Loggo
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
BAHASA INGGRIS MATERI TEKS FUNGSIONAL PENDEK ADVERTISEMENT/POSTER MELALUI SMALL GROUP
DISCUSSION
DI KELAS XI IPA-1 SMAN ......................
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Kenaikan Pangkat dari Golongan .......... ke ............
Oleh
..........................................
NIP. ..............................
...............................................................
............................................
20..........
HALAMAN
PENGESAHAN
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1. a. Judul Penelitian : UPAYA PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MATERI TEKS FUNGSIONAL PENDEK ADVERTISEMENT/POSTER MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION DI KELAS XI IPA-1 SMAN ...................... TAHUN PELAJARAN 2013/2014
b.
Bidang Ilmu : Bahasa
Ingrris
c.
Kategori Penelitian : Strategi
Pembelajaran
d. Jenis Penelitian : Penelitian
Tindakan Kelas
2. Ketua
Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar : ……………..
b.
NIP : ………….
c. Pangkat / Golongan : Pembina, IV/a
d. Jabatan :
e. Instansi :
SMAN ......................
f.
Tempat Penelitian : SMAN ......................
3. Lama
Penelitian : 3 bulan (Bulan ……….. sampai dengan Bulan …….
20…)
4. Sumber
Biaya : Swadaya
…………….,…………………….
Petugas Perpustakaan Peneliti
…………………….. ………………………
NIP. …………………….. NIP. ……………………..
Mengetahui/Mengesahkan
Kepala UPT Dinas Kepala
Sekolah
Pendidikan
……………………. ………………….
NIP.…………………….. NIP.……………………..
UPAYA PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
BAHASA INGGRIS MATERI TEKS FUNGSIONAL PENDEK ADVERTISEMENT/POSTER MELALUI SMALL GROUP
DISCUSSION
DI KELAS XI IPA-1 SMAN ......................
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Oleh :
..............................................
NIP. ...........................
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan prestasi belajar Bahasa Inggris setelah diterapkannya
model pembelajaran Small Group Discussion pada peserta didik kelas Kelas XI
IPA-1 SMAN ...................... Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research (CAR), yaitu: penelitian praktis yang
dilaksanakan untuk memecahkan masalah faktual yang dihadapi guru sebagai suatu
pencermatan terhadap kegiatan pengelolaan pembelajaran yang diterapkan pada
peserta didik kelas Kelas XI IPA-1 SMAN ...................... Tahun Pelajaran
2013/2014 dengan jumlah peserta didik 21 yang terdiri dari … peserta didik
laki-laki dan …. peserta didik perempuan. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh
data awal lewat nilai harian siswa, data prestasi belajar dengan tes objektif
yang dilaksanakan di akhir siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan,
bahwa pembelajaran Bahasa Inggris materi teks fungsional pendek “advertisement/poster dengan model Small Group Discussion pada peserta didik
kelas Kelas XI IPA-1 SMAN ...................... Tahun Pelajaran 2013/2014
mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Adapun peningkatan hasil
belajar pada prasiklus dengan rata-rata 57,62, meningkat pada siklus I menjadi 65,24 dan pada siklus terakhir
menjadi 75,71, sedangkan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa atau 14,29%
dari 21 siswa pada kondisi awal, menjadi 12 siswa atau 57,14% dan 20 siswa atau
95,24% pada siklus terakhir. Adapun aktivitas siswa meningkat dari 7 siswa atau
33,33% pada kondisi awal meningkat menjadi 14 siswa atau 66,67% dan pada siklus
terakhir menjadi 21 siswa.. Hal ini
menunjukkan bahwa, prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Bahasa
Inggris di kelas Kelas XI IPA-1 SMAN ...................... Tahun Pelajaran
2013/2014 dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran Small Group Discussion karena
telah melampaui nilai ketuntasan secara klasikal yaitu 94,12% di atas KKM (70).
Tidak menutup kemungkinan, bahwa metode ini dapat pula diterapkan pada mata
pelajaran yang lain di semua lembaga pendidikan.
Kata kunci: prestasi,
belajar, Small Group Discussion
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdullilah kehadirat
Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Penelitian
Tindakan Kelas di SMAN ...................... dengan lancar. Laporan ini dibuat oleh penulis dalam
rangka memenuhi pengajuan pada penilaian
angka kredit unsur pengembangan profesi guru untuk kenaikan pangkat dari
golongan ……. ke
Terselesaikannya penelitian
ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak dan pada kesempatan ini ijinkan
peulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang baik langsung maupun tidak langsung telah membantu penyusunan
laporan ini, yaitu kepada yang terhormat:
1.
Kepala
UPT
Dinas Pendidikan ………………. yang telah
memberi pengesahan terhadap laporan PTK ini.
2.
Pengawas … ……………………….
3.
Kepala
sekolah yang telah memberikan Saran, Ijin dan pertimbangan terhadap pelaksanaan
PTK selama kegiatan berlangsung.
4.
Bapak
dan Ibu Guru SMAN ...................... yang
telah membimbing dan memotifasi serta mengarahkan kami hingga kegiatan Program
Penelitian Tindakan Kelas ini dapat
terselesaikan dengan lancar.
5.
Siswa dan siswi SMAN
...................... khususnya
siswa kelas XI IPA yang penulis sayangi dan cintai atas kerjasamanya dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.
Dan akhirnya saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan laporan ini banyak kelemahan atau kekurangan untuk itu, saya
berharap kepada pembaca berkenan memberikan saran dan kritik yang membangun.
Untuk itu sebelumnya kami ucapkan terimakasih.
......................, ...................
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iv
DAFTAR ISI..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................
B.
Identifikasi Masalah ..............................................................
C.
Alternatif Pemecahan Masalah ..............................................
D.
Rumusan Masalah .................................................................
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ...........................................................................
B. Kerangka Berpikir .................................................................
C. Hipotesis Tindakan ................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian.......................................................................
B.
Tempat dan Waktu Penelitian................................................
C.
Rancangan Penelitian.............................................................
D.
Tehnik Pengumpulan Data.....................................................
E.
Teknik Analisis Data..............................................................
F.
Indikator Pencapaian..............................................................
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Tindakan
1. Pra Siklus...........................................................................
2. Siklus I ..............................................................................
3. Siklus II.............................................................................
B. Pembahasan............................................................................
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................
B. Saran.......................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
4.1 Rekapitulasi Nilai
Hasil Tes Formatif Pada Kondisi Awal ...................
