Loggo
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR
DI KELAS X ....................
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat dari Golongan IV/a ke IV/b
Oleh
..........................................
NIP. ..............................
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN
..................................
SMA ...........................................................
Jl. ............................................
20..........
HALAMAN
PENGESAHAN
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1. a. Judul Penelitian : Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Pembelajaran Biologi
untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Di Kelas X .................... Tahun Pelajaran 2014/2015
b.
Bidang Ilmu : IPA (Biologi)
c.
Kategori Penelitian : Strategi
Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian
Tindakan Kelas
2. Ketua
Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : ……………..
b.
NIP : ………….
c. Pangkat / Golongan : Pembina, IV/a
d. Jabatan :
e. Instansi :
SMA ………………………….
f.
Tempat Penelitian : SMA
………………………….
3. Lama
Penelitian : 3 bulan (Bulan ……….. sampai dengan Bulan …….
20…)
4. Sumber
Biaya : Swadaya
Tanda tangan disesuaikan dengan kondisi setempat
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan hidayahNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Penelitian Tindakan Kelas di SMA ................ dengan lancar.
Laporan ini dibuat oleh
penulis dalam rangka memenuhi pengajuan
pada penilaian angka kredit unsur pengembangan profesi guru untuk kenaikan
pangkat dari golongan IVa ke IVb.
Terselesaikannya penelitian
ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak dan pada kesempatan ini ijinkan
peulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang baik langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan
laporan ini, yaitu kepada yang terhormat:
1.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
……………………., atas Ijin dan
pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
2.
Pengawas SMP, Dinas Pendidikan Kabupaten
……………………., atas Saran, Ijin dan
pertimbangan terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung
3.
Kepala
sekolah SMA ................ yang telah memberikan Saran, Ijin dan pertimbangan
terhadap pelaksanaan PTK selama kegiatan berlangsung.
4.
Bapak
dan Ibu Guru SMA ................ yang telah membimbing dan memotifasi serta
mengarahkan kami hingga kegiatan Program Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan dengan lancar.
Dan akhirnya saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan laporan ini banyak kelemahan atau kekurangan untuk itu, saya
berharap kepada pembaca berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun.
Untuk itu sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
......................, ...................
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... vii
ABSTRAK......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.........................................................
B.
Identifikasi Masalah ..............................................................
C.
Rumusan Masalah .................................................................
D.
Tujuan Penelitian ...................................................................
E.
Manfaat Penelitian ................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
JEnis Penelitian.....................................................................
B.
Subjek dan Objek Penelitian .................................................
C.
Tempat dan Waktu Penelitian ...............................................
D.
Rancangan Penelitian.............................................................
E.
Prosedur Penelitian ................................................................
F.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data .....................................
G.
Tehnik Analisis Data .............................................................
H.
Indikator Keberhasilan...........................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kondisi Awal....................................................................
2. Siklus I ..............................................................................
3. Siklus II.............................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
Tabel 3.1 Kriteria
Penilaian Hasil Aktivitas Belajar Siswa.........................
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Hasil Belajar....................................................
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Kondisi Awal...........................
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada
Kondisi Awal
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Siklus I......................................
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas
Siswa pada Siklus I
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Tes Formatif Siklus
II....................................
Tabel 4.6 Rekapitulasi
Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus
II
Tabel 4.7 Rekapitulasi
Nilai Hasil Tes Formatif Temuan Awal,
Siklus I dan Siklus II
Tabel 4.8 Rekapitulasi
Peningkatan Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
Gambar 2.1 Kerangka
Berpikir.....................................................................
Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Mc
Taggart (Pardjono
dkk, 2007: 22) ..................................................................................................
Gambar 4.1 Grafik
Peningkatan dan Penurunan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan II
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Nilai
Rata-rata Belajar Siswa Pada Siklus I
dan II
Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Siswa
Berdasarkan Tingkat Keaktifan Siswa Studi Awal,
Siklus I dan II..................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat
Ijin Penelitian
Lampiran 2 Jurnal
Kegiatan Penelitian
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 5 Daftar
Hadir Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 6 Daftar Hadir Peneliti Dan
Observer Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 7 Daftar Nilai Tes Formatif
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 Lembar Observasi
Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
Lampiran 9 Contoh Hasil Pekerjaan
Siswa
Lampiran 10 Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
ABSTRAK
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE (TPS) PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN
HASIL BELAJAR DI KELAS X ....................
