PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL THINK-PAIR-SHARE PADA KELAS IV TEMA 6 SUB TEMA 1 PELAJARAN IPA KEANEKARAGAMAN HEWAN DAN TUMBUHAN DI SDN ..........................
…………………….1) ……………………2) ……………………..3)
1Siswa, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Terbuka
2Tutor, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Terbuka
3Dosen, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Terbuka
ABSTRAK
Pelaksanaan penelitian berdasar pada tingkat hasil belajar materi keanekaragaman hewan dan tumbuhan yang rendah. Upaya perbaikan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model think-pair-share. Subjek penelitian sebanyak 29 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, dokumentasi, dan teknik tes. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan perolehan nilai rerata secara klasikal sebesar 63,45 meningkat 73,10 dan 83,10 dari batasan KKM≥75. Adapun peningkatan ketuntasan belajar dari 8 siswa (27,59%) menjadi 15 siswa (51,72%) dan 26 siswa atau 89,66% pada siklus terakhir dari batasan ≥85% dinyatakan tuntas. Penjelasan di atas membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran think-pair-share terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci : hasil belajar, pembelajaran kooperatif, think-pair-share
PENDAHULUAN
Proses belajar IPA pada siswa kelas IV SDN .......................... berkisar pada topik keanekaragaman hewan dan tumbuhan yang dianggap sebagai salah satu komponen terpenting dalam kurikulum. Pokok bahasan ini siswa berkesempatan untuk belajar dan mengetahui berbagai jenis hewan dan tumbuhan, serta perannya dalam ekosistem. Namun dalam praktiknya, metode pengajaran yang dimaksud sering kali menemui tantangan seperti kurangnya tingkat keaktifan, tidak maksimalnya taraf penafsiran siswa terhadap inti materi belajar, dan rendahnya tingkat interaksi antar siswa. Hasil kegiatan prasiklus pada materi keanekaragaman hewan dan tumbuhan nilai rata-rata siswa menunjukkan angka 53,45, sementara rerata nilai yang diharapkan tercapai adalah sesuai batasan KKM (≥75). Penjelasan ketuntasan belajar menunjukkan bahwa ada sekitar 8 siswa atau 27,59% yang mengikuti proses belajar prasiklus. Sebaliknya, terdapat sekitar 21 siswa atau 72,41 persen yang tidak tercapai tarak ketuntasannya karena belum mencapai KKM (≥75).
Upaya pemecahan masalah yang dilakukan peneliti adalah menerapkan suatu model pendidikan yang efektif dan efisien. Model ini harus mampu mendidik siswa secara kooperatif, sekaligus memungkinkan mereka mengungkapkan perasaan dan kekhawatirannya. Peran seorang guru yang berpusat pada guru (pusat) menjadi fasilitator, dan membuat siswa menjadi lebih aktif ketika belajar. Hal ini dicapai melalui pendekatan pembelajaran kooperatif. Satu-satunya metode pembelajaran kooperatif yang dibahas di sini disebut think pair share.