4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi Kegiatan
Pembelajaran Pada Kondisi Awal
4.2 Daftar Nilai Hasil Tes Formatif dengan Metode
Small Group Discussion Pada Siklus Pertama
.................................................................................................................
4.4 Rekapitulasi
Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Small Group Discussion Pada Siklus Pertama ........................................................................................
4.5 Rekapitulasi
Hasil Angket Siswa Setelah Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Small Group Discussion Pada Siklus
Pertama .............................................................
4.6 Daftar
Nilai Hasil Tes Formatif dengan Metode Small
Group Discussion Pada Siklus Kedua .................................................................................................................
4.7 Rekapitulasi
Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Small Group Discussion Pada Siklus Kedua ...........................................................................................
4.8 Rekapitulasi
Hasil Angket Siswa Setelah Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Small Group Discussion Pada Siklus Kedua
...............................................................
4.9 Rekapitulasi
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Metode Small Group Discussion Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II....................................................................
4.10 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar
Siswa pada Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Penerapan Metode Small
Group Discussion pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
4.11 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa pada
Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Penerapan Metode Small Group Discussion pada Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II...............
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
3.1 Bagan
Pelaksanaan PTK (Sirkunti, 2008:55)...........................................
4.1 Diagram Batang Peningkatan Hasil Belajar Siswa
dengan Metode Small Group Discussion
Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II....................................................................
4.2 Diagram
Batang Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran bahasa Inggris dengan Penerapan Metode Small Group
Discussion pada Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
.................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
1.
Surat Ijin Penelitian
2.
Surat Pernyataan
Kesediaan Menjadi Observer
3.
Jurnal Kegiatan
Penelitian
4.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
5.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
6.
Instrumen Pengumpulan Data
7.
Daftar Hadir Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus
II
8.
Daftar Hadir Peneliti dan Observer pada Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
9.
Daftar Nilai Hasil Tes Formatif pada Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
10.
Rekapitulasi Hasil Observasi Siswa pada Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
11.
Hasil Angket Peserta Didik pada Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II
12.
Rekapitulasi Hasil Angket Peserta Didik pada Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
13.
Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
14.
Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan Penelitian pada Kondisi
Awal, Siklus I dan Siklus II
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan diwujudkan melalui proses belajar mengajar di dalam
kelas maupun di luar kelas. Proses ini berlangsung melalui interaksi antara
guru dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses
belajar mengajar inilah peserta didik akan mengalami proses perkembangan ke
arah yang lebih baik dan bermakna. Peserta didik memerlukan suasana proses
belajar mengajar yang kondusif dalam melampaui tahapan-tahapan belajar secara
bermakna dan efektif sehingga menjadi pribadi yang percaya diri, inovatif, dan
kreatif (M. Surya, 1992:179). Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan
pendidikan, perlu memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pengelolaan proses pembelajaran yang efektif merupakan titik awal keberhasilan
pembelajaran yang bermuara akan meningkatkan prestasi belajar siswa (Chabibah,
2006 : 24).
Terkait dengan proses pembelajaran, guru memiliki peran sentral
berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran, sebab guru dalam posisi ini bertindak
sebagai perancang atau desainer sekaligus pengelola proses pembelajaran
sedemikian hingga hasil dari proses pembelajaran tersebut tercapai. Namun
demikian, peran guru dalam mendesain dan mengelola proses belajar mengajar di
kelas seringkali dihadapkan pada kondisi-kondisi dimana rancangan pembelajaran
yang didesainnya tidak berjalan dengan lancar sesuai harapan.
Bahasa
tidak hanya berasal dari kata-kata yang dikeluarkan oleh ucapan (vokal) namun
juga menggunakan, isyarat atau bahasa gambar. Peradapan manusia kuno sebelum
mengenal tulisan adalah menggunakan bahasa gambar. Kompetensi mata pelajaran
bahasa Inggris adalah siswa dapat berkomunikasi baik lisan maupun tertulis
dengan menggunakan ragam bahasa yang sesuai, lancar dan akurat (Diknas, 2003). Pelajaran
bahasa Inggris mempunyai empat keterampilan yang harus dikuasai, yaitu listening,
speaking, reading dan writing. Bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Oleh sebab itu, tujuan utama
pembelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dengan bahasa Inggris, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam
proses pembelajaran sebagian besar siswa belum dapat mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis dengan baik meskipun dengan
kalimat-kalimat sederhana, banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran bahasa
Inggris, siswa belum mampu berkomunikasi karena kurangnya kosa kata yang
dimiliki siswa meskipun dalam bahasa atau kalimat sederhana, siswa enggan
berkomunikasi karena penguasaan vocabulary
yang sangat rendah.
Berdasarkan nilai yang diperoleh di kelas XI IPA-1 dari ke empat keterampilan
tersebut, ternyata rata-ratanya nilai rendah, yaitu 40 sedangkan ketuntasan
belajar minimal di SMA N ...................... adalah 60.
Perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap
diupayakan dan dilaksanakan, guna
meningkatkan kualitas pembelajaran
tersebut. Melalui
peningkatan kualitas pembelajaran, peserta didik
akan semakin meningkat prestasinya, semakin positif
sikapnya, semakin bertambah jenis
pengetahuan dan ketrampilan yang dikuasainya, dan semakin mantap pemahaman
terhadap materi yang dipelajari, sehingga prestasi yang dicapaipun akan semakin
meningkat.
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan, dalam arti
guru harus selalu menciptakan suasana yang kondusif dalam lingkungan pendidikan
dan menjalankan tugasnya dengan semaksimal mungkin demi tercapainya tujuan
pendidikan. Guru memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana,
pelaksana, maupun evaluator pembelajaran (Mulyasa, 2005:13). Dalam kenyataan sehari-hari sering dijumpai
sejumlah guru yang menggunakan metode tertentu yang kurang atau tidak cocok
dengan isi dan tujuan pengajaran. Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang juga
ditemui sejumlah guru yang mampu mengaplikasikan secara baik. Hasilnya, tentu
saja tidak memadai bahkan mungkin merugikan semua pihak terutama pihak siswa
walaupun kebanyakan dari mereka tidak menyadari hal ini (Syah, 2004:201).
Tidak berkembangnya salah satu faktor dalam proses pembelajaran
atau kegiatan belajar mengajar yaitu guru, murid, materi dan metode pembelajaran
sudah barang tentu berpengaruh pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di
dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut akan berpengaruh pula pada hasil
pembelajaran terutama tampak pada hasil belajar siswa.