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh :
..............................................
NIP. ...........................
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa
dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model Think Pair Share
(TPS) di kelas X ..................... Jenis penelitian ini adalah PTK dengan
metode deskriptif. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, masing-masing siklus
terdiri dari 4 tahap : tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan,
tahap pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan seluruh
siswa kelas X ..................... Instrumen penelitian yang digunakan yaitu
lembar tes dan lembar observasi, lembar observasi untuk mengamati aktivitas
guru dan siswa, sedangkan lembar tes untuk mengamati hasil belajar siswa.
Hasil
analisis data diperoleh peningkatan
keaktifan belajar dari 47,83% atau 11 siswa pada studi awal menjadi, 65,22% atau 15 siswa, dan pada
akhir siklus kedua menjadi 100% atau semua siswa aktif dalam pembelajaran, nilai rata-rata kelas terus mengalami peningkatan dari 57,39 pada studi awal menjadi 62,61 pada siklus pertama, dan pada akhir siklus kedua menjadi 73,91, dan didukung dengan peningkatan ketuntasan belajar dari
17,39% atau 4 siswa pada studi
awal, menjadi 10 siswa atau 43,48% pada siklus pertama, dan 95,65% pada siklus kedua
atau 22 siswa tuntas
dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 23 siswa. Jadi dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa proses pembelajaran dengan
menerapkan model kooperatif tife think pair share (TPS) pada materi klasifikasi makhluk hidup dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X .....................
Kata kunci : ( TPS) Think, Pair, Share.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha
sadar untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Dalam Undang-undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab I Pasal I (1) pendidikan
didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses belajar agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Syah, 2009:1). Dalam situasi masyarakat
yang selalu berubah-ubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorentasi pada masa
lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang
mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh
kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi oleh siswa dimasa yang akan
datang. Dan pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya
mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk
menyelesaikan masalah- masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari
(Trianto,2010:5).
Oleh karena itu, telah banyak upaya
untuk memperbaiki kualitas pendidikan di indonesia salah satunya dengan
memperbaiki indikator proses pendidikan. Proses pembelajaran yang terjadi di
kelas pada hakekatnya akan menjadi lebih efektif apabila diiringi dengan
penerapan model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan keadaan siswa
di kelas. Menurut Trianto (2011) model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
belajar mengajar.
Dari kondisi tersebut maka peneliti
mengevalusi pembelajaran dengan melihat perolehan hasil belajar siswa pada
materi Prinsip dan dasar
klasifikasi makhluk hidup masih rendah yaitu 4 siswa
yang tuntas belajarnya secara individu dengan ketuntasan klasikal hanya 17,39%.
Sementara itu KKM yang ditetapkan siswa yang dikatakan tuntas belajarnya secara
individu bila mendapatkan nilai ≥ 70, dan dikatakan tuntas secara klasikal
apabila ≥ 85% siswa memperoleh nilai KKM yang ditetapkan tersebut.
Menurut Trianto (2011:18) suatu
pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama keefektifan
pengajaran, yaitu: 1) presentasi waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap
kegiatan belajar mengajar, 2) rata rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi
diantara siswa, 3) ketetapan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan
siswa (orientasi keberhasilan belajar) yang di utamakan dan 4) mengembangkan
suasana belajar yang akrab dan positif, mengembangkan struktur kelas.
Model pembelajaran kooperatif merupakan
suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang
memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota
saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Ada
beberapa variasi model dalam pembelajaran kooperatif yang meliputi model Student
Teams Achievement Division (STAD), model Jigsaw, model Investigasi Kelompok
(Group Investigation), model Make a Match, model TGT (Teams
Games Tournament), dan model Struktural {Numbered Head Together (NHT)
dan Think Pair Share (TPS)} (Rusman, 2012).
Permasalahan tersebut perlu diatasi
dengan pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran yang menarik, yang lebih melibatkan siswa
sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran yaitu model Think Pair
Share (TPS). TPS adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang pada
pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam berbuat untuk menemukan sendiri
konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan jalan berfikir (Think),
berpasangan (Pair), dan mengemukakan pendapat (Share) (Ibrahim
dkk,2000:26).