Arnidha (2019:132), model think pair share adalah alterantif pilihan dari sekian banyak model belajar kooperatif yang bermanfaat memicu peningkan kualitas pembelajaran dalam pengembangan tanggung jawab terhadap materi ajar tertentu. Hasilnya, model ini memiliki potensi yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif. Model pendidikan yang dikenal dengan think pair share merupakan suatu bentuk pendidikan yang memiliki tiga kekuatan berbeda dalam memfasilitasi pengembangan lingkungan belajar kooperatif yang efektif dan efisien. Ketika siswa belajar dengan pendekatan TPS, mereka diberi kesempatan berpikir, artinya mereka diberi kesempatan untuk memikirkan permasalahan yang disampaikan oleh gurunya. Dewi, et.all. (2021) menjelaskan permasalahan yang diberikan secara berpasangan kemudian diungkapkan secara berpasangan. Setelah itu, permasalahan tersebut kemudian dibagikan, dan siswa yang sadar akan dirinya mampu menunjukkan hasil fikirnya. Melalui pembelajaran yang menggunakan model TPS akan mampu menanamkan rasa kesadaran diri pada diri siswa, karena setiap siswa diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Istilah hasil belajar mengacu pada perubahan perilaku selama proses belajar. Husamah (2016:18), yang dimaksud dengan hasil belajar merupakan kecakapan yang didapat oleh peserta pelatihan setelah peserta tersebut mendapatkan manfaat dari pelatihannya. Ketika hasil proses pembelajaran diperoleh, diterima, atau dibicarakan setelah proses pembelajaran, seringkali disajikan dalam bentuk skor atau ukuran keberhasilan. Rusman (2017:129) mendefinisikan hasil belajar sebagai besaran nilai yang didapatkan siswa yang mampu menunjukkan kemampuan intelektual, perilaku, dan psikologis. Penguasaan tersebut tidak sebatas pada pemahaman teoritis terhadap materi pelajaran yang diajarkan; melainkan mencakup sejumlah konsep lain, termasuk perilaku sehari-hari, daya nalar, hobby, atensi, talenta, adaptasi sosial, ragam ketangkasan, aspirasi, hasrat, dan harapan.
Ahmad (2019) yang telah melakukan beberapa penelitian terdahulu mengatakan model belajar TPS mempunyai potensi kuat dalam mempertinggi tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar. Murdhiah (2020) memberikan pernyataan mengenai model belajar TPS yang berpengaruh kuat terhadap meningkatkan taraf keaktifan dan peningkatan perolehan output hasil belajar siswa. Keadaan ini dapat terwujud karena pada proses pelaksanaannya guru tidak memposisikan diri sebagai pusat pembelajaran tetapi mendudukan posisi siswa sebagai fokus pembelajaran dengan dukungan fungsi guru dalam posisi pemberi bantuan. Sukasni (2019), memberikan pendapat bahwa konsep dasar pembelajaran kooperatif adalah sebuah model ajar yang menyediakan keleluasaan bagi siswa untuk dapat berkolaburasi secara kooperatif guna mencapai tujuan bersama. Rukmana dan Sugiro (2022), berpendapat model belajar kooperatif merupakan suatu model belajar yang terfokus pada pelaksanaan model belajar dalam kerjasama kelompok sehingga diharapkan penggunaan model tersebut dapat memberikan bantuan dan dorongan kepada siswa sebagai upaya peningkatan keaktifan belajarnya,
Perumusan masalah penelitian adalah bagaimana upaya peningkatan output hasil belajar IPA dengan penerapan model belajar think pair share pada siswa kelas IV SDN ........................... Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan output hasil belajar IPA dengan strategi think-pair-share pada siswa kelas IV SDN ........................... Manfaat dari penelitian untuk memberikan informasi penggunaan model belajar kooperatif tipe think pair share guna memahami output belajar pembelajaran IPA serta dapat dijadikan sebagai titik tolak penelitian selanjutnya mengenai model belajar think pair share dan penerapannya pada pokok bahasan dan materi lainnya.