Studi pendahuluan (pra-survey) adalah kegiatan terkini yang
mutlak harus dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang variable
penelitian, yaitu prestasi belajar,
mengumpulkan data profil
pembelajaran bahasa Inggris yang
sedang berlangsung di Kelas XI IPA-1 SMAN ...................... dan
kondisi riil subjek yang akan diteliti. Hal ini dilakukan untuk mengembangkan
model atau pendekatan dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran, karena
pengembangan sebuah model yang dilakukan perlu didasari oleh data empirik
tentang bagaimana proses belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data mengenai kondisi
pembelajaran di Kelas XI IPA-1 SMAN ....................... Sistem pembelajaran yang berlangsung masih
satu arah, dimana guru masih berperan
sebagai orang yang paling tahu dan
sumber segala pengetahuan
bagi peserta didik,
sehingga selama proses pembelajaran
berlangsung keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran masih kurang atau dapat
dikatakan bahwa peserta didik cenderung pasif. Selain itu peserta didik
juga kurang berantusias
dalam mengikuti pembelajaran
yang ditunjukkan dengan masih
sedikitnya peserta didik
yang mengajukan pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Kondisi pembelajaran bahasa Inggris seperti di atas dijadikan
sebagai data based dan titik tolak bagi penelitian tindakan kelas dan
pengembangan (classroom research and development) dalam
merancang sebuah model
hipotetik yang akan diujicobakan dalam penelitian tindakan
kelas ini.
Berdasarkan data yang diperoleh, pembelajaran bahasa Inggris selama
ini belum mencapai keberhasilan
yang memuaskan. Di samping
materi yang terlalu banyak, waktu
yang tersedia kurang, serta metode
atau model pembelajaran
yang dipakai guru dalam menyampaikan materi masih monoton atau
didominasi oleh guru semata. Akibatnya, aktivitas peserta didik dalam
pembelajaran selama ini cenderung pasif, kurang bergairah dalam mengikuti
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Hasil akhir dari proses pembelajaran bahasa
Inggris berupa prestasi belajar peserta didik belum mencapai standar ketuntasan
belajar minimal yang ditetapkan.
B.
Identifikasi Masalah
Dari penjelasan sebagaimana latar belakang permasalahan di atas,
maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada dan menjadi
kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran bahasa Inggris peserta didik Kelas
XI IPA-1 SMAN ...................... ini dikarenakan banyak faktor, antara
lain:
- Penggunaan media pembelajaran yang kurang relevan dengan materi pembelajaran yang disampaikan.
- Penjelasan materi terlalu cepat, sehingga kurangnya model dialog yang interaktif, efektif dan kreatif.
- Guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif.
- Guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan penemuan informasi
- Latar belakang peserta didik yang relatif hiterogen, baik dari segi ekonomi, kemampuan akademik.
C.
Alternatif Pemecahan Masalah
Penguasaan atas konsep saja belum cukup, karena ternyata banyak
orang yang menguasai pembelajaran bahasa Inggris namun mereka tidak menjalankan
konsep yang telah mereka kuasai. Hal inilah yang terpenting, karena keimanan
yang paling baik adalah yang teraktualisasi dalam kehidupan nyata. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan untuk bertindak. Kemauan atau kesediaan
tersebut bersumber dari lubuk hatinya, bukan karena pengaruh atau paksaan dari
pihak luar. Oleh karena itu, pendidik (guru) bahasa Inggris harus mendesain
suatu pembelajaran yang dapat menggerakkan hati siswa untuk melaksanakan materi
pembelajaran yang telah dipelajari di kelas.
Faktor metode atau
strategi pembelajaran yang
digunakan pendidik cendrung monoton (selalu menggunakan metode
ceramah), kurang variatif, membosankan, dan kurang menyenangkan, walaupun tidak
selamanya metode ceramah itu jelek. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut
di atas diperlukan
inovasi pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan model-model Small Group Discussion (Ismail, 2009:87). Dengan metode tersebut
diharapkan peserta didik mempunyai peluang untuk mengoptimalkan kemampuan
mereka, dapat memotivasi diri berperan aktif dalam pembelajaran di kelas dan
melatih untuk belajar mandiri yang akhirnya dapat meningkatkan hasil prestasi
belajar mereka.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar
belakang di atas maka
rumusan masalah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut: “Apakah pembelajaran bahasa Inggris materi teks
fungsional pendek “advertisement/poster” dengan
metode Small Group Discussion dapat
meningkatkan prestasi belajar
peserta didik di
kelas XI IPA-1 SMAN ......................?
“
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan penelitian:
a.
Untuk mengetahui penerapan metode Small Group Discussion pada pembelajaran bahasa Inggris di Kelas XI
IPA-1 SMAN .......................
b.
Untuk mengetahui
peningkatkan prestasi belajar bahasa Inggris di Kelas XI IPA-1 SMAN ......................
melalui metode Small Group Discussion.
2.
Manfaat penelitian:
a.
Bagi peserta didik
1)
Dapat meningkatakan
minat belajar dalam
kegiatan belajar mengajar, khususnya pada pelajaran bahasa
Inggris
2)
Dapat mengembangkan
kemampuan belajar secara mandiri
3)
Dapat meningkatkan
keterampilan berbicara dalam kelompok dan melatih untuk dapat mempresentasikan
ide gagasannya pada orang lain.
b.
Bagi guru mata pelajaran
1)
Dapat menggunakannya sebagai
solusi tindakan kelas
pada sekolah masing-masing.
2)
Dapat meningkatkan prestasi
pembelajaran dan profesionalitas guru
3)
Dapat membantu memberikan
informasi peningkatan kemampuan peserta didik kepada seluruh tenaga pendidik.
c.
Bagi semua pendidik
1)
Dapat meniru dan mencontoh
penerapan metode dalam skripsi ini untuk mengatasi permasalahan
yang ada sebagai
upaya peningkatan prestasi peserta didiknya.
2)
Bagi guru
bisa mendapatkan pengalaman
langsung dalam melakukan penelitian prestasi pembelajaran,
atau paling tidak untuk studi banding.
d.
Bagi sekolah
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada
guru-guru lain sehingga
memperoleh pengalaman baru,
yaitu penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe SGD (SmallGroup Discussion) dalam meningkatkan prestasi belajar peserta
didik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian Teori
1.
Hakikat
Prestasi Belajar
a.
Pengertian
Prestasi Belajar
Menurut Nana Sudjana
(2004) yang dikutip
Bara Hidayat (2006:
8) mendefinisikan prestasi
belajar siswa yaitu
kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia
menerima pengalaman belajar.
