata yang tersusun mengandung makna
dan filosofis yang mendalam.

3)   Intellectual stimulation (rangsangan intelektual)

Perilaku intellectual stimulation merupakan salah satu bentuk
perilaku dari kepemimpinan transformasional yang berupaya
meningkatkan kesadaran para bawahan terhadap masalah diri dan
organisasi, serta upaya mempengaruhi untuk memandang masalah
tersebut dari perspektif yang baru untuk mencapai sasaran organisasi,
meningkatkan intelegensi, rasionalitas dan pemecahan masalah secara
seksama. Dimensi ini juga mengandung makna, bahwa seorang pemimpin transformasional perlu mampu berperan sebagai penumbuh
kembang ide-ide yang kreatif sehingga dapat melahirkan inovasi
maupun sebagai pemecah masalah (problem solving) yang kreatif,
sehingga dapat melahirkan solusi terhadap berbagai permasalahan
yang muncul dalam organisasi pendidikan.

4)   Individual consideration (perhatian individu)

Perilaku individual consideration merupakan bentuk dari
perilaku pemimpin transformasional dimana ia merenung, berfikir dan
terus mengidentifikasi kebutuhan bawahannya, mengenali kemampuan bawahannya, mendelegasikan wewenangnya, memberikan  perhatian dan penghargaan, membina, membimbing dan
melatih para bawahan secara khusus dan pribadi agar mencapai
sasaran organisasi, memberikan dukungan, membesarkan hati dan
memberikan pengalaman-pengalaman tentang pengembangan karier
para bawahan. Dengan demikian, pada dimensi ini kepemimpinan
transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan
dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
bawahan yang akan mengembangkan karir dan meningkatkan sumber
daya manusia anggota organisasi pendidikan.

Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin yang bertugas membina
lembaga pendidikan harus mampu mengarahkan dan mengkoordinasikan segala kegiatan. Hal ini bertujuan agar kepemimpinan transformasional
kepala sekolah dapat berjalan lancar, sehingga kepala sekolah mampu
menerapkan seluruh dimensi idealiced influence, inspirational motivation, intellectual stimulation dan individual consideration. Apabila kepala sekolah mampu menerapkan dimensi 4I kepemimpinan transformasional tersebut, maka kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan akan berhasil membawa perubahan pada organisasi pendidikan ke arah yang lebih baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa indikator kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam penelitian ini adalah idealiced influence, inspirational motivation, intellectual stimulation dan individual consideration.

c.    Karakteristik Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan  transformasional mempunyai  sejumlah  karakteristik yang melekat. Bass dan Avolio menyatakan bahwa karakteristik kepemimpinan transformasional dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana faktor- faktor tersebut satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Faktor-faktor tersebut terdiri dari.

1)   Pengaruh yang diidealkan/ Karismatik

Karismatik adalah sifat-sifat keteladanan yang ditunjukan kepada
pengikut dan sifat-sifat yang dikagumi pengikut dari pimpinannya.
Perwujudan sifat keteladanan antara lain adalah memberi contohbagaimana ia berprilaku dalam melayani orang lain, khususnya dalam melayani karyawan sebagai mitra kerjanya.

2)   Stimulasi intelektual

Dalam menunjukan aspek stimulasi intelektual, pemimpin mengajak
pengikutnya untuk selalu mempertanyakan asumsi di balik suatu hal,
mencari cara baru dalam mengerjakan sesuatu hal. Pemimpin tidak
mengkritik dan menilai gagasan yang dilontarkan. Dia lebih fokus pada pemberian apresiasi pada setiap gagasan, sekecil apapun gagasan
tersebut. Sifat seperti ini membuat karyawan atau bawahannya bergairah untuk mengemukakan gagasannya.

3)   Kepedulian secara perorangan

Kepedulian secara perseorangan adalah ciri pemimpin yang
memperhatikan kebutuhan karyawannya dan membantu karyawan agar mereka bisa maju dan berkembang dalam karir dan kehidupan mereka.