METODE
Jenis penelitian merupakan PTK atau classroom action research. Parnawi (2020:23), PTK merupakan upaya peningkatan kinerja dan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru terhadap siswa di sekolah. Guru dalam PTK menjadi penting karena berperan sebagai perencana, pelaksana dan perefleksi tindakan dengan kooperatif dan berkontribusi secara maksimal. PTK akan membantu guru dalam mencapai tujuan yang lebih baik. PTK memberikan kesempatan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan mutu, proses, praktik, dan hasil proses belajar yang berimbas secara aktual terhadap siswa. Hierarki tindakan PTK terbagi menjadi empat yaitu rencana, tindakan, observasi, dan diakhiri kegiatan refleksi (Kunandar, 2016). Model PTK mengacu pendapat Kemmis & McTaggart. Penjelasan mengenai kegiatan per siklusnya :
1. Perencanaan
Pada tahapan perencanaan tindakan penelitian yang pertama dilakukan peneliti adalah membuat rencana atau skema pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat. Langkah berikutnya adalah membuat lembar pengamatan aktivitas guru pada kegiatan pembelajaran. Kegiatan selanjutnya peneliti mempersiapkan alat peraga pembelajaran sesuai dengan materi dan menyedikan sumber-sumber bahan kajian dalam upaya pemecahan masalah oleh siswa
2. Pelaksanaan
Siklus pertama, menentukan capaian tujuan belajar disesuaikan dengan pokok bahasan. Penyajian materi ajar inti terkait dengan permasalahan keanekaragaman hewan dan tumbuhan yang disampaikan melalui pendekatan pembelajaran. Menggunakan strategi think-pair-share pada kegiatan belajar. Siswa berdiskusi terkait pokok bahasan yang dipelajari. Peran guru adalah memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa tentang tahapan-tahapan kegiatan belajar dengan model belajar think-pair-share. Guru melakukan penilaian terhadap output belajar siswa. Menyimpan dan membuat catatan penting yang muncul dalam proses belajar yang dilakukan oleh observer pada catatan observasi yang nantinya akan digunakan sebagai bahan penilaian keberhasilan proses belajar dalam tahap refleksi.
Siklus kedua, Melaksanakan program pembelajaran siklus kedua berlandaskan RPP yang telah disetujui dengan memperkuat koreksi yang dilakukan pada siklus pertama. Diharapkan pada siklus kedua ini siswa dapat mempelajari lebih jauh tentang pokok bahasan yang dipelajari melalui penerapan model belajar think-pair-share. Melaksanakan tes akhir siklus kedua untuk memperoleh data output belajar siswa. Mencatat setiap kemunculan indikator-indikator kegiatan belajar siswa untuk dijadikan dasar penyusunan refleksi. Berkoordinasi dengan observer untuk berdiskusi tentang hasil observasi sebagai penentu tingkat keberhasilan proses belajar.
3. Pengamatan
Pada titik ini pengamat membantu peneliti agar dapat melakukan proses pengamatan secara terus menerus dan untuk memudahkan pengumpulan data. Kegiatan yang diamati adalah kegiatan membimbing di dalam kelas dan kegiatan siswa selama mengikuti kegiatan pendidikan. Dalam proses melakukan penelitian, pengamat membantu dalam pengumpulan data dalam model belajar think-pair-share
4. Refleksi
Tahapan ini adalah suatu proses yang membantu untuk menemukan solusi dari masalah yang muncul selama proses belajar mengajar berlangsung. Aktivitas akan memperoleh manfaat yang besar dan dapat meningkatkan proses pembelajaran. Berasal dari hasil kajian yang diperoleh maka direncanakan tindakan-tindakan sesuai hasil refleksi untuk dilaksanakan pada siklus selanjutnya dan sebagai penentu keberlanjutan proses penelitian.
Kegiatan analisis data merupakan kegiatan inti penelitian. Pada kegiatan ini seluruh data-data yang diperoleh dilakukan analisis data dengan metode kualitatif dan kuantitatif untuk menentukan keberhasilan pelaksanaan pada setiap siklusnya. Analisis data pada penelitian ini meliputi :
1. Perhitung rerata nilai (Sudjana: 2019)
Keterangan :
X = rata-rata hitung
∑ x = Jumlah Nilai
N = Banyaknya Siswa
2. Perhitungan ketuntasan siswa ( Sudjana: 2019)
Keterangan :
P = Ketuntasan belajar
∑ P = Jumlah semua siswa yang tuntas belajar
∑ N = Jumlah seluruh siswa
Indikator untuk menentukan ambang batas keberhasilan pembelajaran tindakan menggunakan model think pair share yang meningkatkan hasil output belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan hasil yang ditunjukkan ≥KKM=75 dan sekitar 85% dari seluruh siswa yang menyatakan tuntas.
