LAPORAN
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR
BAHASA INGGRIS MELALUI METODE JIGSAW LEARNING
DI KELAS XI IPS-2 SMAN ...................
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Disusun dan Diajukan sebagai
Salah Satu Syarat
.............................................................
.............................................
Oleh
..............................................
NIP. ............................
SMAN ...................
UPT .......................................
Jl.
.............................................................
2014
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(CLASSSROOM
ACTION RESEARCH)
1.
a. Judul Penelitian : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS
MELALUI METODE JIGSAW LEARNING DI KELAS XI IPS-2 SMAN ...................
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
b. Kategori
Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
2. Identitas
Peneliti
a. Nama Lengkap : ………………………………………………….
b. NIP :
………………………………………………….
c. Pangkat / Golongan : ………………………………………………….
d. Jabatan : ………………………………………………….
e. Sekolah :
………………………………………………….
3. Jumlah peneliti :
1 orang
4. Lokasi :
………………………………………………….
5. Jangka waktu : ....... bulan ( .................... s/d ................
)
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala UPT Dinas Kepala
Sekolah
Pendidikan
……………………. ………………….
NIP.…………………….. NIP.……………………..
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR
BAHASA INGGRIS MELALUI METODE JIGSAW LEARNING
DI KELAS XI IPS-2 SMAN ...................
TAHUN PELAJARAN
2013/2014
Oleh
………………………………….
NIP. ………………………..
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan upaya untuk peningkatan prestasi
belajar dengan menerapkan metode jigsaw learning pada siswa kelas XI
IPS-2 SMAN .................... Dengan menerapkan metode jigsaw learning
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga terjadi
peningkatan prestasi belajar. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan
dengan subyek siswa kelas XI IPS-2 SMAN .................... Pengumpulan data
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi dan tes tertulis
setiap individu dan kelompok pada akhir pelajaran. Data yang diperoleh dari
tiap tiap siklus dianalisis dengan deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil
penelitian menunjukan bahwa penerapan metode Jigsaw Learning dapat
meningkatkan aktivitas belajar pelajaran Bahasa Inggris di kelas XI IPS-2 SMAN ...................
tahun pelajaran 2013/2014,
hal ini dibuktikan dengan peningkatan aktivitas dari hanya 8 siswa atau 36,36%, naik
menjadi 12 siswa atau 54,55% pada siklus pertama, dan 100% atau 22 siswa pada siklus kedua. Penerapan metode Jigsaw Learning dapat
meningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris di kelas XI IPA-2 SMAN ...................
Tahun Pelajaran 2014/2015 terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar mengalami
peningkatan dari 65,45, naik
menjadi 74,09 pada siklus
pertama, dan 84,91 pada
siklus kedua, Penerapan metode Jigsaw Learning dapat
meningkatkan ketuntasan belajar bahasa Inggris di kelas XI IPA-2 SMAN ...................
Tahun Pelajaran 2014/2015 terbukti
dapat meningkatkan ketuntasan belajar sebanyak 8 siswa (36,36%) pada kondisi awal, 50% atau 11 siswa pada siklus
pertama, 20 siswa atau 90,91% pada siklus kedua.
Kata Kunci: aktivitas, Prestasi belajar, metode Jigsaw Learning
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
keluarga, para sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengharapkan
syafaatnya di akhirat nanti, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi
Belajar Bahasa Inggris Melalui Metode Jigsaw Learning Di Kelas XI IPS-2 SMAN ...................
Tahun Pelajaran 2013/2014.
Penyusunan laporan laporan Penelitian Tindakan Kelas ini tidak terlepas
dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Olek karena itu, pada kesempatan
ini, ijinkanlah penulis menyampaikan
ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada, Yth:
1.
………………………………, selaku …………………….
2.
………………………………, selaku …………………….
3.
………………………………, selaku …………………….
4.
………………………………, selaku …………………….
5.
Semua pihak yang telah turut mendukung penulisan
Penelitian Tindakan Kelas ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih terdapat banyak kekurangan, baik
isi maupun susunannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan masa mendatang. Akhirnya,
semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca, khususnya
rekan-rekan sejawat.
....................................
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
ABSTRAK.......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iv
DAFTAR ISI....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah .........................................................
B.
Rumusan Masalah ...................................................................
C.
Tujuan Penelitian ....................................................................
D.
Manfaat Penelitian ..................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................
A. Kajian Teori ............................................................................
B. Kerangka Berpikir ...................................................................
C. Hipotesis Tindakan .................................................................
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian.........................................................................
B.
Prosedur Penelitian .................................................................
C.
Tempat dan Waktu Penelitian..................................................
D.
Subyek Penelitian....................................................................
E.
Fokus Penelitian.......................................................................
F.
Pengumpulan Data Penelitian..................................................
G.
Instrumen Penelitian................................................................