4)   Motivasi yang inspirasional

Motivasi inspirasional adalah sifat pemimpin yang memberikan inspirasi dalam bekerja, mengajak karyawan untuk mewujudkan sebuah cita- cita bersama agar hidup dan karya mereka menjadi makna. Seorang pemimpin memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk menemukan kearifan dan mencari tantangan diri untuk berbuat sesuau yang lebih baik. Memotivasi pengikut agar bisa mencapai hasil kerja yang luar biasa, baik dalam pekerjaan maupun dalam pengembangan dirinya. Pemimpin juga menginspirasi pengikut agar mencapai karir yang setinggi-tingginya dimasa depan, menanamkan semangat dan memberikan hal-hal yang positif kepada bawahannya agar dapat meningkatkan kualitas dan kinerja bawahannya.

Kemudian karakteristik dan pendekatan kepemimpinan
transformasional kepala sekolah  dengan  mengadaptasi  Luthans  adalah.

1)   Karisma

Kepala sekolah mampu mentransformasi visi dan misi, memunculkan
rasa bangga, serta mendapatkan respek dan kepercayaan dari seluruh
sumberdaya manusia yang ada disekolah.

2)   Inspirasi

Kepala sekolah mengomunikasikan harapannya, menggunakan
simbol-simbol untuk memfokuskan usaha, mengekspresikan tujuan
penting dalam cara yang sederhana, sehingga mampu menjadi inspirasi.

3)   Stimulasi intelektual

Kepala sekolah menunjukan kemampuan intelegensi, rasional serta
pemecahan maslah dengan bijak dan penuh pertimbangan.

4)   Perhatian secara individual

Berkaitan dnegan erhatian kepala sekolah secara personal seluruh
sumberdaya manusia yang ada di sekolah, sehingga kepala sekolah
mampu memahami pikiran dari tiap-tiap orang yang ada di sekolah (Priansa,
2019,h.236-237).

d.   Prinsip- Prinsip Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah akan mampu untuk
diimplementasikan jika berpedoman pada prinsip-prinsip kepemimpinan
transformasional. Rees menyatakan bahwa tujuh prinsip kepemimpinan transformasional meliputi.

1)   Simplikasi
Keberhasilan kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan
menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta keterampilan
dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis, dan transformasional
yang dapat menjawab pertanyaan : kemana kita akan melangkah?

2)   Motivasi
Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang
terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu kita lakukan. Pada saat pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergotas di dalam organisasi, berarti seharusnya ia dapat mengoptimalkan, memotivasi dan memberi energi kepada setiap pengikutnya. Praktisnya dapat saja berupa tugas atau pekerjaan yang betul
-betul menantang serta memberikan peluang bagi mereka pula untuk terlibat dalam suatu proses kreatif bagi dalam hal memberikan usulan ataupun mengambil keputusan dalam pemecahan masalah, sehingga hal ini pula akan memberikan nilai tambah bagi mereka sendiri.

3)   Memfasilitasi
Merupakan kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok, ataupun individual. Hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari setiap orang yang terlibat didalamnya.

4)   Inovasi
Kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab melakukan
suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap orang yang terlibat perlu mengantisipasi perubahan dan seharusnya pula mereka tidak takut akan perubahan itu. Dalam kasus tertentu, pemimpin transformasional harus sigap merespon perubahan tanpa mengorbankan rasa percaya dari tim kerja yang sudah dibangun.

5)   Mobilitas
Pengerahan semua sumberdaya yang ada untuk melengkapi dan
memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi dan tujuan. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang penuh dengan tanggung jawab.

6)   Kesiagaan
Kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan
menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.

7)   Komitmen
Berkaitan dengan komitmen untuk selalu menyelesaikan masalah dengan selalu baik dan tuntas. Untuk itu, diperlukan pengembangan disiplin, spiritualitas, emosi, dan fisik serta komitmen (Priansa, 2019,h.233-235).

e.    Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Transformasional

Dalam tinjauan manajemen, saat ini masih sulit untuk menentukan
siapa, kapan, dan bagaimana ilmu tentang kepemimpinan itu muncul,
dalam setiap peradaban yang muncul di dunia selalu didahului dengan
lahirnya tokoh pemimpin yang membangun peradaban tersebut. Dalam
ilmu manajemen sendiri, teori tentang kepemimpinan memiliki sejarah
yang bisa dirujuk sebagai teori: teori harapan 1957, teori kepemimpinan
yang motivasional 1960-an, teori kepemimpinan yang efektif 1970-an,
teori gaya kepemimpinan humanistik 1980-an, dan teori gaya
kepemimpinan transformasional dan transaksional 1990-an sampai
sekarang. Para pengembang teori kepemimpinan mengidentifikasikan
pendekatan transformasional sebagai pendekatan kepemimpinan abad ke-21. Dalam konteks tersebut, kepemimpinan transformasional digambarkan sebagai bentuk kepemimpinan yang mampu meningkatkan komitmen staf, mengkomunikasikan suatu visidan implementasinya, memberikan kepuasan dalam bekerja, dan mengembangkan fokus yang berorientasi pada klien.

Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide- ide
baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan permasalahan yang dihadapi bawahan (stimulasi intelektual). Pemimpin
transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan
-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karier.

Meskipun demikian, gaya kepemimpinan trasformasional ini memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan. Diantara kelebihannya antara lain :

1)   Tidak membutuhkan biaya yang besar (organisasi profit).

2)   Komitmen yang timbul terhadap karyawan bersifat mengikat
emosional.

3)   Mampu memberdayakan potensi karyawan.

4)   Meningkatkan hubungan interpersonal.

Sedangkan kekurangan dari gaya kepemimpinan transformasional ini
sebagai berikut :

1)   Waktu yang lama agar komitmen bawahan tumbuh terhadap pemimpin.

2)   Tidak ada jaminan keberhasilan pada bawahan secara menyeluruh.

3)   Membutuhkan perhatian pada detail.

4)   Sulit dilakukan pada jumlah bawahan yang banyak.

Kemudian, menurut Senny et al (2018.h. 203)  dengan penerapan gaya kepemimpinan transformasional, maka anggota akan melakukan tugasnya dengan maksimal dikarenakan pemberian tugas dari pemimpin bukanlah suatu beban yang berat. Hal tersebut disebabkan pemimpin dapat mempengaruhi anggotanya sehingga ketika diberikan tugas, anggota akan menerima dengan senang hati. Dalam gaya kepemimpinan transformasional tersebut pemimpin tidak hanya menggunakan kekuasaan dan kekuatannya untuk meraih cita-cita.

3.    Disiplin Kerja Guru

a.    Pengertian

Disiplin kerja guru merupakan suatu hal yang penting, disebabkan
posisi guru yang memiliki pengaruh besar terhadap proses pembelajaran
dan perilaku siswa. Kualitas pendidikan dan pengajaran akan semakin baik apabila guru dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para siswa, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.Guru juga harus mampu mengambil keputusan secara mandiri (independent), terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan ko
mpetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan. Guru harus mampu bertindak dan mengambil keputusan secara tepat waktu dan tepat sasaran, terutama yang berkaitan dengan masalah pembelajaran dan peserta didik (Mulyasa,2019.h.37).

Disiplin merupakan padanan kata discipline, yang bermakna
tatanan tertentu yang mencerminkan ketertiban. Termasuk dalam istilah
disiplin adalah ketaatan mengikuti prosedur atau peraturan (Danim,2019,h.137).  Dalam UU R.I. Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pada bab I pasal 1 dinyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak  usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru juga merupakan seorang pendidik yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik afektif, kognitif, maupun psikomotorik.

Disiplin kerja guru adalah ketaatan dan kepatuhan seorang guru pada peraturan, di samping itu, disiplin kerja guru juga mengandung arti kepatuhan kepada perintah pemimpin, perhatian dan kontrol yang kuat terhadap penggunaan waktu, tanggung jawab atas tugas yang diamanahkan serta kesungguhan terhadap bidang keahlian yang ditekuni. Sedangkan menurut Wibowo (2019,h.86), disiplin kerja guru adalah tindakan seorang guru yang menunjukkan perilaku tertib dalam bekerja dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin kerja guru adalah suatu keaadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh guru dalam bekerja di sekolah, tanpa ada pelanggaran pelanggaran yang merugikan baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap dirinya, teman sejawatnya dan terhadap sekolah secara keseluruhan. Pendapat Arni (2019.h.125) menyatakan bahwa disiplin kerja guru adalah suatu ketaatan serta kepatuhan seorang guru untuk mampu menjalankan segala tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan yang ada sebagaimana yang tercantum dalam kode etik guru Indonesia. Disiplin kerja guru dapat diartikan sebagai  kesadaran dan kesediaan guru mentaati semua peraturan dan norma-norma yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan arti kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan disiplin kerja dalam diri
seorang guru mencerminkan besarnya tanggung jawab yang harus dipikul
guru terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Disiplin kerja yang
baik juga mencerminkan kepribadian seorang guru yang memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi, selain mempunyai intelektual yang tinggi dan wawasan yang luas dan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Disiplin kerja guru merupakan salah satu bentuk kesadaran serta kesediaan guru untuk menghargai dan patuh, serta taat terhadap peraturan yang berlaku baik peraturan tertulis atau peraturan tidak tertulis dengan konsekuensi siap menanggung sanksi apabila melakukan kesalahan.

Berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa disiplin
kerja guru adalah ketaatan atau kepatuhan seorang guru dalam melakukan pekerjaannya untuk mampu menjalankan segala tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan yang ada yang didasari oleh kesadaran dan kesediaan dari dalam dirinya.

b.    Faktor-Faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja Guru

Menurut Mulyasa (2019,h.103), faktor-faktor yang memengaruhi disiplin kerja guru diantaranya:

1)   Dorongan untuk bekerja

2)   Tanggung jawab terhadap tugas

3)   Minat terhadap tugas

4)   Penghargaan atas tugas

5)   Peluang untuk berkembang

6)   Perhatian dari kepala sekolah

7)   Hubungan interpersonal sesama guru.

Sedangkan jika dilihat dari aspek individual dan situasional, faktor
yang mempengaruhi disiplin kerja guru meliputi:

1)   Variabel individual :

Kemampuan dan keterampilan, persepsi, sikap, minat, motivasi,
pengalaman, umur serta faktor individual lainnya.

2)   Varibel situasional

a)    Faktor fisik dan pekerjaan, terdiri dari ; metode yang digunakan,
kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan
lingkungan fisik meiputi penyinaran,
ventilasi, temperatur dan
iklim kerja.

b)   Faktor sosial dan organisasi, meliputi peraturan-peraturan organisasi, pengawasan, sistem upah, pelatihan dan lingkungan
sosial (Supardi, 2019,h.52).

Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi disiplin kerja guru
diantaranya:

1)   Tujuan dan kemampuan

Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam meningkatkan
kedisiplinan adalah kesesuaian antara aturan atau tindakan disiplin
yang ditetapkan dengan tujuan dan kemampuan guru menjalankan
disiplin tersebut.

2)   Teladan pimpinan

Perbuatan seorang pemimpin mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan. Sebab pimpinan
merupakan panutan dan sorotan dari bawahannya. Sebagai seorang
panutan, kepala sekolah harus senantiasa menampakkan perilaku yang
dapat membangkitkan gairah dan disiplin kerja bawahannya.

3)   Balas jasa

Balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan seseorang
terhadap pekerjaannya. Jika kecintaan terhadap pekerjaan semakin
baik, maka kedisiplinan mereka akan semakin baik pula
.

 

4)   Keadilan

Keadilan yang dimaksudkan di sini adalah keadilan dalam
pemberian balas jasa dan pemberian hukuman. Dengan demikian akan
merangsang terciptanya kedisiplinan yang baik.

5)   Pengawasan

Dalam hal ini kepala sekolah harus aktif dan langsung
mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja
bawahannya. Dengan pengawasan guru akan merasa mendapatkan
perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan-pengarahan dan
pengawasan dari atasannya.

6)   Sanksi hukuman

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, guru akan
semakin takut melanggar peraturan, sehingga sikap dan perilaku yang
indisipliner akan berkurang. Agar sanksi hukuman tersebut bersifat
mendidik, maka harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan yang
logis, adil, dan sesuai dengan tingkatannya.

7)   Ketegasan

Ketegasan berkaitan dengan keberanian kepala sekolah dalam
bertindak untuk menghukum setiap guru yang indisipliner sesuai
dengan sanksi hukuman yang telah ditetapkan. Dengan demikian kepala sekolah akan dapat memelihara kedisiplinan guru di sekolah
yang dipimpinnya.

 

8)   Hubungan kemanusiaan

Dalam hal ini kepala sekolah harus dapat menciptakan suasana
hubungan kemanusiaan yang baik, dalam arti serasi, harmonis, dan
mengikat, baik vertikal maupun horizontal diantara bawahannya. Jika
hal ini tercipta dalam suatu organisasi maka akan terwujud lingkungan
dan suasana kerja yang nyaman, sehingga akan memotivasi
kedisiplinan yang baik pada organisasi tersebut.

c.    Upaya Penegakan Disiplin Kerja Guru

Upaya penegakan disiplin kerja guru dapat dilakukan melalui 2
tipe kegiatan pendisiplinan yaitu pendisiplinan preventif dan pendisiplinan korektif.
Dua tipe kegiatan pendisiplinan tersebut dijabarkan sebagai berikut.