Hasil Perbaikan Pelaksanaan Pembelajaran
1. Hasil Prasiklus
Pelaksanaan tindakan dilakukan di kelas VI SDN .......................... menggunakan kurikulum yang sesuai dengan sekolah tersebut yaitu kurikulum 2013. Memilih kompetensi dasar keanekaragaman hewan dan tumbuhan. Pada tahapan prasiklus ini peneliti menggunakan nilai yang telah diajarkan oleh guru kelas dengan materi keanekaragaman hewan dan tumbuhan. Alasan peneliti menggunakan nilai IPA karena nilai tersebut selalu mendapat nilai terendah dan sebagai bahan pembanding proses belajar menerapkan model pembelajaran kooperatif Think pair share.
Tabel 1 Hasil Belajar Prasiklus
No |
Nama |
Nilai |
Tuntas |
Belum Tuntas |
1 |
Siswa-1 |
60 |
- |
B |
2 |
Siswa-2 |
50 |
- |
B |
3 |
Siswa-3 |
70 |
- |
B |
4 |
Siswa-4 |
60 |
- |
B |
5 |
Siswa-5 |
50 |
- |
B |
6 |
Siswa-6 |
50 |
- |
B |
7 |
Siswa-7 |
70 |
- |
B |
8 |
Siswa-8 |
80 |
T |
- |
9 |
Siswa-9 |
60 |
- |
B |
10 |
Siswa-10 |
80 |
T |
- |
11 |
Siswa-11 |
80 |
T |
- |
12 |
Siswa-12 |
60 |
- |
B |
13 |
Siswa-13 |
80 |
T |
- |
14 |
Siswa-14 |
60 |
- |
B |
15 |
Siswa-15 |
80 |
T |
- |
16 |
Siswa-16 |
70 |
- |
B |
17 |
Siswa-17 |
40 |
- |
B |
18 |
Siswa-18 |
60 |
- |
B |
19 |
Siswa-19 |
70 |
- |
B |
20 |
Siswa-20 |
60 |
- |
B |
21 |
Siswa-21 |
50 |
- |
B |
22 |
Siswa-22 |
70 |
- |
B |
23 |
Siswa-23 |
80 |
T |
- |
24 |
Siswa-24 |
60 |
- |
B |
25 |
Siswa-25 |
80 |
T |
- |
26 |
Siswa-26 |
50 |
- |
B |
27 |
Siswa-27 |
40 |
- |
B |
28 |
Siswa-28 |
80 |
T |
- |
29 |
Siswa-29 |
40 |
- |
B |
Jumlah |
1840 |
8 |
21 |
|
Rata-Rata |
63,45 |
|
|
|
Nilai Terrendah |
40,00 |
|
|
|
Nilai Tertinggi |
80,00 |
|
|
|
Ketuntasan |
- |
27,59 |
72,41 |
Dari hasil data yang disajikan terlihat bahwa siswa tuntas pada prasiklus 8 siswa dari 29 siswa mencapai batasan KKM (75) dengan presentase 27,59% dan 21 siswa yang tidak tuntas atau mencapai KKM (75) dengan presentase 72,41%. Dari hasil prasiklus tersebut maka peneliti akan mengadakan penelitian tindak lanjut pada siklus I.
