LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR GULING DEPAN
DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN TIGA POS PADA
SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 .................
DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN TIGA POS PADA
SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 .................
TAHUN PELAJARAN …/…
Diajukan pada Penilaian Angka
Kredit
Unsur Pengembangan Profesi Guru untuk Kenaikan Pangkat
dari Golongan ….. ke ……
Oleh
…………………………………..
NIP . ……………………..
SMP
NEGERI 3 .................
Jl........................................................... Kode Pos ...........
201...
LEMBAR
PENGESAHAN
1. a.
Judul Penelitian : Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Guling Depan Dengan Menggunakan
Permainan Tiga Pos Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 .................
Tahun Pelajaran …/…
b.
Bidang Ilmu : Pendidikan Jasmani dan Orkes
c.
Kategori Penelitian : Teknik
Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian
Tindakan Kelas
2. Ketua
Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : ………………………….
b.
NIP : …………………………….
c. Pangkat / Golongan : …………….
d. Jabatan :
e. Instansi :
SMPN 3 .................
f.
Tempat Penelitian : SMPN 3 .................
3. Lama
Penelitian : 3 bulan (Bulan ……….. sampai dengan Bulan
…………..)
4. Sumber
Biaya : Swadaya
…………….,…………………….
Petugas
Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP.
…………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala Sekolah
………………….
NIP.……………………..
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GULING DEPAN
DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN TIGA POS PADA
SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 .................
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GULING DEPAN
DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN TIGA POS PADA
SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 .................
TAHUN PELAJARAN …/…
Oleh
…………………………………..
NIP . ……………………..
ABSTRAK
Pembelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan (penjasorkes)
ditemukan beberapa masalah yang kompeks khususnya pada pembelajaran senam
lantai guling depan. Dalam kegiatan pembelajaran siswa mengalami kesulitan. Factor tersebut yang menyebabkan minat dan motivasi siswa berkurang.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah permainan tiga pos
dalam pembelajaran senam lantai guling depan dapat meningkatkan hasil belajar,
minat dan motivasi siswa Kelas SMPN 3 .................. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dalam mengikuti
pembelajaran senam lantai guling depan pada Siswa Kelas SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 201../201… Melalui Permainan Tiga Pos. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan 2 siklus, dimana masing-masing siklus terdiri atas: 1) perencanaan;2) pelaksanaan;3) Pengamatan;4) refleksi. Penelitian yang dilakukan mencakup 3 ranah yaitu ranah kogniti, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
ditemukan beberapa masalah yang kompeks khususnya pada pembelajaran senam
lantai guling depan. Dalam kegiatan pembelajaran siswa mengalami kesulitan. Factor tersebut yang menyebabkan minat dan motivasi siswa berkurang.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah permainan tiga pos
dalam pembelajaran senam lantai guling depan dapat meningkatkan hasil belajar,
minat dan motivasi siswa Kelas SMPN 3 .................. Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dalam mengikuti
pembelajaran senam lantai guling depan pada Siswa Kelas SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 201../201… Melalui Permainan Tiga Pos. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan 2 siklus, dimana masing-masing siklus terdiri atas: 1) perencanaan;2) pelaksanaan;3) Pengamatan;4) refleksi. Penelitian yang dilakukan mencakup 3 ranah yaitu ranah kogniti, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Hasil penelitian menunjukan
bahwa pembelajaran senam lantai guling depan melalui permainan tiga pos di
kelas SMPN 3 ................. berdampak positif, hal ini
terlihat pada hasil ketuntasan belajar siswa melebihi KKM yang telah ditetapkan
yaitu 75 mengalami peningkatan yaitu Peningkatan hasil belajar pada pada
kondisi awal, terdapat 2 siswa tuntas atau 10%, pada siklus I persentase
ketuntasan siswa mencapai 65%% atau 13
siswa dan pada siklus II persentase ketuntasan siswa mencapai 95% atau 19 siswa
dengan peningkatan nilai rata-rata tiap siklusnya dari 45,75 pada kondisi awal,
menjadi 58,13 pada siklus pertama dan 77,25 pada siklus kedua, dan peningkatan
aktivitas siswa pada kondisi awal
sebesar 35% atau 7 siswa, pada siklus I persentase rata-rata pengamatan
perilaku siswa sebesar 70% atau 14 siswa
dan pada siklus II persentase rata-rata perilaku siswa sebesar 100% atau 20
siswa.
Dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran senam lantai guling depan melalui
permainan tiga pos mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan hasil
belajar dan minat serta motivasi belajar siswa .
permainan tiga pos mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan hasil
belajar dan minat serta motivasi belajar siswa .
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat-Nya, sehingga tugas karya ilmiah dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Guling Depan Dengan Menggunakan Permainan Tiga Pos Pada Siswa Kelas
IX SMP Negeri 3 ................. Tahun Pelajaran …/…” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan laporan ini sebagai persyaratan
pada Penilaian Angka Kredit Unsur
Pengembangan Profesi Guru untuk Kenaikan Pangkat dari Golongan ….. ke …..
Sepenuh hati penulis menyadari bahwa tersusunnya
karya ini bukan semata-mata karena kemampuan dan usaha penulis, namun juga
berkat bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada:
1.
…………………………., selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
2.
…………………………., selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
3.
…………………………., selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
4.
…………………………., selaku ……………………………….. yang telah ………………………………….
Semoga amal ibadah baik Bapak, Ibu, serta teman-teman mendapat balasan
setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Karena terbatasnya pengetahuan, penulis
menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang dapat digunakan sebagai pijakan berikutnya..
........., ...................................
Penulis
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................... ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar BelakangMasalah...........................................................
B.
Identifikasi Masalah................................................................
C.
RumusanMasalah....................................................................
D.
TujuanPenelitian......................................................................
E.
ManfaatPenelitian...................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori.............................................................................
B.
Kerangka Berpikir...................................................................
C.
Hipotesis Tindakan.................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Subjek Penelitian.....................................................................
B.
Objek Penelitian .....................................................................
C.
Waktu Penelitian.....................................................................
D.
Lokasi Penelitian ....................................................................
E.
Prosedur Penelitian.................................................................
F.
Teknik Pengumpulan Data.....................................................
G.
Instrumen Penelitian...............................................................
H.
Analisa Data............................................................................
I.
Kriteria KEberhasilan..............................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN
PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.......................................................................
B. Pembahasan.............................................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 4.1 Rekapitulasi Penilaian Aspek Psikomotorik, Kognitif dan Afektif Siswa
pada Pra Siklus
Tabel 4.2 Rekapitulasi Penilaian Aktivitas Belajar Siswa pada Pra Siklus....
Tabel 4.3 Rekapitulasi Penilaian Aspek Psikomotorik, Kognitif dan Afektif Siswa
pada Siklus Pertama
Tabel 4.4 Rekapitulasi Penilaian Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus Pertama
Tabel 4.5 Rekapitulasi Penilaian Aspek Psikomotorik, Kognitif dan Afektif Siswa
pada Siklus Kedua
Tabel 4.6 Rekapitulasi Penilaian Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus Kedua
Tabel 4.7 Rekapitulasi
Penilaian Aspek Psikomotorik, Kognitif dan Afektif Siswa pada Kondisi Awal, Siklus
I dan Siklus II.....................................................................
Tabel 4.8 Rekapitulasi
Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Gambar Gerakan
Guling Depan..............................................
Gambar 2.2 Permainan Tiga Pos
Gambar 2.3 Matras.......................................................................................
Gambar 2.4 Bagan Kerangka
Pikir...............................................................
Gambar 3.1 Prosedur
Pelaksanaan PTK dalam 2 Siklus...............................
Gambar 4.1 Diagram Batang
Peningkatan Hasil Belajar Aspek Psikomotorik,
Kognitif dan Afektif pada Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II........................................
Gambar 3.1 Diagram Batang
Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Jurnal Kegiatan
Penelitian
Lampiran 3 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 4 Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 5 Instrumen Pengumpulan
Data
Lampiran 6 Analisis Data Hasil
Penelitian
Lampiran 7 Daftar Hadir Siswa
Lampiran 8 Daftar Hadir Peneliti dan Observer
Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan
Siswa
Lampiran 10 Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Pra Siklus,
Siklus I, dan Siklus II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu
agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan dan bermakna. Tujuan
pendidkan yang utama adalah meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kecerdasan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian
dan mempertebal semangat kebangsaan agar menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat mebangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung
jawab atas pembanguna bangsa.