1)   Pendisiplinan Preventif

Pendisiplinan Preventif adalah kegiatan mendorong seseorang
untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi
standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan
penjelasan tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan
dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan jangan sampai
anggota organisasi tersebut berprilaku negatif. Dalam lingkungan
sekolah, kepala sekolah selaku pemimpin berperan penting dalam
mendorong para guru agar selalu menerapkan perilaku disiplin sehingga pelanggaran-pelanggaran dapat dicegah. Dorongan tersebut
dapat berupa dorongan saling memiliki organisasi, penjelasan tentang
berbagai ketentuan yang wajib ditaati, dan dorongan dalam
menentukan sendiri cara-cara pendisiplinan diri.

2)   Pendisiplinan Korektif

Pendisiplinan Korektif adalah kegiatan yang diambil untuk
menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk
menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Upaya yang dapat
dilakukan bisa dengan memberikan sanksi dan lain sebagainya.
Dilingkungan sekolah contohnya seperti sanksi berupa teguran yang
diberikan kepala sekolah kepada guru yang datang terlambat. Agar
berbagai tujuan pendisiplinan seperti yang telah disinggung diatas
tercapai, pendisiplinan harus diterapkan secara bertahap. Yang
dimaksud dengan secara bertahap adalah dengan mengambil berbagai
langkah yang bersifat pendisiplinan, mulai dari yang paling ringan
hingga kepada yang terberat. Misalnya dengan peringatan secara lisan,
penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan kenaikan pangkat,
pemberhentian sementara dan lain sebagainya (Siagian,
2019,h.156).

Upaya penegakan disiplin lainnya juga dapat dimulai dari diri guru
itu sendiri melalui cara-cara disiplin diri berikut ini:

1)   Putuskan bahwa diri sendiri sungguh-sungguh ingin menjadi orang
yang disiplin. Dorongan dan kemauan membangkitkan motivasi akan
melahirkan pilihan yang baik
.

2)   Buatlah komitmen untuk mengembangkan dan memperkuat kebiasaan.

3)   Pelajari aturan-aturan yang berkaitan dengan apa yang dapat dan tidak
dapat anda kerjakan
.

4)   Menjadi bertanggung jawab. Terimalah tanggung jawab atas segala
tindakan anda. Jangan melimpahkan kesalahan pada tindakan dan
keputusan orang lain.

5)   Dengan latihan. Disiplin diri dapat dilakukan dengan mengajar atau
melatih diri sendiri. Sebagai contoh, konsistenlah menyediakan waktu
lebih banyak untuk belajar dan menjaga performansi mengajar dikelas.

6)   Lakukan aktivitas yang dapat memperkuat disiplin diri.

7)   Hilangkanlah kebiasaan buruk.

8)   Mulai disiplin dengan membisakan menyusun rencana harian dan
menjalankan aktivitas (Danim,
2019,h.58).

d.   Ciri-Ciri Disiplin Kerja Guru

Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru haruslah mewujudkan
sikap disiplin, baik itu sewaktu mengajar maupun diluar jam pelajaran.
Seorang guru dikatakan disiplin apabila ia telah bisa melaksanakan
tugasnya dengan baik. kedisiplinan yang dimiliki oleh seorang guru akan
membawa keberhasilan dan kemajuan dimana guru tersebut mengajar.
Oleh karena itu
, kedisiplinan seorang guru itu sangat penting dalam
kegiatan pembelajaran dan seorang guru harus terus mengembangkan
sikap disiplin tersebut agar tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Mulyasa (2019,h.156) mengemukakan bahwa dalam rangka peningkatan disiplin guru dalam mengajar, ciri-ciri disiplin kerja guru yaitu.

1)        Bekerja tepat waktu baik awal maupun akhir pembelajaran.

2)        Membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja, ketepatan dan jadwal waktu.

3)        Membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta didik.

4)        Mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggug jawab.