2. Hasil Siklus 1
Pelaksanakaan siklus pertama dilakukan pada hari Jumat, 3 Mei 2024 peneliti dengan di damping oleh supervisor 2 melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran dengan data yang di peroleh :
Tabel 2 Hasil Belajar Siklus I
No |
Nama |
Nilai |
Tuntas |
Belum Tuntas |
1 |
Siswa-1 |
70 |
- |
B |
2 |
Siswa-2 |
60 |
- |
B |
3 |
Siswa-3 |
80 |
T |
- |
4 |
Siswa-4 |
80 |
T |
- |
5 |
Siswa-5 |
60 |
- |
B |
6 |
Siswa-6 |
60 |
- |
B |
7 |
Siswa-7 |
80 |
T |
- |
8 |
Siswa-8 |
80 |
T |
- |
9 |
Siswa-9 |
70 |
- |
B |
10 |
Siswa-10 |
80 |
T |
- |
11 |
Siswa-11 |
90 |
T |
- |
12 |
Siswa-12 |
70 |
- |
B |
13 |
Siswa-13 |
90 |
T |
- |
14 |
Siswa-14 |
70 |
- |
B |
15 |
Siswa-15 |
90 |
T |
- |
16 |
Siswa-16 |
80 |
T |
- |
17 |
Siswa-17 |
50 |
- |
B |
18 |
Siswa-18 |
70 |
- |
B |
19 |
Siswa-19 |
80 |
T |
- |
20 |
Siswa-20 |
80 |
T |
- |
21 |
Siswa-21 |
60 |
- |
B |
22 |
Siswa-22 |
80 |
T |
- |
23 |
Siswa-23 |
90 |
T |
- |
24 |
Siswa-24 |
70 |
- |
B |
25 |
Siswa-25 |
90 |
T |
- |
26 |
Siswa-26 |
60 |
- |
B |
27 |
Siswa-27 |
50 |
- |
B |
28 |
Siswa-28 |
80 |
T |
- |
29 |
Siswa-29 |
50 |
- |
B |
Jumlah |
2120 |
15 |
14 |
|
Rata-Rata |
73,10 |
|
|
|
Nilai Terrendah |
50,00 |
|
|
|
Nilai Tertinggi |
90,00 |
|
|
|
Ketuntasan |
- |
51,72 |
48,28 |
Dari hasil data yang disajikan terlihat peningkatan jumlah siswa dalam kriteria tuntas dari prasiklus. Sebanyak 15 siswa dikategorikan memenuhi target KKM (75) dengan presentase 51,72% dan 14 siswa belum mencapai target KKM (75) dengan presentase 48,28%. Pencapaian dia tas menunjukkan bahwa pencapaian indikator keberhasilan belum terrealisasi dan kegiatan masih harus dilanjutkan pada tahapan selanjutnya.
3. Hasil Siklus II
Berlandaskan hasil kegiatan refleksi yang dilakukan berdasarkan hasil-hasil siklus pertama maka pada siklus kedua rencana pelaksanaan penelitian dimulai dengan penyusunan RPP perbaikan siklus kedua. Pada tahap implementasi siklus kedua, peneliti melaksanakan tugas sebagai guru dan teman sejawat bertugas sebagai observer untuk menjadi pengamat kegiatan pembelajaran. Adapun hasilnya tersaji tabel di bawah ini.
Tabel 3 Hasil Belajar Siklus II
No |
Nama |
Nilai |
Tuntas |
Belum Tuntas |
1 |
Siswa-1 |
80 |
T |
- |
2 |
Siswa-2 |
80 |
T |
- |
3 |
Siswa-3 |
80 |
T |
- |
4 |
Siswa-4 |
90 |
T |
- |
5 |
Siswa-5 |
80 |
T |
- |
6 |
Siswa-6 |
80 |
T |
- |
7 |
Siswa-7 |
90 |
T |
- |
8 |
Siswa-8 |
90 |
T |
- |
9 |
Siswa-9 |
80 |
T |
- |
10 |
Siswa-10 |
80 |
T |
- |
11 |
Siswa-11 |
90 |
T |
- |
12 |
Siswa-12 |
80 |
T |
- |
13 |
Siswa-13 |
100 |
T |
- |
14 |
Siswa-14 |
80 |
T |
- |
15 |
Siswa-15 |
90 |
T |
- |
16 |
Siswa-16 |
80 |
T |
- |
17 |
Siswa-17 |
70 |
- |
B |
18 |
Siswa-18 |
80 |
T |
- |
19 |
Siswa-19 |
90 |
T |
- |
20 |
Siswa-20 |
80 |
T |
- |
21 |
Siswa-21 |
80 |
T |
- |
22 |