Model kooperatif tipe think pair
share (TPS) adalah jenis pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa (Slavin, 2011). Dengan adanya model pembelajaran ini
diharapkan siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya untuk menjawab masalah
yang ada melalui berfikir, berpasangan dan berbagi. Dalam kegiatan ini
diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan
secara integratif. Sehingga siswa dapat menemukan struktur dari pengetahuan
yang dipelajarinya dengan aktif bekerjasama secara berpasangan.
Mempertimbangkan adanya kelebihan dari
model kooperatif tipe think pair share (TPS) ini, maka peneliti
berkolaborasi dengan guru IPA-Biologi di SMPN 17 Kota Bengkulu untuk mengadakan
proses perbaikan pembelajaran dengan judul “model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share (TPS) pada pembelajaran biologi untuk meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar di kelas X ....................
Tahun Pelajaran 2014/2015”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil kegiatan prasiklus
yang dilakukan terhadap proses pembelajaran yang terjadi di kelas X ....................
diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa belum baik.
Hal ini terlihat dari aktivitas yang dilakukan guru dan siswa, yaitu:
1. Guru masih kurang maksimal dalam mendorong siswa bekerja sama pada
kelompok untuk mencari dan memecahkan masalah terkait materi yang dipelajari
khususnya materi klasifikasi
makhluk hidup,
2. Guru masih kurang variatif dalam menggunakan model pembelajaran di
setiap pertemuan, dan
3. Guru masih belum maksimal dalam memanfaatkan media yang ada di
sekolah seperti LCD dan animasi pembelajaran terutama untuk menunjang proses
belajar siswa.
4. siswa merasa bosan terhadap pembelajaran yang dilakukan (pasif),
5. siswa kurang termotivasi untuk belajar dengan serius dan
6. Siswa sering melakukan aktivitas lain di luar pembelajaran seperti
mengobrol dan keluar masuk kelas saat proses pembelajaran terjadi.
C. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang dan
identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran Biologi materi
klasifikasi makhluk hidup dengan menerapkan model kooperatif tipe think pair share (TPS)
di kelas X ....................?
2. Bagaimana peningkatan hasil siswa dalam proses
pembelajaran Biologi materi klasifikasi
makhluk hidup dengan menerapkan model kooperatif tipe think pair share (TPS)
di kelas X ....................?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana
dijelaskan di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa
dalam proses pembelajaran Biologi materi klasifikasi makhluk hidup
dengan menerapkan model kooperatif tipe think pair share (TPS) di
kelas X .....................
2. Untuk meningkatkan hasil belajar Biologi materi klasifikasi makhluk hidup siswa kelas X .................... dengan menerapkan model
kooperatif tipe think pair share (TPS).
E. Manfaat Penelitian
Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think
pair share) di kelas X ...................., diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
pair share) di kelas X ...................., diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1.
Bagi guru
a. Dapat menggunakan variasi model pembelajaran dalam proses
memperbaiki pelajaran biologi, sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa
dan keaktifan siswa dalam belajar.
b. Dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi guru dalam menentukan model
pembelajaran
2.
Bagi siswa
a. Dapat menumbuhkan sikap kebersamaan, saling membantu dan kerja
sama di antara sesama siswa dalam kelompok.
b. Memberikan suasana baru bagi siswa dalam proses pembelajaran yang
dapat mendorong peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan kualitas
siswa dan guru
3.
Bagi peneliti
Sebagai wawasan pengetahuan dalam penelitian tindakan kelas dan
sebagai bekal dalam mengajar untuk mempersiapkan diri sebagai calon guru.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain
dapat memperoleh pengalaman yang bermakna (BSNP, 2006: 30). Pembelajaran
biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik
untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih
lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap
guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat
memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi
bagi siswa (Hamalik, 2010:36).
Biologi sebagai ilmu memiliki kekhasan
tersendiri dibandingkan dengan ilmu-ilmu yang lain. Biologi merupakan salah
satu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari
berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi
berwujud kumpulan fakta fakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses
keilmuan biologi(Sudjoko, 2001:2).
Pembelajaran biologi pada hakikatnya
merupakan suatu proses untuk menghantarkan siswa ke tujuan belajarnya, dan
biologi itu sendiri berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut.