Pembelajaran yang telah
dilaksanakan pada akhirnya
bertujuan untuk melihat
prestasi belajar siswa.
prestasi belajar ini meliputi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Prestasi yang diperoleh
siswa dapat diukur
berdasarkan perbedaan perilaku
sebelum dan sesudah
belajar dilakukan. Hal
ini sejalan dengan
pendapat Nana Syaodih
(2009: 124-125) yang
menyatakan bahwa “prestasi
belajar merupakan segala
perilaku yang dimiliki
siswa sebagai akibat
dari proses belajar
yang berlangsung di sekolah
maupun di luar sekolah yang bersifat
kognitif, afektif dan psikomotor yang
sengaja maupun yang tidak disengaja”.
Dalam sistem pendidikan rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan
intruksional, menggunakan klasifikasi prestasi belajar dari Benjamin Bloom dalam
Nana Sudjana (1989)
yang dikutip oleh
Bara Hidayat (2006:9)
yang secara garis
besar membaginya menjadi
tiga aspek ,
yaitu aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Berikut penjelasan dari ketiga aspek tersebut :
1)
Aspek
kognitif (pengetahuan/ pemahaman)
Dalam
Susilana Rudi (2006)
yang dikutip oleh
Bara Hidayat (2006:9)
untuk aspek kognitif,
menyebutkan 6 tingkatan
1) pengetahuan 2)
pemahaman 3) pengertian 4) aplikasi 5) analisa 6) sintesa,
dan 7) evaluasi
2)
Aspek
afektif
Prestasi belajar
afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru
dan teman, kebiasaan
belajar dan hubungan
sosial. Ranah afektif
ini terdiri dari
lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban, atau
reaksi, penilaian, organisasi,
dan internalisasi nilai atau
karakteristik nilai.
3)
Aspek
psikomotor
Prestasi
belajar pada aspek
psikomotor berkenaan dengan
keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima
pengalaman belajar tertentu. Terdapat
enam tingkatan kererampilan
psikomotor yaitu gerak
reflek, keterampilan pada
gerakan-gerakan dasar, kemampuan
konseptual, keharmonisan atau
ketepatan, gerakan keterampilan
kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. Prestasi belajar afektif yang baru tampak dalam
kecendrungan-kecendrungan untuk berprilaku.
Menurut Maehr yang dikutip oleh Nurmala (
dalam Siti Sontini: 2006) tentang
prestasi belajar adalah :
1)
Prestasi
belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan menggunakan tes prestasi belajar.
2)
Prestasi belajar
merupakan hasil dari
perubahan individu itu
sendiri bukan hasil
dari perbuatan orang lain.
3)
Prestasi
belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
oleh penilai atau
menurut standar yang
telah ditetapkan oleh
kelompok
4)
Prestasi
belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja dan disadari.
Inti dari pendapat
Mehr yaitu bahwa
prestasi belajar merupakan
perubahan perilaku individu
yang didasari dapat
diukur berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan selama proses belajar mengajar
berlangsung.
Dari berbagai pernyataan
di atas, dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar
merupakan perubahan tingkah
laku sebagai akibat
dari proses. Prestasi
belajar ini dapat berupa kemampuan intelektual, sikap
maupun keterampilan psikomotor.
Bloom
(Solihin, 2008:55) membagi prestasi
belajar secara garis
besar ke dalam tiga
ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah
psikomotorik. Ranah kognitif ini berkenaan dengan prestasi
belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu pengetahuan/ingatan, pemahaman/aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek yang pertama disebut juga kognitif tingkat
rendah dan aspek berikutnya
termasuk dalam kognitif
tingkat tinggi. Ranah
afektif berkenaan dengan
sikap dan nilai.
Tipe prestasi belajar
afektif ini terlihat
pada siswa dalam
berbagai tingkah laku
seperti perhatiannya terhadap
pelajaran, disiplin, motivasi
belajar, mengahargai guru dan teman,
kebiasaan belajar dan hubungan
sosial. Ranah afektif
ini terdiri dari
lima aspek yaitu
penerimaan, jawaban /
reaksi, penilaian, organisasi
dan internalisasi, nilai/karakteristik nilai.
Ranah psikomotorik berkenaan
dengan prestasi belajar
keterampilan dan kemampuan
bertindak. Prestasi belajar
psikomotor ini terlihat
dalam bentuk keterampilan
/ skill dan
kemampuan bertindak individu.
Ada 6 tingkatan
keterampilan psikomotoris yaitu
: gerak reflek,
keterampilan pada gerakan- gerakan dasar,
kemampuan konseptual. Keharmonisan
/ ketepatan, gerakan
keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan dan interfretatif.
Aspek-aspek
tersebut diatas menunjukkan
jika seseorang telah
melakukan perbuatan belajar,
maka akan terlihat
terjadinya perubahan dalam salah
satu atau beberapa
aspek tingkah laku
sebagai prestasi belajar
yang telah dilakukan.
b.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar
Nana Sudjana (2000:39)
menyatakan bahwa terdapat
banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, secara garis besar faktor-faktor
tersebut,yaitu:
1)
Faktor
internal (bersumber dari dalam diri sendiri) yaitu: sikap, minat, bakat, motifasi, motif, kesiapan mental dan faktor
lainnya yang kesemuanya berasal dari
dalam diri sendiri.
2)
Faktor eksternal
(berasal dari luar
diri sendiri),seperti tempat
belajar,sarana belajar, bahan
belajar, personil, kurikulum, metode pengajaran.
3)
Kedua faktor
ini sangat dominan
dan mempengaruhi terhadap
proses dan prestasi belajar.
M. Surya (2004:62)
mengemukakan tujuh faktor
yang mempengaruhi prestasi
belajar, ketujuh faktor itu adalah:
1)
karakteristik
belajar,
2)
karakteristik
Guru
3)
karakteristik
kelompok,
4)
interaksi
pelajar dengan pengajar,
5)
karakteristik
fasilitas,
6)
subject
metter
7)
dan
faktor lingkungan luar.
Menurut Van Dallen (dikutip oleh
Lunnenburg, 2011:5-8),
ada enam faktor
yang mempengaruhi belajar
siswa yaitu:
1)
Guru,
2)
Kurikulum,
3)
Lingkungan,
4)
Media
5)
Siswa
6)
Dan
metode serta model pembelajaran.