Model pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat pada guru tetapi
pada siswa. Orientasi pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan anak,
isi, urusan materi serta cara penyampaian harus disesuaikan sehingga menarik dan
menyenangkan, sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya mengembangkan
keterampilan olahraga, tetapi pada perkelingan pribadi anak seutuhnya. Dalam
proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai
gerak dasar, teknik, dan strategi permainan olahraga dan pembiasaan pola hidup
sehat.
Pendidikan jasmani (penjas) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan organik, neuromoskuler, intelekual dan
emosional secara menyeluruh. Sebagai bagian integral dari pendidikan pada
umumnya, pendidikan jasmani memberikan kontribusi besar pada pencapaian tujuan
tujuan pendidikan pada umumya. Penjas memegang dalam mengembangkan nilai-nilai
humanitas yang diorientasikan pada peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Penjas ditingkatkan di sekolah dengan tujuan
untuk membantu siswa dalam meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan melalui
pengenalan dan penanaman sikap positif, serta kemampuan gerak dasar dalam
berbagai pendekatan jasmani bagi siswa. Oleh karena itu penjas dan kesehatan
merupakan mata pelajaran wajib dan dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang
berlaku, ini terbukti bahwa pendidikan jasmani diberikan pada tiap-tiap sekolah
mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah sampai
Perguruan Tinggi.
Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia hingga
dewasa ini adalah belum efektifnya pengajaran penjas di sekolah-sekolah.
Pengajaran pendidikan jasmani yang efektif dalam kenyataan lebih dari sekadar
mengembangkan keterampilan olahraga. Pengajaran tersebut pada hakikatnya
merupakan proses sistematis yang diarahkan pada
pengembangan pribadi anak seutuhnya. Melalui
pendidikan jasmani diharapkan siswa mampu memperoleh bebagai pengalaman untuk
mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan kreatif, terampil,
meningkatkan dan memelihara kesegaran jasamani serta pemahaman terhadap gerak
manusia.
Penyelengaraan pendidikan jasmani di sekolah khususnya SMP selama ini berorientasi pada pengajaran cabang-cabang
olahraga yang sifatnya mengarah pada penguasaan teknik. Pada hakekatnya inti pendidikan jasamani adalah gerak. Dalam
pengertian ini ada dua hal yang harus dipahami yaitu menjadikan gerak sebagai
alat pendidikan dan menjadikan gerak sebagai alat pembinaan dan pengembangan
potensi peserta didik. Pembelajaran, yaitu sama-sama
mengembagkan tiga ranah utama, yaitu psikomotorik, afektif dan kognitif. Namun
ada kekhususan dari program pendidikan jasmani yang tidak dimiliki program
pendidikan lannya, yaitu dalam hal mengembangkan wilayah psikomotor, yang
biasanya dicapai dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani anak dan
pencapaian keterampilan geraknya. Kondisi belum efektifnya
kegiatan pembelajaran tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
adala, kurangnya inovasi guru tentang pelajaran senam dan takutnya anak
terhadap cidera setelah melakukan gerakan senam sehingga anak takut untuk
melakukan terutama pada siswa putri.
Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai kriteria
maksimal yang diinginkan. Motivasi adalah daya penggerak dalam diri seseorang
untuk melakukan aktifitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Motivasi
merupakan konsep yang menjelaskan alasan seseorang berperilaku. Seseorang yang
motivasinya besar akan meningkatkan minat perhatian, konsentrasi penuh,
ketekunan tinggi, serta berorientasi pada prestasi tanpa mengenal perasaan
bosan, jenuh apalagi menyerah.
Keadaan itulah yang terjadi di SMPN 3 .................. Hasil observasi guru pendidikan
jasmani di SMPN 3 ................. mengatakan pada
saat pembelajaran penjasorkes pada materi senam lantai anak cenderung malas
mengikuti pelajaran berbeda pada saat materi pelajaran sepak bola atau
permainan lainnya anak cenderung semangat pada saat pembelaajran guling depan masih ada anak yang takut bahkan sembunyi
terutama anak putri, setelah peneliti bertanya pada salah satu siswa mengatakan bersifat monoton kurang menarik sehingga
membuat siswa cepat bosan sehingga motivasi mereka untuk mengikuti pembelajaran berkurang. Hal ini disebabkan
siswa pada saat pembelajaran kurang menarik siswa asyik berbicara sendiri pada
saat guru menjelaskan materi yang akan disampaikan, dalam pmbelajaran tersebut siswa masih
kesulitan dalam melakukan teknik senam lantai guling depan terlalu banyak
menunggu giliran sehingga menjadi malas dalam pembelajaran.