H.
Analisis Data Penelitian...........................................................
I.
Indikator Keberhasilan............................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .......................................................................
B. Pembahasan Hasil Penelitian..................................................
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................
B. Saran .......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 4.1 Hasil
Tes Formatif Kondisi Awal............................................................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar pada Kondisi Awal.....
Tabel 4.3 Rekapitulasi
Nilai Tes Formatif Pembelajaran bahasa Inggris Materi Monolog Report pada Siklus I...............................................................................................................
Tabel 4.4 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Pembelajaran bahasa Inggris Materi Monolog
Report pada Siklus I
Tabel 4.5 Rekapitulasi
Nilai Tes Formatif Pembelajaran bahasa Inggris Materi monolog report pada Siklus II
Tabel 4.6 Rekapitulasi
Aktivitas Siswa Pembelajaran bahasa Inggris Materi monolog report pada Siklus II
Tabel 4.7 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa pada Pembelajaran bahasa Inggris
pada Kondisi awal, Siklus I dan Siklus I.........................................................................
Tabel 4.8 Rekapitulasi
Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Bahasa Inggris pada
Kondisi awal, Siklus I dan Siklus II..............................................................
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Bagan Alur Kerangka Berpikir...............................................
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suhardjono dalam
Suharsimi Arikunto dkk, 2006: 74) ................................................................................................
Gambar 4.1 Diagram Batang Peningkatan Aktivitas Belajar pada Kondisi
awal dan Siklus I
Gambar 4.2 Diagram Batang Peningkatan Prestasi Belajar pada
Kondisi Awal dan Siklus I
Gambar 4.3 Diagram
Batang Peningkatan Aktivitas Belajar pada Siklus I dan Siklus II
Gambar 4.4 Diagram
Batang Peningkatan Prestasi Belajar pada Siklus I dan Siklus II
Gambar 4.5 Diagram Batang Perbandingan Angka Nilai Rerata Ketuntasan Belajar, dan
Siswa Belum Tuntas pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran................
Gambar 4.6 Diagram
Batang Peningkatan Aktivitas Belajar pada Setiap Siklus Perbaikan Pembelajaran................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Surat
Ijin Penelitian
Lampiran 2
: Surat Kesediaan Menjadi Observer
Lampiran 3
: Jurnal
Kegiatan Penelitian
Lampiran 4
: Rencana Perbaikan Pembelajaran
Siklus I
Lampiran 5
: Rencana Perbaikan Pembelajaran
Siklus II
Lampiran 6
: Instrumen
Pengumpulan Data
Lampiran 7
: Daftar
Hadir Siswa Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8
: Daftar
Hadir Peneliti dan Observer Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 9
: Daftar
Nilai Tes Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 10
: Daftar
Nilai Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I
dan Siklus II
Lampiran 11
: Contoh
Hasil Pekerjaan Siswa
Lampiran 12
: Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu hal yang penting
dan mutlak bagi manusia, melalui pendidikan manusia mengembangkan kemampuan dan
kepribadiannya. Bentuk kongkret dari pendidikan yang dilakukan manusia tersebut
tampak dalam aktifitas pembelajaran sebagaimana Sudjana (1989:23) mengatakan
bahwa proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
Belajar merupakan aktivitas yang
dilakukan seseorang atau peserta didik secara pribadi dan sepihak, ditandai
oleh adanya perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku dan ketrampilan yang
relative tetap dalam diri seseorang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Belajar merupakan proses aktif konstruktif yang terjadi melalui mental proses dan
bersifat komulatif. Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa
atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan dorongan oleh
kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum
sebagai kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran berupaya
menjabarkan nilai-nilai yang terkandung dalam kurikulum.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan
nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Dalam
kegiatan pembelajaran ini menunjuk pada kegiatan yang didalamnya terdapat
integrasi dan interaksi komponen-komponen pembelajaran yang dapat dikategorikan
menjadi tiga hal pokok yaitu guru, materi pelajaran dan siswa. Interaksi antara
tiga komponen utama melibatkan sarana dan prasana seperti metode pembelajaran,
media pembelajaran, setting kelas sehingga tercipta situasi pembelajaran
yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu,
pembelajaran bahasa juga membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan
perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat, dan bahkan menemukan serta menggunakan
kemampuan analisis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Bahasa yang baik dan
benar adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarkatan yang
berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Pembelajaran
bahasa di SMA menentukan penguasaaan bahasa yang baik dan benar oleh peserta
didik dimasa yang akan datang. Hal ini disebabkan karena awal dari pembelajaran
bahasa yang baik dan benar oleh peserta didik adalah di bangku Sekolah.
Kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan menuntut kita untuk bukan hanya sekedar
mengetahui bahasa Indonesia tapi juga harus mengetahui bahasa asing dan pada
pembelajaran di SMA, bahasa asing yang dipelajari adalah bahasa Inggris
Pembelajaran bahasa Inggris seharusnya
lebih di titik beratkan pada peguasaan kosakata oleh peserta didik. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik bisa mengetahui banyak kosakata bahasa Inggris
yang dipakai sehari-hari sehingga dapat memudahkan guru untuk memberikan materi
yang lebih sulit. Jika peserta didik telah menguasai kosakata bahasa Inggris
maka tidak akan sulit bagi mereka untuk bisa menerima pelajaran lanjutan, makin
banyak kosakata yang dimiliki siswa makin mudah pula sisiwa menyusun kalimat (Grammar).
Dari uraian di atas maka tugas guru menjadi jelas bahwa guru bukan hanya sekedar
mentransferkan ilmu kepada siswa tetapi juga agar dapat membuat siswa
mengembangkan kreatifitasnya dengan memberikan kesempatan pada siswa melakukan
kegiatannya sendiri dengan menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada
siswa.
Guru seyogyanya mampu menentukan metode
pembelajaran yang dipandang dapat membelajarkan siswa secara aktif melalui
proses pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
secara efektif dan hasil belajarpun dapat lebih ditingkatkan. Hal terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya
proses belajar (learning proses) pada diri siswa.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh
sebagian besar guru masih ada yang cenderung pada pencapaian target materi
kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal
ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu
didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan
metode yang monoton seperti metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat,
dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk
bertanya, sehingga siswa merasa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.
Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif karena siswa
menjadi pasif.
Untuk mengetahui keberhasilan siswa pada
umumnya hasil belajar dinilai dengan tes, baik uraian maupun objektif, hasil
penilaian yang biasanya berbentuk angka akan memberikan informasi bagi guru dan
atau peserta didik mengenai prestasi yang ia dapatkan. Hasil penelitian itulah
yang selanjutnya memberikan gambaran tentang ketuntasan belajar,
kesulitan-kesulitan yang dihadapi, maupun masalah-masalah yang timbul dalam
proses pembelajaran serta kelemahan-kelemahan yang mungkin terjadi. Kelemahan
itu diindikasikan ssebagai kurang tercapainya tujuan pembelajaran. Hal lain
yang juga bisa menjadikan kendala bagi para guru dalam menggunakan metode atau
model pembelajaran, adalah perbedaan dan karakteristik individu, seperti latar
belakang pendidikan yang kurang memadai hal ini bisa menghambat kelancaran
proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kondisi seperti itu terjadi pula pada kegiatan
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris di kelas XI IPS-2 SMAN ....................
Kondisi awal kegiatan belajar mengajar di kelas tersebut untuk mata pelajaran Bahasa
Inggris menunjukkan hasil belajar siswa rendah dan belum mencapai kriteria
ketuntasan belajar (KKM), ini dapat dilihat dari 22 siswa, 14 orang siswa atau 63,64
% siswa kelas XI nilainya kurang dari 65 sebagai batas KKM. Hasil refleksi diri menunjukkan bahwa rendahnya prestasi belajar tersebut
diantaranya sikap pasif siswa dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran
yang kurang bervariasi dan monoton, dominasi guru masih sangat besar sehingga
siswa kurang mandiri yang berpengaruh terhadap prestasi belajar. Salah satu
alternatif yang dapat dilakukan oleh guru untuk lebih mengaktifkan belajar
siswa di kelas yaitu dengan menggunakan metode Jigsaw Learning. Model pembelajaran Active Learning Tipe Jigsaw
bertujuan untuk melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertangung
jawab secara individu untuk membantu memahamkan tentang suatu materi pokok pada
teman sekelasnya. Jigsaw Learning
merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik
“pertukaran dari kelompok ke kelompok” (group
to group exchange) dengan suatu perbedaan penting bahwa setiap peserta
didik mengajarkan sesuatu. (Silbirman, 2005: 159).
Untuk memahami permasalahan ini perlu
kiranya dikaji melalui kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya
dengan menerapkan metode Jigsaw Learning di kelas. Secara lengkap
penelitian tindakan kelas ini berjudul: “PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI
BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI METODE JIGSAW LEARNING DI KELAS XI IPS-2
SMAN ................... TAHUN PELAJARAN 2013/2014”
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut : “Apakah penerapan metode Jigsaw
Learning dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Bahasa Inggris Materi
Monolog Report di kelas XI IPS-2 SMAN ................... tahun pelajaran 2013/2014?”
C.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penerapan metode Jigsaw
Learning dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar mata pelajaran Bahasa
Inggris Materi Monolog Report siswa kelas XI IPS-2 SMAN ...................
tahun pelajaran 2013/2014.
D.
Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian kelas ini
diharapkan akan memberikan beberapa manfaat antara lain:
1. Secara Teoritis
Dapat memberikan masukan serta informasi
secara teori guna memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Bahasa
Inggris, khususnya menyangkut penggunaan strategi pembelajaran Active
Learning Tipe Jingsaw.
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
1) Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyelesaikan masalah yang
muncul pada pembelajaran Bahasa Inggris.
2) Membantu memberikan informasi tentang peningkatan hasil belajar Bahasa
Inggris.
3) Sebagai motivasi guru untuk melakukan pendidikan tindakan kelas.
b. Bagi Peserta didik
1) Menumbuhkan aktivitas peserta didik pada Bahasa Inggris.
2) Meningkatkan prestasi belajar Bahasa Inggris.
c. Bagi Sekolah
1) Hasil penelitian dapat dijadikan alternatif pilihan metode
pembelajaran.
2) Mendapatkan petunjuk dan panduan tentang model pembelajaran
pembelajaran Active Learning Tipe Jingsaw khususnya dalam bidang Bahasa
Inggris.
d. Bagi Peneliti
Memberikan pengetahuan baru tentang pembelajaran Active
Learning
Tipe Jingsaw dalam bidang Bahasa Inggris.
Tipe Jingsaw dalam bidang Bahasa Inggris.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat
yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil
dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu
maupun secara kelompok (Djamarah,1994:19). Sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul
Dahar dalam Djamarah (1994:21) bahwa prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan,
hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan
keuletan kerja. Sedangkan definisi belajar menurut beberapa pendapat para ahli,
antara lain:
1)
Menurut Slameto (1995:2)
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2)
Menurut Muhibin Syah (2003:63)
belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
3)
Menurut Syaiful Bahri
Djamarah (2002: 141) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotorik.
4)
Belajar adalah modifikasi
atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the
modivicationor strengthening of behavior throuch experiencing).(Oemar
Hamalik.2011:27)
5)
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1994:14) adalah suatu upaya yang dilakukan manusia dengan jalan
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Dari beberapa definisi tentang belajar
tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku
secara keseluruhan dalam interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai
hasil dari pengalamannya sendiri. Prestasi belajar di sekolah adalah hasil yang
diperoleh anak-anak berupa nilai mata pelajaran.
Dari keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah
dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu
baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian
akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
b. Indikator Prestasi Belajar
Indikator prestasi belajar adalah
apabila memperoleh nilai di atas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau
sekurang-kurangnya sama dengan KKM. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari
proses dan dari segi hasil. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil
dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
peserta didik secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat
besar dan rasa percaya diri yang tinggi. Sedang dari segi hasil, proses
pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan yang positif dari
peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar 75%
(Mulyasa.2004:102).
Menurut pendapat Bloom (Suharsimi
Arikunto ,2002:117) dalam nilai raport mencakup tiga ranah yaitu ranah kogitif,
ranah afektif dan ranah psikomotorik.
1)
Ranah Kognitif
a) Mengenal; siswa diminta untuk memilih satu dari dua atau lebih
jawaban dan mengingat kembali fakta yang sederhana.
b) Pemahaman; siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahaami
hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep
c) Penerapan atau apikasi; siswa diminta untuk memilih abstraksi
tertentu konsep, dalil, cara, hukum, gagasan, aturan) secara tepat untuk diterapkan
dalam situasi baru dan menerapkannya dengan benar.
d) Analisis; siswa diminta untuk menganilis suatu hubungan kompleks
atau konsep-konsep dasar.
e) Sintesis; siswa diminta untuk menyusun kembali hal-hal yang
spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur baru.
f) Evaluasi; siswa diminta menerapkan pengetahuan dan kemampuannya
untuk menilai sesuatu yang menyangkut benar/salah.
2) Ranah afektif, meliputi:
a) Pandangan atau pendapat; aspek afektif yang berhubungan dengan
pandangan siswa maka pertanyaan yang disusun menghendaki respons yang
melibatkan ekspresi, perasaan atau pendapat pribadi siswa terhadap hal-hal yang
sederhana tetapi bukan fakta.
b) Sikap atau nilai; siswa diminta untuk mempertahankan pendapatnya
dalam suatu pertanyaan yang melibatkan sikap atau nilai yang telah mendalam
disanubarinya.
3) Ranah psikomotorik, yaitu aspek yang berhubungan dengan kerja otot
yang menyebabkan geraknya tubuh atan bagian-bagian lain atau dengan kata lain
bentuk ketrampilan siswa setelah melakukan belajar.
c.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Muhibin Syah (2001: 130)
prestasi belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, secara global
diklasifikasikan menjadi tiga faktor yaitu ; faktor yang berasal dari dalam
diri siswa (faktor internal), faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor
eksternal), dan faktor pendekatan belajar (approach to learning).
Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Faktor Internal Siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri
siswa meliputi dua aspek, yaitu: aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan
aspek psikologis (yang bersifat rohani)
a)
Aspek Fisiologis
Faktor fisiologi yaitu faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik/ jasmaniah dan fungsi panca indera. Kondisi
fisik misalnya kondisi jasmaniah yang sehat, cukup nutrisi, tidak kelelahan dan
sebagainya. Panca indera adalah gerbang masuknya pengaruh ke dalam individu,
orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar menggunakan panca indranya. Baiknya
fungsi panca indera merupakan syarat agar belajar berlangsung dengan baik.
Panca indra yang sangat mempengaruhi belajar antara lain indra penglihat
(mata), indra pendengar (telinga). Oleh karena itu maka panca indera harus
senantiasa dijaga agar terlindungi dari bahaya yang dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi tersebut. Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan
otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala
misalnya, dapat menurunkan ranah cipta kognitif sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus
jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan
dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan untuk memilih pola
istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tepat dan
mungkin berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan minum dan
istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang merugikan semangat mental siswa
itu sendiri.
b)
Aspek Psikologis
Faktor Psikologi yaitu faktor yang
berhubungan dengan kondisi psikis/ jiwa. (Sumadi Suryabrata.1993:249). Faktor
psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan
pembelajaran siswa antara lain : tingkat kecerdasan/ intelegensi siswa, sikap
siswa, bakat siswa, aktivitas siswa, motivasi siswa.
(1) Intelegensi siswa
Intelegensi pada umumnya diartikan
sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1998). Jadi intelegensi
sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas
organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak
dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol dari pada peran
organ-organ tubuh lainnya, otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh
aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat
diragukan lagi, sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna,
semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar
peluangnya meraih sukses. Kecerdasan adalah ketajaman pikiran, kesempurnaan
perkembangan akal budi
(2) Sikap siswa
Sikap adalah gejala internal yang
berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response
tenndency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang
atau lainnya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa
yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan
pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif
siswa terhadap dan mata pelajaran, apalagi jika diiringi ketidaksukaan kepada
guru, dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.
(3) Bakat siswa
Bakat (aptitude) adalah kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yanng
akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Setiap orang pasti memiliki bakat
dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai
dengan kapasitas tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Dalam perkembangan
selanjutnya, bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas
tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seseorang
siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya, akan lebih mudah menyerap
informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang
tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat
khusus (specific aptitude) yang konon tak dapat dipelajari karena
merupakan karunia inborn (pembawaan sejak lahir).
(4) Aktivitas siswa
Aktivitas (interest) berarti
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Aktivitas besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa
yang gemar membaca akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi,
wawasan akan bertambah luas sehingga akan sangat mempengaruhi peningkatan atau
pencapaian prestasi belajar siswa yang seoptimal mungkin karena siswa yang
memiliki aktivitas terhadap sesuatu pelajaran akan mempelajari dengan
sungguh-sungguh karena ada daya tarik baginya.
(5) Motivasi
Motivasi/pendorongan merupakan suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak
hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu(Ngalim Purwanto.1990:52). Menurut Slameto (2003:58) bahwa motivasi
erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, dalam
menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai
tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah
motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya. Motivasi
dibedakan menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu
dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang
gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca
tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi
kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang
lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik). Motivasi ekstrinsik adalah
faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap
kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru
orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif
akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
2)
Faktor faktor eksternal
Muhibin Syah (2003:138) menjelaskan
bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
nonsosial.
a) Lingkungan sosial
(1)
Lingkungan sosial masyarakat.
Kondisi lingkungan masyarakat tempat
tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh,
banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar
siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi,
atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
(2) Lingkungan sosial keluarga.
Lingkungan ini sangat memengaruhi
kegiatan belajar. Sistem sosial yang terbentuk dalam kehidupan mengharuskan
manusia berperilaku tunduk pada norma- norma yang ada di masyarakat. Keluarga
terutama orang tua merupakan tempat yang utama dan pertama memberikan
pendidikan kepada anak Disamping itu hubungan keluarga juga akan berpengaruh
pada hasil belajar siswa. Keluarga yang harmonis, penuh dengan lebih baik
karena disamping memberikan motivasi, keluarga juga dapat menciptakan situasi
belajar yang baik Dalam kegiatan belajar siswa memerlukan tempat yang aman dan
tenang. Dengan suasana belajar yang aman dan tenang, maka seorang siswa akan
dapat belajar dengan lebih konsentrasi. Oleh karena itu hendaknya tempat
belajar dijauhkan dari termpat keramaian dan kebisingan misalnya pasar, pabrik-
pabrik, jalan raya dan sebagainya. Dengan motivasi dan suasana belajar yang
baik maka akan berpengaruh pada hasil belajar yang baik pula.