Dari berbagai pernyataan
di atas, dapat disimpulkan
bahwa faktor-faktor tersebut saling
mempengaruhi dan berkaitan
sehingga sinergitas antara
faktor-faktor tersebut perlu di bangun menjadi sebuah sistem yang saling
mengisi faktor-faktor tersebut dapat
menunjang atau menghambat
proses belajar mengajar
ataupun dalam pencapaian prestasi belajar.
2.
Hakikat
Metode
Pembelajaran
Secara
etimologi, istilah metode
berasal dari bahasa
Yunani “metodos”. Kata
ini terdiri dari
dua suku kata:
“metha” yang
berarti jalan atau cara.
Metode berarti suatu
jalan yang dilalui
untuk mencapai tujuan, sehingga
dapat dipahami bahwa
metode berarti suatu
cara yang harus dilalui
untuk menyajikan bahan pelajaran
agar tercapai tujuan pengajaran (Zuhairini dan Abdul
Ghofir, 2008: 54.)
Menurut Nana Sudjana (2005:76) metode
pembelajaran adalah, “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan
M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan, “Metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.
Melalui
model pembelajaran guru
dapat membantu peserta
didik mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir,
dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai
pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para
guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar
Metode pengajaran adalah cara-cara
pelaksanaan dari pada proses pengajaran atau soal bagaimana tekniknya suatu
bahan pelajaran diberikan di Sekolah. Metode mengajar adalah cara yang
digunakan guru dalam mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran dengan
memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan”.
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu
memilih dan menetapkan metode pembelajaran yang paling efektif dan efisien
sesuai dengan kondisi atau situasinya.
3.
Metode Small Group Discussion
a.
Pengertian
Metode Small Group Discussion
Metode berasal dari bahasa Yunani
“metha” yang berarti melewati atau melalui dan “hodos” yang berarti jalan atau
cara. Metode berarti jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan
tertentu. Sedangkan pembelajaran adalah bahan pelajaran yang disajikan atau
proses penyajian bahan pelajaran (Ismail, 2008:7). Pembelajaran pada
dasarnya merupakan interaksi guru dan peserta didik sehingga terjadi perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam buku Educational Psychology dinyatakan bahwa learning is an achive process
that needs to be stimulated and guided toward desirable outcomes (Crow and
Crow, 1985:225). Metode menurut kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan
tentang tata cara mengerjakan sesuatu atau bahan (KKBI:2005:673). Metode juga diartikan sekumpulan perangkat tata cara
melaksanakan suatu aktifitas yang bertujuan untuk menjadwal kegiatan tersebut
berdasarkan urutan kejadian dan skala prioritas (Moeslichatun, 2001:43).
Metode merupakan tata cara untuk melaksanakan
suatu aktifitas, sehingga aktifitas tersebut berjalan sesuai dengan tahapan
yang ditentukan, yang pada akhirnya tujuan dapat tercapai. Dengan demikian
dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara atau jalan
yang harus dilalui dalam proses penyajian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Small Group Discussion adalah proses pembelajaran dengan melakukan diskusi kelompok kecil
tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan masalah terkait
materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Small
Group Discussion juga berarti proses penglihatan dua atau lebih individu
yang berinteraksi secara global dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau
sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar informasi, mempertahankan
pendapat atau pemecahan masalah (Ismail, 2008:87-89).
Small Group Discussion sebagaimana pembelajaran kelompok lainnya memiliki unsur-unsur
yang saling terkait, yakni:
1)
Saling ketergantungan
positif (positive interdependence)
Cooperative learning menghendaki adanya ketergantungan positif saling membantu dan
saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi diantara siswa (Lie,
2005:32).
2)
Akuntabilitas individual (individual
accountability)
Small Group Discussion menuntut adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan
bahan belajar tiap anggota kelompok, dan diberi balikan tentang prestasi
belajar anggota anggotanya sehingga mereka saling mengetahui rekan yang
memerlukan bantuan. Berbeda dengan kelompok tradisional, akuntabilitas
individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering dikerjakan oleh
sebagian anggota. Dalam Small Group Discussion, siswa harus
bertanggungjawab terhadap tugas yang diemban masing-masing anggota (Abdurrahman, 2003:122).
3)
Tatap muka ( face to face
interaction )
Small Group Discussion menuntut semua anggota dalam kelompok belajar dapat saling tatap
muka sehingga mereka dapat berdialog tidak hanya dengan guru tapi juga bersama
dengan teman. Interaksi semacam itu memungkinkan anak-anak menjadi sumber
belajar bagi sesamanya. Hal ini diperlukan karena siswa sering merasa lebih
mudah belajar dari sesamanya dari pada dari guru (Abdurrahman, 2003:122).
4)
Keterampilan Sosial (Social
Skill)
Unsur ini menghendaki siswa untuk
dibekali berbagai ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan kepada
teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi
yang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan (Abdurrahman, 2003:113).
5)
Proses Kelompok (Group
Processing)
Proses ini terjadi ketika tiap anggota
kelompok mengevaluasi sejauh mana mereka berinteraksi secara efektif untuk
mencapai tujuan bersama. Kelompok perlu membahas perilaku anggota yang
kooperatif dan tidak kooperatif serta membuat keputusan perilaku mana yang
harus diubah atau dipertahankan.
b.
Tujuan
Metode Small Group
Sebagai metode belajar, belajar kelompok
diskusi atau Small Group Discussion mengandung tujuan yang ingin
dikembangkan. Tujuan diskusi atau Small Group Discussion antara lain :
1) Agar siswa
berbincang-bincang untuk memecahkan masalah masalah sendiri.
2) Agar siswa berbincang-bincang mengenai
masalah-masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari,
dengan kehidupan mereka di sekolah, dengan sesuatu yang terjadi di lingkungan
sekitar mereka dan sebagainya.
3) Agar siswa
berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud saling mengoreksi
pemahaman yang mereka atas pelajaran yang diterimanya, agar masing-masing
anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik (Suryobroto, 1999:180).
Sedangkan menurut Ismail (2008:89),
tujuan penerapan strategi ini adalah agar peserta didik memiliki keterampilan
memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut A. Surjadi (1983:47-48), tujuan
pembelajaran kelompok adalah untuk menyatakan pendapat dan memperoleh informasi
tentang topik yang menjadi perhatian; belajar dari anggota kelompoknya.