Dari kegiatan awal
penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar siswa masih belum mampu
melaksanakan gerakan roling depan pada pembelajaran senam lantai. Hal ini
dibuktikan dari hasil observasi pada kegiatan awal di mana hanya terdapat 2
siswa atau 10% yang dinyatakan mampu melakukan gerakan guling depan dengan
benar, sedangkan 18 siswa yang lain dinyatakan belum mampu melaksanakan gerakan
guling depan dengan benar.
Dalam pelaksanaan pembelajaran
senam lantai guling depan, kreatifitas seorang guru sangat diperlukan. Guru
harus mendesain pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa
untuk mengikuti pembelajaran sehingga mencapai hasil belajar yang maksimal.
Guru sangat berperan dalam upaya meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam
suatu proses pembelajaran., yaitu dengan cara memberi stimulus untuk
menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang menarik , antara lain dengan menggunakan
modifikasi model pembelajaran dan alat pembelajaran dalam pelajaran penjasorkes
salah satunya melalu permainan tiga pos dalam pelajaran penjasorkes.
B. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan di atas dalam pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
(penjasorkes) ditemukan beberapa masalah yang komplek pada saat proses
pembelajaaran guling depan. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut siswa kurang
terlihat kurang berminat dalam mengikuti pelajaran kurang temotivasi untuk mau
bisa melakukan gerakan guling depan. Siswa cenderung asyik berbicara sendiri
dengan teman disampingnya menurut hasil
pengamatan peneliti, rendahnya minat dan motivasi siswa untuk mata pelajaran
pendidikan jasmani khususnya materi guling depan pada siswa kelas IX SMPN 3 ................. disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya :
1.
Siswa putri kurang tertarik pada pelajaran pendidikan jasmani
2.
Siswa cepat bosan pada saat mengikuti pelajaran pendidikan
jasmani
3.
Guru kurang kreatif untuk menciptakan modifikasi pendektan
permainan untuk pembelajaran pendidikan jasmani
4.
Dalam pembelajaran tersebut masih kesulitan dalm melakukan
teknik senam lantai guling depan.
Berdasarkan uraian, penjelasan dan latar belakang diatas, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Guling Depan Dengan Menggunakan Permainan Tiga Pos
Pada Siswa Kelas IX SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 2014/2015”
C. Rumusan Masalah
Dari uraian sebelumnya, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
“Apakah penggunaan permainan tiga pos dalam pembelajaran
senam lantai guling depan pada mata pelajaran penjasorkes dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IX SMPN 3 .................
Tahun
Pelajaran 2014/2015?
D. Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui apakah
penggunaan model permainan tiga pos dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dalam mengikuti pembelajaran senam lantai lantai guling depan pada siswa kelas IX SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui permainan tiga pos.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperole dripenelitin
ini adalah :
1. Manfaat praktis
a.
Bagi Siswa
Melalui pemainan tiga pos, anak ingin mencoba. Siswa diharapkan lebih
bersemangat dan terpacu dalam mengikuti pelajaran penjas disekolah dan lebih
berprestasi lagi. Sehingga memperoleh hasil belajar yang maksimal.
b.
Bagi Guru
Penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan masukan bagi guru penjasorkes
di kelas IX SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 2014/2015 yaitu melalui permainan tiga pos dalam pembelajaran materi
senam lantai guling depan, sehingga dapat mendukung pencapaian hasil blajar
secara maksimal.
c.
Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan fakta bahwa melalui penerapan permainan tiga pos dalam
materi pembelajaran senam lantai guling depan dapat menngkatkan minat hasil
belajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1. Pendidikan Jasmani
a. Pengertian Pendidikan
Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan usaha pendidikan dengan menggunakan aktifitas
otot-otot besar hingga proses pendidikan yang berlangsung tidak terlambat oleh
gangguan kesehatan dan pertumbuhan badan. Sebagai integral dari proses
pendidikan keseluruhan, pendidikan jasmani merupakan usaha yang bertujuan untuk
mengembangkan kawasan organik, neuromuskuler, intelektual dan sosial (Ateng,
1992). Menurut Pangrazi dan Daguer ( 1992 ) dalam Adang Suherman (2000;20)
menyatakan bahwa penjas merupakan bagian dari program umum yang memberikan
kontribusi, terutama perkembangan anak secara menyeluruh.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktifitas
jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampian motorik, pengetahuan dan perilak hidup sehat dan aktif, sikap
sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk
meningkatkan pertumbuha dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, ranah
psikomotor, ranah kognitif dan ranah afektif setiap siswa. (Samsudin, 200 8:2)
Menurut Supandi (1992:1) pendidikan jasmni adalah proses sistematik antara
anak didik dan lingkungan yang dikelola melalui pengembangan jasmani secara efektif
dan efisien menuju pembentkan manusia seutuhnya. Hal ini kemudian disusun
secara sistematik dalam bentuk kegiatan beajar mengajar untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial siswa.
Jadi berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai pengertian pendidikan
jasmani dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses
pendidikan yang dilakukan dengan melalui aktifitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotorik siswa
b. Tujuan Penjasorkes
Pada dasarnya penjasorkes merupakan proes pendidikan melalui aktifitas
jasmani dan sekaligus merupakan proses pendidikan untuk meningkatkan kemampuan
jasmani, oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai melalui penjasorkes mencakup
pengembangan individu secara menyeluruh, artinya cakupan penjasorkes tidak
hanya pada aspek jasmani saja, akan tetapi juga aspek mental, emosional, sosial
dan spiritual. Penjasorks bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut ini:
1)
mengembangkan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan
pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
aktifitas jasmani dan olahraga terpilih
2)
meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang
baik
3)
meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar
4)
meletakan landasan dasar karakter moral yang kuat melalui
internalisasi nilai-nilai yang terkandung didalam penjasorkes.
5)
Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, betanggug jawab,
kerjasama, percaya diri, dan demokratis.
6)
Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri
sendiri orang
7)
lain dan lingkungan
8)
Memahami konsep aktifitasasmani dan olahraga dilingkungan yang
bersih sebagai informasi untuk pencapaian pertumbuhan fisik yang sempurna, pola
hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif (
Depdiknas, 2006:195)
2. Unsur-Unsur Belajar
Menurut catharina Tri Anni, dkk (2006: 4-5) yang mengutip dari Gagne (1977:
4), belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur
yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa
unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1)
Pembelajar, dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga
belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajaran memiliki organ pengindraan yang
digunakan untuk menangkap rangsangan; otak yang digunakan untuk
mentranformasikan hasil pengindraannya kedalam memori yang komlpeks; dan syaraf
otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukan apa yang telah
dipelajari. Rangsangan (stimulus) yang diterima oleh pembelajar kemudian
diorganisir dalam bentuk kegiatan syaraf, beberapa rangsangan itu disimpan di
dalam memorinya. Kemudian memori tersebut diterjemahkan ke dalam tindakan yang
dapat diamati seperti gerakan syaraf atau otot dalam merespon stimulus.
2)
Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang
pengindraan peserta didik disebut situasi stimulus. Dalam kehidupan
seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungan seseorang.
Suara, sinar, warna, panas, dingin, tanaman, gedung, dan orang adalah stimulus
yang selalu berada di lingkungan seseorang. Agar pembelajar mampu belajar
optimal, ia harus memfokuskan pada stimulus tertentu yang diminati.
3)
Memori. Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang
berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas
belajar sebelumnya.
4)
Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori
disebut respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus, maka memori
yang ada di dalam dirinya kemudian memberika respon terhadap stimulus tersebut.
Respon dalam pembelajaran pada akhir proses belajar yang disebut dengan
perubahan perilaku atau perubahan kinerja (performance). Keempat unsure
belajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Aktivitas belajar akan
terjadi pada diri pembelajar apabila terdapat interaksi antara situasi stimulus
dengan isi memori sehingga perilakunya berubah dari waktu sebelum dan
setelah adanya situasi stimulus tersebut. Perubahan perilaku pada diri
pembelajar itu menunjukan bahwa pembelajar telah melakukan aktivitas belajar.
3. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar merupakan perubaha perilaku yang diperoleh pembelajaran
setelah mengalami aktifitas belajar (Chatarina Tri Anni, dkk, 2007:5). Hasil
belajar merupakan faktor yang sangat penting, karena hasilbelajat mencerminkan
kmampuan siswa dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Bentuk dari hasil
belajar biasanya ditunjukan dengan nilai yang diberikan guru
Seperti yang diungkapkan oleh Rifai (2009:85) bahwa hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar.
Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut bergantung pada apa yang
dipelajari oleh siswa, oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan
tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan
konsep.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
perubahan perilaku siswa dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengrti
menjadi mengerti yang diukur menggunakan teknik penilaian tertentu setelah
mengalami kegiatan belajar.
4. Aktivitas Belajar
Aktivitas yang dilakukan
oleh siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang
sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Djamarah (2008: 38) aktivitas
artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Aktivitas siswa selama proses belajar
mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Menurut Sagala (2011: 124) mempelajari psikologi berarti mempelajari tingkah
laku manusia, baik yang teramati maupun yang tidak teramati. Segenap tingkah
laku manusia mempunyai latar belakang psikologis, karena itu secara umum
aktivitas-aktivitas manusia itu dapat dicari hukum psokologis yang
mendasarinya. Menurut Sardiman (2011: 22) belajar adalah merupakan suatu proses
interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud
pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dapat di jelaskan bahwa belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya
yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berdasarkan pengertian
tersebut yang dimaksud dengan aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang
dilakukan oleh siswa baik fisik maupun mental/non fisik dalam proses pembelajaran atau suatu bentuk interaksi (guru dan siswa) untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang menyangkut kognitif, afektik dan
psikomotor dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang
diutamakan dalam pembelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa. Hal
ini sesuai dengan pendapat seorang penulis dari Jombang (dalam Asmani,
2010:211) yang menyatakan bahwa guru yang baik adalah guru yang sedikit bicara
banyak diamnya. Maksud dari pernyataan tersebut adalah guru hanya sebagai
fasilitator saja sedangkan siswa yang harus aktif melakukan berbagai aktivitas
dalam proses pembelajaran dengan melakukan diskusi, kerja kelompok, debat,
bertanya dan lempar gagasan. Kegiatan atau aktivitas siswa yang dilakukan dalam
proses pembelajaran yang demikian akan mewujudkan pembelajaran aktif.
5. Guling Depan
a. Pengertian Guling Depan
Senam lantai (floor exercise) adalah satu bagian dari rumpun senam,
sesuai dengan dengan istilah Lantai,maka gerakan-gerakan senam yang dilakukan
di atas yang beralaskan matras atau permadani atau sering juga disebut dengan
istilah latihan bebas,sebab padawaktu melakukan gerakan atau latihannya.
Pesenam tidak boleh menggunakan alat atausuatu benda. Senam lantai menggunakan
area yang berukuran 12 x 12 meter, dan area 1meter untuk menjaga keamanan
pesenam yang baru melakukan latihan atau rangkaiangerakan. Unsur -unsur
gerakannya terdiri mengguling, melompat berputar di udara, menumpu dengan dua tangan atau kaki untuk mempertahankan sikap
seimbang pada waktu melompat ke depan atau ke belakang. Bentuk gerakannya
merupaka gerakan dasar senam perkakas, bentuk latihannya pada putera maupun
puteri pada dasarnya adalah sama,hanya untuk puteri dimasukkan unsur-unsur
gerakan balet.
b. Teknik Guling Depan
Olah raga guling depan sangat mudah dilakukan dan juga mengasyikan tapi
dibalik itu semua jika dilakukan tanpa teknik yang benar maka akan membahayakan
keselamatan kita. Berikut ini akan saya postingkan tata cara melakukan teknik
roll depan yang mungkin anda butuh suatu saat nanti, atau ingin
mempraktikkannya secara lang sung, tapi bisa juga untuk pengetahuan saja. Uraian teknik roll depan;
1)
Langkah awal berdiri tegak, kaki rapat, tangan lurus ke atas
dan pandangan kedepan.