Biologi sebagai ilmu dapat diidentifikasikan melalui objek, benda alam,
persoalan/gejala yang ditunjukkan oleh alam, serta proses keilmuan dalam
menemukan konsep-konsep biologi. Proses pembelajaran biologi merupakan
penciptaan situasi dan kondisi yang kondusif sehingga terjadi interaksi antara
subjek didik dengan objek belajarnya yang berupa makhluk hidup dan segala aspek
kehidupannya. Melalui interaksi antara subjek didik dengan objek belajar dapat
menyebabkan perkembangan proses mental dan sensori motorik yang optimal pada
diri siswa.
Berdasarkan KTSP (BSNP, 2006: 452), mata
pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif
dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
sekitar dan penyelesaian masalah bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan
dengan menggunakan pemahaman dalam bidang lainnya.
Mata pelajaran biologi di SMA merupakan
kelanjutan IPA di SMP yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk
hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan perubahan
energi, peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.
b. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ
tumbuhan, hewan dan manusia serta penerapannya dalam konsep sains, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
c. Proses yang tejadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas,
evolusi, bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
d. Pembelajaranbiologi di sekolah menengah juga harus memperhatikan
karakteristik perkembangan peserta didik yang sedang berada pada periode
operasi formal. Periode ini yang berkembang pada peserta didik adalah kemampuan
berpikir secara simbolis dan bisa memahami hal-hal yang bersifat imajinatif
(dari abstrak menuju konkrit). Dalam hal ini harus diperhatikan karena peserta
didik mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda satu sama lain.
2. Sumber Belajar Belajar Biologi
Sumber belajar biologi adalah segala
sesuatu baik benda maupun gejalanya, yang dapat dipergunakan untuk memperoleh
pengalaman dalam rangka pemecahan permasalahan biologi tertentu (Suhardi,
2008:5).Sumberbelajar memungkinkan dan memudahkan terjadinya proses belajar.
Pembelajaran sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas
dari komponen lain yang saling berinteraksi di dalamnya. Salah satu komponen
dalam proses tersebut adalah sumber belajar.
Berbagai sumber belajar yang ada, pada
garis besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Manusia, yaitu orang yang menyampaikan pesan secara langsung
b.
Bahan, sesuatu yang
mengandung pesan pembelajaran, baik yang dirancang secara khusus maupun bahan
yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan belajar
c. Lingkungan, yaitu ruang dan tempat di mana sumber belajar dapat
berinteraksi dengan para peserta didik
d. Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi dan atau
memainkan sumber-sumber lain
e. Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan kombinasi
antara teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar (Mulyasa, 2002:
48-49)
Dalam pembelajaran biologi, lingkungan
alam sekitar merupakan laboratorium yang mempunyai peranan penting karena
adanya gejala-gejala alam yang dapat memunculkan persoalan-persoalan
sains.Untuk mendapatkan objek biologi, alam dengan segenap fenomenanya telah
menyediakan informasi yang dapat digunakan dalam kehidupan manusia. Proses
pembelajaran tidak selalu tergantung pada keberadaan guru (pendidik) sebagai
pengelola proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada hakekat proses belajar
yaitu interaksi antara peserta didik dengan objek yang dipelajari.
Oleh karena itu, peranan sumber dan
media belajar tidak dapat dikesampingkan, khususnya peranan sumber belajar
biologi sebagai salah satu komponen masukan instrumental dapat tersedia di
dalam maupun di luar sekolah (Suhardi, 2008:5). Suatu objek dan kejadian
maknanya sebagai sumber belajar dapat dipandang dari dua segi yaitu proses dan
produk. Meskipun objek studi telah jelas maknanya sebagai sumber belajar,
tetapi pengembangannya dalam organisasi instruksional masih diperlukan
persyaratan tertentu, antara lain :
a. Sasaran belajar (siswa)
b. Kurikulum khususnya dalam hal :
1) Tujuan belajar
2) Paket materi pelajaran
3) Waktu yang tersedia
4) Sarana belajar
5) Bentuk belajar (individual, kelompok, ataupun klasikal)
6) Sistem interaksi belajar
Sumber belajar biologi tidak hanya terbatas
yang terprogram, seperti laboratorium atau museum, melainkan lingkungan siswa
mulai dari lingkungan siswa itu sendiri sampai lingkungan yang jauh dari
dirinya.Lingkungan dapat menjadi sumber belajar siswa dan dapat menimbulkan
aktivitas belajar siswa. Pemanfaatan sumber belajar mempunyai potensi untuk :
a. Meningkatkan produktivitas pendidikan
b. Memberikan kemungkinan sifat kegiatan yang lebih individual
c. Memberi kesempatankepada siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannya.
d. Memberi dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran
e. Lebih memantapkan pengajaran
f. Meningkatkan gairah belajar
g.