Siswa-22 |
80 |
T |
- |
23 |
Siswa-23 |
90 |
T |
- |
24 |
Siswa-24 |
80 |
T |
- |
25 |
Siswa-25 |
100 |
T |
- |
26 |
Siswa-26 |
80 |
T |
- |
27 |
Siswa-27 |
70 |
- |
B |
28 |
Siswa-28 |
90 |
T |
- |
29 |
Siswa-29 |
70 |
- |
B |
Jumlah |
2410 |
26 |
3 |
|
Rata-Rata |
83,10 |
|
|
|
Nilai Terrendah |
70,00 |
|
|
|
Nilai Tertinggi |
100,00 |
|
|
|
Ketuntasan |
- |
89,66 |
10,34 |
Dari hasil data yang disajikan dapat disimpulkan jumlah ketuntasan siswa meningkat bila dibandingkan dengan siklus pertama. Sebanyak 26 siswa memenuhi target KKM (75) dengan presentase 89,66% dan 3 siswa tidak mencapai KKM (75) dengan presentase 10,34%. Angka-angka tersebut memberikan petunjuk mengenai hasil siklus kedua dimana pembelajaran menggunakan model Think pair share membuktikan eskalasi output hasil belajar siswa meningkat. Berlandaskan perolehan data-data di atas maka dapat disimpulkan penelitian dinyatakan berhasil dan dinyatakan cukup sampai siklus kedua.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil analisis data terhadap proses penelitian terhadap penerapan model belajar think pair share pada pembelajaran IPA yang telah dilaksanakan memberikan informasi bahwa semua indikator telah tercapai. Data hasil pelaksanaan proses penelitian tersaji di bawah ini.
Tabel 4 Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
No |
Nama Siswa |
KKM |
Nilai |
||
Pra siklus |
Siklus 1 |
Siklus II |
|||
1 |
Siswa-1 |
75 |
60 |
70 |
80 |
2 |
Siswa-2 |
75 |
50 |
60 |
80 |
3 |
Siswa-3 |
75 |
70 |
80 |
80 |
4 |
Siswa-4 |
75 |
60 |
80 |
90 |
5 |
Siswa-5 |
75 |
50 |
60 |
80 |
6 |
Siswa-6 |
75 |
50 |
60 |
80 |
7 |
Siswa-7 |
75 |
70 |
80 |
90 |
8 |
Siswa-8 |
75 |
80 |
80 |
90 |
9 |
Siswa-9 |
75 |
60 |
70 |
80 |
10 |
Siswa-10 |
75 |
80 |
80 |
80 |
11 |
Siswa-11 |
75 |
80 |
90 |
90 |
12 |
Siswa-12 |
75 |
60 |
70 |
80 |
13 |
Siswa-13 |
75 |
80 |
90 |
100 |
14 |
Siswa-14 |
75 |
60 |
70 |
80 |
15 |
Siswa-15 |
75 |
80 |
90 |
90 |
16 |
Siswa-16 |
75 |
70 |
80 |
80 |
17 |
Siswa-17 |
75 |
40 |
50 |
70 |
18 |
Siswa-18 |
75 |
60 |
70 |
80 |
19 |
Siswa-19 |
75 |
70 |
80 |
90 |
20 |
Siswa-20 |
75 |
60 |
80 |
80 |
21 |
Siswa-21 |
75 |
50 |
60 |
80 |
22 |
Siswa-22 |
75 |
70 |
80 |
80 |
23 |
Siswa-23 |
75 |
80 |
90 |
90 |
24 |
Siswa-24 |
75 |
60 |
70 |
80 |
25 |
Siswa-25 |
75 |
80 |
90 |
100 |
26 |
Siswa-26 |
75 |
50 |
60 |
80 |
27 |
Siswa-27 |
75 |
40 |
50 |
70 |
28 |
Siswa-28 |
75 |
80 |
80 |
90 |
29 |
Siswa-29 |
75 |
40 |
50 |
70 |
|
Jumlah |
|
1840 |
2120 |
2410 |
|
Rata-Rata |
|
63,45 |
73,10 |
83,10 |
|
Jumlah Siswa Tuntas |
|
8 |
15 |
26 |
|
Jumlah Siswa Belum Tuntas |
|
21 |
14 |
3 |
|
Presentase Tuntas |
|
27,59 |
51,72 |
89,66 |
|
Presentase Belum Tuntas |
|
72,41 |
48,28 |
10,34 |
Tampilan dalam bentuk grafik sebagai penjelasan tabel di atas dapat dijelaskan di bawah ini.