2)
Guling depan dengan awalan tangan menyentuh matras dilanjutkan
tengkuk, punggung, pinggul, dan kaki, ketika menguling kaki ditekuk dan
berakhir kaki lurus dan rapat, pada saat mengguling rileks saja jangan kaku,
ini akan mempermudah gerakan.
3)
Lagkah akhir berdiri sejenak pandangan kedepan dengan perlahan
tangan di tarik ke atas lurus lalu turunkan lagi secara berlahan, ini untuk
mengembalikan keseimbangan setelah melakukan roll.
Gambar
3.1. Gambar Gerakan
Guling Depan
6. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran Max Darsono dkk (2001: 24), Pembelajaran adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah
ke hal yang lebih baik. Adapun ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1) Pembelajaran dapat
dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
2) Pembelajaran dapat
menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
3) Pembelajaran yang dapat
menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.
4) Belajar dapat menggunakan
alat bantu belajar yang tepat dan menarik.
5) Pembelajaran dapat
menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan bagi siswa.
6) Pembelajaran dapat membuat
siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. Menurut Furqon Hidayatullah
(2008:13) pembelajaran yang berkualitas, setidak-tidaknya memiliki beberapa
indicator, yaitu: Menantang, Menyenangkan, Mendorong ekplorasi, Memberi
pengalaman sukses, Mengembangkan kecakapan berfikir.
Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses yang dialami individu atau organism dalam rangka mengubah
perilakunya yang merupakan hasil dari pengalaman atau praktek.
b. Pembelajaran Guling Depan
Dengan Permainan Tiga Pos
Pos pertama ini adalah melakukan senam lantai guling depan dengan awalan
jongkok. Dimana anak tersebut pada saat akan melakukan senam lantai dengan
posisi jongkok, tangan diatas matras dagu sedkit dimasukan kedada, setela ada
hitungan 1,2,3 anak teresbut melakukan gulingan.
Setelah melakukan gerakan senam lantai guling depan dengan awalan
jongkok,anak berlari pada pos yang kedua, pos yang kedua ini adalah anak
melakukan senam lantai guling depan depan dengan awalan membungkukkan badan,
cara melakukannya adalah posisi badan sedikit membungkuk kedepan, dengan tangan
menyentuh matras, dilanjutkan tengkuk, punggung, pinggul dan kaki, ketika
mengguling kaki ditekuk dan berskhir kaki luru dan rapat pada saat mengguling
rileks saja jangan sampai, dengan keadaan badan yang rileks pada saat berguling
akan mempermudah gerakan. Langkah akhir berdiri sejenak pandangan kedepan dengn
perlahan tangan ditarik keatas luru lalu turunkan lagi secara perlahan, ini
untuk mengembalikn keseimbangan setelah melakukan gulingan.
Setelah melakukan guling depan dengan awalan membungkukkan badan berikutnya
adalah kepos yang ke tiga, pos yang ketiga ini adalah, siswa melakukan guling
depan dengan awalan yang sempurna langkah awal berdiri tegak,
kaki rapat, tangan lurus ke atas dan pandangan kedepan.
Guling depan dengan awalan tangan menyentuh matras dilanjutkan tengkuk,
punggung, pinggul, dan kaki, ketika menguling kaki ditekuk dan berakhir kaki
lurus dan rapat, pada saat mengguling rileks saja jangan kaku, ini akan
mempermudah gerakan. Langkah akhir berdiri sejenak pandangan kedepan dengan
perlahan tangan di tarik ke atas lurus lalu turunkan lagi secara berlahan, ini
untuk mengembalikan keseimbangan setelah melakukan roll. Kegiatan penutup
dilakukan alokasi waktu sepuluh menit pada kegiatan penutup ini siswa
dikumpulkan untuk diadakan koreksi menyeluruh cara melakukan senam lantai
guling depan dengan benar, kemudian memberikan kesempatan pada siswa untuk
melakukan tanya jawab, dilanjutkan pendinginan, berdoa kemudian siwa
dibubarkan.
Gambar 3.2. Permainan Tiga Pos
Keterangan
- Pos pertama senam lantai guling depan dengan awalan jongkok matras warna merah.