Memberi kesempatan untuk
bekerjasama antara guru dan siswa
3. Model Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012). Model
pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran lainnya. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada
proses kerjasama dalam kelompok. Kemampuan yang ingin dicapai bukan hanya
kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi, tetapi juga adanya unsur
kerjasama untuk penguasaan materi tersebut.
Adanya kerjasama inilah yang menjadi
ciri khas dari koopertif (Aqib, 2013). Berikut adalah table tahapan model
kooperatif:
Tabel
2.1 Tahapan
Model Pembelajaran Kooperatif
Tahap
|
Kegiatan
Guru
|
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan motivsi siswa
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan di pelajari dan
memotivasi siswa belajar.
|
Tahap 2
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi melalui bahan bacaan .
|
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara nya membentuk
kelompok belajar dan membimbing setip kelompok agar melakukan transisi secara
efektif dan efisien
|
Tahap 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok – kelompok belajar pada saat mareka
mengerjakan tugas mareka..
|
Tahap 5
Evalusi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasekan hasil kerjanya
|
Tahap 6
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu atua kelompok
|
Menurut Dzaqi( 2009:5) pembelajaran
kooperatif memiliki keunggulan yaitu:
a. Siswa tidak tergantung kepada guru, sehingga menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan berbagai informasi dari berbagai sumber,
belajar dari siswa yang lain.
b. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide dan menerima ide orang
lain, serta menguji ide dan pemahaman nya sendiri, menerima umpan balik.
c. Membantu siswa untuk menyadari akan segala keterbatasannya serta
menerima segala perbedaan.
d. Membantu siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
e. Meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial,
termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif.
f. Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan
belajar abstrak menjadi nyata (riil)
g. Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.
Selain memiliki keunggulan pembelajaran
kooperatif juga memiliki kelemahan sebagai berikut:
a. Untuk siswa yang memiliki kelebihan, siswa akan merasa terhambat
oleh siswa yang memiliki kemampuan kurang, sehingga mengganggu iklim kerja sama
dalam kelompok.
b. Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kelompok, namun
guru perlu menyadari bahwa hasil yang diharapkan adalah prestasi setiap siswa.
c. Keberhasilan dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang, hal ini tidak mungkin tercapai
dengan sekali-kali menerapkan strategi ini.
b. Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu selain siswa belajar
bekerjasama siswa juga membangun kepercayaan diri.
4.
Model Kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS)
Model Kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi kelas untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2011:84).
TPS adalah salah satu tipe model
pembelajaran kooperatif yang pada pelaksanaannya mengutamakan siswa dalam
berbuat untuk menemukan sendiri konsep-konsep materi dalam pembelajaran dengan
jalan berfikir (Think), berpasangan (Pair), dan mengemukakan
pendapat (share). Pada pembelajaran kooperatif tipe TPS ini, siswa
belajar dengan cara berpasangan sehingga siswa memiliki kesempatan untuk
bertukar pikiran dengan teman sebaya (pasangannya). Dengan cara tersebut maka
siswa akan terdorong untuk menganalisis dan mengevaluasi suatu informasi data
atau argumen, sehingga keterampilan berfikir rasionalnya akan meningkat, karena
mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan pasangannya
(Ibrahim dkk, 2000:26).
TPS merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siwa agar tercipta
suatu pembelajaran yang kooperatif yang dapat meningkatkan penguasaan akademik
dan keterampilan siswa. Prosedur pembelajaran yang digunakan dalam TPS ini
dapat memberikan lebih banyak waktu kepada siswa untuk berfikir, untuk merespon
dan saling membantu satu sama lain. TPS memiliki keunggulan dibanding dengan
metode Tanya jawab, Karena TPS mengedepankan aspek berfikir secara mandiri,
tanggung jawab terhadap kelompok, kerjasama dengan kelompok kecil, dan dapat
menghidupkan suasana kelas (Nurhadi dan Senduk, 2004:67).