Gambar 4.1 Diagram Rerata Nilai dan Tingkat Ketuntasan pada Prasiklus, Siklus I dan Siklus Kedua
Hasil penelitian yang ditunjukkan di atas menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga dalam pengajaran dapat meningkatkan kualitas materi yang diajarkan di unit II SDN Utama 1 Tarakan. Kenaikan angka hasil pengamatan partisipasi dan nilai rerata serta ketuntasan membuktikan bahwa proses belajar mengajar berjalan dengan efektif sehingga berbanding lurus dengan peningkatan kualitas pada proses pembelajaran.
Pada prasiklus, hasil belajar siswa sebelum PTK kurang baik karena selama proses pembelajaran siswa tidak terlalu aktif dan lebih banyak fokus pada gurunya sehingga menyebabkan tingkat keatifan menjadi berkurang dan lebih pasif mengikuti proses belajar. Saat menyampaikan materi pembelajaran, siswa kurang mendengarkan guru sebagaimana siswa malasnya mencatat materi yang dijelaskan guru. Hal ini didukung oleh Djamarah dan Zain (2016:46). Dalam kegiatan pembelajaran, guru hendaknya tidak hanya berkompeten dalam menggunakan satu metode saja. Sebaliknya, mereka harus menerapkan berbagai metode selama proses pembelajaran untuk memastikan bahwa siswa tidak kewalahan dan dapat belajar dari kesalahan mereka.
Pada siklus pertama, sebelum memulai kegiatan pembelajaran yang melibatkan pemakaian model belajar TPS (think pair and share), sebaiknya guru memberikan penjelasan tentang urutan kegiatan belajar sehingga siswa tidak terlihat kebingungan dan tidak tahu harus melaksanakan kegiatan menggunakan model pembelajaran kooperatif TPS. Ini membantu siswa memahami bagaimana melaksanakan tugas mereka. Dalam pelaksanaannya, siswa boleh ikut serta secara aktif pada proses belajar sesuai dengan model pembelajaran yang diinstruksikan oleh guru. Peningkatan hasil output belajar IPA dengan menerapkan model belajar TPS (think pair and share) juga dapat dicapai dengan meningkatkan hasil tes pada setiap tahapan. Sejalan dengan teori hasil belajar menurut Sudjana (2019), output hasil belajar adalah keterampilan yang diperoleh siswa atas ketercapaian tujuan pembelajaran. Purwanto (2017) menyatakan bahwa hasil belajar adalah suatu metamorfosis dalam pembelajaran, dimana metamorfosis tersebut dapat menuju kepada lingkungan belajar yang menguntungkan, namun ada juga lingkungan belajar yang negatif.
Pada pembelajaran siklus kedua tingkat keberhasilan belajar siswa mencapai 89,66% dari batasan ≥85% ketuntasan siswa sesuai indikator keberhasilan. Mempertimbangkan hal di atas maka PTK dipastikan telah memenuhi target keberhasilan. Kenaikan hasil belajar IPA ini disebabkan oleh model kooperatiftipe TPS (think pair and share) yang memotivasi siswa berpartisipasi aktif dan memberikan perhatian lebih kepada mereka. Sistem kerja siswa secara berkelompok terdiri dari dua atau tiga siswa, mendiskusikan masalah berupa tugas-tugas guru sesuai materi ajar. Siswa diharapkan berkolabruasi dengan baik, belajar jujur, dan menunjukkan empati. Hal ini juga membuat siswa lebih berhati-hati dan tidak ragu-ragu dalam mengambil materi. Setelah itu, siswa juga diinstruksikan untuk menampilkan hasil kerjanya secara akurat di akhir kelas. Menurut Trianto (2018:241), pembelajaran siswa tergolong klasikal jika suatu kelas tertentu mencapai skor 85% dari jumlah siswa yang mengikuti kegiatan belajar dan jika siswa memenuhi kriteria KKM ≥75 yang ditetapkan oleh sekolah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kenaikan angka hasil out belajar siswa mata pelajaran IPA melalui pendekatan model belajar think pair share (TPS) pada kelas IV SDN .......................... dapat tercapai. Hasil belajar siswa berdasarkan penilaiannya menunjukkan adanya peningkatan dalam belajar. Kondisi pertama hanya berjumlah 8 siswa atau 27,59%, meningkat menjadi 15 siswa atau 51,72%, dan 88,66% atau 26 siswa pada kondisi kedua. Rata-rata rasio siswa-guru pada kondisi pertama adalah 63,45, kondisi kedua 73,10, dan kondisi kedua 83,10.