- Pos kedua senam lantai guling depan dengan awalan membungkukkan badan matras warna kuning.
- Pos kedua ketiga lantai guling depan dengan awalan sikap sempurna matras warna hijau.
7. Media Pembelajaran
Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar.
Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pembelajar
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan
mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang
dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan
sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan
bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.
Kata media dalam “media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara atau
pengantar; sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi yang
diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”. Dengan demikian, media pembelajaran memberikan penekanan
pada posisi media sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk
mengkondisikan seseorang untuk belajar. Dengan kata lain, pada saat kegiatan
belajar berlangsung bahan belajar (learn ingmatterial) yang diterima siswa
diperoleh melalui media.
Lebih jauh Briggs menyatakan media adalah “alat untuk memberi perangsang
bagi siswa supaya terjadi proses belajar. Sedangkan mengenai efektifitas media,
Brown (1970) menggaris bawahi bahwa media yang digunakan guru atau siswa dengan
baik dapat mempengaruhi efektifitas proses belajar dan mengajar. Berdasarkan
pendapat di atas, dapat dikembangkan beberapa pemahaman tentang posisi media
serta peran dan kontribusinya dalam kegiatan pembelajaran
8. Media Pembelajaran Guling
Depan
Pada senam lantai guling depan ini peneliti menggunakan matras sebagai
media yang utama, ukuran matras tersebut adalah 1 ,60x2,50cm dengan ketebalan
matras 10 cm.. Peneliti menggunakan matras sebanyak 6 buah matras yang
diletakan berjajar.
Gambar 3.3 Matras
B. Kerangka Berfikir
Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah
disadari oleh banyak kalangan. Namun dalam pelaksananaannya pengajaran
pendidikan jasmani belum efektif seperti yang diinginkan. Pembelajaran
pendidikan jasmani cenderung tradisional. Orientasi pembelajaran harus
disesuaikan dengan perkembangan teknologi dan era globalisasi serta cara
penyampaian yang menarik dan menyenangkan suasana pembelajaran yang kondusif
tentunya akan menentukan keberhasailan proses pembelajaran tersebut. Dibutuhkan
sebuah tindaka yang relevan yang dimaksudkan daat menunjang tujuan poses
belajar mengajar dan jga membantu proses berfikir siswa agar dapat dengan
segera memahami informasi yang dimaksud.
Untuk kepentingan jasmani hal ini perlu dilakukan dalam penyampaian materi
yang terkesan sulit dan membutuhkan pemahaman yang mendalam. Sedangkan pada
posisi lain guru juga mempunyai keterbatasan dalam memberikan tindakan,
khususnya dalam memberikan contoh gerakan. Materi senam daam mata pelajaran
pendidikan jasmani dipenuhi dengan rangkaian gerakan yang membutuhkan kejelian
dalam mempelajarinya. Seorang guru yang kesulitan menjadi model dalam
pembelajaran guling depan dapat mencari solusi lain contoh. Apabila salah dalam
memberikan contoh dapat membuat siswa takut untuk melakukan da canggng untuk
mencoba. Selain itu minat untuk belajar siswa berkurang. Hal ini jelas akan
menghambat tujuan proses pembelajaran.
Guna menyikapi hal tersebut diatas, penggunaan permainan tiga pos dapat
dijadikan alternatif dalam membntu tercapainya tujuan pembelajaran pembelajaran
senam lantai guling depan menggunakan permainan tiga pos diharapkan dapat
meningkatkan hasilbelajar guling depan pada siswa kelas empat SD Negeri Babirik
Hilir 2 terletak di Desa Babirik Hilir Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai
Utara Tahun Pelajaran 2012/2013.
Gambar 3.4 Bagan Kerangka Pikir
C. Hipotesis Tindakan
Dari uraian pada
kajian teori dan kerangka pikri di atas maka penulis dapat menentukan hipotesis tindakan dari penelitian ini sebagai berikut : “Penggunaan permainan tiga pos dalam pembelajaran senam lantai
guling depan pada mata pelajaran penjasorkes dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IX SMPN 3 ................. Tahun Pelajaran 2014/2015”.
bila berkenan untuk bab selanjutnya secara lengkap sampai dengan lampiran dan halaman depan dalam format *.doc/*.docx silahkan
klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 terima kasih.