(3) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan
yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar
lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu
memerhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta
didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa
anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
b) Lingkungan nonsosial.
Faktor faktor yang termasuk lingkungan
nonsosial adalah:
1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas
dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut
merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa.
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa
akan terhambat.
2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat
digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah,
alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah,
buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.
2.
Pembelajaran Bahasa
Inggris
a. Hakikat Pembelajaran Bahasa Inggris
Tuntutan dunia global yang terus menerus berubah dan ada
kecenderungan semakin berkembang pesat dengan ditandai berkembangnya teknologi
informasi merupakan salah satu dorongan bagi seseorang untuk mengembangkan
penguasaan bahasa asing sebagai alat untuk berkomunikasi, seperti penguasaan
bahasa Inggris. Mempelajari bahasa merupakan hal penting bagi perkembangan
sosial dan kepribadian seorang individu. Sebagai bahasa yang banyak digunakan
di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, bahasa Inggris berperan sebagai
salah satu bahasa internasional.
Di samping berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni, bahasa ini dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan ekonomi perdagangan,
hubungan antarbangsa, tujuan sosial budaya dan pendidikan serta tujuan
pengembangan karier. Penguasaan bahasa Inggris dapat diperoleh melalui berbagai
program, dan program pengajaran di sekolah secara formal tampaknya merupakan
sarana utama bagi sebagian anak Indonesia. Bahasa Inggris merupakan alat untuk
berkomunikasi lisan dan tulisan.
Berkomunikasi dalam bahasa Inggris dimaksudkan untuk memahami dan
mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi dan budaya (Depdiknas, 2004:6). Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penguasaan bahasa Inggris bagi siswa SMA merupakan persyaratan
penting sebagai bekal dalam upaya melakukan interaksi dan komunikasi di tengah
pergaulan masyarakat yang semakin berkembang, baik dalam lingkup nasional
maupun internasional. Sehubungan dengan hal itu, penguasaan bahasa Inggris
dapat diperoleh melalui berbagai program, dan program pengajaran atau
pembelajaran di sekolah secara formal tentunya merupakan sarana utama bagi
siswa SMA.
b. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris di SMA
1) Fungsi
Mata pelajaran bahasa Inggris merupakan mata pelajaran pilihan di
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya. Dengan demikian
mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang cerdas, terampil
dan berkepribadian Indonesia serta siap mengambil bagian dalam pembangunan
nasional (Depdiknas, 2004:6).
2) Tujuan
a) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tersebut, dalam
bentuk lisan dan tulis. Kemampuan berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening),
berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).
b) Menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa
Inggris sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar.
c) Mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar bahasa
dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian siswa memiliki
wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.
c. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Inggris
(Depdiknas, 2004:7) meliputi:
1) Keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca,
dan menulis;
2) Sub-kompetensi yang meliputi kompetensi tindak bahasa, linguistik
(kebahasaan), sosiokultural, strategi, dan kompetensi wacana;
3) Pengembangan sikap yang positif terhadap bahasa Inggris sebagai
alat komunikasi.
d. Standar Kompetensi Bahan Kajian
Setiap mata pelajaran memiliki karateristik tertentu bila ditinjau
dari segi tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, ataupun materi yang
dipelajari dalam rangka menunjang tercapainya kompetensi tersebut. Ditinjau
dari segi tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, maka pelajaran bahasa
Inggris ini menekankan pada aspek keterampilan berbahasa yang meliputi
keterampilan berbahasa lisan dan tulis baik respektif maupun produktif.
Penerapan konsep dalam
pengajaran bahasa Inggris menyiratkan bahwa: (1) unsur-unsur bahasa Inggris,
yaitu tata bahasan kosa kata, ejaan dan lafal hendaknya 18 disajikan dalam
lingkup kebahasaan dan lingkup situasi, sehingga makna di maksud jelas. Lingkup
situasi harus mencakup lingkup budaya sasaran dan budaya peserta didik; (2)
pembelajaran unsur-unsur bahasa ditujukan untuk mendukung penguasaan dan
pengembangan empat keterampilan berbahasa Inggris yang mencakup: mendengar,
berbicara, membaca dan menulis, dan bukan untuk kepentingan penguasaan
unsur-unsur bahasa itu sendiri; (3) dalam proses belajar mengajar, unsur unsur
bahasa yang dianggap sulit bagi peserta didik dapat disajikan tersendiri secara
sistematis sesuai dengan konteks yang dibahas; (4) dalam proses belajar
mengajar ke empat keterampilan berbahasa pada hakekatnya tidka dapat
dipisahkan. Oleh sebab itu, keterampilan berbahasa harus dikembangkan secara
terpadu; (5) peserta didik harus dilibatkan dalam semua kegiatan belajar yang
bermakna, yaitu kegiatan yang dapat membantu mengembangkan diri siswa dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya, mendorong peserta didik
untuk tumbuh dan berkembang menjadi warganegara yang berkepribadian Indonesia,
dan mengembangkan keterampilan bergaul (Badan Standar Nasional Pendidikan,
2007:IX-X).
e. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa
Inggris untuk SMA
Berdasarkan pada Buku Petunju Teknik Pengembangan Silabus dan
Contoh/Model Silabus mata pelajaran Bahasa Inggris untuk SMA/MA (Badan Standar
Nasional Pendidikan, 2007:X) disebutkan rumusan standar kompetensi untuk mata
pelajaran bahasa Inggris di SMA adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh
peserta didik sebagai hasil dari mempelajari bahasa Inggris. Selanjutnya
disebutkan kompetensi dasar tentang keterampilan menulis untuk mata pelajaran
bahasa Inggris di SMA adalah mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional
pendek dan esei sederhana berbentuk: recount, narative, procedure, descriptive,
news item, spoof, report, analytical exposition, hortatory exposition, explanation,
discussion, dan review dalam konteks kehidupan sehari-hari.
3.
Jigsaw Learning
Metode jigsaw learning merupakan
metode pembelajaran yang menciptakan suasana kelas yang lebih santai dan
hangat. Metode jigsaw learning memberikan kebebasan kepada siswa untuk
mengekspresikan diri melalui diskusi yang memungkinkan siswa bertemu dengan
kelompok lain untuk membahas satu topik yang sama, kemudian kembali lagi pada
kelompok semula untuk bergantian mengajar anggota asal. Melalui jigsaw
learning kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5
atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Materi disajikan kepada siswa
dalam bentuk teks. Setiap anggota kelompok mendapat topik yang berbeda-beda,
kelompok ini disebut kelompok asal. Anggota-anggota kelompok yang mendapatkan
topik sama berkumpul menjadi satu membentuk kelompok lagi (kelompok ini disebut
kelompok ahli). Setelah terbentuk kelompok ahli, masing-masing kelompok ahli
bekerja sama berdiskusi saling membantu, bertukar pikiran untuk menyelesaikan
topik yang telah ditugaskan kepada mereka. Kemudian setelah para kelompok ahli
menyelesaikan tugas kelompok tersebut, para siswa kembali kepada kelompok
asalnya untuk menjelaskan kepada teman-teman satu kelompoknya mengenai topik
yang telah dibahas atau dipelajari sebelumnya pada pertemuan kelompok ahli.
Penjelasan ini dilakukan oleh semua siswa dalam satu anggota secara bergantian,
sehingga siswa mendapat penjelasan topik yang berbeda-beda dari masing-masing
teman-temannya dalam satu kelompoknya.
Jigsaw Learning adalah belajar melalui tukar delegasi antar kelompok
(Ismail,2008:82). Metode Jigsaw Learning adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan
bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. (Hisyam Zaini
dkk:2004:58) Jigsaw Learning dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja,
bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Penerapan Jigsaw
Learning dalam kelas cukup mudah.
Secara garis besar langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut :
a. Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa
segmen (bagian).
b. Bagilah siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah
segmen yang ada. Jika jumlah siswa ada 25 sementara jumlah segmen yang ada adalah
5, maka masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.
c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca, memahami dan mendiskusikan
serta membuat ringksan materi pelajaran yang berbeda beda.
d. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk
menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompoknya.
e. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan
sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
f. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengecek
pemahaman mereka terhadap materi.
g. Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi dan tindak lanjut.
(Ismail.2008:82).
Tujuan penerapan strategi ini adalah
untuk melatih peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggungjawab
secara individu uut membantu memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman
sekelasnya.
Seperti halnya dengan yang lain, Jigsaw
Learning juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini kelebihan dan
kelemahan Jigsaw Learning.
a. Kelebihan Jigsaw Learning
1)
Melibatkan seluruh peserta
didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. (Hisyam
Zaini.2008:85)
2)
Meningkatkan rasa
tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain.
3)
Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain.
4)
Siswa saling tergantung satu
dengan yang lain dan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi
yang ditugaskan.
5)
Melatih peserta didik agar
terbiasa berdiskusi dan bertanggungjawab secara individu untuk membantu
memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya. (Ismail.2008:82)
b. Kelemahan Jigsaw Learning
1)
Kurangnya pemahaman guru
mengenai penerapan pembelajaran model Jigsaw.
2)
Jumlah siswa yang terlalu
banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif
kecil sehingga hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas sedangkan yang
lain hanya sebagai penonton.
3)
Kurangnya sosialisasi dari
pihak terkait tentang teknik pembelajaran model Jigsaw.
4)
Kurangnya buku sumber
sebagai media pembelajaran.
5)
Terbatasnya pengetahuan
siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses
pembelajaran.