1) Pemimpin
a) Membantu menentukan topik yang menarik
perhatian
b) Mendorong anggota kelompok melakukan
penelitian mandiri sebelum diskusi dilaksanakan
c) Mempersiapkan ruangan; kursi ditempatkan di
sekeliling meja hingga para anggota saling berhadapan
d) Mempersiapkan pertanyaan sebelum pertemuan
untuk membuka diskusi
e) Menjelaskan masalah, isu atau topik yang akan
didiskusikan
f) Menyarankan/mengajukan tujuan diskusi
g) Menyodorkan outline tentatif untuk diikuti
kelompok
h) Mempersilakan kelompok bereaksi kepada outline
itu
i) Mempersilakan anggota kelompok mengajukan
pendapat tentang yang didiskusikan itu
j) Menjaga agar diskusi itu tetap sesuai dengan
outline, kecuali apabila mayoritas anggota kelompok menunjukkan kehendak untuk
menyimpang dari outline
k) Mengusahakan agar keikutsertaan / partisipasi
para anggota merata atau seimbang
l) Menahan diri untuk tidak berpidato
m) Menyampaikan rangkuman bila diperlukan selama
diskusi berlangsung dab juga pada saat penutupannya
n) Mengusulkan studi lebih lanjut atau tindakan
yang perlu dilakukan
o) Mengevaluasi pengalaman belajar kelompok.
2) Anggota
kelompok
a) Membantu menentukan topik untuk didiskusikan
b) Mempelajari bahan yang tepat sebelum diskusi
dilaksanakan
c) Membantu merumuskan tujuan dan prosedur diskusi
d) Memikirkan dalam-dalam tentang topik yang akan
didiskusikan
e) Mendengarkan dengan baik pendapat anggota lain
f) Menghubungkan pengertian dengan pengalaman
sebelumnya
g) Mengembangkan pendapat atas pendapat orang /
anggota lain
h) Menerima dan mendorong anggota lain sebagai
individu yang berharga
i) Menolong anggota lain untuk memahami apa yang
sedang dibicarakan
j) Memelihara keikutsertaan yang merata/seimbang
bagi setiap anggota
k) Menyumbangkan informasi atau pendapat yang
selaras/berhubungan dengan topik
l) Mengidentifikasi gagasan baru dan
mengintegrasikannya ke dalam pikiran
m) Menerangkan bidang perhatian/minat yang penting
n) Menentukan bagaimana informasi itu
dimanfaatkan/ dipergunakan atau studi lebih lanjut apa yang perlu dilakukan
o) Membantu mengevaluasi pengalaman belajar
kelompok
Metode Small Group Discussion Diskusi
mungkin tidak efektif untuk menyajikan informasi baru dimana peserta didik
sudah dengan sendirinya termotivasi. Tetapi diskusi tampaknya sangat cocok
ketika guru ingin melakukan hal-hal dibawah ini:
1) Membantu peserta didik belajar berfikir dari
sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberi mereka praktek berpikir.
2) Membantu peserta didik mengevaluasi logika
serta bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain
3) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk
memformulasikan penerapan suatu prinsip.
4) Membantu peserta didik menyadari akan suatu
problem dan menformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari
bacaan atau ceramah.
5) Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain
dalam kelompoknya
6) Memperoleh penerimaan bagi informasi atau
teori yang mengkomunteri cerita rakyat atau kepercayaan peserta didik terdahulu
7) Mengembangkan
motivasi untuk belajar yang lebih jauh
8) Memperoleh feedback yang cepat tentang
seberapa jauh suatu tujuan tercapai (Zaini, 2008:117-118).
Sistem pembelajaran yang baik seharusnya
dapat membantu siswa mengembangkan diri secara optimal serta mampu mencapai
tujuan-tujuan belajarnya. Meskipun proses belajar-mengajar tidak dapat
sepenuhnya berpusat pada siswa (pupil centered instruction) seperti pada
sistem pendidikan terbuka, tetapi perlu diingat bahwa pada hakekatnya siswalah
yang harus belajar. Dengan demikian, proses belajar mengajar perlu berorientasi
pada kebutuhan dan kemampuan siswa, misalnya dengan pendekatan “inquiry-discovery
learning”. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di sini harus dapat
memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan berguna baginya. Guru perlu
memberikan bermacam-macam situasi belajar yang memadai untuk materi yang
disajikan, dan menyesuaikannya dengan kemampuan dan karakteristik serta gaya
belajar siswa. Sebagai konsekuensi logisnya, guru dituntut harus kaya
metodologi mengajar sekaligus terampil menerapkannya, tidak monoton dan
variatif dalam melaksanakan pembelajaran (Drost, 1999:42).
c.
Peran
Guru Dalam Metode Small Group
Sesuai dengan pengertian mengajar yaitu
menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab belajar
peserta didik. Maka sikap guru hendaknya:
1) Buka mau mendengarkan pendapat peserta didik.
2) Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan
bila guru atau peserta didik lain berbicara.
3) Menghargai perbedaan pendapat.
4) “Mentolelir” salah dan mendorong untuk memperbaiki.
5) Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik.
6) Memberi umpan balik terhadap hasil kerja
guru.
7) Tidak terlalu cepat membantu peserta didik.
8) Tidak kikir untuk memuji atau menghargai.
9) Tidak mentertawakan pendapat atau hasil karya
peserta didik sekalipun kurang berkualitas.
10) Mendorong peserta didik untuk tidak takut
salah dan berani menanggung resiko (Sukardi, 2003:12).
Dalam pengajaran yang dimiliki dalam
metode Small Group Discussion, Sudjana, (1996:32-35)
menjelaskan bahwa posisi dan peran guru harus menempatkan diri
sebagai:
1) Pemimpin belajar, artinya merencanakan,
mengorganisasi, melaksanakan dan mengontrol kegiatan belajar peserta didik
2) Fasilitator belajar artinya memberikan
kemudahan-kemudahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya misal,
menyediakan sumber dan alat belajar, menyediakan waktu belajar yang cukup,
memberi bantuan, menunjukkan jalan keluar pemecahan masalah, menengahi
perdebatan pendapat dan sebagainya.
3) Moderator belajar artinya sebagai pengatur
arus belajar peserta didik, guru menampung persoalan yang diajukan oleh peserta
didik dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada di lain, untuk dijawab
dan dipecahkan. Jawaban tersebut dikembalikan kepada penannya atau kepada kelas
untuk dinilai benar salahnya.
4) Motivator belajar sebagai pendorong agar
peserta didik mau melakukan kegiatan belajar
5) Evaluator artinya sebagai penilai yang
obyektif dan komprehensif, guru berkewajiban memantau, mengawasi, proses
belajar peserta didik dan hasil belajar yang dicapainya.
d.
Langkah-Langkah
dalam Metode Small Group
Ismail (2008, 87-88) menjelaskan
langkah-langkah penerapan metode Small Group Discussion diantaranya :
1) Bagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil
(maksimal 5 murid) dengan menunjuk ketua dan sekretaris
2) Berikan soal studi kasus (yang dipersiapkan
oleh guru) sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) & Kompetensi dasar (KD).
3) Instruksikan setiap kelompok untuk
mendiskusikan jawaban soal tersebut
4) Pastikan setiap anggota berpartisipasi aktif
dalam diskusi
5) Instruksikan setiap kelompok melalui juru
bicara yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya dalam forum kelas
6) Klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut
(Guru)
e.
Kelebihan dan kekurangan metode Small Group Discussion
Tidak ada model
pembelajaran yang paling
ideal dan sempurna. Setiap
model pembelajaran mestinya
mempunyai kelebihan dan kekurangan,
begitu juga metode
Small Group Discussion ini. Kelebihan dan
kekurangan itu antara lain sebagai berikut:
1)
Sisi kelebihan
Nasih, (2009:59) menjelaskan tentang sisi kelebihan dari
metode Small Group Discussion yaitu
:
a)
Suasana belajar mengajar di
kelas akan berkembang.
b)
Mendidik peserta didik untuk
bersikap toleran, demokratis, kritis dan berpikir sistematis.
c)
Mendidik peserta
didik untuk terampil
dalam menyampaikan ide, gagasan, argumentasi dan membiasakan diri untuk
berpikir logis.
d)
Kesimpulan-kesimpulan dari
masalah yang sedang didiskusikan dapat secara mudah
diingat peserta didik, hal itu disebabkan karena peserta didik mengikuti alur
berpikir diskusi.
e)
Memberikan pengalaman kepada
peserta didik tentang etika bermusyawarah agar nantinya menjadi bekal mereka
ketika hidup di masyarakat
2)
Sisi kelemahan
Sedangkan pada sisi kelemahan metode Small Group Discussion,
Isjoni (2010:36) menjelaskan :
a)
Jalannya diskusi seringkali
didominasi oleh peserta didik yang
pandai dan berani,
sehingga mengurangi peluang peserta didik yang lain untuk
berpartisipasi.
b)
Jalannya diskusi sering
dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang
dan topik pembahasan
masalah, sehingga pembahasan
kadang melebar.
c)
Diskusi biasanya
lebih banyak menyita
waktu, sehingga tidak sejalan
dengan prinsip efisiensi.
d) Suasana kelas menjadi ramai dan bahkan gaduh, sehingga terkadang
mengganggu kelas yang lain.
Mengingat adanya kelemahan-kelemahan di
atas, maka guru yang
ingin menggunakan metode
diskusi kelompok ini sebaiknya
mempersiapkan segala sesuatunya
dengan rapi dan sistematis terlebih
dahulu. Dalam hal ini
peran seorang guru sebagai
encourager yang memberi encouragement
(dorongan semangat dan membesarkan hati sangat diperlukan, terutama oleh
peserta didik yang tergolong kurang pintar berbicara atau pendiam.
Dilihat dari segi kemanfaatannya,
metode diskusi sangat ideal untuk digunakan proses belajar mengajar pada
kompetensi dasar tertentu, akan tetapi ternyata masih banyak guru yang belum
menggunakan metode diskusi, hal itu disebabkan karena: banyak guru yang
belum mengerti tentang
metode diskusi, belum mengetahui manfaat metode diskusi dan
memerlukan waktu yang banyak padahal jam terbatas dan tidak semua topik dapat
dijadikan pokok diskusi. Selama ini
masih banyak kelemahan yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar
yang dilaksanakan, diantaranya penggunaan metode yang tidak tepat, sehingga
hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik kurang maksimal.
Melihat realita tersebut, maka
peneliti mencoba untuk
menerapkan strategi PAIKEM, yaitu
metode Small Group Discussion. Dengan
demikian diharapkan dapat meningkatkan
hasil belajar, sehingga
terjadi penguatan terhadap materi
pelajaran yang diberikan
di sekolah/madrasah.
4.
Pembelajaran Bahasa Inggris
a.
Hakikat Pembelajaran Bahasa
Inggris
Tuntutan dunia global yang terus menerus berubah dan ada
kecenderungan semakin berkembang pesat dengan ditandai berkembangnya teknologi
informasi merupakan salah satu dorongan bagi seseorang untuk mengembangkan
penguasaan bahasa asing sebagai alat untuk berkomunikasi, seperti penguasaan
bahasa Inggris. Mempelajari bahasa merupakan hal penting bagi perkembangan
sosial dan kepribadian seorang individu. Sebagai bahasa yang banyak digunakan
di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, bahasa Inggris berperan sebagai
salah satu bahasa internasional.
Di samping berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni, bahasa ini dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan ekonomi perdagangan,
hubungan antarbangsa, tujuan sosial budaya dan pendidikan serta tujuan
pengembangan karier. Penguasaan bahasa Inggris dapat diperoleh melalui berbagai
program, dan program pengajaran di sekolah secara formal tampaknya merupakan
sarana utama bagi sebagian anak Indonesia. Bahasa Inggris merupakan alat untuk
berkomunikasi lisan dan tulisan.
Berkomunikasi dalam bahasa Inggris dimaksudkan untuk memahami dan mengungkapkan
informasi, pikiran, perasaan, serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan budaya (Depdiknas, 2004:6). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
penguasaan bahasa Inggris bagi siswa SMA merupakan persyaratan penting sebagai
bekal dalam upaya melakukan interaksi dan komunikasi di tengah pergaulan
masyarakat yang semakin berkembang, baik dalam lingkup nasional maupun
internasional. Sehubungan dengan hal itu, penguasaan bahasa Inggris dapat
diperoleh melalui berbagai program, dan program pengajaran atau pembelajaran di
sekolah secara formal tentunya merupakan sarana utama bagi siswa SMA.
b.
Fungsi dan Tujuan Mata
Pelajaran Bahasa Inggris di SMA
1)
Fungsi
Mata pelajaran bahasa Inggris merupakan mata pelajaran pilihan di
Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berfungsi sebagai alat pengembangan diri siswa
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya. Dengan demikian
mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang cerdas, terampil
dan berkepribadian Indonesia serta siap mengambil bagian dalam pembangunan
nasional (Depdiknas, 2004:6).