5)        Mengatur kegiatan harian, mingguan, semesteran dan tahunan.

6)        Mengembangkan peraturan dan prosedur kegiatan kelompok termasuk diskusi.

7)        Menetapkan jadwal kerja peserta didik.

8)        Mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik.

9)        Mengatur tempat duduk peserta didik.

10)    Mencatat kehadiran peserta didik.

11)    Memahami peserta didik.

12)    Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran, kepustakaan dan media
pembelajaran.

13)    Menghadiri pertemuan dengan guru, orang tua peserta didik dan
alumni.

14)    Menciptakan iklim kelas yang kondusif.

15)    Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran.

16)    Merencanakan program-program khusus dalam pembelajaran.

17)    Menasehati peserta didik.

Sedangkan menurut Danim (2019,h.60)., ciri-ciri guru yang disiplin dalam bekerja meliputi:

1)        Tepat waktu

2)        Tepat asas atas janji

3)        Bekerja atas standar mutu

4)        Bekerja sesuai dengan standar hasil

5)        Tidak melanggar aturan

e.    Indikator Disiplin Kerja Guru

Adapun indikator dari disiplin kerja guru dalam proses
pembelajaran di kelas adalah.

1)        Bekerja tepat waktu baik awal maupun akhir pembelajaran

2)        Mencatat kehadiran siswa dan mengatur kehadiran siswa

3)        Membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja siswa

4)        Menciptakan iklim kelas yang kondusif

5)        Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran, kepustakaan dan media
pembelajaran (Mulyasa,
2019,h.159).

Joharis dan Indra (2021.h.2), mengemukakan bahwa disiplin guru mempunyai beberapa aspek yang dapat terlihat dari perilaku guru yang dapat diamati. Disiplin mempunyai tiga aspek. Aspek tersebut yaitu sebagai berikut.

1)        Sikap mental atau attitude, merupakan sikap patuh dan tertib yang
dihasilkan dari pengembangan pikiran dan pengendalian budi pekerti

2)        Pemahaman yang baik tentang perilaku, norma kriteria dan standar
yang sedemikian rupa sehingga memiliki pemahaman yang mendalam atau kesadaran hal tersebut yang merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan.

3)        Sikap kelakuan yang secara wajar yang menunjukkan kesungguhan
hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

Indikator-indikator dalam mengukur disiplin kerja guru adalah sebagai berikut:

1)        Disiplin terhadap tugas kedinasan, seperti mentaati peraturan kerja
sekolah, menyiapkan kelengkapan mengajar, dan melaksanakan tugastugas pokok.

2)        Disiplin terhadap waktu, seperti menepati waktu tugas, memanfaatkan waktu dengan baik, dan menyelesaikan tugas tepat waktu.

3)        Disiplin dalam suasana kerja (lingkungan kerja), seperti
memanfaatkan lingkungan sekolah, menjalin hubungan baik, dan
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4)        Displin terhadap sikap dan tingkah laku yang meliputi memperhatikan sikap, tingkah laku, dan harga diri.

Dimensi dan indikator disiplin kerja dapat dilakukan oleh semua
pegawai kerja pada suatu organisasi adalah:

1)        Dimensi ketaatan waktu, dengan indikator:

a)    Masuk kerja tepat waktu

b)   Penggunaan waktu secara efektif

c)    Tidak pernah mangkir/tidak kerja

2)        Dimensi tanggung jawab kerja, dengan indikator:

a)    Mematuhi semua peraturan organisasi atau perusahaan

b)   Target pekerjaan

c)    Membuat laporan kerja harian (Amirudin, 2019.h.29)

Jadi, berdasarkan teori di atas, maka dapat disimpulkan indikator
disiplin guru, yaitu:

1)        Disiplin terhadap waktu

a)    Selalu datang tepat waktu

b)   Selalu tepat waktu ketika akan memulai jam pelajaran

c)    Melaksanakan jam pelajaran sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan

d)   Memanfaatkan waktu tugas dengan baik

e)    Menyelesaikan tugas dengan waktu yang tepat

2)        Ketaatan terhadap kepala sekolah

a)    Melaksanakan arahan kepala sekolah dengan baik.