4. Kaitan Jigsaw Learning dengan Prestasi Belajar Bahasa Inggris
Pelaksanaan pembelajaran atau proses
pembelajaran merupakan proses transaksional untuk mengembangkan potensi siswa
secara aktif dan kreatif seoptimal mungkin agar terwujud aktivitas dan
kreativitas siswa. Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang dapat
melibatkan peserta didik secara menyeluruh, Salah satu faktor yang yang
mempengaruhi kemauan peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
adalah apabila anak tersebut tertarik dengan materi pelajaran.
Guru harus dapat mengemas pembelajaran
dengan sebaik-baiknya, pada pelajaran Bahasa Inggris materi monolog report guru
menerapkan metode Jigsaw Learning. Jigsaw Learning diterapkan
dengan tujuan agar pembelajaran dapat menarik dan disukai oleh peserta didik,
suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh
kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh prestasi belajar yang optimal. Dari uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa metode Jigsaw Learning dalam pembelajaran mempunyai hubungan erat
dengan tanggung jawab pemahaman materi terhadap dirinya dan terhadap siswa yang
lain. Jika pemahaman terhadap materi pelajaran cukup baik maka akan
mempengaruhi prestasi belajar dengan baik pula.
B.
Kerangka Pikir
Rendahnya aktivitas dan prestasi siswa
khususnya pada pembelajaran bahasa Inggris disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu: (1) siswa kurang beraktivitas pada pembelajaran. Sebagian besar
siswa menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Inggris merupakan materi yang kurang
menyenangkan karenan bersifat hafalan; (2) guru mengalami kesulitan untuk
membangkitkan aktivitas siswa; (3) sebagian besar siswa mengalami kesulitan dan
tampak takut untuk mengungkapkan pendapat serta siswa kurang aktif dalam proses
pembelajaran yang sedang berlangsung; (4) guru mengalami kesulitan untuk
menemukan alternatif metode pembelajaran yang tepat untuk mengajarkan bahasa
Inggris, maka dibutuhkan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Upaya
yang dilakukan adalah dengan menerapkan metode kooperatif tipe Jigsaw
Learning dalam pembelajaran bahasa Inggris. Metode kooperatif tipe Jigsaw
Learning adalah metode pembelajaran kooperatif yang mendorong Agar siswa
dapat belajar bekerja sama dalam kelompok yang heterogen, setidaknya ada dua
komponen utama yang harus ada dalam pembelajaran kooperatif, yaitu komponen
tugas (cooperative task) dan komponen struktur insentif kooperatif (cooperative
incentive structure). Komponen tugas tersebut merupakan pembagian tugas
setiap anggotanya sehingga mereka dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas
kelompok. Setiap anggota dalam kelompok dapat membagi tanggung jawab untuk
mencapai tujuan bersama. Pembagian tugas dalam pembelajaran kooperatif meliputi
waktu, praktik, dan penguatan perilaku yang sesuai. Agar pembagian tugas ini
dapat berjalan semestinya, guru harus mampu menciptakan suasana lingkungan yang
mendukung aktivitas belajar siswa. Suasana lingkungan tersebut tercapai setelah
siswa merasa mampu mengatasi masalah mereka dan merasa orang di sekitar
lingkungannya menghargainya. Selama kerja kelompok tersebut, tugas setiap
individu kelompok adalah mencapai ketuntasan. Pembelajaran kooperatif membuat
siswa akan terlatih pemahamannya dan dipupuk rasa senangnya serta sikap positif
dalam pekerjaannya maupun terhadap dirinya sendiri. Agar semua siswa dapat
mengambil manfaat dari aktifitas kerja kelompok yang kooperatif, mereka
hendaknya diberi kesempatan untuk mengembangkan berbagai keterampilan. Jadi,
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok atau tim kecil
dengan jumlah siswa dua sampai lima yang tersusun dari berbagai latar belakang.
Pembagian anggota dalam kelompok tersebut harus diperhatikan keheterogenan
keterampilan siswa. Mereka belajar bersama dalam kelompok kelompok tersebut dan
saling membantu satu sama lain.
Gambar
2.1. Bagan Alur Kerangka Berpikir
C.
Hipotesis Tindakan
Berkaitan dengan hipotesis penelitian,
perlu dicatat bahwa keberadaan hipotesis adalah sebagai kesimpulan sementara
tentang masalah yang merupakan perkiraan tentang keterikatan variabel-variabel
yang diteliti. Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Zuhriah, 2007:62), hipotesis
didefinisikan sebagai alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi
problematika yang diajukan dalam penelitiannya.
Berdasarkan paparan diatas maka penulis
mengajukan hipotesis dari dugaan sementara bahwa:
1. Pembelajaran dengan metode jigsaw learning dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
2. Pembelajaran dengan metode jigsaw learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.