2)
Tujuan
a)
Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dalam bahasa tersebut, dalam bentuk lisan dan tulis. Kemampuan
berkomunikasi meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking),
membaca (reading), dan menulis (writing).
b)
Menumbuhkan kesadaran
tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing
untuk menjadi alat utama belajar.
c)
Mengembangkan pemahaman
tentang saling keterkaitan antar bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala
budaya. Dengan demikian siswa memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan
diri dalam keragaman budaya.
c.
Ruang Lingkup Ruang lingkup
mata pelajaran bahasa Inggris (Depdiknas, 2004:7) meliputi:
1)
Keterampilan berbahasa,
yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis;
2)
Sub-kompetensi yang meliputi
kompetensi tindak bahasa, linguistik (kebahasaan), sosiokultural, strategi, dan
kompetensi wacana;
3)
Pengembangan sikap yang positif
terhadap bahasa Inggris sebagai alat komunikasi.
d.
Standar Kompetensi Bahan
Kajian
Setiap mata pelajaran memiliki karateristik tertentu bila ditinjau
dari segi tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, ataupun materi yang
dipelajari dalam rangka menunjang tercapainya kompetensi tersebut. Ditinjau
dari segi tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, maka pelajaran bahasa
Inggris ini menekankan pada aspek keterampilan berbahasa yang meliputi
keterampilan berbahasa lisan dan tulis baik respektif maupun produktif.
Penerapan konsep dalam
pengajaran bahasa Inggris menyiratkan bahwa: (1) unsur-unsur bahasa Inggris,
yaitu tata bahasan kosa kata, ejaan dan lafal hendaknya 18 disajikan dalam
lingkup kebahasaan dan lingkup situasi, sehingga makna di maksud jelas. Lingkup
situasi harus mencakup lingkup budaya sasaran dan budaya peserta didik; (2)
pembelajaran unsur-unsur bahasa ditujukan untuk mendukung penguasaan dan
pengembangan empat keterampilan berbahasa Inggris yang mencakup: mendengar,
berbicara, membaca dan menulis, dan bukan untuk kepentingan penguasaan
unsur-unsur bahasa itu sendiri; (3) dalam proses belajar mengajar, unsur unsur
bahasa yang dianggap sulit bagi peserta didik dapat disajikan tersendiri secara
sistematis sesuai dengan konteks yang dibahas; (4) dalam proses belajar
mengajar ke empat keterampilan berbahasa pada hakekatnya tidka dapat
dipisahkan. Oleh sebab itu, keterampilan berbahasa harus dikembangkan secara
terpadu; (5) peserta didik harus dilibatkan dalam semua kegiatan belajar yang
bermakna, yaitu kegiatan yang dapat membantu mengembangkan diri siswa dalam
bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya, mendorong peserta didik
untuk tumbuh dan berkembang menjadi warganegara yang berkepribadian Indonesia,
dan mengembangkan keterampilan bergaul (Badan Standar Nasional Pendidikan,
2007:IX-X).
e.
Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk SMA
Berdasarkan pada Buku Petunju Teknik Pengembangan Silabus dan
Contoh/Model Silabus mata pelajaran Bahasa Inggris untuk SMA/MA (Badan Standar
Nasional Pendidikan, 2007:X) disebutkan rumusan standar kompetensi untuk mata
pelajaran bahasa Inggris di SMA adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh
peserta didik sebagai hasil dari mempelajari bahasa Inggris. Selanjutnya
disebutkan kompetensi dasar tentang keterampilan menulis untuk mata pelajaran
bahasa Inggris di SMA adalah mengungkapkan makna dalam teks tulis fungsional
pendek dan esei sederhana berbentuk: recount, narative, procedure, descriptive,
news item, spoof, report, analytical exposition, hortatory exposition, explanation,
discussion, dan review dalam konteks kehidupan sehari-hari.
B.
Kerangka Berfikir
Dalam kegiatan belajar
mengajar, semakin tepat
metode yang digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru dan peserta didik yang pada akhirnya akan
menunjang dan menghantarkan keberhasilan belajar peserta didik dan keberhasilan
mengajar yang dilakukan oleh guru.
Seorang guru adalah
salah satu faktor
pendidikan yang mempunyai peranan
penting dan strategis,
sebab gurulah yang paling menentukan keberhasilan dalam
proses belajar mengajar. Sehingga guru memang harus mempunyai kompetensi,
ketrampilan dan wawasan yang luas. Sebagaimana ungkapan Ibnu Syina yang menyatakan,
bahwa sudah sepantasnyalah jika seorang pendidik itu cerdas, agamis,
bermoral, simpatik, kharismatik,
dan pandai membawa diri.
Metode pembelajaran Small
Group Discussion merupakan alat ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar
yakni sebagai alat perancang dari luar yang dapat membangkitkan semangat
belajar peserta didik. Namun demikian metode dapat dikatakan baik dan tepat
manakala pemilihan dan penerapannya sesuai dengan situasi pembelajaran. Untuk
itu pendidik harus menyiapkan taktik atau strategi yang dapat diterima oleh
peserta didik secara keseluruhan dengan
mudah dan tidak
membosankan. Dengan kata
lain pembelajaran yang
menyenangkan yaitu ada
kepuasan peserta didik, bagaimana
peserta didik merasa senang menerima pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami betapapentingnya
menggunakan metode yang tepat untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, maka
penelitian ini ditulis dengan konsep Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) untuk memperbaiki
dan meningkatkan hasil belajar
dengan menggunakan Small Group Discussion sebagai model
pembelajaran.
C.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah kesimpulan
sementara tentang masalah
yang merupakan pikiran tentang
keterkaitan
variabel-variabel yang diteliti. Hipotesis merupakan alternatif yang
dibuat oleh peneliti untuk menjawab problematika yang diajukan dalam
penelitiannya. Dari paparan hipotesis tindakan di atas dapat disimpulkan, bahwa
pembelajaran dengan menggunakan
metode Small Group Discussion dapat meningkatkan prestasi
belajar peserta didik kelas XI IPA-1 SMAN ...................... tahun pelajaran 2013/2014 pada mata
pelajaran Bahasa Inggris materi teks fungsional pendek
“advertisement/poster.
bila berkenan untuk bab selanjutnya secara lengkap sampai dengan lampiran dan halaman depan dalam format *.doc/*.docx silahkan
klik DOWNLOAD
atau hub. 081327121707 terima kasih.