b)   Tidak melaksanakan suatu tugas yang menyeleweng dari perintah
kepala sekolah

c)    Dapat memenuhi target pekerjaan yang ditugaskan oleh kepala
sekolah

d)   Tidak pernah membantah kepala sekolah dalam melaksanakan
tugas

3)        Disiplin dalam suasana kerja (lingkungan kerja)

a)    Memanfaatkan lingkungan sekolah dengan baik dengan menjalin
hubungan yang baik dengan warga sekolah

b)   Mengenakan pakaian yang sopan di lingkungan kerja

c)    Berpedoman pada kode etik guru

d)   Dapat menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban

4)        Displin terhadap tanggung jawab

a)    Dapat bertanggungjawab terhadap tugas

b)   Dapar bertanggungjawab terhadap sarana dan prasarana yang
menjadi media dalam penyampaian materi pada peserta didik

c)    Mematuhi semua peraturan sekolah

d)   Membuat laporan hasil kerja harian

B.  Penelitia yang Relevan

Tabel 2.1  Kajian Penelitian Relevan

No

Judul Penelitian

Penulis dan Tahun

Hasil Penelitian

1

Penelitian Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Disiplin Guru terhadap Kinerja Guru

Elvi Juniarti, Nur Ahyani  dan Arif Ardiansyah (2020)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) terdapat pengaruh positif yang sangat signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru; 2) terdapat pengaruh positif yang sangat signifikan antara kepuasan kerja terhadap kinerja guru; 3) terdapat pengaruh positif antara komitmen organisasi dan kepuasan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja guru.

 

2

Kontribusi Kepemimpinan Tranformasional Kepala Sekolah Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Guru

Ni Made Suastini1 dan  Ida Bagus Surya Manuaba (2021)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru dibuktikan berdasarkan nilai rhitung =0,723 > rtabel = 0,361 dan kontribusi sebesar 52%, terdapat kontribusi yang signifikan komitmen organisasi terhadap kinerja guru dibuktikan berdasarkan nilai rhitung = 0,735 > rtabel = 0,361 dan kontribusi sebesar 54%, terdapat kontribusi yang sigmifikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan komitmen organisasi terhadap kinerja guru dibuktikan berdasarkan nilai rhitung = 31,207 > rtabel = 0,361 dan kontribusi sebesar 68%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
secara bersama-sama kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja guru.

 

3

The Effect of Transformational Leadership and Compensation On Performance.

Mohammad Mahrum1, Ismu Hadjar dan  Nancy Yusnita(2021)

Hasil penelitian  menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional dan kompensasi mempunyai pengaruh positif dan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru.

4

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Guru di sekolah Dasar Islam Al-Ukhuwah Subang

Sajida Rahima, Alm Rusman Frendika, Allya Roosallyn Assyofa(2023)

Pada penelitian ini terdapat 3 hipotesis yang dirumuskan. Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah regresi linear sederhana, regresi linear berganda, uji Parsial, Uji simultan, Koefisien Determinasi dan Korelasi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwasannya Kepemimpinan transformasional dan disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru baik secara parsial ataupun secara simultan

 

5

Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Kepuasan Kerja Guru Dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru SDN Se-Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong

Fitrianti (2023)

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai koefisien regresi variabel adalah angka positif seperti kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kinerja 0,203, kepuasan Kerja sebesar 0,319, kepuasan kerja dengan kinerja sebesar 0,201, kepemimpinan transformasional kepala Sekolah dengan motivasi kerja sebesar 0,399, motivasi Kerja dengan kinerja guru sebesar 0,111, kepemimpinan transformasional kepala sekolah dengan kepuasan kinerja guru melalui kepuasan kerja sebesar 0,064, kepemimpinan transformasional kepala Sekolah dengan kinerja guru melalui motivasi kerja guru sebesar 0,044. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan langsung yang signifikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah, kepuasan kerja dan motivasi dengan kinerja guru. Terdapat hubungan tidak langsung kepemimpinan transformasional melalui kepuasan kerja dan motivasi kerja guru SDN Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong.

 

6

The Effect Of Leadership Of School And School Climate
Leadership On Teacher Performance In Madrasah Tsanawiyah In
Indonesia

Ihsana El Khuluqo (2019)

Berdasarkan penelitian, disimpulkan

bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah mempunyai pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru.