Saran
Berdasarkan keterangan di atas, peneliti memberikan ringkasan yang lebih panjang. Siswa diharapkan dapat berpartisipasi dalam setiap pembelajaran mengunakan model belajar think pair share karena hal ini akan sangat bermanfaat bagi peningkatan aktivitas mereka. Siswa cenderung lebih kritis dan asertif ketika berinteraksi dengan guru atau siswa lain, sehingga terjadi koneksitas yang baik antara siswa dan guru yang menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Berkenaan dengan guru, hendaknya guru lebih bertekad untuk menggunakan berbagai model pengajaran yang mungkin dapat membantu siswa mewujudkan potensi dirinya. Guru harus lebih berinovasi dalam mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis sehingga mereka dapat lebih terlibat dalam pembelajarannya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran secara keseluruhan, sekolah harus mempunyai model pengajaran yang beragam untuk berbagai kegiatan pembelajarannya. Bagaimana proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah perlu diperhatikan agar terwujud peningkatan mutu pembelajaran yang optimal di kelas, menjadikan siswa lebih terlibat di dalam kelas, dan meningkatkan hasil output belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N., Ilato, R., & Payu, B. R. (2020). Pengaruh Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Minat Belajar Siswa. Jambura Economic Education Journal, 2(2), 70–79. https://doi.org/10.37479/jeej.v2i2.5464
Arnidha, Y. (2016). Peningkatan Kemampuan Representasi Matematis Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share. Jurnal E-DuMath, 2(1), 128–137. https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/ edumath/article/download/166/117
Dewi, N. K. T. Y., Sugiarta, I. M., & Parwati, N. N. (2021). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantuan Alat Peraga untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Journal of Education Action Research, 5(1), 40–47. https://doi.org/10.23887/jear.v5i1.31789.
Djamarah, Zain Aswan. (2016). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Husamah, Pantiwati., Restian, A., et.al. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Malang; Penerbitan Universitas Muhamaddiyah Malang.
Kunandar, (2016). Langkah mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta: Rajawali Pers
Murdhiah, S. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas V SDN 1 Tapadaka. Jurnal Ilmiah Pembelajaran, 2(2), 33–41. http://103.123.108.170/index.php/dilan/article/view/2089
Parnawi, Afi. (2020). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Yogyakarta : CV Budi Utama
Purwanto. (2019). Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Pustaka Belajar.
Rukmana, I. ., Khoimatun, K., & Sugiro, H. . (2022). Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia dengan Model Cooperative Script pada Siswa Kelas IV . Jurnal Educatio FKIP UNMA, 8(2), 584–588. https://doi.org/10.31949/educatio.v8i2.2125
Rusman (2017) Hasil Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Pendidikan. Jakarta Kencana
Sudjana, (2019). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya
Sukasni, N. K. (2019). Model Penerapan Model Pembelajaran KooperatifTipe GI (Group Investigation) untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS/Sejarah Siswa Kelas IXG SMP Negeri 3 Semarapura. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 5(2). http://dx.doi.org/10.24042/terampil.v4i2.2220
Trianto. (2018). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kharisma Putra Grafika.
Untuk mendapatkan file lengkap, silahkan : klik DOWNLOAD atau hub. (WA) 081327121707 - (WA) 081327789201 terima kasih
0 comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar, hindari unsur SARA.
Terima kasih