TPS dapat mengoptimalisasikan
partisipasi siswa. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerjasama dengan orang lain. Waktu berfikir akan memungkinkan siswa untuk mengembangkan
jawaban . siswa akan dapat memberikan jawaban yang lebih panjang dan lebih
berkaitan. Jawaban yang telah dikemukakan juga telah dipikirkan dan
didiskusikan. Siswa akan lebih berani mengambil resiko untuk mengemukakan
jawabannya didepan kelas karena mereka telah “mencoba” dengan pasangannya.
Proses pelaksanaan TPS akan membatasi munculnya aktivitas siswa yang tidak
relevan dengan pembelajaran karena siswa harus mengemukakan pendapatnya,
minimal pada pasangannya (Lyman, 2002:2).
Berikut disajikan tabel 2.2 tentang
tahapan pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Tabel 2.2 Tahapan
Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share(TPS) (Suprijono, 2013:53)
Tahap
|
Kegiatan Guru
|
Thinking
Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.
|
Guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran
untuk dipikirkan oleh peserta didik.
|
Pairing.
|
Guru meminta peserta didik berpasang-pasangan.
Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi |
Sharing
|
Guru memimpin diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan
hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.
|
Menurut Slavin (2011:98) kelebihan dan
kekurangan pada model pembelajaran koooperatif tipe ThinkPair Share (TPS)
adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan
pertnyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung
memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh
kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
2) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan
pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan
masalah.
3) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya
dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
4) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil
diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.
5) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses
pembelajaran.
b. Kekurangan
1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
2) Lebih sedikit ide yang muncul.
3) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
5. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar merupakan rangkaian
kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin banyak
aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar maka semakin baik proses
pembelajaran yang terjadi. Dengan demikian belajar yang berhasil harus melalui
berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis Holt (dalam
Wardani,2007:9). Aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan anggota
badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, dia tidak hanya duduk dan
mendengar, melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika
daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.
Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap
aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal sekaligus mengikuti
proses pengajaran secara aktif. Siswa mendengar, mengamati, menyelidiki,
mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan yang lainnya dan
sebagainya (Rohani, 2004:6-7).
Banyak macam-macam kegiatan (aktivitas
belajar) yang dapat dilakukan anak-anak di kelas, tidak hanya mendengarkan atau
mencatat. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman(2011:101), membuat suatu daftar
macam kegiatan (aktivitas siswa), antara lain:
a. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan
gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain,
b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya dan member saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, intrupsi.
c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music,
pidato.
d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan,
membuat konstruksi, model mereparasi,bermain, berkebun, berternak.
g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h. Emosional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
Menurut Sardiman (2011:95) Menyatakan:
“Belajar adalah berbut. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan
kegiatan.Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas” Siswa harus aktif sendiri
termasuk bagaimana strategi yang harus ditempuh untuk mendapatkan sesuatu
pengetahuan atau nilai. Guru hanya memberikan acuan atau alat untuk belajar.
Ini menunjukan bahwa yang aktif adalah siswa sesuai sebagai hakekat anak didik
sebagai manusia yang penuh dengan potensi yang bisa berkembang secara optimal
apabila kondisi mendukungnya. Aktivitas belajar adalah Aktivitas yang bersifat
fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar, kedua aktivitas itu harus selalu
berkaitan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran yang dapat menunjang prestasi
belajar. Aktivitas belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kegiatan
siswa yang relevan dengan pembelajaran, yang terdiri dari kemampuan
mengemukakan pendapat/ide, bekerja sama dengan teman, membuat kesimpulan Dengan
demikian aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang direncanakan dan disadari
untuk mencapai suatu tujuan belajar, yaitu perubahan pengetahuan dan
keterampilan pada siswa yang melakukan kegiatan belajar.
6. Hasil Belajar
Belajar merupakan proses dalam diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam
perilakunya. Belajar adalah aktifitas mental/psikis yang berlangsung dalam
intreraksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Majid, 2009).
Berdasarkan teori taksonomi bloom dalam
Esti (2008) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori
ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Perinciannya adalah sebagai berikut. (1) ranah kognitif berkenaan dengan
hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan (C1),
pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan penilaian (C6),
(2) ranah efektif yang berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah efektif meliputi
5 jenjang kemampuan yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan
pembentukan pola hidup. (3) ranah psikomotor meliputi 5 aspek yaitu persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa dan gerakan kompleks.
Tipe hasil belajar kognitif lebih
dominan dari pada efektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil
belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian
dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang di miliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar
digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu
tujuan pendidikan.
Dalam setiap proses belajar akan
menghasilkan perubahan pada diri seseorang, perubahan itu biasa disebut dengan
hasil belajar. Hasil belajar ini diperoleh dari dalam kelas, lingkungan
sekolah, maupun diluar sekolah. Sardiman (2011:49) menyatakan bahwa proses
belajar akan menghasilkan hasil belajar, namun harus juga diingat, meskipun
tujuan pembelajaran dirumuskan secara jelas dan baik belum tentu hasil
pengajaran yang diperoleh selalu optimal. Karena hasil yang baik di pengaruhi
oleh komponen komponen yang lain, terutama bagaimana aktivitas siswa sebagai
subjek belajar. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik bila proses
tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif.
Jadi, berdasarkan beberapa uraian di
atas dapat di simpulkan, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak
setelah melalui prose belajar. Hasil belajar tersebut di pengaruhi oleh factor
Yang berasal dari dalam diri anak dan juga factor yang berasal dari lingkungan
anak tersebut.
Menurut Dewi (2011) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:
1) Faktor internal (dari dalam individu yang belajar) Faktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam
individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah
faktor psikologis, antara lain yaitu motivasi belajar, sikap terhadap belajar,
konsentrasi belajar, rasa percaya diri siswa, maupun cita-cita.
2) Faktor eksternal (dari luar individu yang belajar) Pencapaian
tujuan belajar menjadi lebih kuat bila didukung oleh lingkungan yang kondusif
bagi siswa. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar yang ada di
lingkungan siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi seperti kurikulum dan cara
guru dalam menyampaikan materi pelajaran.
B.
Kerangka Pikir
Pembelajaran
sejarah dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan baik secara
individu maupun kelompok. Pembelajaran sejarah tersebut bersifat membosankan,
tidak menarik, dan menyebabkan siswa mengantuk, tidak berminat untuk aktif
dalam proses pembelajaran. Siswa malas bertanya, malas mengerjakan tugas, dan
malas mendengarkan penjelasan guru. Penugasan untuk dikerjakan di rumah juga
banyak yang tidak diselesaikan sendiri. Selama proses pembelajaran siswa lebih
banyak pasif. Kondisi tersebut menunjukkan siswa kurang berminat dalam
mengikuti pembelajaran sejarah. Oleh karena itu diperlukan perubahan proses
pembelajaran untuk lebih meningkatkan minat siswa dan mengurangi keengganan
siswa dalam belajar sejarah. Pembelajaran sejarah dapat dilakukan dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share. Proses ini
lebih menyenangkan dan lebih menarik minat siswa untuk berpartisipasi dalam
proses pembelajaran, saling mengajari pasangan kelompok menentukan nilai
kelompok. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, siswa lebih banyak
berpartisipasi dalam proses pembelajaran, mendiskusikan materi dengan pasangan,
berlatih mengerjakan soal, dan membuat laporan. Pada akhirnya hal tersebut
dapat meningkatkan minat belajar sejarah. Berdasarkan uraian di atas, maka
kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar
2.1 : Kerangka Berpikir
C.
Hipotesis Tindakan
Dari penjelasan kajian teori dan
kerangka pikir di atas maka hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah
1. Aktivitas siswa di kelas X ....................
meningkat setelah proses pembelajaran IPA Biologi menerapkan model kooperatif
tipe think pair share (TPS).
2. Hasil Belajar siswa di kelas X ....................
meningkat setelah proses pembelajaran IPA Biologi menerapkan model kooperatif
tipe think pair share (TPS).
bila berkenan untuk bab selanjutnya secara lengkap sampai dengan lampiran dan halaman depan dalam format *.doc/*.docx silahkan
klik DOWNLOADatau hub. 081327121707 terima kasih.