 

C.  Kerangka Berpikir

1.    Pengaruh antara Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah menjadi salah satu
faktor yang dapat berpengaruh terhadap kinerja guru dalam pembelajaran. Baik atau tidaknya kinerja seorang kepala sekolah dilihat dari bagaimana dia menjalankan tugasnya, salah satunya yaitu kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dengan memimpin para guru, dengan membina kerjasama yang harmonis antar anggota staf sehinggga mampu membangkitkan semangat kerja, motivasi kerja bagi bawahan yang dipimpin serta menciptakan suasana yang kondusif. Kepemimpinan yang baik, kerjasama yang harmonis serta suasana yang konduktif menjamin guru menjadi optimis untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Kepemipinan transformasional merupakan pengaruh yang dimiliki oleh seorang kepala sekolah dan kemampuannya menggunakan pengaruh tersebut serta akibat pengaruh itu bagi orang yang hendak dipengaruhi yaitu tenaga pendidik (guru). Pengaruh tersebut diwujudkan melalui ciri-ciri kepemimpinan transformasional kepala sekolah yaitu  idealiced influence, inspirational motivation,intellectual stimulation dan individual consideration. Pengelolaaan ciri kepemimpinan transformasional kepala sekolah tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap kinerja guru dalam pembelajaran, dengan demikian keberhasilan tujuan pendidikan akan mudah tercapai.

2.    Pengaruh Antara Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Guru

Kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain disiplin kerja. Disiplin merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting. Karena semakin baik disiplin seorang guru maka semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Disiplin kerja dapat didefenisikan sebagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku. Baik yang tertulis maupun tidak, serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksisanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Apabila guru tidak disiplin maka dapat menyebabkan adanya absen dari pekerjaan dengan alasan tidak jelas, meninggalkan kelas untuk kepentingan pribadi, kurang tepat dalam menyelesaikan tugas dan kewajiban, menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi. bahwa disiplin kerja yang baik akan meningkatkan kinerja pegawai, dalam hal ini guru, sehingga mempercepat pencapaian tujuan organisasi, sedangkan disiplin yang rendah akan menurunkan kinerja pegawai sehingga menjadi penghambat dan perlambatan untuk pencapaian tujuan organisasi sehingga disiplin kerja akan sangat berpengaruh terhadap kinerja guru, karena disiplin kerja sangat penting karena disiplin kerja dapat menjadi penggerak kemauan dan keinginan untuk bekerja sesuai dengan standar atau batasan yang telah ditetapkan sehingga jelas bahwa disiplin kerja itu harus dimiliki oleh seorang guru guna mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

3.    Pengaruh antara Kepemimpina Transformasional Kepala Sekolah dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Guru

Kepala Sekolah dapat dikatakan berhasil apabila mereka memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Kepemimpinan di bidang pendidikan memiliki pengertian bahwa pemimpin harus memiliki keterampilan dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran ataupun pelatihan agar segenap kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien yang pada gilirannya akan mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah ditetapkan.

Sementara disiplin kerja adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetian, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengan dirinya, sikap atau perbuatan yang dilakukannya bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia berbuat tidak sebagaimana lazimnya. kinerja guru akan tinggi apabila gaya kepemimpinan kepala sekolah efektif dan jika guru memiliki disiplin kerja yang tinggi pula. Kinerja guru dapat dioptimalkan dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah yang dapat mendorong guru untuk memiliki disiplin yang tinggi terhadap sekolah agar mereka selalu menunjukkan performa terbaik dalam mencapai tujuan sekolah. Dengan demikian  kepemimpinan transformasional dan disiplin kerja guru dapat mempengaruhi kinerja guru.

Kepemimpinan kepala sekolah harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan, karena produktivitas dan disiplin kerja guru
tergantung kepala sekolah dalam arti sampai sejauh mana kepala sekolah
mampu mendorong bawahannya untuk bekerja sesuai dengan kebijaksanaan
dan program yang telah digariskan sehingga guru mempunyai disiplin kerja yang baik  dan hasil kinerjanya yang memuaskan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

D.  Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1.    Terdapat pengaruh positif  antara kepemimpinan trasnformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................

2.    Terdapat pengaruh positif  antara disiplin kerja terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................

3.    Terdapat pengaruh positif  antara kepemimpinan trasnformasional kepala sekolah dan disiplin kerja terhadap kinerja guru di kecamatan ....................... Kabupaten ........................

 

Informasi selanjutnya silahkan klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih

0 comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih